Anda di halaman 1dari 14

ek

SIPIL’ MESIN ’ARSITEKTUR ’ELEKTRO

ANALISIS GETARAN NON LINIER DAN FENOMENA CHAOS


PADA SOLUSI PERSAMAAN DIFERENSIAL DUFFING
Anwar Dolu* dan Burhan Tatong*

Abstract
Duffing Equation is models vibration equation with stiffness non linear degree three (3). In this study
by evaluation of vibration case non linear and special case linear vibration. Solution of differential
equation Duffing uses numerical method Runge – Kutta with software application MAPLE ver. 14.
Amplitude that evaluated for case hardening spring and softening spring, where getting smaller
load excitation and ever greater damping value then wide jumping movement area/unstable on
the decrease. At vibration case non linear with phenomenon chaos then with overview of time
history very sensitive to initial condition with small change to its initial condition then will happen
big change in system with time increase. For phase plane show irregular path and non stationary,
this condition are seen also with at mapping Poincare that show random attraction pattern and
show pattern fractal.
Key words : Vibration Nonlinear, Duffing Equation, Runge-Kutta, Chaos

Abstrak
Persamaan Duffing merupakan model persamaan getaran dengan kekakuan non linier derajat
tiga (3). Dalam kajian ini dengan meninjau kasus getaran non linier serta kasus khusus getaran
linier. Penyelesaian persamaan diferensial Duffing menggunakan metode numerik Runge – Kutta
dengan aplikasi software MAPLE ver. 14. Amplitudo yang ditinjau untuk kasus pegas yang
dikeraskan (hard spring) dan pegas yang dilunakkan (soft spring) dimana semakin kecil eksitasi
gaya dan semakin besar nilai redaman maka lebar daerah lompatan/tidak stabil semakin
berkurang. Pada kasus getaran non linier dengan fenomena chaos maka dengan tinjauan
sejarah waktu (time history) sangat sensitif terhadap syarat awal dengan perubahan yang kecil
terhadap syarat awalnya maka akan terjadi perubahan besar dalam sistem dalam hal ini
perpindahan x(t) dengan pertambahan waktu (t). Untuk Bidang Fase (phase plane) menunjukan
menunjukan lintasan yang tidak beraturan dan non stasioner, hal ini terlihat juga dengan pada
pemetaan Poincare (Poincare map) yang menunjukan pola tarikan yang acak (strange
attractor) dan memperlihatkan pola fraktal.
Kata Kunci : Getaran Non Linier, Persamaan Duffing, Runge-Kutta, Chaos.

1. Pendahuluan seperti kekakuan variabel, material


Dalam kondisi nyata sebagaian maupun dalam persamaan pengatur
besar sistem struktur bersifat non linier dengan kekakuan dan redaman non
sampai taraf tertentu, dan dalam kasus linier. Pada sistem linier, sebab dan
khusus disederhanakan menjadi sistem akibat berhubungan secara linier ; yaitu
yang linier. Ketaklinieran dapat jika beban dilipat duakan maka respons
disebabkan oleh suatu faktor, atau akan dilipat-duakan.Dalam sistem
kombinasi dari beberapa faktor-faktor nonlinier hubungan antara sebab dan

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

akibat ini tidak sebanding lagi. Misalnya


yang terjadi pada tekuk kolom, dan
getaran sistem mekanis dengan gaya 2. Persamaan Deferensial Gerak
pemulih (restoring) nonlinier. Persamaan Persamaan gerakan dari sistem
semacam ini dibedakan dari sederhana seperti gambar (1) dapat
persamaan linier pada prinsip superposisi dirumuskan dengan kesetimbangan
yang tidak berlaku untuk solusinya. gaya menggunakan prinsip d’Alembert.
Prosedur analitik untuk menyelesaikan Aksi dari gaya dalam arah perpindahan
persamaan diferensial non linier relatif dengan gaya yang diterapkan F(t) dan
sulit, solusi eksak yang diketahui relatif tiga gaya perlawanan yaitu gaya inersia
sedikit jumlahnya dan sebagian besar FI(t), gaya redaman FD(t) dan gaya
kemajuan dalam pengetahuan sistem pegas FS(t). persamaan gerakan
nonlinier ini adalah dari pendekatan tersebut dalam bentuk kesetimbangan
(metode numerik) dan solusi grafik gaya adalah:
dengan menggunakan aplikasi
komputer. ................(1)
FI (t) + FD (t) + FS (t) = F ( t )
Persamaan non linier yang
menggambarkan osilator dengan
Untuk gaya Inersia && , gaya
FI (t) = mx
ketaklinieran pangkat tiga disebut
Persamaan Duffing (Georg Duffing, redaman FD (t) = cx& dan gaya pegas
1918). Persamaan Duffing, digunakan FS (t) = kx , kemudian disubtitusi ke Pers.
oleh banyak peneliti sebagai suatu
pendekatan model banyak sistem fisik, (1), hingga diperoleh persamaan
persamaan ini memperlihatkan satu diferensial yang menyatakan sistem
jangkauan sangat luas dari perilaku getaran linier yaitu:
dalam sistem dinamika non linier. Sejak && + cx& + kx = F ( t ) ................(2)
mx
tahun 1970-an, semakin populer dengan
penelitian dalam bidang chaos (kacau),
hal ini mungkin karena merupakan salah x = d2 x dt 2 dan x& = dx dt ,
Untuk simbol &&
satu dari persamaan sederhana yang dalam bentuk non dimensional pers. (1)
menggambarkan perilaku chaos dari menjadi:
suatu sistem getaran non linier.
x + 2ζx& + αx = F ( t )
&& ................(3)

(a) komponen dasar (b) kesetimbangan gaya

Gambar 1. Idealisasi Gerakan ;

174
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

Sedang untuk Persamaan Untuk kurva tulang punggung


diferensial getaran non linier dengan (backbone curve) pada pegas yang
redaman linear dan kekakuan non-linier dikeraskan (hard spring) yang
disebut persamaan Duffing (Duffing’s didefinisikan oleh persamaan berikut:
equation):
3
ω2 = 1 + A 2 ...............................(9)
x + 2ζx& + αx ± βx3 = F cos ( Ω t ) ............(4)
&& 4

Untuk tanda ± menyatakan pegas Pada kasus pegas yang dilunakkan (soft
yang dikeraskan (hard spring) dan spring) dengan α > 0 dan β < 0 dari
pegas yang dilunakkan (soft spring). persamaan (4), maka amplitudo
Sedangkan persamaan gerakan normalisasi sesuai pers (8) diperoleh:
dengan redaman nonlinier yang dikenal
sebagai persamaan Van der Pol: f2
A2 =
⎡ 2 2 ⎛ 2 3 2⎞
2

x − μx& (1 − x 2 ) + αx = 0
&& .....................(5) ⎢ 4ξ ω + ⎜ ω −1+ A ⎟ ⎥
⎢⎣ ⎝ 4 ⎠ ⎥⎦ .......(10)

2.1 Solusi Persamaan Diferensial Gerak Dimana:


β 2 β
Dengan penyelesaian langsung A2 = − X , f 2 = − 3 F2
α α
yaitu untuk solusi harmonis kondisi tetap
(steady-state) dari pegas yang
dikeraskan (hard spring) sesuai dengan Untuk kurva tulang punggung
pers. (4): (backbone curve) pada pegas yang
dilunakkan (soft spring) yang
didefinisikan oleh persamaan berikut:
x = X cos ( Ω t − θ) .........................(6)
3 ...........................(11)
Dengan menyelesaikan pers.(6) untuk ω2 = 1 − A 2
4
turunan pertama ( dx dt ) dan kedua

( d x dt ) serta subtitusi ke persamaan (4)


2 2
2.2 Respon Frekuensi
dan menyelesaikannya dalam fungsi • Gejala lompatan
amplitudo (X), maka diperoleh
persamaan non linier berikut: Dalam kasus ini sebagai konsekwensi
solusi persamaan (8 & 10), diperoleh
F2
bahwa amplitudo A mengalami
X2 = lompatan diskontinu yang mendadak
⎡ ⎛ 2 3 2 ⎞
2

⎢4ζ Ω + ⎜ Ω − α − β X ⎟ ⎥ di dekat resonansi. Gejala lompatan
2 2

⎣⎢ ⎝ 4 ⎠ ⎥⎦
.......(7) ini dapat dijelaskan sebagai berikut,
untuk pegas yang dilunakkan (soft
Dengan normalisasi maka diperoleh: spring) dengan bertambahnya
Ω ζ β β frekuensi eksitasi, maka amplitudo
ω2 = , ξ= , A 2 = X 2 , f 2 = 3 F2 bertambah hingga titik ‘a’ dalam
α α α α
Gambar 2a tercapai. Amplitudo tiba-
tiba melompat ke suatu nilai yang
f2
A2 = lebih tinggi yang ditandai oleh titik ‘b’,
⎡ 2 2 ⎛ 2 3 2⎞ ⎤
2

⎢ 4ξ ω + ⎜ ω − 1 − A ⎟ ⎥ dan menurun sepanjang kurva ke


⎣⎢ ⎝ 4 ⎠ ⎦⎥ kanan. Dalam mengurangi frekuensi
...........(8)

175
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

dari suatu titik ‘c’, amplitudo akan • Pengaruh redaman


bertambah melalui titik ‘b’ menuju titik Dalam kasus tanpa redaman kurva
‘d’, dan tiba-tiba turun ke suatu nilai amplitudo frekwensi mendekati kurva
yang lebih kecil ‘e’. Daerah yang tulang punggung (backbone curve)
diarsir dalam gambaran amplitudo secara asimptotis. Hal ini juga terjadi
frekuensi adalah tidak stabil ; luas dalam kasus linear dimana kurva
ketidakstabilan tergantung pada tulang punggung adalah garis vertikal
faktor-faktor seperti jumlah redaman pada ω / ωn = 1 . Dengan jumlah
yang ada, laju perubahan frekuensi
redaman yang kecil, maka sifat sistem
rangsangan dan lain-lain. Untuk pegas
tidak berbeda banyak dengan sistem
yang dikeraskan sebagai ganti pegas
tanpa redaman. Bagian atas kurva
yang dilunakkan, maka dapat
tidak akan mendekati kurva
digunakan analisis yang sama dan
tulangpunggung secara asimptotis
hasilnya adalah sebuah kurva yang
tetapi akan memotong kurva kontinu.
jenis-nya seperti terlihat dalam
Gejala lompatan pun terjadi dalam
Gambar 2b.
kasus ini tetapi redaman pada
umumnya cenderung untuk
mengurangi ukuran luas daerah yang
tidak stabil.

3. Perilaku Sistem Dinamis


Pada sistem dinamis diperlukan
suatu diagnosa karena adanya osilasi
yang tak dikehendaki dalam sistem fisik
tersebut. Kemampuan untuk
mengklasifikasikan sifat alami osilasi bisa
menyediakan suatu petunjuk hingga
bagaimana untuk mengendalikannya.
(a) Pegas Lunak Sebagai contoh, jika sistem adalah linier,
osilasi periodik yang besar mungkin saja
dilacak pada efek resonansi. Jika sistem
adalah nonlinier, satu siklus batas
mungkin saja sumber getaran periodik,
yang pada gilirannya dapat dilacak
pada beberapa ketidakstabilan dinamis
dalam sistem.
Dalam sistem dinamis linier
maupun non linier masing masing
mempunyai karakteristik input – output
yang berbeda-beda. Pada sistem linier
dengan input periodik akan
menghasilkan output periodik, maupun
(b) Pegas keras quasi periodik, sedangkan pada sistem
non linier dengan input periodik akan
Gambar 2. Karakteristik Pegas Lunak menghasilkan output periodik, quasi
(Soft Spring) dan Pegas periodik, subharmonic dan chaotic.
Keras (Hard Spring)

176
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

Gambar 3. Input – output sistem linear dan nonlinier

3.1. Perilaku Chaotic (b) Sejarah bidang fase (phase plane


Pada sistem non linier, dengan history).
output gejala chaotic merupakan (c) Pemetaan Poincare (Poincare map).
bidang yang banyak dikaji saat ini (state (d) Mencari pencabangan
of the art). Chaos adalah suatu (bifurcations) dan rute kearah
fenomena dinamis. Problem chaos chaotic (routes to chaos).
pertama kali dipelajari oleh H. Poincare
(1854 – 1912). Contoh yang terkenal
adalah perilaku cuaca dari E. Lorenz 3.2 Bidang Fase
dengan efek kupu-kupu (butterfly Dalam sistem otonomi waktu ‘t’
effect), dengan konsekwensi tidak muncul secara eksplisit dalam
penemuannya “dua keadaan yang persamaan diferensial gerak. Jadi
jumlah perbedaannya tidak signifikan hanya diferensial dt yang muncul dalam
pada saat awal akan berevolusi persamaan tersebut. Suatu persamaan
menjadi dua keadaan yang sangat diferensial gerak sebagai berikut:
besar perbedaannya diwaktu yang
akan datang”. Ueda menggambarkan x + f ( x, x& ) = 0
&& ………….……(12)
fenomena chaotic dalam sistem dinamis
diatur oleh persamaan Duffing pada Dimana f(x,x’)dapat dianggap
akhir tahun1970-an (Ueda, 1979). suatu fungsi nonlinier x dan x’. Dalam
Penelitian inovatif masalah resonansi Bidang Fase persamaan tersebut diatas
subharmonic dan gerakan acak (chaos) dapat dinyatakan dalam dua
dari struktur lepas pantai (offshore) persamaa orde pertama berikut:
diterbitkan oleh Thompson dan Stewart
(1986), serta kajian dari Patrick de Leeuw
(1989). x& = y
....................(13)
Dalam rangka untuk identifikasi x = −f ( x, y )
y& = &&
gerakan nonperiodik maupun gerakan
chaotic (chaotic motions) , berikut Jika x dan y adalah koordinat kartesian,
beberapa langkah antara lain : maka bidang xy disebut bidang fase
(a) Sejarah waktu (time history) dari (phase plane). Keadaan suatu sistem
sistem berupa perpindahan, didefinisikan oleh koordinat x dan y = x’,
kecepatan & percepatan. yang menggambarkan suatu titik pada

177
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

bidang fase, jika keadaan berubah, Turunan pertama dapat diganti dengan
maka titik pada bidang fase akan kemiringan (slope) rata-rata dan
bergerak dan akan menghasilkan suatu mengabaikan turunan dengan orde
kurva yang disebut lintasan. lebih tinggi.

⎛ dx ⎞ ⎛ d2 x ⎞ h 2
4. Metode Numerik Runge – Kutta x = xi + ⎜ ⎟ h + ⎜ 2 ⎟ + ...
Penyelesaian persamaan (4) ⎝ dt ⎠i ⎝ dt ⎠i 2 ......(17)
digunakan metode Rungr – Kutta. ⎛ dy ⎞ ⎛d y⎞ h
2 2

Dalam metode ini persamaan diferensial y = yi + ⎜ ⎟ h + ⎜ 2 ⎟ + ...


orde dua mula-mula direduksi menjadi ⎝ dt ⎠i ⎝ dt ⎠i 2
dua persamaan orde pertama. Dari
persamaan orde dua berikut dengan 1 Bila digunakan aturan Simpson, maka
derajat kebebasan sesuai pers. (4), yang kemiringan rata-rata dalam selang h
dapat ditulis sebagai berikut: menjadi:

x = ⎡⎣ Fcos ( Ωt ) − 2ζx& − αx − βx 3 ⎤⎦ ....(14)


&& ⎛ dy ⎞ 1 ⎡ ⎛ dy ⎞ ⎛ dy ⎞ ⎛ dy ⎞ ⎤
⎜ ⎟ = ⎢ ⎜ ⎟ +4⎜ ⎟ +⎜ ⎟ ⎥
⎝ ⎠i rata−rata
dt 6 ⎣ ⎝ ⎠ti ⎝ ⎠ti+h/2 ⎝ dt ⎠ti+h ⎦
dt dt
Dengan mengambil x& = y , persamaan
tersebut direduksi menjadi dua ..............................................(18)
persamaan orde pertama:
Besaran-besaran tersebut selanjutnya
x& = y ......................(15) digunakan dalam formula pengulangan
y& = &&
x = f (x, y, t) (iterasi) berikut:

h
x dan y disekitar xi dan yi dapat x i +1 = x i +[ Y1 + 2 Y2 + 2 Y3 + Y4 ] .......(19)
6
dinyatakan dalam deret Taylor. Dengan h
mengambil pertambahan waktu h = Δt yi +1 = yi + [ F1 + 2 F2 + 2 F3 + F4 ]
6

⎛ dx ⎞ ⎛ d2x ⎞ h2 Untuk aplikasi metode numerik Runge-


x = xi + ⎜ ⎟ h + ⎜ 2 ⎟ + ...
⎝ dt ⎠i ⎝ dt ⎠i 2 Kutta menggunakan software MATLAB
⎛ d2 y ⎞ h2 ...............(16) yaitu dengan kode ode45 dan MAPLE
⎛ dy ⎞
y = yi + ⎜ ⎟ h + ⎜ 2 ⎟ + ... dengan kode rkf45. Dalam kajian ini
⎝ dt ⎠i ⎝ dt ⎠i 2 digunakan software MAPLE.

Tabel 1. Langkah perhitungan Metode Runge – Kutta


t x y = x& f = y& = &&
x
T1 = t i X1 = x i Y1 = y i F1 = f (T1 , X1 , Y1 )
T2 = t i + h
2
X 2 = x i + Y1 h
2 Y2 = y i + F1 h
2 F2 = f (T2 , X 2 , Y2 )
T3 = t i + h
2
X 3 = x i + Y2 h
2 Y3 = y i + F2 h
2 F3 = f (T3 , X3 , Y3 )
T4 = t i + h X 4 = x i + Y3 h Y4 = y i + F3 h F4 = f (T4 , X 4 , Y4 )

178
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

5. Studi Kasus Pada kasus dengan frekuensi


5.1. Amplitudo dan Gejala Lompatan awal yang tinggi, dengan frekuensi dari
Dari pers. (8) diselesaikan akar eksitasi adalah secara gradual
dari persamaan non linier yang dikurangi, maka lompatan amplitudo ke
menghasilkan 3 akar persamaan resonansi di titik lompatan lebih rendah L
(gambar 4 untuk ξ = 0.1 dan f = 0.75). (titik melompat keatas). Setelah satu
lompatan terjadi, sistem membutuhkan
Kurva respon frekwensi pada gambar 5 lebih banyak waktu untuk menuju ke
dengan mengambil nilai ξ tetap ( ξ = posisi tetap (steady state). Waktu
0,1) dan variasi f (0.2 , 0.3, 0.5, 0.75). penyelesaian tergantung pada tingkat
Berdasarkan gambar 4 dan 5, eksitasi frekuensi dan besaran redaman
kurva respons frekuensi mempunyai (damping). Hal itu dengan jelas dilihat
kemiringan (tangen) vertikal di titik U bahwa lebar dari daerah lompatan
dan L : titik ini adalah titik lompatan berkurang dengan peningkatan
(jump points) . Bagian dari kurva respons redaman (gambar 6). Dengan sejumlah
frekuensi antara titik lompatan adalah variasi f (0.2 , 0.3, 0.5, 0.75) tersebut
tidak stabil. Jika frekuensi dari eksitasi maka dari gambar 5 tersebut terlihat
adalah secara gradual ditingkatkan dari bahwa solusi tidak stabil adalah daerah
suatu nilai rendah, kemudian di titik U yang diarsir, sedangkan garis tengah
(titik melompat ke bawah), lompatan adalah kurva tulang punggung
respon dari resonansi ke cabang non (backbone curve), yang menunjukan
resonansi mengalami satu lompatan ketergantungan dari frekwensi alami
atau pencabangan dua titik-pelana nonlinier terhadap amplitudo dari
(saddle-node bifurcation). gerakan.

Akar 1

Tidak stabil

L
Akar 2
Akar 3

Gambar 4. Respons Frekwensi untuk ξ = 0.1, f = 0.75

179
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

Tidak stabil
U

f = 0.75
f = 0.50 L

f = 0.30

f = 0.20

Gambar 5. Respons Frekwensi untuk ξ = 0.1, f = 0.2 , 0.3, 0.5, 0.75

ξ = 0.05

ξ = 0.15

ξ = 0.25

ξ = 0.35

Gambar 6. Respons Frekwensi (Hard Spring) untuk f= 1, dan variasi ξ = 0.05


, 0.15, 0.25, 0.35

180
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

ξ = 0.10

ξ = 0.20
ξ = 0.35 ξ = 0.25

Gambar 7. Respons Frekwensi (soft spring) untuk f = 0.2, ξ = 0.1 , 0.2, 0.25, 0.35

Gambar 8. Sejarah Waktu (kasus a). )

Dari gambar 5 dan 6 dapat spring) dengan solusi persamaan (10)


dilihat, bahwa dengan adanya variasi maka perilakunya sama dengan kasus
eksitasi gaya (f) dan variasi redaman pegas yang dikeraskan (hard spring)
( ξ ) yang masing – masing dapat hanya berbeda arah kurva respon
frekwensinya (gambar 7).
dijelaskan sebagai berikut ; dengan
menurunnya nilai f maka lebar daerah
lompatan (daerah tidak stabil) 5.2. Sejarah waktu dan Bidang Fase
berkurang dan juga semakin besar nilai Sesuai dengan persamaan (4)
ξ maka lebar daerah lompatan dengan mengkaji beberapa kondisi
(daerah tidak stabil) berkurang. Untuk yaitu:
kasus pegas yang dilunakkan (soft

181
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

a). Getaran linier dengan parameter Pada kasus linier (kasus a),
sebagai berikut : maka respons perpindahan terhadap
waktu terlihat dengan pola perulangan
ζ = 0, 025 ; α = 1; β = 0 ; F = 5,50 ; Ω = 1, 00 secara periodik (gambar 8). Sedangkan
pada kasus non linier (kasus b) dengan
x ( 0 ) = 0 ; x& ( 0 ) = 0
pola perpindahan yang acak, dan juga
dalam kasus ini dengan sedikit
b). Getaran non linier dengan perubahan pada kondisi awal x1(0) = 0
parameter sebagai berikut: menjadi x2(0) = 0.01, maka kedua sistem
tersebut (dalam hal ini perpindahan)
ζ = 0, 025 ; α = −1; β = 1; F = 5,50 ; Ω = 1,00 terjadi perbedaan yang besar dengan
x1 ( 0 ) = 0 ; x 2 ( 0 ) = 0,01 ; x& ( 0 ) = 0 bertambahnya waktu (gambar 9).

Gambar 9. Sejarah Waktu (kasus b). )

Gambar 10. Bidang Fase (kasus a)

182
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

x1=0.00

x2=0.01

Gambar 11. Bidang Fase (kasus b). )

Gambar 12. Pemetaan Poincare (kasus a). )

Untuk Bidang Fase (phase plane) lingkaran pada gambar 10), sangat
dengan hubungan perpindahan dan berbeda dengan kondisi non linier
kecepatan, maka pada kasus (a) (kasus b) maka Bidang Fasenya
gerakan sistem akan mencapai mempunyai lintasan yang tidak teratur
stasioner (ditunjukan dengan lintasan dan tidak stasioner (gambar 11).
yang teratur dan konvergensi di tepi luar

183
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

Berdasarkan Bidang Fase (gambar 11 menggambarkan bagian globalnya


juga terlihat dengan perubahan yang (gambar 13).
kecil terhadap kondisi awal x1(0) = 0 Untuk meninjau kriteria bifurkasi,
menjadi x2(0) = 0.01, maka kedua sistem berdasarkan kasus non linier (kasus b),
tersebut (dalam hal ini lintasan) terjadi sesuai dengan parameter sebelumnya
perbedaan yang besar dengan yaitu :
bertambahnya waktu.
ζ=0,025 ; α=−1 ; β=1 ; Ω=1,00 ; x( 0) =0 ; x& ( 0) =0
5.3. Pemetaan Poincare dan Bifurkasi
Dengan pemetaan Poincare Sedangkan untuk nilai F
pada kasus linier (kasus a) yang dijadikan variabel. Dengan menghitung
menunjukan titik-titik dengan jumlah nilai r sebagai fungsi F {r=f(F)}, maka
periode pada sistem tersebut (gambar dapat diplot sesuai dengan gambar
12). Pada kasus non linier (kasus b) (14). Dari gambar tersebut dapat dilihat
dengan plot 10.000 titik yang sebagai contoh, bahwa untuk nilai F
memperlihatkan pola tarikan yang acak berkisar antara 0.5 – 2.0 dan 3.5 – 4.0
(strange attractor / attractor chaotic). termasuk daerah stabil dengan periode
Pola ini juga dikenal pola fraktal (fractal) tertentu, sedangkan F berkisar antara
dimana suatu bagian lokal juga 2.5 – 3.0 , 5.0 – 5.5, 5.9 – 6.3 termasuk
dalam daerah chaotic.

Gambar 13. Pemetaan Poincare (kasus b). )

184
Analisis Getaran Non Linier dan Fenomena Chaos pada Solusi Persamaan Deferensial Duffing
(Anwar Dolu dan Burhan Tatong)

Area
chaotic
Area
chaotic

Area
chaotic

Gambar 14. Pola Pencabangan (bifurcations) pada kasus non linier

6. Kesimpulan 7. Daftar Pustaka


a. Amplitudo pada sistem non linier Thompson, J.M.T. and Stewart, H. B.
mengalami fenomena lompatan (1986), Nonlinear Dynamics and
dengan lebar daerah Chaos Geometrical Methods or
lompatan/tidak stabil semakin Engineers and Scientists, John
berkurang dengan semakin kecil Wiley & Sons New York.
gaya eksitasi (f) dan semakin besar
Ueda, Y. (1979), “ Randomly transitional
nilai redaman ( ξ ).
phenomena in the system
b. Perilaku chaotic merupakan sistem governed by Duffing’s
dengan ketergantungan sensitif equation”, Journal of Statistical
terhadap syarat awal, dimana Physics, Vol. 20, No. 2, pp.181-
perubahan kecil terhadap syarat 196.
awal akan berpengaruh besar
terhadap sistem dengan Francis G. Moon, Chaotic Vibration,
bertambahnya waktu, hal ini terlihat John wiley & Sons, 1987, New
pada riwayat waktu maupun ruang York.
fase. Ziauddin Zardar, Iwona Abrams, Chaos
c. Dari diagram bifurkasi, dengan F for Beginners, Icon Brooks,
variabel terlihat daerah Cambridge, Inggris, 1998.
pencabangan yang
menggambarkan periode tertentu Stanley J. Farlow, Differential equation,
ataupun daerah chaos. Mc Graw Hill 1984
d. Persamaan Duffing menggambarkan Anil K. Chopra, Dynamics Structure,
sistem deterministik yang tepat dan Prentice Hall, 1995.
dapat menentukan perilaku jangka
panjang suatu sistem kacau Farzad K. Naeim, Seismic design
(chaotic) jika kita mengetahui syarat Handbook.
awal dengan tepat.

185
Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 3. Agustus 2011: 173 - 186

Shuichi Asayama, Masato Aizawa,


(2000), Response of Base
Isolated Structure in Chaotic
Dynamic System Under
Earthquake Motion with Large
Amplitude.
J. Awrejcewicz · V. A. Krysko, (2008),
Chaos in Structural Mechanics,
Springer-Verlag Berlin
Heidelberg
Paul S Addison, (1997), Fractals and
Chaos An Illustrated Course, The
Institute of Physics, London
Stephen Lynch, (2010), Dynamical
Systems with Applications using
Maple, Springer Verlag.
Patrick de Leeuw, (1989), The Duffing
System Applied To Jacket Type
Offshore Structures.
Abdelhak Fahsi, Mohamed Belhaq,
Faouzi Lakrad, (2009),
Suppression of hysteresis in a
forced van der Pol–Duffing
oscillator, Commun Nonlinear
Sci Numer Simulat 14 (2009)
1609–1616.
Henk Broer & Floris Takens, (2011),
Dynamical Systems and Chaos,
Springer Science+Business
Media, Netherlands
Visarath In , Patrick Longhini & Antonio
Palacios, (2009)Applications of
Nonlinear Dynamics Model and
Design of Complex Systems,
Springer-Verlag Berlin
Heidelberg
Ali H. Nayfeh & P. Frank Pai, (2004),
Linear dan Nonlinear Structural
Mechanics, John Wiley & Sons.
USA
Muthukrishnan Sathyamoorthy, (1998),
Nonlinear Analysis of Structures,
CRC Press LLC, USA.

186

Anda mungkin juga menyukai