Anda di halaman 1dari 5

JURNAL FARMASI SAINS DAN KOMUNITAS, Mei 2014, hlm. 18-22 Vol. 11 No.

1
ISSN : 1693-5683

DAYA HAMBAT MINYAK ATSIRI DAN EKSTRAK LIMBAH SISA DESTILASI


RIMPANG KUNIR PUTIH (Kaempferia rotunda L.) TERHADAP PERTUMBUHAN
Candida albicans ATCC 10231
1 2 3
CHRISTINA ASTUTININGSIH , RATIH OCTAVIANI , SRI SURATININGSIH
1
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI” Semarang
2
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Farming Semarang

Abstract: White turmeric rhizome contains alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, and essential
oils. The purpose of this research is to determine the antifungal activity of essensial oil and
residual destillation of white turmeric rhizome against Candida albicans. Essential oils of white
turmeric rhizome isolated by steam distillation method, the extraction of waste with soxhletasi
method. Antifungal activities were investigated by the paper disc method method. The test results
showed antifungal activity of essential oil of white turmeric rhizome in different concentrations
(0.75, 1, 2, and 2.25%) were 0.0 ; 0.736 ; 0.894 ; 1.041 cm. The antifungal activities of the
residual distillation of extract (2.25, 2.5, 3, and 4%) were 0.0, 0.674, 0.743 and 0.874 cm. There
was a difference of the zone of inhibition of Candida albicans growth between essential oils and
residual distillation of white turmeric rhizome.

Keywords: White turmeric, Candida albicans, essential oils, extract of waste, inhibiton.

1. Pendahuluan Selain sebagai antibakteri, minyak atsiri juga


Bahan obat alam yang berasal dari berfungsi sebagai antijamur (Agusta, 2000).
tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan Oleh karena itu, perlu diketahui aktivitas
yang berasal dari hewan atau mineral, antijamur minyak atsiri rimpang kunir putih.
sehingga sebutan obat tradisional hampir Minyak atsiri rimpang kunir putih diisolasi
selalu identik dengan tanaman obat. Hal ini dengan metode penyulingan uap air.
disebabkan karena sebagian besar obat Pada produksi minyak atsiri terdapat
tradisional berasal dari tanaman obat salah hasil sampingan yang bernilai ekonomis,
satunya merupakan tanaman apotik hidup baik untuk dijual maupun dimanfaatkan
(Katno dan Pramono, 2006). kembali untuk kepentingan penyulingan
Salah satu tanaman apotik hidup seperti briket organik dan pupuk organik
adalah kunir putih (Kaempferia rotunda L.). (Armando, 2009; Ketaren, 1985. Rimpang
Bagian tanaman yang sering digunakan kunir putih selain mengandung minyak atsiri
sebagai obat adalah rimpangnya. Rimpang juga mengandung alkaloida, saponin,
kunir putih secara empiris digunakan oleh flavonoid (Handayani, 2003) sehingga
masyarakat untuk mengobati mulas, disentri, dimungkinkan pada limbah simplisia sisa
mencret, pelangsing tubuh, dan keputihan. proses penyulingan masih terdapat senyawa
Keputihan merupakan infeksi pada aktif yang tahan pemanasan yang juga
vagina yang disebabkan oleh Candida bernilai ekonomis dan dapat dimanfaatkan
albicans, biasanya ditandai dengan sebagai pengobatan seperti minyak atsiri
keluarnya lendir yang kental berwarna putih rimpang kunir putih, salah satunya sebagai
kekuningan, berbau tidak sedap, dan antijamur. Ekstraksi limbah simplisia
menimbulkan rasa gatal pada selaput vagina. menggunakan metode soxhletasi. Tujuan
Berdasarkan penelitian Yuanita (2005) dari penelitian ini untuk mengetahui aktivitas
dan Budiarti (2006), diketahui bahwa antibakteri dari minyak atsiri dan juga dari
rimpang kunir putih mengandung minyak limbah sisa destilasi terhadap jamur Candida
atsiri yang memiliki aktivitas antibakteri. albicans. Pengujian daya antijamur
ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 19

dilakukan dengan metode kertas cakram. 3.2. Ekstraksi limbah simplisia sisa destilasi
Aktivitas antijamur dapat dilihat dari zona Limbah simplisia dari proses destilasi
bening yang tampak pada lapisan media. dikeringkan, dijemur di bawah sinar matahari
dan ditutup kain hitam. Setelah kering,
2 . Bahan dan Metode Penelitian dihaluskan dengan blender kemudian diayak
Bahan yang digunakan adalah rimpang dengan ayakan no. 40. Ditimbang serbuk
kunir putih (Kaempferia rotunda L.) kering sejumlah 25 gram, kemudian
diperoleh di daerah Pati, Jawa Tengah. Jamur disoxhlet dengan etanol 70%. Soxhlet
yang digunakan adalah Candida albicans dihentikan jika warna lapisan sudah bening.
yang diperoleh dari Laboratorium Ekstrak diuapkan diatas waterbath sampai
Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan diperoleh sari yang pekat. Ekstrak disimpan
Semarang. dalam wadah tertutup rapat.
Bahan lain yang digunakan adalah
rimpang kunir putih segar, aqua destilata, 3.3. Identifikasi
etanol 70%, silika gel GF 254, toluen, etil Minyak atsiri rimpang kunir putih
asetat, n-butanol, asam asetat, kloroform, ditotolkan pada lempeng silika gel GF 254
metanol, anisaldehid, asam sulfat p, dan dielusi dalam chamber yang telah
dragendroff, uap amonia, AlCl3 dalam etanol, dijenuhkan dengan fase gerak toluen : etil
Candida albicans, Sabouraud Dekstrosa asetat (93 : 7) v/v. Hasil dideteksi dengan
Agar, Sabouraud Dekstrosa Broth, larutan ½ lampu UV 254 nm, kemudian disemprot
Mc Farland, nistatin. dengan penampak bercak anisaldehid-asam
Alat yang digunakan adalah sulfat p, dan dipanaskan dalam oven pada
serangkaian alat destilasi uap air, suhu 110°C selama 5 sampai 10 menit.
serangkaian alat soxhlet, lampu UV 254 nm Pengamatan dilakukan dengan mengamati
dan 365 nm, autoclave, inkubator, alat-alat warna bercak dan diukur harga Rf-nya.
gelas laboratorium, jangka sorong. Ekstrak ditambah 5 ml metanol (p.a).
Determinasi tanaman kunir putih Larutan yang diperoleh ditotolkan pada
(Kaempferiae rotunda L.) dilakukan di lempeng silika gel GF 254 nm dan dielusi
Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah dengan kloroform-metanol-air (64:50:10)
Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” untuk saponin, n butanol-asam asetat-air
Semarang. (4:1:5) untuk flavonoid, dan etil asetat-
etanol-air (100:13,5:10) untuk alkaloid
3. Tata Cara Penelitian dengan jarak elusi 10 cm.
3.1. Penyulingan Minyak Atsiri Pendeteksian bercak dengan
Rimpang kunir putih yang digunakan menggunakan sinar UV 254 nm, anisaldehid-
adalah rimpang kunir putih segar. Rimpang asam sulfat untuk saponin, uap amonia
kunir putih setelah dicuci bersih, dipotong dilanjutkan dengan AlCl3 1% dalam etanol
dengan tebal + 2-5 mm. Ditimbang 10000 untuk flavonoid, dan dragendroff untuk
gram rimpang kunir putih, dimasukkan ke alkaloid.
dalam dandang yang berisi air. Dandang
dipasang pada rangkaian alat destilasi dan 3.4. Uji daya antijamur
pemanas. Suhu selama penyulingan + 100°C. Dua cawan petri masing-masing diberi 6
Pemanasan dihentikan jika sudah tidak kertas cakram. Pada cawan petri pertama,
terdapat lagi penambahan volume. Destilat masing-masing kertas cakram diteteskan
yang diperoleh dipisahkan dari air dengan kontrol positif (nistatin), kontrol negatif
menggunakan corong pisah. Ditambahkan (PEG 400), minyak atsiri 0,75; 1; 2 dan
Na2SO4 untuk menarik sisa air. Minyak atsiri 2,25% sebanyak 5µl. Cawan petri kedua
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan masing-masing kertas cakram diteteskan
terhindar dari sinar matahari dalam suhu kontrol positif (nistatin), kontrol negatif
kamar.
20 ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

(alkohol 70%), ekstrak limbah 2,25; 2,5; 3 flavonoid dan saponin yang ditunjukkan
dan 4% sebanyak 5µl. Kedua cawan petri tidak terbentuknya bercak berwarna kuning
o
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. pada deteksi flavonoid dan bercak berwarna
Dilakukan 5 kali replikasi untuk pengujian ungu, biru ungu atau kekuningan pada
daya antijamur. Diukur diameter daerah deteksi saponin. Namun hasil deteksi
hambatan menggunakan jangka sorong. senyawa alkaloid memberikan bercak orange
yang menunjukkan bahwa ekstrak limbah
4. Hasil dan Pembahasan simplisia positif mengandung alkaloid
Minyak atsiri rimpang kunir putih (Wagner, 1996).
diisolasi dengan metode penyulingan uap air. Uji daya antijamur minyak atsiri dan
Prinsip dari penyulingan uap air adalah ekstrak limbah dilakukan dan diamati
penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan jamur
jaringan rimpang sehingga dapat diperoleh Candida albicans menggunakan metode
rendemen minyak yang lebih besar. kertas cakram. Kontrol positif yang
Rendemen minyak atsiri yang diperoleh digunakan adalah nistatin. Mekanisme kerja
adalah 0,05%, dengan organoleptos tersaji Nistatin adalah merusak membran sel
pada Tabel 1. melalui pengikatan diri atau bergabung
dengan sterol yang terdapat di dalam
Tabel 1. Organoleptis Minyak Atsiri membran sel sehingga mengakibatkan
Rimpang Kunir Putih kerusakan pada membran sel dan
menyebabkan kebocoran isi sitoplasma
sehingga dapat membunuh jamur Candida
albicans (Tjay, 2007). Kontrol negatif yang
digunakan adalah PEG 400 dan etanol 70%,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah
Tabel 2. Hasil KLT Minyak Atsiri pelarut mempunyai kemampuan aktivitas
antijamur.
Konsentrasi masing-masing senyawa
yang ditetapkan untuk pengujian antijamur
adalah 0,75; 1; 2 dan 2,25% untuk minyak
atsiri; 2,25; 2,5; 3 dan 4%. Pengujian daya
Warna bercak yang muncul pada antijamur masing-masing senyawa
kromatogram adalah merah muda, kuning, dilakukan pada petridisk yang berbeda
dan coklat (Tabel 2) yang menunjukkan karena minyak atsiri merupakan minyak
bahwa minyak atsiri rimpang kunir putih yang mudah menguap sehingga dapat
mengandung timol, kurkumin, dan safrol mempengaruhi daya antijamur ekstrak
(Depkes, 1987). limbah simplisia.
Ekstraksi limbah simplisia Tabel 5 menunjukkan pada konsentrasi
menggunakan metode soxhletasi. Ekstraksi yang sama, yaitu 2,25%, minyak atsiri
menggunakan penyari etanol 70%. Etanol memberikan daerah hambatan sebesar 1,041
70% digunakan untuk melarutkan senyawa cm sedangkan ekstrak limbah simplisia tidak
polar seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin memberikan daerah hambatan sama sekali.
yang kemungkinan masih terdapat di dalam Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri
limbah simplisia. Rendemen ekstrak limbah rimpang kunir putih memberikan daerah
yang diperoleh sebesar 2,92%. hambatan lebih besar dibandingkan dengan
Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak limbah simplisia sisa destilasi
limbah mengandung alkaloid. Hal ini rimpang kunir putih.
diperjelas dengan uji KLT (Tabel 4) dimana Gambar 1 menunjukkan adanya
hasil kromatogram menunjukkan bahwa peningkatan daerah hambatan yang
ekstrak tidak mengandung senyawa ditimbulkan pada masing-masing senyawa
ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 21

dimana semakin tinggi konsentrasi maka konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak limbah
diameter daerah hambat pertumbuhan jamur terhadap rata-rata diameter pertumbuhan
semakin besar. jamur. Uji statistik dilanjutkan dengan uji
Data yang diperoleh menunjukkan data Scheffe untuk membandingkan apakah
yang berdistribusi normal dan homogen. Hal kelompok konsentrasi antara satu dengan
ini ditunjukkan dengan signifikansi > 0,05 lainnya memiliki nilai signifikasi yang
maka H0 diterima artinya sampel berasal dari berbeda.
populasi yang berdistribusi normal dan Hasil dari uji Scheffe menunjukkan
homogen, maka selanjutnya dilakukan uji semua konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak
analisa varian (anava) satu jalan untuk limbah berbeda signifikan dengan kontrol
mengetahui adanya perbedaan daya positif (Nistatin) dengan signifikasi < 0,05
antijamur antara minyak atsiri dan ekstrak maka H0 diterima artinya minyak atsiri dan
limbah. ekstrak limbah mempunyai aktivitas untuk
Hasil uji Anava menunjukkan menghambat pertumbuhan Candida
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak artinya albicans secara signifikan. Namun
adanya perbedaan bermakna antara konsentrasi antara minyak atsiri dengan
konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak limbah ekstrak limbah menunjukkan perbedaan
simplisia terhadap pertumbuhan Candida yang tidak signifikan, yaitu antara minyak
albicans dengan kata lain terdapat pengaruh atsiri 0,75% dan ekstrak limbah 2,25%;

Tabel 3. Hasil Uji Pendahuluan Ekstrak Limbah

Tabel 4. Hasil KLT Ekstrak Limbah

Tabel 5. Diameter Zona Hambat (cm) Pertumbuhan Candida albicans


22 ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas

menghambat pertumbuhan Candida


albicans. Terdapat perbedaan daya hambat
antara minyak atsiri ekstrak limbah simplisia
sisa destilasi rimpang kunir putih terhadap
pertumbuhan Candida albicans.
Perlu dilakukan pengujian daya
antijamur minyak atsiri dan ekstrak limbah
simplisia sisa destilasi rimpang kunir putih
(Kaempferia rotunda Linn.) dengan metode
Gambar 1. Grafik Hubungan Perbandingan Diameter dan jamur yang berbeda, baik dalam bentuk
Daerah Hambat antara Minyak Atsiri dan senyawa maupun dalam bentuk sediaan.
Ekstrak Limbah Simplisia Perlu juga dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk mengetahui struktur kimia kandungan
senyawa dalam minyak atsiri dan ekstrak
minyak atsiri 1% dengan ekstrak limbah
limbah simplisia sisa destilasi rimpang kunir
2,5% dan 3%; minyak atsiri 2% dengan
putih (Kaempferia rotunda Linn.) yang
ekstrak limbah 4%. Hal ini menunjukkan
berkhasiat antijamur.
kemampuan daya hambat yang setara antara
minyak atsiri 0,75% dengan ekstrak limbah
Daftar Pustaka
2,25%; minyak atsiri 1% dengan ekstrak
Agusta, A. 2000. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika
limbah 2,5% dan 3%; minyak atsiri 2%
Indonesia. Bandung: ITB.
dengan ekstrak limbah 4%. Armando, R. 2009. Memproduksi 15 Jenis Minyak
Minyak atsiri dapat menghambat Atsiri Berkhasiat. Jakarta: Penerbit Swadaya.
pertumbuhan Candida albicans. Mekanisme Budiarti, S. 2006. Isolasi dan Identifikasi Senyawa
kerja antijamur minyak atsiri yaitu gugus Aktif Minyak Atsiri Rimpang Kunir Putih
(Kaempferia rotunda L.) yang Memiliki Aktivitas
fenol dalam minyak atsiri membentuk Antibakteri Terhadap Bacillus subtilis. Skripsi.
kompleks dengan protein dalam membran sel Semarang: STIFAR Yayasan Pharmasi.
sehingga terjadi penggumpalan. Protein yang Departemen Kesehatan RI. 1987. Analisis Obat
menggumpal mengalami denaturasi Tradisional. Jakarta: Depkes RI.
Handayani, L. 2003. Tanaman Obat Untuk Masa
sehingga menyebabkan permeabilitas Kehamilan dan Pasca Melahirkan. Jakarta:
membran sel menurun, transport nutrisi Agromedia Pustaka.
dalam sel terganggu sehingga pertumbuhan Jawetz, E, Melnick, J.L, dan Adelberg, E.A. 1996.
jamur terganggu (Jawetz dkk, 1996; Mikrobiologi Kedokteran. Diterjemahkan oleh
Edi Nugroho dan Maulani. Edisi 20. Jakarta :
Siswandono dan Soekardjo, 2000). Penerbit Buku Kedokteran EGC
Ekstrak limbah mengandung senyawa Katno, dan Pramono, S. 2006. Tingkat Manfaat dan
alkaloid. Gugus nitro dalam alkaloid Keamanan Manfaat Obat dan Obat Tradisional.
berperan untuk aktivitas antijamur dimana Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri.
gugus nitro tereduksi menjadi amin primer Jakarta: Balai Pustaka.
yang kemudian bergabung dengan asam Siswandono dan Soekardjo, H.B. 2000. Kimia
ribonukleat dan menghambat sintesis asam Medisinal II. Surabaya: Universitas Airlangga
nukleat serta protein jamur yang Press.
menyebabkan ketidakseimbangan metabolik Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting
sehingga menghambat pertumbuhan atau Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek
menimbulkan kematian sel jamur Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
(Siswandono, 2000: 66). Yuanita, F. 2005. Uji Daya Hambat Minyak Atsiri
Rimpang Kunir Putih (Kaempferia rotunda L.)
4. Kesimpulan dan Saran Terhadap Pertumbuhan Bakteri Bacillus subtilis
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ATCC 25416. Skripsi. Semarang: STIFAR
Yayasan Pharmasi.
bahwa minyak atsiri dan ekstrak limbah Wagner, Hieldebert, Baldt, Sabine. 1996. Plant Drug
simplisia sisa destilasi rimpang kunir putih Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas,
( K a e m p f e r i a ro t u n d a L . ) m a m p u Second Edition Germany: Springer

Anda mungkin juga menyukai