Anda di halaman 1dari 3

SKENARIO 1 ADHD

Seorang siswi kelas 2 SMP, berusia 13 tahun, saat ini tinggal di rumah bersama kedua orang
tua dan kakak perempuannya. Pasien dibawa ke Rumah Sakit agar lebih memahami masalah
pada fokus dan perhatian pada proses pembelajarannya.

Pasien mengatakan bahwa ia menyukai kesenian dan berpartisipasi dalam situs media sosial
seperti "Tumblr." Kadang, pasien mengalami ketidakstabilan suasana hati dan lebih cepat
marah; Pasien mengatakan bahwa kemarahan dan rasa frustrasinya cenderung berhubungan
dengan kesedihannya. Menggambar, mendengarkan musik, dan berenang membantunya
untuk menenangkan mood.

Sejak pertama memasuki sekolah, pasien telah mengalami kesulitan untuk menyelesaikan PR,
sulit untuk memfokuskan perhatian, mudah teralihkan, sulit untuk berorganisasi, impulsif,
dan sering berubahnya mood secara mendadak dan drastis. Gurunya mengatakan bahwa
pasien adalah siswi yang tekun dan kooperatif, tetapi pasien selalu sulit mengerjakan tugas
yang diberikan. Gurunya juga mengatakan bahwa pasien enggan membaca, dan sering
mendapat nilai lebih rendah dari rata-rata pada pemahaman bacaan dan kosa kata.

Pasien mengatakan bahwa dia berjuang untuk memenuhi ekspektasi orang-orang di rumah
dan sekolahnya, serta ia sering merasa cemas ketika diminta berbicara di depan umum, atau
menghabiskan waktu bersama orang-orang yang tidak dikenal. Pasien juga sering mengalami
kesulitan tidur saat malam.

Pasien mengatakan bahwa ia merasa gugup dan takut untuk pergi ke sekolah karena PR dan
presentasi di depan kelas. Pasien membenci sekolah karena mengaku kesulitan dalam
menyelesaikan pekerjaannya tepat waktu karena pasien sulit fokus. Orangtuanya
memperhatikan bahwa pasien sering merasa cemas dan sering berbicara sendiri.

Kakak perempuan pasien merupakan siswi teladan dan unggul dalam bidang akademisnya.
Kedua orang tuanya adalah sarjana, ibunya adalah ibu rumah tangga, sementara ayahnya
adalah usahawan yang tekun.
SKENARIO 2 ADHD

Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, kelas 1 SD, datang diantar oleh orangtuanya karena
sering mendapat laporan dari gurunya bahwa pasien sering berbicara dengan kawannya
ataupun berjalan-jalan dalam kelas saat pelajaran berlangsung. Menurut keterangan dari
gurunya, pasien kesulitan untuk fokus dan mempertahankan perhatiannya saat sedang belajar
di sekolah, sehingga harus terus diingatkan untuk memperhatikan pelajaran. Pasien sering
menyela murid lainnya saat menjawab pertanyaan di kelas, memotong antrean, mengalihkan
perhatian teman-teman sekelasnya, dan kehilangan pekerjaan rumahnya, tetapi tampak cerdas
dan mampu menyelesaikan pekerjaannya jika diawasi secara individual. Gurunya juga
menyatakan bahwa pasien sulit untuk mengikuti instruksi tetapi pada umumnya dapat
berinteraksi dengan baik dengan teman-temannya.

Ibu pasien menyatakan pasien kesulitan untuk mematuhi perintah orangtuanya dan menjalani
rutinitas, misalnya mengerjakan PR atau merapikan mainannya. Di rumah, pasien berlarian
sepanjang hari dan hanya bisa duduk diam selama beberapa lama sebelum "merasa bosan".
Orangtua pasien melaporkan bahwa pasien sering menunjukkan perilaku mencari perhatian
dan menjadi marah ketika dia merasa tidak diakui atau merasa bahwa dia telah diabaikan.
Orangtua pasien mengakui, saat mengikuti program PAUD, pasien juga tidak dapat duduk
dengan tenang. Pasien sering berlarian dan beberapa kali berkelahi dengan temannya.

Pasien tinggal bersama orangtuanya dan merupakan anak tunggal. Paman pasien memiliki
gejala yang sama saat masih kecil. Di waktu luangnya, pasien senang menghabiskan waktu
bersama teman-temannya dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik semacam seperti berenang,
berlari, dan bersepeda.
SKENARIO 3 ADHD

Seorang gadis 12 tahun, murid SLTP kelas 1, datang diantar orangtuanya ke dokter karena
masalah dengan kinerja sekolah. Orangtua pasien merasa khawatir karena pasien tertinggal
dalam beberapa pelajaran. Gurunya telah melaporkan bahwa pasien jarang menyerahkan
tugas sekolahnya karena hilang. Selama ini, ayahnya menyewa seorang tutor dan pasien dapat
mengikuti kursus tersebut dengan baik, tetapi tidak dapat menerapkan pelajaran yang didapat
di sekolah. Pada catatan positif, gurunya menyatakan bahwa dia mengikuti mata pelajaran
olahraga dengan sangat baik.

Di rumah, diketahui bahwa pasien dapat duduk dengan tenang, tetapi terus-menerus
mengutak-atik ponselnya. Pasien mengaku memiliki kesulitan untuk fokus pada suatu
kegiatan dalam waktu lama dan sering merasa perhatiannya mudah teralihkan. Orangtua
menyatakan bahwa pasien telah kehilangan banyak peralatan sekolah dan sering terlambat
untuk berangkat ke sekolah, karena butuh waktu begitu lama untuk bersiap-siap. Pasien
sering gelisah dan sulit berkonsentrasi, bahkan pada hal-hal yang menurutnya
menyenangkan; misalnya, pasien tidak dapat duduk dengan tenang saat menonton film
sampai selesai.

Ibu pasien menyatakan bahwa pasien sudah mengalami keluhan seperti ini ketika dia masih
kecil, tetapi belum terlalu khawatir sampai sekarang. Orangtua pasien cemas begitu
menyadari bahwa pasien sedang mengalami kesulitan belajar.
Pasien tinggal bersama orangtuanya dan adik laki-lakinya yang berusia 7 tahun. Ibunya
adalah seorang guru di sebuah SLTP dan ayahnya adalah seorang akuntan. Pasien memiliki
beberapa teman dan memiliki kehidupan sosial yang aktif.

Anda mungkin juga menyukai