Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bermain merupakan kegiatan yang penting bagi pertumbuhan danperkembangan fisik,
sosial, emosi, intelektual, dan spiritual anak sekolah dasar. Dengan bermain anak dapat
mengenal lingkungan, berinteraksi, serta mengembangkan emosi dan imajinasi dengan baik.

Pada dasarnya anak-anak gemar bermain, bergerak, bernyanyi dan menari, baik dilakukan
sendiri maupun berkelompok. Bermain adalah kegiatan untuk bersenang-senang yang terjadi
secara alamiah. Anak tidak merasa terpaksa untuk bermain, tetapi mereka akan memperoleh
kesenangan, kanikmatan, informasi, pengetahuan, imajinasi, dan motivasi bersosialisasi.
Bermain memiliki fungsi yang sangat luas, seperti untuk anak, untuk guru, orang tua dan
fungsi lainnya.bagi anak. Dengan bermain dapat mengembangkan fisik, motorik, sosial,
emosi, kognitif, daya cipta (kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan
ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental ataupun gangguan perkembangan lainnya.

Fungsi bermain bagi guru dan orangtua adalah agar guru dan orangtua dapat memahami
karakter anak, jalan pikiran anak, dapat intervensi, kolaborasi dan berkomunikasi dengan ank.
Fungsi lainnya adalah rekreasi, penyaluran energi, persiapan untuk hidup dan mekanisme
integrasi (penyatuan) dengan alam sekitar

Menurut NAEYC (National Association for The Education of Young Children,1997), bermain
merupakan alat utama belajar anak. Demikian juga pemerintah Indonesia telah mencanangkan
prinsip, “Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain”.Bermain yang sesuai dengan
tujuan di atas adalah bermain yang memiliki ciri-ciri seperti : menimbulkan kesenangan,
spontanitas, motivasi dari anak sendiri, dan aturan ditentukan oleh anak sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian bermain?
2. Apa fungsi dan tujuan bermain bagi anak?
3. Apa factor yang mempengaruhi perkembangan anak?
4. Apa factor yang mempengaruhi bermain pada anak?
5. Apa macam macam bermain pada anak?

1.3 Tujuan
a. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain, anak diharapkan dapat lebih relaks, dapat mengikuti
pelajaran di kelas dengan baik dan lebih menyenangkan. Serta sesutua hal yang pada
awalnya menjadi beban dapat berkurang. Anak juga akan dapat lebih mengeluarkan
potensinya yang tersembunyi dapat menjalin hubungan saling terbuka dengan orang lain.
b. Tujuan Umum
1. Menurunkan tingkat stressnya selama di sekolah
2. Anak merasa senang dan meningkatkan mood untuk belajarnya kembali
3. Menurut terhadap perintah gurunya (menjadi lebih kooperatif)
4. Kebutuhan bermain anak dapat tersalurkan
5. Dapat memenuhi tumbuh dan kembang anak pada usia sekolah
6. Dapat berekspresi atau mengekspresikan diri dengan melukis
7. Mampu meningkatkan daya kreatifitas dan berfikir secara lebih kritis
8. Menjadikan anak dapat beradaptasi dengan berbagai kondisi yanng ada
9. Anak lebih merasa betah walaupun sedang di sekolah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermain tidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan, cinta kasih dan lain-
lain. Anak-anak memerlukan berbagai variasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya

2.2 Fungsi dan Tujuan bermain


1. Fungsi:

a. Perkembangan Sensori

• Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi

• Meningkatkan perkembangan semua indra

• Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia

• Memberikan pelampiasan kelebihan energi

b. Perkembangan yang intelektual

• Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran

• Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.

• Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak

• Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa

• Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya


mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru
• Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan
antara fantasi dan realita.

c. Perkembangan sosialisasi dan moral

• Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.

• Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.

• Mengembangkan keterampilan sosial

• Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.

• Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.

d. Kreativitas

• Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif

• Memungkinkan fantasi dan imajinasi

• Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus

e. Kesadaran diri

• Memudahkan perkembangan identitas diri

• Mendorong pengaturan perilaku sendiri

• Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)

• Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan

• Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri


dapat mempengaruhi orang lain

f. Nilai Teraupetik

• Memberikan pelepasan stress dan ketegangan


• Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat
diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima

• Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara


yang aman.

• Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang


kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

2. Tujuan

a. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit. Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

b. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. Permainan


adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan
yang tidak menyenangkan.

c. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah.


Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk
mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.

d. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan


1. Faktor Herediter
Merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagi dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak
disamping faktor lain. Faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.

2. Faktor lingkungan
Merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya
potensi yang sudah dimiliki antara lain:
• Lingkungan pranatal
Merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai konsepsi lahir sampai yang
meliputi gizi pada waktu ibu hamil, zat kimia atau toksin, kebiasaan merokok dan
lain-lain.
• Lingkungan post natal
Seperti sosial ekonomi orang tua, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak
dalam orang tua dan status kesehatan.

2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Bermain


1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi anak
pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai
dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis kelamin
laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah
salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan adanya
tuntutan perilaku yang berbeda antara laki – laki dan perempuan dan hal ini dipelajari
melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai cukup
ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan harus
aman bagi anak.
2.5 Macam Macam Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan
tertawa).
b. Play Sense of pleasure
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air
dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya
motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan /
skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang
ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter social
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak dengan
anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak satu dengan
lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).
BAB III

DESKRIPSI KASUS

3.1 KARAKTERISTIK SASARAN


An.N merupakan seorang anak yang rajin, setiap harinya dia selalu pergi dan pulang
sekolah mulai dari pagi sampai dengan sore hari. Setelah pulang sekolah dia tidak bisa
langsung istirahat tetapi mengikuti les dahulu, samapi dengan sore hari. Pada malamnya
dia melanjutkan dengan belajar. Kemudia setelah belajar baru ia dapat tidur. Hal tersebut
merupakan rutinitas yang ia lakukan berulang setiap harinya. Sampai pada suatu hari nilai
pada mata pelajaran yang biasanya bagus menurun, semangat belajar dari An.N pun
menurun drastis, saat di sekolah melamun. An.N terbilang seorang anak yang kurang suka
mengatakan apa yang menjadi masalahnya ke orang lain temasuk orang tuanya, maka dari
itu An.N tidak diketahui apa yang menjadi masalahnya. Tetapi hal yang sangat
memungkinkan adalah An.N mengalami kejenuhan sehingga iya merasa bosan dengan apa
yang biasanya dia lakukan, orangtuanya merupakan orang yang bekerja, sehingga jarang
mengajak bermain dan berkomunikasi, maka dari itu An.N pun di bawa ke tempat yang
dapat mengembalikan semangatnya kembali dan mencari penyebab masalahnya.
3.2 ANALISA KASUS
An.N merupakan anak yang kurang terbuka. Orangtuanya jarang mengajak untuk bermain
dan berkomunikasi, hal-hal setiap harinya diisi dengan belajar dan les, seperti itu berulang
terus
3.3 PRINSIP BERMAIN DENGAN MENGUTARAKAN KEHENDAK
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mebuka
BAB IV

METODELOGI BERMAIN

4.1 JUDUL PERMAINAN


Peningkatan semangat anak dengan mengungkap masalah anak lewat permainan
melukis.
4.2 DESKRIPSI PERMAINAN
Terapi bermain pada anak lewat melukis. Anak di instruksikan untuk melukis
kemudian hasil lukisan di suruh untuk menjelaskan alasannya. Dengan hal yang ia
sukai seperti melukis kemungkinan dapat menjebatani antara masalahnya dengan apa
yang nantinya harus di tindaki.
4.3 TUJUAN BERMAIN

4.4 KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN


4.5 JENIS PERMAINAN
4.6 ALAT BERMAIN
4.7 PELAKSANAAN

Anda mungkin juga menyukai