Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini indonesia adalah negara yang di karuniai kekayaan alam dan budaya
yang berlimpah. Kekayaan alam seharus nya bisa menunjang perekonomian yang di
tujukan untuk pembangunan infrastruktur daerah dengan manajemen pembangunan.
Kita sudah memiliki manajemen pembangunan tetapi masih belum sempurna. Ada
berbagai kelemahan dalam menejemen pembangunan seperti masalah
perencanaan, pelaksanaan dan kelembagaan, dan SDM (sumberdaya manusia).
Semua itu tidak lepas dari adanya peren penting suatu pengendalian rencana.
Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar. •Pelaksanaan adalah usaha-usaha
yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah
dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang
diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan
kapan waktu dimulainya. Pengendalian dan Pelaksanaan Rencana adalah upaya
mengendalikan dan menilai kegiatan perencanaan pembanguan daerah agar terarah,
sinergis, terpadu, mewujudkan pembangunan daerah.
Arahan perizinan pemanfaatan ruang yang terkandung dalam RTRW provinsi
merupakan acuan untuk perizinan pemanfaatan ruang, baik di wilayah provinsi
maupun kawasan strategis provinsi. Sedangkan RTRW Kab/Kota menjadi pedoman
untuk penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi (Pasal 26 ayat 2 huruf e
UUPR) dan menjadi dasar untuk penerbitan perizinan lokasi pembangunan dan
administrasi pertanahan di Kab/Kota (Pasal 26 ayat 3). RTRW kabupaten/kota
menjadi dasar untuk penerbitan izin prinsip, izin lokasi, izin penggunaan pemanfaatan
tanah, IMB, dan izin lainnya. Dalam hal kabupaten/kota yang bersangkutan sudah
memiliki rencana detail tata ruang kabupaten/kota maka dasar penerbitan izin di atas
adalah rencana detail tata ruang kabupaten/kota.

1 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan ini adalah :
1. Bagaimana masaah pelaksanaan pengendalian rencana?
ASAS-ASAS PENGENDALIAN
Menurut Harold Koontz dan Cyril O Donnell menetapkan asas pengendalian
sebagai berikut:
 Asas tercapainya tujuan (principle of assurance of objective), pengendalian
harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan
perbaikan (koreksi) untuk menghindarkan penyimpangan-
penyimpangan/deviasi dari perencanaan. ( masih kurang nya koreksi dalam
perencanaan terkair infrastruktur sarana prasarana dan perencanaan jangka panjang agar
tidak terjadi mis dalam perencanaan)

 asas efisiensi pengendalian (principle of efficiency of control). Pengendalian


itu efisien bila dapat menghindarkan deviasi-deviasi dari perencanaan,
sehingga tidak menimbulkan hal-hal lain yang di luar dugaan. (suatu
perencanaan harus mendapatkan pengendalian agar tidak terjadi kesalahan dan tidak
terintegrasinya suatu perencanaan)

 asas tanggung jawab pengendalian (principle of control responsibility).


Pengendalian hanya dapat dilaksanakan apabila manajer bertanggung
jawab penuh terhadap pelaksanaan rencana. ( seringkali kita menemukan oknum
yang tidak bertanggung jawab dalam sebuah perencanaan sehingga berdampak pada
lamanya sebuah progres perencanaan bahkan gagal karna tidak adanya penanggung jawab
baik di pelaksanaan maupun di lapangan)

 asas pengendalian terhadap masa depan (principle of future control).


Pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan
penyimpangan perencanaan yang akan terjadi baik pada waktu sekarang
maupun masa yang akan datang.( masih kurang nya tingkat controling yang berakibat
pada penyalahgunaan dana untuk perencanaan infrastruktur yang berdampak pada
kurangnya kualitas bangunan dan lamanya penyelesaian perencanaan)

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang sudah disebutkan, tujuan yang ingin
dicapai yaitu :
1. Identifikasi masalah pelaksanaan pengendalian rencana;
2. Merumuskan upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah
pelaksanaan pengendalian rencana.

2 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup yang dibahas dalam penulisan ini berupa ruang lingkup materi
yang terdiri dari :
1. Pengumpulan data
2. Analisa
3. Kesimpulan dan rekomendasi

1.5 Pendekatan

Data
Kesimpulan dan
Isu (Media masa Analisis
Rekomendasi
/ Internet)

1.6 Sistematika Pembahasan


BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang Latar Belakang; Rumusan
Masalah; Tujuan Penelitian; Ruang Lingkup Materi;
Pendekatan dan Sistematika Pembahasan.
BAB 2 : Tinjauan Pustaka
Berisikan mengenai pemahaman dan pelaksanaan PPR
serta teori terkait.
BAB 3 : Fakta dan Analisis
Bab ini membahasan mengenai isu permasalahan serta
pemahaman mengenei teori yang sesuai dalam
peyelesaian masalah tersebut.
BAB 4 : Kesimpulan dan Rekomendasi
Pada bab ini dibahas mengenai hasil analisa dan
rekomendasi yang diberikan.

3 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemahaman PPR


Pengendalian dapat didefinisikan sebagai suatu proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dan standar
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu
perencanaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana. Fungsi
pengendalian (fungsi controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen.
Pengendalian ini berkaitan erat sekali dengan fungsi perencanaan dan kedua fungsi
ini merupakan hal yang saling mengisi, karena:
 Fungsi pengendalian harus terlebih dahulu direncanakan;
 Pengendalian hanya dapat dilakukan, jika ada perencanaan rencana;
 Pelaksanaan rencana akan baik, jika pengendalian dilakukan secara baik;
 Tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah
pengendalian atau pengukuran dilakukan.

Pelaksanaan adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua


rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan
melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan
melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

Tujuan pengendalian /pengawasan adalah supaya ”proses pelaksanaan


dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan rencana dan melakukan tindakan
perbaikan (corrective) jika terdapat penyimpangan-penyimpangan (deviasi); supaya
tujuan yang dihasilkan sesuai dengan yang direncanakan

4 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


Pengendalian dan Pelaksanaan Rencana adalah upaya mengendalikan dan
menilai kegiatan perencanaan pembanguan daerah agar terarah, sinergis, terpadu,
mewujudkan pembangunan daerah.
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan kegiatan yang berkaitan
dengan pengawasan dan penertiban terhadap implementasi rencana sebagai tindak
lanjut dari penyusunan atau adanya rencana, agar pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana tata ruang. Dengan kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang, maka dapat
diidentifikasi sekaligus dapat dihindarkan kemungkinan terjadinya penyimpangan
pemanfaatan ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjamin
tercapainya tertib tata ruang. Pengendalian pemanfaatan ruang mencakup berbagai
perangkat untuk memastikan rencana tata ruang dan palaksanaannya berlangsung
sesuai dengan rencanan tata ruang yang telah ditetapkan.

2.2 Pelaksanaan PPR


2.2.1 Ruang lingkup dan Batasan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Sebagaimana ditegaskan dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, Pasal 17 “pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan
melalui kegiatan pengawasan dan penertiban”. Uraian berikut ini meliputi penjelasan
kegiatan pengendalian pemanfaatan sebagai piranti manajemen dan kegiatan
pengendalian yang terkait dengan mekanisme perijinan. Ruang lingkup dan batasan
pengendalian pemanfaatan ruang dapat dilihat pada Gambar berikut :

5 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


1. Pengawasan
Suatu usaha atau kegiatan untuk menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang
dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang
dilakukan dalam bentuk :
 Pelaporan adalah usaha atau kegiatan memberi informasi secara
obyektif mengenai pemanfaatan ruang baik yang sesuai maupun yang
tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
 Pemantauan adalah usaha atau kegiatan mengamati, mengawasi dan
memeriksa dengan cermat perubahan kualitas tata ruang dan
lingkungan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
 Evaluasi adalah usaha atau kegiatan untuk menilai kemajuan kegiatan
pemanfaatan ruang secara keseluruhan setelah terlebih dahulu
dilakukan kegiatan pelaporan dan pemantauan dalam mencapai tujuan
rencana tata ruang. Inti evaluasi adalah menilai kemajuan seluruh
kegiatan pemanfaatan dalam mencapai tujuan rencana tata ruang.
2. Penertiban
Penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana dapat terwujud.
Tindakan penertiban dilakukan melalui pemeriksaan dan penyelidikan atas
semua pelanggaran atau kejahatan yang dilakukan terhadap pemanfaatan
ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Penertiban terhadap
pemanfaatan ruang dilakukan oleh pemerintah daerah melalui aparat
yang diberi wewenang dalam hal penertiban pelanggaran pemamnfaatan
ruang termasuk aparat kelurahan. Bentuk pengenaan sanksi ini dapat
berupa sanksi administrasi, sanksi pidana, maupun sanksi perdata yang
diatur dalam perundang-undangan yang berlaku.

2.2.2 Perangkat Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Perangkat pada dasarnya untuk mencegah perubahan pemanfaatan ruang
sebab pada dasarnya bila peruntukan lahan-lahan didasari pertimbangan yang
matang, mempunyai kekuatan hukum yang pasti dan dianggap masih sesuai dengan
kebutuhan masyarakat umum dan perkembangan kota,

6 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


Perangkat dalam pengendalian pemanfaatan ruang, seperti dikemukakan
dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, terdiri dari Mekanisme
Perijinan, Pengawasan dan Penertiban yang akan diuraikan sebagai berikut :
1. Mekanisme perijinan merupakan usaha pengendalian pemanfaatan ruang
melalui penetapan prosedur dan ketentuan yang ketat serta harus dipenuhi
untuk menyelengarakan suatu pemanfaatan ruang.
2. Pengawasan adalah usaha menjaga kesesuaian pemanfaatan ruang
dengan fungsi ruang yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang terdiri
dari pelaporan, pemantauan dan evaluasi.
3. Penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata
ruang diselenggarakan dalam bentuk pengenaan sanksi agar pemanfaatan
yang direncanakan dapat terwujud, terdiri dari sanksi administratif dan
sanksi perdata yang diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku.

2.2.3 Instrumen Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang


Sesuai dengan UU Penataan Ruang No.26/2007, terdapat instrumen
pengendalian dan pemanfaatan ruang. Instrumen tersebut adalah peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
 Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap
zona pemanfaatan ruang. Perizinan. diatur oleh pemerintah dan pemerintah
daerah menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. UU PR No.26/2007 juga mengatur sebagai
berikut:
a. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan
tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum;
c. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah,
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya;

7 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


d. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana
dimaksud pada ayat dapat dimintakan penggantian yang layak kepada
instansi pemberi izin;
e. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak
f. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang; dan
g. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud diatur dengan peraturan
pemerintah.

 Perijinan Pemanfaatan Ruang


Perijinan pemafaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian
pemanfaatan ruang yang bertujuan agar pemanfaatan ruang dapat berjalan
sesuai dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam rencana tata ruang yang
telah disepakati oleh pemerintah dan masayarakat, yang merupakan
kebijakan operasional pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan
lokasi, kualitas ruang dan tata bangunan yang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, hukum adat dan kebiasaan yang berlaku, yang
diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah Kabupaten/Kota.
Perijinan pemanfaatan ruang terdiri dari atas 3 (tiga) jenis perijinan yang
memiliki hirarki struktur, sebagai berikut:
1. Perijinan peruntukan dan perolehan lahan berkaitan dengan penetapan
lokasi investasi dan perolehan tanah, dalam bentuk Ijin Lokasi (IL).
2. Perijinan pemanfaatan lahan berkaitan dengan rencana pengembangan
kualitas ruang dalam bentuk Persetujuan Site Plan (PSP).
3. Perijinan mendirikan bangunan berkaitan dengan pengembangan tata
ruang dan tata bangunan dalam bentuk Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).

Menurut Undang-Undang Penataan Ruang, diatur pula mengenai perijinan


pemanfaatan ruang, seperti di bawah ini :

8 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


1. Perijinan pemanfaatan ruang adalah salah satu bentuk pengendalian
pemanfaatan ruang dapat berlangsung sesuai fungsi ruang yang telah
ditetapkan dalam rencana tata ruang yang telah disepakati oleh rakyat
(DPRD) dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
2. Perijinan pemanfaatan ruang adalah suatu bentuk kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang yang diselenggarakan oleh Bupati/Walikota di wilayah
Kabupaten/Kota, disamping kegiatan pengawasan dan penertiban.
3. Perijinan pemanfaatan ruang adalah merupakan kebijaksanaan operasional
pemanfaatan ruang yang berkaitan dengan penetapan lokasi, kualitas ruang
dan tata ruang sesuai dengan peraturan perundangan, hukum adat dan
kebiasaan yang berlaku.

 Insentif dan Disinsentif.


Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan
terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang,
berupa:
a. keringanan pajak, pemberian kompensasi, subsidi silang, imbalan, sewa
ruang, dan urun saham;
b. pembangunan serta pengadaan infrastruktur;
c. kemudahan prosedur perizinan; dan/atau
d. pemberian penghargaan kepada masyarakat, swasta dan/atau pemerintah
daerah.
Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan,
atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang,
berupa:
a. pengenaan pajak yang tinggi yang disesuaikan dengan besarnya biaya
yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang; dan/atau
b. pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi, dan
penalti.
 Pengenaan Sanksi merupakan tindakan penertiban yang dilakukan terhadap
pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan
peraturan zonasi.
Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

9 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


a. menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat
yang berwenang;
c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan
ruang; dan
d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana kewajiban diatas,


dikenai sanksi administratif dapat berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;
g. pembongkaran bangunan
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.

2.2.4 Pedoman Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang di Daerah


Pedoman pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di daerah
bertujuan untuk mencapai konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata
ruang yang ditetapkan. Lingkup pengendalian pemanfaatan ruang di daerah
terdiri dari kegiatan pengawasan dan penertiban.
(a)Pengawasan
Pengawasan adalah usaha/kegiatan untuk menjaga kesesuaian
pemanfaatan ruang dengan fungsi ruang yang ditetapkan dalam
rencana tata, yang dilakukan dalam bentuk :
 Pelaporan
 Pemantauan
 Evaluasi

10 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


(b)Penertiban
Penertiban adalah usaha untuk mengambil tindakan agarpemanfaatan
ruang yang direncanakan dapat terwujud.
Bentuk-bentuk pengenaan sanksi yang berkenaan dengan penertiban
adalah :
Sanksi Administratif, dapat berupa tindakan pembatalan izin dan
pencabutan hak. Adapun sanksi tersebut sebagai berikut :
a. Dikenakan kepada aparat pemerintah berupa teguran,
pemecatan, denda dan mutasi
b. Dikenakan kepada masyarakat berupa teguran, pencabutan ijin,
penghentian pembangunan dan pembongkaran.
Sanksi Pidana dapat berupa tindakan penahanan atau kurungan.
Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang
berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi tersebut dapat
berupa :
▪ Kurungan;
▪ Denda;
▪ Perampasan barang.

2.2.5 Pedoman Pengendalian dan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Perkotaan


Materi pedoman ini mencakup tata cara dan kriteria teknis pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah pinggiran kawasan perkotaan (urban fringe area),
terutama untuk kota besar dan kota metropolitan.
Sesuai dengan studi yang dilakukan, pedoman ini ditujukan kepada
pemerintah kota sebagai rujukan dalam rangka menyusun kebijakan
pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan perkotaan.
Ketentuan umum pedoman pengendalian pemanfaatan ruang di
kawasan perkotaan tidak jauh berbeda dengan ketentuan peraturan lainnya,
yaitu diselenggarakan melalui kegiatan pengawasan dan penertiban terhadap
pemanfaatan ruang. Pengawasan diselenggarakan melalui kegiatan sebagai
berikut:
 Pelaporan yang menyangkut segala hal tentang pemanfaatan ruang;
 Pemantauan terhadap perubahan kualitas tata ruang dan lingkungan;
 Evaluasi sebagai upaya menilai kemajuan kegiatan pemanfaatan
ruang dalam mencapai tujuan tata ruang.

11 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


2.2.6 Monitoring Dan Evaluasi

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional mengamanatkan Pengendalian dan Evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana pembangunan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 39
Tahun 2006, disebutkan bahwa monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati
secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan
tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari
hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan
tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan tersebut diperlukan seandainya hasil
pengamatan menunjukkan adanya hal atau kondisi yang tidak sesuai dengan yang
direncanakan semula. Tujuan Monitoring untuk
mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan
permasalahan serta antisipasinya/ upaya pemecahannya.

Definisi Evaluasi menurut OECD, disebutkan bahwa Evaluasi merupakan proses


menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi
merupakan sebuah penilaian yang seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap
sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah
diselesaikan. Hal-hal yang harus dievaluasi yaitu proyek, program, kebijakan,
organisasi, sector, tematik, dan bantuan Negara.

Kegunaan Evaluasi, adalah untuk:

 Memberikan informasi yg valid ttg kinerja kebijakan, program & kegiatan yaitu
seberapa jauh kebutuhan, nilai & kesempatan telah dapat dicapai
 Memberikan sumbangan pada klarifikasi & kritik thd nilai2 yg mendasari
pemilihan tujuan & target
 Melihat peluang adanya alternatif kebijakan, program, kegiatan yang lebih
tepat, layak, efektif, efisien
 Memberikan umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek
 Menjadikan kebijakan, program dan proyek mampu
mempertanggungjawabkan penggunaan dana publik

12 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


 Mambantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai kebijakan,
program dan proyek
 Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan pengguna utama yang dituju oleh
evaluasi
 Negosiasi antara evaluator and pengguna utama yang dituju oleh evaluasi
Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan
(input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar.
Evaluasi merupakan merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh
selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga
menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program
sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah
dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.

Pengendalian merupakan serangkaian kegiatan managemen yang


dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan
sesuai rencana yang ditetapkan
1. Pimpinan Kementerian/Lembaga/SKPD melakukan pengendalian
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tugas dan kewenangan
masing-masing.
2. Melekat pada tugas dan fungsi
3. Pengendalian dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL, meliputi
pelaksanaan program dan kegiatan, serta jenis belanja.
4. Hal yang sama untuk Gubernur terhadap pelaksanaan dekon dan TP, serta
Bupati/Walikota untuk pelaksanaan TP.
5. Dilakukan melalui: Pemantauan dan Pengawasan.

Evaluasi bertujuan untuk melihat tingkat keberhasilan pengelolaan kegiatan,


melalui kajian terhadap manajemen dan output pelaksanaannya serta permasalahan
yang dihadapi, untuk selanjutnya menjadi bahan evaluasi kinerja program dan
kegiatan selanjutnya. Bentuk evaluasi berupa pengkajian terhadap manajemen dan
output pelaksanaannya serta permasalahan yang dihadapi.Dimaksudkan:

1. Memberikan kesimpulan dalam bentuk umpan balik sehingga dapat terus


mengarahkan pencapain visi/misi/sasaran yang telah ditetapkan;
2. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara yang terjadi dengan yang
direncanakan, serta mengaitkannya dgn kondisi lingkungan yg ada;

13 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


3. Arah evaluasi bukan pada apakah informasi yang disediakan benar atau
salah, tetapi lebih diarahkan pada perbaikan yang diperlukan atas
implementasi kebijakan/program/kegiatan.
Evaluasi memberikan informasi mengenai:
 Benar atau tidaknya strategi yang diapakai
 Ketepan cara operasi yang dipilih
 Pemilihan cara pembelajaran yang lebih baik
 Pelaksanaan pengawasanterhadap kegiatan rutin sedang berjalan dan
internal, serta pengawasan dipergunakan untuk mengumpulkan informasi
terhadap keluaran/hasil dan indikator yang dipergunakan untuk mengukur
kinerja program
 Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan secara periodik dan berkala, dapat
bersifat internal dan eksternal atau partisipatif, sebagai umpan balik
periodik kepadapemangku kepentingan utama.

Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan


untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan
pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi
permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini
mungkin. Pemantauan bertujuan untuk mengamati/mengetahui perkembangan
kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasi/upaya pemecahannya.
Sedangkan maksudnya, adalah:

1. Mendapatkan informasi perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan


secara kontinyu (terus menerus) mengenai pencapaian indikator kinerja dan
permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan;
2. Melakukan identifikasi masalah agar tindakan korektif dapat dilakukan sedini
mungkin; dan
3. Mendukung upaya penyempurnaan perencanaan berikutnya melalui hasil
pemantauan.
 Pelaksana: masing-masing Pengelola Kegiatan/Satker di daerah serta
komponen pembina/penanggunjawab kegiatan pusat, yang hasilnya
menjadi input bagi perumusan kebijakan selanjutnya.
 Lingkup: aspek perencanaan, penyaluran/pencairan dana, pelaksanaan,
dan pelaporan.

14 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


 Bentuk: Rapat Berkala, Rapat ad hock, Pelaporan, dan kunjungan
lapangan
 Dilakukan terhadap pelaksanaan Renja-KL, dengan fokus pelaksanaan
program dan kegiatan.
 Daerah: Gubernur dan Ka.SKPD Provinsi melakukan pemantauan
pelaksanaan Dekon dan TP; Bupati/Walikota dan Ka. SKPD
Kabupaten/Kota melakukan pemantauan pelaksanaan TP, sesuai degan
tugas dan kewenangannya.
 Komponen pemantuan meliputi: (1) perkembangan realisasi penyerapan
dana, (2) realisasi pencapaian target keluaran (output), dan (3) kendala
yang dihadapi & tinjut.
 Bentuk produk (akhir) laporan triwulan.

Metode Pelaporan dilakukan berkala dan berjenjang, maksudnya sebagai berikut:

1. Pelaporan dilaksanakan secara berkala yaitu dilakukan setiap 3 bulan


(triwulanan), dan 6 bulanan (semesteran) atau tahunan.
2. Pelaporan dilakukan secara berjenjang, maksudnya penyampaian
pelaporan dari unit kerja paling bawah sampai pucuk pimpinan organisasi;
dari penanggungjawab kegiatan kepada penanggungjawab program, dan dari
penanggungjawab program kepada pimpinankementerian/lembaga; atau dari
suatu tingkat pemerintahan kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi,
hingga ke pusat.
3. Fokus PP 39 tahun 2006 yaitu yang merupakan pengendalian dan evaluasi
untuk kegiatan Pemerintah Pusat, yang merupakan dana
Kementerian/Lembaga (pusat), dekonsentrasi (provinsi), dan tugas
Pembantuan (kabupaten/kota), jadi tidak memfokuskakan pada kegiatan
daerah yang dibiayai dana desentralisasi . Adapun pengendalian dan evaluasi
menurut UU No. 25/2004 Tentang SPPN, Pasal 28:
4. Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-
masing Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah;
5. Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan
pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/ Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas
dan kewenangannya.

15 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


Selanjutnya Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang SPPN:

1. Pimpinan Kementerian/ Lembaga melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan


rencana pembangunan Kementerian/ Lembaga periode sebelumnya;
2. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan evaluasi kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah periode
sebelumnya;
3. Menteri/ Kepala Bappeda menyusun evaluasi rencana pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi pimpinan Kementerian/ Lembaga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2);Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat
(3) menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan Nasional/ Daerah
untuk periode berikutnya.

16 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


BAB III

FAKTA DAN ANALISA

3.1 Fakta Dan Analisa

Terealisasinya pengendalian pemanfaatan ruang kota dapat dikatakan bahwa


kebijakan tersebut efektif dalam implementasi, namun perlu dilihat faktor-faktor yang
dapat dijadikan sebagai faktor pembanding. Tabel berikut adalah rangkuman faktor-
faktor penentu terealisasinya kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang kota.
Berikut Faktor-Faktor Penentu Efektivitas Produk Pengendalian Tata Ruang:

FAKTOR- ELEMEN- PENJELASAN


FAKTOR ELEMEN
PENENTU DARI
FAKTOR
1. Kebijakan Motivasi Jenis-jenis produk pengendalian tata ruang
(Policy) produk seharusnya dapat mengintegrasikan tujuan
Faktor ini lebih pengendalian jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
ditekankan pada tata ruang Kegagalan implementasi produk
kemampuan, pengendalian tata ruang yang ada pada
kualitas, materi, umunya disebabkan karena produk tersebut
sifat maupun terlalu berorientasi pada tujuan ideal jangka
motivasi/orientasi panjang atau terlalu menekankan pada
produk pemecahan masalah tata ruang yang
pengendalian tata berjangka pendek, kurang berwawasan
ruang. Faktor ini luas.
memegang Orientasi Orientasi produk pengendalian tata ruang
peranan dalam produk tidak hanya dititk beratkan pada aspek fisik
menentukan pengendalian (physical oriented), sehingga aspek sosial
keberhasilan tata ruang budaya, ekonomi, sumber daya dan lain-lain
implementasi menjadi terabaikan.
produk yang Kualitas Kualitas produk pengendalian tata ruang
berkualitas, produk sangat menentukan berhasil tidaknya

17 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


terpadu dan pengendalian implementasi. Kualitas produk tersebut
memiliki motivasi tata ruang terutama ditentukan oleh dua faktor, yakni
serta orientasi kualitas rencana kota, ketersediaan dan
sebagai salah keakuratan data yang dibutuhkan. Semakin
satu instrumen baik suatu produk pengendalian tata ruang
pengendalian tata yangt merinci elemen-elemen rencana,
ruang. semakin mudah produk tersebut
diimplementasikan.
Kelenturan Produk pengendalian tata ruang merupakan
kebijakan proses yang dinamis yang terus-menerus
produk dan berkesinambungan, bukan merupakan
pengendalian produk akhir yang stagnan. Agar produk
tata ruang pengendalian tata ruang dapat
mengakomodasikan perubahan serta
perkembangan kota yang semakin pesat,
maka diperlukan suatu produk pengendalian
tata ruang yang bersifat luwes, akomodatif,
adaptif serta inovatif.
Keterpaduan Kegagalan implementasi produk
produk pengendalian tata ruang terjadi karena
pengendalian adanya tumpang tindih, oleh karena itu perlu
tata ruang adanya keterpaduan dengan rencana tata
ruang, baik dalam skala vertikal, horisontal
maupun skala diagonal. Vertikal sesuai
dengan hirarki rencana mulai dari skala
nasional, regional sampai skala lokal.
Horisontal antar instansi/sektor yang
berbeda. Sedang diagonal adalah rencana
sektoral antar rencana daerah.
2. Politis Partisipasi Penentuan fungsi ruang menyangkut
Produk aktif kebutuhan dan kepentingan manusia sesuai
pengendalian tata masyarakat dengan karakteristik lapisan sosial dalam
ruang yang baik dalam masyarakat, oleh karena itu masyarakat
sangat sendiri (melalui para wakilnya) tidak hanya

18 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


memerlukan pengendalian harus ikut membahas rencana tersebut
partisipasi politik tata ruang tetapi juga harus memegang kata putus.
dari banyak pihak Masyarakat harus ikut serta menyampaikan
sehingga banyak aspirasinya mulai dari penentuan tujuan dan
alternatif yang sasaran pembangunan yang dijadikan titik
mungkin dapat tolak rencana sampai dengan pengawasan
dipertimbangkan. dan pengendalian pembangunan.
Keterpaduan Aktor pembangunan harus memiliki persepsi
visi dan misi yang sama dalam mencapai tujuan rencana,
pembangunan bukan hanya mengutamakan
antar sektor kepentingannya sendiri-sendiri.
pembangunan
3. Legal Kontrol Kekuatan Lemahnya kekuatan hukum yang
Faktor ini meliputi hukum produk mendukung penataan ruang dan
keabsahan suatu pengendalian pengelolaan wilayah sangat mempengaruhi
produk tata ruang dalam implementasi produk pengendalian
pengendalian tata tata ruang, karena ada tekanan dari
ruang secara penguasa atau pejabat kalangan atas. Di
hukum dan Indonesia, legalisasi suatu produk
bentuk pengendalian tata ruang kota dinilai agak
mekanisme lamban, hal ini menunjukkan bahwa produk
kontrol produk pengendalian tata ruang belum memiliki
tersebut. kedudukan yang berarti dalam proses
pembangunan.
Mekanisme Lemahnya mekanisme pengendalian
pengawasan pembangunan merupakan salah satu
dan kendala dalam implementasi rencana kota
pengendalian yang perlu dicermati. Suatu produk rencana
tata ruang tata ruang kota yang baik tidak selalu
menghasilkan penataan ruang yang baik
pula, tanpa didukung mekanisme
pengawasan dan pengendalian
pembangunan (development control) yang
jelas. Selain itu perlu pula didukung adanya

19 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


sangsi yang tegas terhadap pelanggaran
(disinsentif) dan bonus (insentif) bagi
mereka yang taat peraturan.
4. Sosiokultural Pendekatan Prinsip pendekatan sosiokultural ini sangat
Faktor ini meliputi sosial budaya besar peranannya dalam menetukan
aspek sosial dan dalam keberhasilan implementasi pengendalian
budaya pengendalian tata ruang kota. Kegagalan yang terjadi
masyarakat yang tata ruang seringkali disebabkan oleh tidakadanya
banyak kajian sosiokultural yang intens pada
berpengaruh penyusunan produk pengendalian tata
terhadap ruang kota, sehingga menimbulkan benih-
penataan ruang benih keresahan khususnya bagi pihak yang
kota, melalui terkena atau menjadi sasaran
peran masyarakat pembangunan.
dalam Pemahaman Pemahaman masyarakat terhadap produk-
pengendalian tata masyarakat produk pengendalian tata ruang kota
ruang. dalam merupakan faktor yang sangat menentukan
pengendalian dalam pencapaian keberhasilan
tata ruang implementasi produk tersebut.
Sosialisasi Produk pengendalian tata ruang kota yang
produk telah mendapat legalisasi, maupun produk
pengendalian perubahan/revisi yang sudah tidak
tata ruang akomodatif lagi, perlu disosialisasikan
secara transparan agar diketahui oleh
masyarakat secara luas.

20 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


BAB IV
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Kesimpulan
a. Belum adanya pengaturan tentang pengendalian pemanfaatan ruang dalam
bentuk peraturan daerah yang spesifik dan rinci
b. Perlunya dukungan sistem informasi yang mampu memonitoring dalam
implementasi pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Masih kurang nya kordinasi dan monitoring dengan cara top down maupun
bottom up.
d. Terlalu banyak peran politik yang tidak sehat sehingga banyaknya mal
administrasi dan penggelapan dana pembangunan yang berdampak pada
terhambatnya perencanaan dan penyelewengan guna lahan.
e. Penegasan hukum terkait insentif disinsentif,perizinan,penetapan peraturan
zonasi untuk pengendalian perencanaan.

4.2 Rekomendasi
Agar dapat menciptakan tertib ruang sesuai dengan rencana tata ruang, maka
pengendalian pemanfaatan ruang harus dilakukan secara terpadu yang dilakukan
oleh lembaga yang berwenang sesuai dengan otoritasny

21 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA


DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Robert N., John Dearden and Norton M. Bedford, Sistem Pengendalian
Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta, Edisi Ke – 5, 1996.

http://bahanpustakaula.blogspot.co.id/2015/09/fungsi-pengendalian.html

https://www.slideshare.net/DadangSolihin/tata-cara-pengendalian-dan-evaluasi-
pelaksanaan-rencana-pembangunan

Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional
Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Evaluasi dan Pengendalian
Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Tinjauan PP Nomor. 39 Tahun 2006, Paparan Direktorat Otonomi Daerah Bappenas
di Hotel Takashimaya, Lembang,10 Februari 2011

Budiharjo, Eko, Tata Ruang Perkotaan, Bandung: Penerbit Alumni, 1997.

22 | PENGENDALIAN DAN PELAKSANAAN RENCANA

Anda mungkin juga menyukai