Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Rahang merupakan tempat bagi berbagai bentuk lesi kista maupun neoplasma, yang
sebagian besar dapat dikaitkan dengan keterlibatannya dalam pembentukan dan
perkembangan gigi geligi. Beberapa tumor jinak dan kista, baik yang bersifat odontogenik
maupun nonodontogenik, dapat menunjukkan perjalanan klinis yang cukup agresif secara
biologis dan secara diagnostik dapat menyulitkan.1
Pelbagai jenis tumor, baik jinak maupun ganas, dapat berasal dari mandibula.
Gejala yang dikeluhkan oleh pasien dapat berupa pembesaran, nyeri, dan gigi goyang tanpa
sebab yang jelas. Pada beberapa kasus, tumor mandibula dapat secara tidak sengaja
ditemukan saat pemeriksaan x-foto dental rutin sedangkan pada sebagian lainnya kasus
seperti ini dicurigai dari pemeriksaan rongga mulut dan gigi rutin. Apabila tidak terdeteksi
pada radiografi x-ray sejak dini, seiring dengan waktu, tumor mandibula dapat dicurigai
secara klinis karena pertumbuhannya yang menyebabkan pembesaran pada wajah,
palatum, atau tulang alveolar dan keluhan nyeri hebat pada tulang rahang.2
Etiologi yang paling sering menjadi penyebab pada tumor mandibula dan maksila
yaitu karsinoma sel skuamosa yang menginvasi tulang rahang melalui soket gigi. Hal
demikian dapat menyebabkan kelainan pada setiap jaringan intraoral pada mandibula
maupun maksila. Tumor odontogenik epitelial yang sering yaitu ameloblastoma. Tumor ini
biasanya muncul pada bagian belakang mandibula. Selain itu, tumor odontogenik yang
paling umum ditemukan yaitu odontoma. Tumor ini melibatkan folikel gigi atau jaringan
gigi dan biasanya tampak pada mandibula pada pasien-pasien yang relatif masih muda.3
Pada kecurigaan neoplasma pada tulang rahang, diagnosis diferensial sebaiknya
dipikirkan secara lengkap dan sedini mungkin untuk mengarahkan pemeriksaan fisik dan
penunjang lanjutan, metode biopsi jaringan, dan pengelolaan terencana. Laporan kasus ini
akan membahas mengenai seorang laki-laki usia 20 tahun yang dicurigai adanya tumor
mandibula sinistra sebagai gambaran nyata dari kasus yang dapat ditemukan pada praktik
klinissehari-hari.4

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ETIOLOGI
Tulang rahang berbeda dari tulang-tulang lainnya dalam berbagai aspek. Secara
embriologi, tulang rahang unik karena perkembangannya dari sel-sel yang bermigrasi dari
neuroektoderm embrional. Secara anatomi, tulang rahang menyimpan tunas gigi. Dengan
kedua karakteristik unik tersebut, penyakit-penyakit, terutama neoplasma, dapat terjadi
pada jaringan ini yang tidak ditemukan pada tulang lain di tubuh. Secara garis besar,
penyakit yang melibatkan tulang rahang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
utama: penyakit yang terkait dengan gigi (seperti kista dan tumor odontogenik) dan
penyakit yang murni berasal dari tulang rahang (lesi fibro-oseus, lesi sel raksasa).4

2
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi dan insidensi tumor pada tulang rahang tergantung dari etiologi yang
mendasarinya. Oleh sebab itu, hal ini sangat luas variasinya. Pada sebuah studi
dikemukanan bahwa tumor odontogenik lima kali lebih jarang ditemukan dibandingkan
kista. Lesi non-odontogenik jauh lebih jarang ditemukan, dengan lesi jinak kurang lebih
tujuh kali lebih sering ditemukan daripada lesi yang malignan.5 Kista dan tumor tulang
rahang dapat terjadi pada sebagian kecil populasi. Tidak sedikit sejumlah pasien dengan
tumor pada tulang rahang tidak menampakkan manifestasi klinis sama sekali.6
Kasus-kasus keganasan sekunder akibat metastasis di rongga mulut sangat jarang
ditemukan. Kasus demikian hanya sekitar 1% dari seluruh neoplasma ganas pada rongga
mulut. Malignansi ini 80% sampai dengan 90% terjadi pada rahang bawah sedangkan
metastasis pada rahang atas lebih jarang terjadi. Beberapa jenis malignansi primer juga
dapat menyebabkan metastasis ke rongga mulut; paling sering yaitu tumor primer yang
berasal dari payudara, prostat, paru-paru, kelenjar tiroid, dan ginjal. Tumor-tumor
metastatik dari organ-organ tersebut yang paling sering menyebabkan metastasis ke tulang,
termasuk mandibula dan maksila.7

MANIFESTASI KLINIS

Kista dentigerous merupakan kista yang paling sering berhubungan dengan gigi
molar ketiga dan kaninus maksila, yang mana merupakan dua gigi yang paling sering
mengalami impaksi. Paling banyak ditemukan pada usia dekade kedua dan ketiga, lebih
banyak pada pria, dengan rasio 1:6. Biasanya asimptomatik, namun terdapat penundaan
erupsi yang merupakan indikasi yang paling sering dari adanya pembentukan kista
dentigerous. Kista ini memiliki kemampuan untuk mencapai ukuran yang signifikan,
biasanya berhubungan dengan perluasan tulang kortikal namun jarang membesar pada
pasien dengan predisposisi hingga menyebabkan fraktur pathologi.8

Anda mungkin juga menyukai