Di internal Partai Gerindra dan para calon mitra koalisinya masih belum bulat
soal kepastian apakah Prabowo jadi calon di Pilpres 2019.
Sekjen Gerindra Ahmad Muzani, pada 20 Maret lalu memutuskan Prabowo maju
sebagai capres dan sedang mencari waktu yang tepat untuk melakukan deklarasi,
rencananya April 2018.
Wakil Ketua MPR ini mengklaim sudah ada satu partai di luar Gerindra yang
telah menyatakan dukungan kepada Prabowo. Artinya Gerindra dengan dukungan
satu partai lain, maka syarat Presidential Treshold 20 persen telah terpenuhi.
Pernyataan senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, dan
Ketua DPP Gerindra Ahmad Riza Patria. Keduanya lebih spesifik menyatakan
deklarasi akan digelar pada 11 April 2018, berbarengan dengan Rakernas
Gerindra. Di sisi lain, pernyataan yang menggantung datang dari Wakil Ketua
Dewan Pembina Gerindra sekaligus adik Prabowo, Hashim Djoyohadikusumo.
"Yang menentukan semua Tuhan Yang Maha Esa. Anda percaya itu. Anything is
possible," kata Hashim di kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (28/3)
kemarin, ketika ditanya soal kepastian majunya Prabowo sebagai capres.
"Siapa calonnya nanti kita lihat. Teman-teman (media) nongkrong aja di Imam
Bonjol [kantor Komisi Pemilihan Umum], nanti siapa yang datang," kata Aryo.
Rencananya pendaftaran capres di KPU diselenggarakan pada Agustus 2018.
Ada beberapa aspek yang menurutnya belum dipenuhi dari mantan menantu
Soeharto tersebut, di antaranya suara dukungan partai politik dan elektabilitas
Prabowo. Gerindra masih butuh 39 kursi agar dapat mengusung capres. Sementara
itu, masalah elektabilitas dapat dibantu oleh cawapres yang ideal.
Namun, sampai saat ini mereka belum menemukan nama yang cocok. Ada lima
nama mengerucut, yang sejauh ini masih dirahasiakan. "Lima nama ini harus bisa
memenuhi kekurangan kursi Pak Prabowo," kata Aryo.
Wakil Ketua Umum Gerindra Ferry Juliantoro menyampaikan soal belum ada
kepastian pencalonan Prabowo karena beberapa hal, yang intinya berkaitan
dengan penyusunan kekuatan.
Ferry juga mengatakan kalau sejauh ini Prabowo sedang rajin-rajinnya melakukan
safari politik ke daerah.
"Dari sejak kemarin Pak Prabowo melakukan perjalanan ke Jawa Barat dalam
rangka mendukung Sudrajat-Syaikhu [cagub-cawagub Jabar]. Dalam waktu dekat
juga akan ke Jawa Tengah. Itu juga dalam rangka mendengarkan suara rakyat,"
kata Ferry.
"Diharapkan dengan safari politik ini elektabilitas Pak Prabowo naik," kata Andre
kepada Tirto.
"Nah, komunikasi dengan partai lain ini yang menyebabkan kami belum deklarasi
siapa cawapres Pak Prabowo," kata Andre.
"Majelis syuro kami menunggu Gerindra mau mengajukan satu, dua atau berapa
pun, all the candidate on the table. Kita bahas bareng bareng," kata Mardani.
Ketua Desk Pemilu PKB, Daniel Johan, membantah partainya telah menentukan
sikap mendukung Prabowo sebagai capres. Menurutnya, sampai saat ini PKB
masih terbuka terhadap semua peluang.
Sementara Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan, pada 27 Maret lalu menyebut
keputusan soal capres-cawapres akan diputuskan Juli mendatang. "Semuanya
sekarang masih informal," kata Zulkifli.
Usep menilai Aryo dan Muzani bisa dimajukan sebagai capres. Menurutnya,
Muzani punya modal besar karena telah dikenal publik sebagai Wakil Ketua MPR
dan Sekjen Gerindra. Sementara Aryo juga sama. Ia merupakan salah satu
"pewaris" partai yang masih bisa dikatrol elektabilitasnya seperti Agus
Yudhoyono.
"Atau Anies bisa juga diusung kalau dia mau 'di-Gerindra-kan'," kata Usep.
Berbeda dengan Usep, Peneliti SMRC, Sirojudin Abbas, menilai Gerindra akan
kesulitan bila memunculkan calon alternatif dari internal mereka sendiri. "Waktu
sosialisasi tidak cukup," kata Sirojudin kepada Tirto .
Sirojudin menilai lebih baik Prabowo tetap maju atau Gerindra mengusung calon
lain dari luar partai. Ia menilai sosok Gatot Nurmantyo, mantan Panglima TNI,
bisa jadi alternatif.
"Gatot sudah menyatakan juga ingin maju dari Gerindra. Elektabilitasnya juga
mendekati JK [Jusuf Kalla] saya rasa," kata Sirojudin.
Namun, Sirojudin perndapat kans Gerindra dan koalisinya menang di Pilpres 2019
tetap kecil meski sudah diotak-atik formasi para kandidat .
"Kalau tidak ada hal besar, saya kira Jokowi akan menang," katanya.
Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan menarik lainnya M. Ahsan
Ridhoi
(tirto.id - Politik)