1
ISSN : 1693-5683
Abstract: White turmeric rhizome contains alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol, and essential
oils. The purpose of this research is to determine the antifungal activity of essensial oil and
residual destillation of white turmeric rhizome against Candida albicans. Essential oils of white
turmeric rhizome isolated by steam distillation method, the extraction of waste with soxhletasi
method. Antifungal activities were investigated by the paper disc method method. The test results
showed antifungal activity of essential oil of white turmeric rhizome in different concentrations
(0.75, 1, 2, and 2.25%) were 0.0 ; 0.736 ; 0.894 ; 1.041 cm. The antifungal activities of the
residual distillation of extract (2.25, 2.5, 3, and 4%) were 0.0, 0.674, 0.743 and 0.874 cm. There
was a difference of the zone of inhibition of Candida albicans growth between essential oils and
residual distillation of white turmeric rhizome.
Keywords: White turmeric, Candida albicans, essential oils, extract of waste, inhibiton.
dilakukan dengan metode kertas cakram. 3.2. Ekstraksi limbah simplisia sisa destilasi
Aktivitas antijamur dapat dilihat dari zona Limbah simplisia dari proses destilasi
bening yang tampak pada lapisan media. dikeringkan, dijemur di bawah sinar matahari
dan ditutup kain hitam. Setelah kering,
2 . Bahan dan Metode Penelitian dihaluskan dengan blender kemudian diayak
Bahan yang digunakan adalah rimpang dengan ayakan no. 40. Ditimbang serbuk
kunir putih (Kaempferia rotunda L.) kering sejumlah 25 gram, kemudian
diperoleh di daerah Pati, Jawa Tengah. Jamur disoxhlet dengan etanol 70%. Soxhlet
yang digunakan adalah Candida albicans dihentikan jika warna lapisan sudah bening.
yang diperoleh dari Laboratorium Ekstrak diuapkan diatas waterbath sampai
Mikrobiologi Balai Laboratorium Kesehatan diperoleh sari yang pekat. Ekstrak disimpan
Semarang. dalam wadah tertutup rapat.
Bahan lain yang digunakan adalah
rimpang kunir putih segar, aqua destilata, 3.3. Identifikasi
etanol 70%, silika gel GF 254, toluen, etil Minyak atsiri rimpang kunir putih
asetat, n-butanol, asam asetat, kloroform, ditotolkan pada lempeng silika gel GF 254
metanol, anisaldehid, asam sulfat p, dan dielusi dalam chamber yang telah
dragendroff, uap amonia, AlCl3 dalam etanol, dijenuhkan dengan fase gerak toluen : etil
Candida albicans, Sabouraud Dekstrosa asetat (93 : 7) v/v. Hasil dideteksi dengan
Agar, Sabouraud Dekstrosa Broth, larutan ½ lampu UV 254 nm, kemudian disemprot
Mc Farland, nistatin. dengan penampak bercak anisaldehid-asam
Alat yang digunakan adalah sulfat p, dan dipanaskan dalam oven pada
serangkaian alat destilasi uap air, suhu 110°C selama 5 sampai 10 menit.
serangkaian alat soxhlet, lampu UV 254 nm Pengamatan dilakukan dengan mengamati
dan 365 nm, autoclave, inkubator, alat-alat warna bercak dan diukur harga Rf-nya.
gelas laboratorium, jangka sorong. Ekstrak ditambah 5 ml metanol (p.a).
Determinasi tanaman kunir putih Larutan yang diperoleh ditotolkan pada
(Kaempferiae rotunda L.) dilakukan di lempeng silika gel GF 254 nm dan dielusi
Laboratorium Biologi Farmasi Sekolah dengan kloroform-metanol-air (64:50:10)
Tinggi Ilmu Farmasi “Yayasan Pharmasi” untuk saponin, n butanol-asam asetat-air
Semarang. (4:1:5) untuk flavonoid, dan etil asetat-
etanol-air (100:13,5:10) untuk alkaloid
3. Tata Cara Penelitian dengan jarak elusi 10 cm.
3.1. Penyulingan Minyak Atsiri Pendeteksian bercak dengan
Rimpang kunir putih yang digunakan menggunakan sinar UV 254 nm, anisaldehid-
adalah rimpang kunir putih segar. Rimpang asam sulfat untuk saponin, uap amonia
kunir putih setelah dicuci bersih, dipotong dilanjutkan dengan AlCl3 1% dalam etanol
dengan tebal + 2-5 mm. Ditimbang 10000 untuk flavonoid, dan dragendroff untuk
gram rimpang kunir putih, dimasukkan ke alkaloid.
dalam dandang yang berisi air. Dandang
dipasang pada rangkaian alat destilasi dan 3.4. Uji daya antijamur
pemanas. Suhu selama penyulingan + 100°C. Dua cawan petri masing-masing diberi 6
Pemanasan dihentikan jika sudah tidak kertas cakram. Pada cawan petri pertama,
terdapat lagi penambahan volume. Destilat masing-masing kertas cakram diteteskan
yang diperoleh dipisahkan dari air dengan kontrol positif (nistatin), kontrol negatif
menggunakan corong pisah. Ditambahkan (PEG 400), minyak atsiri 0,75; 1; 2 dan
Na2SO4 untuk menarik sisa air. Minyak atsiri 2,25% sebanyak 5µl. Cawan petri kedua
disimpan dalam wadah tertutup rapat dan masing-masing kertas cakram diteteskan
terhindar dari sinar matahari dalam suhu kontrol positif (nistatin), kontrol negatif
kamar.
20 ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas
(alkohol 70%), ekstrak limbah 2,25; 2,5; 3 flavonoid dan saponin yang ditunjukkan
dan 4% sebanyak 5µl. Kedua cawan petri tidak terbentuknya bercak berwarna kuning
o
diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. pada deteksi flavonoid dan bercak berwarna
Dilakukan 5 kali replikasi untuk pengujian ungu, biru ungu atau kekuningan pada
daya antijamur. Diukur diameter daerah deteksi saponin. Namun hasil deteksi
hambatan menggunakan jangka sorong. senyawa alkaloid memberikan bercak orange
yang menunjukkan bahwa ekstrak limbah
4. Hasil dan Pembahasan simplisia positif mengandung alkaloid
Minyak atsiri rimpang kunir putih (Wagner, 1996).
diisolasi dengan metode penyulingan uap air. Uji daya antijamur minyak atsiri dan
Prinsip dari penyulingan uap air adalah ekstrak limbah dilakukan dan diamati
penetrasi uap terjadi secara merata ke dalam pengaruhnya terhadap pertumbuhan jamur
jaringan rimpang sehingga dapat diperoleh Candida albicans menggunakan metode
rendemen minyak yang lebih besar. kertas cakram. Kontrol positif yang
Rendemen minyak atsiri yang diperoleh digunakan adalah nistatin. Mekanisme kerja
adalah 0,05%, dengan organoleptos tersaji Nistatin adalah merusak membran sel
pada Tabel 1. melalui pengikatan diri atau bergabung
dengan sterol yang terdapat di dalam
Tabel 1. Organoleptis Minyak Atsiri membran sel sehingga mengakibatkan
Rimpang Kunir Putih kerusakan pada membran sel dan
menyebabkan kebocoran isi sitoplasma
sehingga dapat membunuh jamur Candida
albicans (Tjay, 2007). Kontrol negatif yang
digunakan adalah PEG 400 dan etanol 70%,
dengan tujuan untuk mengetahui apakah
Tabel 2. Hasil KLT Minyak Atsiri pelarut mempunyai kemampuan aktivitas
antijamur.
Konsentrasi masing-masing senyawa
yang ditetapkan untuk pengujian antijamur
adalah 0,75; 1; 2 dan 2,25% untuk minyak
atsiri; 2,25; 2,5; 3 dan 4%. Pengujian daya
Warna bercak yang muncul pada antijamur masing-masing senyawa
kromatogram adalah merah muda, kuning, dilakukan pada petridisk yang berbeda
dan coklat (Tabel 2) yang menunjukkan karena minyak atsiri merupakan minyak
bahwa minyak atsiri rimpang kunir putih yang mudah menguap sehingga dapat
mengandung timol, kurkumin, dan safrol mempengaruhi daya antijamur ekstrak
(Depkes, 1987). limbah simplisia.
Ekstraksi limbah simplisia Tabel 5 menunjukkan pada konsentrasi
menggunakan metode soxhletasi. Ekstraksi yang sama, yaitu 2,25%, minyak atsiri
menggunakan penyari etanol 70%. Etanol memberikan daerah hambatan sebesar 1,041
70% digunakan untuk melarutkan senyawa cm sedangkan ekstrak limbah simplisia tidak
polar seperti alkaloid, flavonoid, dan saponin memberikan daerah hambatan sama sekali.
yang kemungkinan masih terdapat di dalam Hal ini menunjukkan bahwa minyak atsiri
limbah simplisia. Rendemen ekstrak limbah rimpang kunir putih memberikan daerah
yang diperoleh sebesar 2,92%. hambatan lebih besar dibandingkan dengan
Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak ekstrak limbah simplisia sisa destilasi
limbah mengandung alkaloid. Hal ini rimpang kunir putih.
diperjelas dengan uji KLT (Tabel 4) dimana Gambar 1 menunjukkan adanya
hasil kromatogram menunjukkan bahwa peningkatan daerah hambatan yang
ekstrak tidak mengandung senyawa ditimbulkan pada masing-masing senyawa
ASTUTININGSIH, OCTAVIANI, SURATININGSIH Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas 21
dimana semakin tinggi konsentrasi maka konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak limbah
diameter daerah hambat pertumbuhan jamur terhadap rata-rata diameter pertumbuhan
semakin besar. jamur. Uji statistik dilanjutkan dengan uji
Data yang diperoleh menunjukkan data Scheffe untuk membandingkan apakah
yang berdistribusi normal dan homogen. Hal kelompok konsentrasi antara satu dengan
ini ditunjukkan dengan signifikansi > 0,05 lainnya memiliki nilai signifikasi yang
maka H0 diterima artinya sampel berasal dari berbeda.
populasi yang berdistribusi normal dan Hasil dari uji Scheffe menunjukkan
homogen, maka selanjutnya dilakukan uji semua konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak
analisa varian (anava) satu jalan untuk limbah berbeda signifikan dengan kontrol
mengetahui adanya perbedaan daya positif (Nistatin) dengan signifikasi < 0,05
antijamur antara minyak atsiri dan ekstrak maka H0 diterima artinya minyak atsiri dan
limbah. ekstrak limbah mempunyai aktivitas untuk
Hasil uji Anava menunjukkan menghambat pertumbuhan Candida
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak artinya albicans secara signifikan. Namun
adanya perbedaan bermakna antara konsentrasi antara minyak atsiri dengan
konsentrasi minyak atsiri dan ekstrak limbah ekstrak limbah menunjukkan perbedaan
simplisia terhadap pertumbuhan Candida yang tidak signifikan, yaitu antara minyak
albicans dengan kata lain terdapat pengaruh atsiri 0,75% dan ekstrak limbah 2,25%;