Anda di halaman 1dari 38

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Sendi Lutut


Tulang yang membentuk sendi lutut antara lain: Tulang femur distal,

tibia proksimal, tulang fibula poksimal, dan tulang patella.8,9

1) Tulang Femur (Tulang paha)

Tulang femur termasuk tulang panjang yang bersendi ke atas dengan

pelvis dan ke bawah dengan tulang tibia. Tulang femur terdri dari epiphysis

proximal diaphysis dan epiphysis distalis. Pada tulang femur ini yang

berfungsi dalam persendian lutut adalah epiphysis distalis.10

2) Tulang Patella (Tulang tempurung lutut)

Tulang patella merupakan tulang dengan bentuk segitiga pipih dengan

apeks menghadap ke arah distal. Pada permukaan depan kasar sedangkan

permukaan dalam atau dorsal memiliki permukaan sendi yaitu fades artikularis

lateralis yang lebar dan fades articularis medialis yang sempit. 10

3) Tulang Tibia (Tulang kering)

Tulang tibia terdiri dari epiphysis proximalis, epiphysis distalis.

Epiphysis proximalis pada tulang tibia terdiri dari dua bulatan yang disebut

condylus lateralis dan condylus medialis yang atasnya terdapat dataran

sendi yang disebut facies artikularis lateralis dan medialis yang dipisahkan

oleh ementio intercondyloidea. 10

4) Tulang Fibula
4

Tulang fibula ini berbentuk kecil panjang terletak disebelah lateral dan

tibia juga terdiri dari tiga bagian yaitu: epiphysis proximalis, diaphysis

dan epiphysis distalis. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum

fibula yang ke proximalis meruncing menjadi apex capitulis fibula. Pada

capitulum terdapat dua dataran yang disebut fades articularis capiluli fibula

untuk bersendi dengan tibia. Diapiphysis mempunyai empat crista lateralis,

crista medialis, crista lateralis dan fades posterior. Epiphysis distalis

ke arah lateral membulat disebut maleolus lateralis (mata kaki luar). 10

Selain tulang sendi lutut juga dibentuk dari kompartemen lain seperti

ligamentum, kapsul sendi dan jaringan lunak sendi. Terdapat ligamentum pada

sendi lutut yang terbagi menjadi ligamentum extracapsular dan ligamentum

intracapsular.10

 Ligamentum extracapsular

1. Ligamentum Patellae

2. Ligamentum Collaterale Fibulare

3. Ligamentum Collaterale Tibiae

4. Ligamentum Popliteum Obliquum

5. Ligamentum Transversum Genu

 Ligamentum intra capsular

Ligamentum cruciata adalah dua ligamentum intra capsular yang sangat

kuat, saling menyilang didalam rongga sendi. Ligamentum ini terdiri dari dua

bagian yaitu posterior dan anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibia.
5

Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan

tibia.8

1. Ligamentum Cruciata Anterior

Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan

berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior

permukaan medial condylus lateralis femoris.9

2. Ligamentum Cruciatum Posterior

Ligamentum cruciatum posterior melekat pada area intercondylaris

posterior dan berjalan kearah atas, depan dan medial, untuk dilekatkan pada

bagian anterior permukaan lateral condylus medialis femoris. 9

Kapsul sendi lutut terdiri dan dua lapisan yaitu stratum fibrosum

merupakan lapisan luar yang berfungsi sebagai penutup atau selubung dan

stratum synovial yang bersatu dengan bursa suprapatellaris, stratum

synovial ini merupakan lapisan dalam yang berfungsi memproduksi cairan

synovial untuk melicinkan permukaan sendi lutut. Kapsul sendi lutut ini termasuk

jaringan fibrosus yang avasculer sehingga jika cedera sulit untuk proses

penyembuhan.9
6

Gambar 1. Kapsul Sendi Lutut (John et al, 2003).

Jaringan lunak sendi pada sendi lutut antara lain terdiri dari meniscus,

bursa dan otot-otot sendi lutut. Meniscus merupakan jaringan lunak,

meniscus pada sendi lutut adalah meniscus lateralis, Adapun fungsi

meniscus adalah penyebaran pembebanan, peredam kejut (shock

absorber), mempermudah gerakan rotasi, mengurangi gerakan dan stabilisator

setiap penekanan akan diserap oleh meniscus dan diteruskan ke sebuah sendi. 8,9

Bursa merupakan kantong yang berisi cairan yang memudahkan terjadinya

gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi oleh membran synovial.

Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain bursa popliteus,

bursa supra pateliaris, bursa infra paterallis, bursa sulcutan

prapateliaris dan bursa sub patelliaris.9

Gambar 2. Lutut fleksi, cruciate dan ligament collateral (Rosjad, 2003).


7

Otot penggerak sendi lutut antara lain: Tabel 1. Otot-otot sendi lutut
8
9

Otot-otot utama yang menggerakkan sendi lutut adalah quadricep dan otot

hamstring. Paha depan menempel pada patela, dan tendon patela menghubungkan

otot ini ke bagian depan tibia. Ketika otot quadricep kontraksi lutut meluas.

Sebaliknya, ketika otot hamstring kontraksi, mereka menarik lutut ke fleksi. 12

Pada struktur lutut terdapat peran dari salah satu otot lower limb yang

besar yaitu quadriceps femoris. Quadriceps femoris merupakan otot yang besar

dan powerful karena mampu menahan berat 4450 N. Pada lutut terdapat dua

pergerakan yaitu closed-chain motion dan opened-chain motion. Pada closed-

chain motion yang bergerak adalah struktur pada bagian proximal sedangkan

bagain distalnya tetap, artinya ketika terjadi closed-chain motion terjadi

pergerakan femur pada tibia yang tetap. Untuk opened-chain motion terjadi

pergerakan distal artinya yang mengalami pergerakan adalah bagian tibia. Closed-

chain motion berfungsi untuk menaikan dan menurunkan badan seperti gerakan

ketika bangkit dari duduk, memanjat dan melompat. Pada closed-chain motion,

quadriceps menyediakan restraint aktif ke femoral condyles diatas tibia plateau

untuk mendukung restraint pasif.10

Pada knee ekstensor juga bekerja rectus femoris yang melewati hip dan

berfungsi sebagai hip flexor dan knee extensor. Rectus femoris merupakan otot

yang bekerja pertama kali saat terjadi knee extensor. Selanjutnya vastus medialis

juga berguna untuk knee extensor sebesar kira-kira 20-30 derajat. Vastus medialis

dibagi menjadi dua yaitu vastus medialis longus dan vastus medials oblique.

Vastus medialis dipercaya memiliki peran penting untuk menjaga patella tetap

pada track dalam gliding diatas femoral condyles yang disebut tracking
10

mechanism. Vastus intermedius merupakan otot yang paling efisien dalam bekerja

untuk menciptakan keadaan knee extensor. 11

Open-chain motion dari flexi dan rotasi lutut penting untuk penempatan

dan pergerakan kaki. Gaya yang besar diperlukan oleh otot terkait untuk

menghasilkan knee flexor. Hamstring muscle merupakan otot otot utama hip

extensors dan secara kuat menstabilkan pelvis selama trunk extension dan untuk

mengontrol pelvis berada diatas femur. Otot Hamstring, Sartorius, dan gracilis

memiliki aksi memutar pada daerah hip dan knee sedangkan popliteus berperan

sebagai otot pemutar pada lutut. 10,11

Gerak pada sendi lutut (knee), disusun oleh tulang tibia, fibula, femur dan

patella. Pada gerakan fleksi sendi lutut, kelompok otot yang bekerja utama adalah

kelompok otot hamstring. Pada gerakan ekstensi sendi lutut, kelompok otot yang

bekerja utama adalah kelompok otot quadricep.10

Gambar 3. Sendi lutut (Rosjad, 2003).

ekstensi3
11

2.2 Osteoartritis
2.2.1 Definisi
Osteoartritis berasal dari kata Yunani, yaitu osteo yang berarti tulang,

arthro yaitu sendi dan itis berarti radang atau inflamasi. Osteoartritis (OA) adalah

suatu kelainan sendi kronis dimana terjadi proses pelemahan dan disintegrasi dari

tulang rawan sendi yang disertai dengan pertumbuhan tulang dan tulang rawan

baru pada sendi sehingga fungsi sendi berkurang bahkan sampai hilang. Kelainan

ini merupakan suatu proses degeneratif pada sendi yang dapat mengenai satu atau

lebih sendi. Setiap sendi memiliki resiko untuk terserang OA. Daerah yang paling

sering terserang OA adalah lutut, panggul, vertebra dan pergelangan kaki.1,13


2.2.2 Klasifikasi
Menurut penyebabnya osteoarthritis dikategorikan menjadi:14
a) Osteoarhritis primer adalah degeneratif artikular sendi yang terjadi pada

sendi tanpa adanya abnormalitas lain pada tubuh. Penyakit ini sering

menyerang sendi penahan beban tubuh (weight bearing joint), atau tekanan

yang normal pada sendi dan kerusakkan akibatproses penuaan. Paling sering

terjadi pada sendi lutut dan sendi panggul, tapi ini juga ditemukan pada sendi

lumbal, sendi jari tangan, dan jari pada kaki. 12


b) Osteoarthritis sekunder, paling sering terjadi pada trauma atau terjadi akibat

dari suatu pekerjaan, atau dapat pula terjadi pada kongenital dan adanya

penyakit sistem sistemik. Osteoarthritis sekunder biasanya terjadi pada umur

yang lebih awal daripada osteoarthritis primer. 12


2.2.3 Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling

umum di dunia. Satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis

terhadap osteoartritis. Penyakit ini memiliki prevalensi yang cukup tinggi,

terutama pada orang tua. Prevalensinya meningkat seiring bertambahnya


12

usia. OA terjadi pada 13,9% orang dewasa berusia lebih dari 25 tahun dan

33,6% dari mereka yang berusia lebih dari 65 tahun. Prevalensi sendi yang

terkena OA menurut gejala yang ditemui yaitu pada tangan 8%, kaki 2%,

lutut 12,1% sedangkan Prevalensi menurut temuan radiologis pada tangan

7,3%, kaki 2,3%, lutut 0,9%, dan panggul 1,5%.15


OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling sering dijumpai. Penelitian

epidemiologi menemukan bahwa kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22%.

Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA pada

lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri.

Berbeda halnya pada wanita yang terdistribusi merata, dengan insiden OA pada

lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7%.13
2.2.4 Faktor Resiko
Secara garis besar, terdapat dua pembagian faktor risiko OA lutut yaitu

faktor predisposisi dan faktor biomekanis.11,16,17


a) Faktor Predisposisi
i. Faktor Demografi
 Usia
Proses penuaan dianggap sebagai penyebab peningkatan kelemahan di

sekitar sendi, penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi tulang rawan dan

menurunkan fungsi kondrosit, yang semuanya mendukung terjadinya OA.16


 Jenis kelamin

Prevalensi OA pada laki-laki sebelum usia 50 tahun lebih tinggi

dibandingkan perempuan, tetapi setelah usia lebih dari 50 tahun prevalensi

perempuan lebih tinggi menderita OA dibandingkan laki-laki. Perbedaan tersebut

menjadi semakin berkurang setelah menginjak usia 80 tahun. Hal tersebut

diperkirakan karena pada masa usia 50 – 80 tahun wanita mengalami pengurangan

hormon estrogen yang signifikan.15


13

 Ras / Etnis

Prevalensi OA lutut pada penderita di negara Eropa dan Amerika tidak

berbeda, sedangkan suatu penelitian membuktikan bahwa ras Afrika – Amerika

memiliki risiko menderita OA lutut 2 kali lebih besar dibandingkan ras Kaukasia.

Penduduk Asia juga memiliki risiko menderita OA lutut lebih tinggi dibandingkan

Kaukasia.16

ii. Faktor Genetik

Faktor genetik diduga juga berperan pada kejadian OA lutut, hal tersebut

berhubungan dengan abnormalitas kode genetik untuk sintesis kolagen yang

bersifat diturunkan.15

iii. Faktor Gaya Hidup


 Kebiasaan Merokok

Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan positif antara

merokok dengan OA lutut. Merokok meningkatkan kandungan racun dalam darah

dan mematikan jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan

terjadinya kerusakan tulang rawan.15

 Konsumsi Vitamin D

Orang yang tidak biasa mengkonsumsi makanan yang mengandung

vitamin D memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat menderita OA lutut.15

iv. Faktor Metabolik


 Obesitas
14

Obesitas merupakan faktor risiko terkuat yang dapat dimodifikasi. Selama

berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut. Peningkatan berat

badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan.15

 Osteoporosis

Hubungan antara OA lutut dan osteoporosis mendukung teori bahwa

gerakan mekanis yang abnormal tulang akan mempercepat kerusakan tulang

rawan sendi. Suatu studi menunjukkan bahwa terdapat kasus OA lutut tinggi pada

penderita osteoporosis.15,16

 Penyakit Lain

OA lutut terbukti berhubungan dengan diabetes mellitus, hipertensi dan

hiperurikemi, dengan catatan pasien tidak mengalami obesitas. Prevalensi OA

lutut pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim lebih tinggi dibandingkan

wanita yang tidak mengalami pengangkatan rahim. Hal ini diduga berkaitan

dengan pengurangan produksi hormon estrogen setelah dilakukan pengangkatan

rahim. Osteoartritis lutut dapat terjadi pada 89% pasien yang telah menjalani

menisektomi. Menisektomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah lutut dan

telah diidentifikasi sebagai faktor risiko penting bagi OA lutut. Hal tersebut

dimungkinkan karena beberapa hal, hilangnya jaringan meniskus akibat

menisektomi membuat tekanan berlebih pada tulang rawan sendi sehingga

memicu timbulnya OA lutut. Bagi pasien yang mengalami menisektomi,

degenerasi meniskal dan robekan mungkin menjadi lebih luas dan perubahan pada

tulang rawan sendi akan lebih besar daripada mereka yang tidak melakukan

menisektomi.17
15

b) Faktor Biomekanis
i. Riwayat Trauma Lutut

Trauma lutut yang akut termasuk robekan pada ligamentum krusiatum dan

meniskus merupakan faktor risiko timbulnya OA lutut.16

ii. Kelainan Anatomis

Faktor risiko timbulnya OA lutut antara lain kelainan lokal pada sendi lutut

seperti genu varum, genu valgus, Legg – Calve –Perthes disease dan displasia

asetabulum. Kelemahan otot kuadrisep dan laksiti ligamentum pada sendi lutut

termasuk kelainan lokal yang juga menjadi faktor risiko OA lutut.15

iii. Pekerjaan

Osteoartritis banyak ditemukan pada pekerja fisik berat, terutama yang

banyak menggunakan kekuatan yang bertumpu pada lutut. Prevalensi lebih tinggi

menderita OA lutut ditemukan pada kuli pelabuhan, petani dan penambang

dibandingkan pada pekerja yang tidak banyak menggunakan kekuatan lutut seperti

pekerja administrasi.15

iv. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik berat seperti berdiri lama (2 jam atau lebih setiap hari),

berjalan jarak jauh (2 jam atau lebih setiap hari), mengangkat barang berat (10 kg

– 50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), mendorong objek yang berat (10

kg –50 kg selama 10 kali atau lebih setiap minggu), naik turun tangga setiap hari

merupakan faktor risiko OA lutut.16

v. Kebiasaan olah raga

Atlit olah raga benturan keras dan membebani lutut seperti sepak bola, lari

maraton dan kung fu memiliki risiko meningkat untuk menderita OA lutut.


16

Kelemahan otot kuadrisep primer merupakan faktor risiko bagi terjadinya OA

dengan proses menurunkan stabilitas sendi dan mengurangi shock yang menyerap

materi otot.16,17

2.2.5 Patofisiologi
Patogenesis osteoartritis tidak hanya melibatkan proses degeneratif saja,

namun melibatkan hasil kombinasi antara degradasi rawan sendi, remodelling

tulang dan inflamasi cairan sendi. Osteoartritis diperkirakan dapat diakibatkan

oleh proses biokimiawi dan biomekanis.18


Pada tulang rawan sendi (kartilago) dilumasi oleh cairan sendi sehingga

mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika cairan sendi

(sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada permukaan sendi sehingga

mencegah terjadinya keletihan kartilago akibat gesekan. Protein yang disebut

dengan lubricin merupakan protein pada cairan sendi yang berfungsi sebagai

pelumas. Protein ini akan berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan

peradangan pada sendi.18


Rawan sendi dibentuk oleh sel rawan sendi (kondrosit) dan matriks rawan

sendi. Kondrosit berfungsi menyintesis dan memelihara matriks rawan sehingga

fungsi bantalan rawan sendi tetap terjaga dengan baik. Gangguan pada fungsi

kondrosit akan memicu proses patogenik osteoartritis.18


Rawan sendi pada keadaan normal melapisi ujung tulang. Matrik rawan

sendi mempunyai dua macam makromolekul, yaitu proteoglikan dan kolagen,

disamping mineral, air dan enzim. Proteoglikan terdiri atas protein dengan rantai

glikosaminoglikan, kondroitin sulfat dan keratan sulfat. Proteoglikan bergabung

dengan glikosaminoglikan lain dan protein lain untuk menstabilkan dan


17

memperkuat rawan sendi. Kolagen rawan sendi atau kolagen tipe II penting untuk

integritas struktur dan kemampuan fungsi rawan sendi. 18


Stres mekanik yang terjadi akan mempengaruhi metabolisme kondrosit,

pelepasan enzim MPM (matrix metalloprotein) gangguan biokimia sifat matrik

sehingga terdapat penurunan kadar proteoglikan sedangkan kolagen masih

normal, sementara sintesis kondrosit meningkat sebagai tanda usaha memperbaiki

diri. Sintesis kondrosit meningkatkan kuantitas sitokin seperti interleukin I (IL I),

Tumor Necrosis Factor (TNFa) enzim kolagenase, gelatin IL dan TNF a sebagai

media yang akan mengaktifkan enzim proteolitik. Molekul pro-inflamasi lain

seperti Nitride Oxide (NO, radikal bebas inorganik) dapat menjadi faktor yang

ikut berperan dalam kerusakan kartilago sendi. Proses ini terjadi akibat

terbentuknya enzim metaloproteinase (MPP) yang akan memecahkan proteoglikan

dan kolagen.18
Enzim MPP dalam keadaan normal dihambat oleh Tissue Inhibitor of

Metaloprotein (TIMP). Secara teoritis ketidakseimbangan antara produksi MPP

dan TIMP akan menyebabkan peningkatan proteolisis matrik sehingga terjadi

degenerasi rawan sendi (Osteoartritis).18


18

Gambar 4 Gambaran morfologik Osteoartritis (John et al, 1994)

2.2.6 Manifestasi Klinis


Osteoarthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Gejala-gejala

klinis yang ditemukan berhubungan dengan fase inflamasi sinovial, penggunaan

sendi serta inflamasi dan degenerasi yang terjadi di sekitar sendi.17,18


Berdasarkan anamnesis akan didapatkan keluhan :

1. Nyeri.

Nyeri ini terutama terjadi bila sendi digerakkan dan pada waktu berjalan.

Berupa nyeri sendi yang membatasi aktifitas, hambatan gerakan sendi, kaku

pagi hari yang tidak berlangsung lama karena imobilitas, krepitasi,

pembesaran sendi secara perlahan dan asimetris, serta perubahan gaya


18
berjalan bahkan ketidak mampuan untuk berjalan. Nyeri yang terjadi

berhubungan dengan:

Inflamasi yang luas


Kontraktur kapsul sendi


Peningkatan tekanan intra-artikuler akibat kongesti vaskuler
19


Nyeri berkurang setelah dilakukan aspirasi yang mengurangi

tekanan intra-artikuler. 18

2. Kekakuan.

Kekakuan terutama terjadi oleh karena adanya lapisan yang terbentuk dari

bahan elastis akibat pergeseran sendi atau oleh adanya cairan yang viskosa.

Keluhan yang dikemukakan berupa kesukaran untuk bergerak setelah duduk.

Kekakuan pada sendi besar atau pada jari tangan menyebabkan gangguan

pada aktivitas sehari-hari penderita. 18

3. Pembengkakan.

Pembengkakan terutama ditemukan pada lutut dan siku. Pembengkakan

disebabkan oleh cairan dalam sendi pada stadium akut atau oleh karena

pembengkakan pada tulang yang disebut osteofit. Juga dapat terjadi oleh

karena adanya pembengkakan dan penebalan pada sinovial yang berupa

kista.18

4. Gangguan Pergerakan.

Gangguan pergerakan pada sendi disebabkan oleh adanya fibrosis pada

kapsul, osteofit atau iregularitas permukaan sendi. Pada pergerakan sendi

dapat ditemukan atau didengar adanya krepitasi.18

5. Deformitas.

Deformitas sendi yang ditemukan akibat kontraktur kapsul serta instabilitas

sendi karena kerusakan pada tulang dan tulang rawan.18

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan hambatan gerak, krepitasi berupa

perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk, pembengkakan sendi
20

dengan ditemukannya efusi serta beberapa tanda radang yang tidak terlalu

menonjol, perubahan bentuk sendi dan gaya berjalan yang bisa dilihat jelas. 17,18
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis dapat tetapkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik serta

pemeriksaan penunjang.
A. Anamnesa
Berdasarkan anamnesis akan didapatkan keluhan berupa nyeri sendi yang

membatasi aktifitas, hambatan gerakan sendi, kaku pagi hari yang tidak

berlangsung lama karena imobilitas, krepitasi, pembesaran sendi secara perlahan

dan asimetris, serta perubahan gaya berjalan bahkan ketidak mampuan untuk

berjalan. 18
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisis akan didapatkan hambatan gerak, krepitasi berupa

perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk, pembengkakan sendi

dengan ditemukannya efusi serta beberapa tanda radang yang tidak terlalu

meninjol, perubahan bentuk sendi dan gaya berjalan yang bisa dilihat jelas. 17,18
C. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Radiologi

Diagnosis OA biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan radiografis.

Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA adalah : 2

1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada

bagian yang menanggung beban)

2) Peningkatan densitas (sclerosis) subkondral

3) Kista tulang

4) Osteofit pada pinggir sendi

5) Perubahan struktur anatomi sendi


21

Berdasarkan perubahan-perubahan radiografi diatas secara radiografi OA

dapat digradasi menjadi ringan sampai berat dengan Kriteria Kellgren dan

Lawrence.5

Grade 1 : ragu-ragu (tanpa osteofit, permukaan sendi normal)

Grade 2 : minimal (osteofit sedikit pada tibia dan patella, permukaan

sendi menyempit asimetris)

Grade 3 : moderat (adanya osteofit moderat pada beberapa tempat,

permukaan sendi menyempit dan tampak sklerosis subkondral)

Grade 4 : berat (ada osteofit yang besar, permukaan sendi menyempit

secara komplit, sklerosis subkondral berat dan kerusakan

permukaan sendi. 2

Gambar. 5 Grade Osteoartritis (Murphy et al, 2003)

 Pemeriksaan Laboratorium

Hasil dari pemeriksaan laboratorium ada OA biasanya tak banyak berguna,

namun dilakukan pemeriksaan laboratorium gunanya untuk membedakan dengan

artritis peradangan. Pada OA yang disertai peradangan akan dijumpai penurunan


22

viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan sel peradangan

(<8000/m) dan peningkatan protein. 17

The American College of Rheumatology menyusun kriteria diagnosis OA

lutut idiopatik berdasarkan pemeriksaan klinis dan radiologi sebagai berikut: 18

Tabel 3.1 Perbedaan Gambaran klinis OA

Klinis dan Laboratorium Klinis dan radiologi Klinis


Nyeri lutut + minimal 5 Nyeri lutut + minimal 1 Nyeri lutut + minimal 3

dari 9 berikut : dari 3 berikut: dari 6 berikut :

 Umur > 50 tahun  umur> 50 tahun  umur> 50 tahun

 stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit  stiffness < 30 menit

 krepitasi  krepitasi + osteofit  krepitasi

 nyeri pada tulang  nyeri pada tulang

 pelebaran tulang  pelebaran tulang

 tidak hangat pada  tidak hangat pada

perabaan perabaan

 LED < 40mm/jam

 Rheumatoid factor

<1:40

 Cairan sinovial : jernih,

viscous, leukosit

<2000/mm3

2.2.8 Diagnosis Banding


Diferensial diagnosa dari osteoartritis :
1. Rheumatoid artritis
23

Penyakit autoimun yang ditandai oleh poliartritis kronik yang menyerang

sendi bilateral simetris, perubahan erosis pada rontgen dan sering dengan gejala

sistemik seperti demam. Pada pemeriksaan Rheumatoid Factor didapatkan ≥

+70%. 21

2. Gout artritis
Gangguan metabolisme asam urat ditandai oleh hiperurisemia dan deposit

Kristal urat dalam jaringan sendi dan menyebabkan serangan akut. Penyakit ini

lebih sering dialami oleh laki-laki, ditandai dengan nyeri hebat, sendi panas, nyeri

tekan berwarna merah kebiruan dan membengkak, disertai demam. Sering

ditemukan tofi (benjolan keras tidak nyeri) diluar persendian dapat di sekitar jari

tangan, ujung siku, sekitar ibu jari kaki, daun telinga, tendon achilles. Biasanya

dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar asam urat yang diata normal,

diatas 10 mg/dl. 21
3. Ruptur ACL (Anterior Cruciate Ligament)
Anterior Drawer Test
Merupakan suatu tes untuk mendeteksi ruptur pada ligamen cruciatum lutut.

Penderita harus dalam posisi terlentang dengan panggul fleksi 45˚.Lutut fleksi dan

kedua kaki sejajar. Caranya dengan menggerakan tulang tibia ke atas maka akan

terjadi gerakan hiperekstresi sendi lutut dan sendi lutut akan terasa kendor. Posisi

pemeriksa di depan kaki penderita. Jika terdorong lebih dari normal, artinya tes

drawer positif.22
24

Gambar 2. Pemeriksaan Anterior Drawer Test22


4. Ruptur PCL (Posterior Cruciate Ligament)
Posterior Drawer Test
Posterior Drawer Test sama halnya dengan Anterior Drawer Test, hanya

saja menggenggam tibia kemudian didorong kearah belakang.22 Jika terdorong

lebih dari normal, artinya tes drawer positif.22

Gambar 3. Pemeriksaan Posterior Drawer Test22


5. Ruptur Meniskus
Tes McMurray
Tes ini merupakan tindakan pemeriksaan untuk mengungkapkan lesi

meniskus. Pada tes ini penderita berbaring terlentang. Dengan satu tangan

pemeriksa memegang tumit penderita dan tangan lainnya memegang lutut.

Tungkai kemudian ditekuk pada sendi lutut. Tungkai bawah eksorotasi/ endorotasi

dan secara perlahan-lahan diekstensikan. Kalau terdengar bunyi “klek‟ atau teraba

sewaktu lutut diluruskan, maka meniskus medial atau bagian posteriornya yang

mungkin terobek.22
25

Gambar 1. Pemeriksaan McMurray22


Apley Compresion Test
Tes ini dilakukan untuk menentukan nyeri lutut yang disebabkan oleh

robeknya meniskus. Penderita dalam posisi berbaring tengkurap lalu tungkai

bawah ditekukkan pada sendi lutut kemudian dilakukan penekanan pada tumit

pasien. Penekanan dilanjutkan sambil memutar tungkai ke arah dalam (endorotasi)

dan luar (eksorotasi). Apabila pasien merasakan nyeri di samping medial atau

lateral garis persendian lutut maka lesi pada meniskus medial dan lateral sangat

mungkin ada.22

Gambar 5. Pemeriksaan Apley Compresion Test22


Apley Distraction Test
Tes ini dilakukan untuk membedakan lesi meniskal atau ligamental pada

persendian lutut.Tindakan pemeriksaan ini merupakan kelanjutan dari Appley


26

Comppresion Test. Lakukan distraksi pada sendi lutut sambil memutar tungkai

bawah keluar dan kedalam dan lakukan fiksasi. Apabila pada distraksi eksorotasi

dan endorotasi itu terdapat nyeri maka hal tersebut disebabkan oleh lesi di

ligamen.22

Gambar 6. Pemeriksaan Apley Distraction Test22


2.2.9 Penatalaksanaan
2.2.9.1 Terapi Non Farmakologis:
Modalitas Terapi

1. Shortwave Diathermy (SWD)

A. Pengertian Shortwave Diathermy

Suatu alat terapi yang menggunakan pemanasan yang pada jaringan

dengan merubah energi elektromagnet menjadi energi panas. Shortwave

Diathermy biasa disebut dengan diathermy gelombang pendek. Berfungsi untuk

memanaskan jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga

peredaran darah menjadi lancar.23

B. Indikasi
27

Indikasi SWD adalah kondisi-kondisi subakut dan kronik pada gangguan

neuromuskuloskeletal (seperti sprain/strain, osteoarthritis, cervical syndrome,

NPB dan lain-lain). 23

C. Kontra Indikasi

Perlu diperhatikan kontra indikasi pemakaian SWD, yaitu :

a) Kontra indikasi pemanasan secara umum :



Trauma akut, inflamasi.

Gangguan sirkulasi.

Edema.

Scar yang besar.

Gangguan sensibilitas.

Keganasan.

Gangguan kognitif dan komunikasi sehingga sulit melaporkan nyeri. 23

b) Kontra indikasi SWD secara khusus :



Adanya logam (perhiasan, pacemaker, IUD, implant, dll).

Lensa kontak.

Kehamilan dan menstruasi.

Imaturitas tulang. 23

Gambar 6. Shortwave Diathermy (SWD)


28

2. Microwave Diathermy (MWD)

A. Pengertian Microwave Diathermy

Microwave Diathermy merupakan suatu alat sebagai pengobatan yang

menggunakan stessor fisis berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh

arus bolak-balik berfrekuensi 2450 MHz dengan panjang gelombang 12,25 cm.

Penetrasi dari MWD ± 3 cm atau bahwa alat ini hanya bekerja pada kulit, subcutis

& otot. Sehingga sangat efektif untuk terapi dengan permasalahan pada jaringan

lunak. 23

B. Indikasi dan Kontra Indikasi Microwave Diathermy

1) Indikasi : 23
 Terhadap jaringan <3cm,
 Banyak mengandung cairan,
 Pada daerah arteri, otot.

2) Kontra indikasi : 23
 Akut traumatic musculoskeletal injury,
 Acute inflammatory condition,
 Area dengan ischemis.

Gambar 7. Microwave Diathermy (MWD)


29

3. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator (TENS)

A. Pengertian TENS

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan

suatu cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem

saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui permukaan

kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang

berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter besar

maupun kecil yang akan menyampaikan berbagai informasi sensoris ke saraf

pusat. 23

B. Indikasi TENS : 23

 Trauma musculoskeletal (akut/kronik)


 Nyeri kepala
 Nyeri pasca operasi
 Nyeri pasca melahirkan
 Nyeri miofasial
 Nyeri visceral
 Nyeri berhubungan dengan sindroma sensorik
 Nyeripsikogenik
 Sindroma kompresi neurovaskular

C. Kontra Indikasi TENS : 23


 Keganasan
 Penyakit vaskuler
 Perdarahan
 Pasien ketergantungan pada alat pacu jantung
 Luka terbuka yang besar
 Infeksi
 Gangguan sensoris
 Bahan metal
30

Gambar 8. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator (TENS)

4. Infra Red Teraphy

A. Pengertian Infra Red

Sinar infra merah merupakan gelombang electromagnet dengan panjang

gelombang 7.700 – 4.000.000 Angstrom yang dapat dipakai untuk pengobatan. 23

Bersifat :
a) Tidak nampak.
b) Panjang gelombang lebih panjang daripada sinar merah.
c) Tenaga panas besar.
d) Efek kimia rendah.
e) Dapat menembus awan.
f) Dapat mengalami pemantulan. 23

B. Indikasi dan Kontra Indikasi Infra Red Terapi

1. Indikasi Infra Red Terapi :


a. Kondisi setelah peradangan sub–akut, seperti trauma sprain, muscle strain,
contusion.
b. Arthritis seperti : Rheumatoid arthritis, osteoarthritis, mialgia, neuritis.
c. Gangguan sirkulasi darah, seperti : tromboplebitis, Raynold’s disease.
d. Penyakit kulit, seperti : folliculitis, wound.
e. Persiapan exercise dan massage. 23

2. Kontra Indikasi Infra Red Terapi :


31

a. Daerah insufisiensi darah.


b. Gangguan sensibilitas.
c. Adanya kecenderungan terjadi pendarahan. 23

5. Ultrasound Diathermy Terapi

A. Pengertian Ultrasound Terapi

Ultrasound terapi adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran

mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang digunakan

dalam Fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk menimbulkan efek

terapeutik melalui proses tertentu. 23

B. Indikasi dan Kontra Indikasi Ultrasound Terapi


1. Indikasi Ultrasound Terapi : 23
 Kelainan-kelainan / penyakit pada jaringan tulang sendi dan otot.
 Keadaan-keadaan post traumatik.
 Fraktur.
 Rheumathoid Arthritis pada stadium tidak aktif.
 Kelainan / penyakit pada sirkulasi darah.
 Penyakit-penyakit pada organ dalam.
 Kelainan / penyakit pada kulit.
 Luka bakar.
 Jaringan parut oleh karena operasi.
 Kontraktur.

2. Kontra Indikasi Ultrasound Terapi : 23


 Mata.
 Jantung.
 Uterus pada wanita hamil.
 Epiphysela plates.
 Testis.
 Post laminectomi.
 Hilangnya sensibilitas.
 Tumor.
 Diabetes Mellitus (DM).
 Trombhoplebitys dan Varises.
32

Gambar 9. Ultrasound Diathermy (USD)

Latihan untuk Pasien OA Lutut

a. Latihan Fleksibilitas (ROM)

Mobilitas sendi sangat penting untuk memaksimalkan ruang gerak sendi,

meningkatkan kinerja otot, mengurangi resiko cedera, dan memperbaiki nutrisi

kartilago. Latihan fleksibilitas, yang dilakukan pada latihan fisik tahap pertama,

dapat meningatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan sekitar sendi. Untuk

pasien OA, latihan fleksibilitas ditujukan untuk mengurangi kekakuan,

meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah kontraktur jaringan lunak. Latihan

fleksibilitas sering dilakukan selama periode pemanasan atau tergabung dalam

laithan ketahanan atau aktivitas aerobik.24


33

Gambar 9. Streching otot Hamstring dan Quadriceps

(a) Hamstring stretch; (b) Quadriceps strecth

Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi.

Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot, sendi-sendi,

dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya menjangkau ruang gerak

sendi yang tidak menimbulkan nyeri. Aplikasi terapi panas sebelum peregangan

dapat mengurangi rasa nyeri dan mengingkatkan gerakan.16

Latihan fleksibiltas dapat dimulai dari latihan peregangan tiap kelompok

otot, setidaknnya tiga kali seminggu. Apabila sudah terbiasa, latihan ditingkatkan

repetisinya per kelompok otat secara bertahap. Latihan harus melibatkan

kelompok otot dan tendon utama pada ekstremitas atas dan bawah.24
34

Gambar 10. Latihan ROM lutut

(a) Knee bending; (b) Knee straightening

b. Latihan Kekuatan

Latihan kekuatan mempunyai efek sama dengan latihan aerobic dalam

memperbaiki disabilitas, nyeri dan kinerja. Latihan kekuatan ada 3 macam, yaitu :

latihan isometric, latihan isotonik dan isokinetik. Latihan kekuatan otot secara

isometrik, isotonik maupun isokinetik dapat mengurangi nyeri dan disabilitas serta

memperbaiki kecepatan berjalan pada pasien osteoartritis. Latihan isotonik

memberikan perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini

dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien osteoartritis dengan nyeri

lutut saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan kecepatan berjalan

paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah terapi dan saat evaluasi,

sehingga latihan ini disarankan untuk memperbaiki stabilitas sendi atau ketahanan

berjalan.25
35

Gambar 11. Latihan kekuatan otot-otot penyangga sendi lutut


(a) Quadriceps strengthening; (b) Hamstring straightening; (c) Calf straightening

Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan akut

atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan ringan pada

sendi dan ditoleransi baik oleh penderita osteoartritis dengan pembengkakan dan

nyeri sendi. Latihan ini dapat memperbaiki kekuatan otot dan ketahanan stais

(static endurance) dengan cara menyiapkan sendi untuk gerakana yang lebih

dinamis dan merupakan titik awal program penguatan. Apabila instabilitas sendi

dan nyeri berkurang, program latihan secara bertahap diubah ke latihan yang

dinamis (isotonik).25

Latihan kekuatan isometrik harus memperhatikan tipe latihan, intensitas,

volume, dan frekuensi. Latihan sebaiknya melibatkan kelompok otot utama.

Kontraksi isometrik dimulai pada intesitas rendah. Untuk menetapkan latihan,

diberitahukan pada pasien untuk memaksimalkan kontraksi otot yang menjadi

target penguatan. Intensitas latihan dimulai sekitar 30% usaha maksimal (maximal

effort). Jika bisa ditoleransi oleh pasien, intensitas ditingkatkan secara bertahap

sampai 75% kontraksi maksimal. Kontraksi dipertahankan tidak lebih dari 6 detik.
36

Pada awalnya satu kontraksi untuk 3 kelompok otot, kemudian jumlah

pengulangan ditingkatkan menjadi 8-10, sesuai toleransi pasien.26

Pasien diinstruksikan untuk bernafas selama masing-masing kontraksi.

Jarak antar kontraksi dianjurkan 20 detik. Latihan dilakukan 2 kali sehari pada

periode peradangan akut. Selanjutnya jumlah latihan secara bertahap ditingkatkan

menjadi 5-10 kali per hari, disesuaikan dengan kondisi pasien. Hal yang harus

diperhatikan adalah adanya resiko peningkatan tekanan darah bila kontraksi

dilakukan lebih dari 10 detik.26

Kontraksi isotonik digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Latihan kekuatan

isotonik memperlihatkan efek positif pada metabolism energi, kerja insulin,

kepadatan tulang dan status fungsional pada orang sehat. Jika tidak terdapat

peradangan akut meupun instabilitas sendi, bentuk latihan ini ditoleransi baik oleh

pasien osteoartritis.27

c. Latihan Fungsional

Pasien OA lutut sering mengalami gangguan aktivitas seperti naik turun

tangga, duduk dan bangkit dari kursi atau toilet, atau mengambil benda dari lantai.

Perlu dilakukan latihan yang bertujuan mengatasi gangguan fungsional khusus

yang dialami pasien. Latihan ini berupa latihan penguatan dengan modifikasi

aktivitas sehari-hari. Contohnya adalah:

a. Latihan step-up dan step down (latihan naik turun tangga)


b. Wall slides dan mini squat sampai 90˚ atau sebatas toleransi: bertujuan

melatih aktivitas duduk dan berdiri dari duduk dengan bantuan lengan, serta
37

menentukan perlu tidaknya adaptasi tinggi kursi untuk fungsi yang lebih

aman.28

Partial lunge, bertujuan melatih mekanika tubuh yang efektif untuk

mengambil benda di lantai dengan konsentrasi pada kontrol otot trunk saat

melakukan gerakan. Pasien diajarkan untuk mengkontraksikan otot abdomen

untuk menstabilkan pelvis saat melakukan gerakan lunge.28

Latihan keseimbangan dan proprioseptif, dimulai bila pasien mempunyai

kemampuan kontrol yang baik, misalnya dengan berjalan sepanjang garis sempit,

latihan dengan bola Swiss, atau latihan keseimbangan dengan wobble board.16,21

Latihan Tai Chi juga efektif untuk memperbaiki keseimbangan pada penderita

OA.17 Menurut deLisa belum ada metode paling baik untuk mengoptimalkan

keseimbangan pada penderita OA, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa

latihan penguatan dan latihan aerobik dengan berjalan memperbaiki stabilitas

postural penderita OA.25

Latihan ambulasi : penggunaan alat bantu jalan dikurangi ketika kekutan

otot quadrisep membaik (MMT 4/5) atau nyeri berkurang. Latihan ambulasi

dilakukan pada permukaan yang bervariasi, naik turun ramp, pertama dengan

bantuan kemudian mandiri. 26

Edukasi :

a. Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA. Dua hal yang menjadi tujuan

edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas. Dengan edukasi

diharapkan pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan

pengobatan menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk


38

mencegah kerusakan organ sendi lebih lanjut. Edukasi yang diberikan pada

penderita ini yaitu memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit yang

kronik, sehingga perlu dipahami dalam derajat tertentu akan tetap ada rasa nyeri,

kaku dan keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu, agar rasa nyeri dapat

berkurang, maka penderita hendaknya mengurangi aktivitas/pekerjaannya

sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi lutut dan lebih banyak

beristirahat. Penderita juga disarankan untuk kembali kontrol sehingga dapat

diketahui apakah penyakitnya sudah membaik atau ternyata ada efek samping

akibat obat yang diberikan.18

b. Diet bertujuan untuk menurunkan berat badan pada penderita OA yang gemuk.

Hal ini sebaiknya menjadi program utama pengobatan OA. Penurunan berat badan

seringkali dapat mengurangi keluhan dan peradangan. Selain itu, obesitas juga

dapat meningkatkan risiko progresifitas dari OA. Pada penderita ini disarankan

untuk mengurangi berat badan dengan mengatur diet rendah kalori sampai

mungkin mendekati berat badan ideal.18,19

c. Terapi dingin
Diberikan pada fase akut untuk mengurangi nyeri, edem serrta mengurangi

degradasi rawan sendi oleh enzim kolagenase. Efek fisiologis terapi dingin adalah

vasokonstriksi pembuluh darah dan perlambatan perdarahan, mengurangi edem

dan mengurangi inflamasi akut. Terapi dingin dapat berupa kompres es pada

bagian yang nyeri selama 15-20 menit atau massage ice tube selama 5 menit.20

2.2.9.2 Terapi farmakologis


39

a. Analgetik oral non opiad: asetaminofen, aspirin dan ibuprofen untuk

menghilangkan nyeri. 18
b. Analgetik topical: krim kapsaisin mengurangi nyeri pada ujung saraf lokal.
c. Obat Anti Inflamasi non Steroid (OAINS): analgetik- antiinflamasi.

Namun, penggunaaannya harus dikontrol sebab banyak menyebabkan efek

samping berupa gastritis hingga ulkus peptikum. 17,18


d. Chondroprotective agent: obat- obat yang dapat menjaga atau merangsang

perbaikan tulang rawan sendi. Sebagian peneliti menggolongkannya dalam

Slow Acting Anti Osteoarthritis Drugs (SAAODs) atau Disease Modifying

Anti Osteoarthritis Drugs (DMOADs):


1) Tetrasiklin: menghambat kerja enzim Metaloproteinase Matrix (MMP)
2) Asam hialuronat (viscosupplement): memperbaiki viskositas cairan

synovial, diberika intraarthrikuler. Asam hialuronat ternyata

memegang peranan penting dalam pembentukan matriks tulang rawan

melalui agregasi dengan proteoglikan. 18


3) Glikosaminoglikan: menghambat sejumlah enzim degradasi tuang

rawan., seperti hialuronidase, protease, elastase, dan katepsin. 18


4) Kondroitin sulfat: salah satu jaringan yang mengandung kondroitin

sulfat adalah kartilago dan zat ini merupakan bagian dari proteoglikan.

Kondroitin sulfat memiliki efek: antiinflamasi, efek metabolic terhadap

sintesis hialuronat dan proteoglikan, dan anti degradatif melalui

hambatan enzim proteolitik


5) Vitamin C: menghambat enzim lisozim. 18
6) Superoxide Dismutase: menghilangkan superoxide dan hydroxyl

radikal yang merusak asam hialuronat, kolagen, dan proteoglikan. 18


7) Steroid Intra-artrikuler: kejadian inflamasi kadang terjadi pada OA

sehingga mampu mengurangi rasa sakit, tetapi penggunaannya masih

controversial. 19
40

3. Terapi bedah: Terapi ini diberikan apabila terapi farmakologis dan rehabilitasi

tidak berhasil untuk mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi

apabila terjadi deformitas yang menimbulkan gangguan mobilisasi sendi yang

mengganggu aktifitas sehari-hari. 19

2.2.10 Prognosis
OA biasanya berjalan lambat. Problem utama yang sering dijumpai adalah

nyeri. Apabila sendi tersebut diapakai atau meningkatnya ketidakstabilan bila

harus menanggung beban, terutama lutut. Hal ini menyebabkan pasien harus

hidup dengan cara yang baru, seperti perubahan pola makan, olahraga, manipulasi

obat- obatan yang diberikan, dan pemakaian alat bantu.20

Anda mungkin juga menyukai