Anda di halaman 1dari 23

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Inisiasi Menyusu Dini

2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini adalah proses bayi menyusu segera setelah

dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri dan tidak

disodorkan ke puting susu (Dinkes, 2009). Cara bayi melakukan inisiasi menyusu

dini dinamakan the breast crawl atau merangkak mencari payudara. Setidaknya

dalam waktu 1 jam bayi baru lahir segera setelah dikeringkan dan diletakkan di

perut ibu dengan kontak kulit ke kulit (Saleha, 2009).

2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

1. Bayi

a. Bayi baru lahir yang langsung ditempelkan pada kulit ibunya memiliki

temperatur tubuh yang lebih stabil daripada bayi baru lahir yang

langsung dibungkus kain. Jika bayi kedinginan, suhu kulit ibu otomatis

naik 2 derajat untuk menghangatkan bayi sehingga dapat mencegah

resiko hypotermia. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun

satu derajat untuk mendinginkan kulit bayi. Kulit berfungsi sebagai

termoregulator bagi suhu bayi (Depkes, 2008).

b. Saat merayap di dada ibu, bayi menjilat-jilat kulit ibu dan menelan

bakteri nonpathogen dari kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang

biak membentuk koloni bakteri di kulit dan usus bayi sehingga bayi

5
6

menjadi lebih kebal dari bakteri pathogen yang berasal dari

lingkungan barunya (Depkes, 2008)

c. Meningkatkan kasih sayang. Berdasarkan penelitian dari 17 bayi yang

dilakukan IMD secara konstan selama 1 jam dan tidak di interupsi, 16

bayi berhasil menyusu dengan benar (Righard & Alade, 1990)

d. Bayi memperoleh kolostrum yang penting untuk kelangsungan

hidupnya, kolostrum ini akan membantu tubuh bayi membentuk daya

tahan terhadap infeksi sekaligus penting untuk pertumbuhan usus di

mana kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dan

mematangkan dinding usus bayi (Depkes, 2008)

e. Produksi ASI akan lancar sehingga bayi dapat memperoleh ASI

Ekslusif selama 6 bulan dan tetap menyusu sampai berusia 2 tahun

serta dapat mengurangi risiko bayi menderita alergi (Depkes, 2008)

f. Bayi akan merasa nyaman. Menurut sebuah penelitian, bayi baru lahir

yang langsung diletakkan di dada ibu menangis lebih singkat daripada

bayi baru lahir yang langsung dibungkus kain dan diletakkan di sisi

ibunya selama 90 menit. Bayi yang berada di dada ibu merasa

nyaman karena masih merasakan suasana rahim (Gangal, 2007)

2. Ibu

Pemijatan yang dilakukan bayi saat IMD kepada ibu dan hisapan

bayi menginduksi produksi oksitoksin dari kelenjar pituitari ke aliran

darah. Kedekatan emosional karena interaksi kulit, penglihatan, dan

pendengaran yang distimulus oleh bayi juga dapat memproduksi hormon

oksitoksin. Oksitoksin membantu kontraksi uterus, pengeluaran plasenta

dan menutup pembuluh darah di uterus sehingga bisa menurunkan


7

kehilangan banyak darah dan mencegah anemia. Penekanan yang

dilakukan kaki bayi bisa membantu pengeluaran plasenta (Klaus &

Kennel, 2001)

2.1.3 Langkah-Langkah Inisiasi Menyusu Dini

1. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan

2. Segera setelah bayi dilahirkan, menangis, dan mulai bernafas:

a. Bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

b. Keringkan secepatnya dengan kain lembut seluruh tubuh kecuali

kedua tangannya. Jangan hilangkan lemak putih (vernix) di tubuh

bayi.

c. Setelah tali pusat dipotong dan diikat, tanpa dibedong, tengkurapkan

bayi dalam keadaan telanjang di dada atau perut ibu dengan kulit bayi

melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Bila perlu, tutupi kepala

bayi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya

d. Biarkan bayi mencari sendiri puting susu ibu. Ibu dapat membantu

bayi dengan sentuhan lembut tapi jangan memaksakan bayi ke puting

susu.

e. Ajak suami atau keluarga untuk meningkatkan rasa percaya diri ibu

dan bersama ibu mengenali tanda-tanda bayi siap menyusu (isap

tangan, buka mulut mencari puting, dan keluar air liur)

f. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu selama paling tidak

satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum satu jam, tetap biarkan

kulit ibu dan bayi bersentuhan sampai setidaknya satu jam (UNICEF

dan WHO Revised, 2006 and UNICEF India : 2007 (Klausland Kennel

2001; American College of OBGYN 2007 and ABM protocol #5 2003))


8

g. Bila dalam satu jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan

mendekatkan bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting ke mulut

bayi. Beri waktu kulit melekat pada kulit 30 menit atau satu jam lagi

h. Rawat gabung bayi; ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam

jangkauan ibu selama 24 jam (American College of OBGYN 2007 and

ABM protocol #5 2003). Berikan ASI saja tanpa minuman atau

makanan lain keuali atas indikasi medis (Selasi, 2008)

2.1.4 Hambatan Inisiasi Menyusu Dini

Hal yang dapat menghambat kontak dini kulit ke kulit pada bayi baru lahir

menurut IDAI (2010) antara lain:

a. Bayi kedinginan

b. Ibu lelah dan masih merasa kesakitan setelah melahirkan. Pada ibu

yang mengalami kesulitan dalam proses persalinan, umumnya ibu

akan terlalu lelah dan merasa kesakitan bila harus berpartisipasi

dalam proses IMD

c. Kurang tersedianya tenaga kesehatan yang mengerti mengenai IMD

d. Kamar bersalin dan kamar operasi sibuk

e. Ibu harus mengalami tindakan penjahitan

f. Bayi perlu diberi vitamin K dan obat tetes mata sesegera mungkin

karena memiliki faktor resiko tertentu

g. Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur

h. Kolostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik, bahkan berbahaya

untuk bayi

i. Tenaga kesehatan belum sepakat tentang pentingnya memberi

kesempatan IMD pada bayi baru lahir dengan operasi caesar


9

2.2 Konsep Dasar ASI Ekslusif

2.2.1 Pengertian AS Ekslusif

ASI ekslusif adalah pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif tanpa tambahan

cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air

putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,

pepaya, bubur, biskuit, maupun nasi tim dalam kurun waktu

sekurang-kurangnya 4 bulan, namun bila mungkin sampai

bayi berumur 6 bulan (Suhemi dkk., 2009)

ASI ekslusif yaitu mulai menyusu segera setelah bayi lahir dengan tidak

memberikan makanan atau minuman lain kepada bayi

(misalnya air, madu, larutan gula, atau pengganti susu ibu)

kecuali diinstruksikan oleh dokter atas alasan medis,

memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan

bayi dan mulai memberikan makanan pendamping ASI

setelah periode ekslusif tersebut, dan juga memberikan ASI

sesuai dorongan alamiahnya baik siang ataupun malam

(WHO-UNICEF; pedoman Breastfeeding Promotion and

Support, 2005)

2.2.2 Manfaat Pemberian ASI Ekslusif

A. Bagi Bayi

1 Merupakan makanan alami yang sangat bagus untuk bayi, dengan

zat gizi yang ideal dan disesuaikan dengan kebutuhan serta

kemampuan pencernaan seorang bayi. Komposisi ASI berbeda-beda


10

dari hari ke hari. ASI yang keluar pada saat kelahiran sampai hari

keempat (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar sampai hari

yang kesepuluh setelah kelahiran (ASI transisi). Komposisi ini akan

berbeda lagi setelah hari keempat belas (ASI matang)

2 Kandungan laktosa pada ASI lebih tinggi dibandingkan pada susu

formula. Didalam usus laktosa akan difermentasikan menjadi asam

laktat, yang kemudian akan berfungsi untuk menghambat bakteri

yang sifatnya patogen, merangsang pertumbuhan mikroorganisme

yang mampu menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa

jenis vitamin, mempermudah pengendapan kalsium-cassienat, dan

memudahkan penyerapan berbagai jenis mineral seperti kalsium dan

magnesium

3 ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama. Kandungan tersebut seperti immunoglobulin,

lysozyme, complement C2 dan C4, anti stapilococcus, lactobasillus,

bifidus, lactoferin.

4 ASI tidak menyebabkan alergi pada bayi karena tidak mengandung

betalactoglobulin

B. Bagi Ibu

1 Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah dan cukup

berhasil. Selama ibu memberi minimal ASI selama 6 bulan dan belum

haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama selama melahirkan

dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12 bulan.

2 Kadar oksitoksin ibu menyusui yang meningkat akan sangat

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses


11

pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang tidak

menyusui

3 Oleh karena menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan

demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke

berat badan sebelum hamil

4 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui akan mengurangi

kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila

semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2

tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan

berkurang sampai sekitar 25%. Beberapa penelitian juga menemukan

bahwa menyusui akan melindungi ibu dari penyakit kanker indung

telur. Penelitian ini menunjukkan bahwa risiko terkena penyakit ini

pada ibu yang menyusui akan berkurang 20-25x.

5 Memberi ASI berarti menghemat pengeluaran untuk susu formula,

perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan minum susu

formula.

6 ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu

agar susu tidak terlalu panas

7 Ibu yang berhasil memberikan ASI akan merasakan kepuasan,

kebanggaan dan kebahagiaan yang dalam. Selain itu kontak ibu dan

bayi akan menghadirkan situasi kasih sayang dan mengerti tentang

perasaan bayinya

(Roesli, 2000)
12

2.2.3 Komponen ASI

1 Hidrat Arang

Hidrat arang didalam ASI merupakan nutrisi yang vital untuk

pertumbuhan sel saraf otak dan pemberi kalori untuk pertumbuhan sel-sel

saraf. Hidrat arang memudahkan penyerapan kalsium, mempertahankan

faktor bifidus yang ada di dalam usus, dan mempercepat pengeluaran

kolostrum sebagai antibodi bayi (Purwanti, 2009).

2 Protein

Protein yang terdapat didalam ASI jumlahnya lebih rendah

dibandingkan protein yang ada di dalam air susu sapi. Protein ASI

merupakan bahan baku untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Hampir seluruh protein ASI dapat terserap oleh sistem pencernaan bayi.

Protein ASI merupakan kelompok protein whey, dimana

merupakan protein yang sangat halus, lembut dan mudah dicerna.

Sedangkan komposisi protein yang ada di susu sapi merupakan

kelompok kassein yang kasar, bergumpal dan sangat sukar dicerna oleh

usus bayi (Purwanti, 2009)

3 Lemak

Kadar lemak dalam ASI merupakan sumber utama bagi bayi dan

lemak ASI merupakan sumber lemak yang esensiil. Keistimewaan lemak

ASI adalah:

a. Bentuk emulsi lebih sempurna dibandingkan Air Susu Sapi. ASI

mengandung enzim lipase yang mencegah trigliserida menjadi

digliserida dan kemudian menjadi monogliserida sebelum pencernaan

di usus terjadi karena itu emulsi ASI lebih sempurna


13

b. Asam lemak tak jenuh yang ada di dalam ASI berkadar tinggi yaitu 7-

8x lebih banyak daripada kadar asam lemak tak jenuh yang ada di

susu sapi (Soetjiningsih, 1997).

4 Mineral

Mineral yang terkandung di dalam ASI lengkap dan cukup untuk

bayi sampai umur 6 bulan. Mineral yang terdapat di dalam ASI adalah Fe,

Ca, P, Mn, garam organik yaitu kalsium, kalium dan natrium dari asam

klorida dan fosfat (Soetjiningsih, 1997).

5 Air

Sekitar 88% ASI terdiri dari air untuk melarutkan zat-zat yang berada di

dalamnya. ASI merupakan sumber air secara metabolik dan aman

(Soetjiningsih, 1997).

6 Vitamin

Beberapa vitamin yang terdapat dalam ASI adalah vitamin A, D, C dan B

(Soetjiningsih, 1997).

7 Kalori

Kalori ASI relatif rendah yaitu 77 kalori/100ml ASI. Sebagian besar

(90%) berasal dari karbohidrat dan lemak sedangkan 10% berasal dari

protein (Soetjiningsih, 1997).

8 Unsur-unsur lain

Didalam ASI juga terdapat laktokrom, kreatinin, urea, xanthin, amonia dan

asam nitrat. Substansi tertentu yang ada di dalam plasma ibu berada

dalam ASI misalnya minyak volatil dari makanan tertentu (bawang

merah), selain itu elemen anorganik seperti As, Bi, Fe, I, Hg dan Pb

(Soetjiningsih, 1997).
14

2.2.4 Kolostrum

2.3.4.1 Gambaran Umum Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam

alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan sesudah puerperium.

Disekresi oleh kelenjar peyudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau

keempat. Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekunin-kuningan,

lebih kuning dibandingkan susu matur (Soetjiningsih, 2002).

Kolostrum kuning kental sesuai untuk kebutuhan bayi baru lahir.

Kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil,

sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi

dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam

kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk

mempermudah perjalanan mekonium (Bobak et al., 2005)

2.3.4.2 Komposisi Kolostrum

a. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI matur,

tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang

utama adalah globulin (gamma globulin) membuat konsistensi pekat

sehingga bayi lebih lama merasa kenyang meskipun hanya mendapat

sedikit kolsotrum.

b. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI matur,

dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan

c. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur
15

d. Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika

dibandingkan dengan susu matur

e. Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya

58Kal/100 ml kolostrum (dalam bentuk cairan, pada hari pertama bayi

memerlukan 20-30 cc)

f. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI

matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau

lebih rendah

g. Lipidnya lebih banyak megandung kolesterol dan lesitin dibandingkan

dengan ASI matur sehingga sejak dini sudah terlatih mengolah kolesterol.

h. Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi

menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar

antibodi pada bayi

Tabel 2.1 Komposisi Nutrisi dalam Kolostrum, ASI dan ASS

Unsur Gizi (gram) Kolostrum ASI (Air Susu Ibu) ASS (Air Susu Sapi)

Air - 88 88

Laktosa 5,3 6,8 3

Protein 2,7 1,2 3,3

Lemak 2,9 3,8 3

Laktobulin - 1,2 3,1

Asam Linoleat - 8,3 1,6

Natrium 92 15 1,6

Kalium 55 55 138

Klorida 117 43 103


16

Magnesium 4 4 12

Fosfor 14 15 100

Zat Besi 0,09 0,15 0,1

Vitamin A 89 53 34

Vitamin D - 0,03 0,06

Tiamin 15 16 42

Riboflavin 30 43 157

Asam nikotinat 75 172 85

Asam askorbat 4,4 4,3 1,6

Folasin - - -

Laktoferin - - -

Lisozim - - -

Taurin - 40 -

2.3.4.3 Manfaat Kolostrum

Komposisi kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan mirip dengan

nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim. Kolostrum bermanfaat untuk

mengenyangkan bayi pada hari-hari pertama hidupnya. Kolostrum mengandung

sedikit pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan sistem pencernaan bayi

dari mekonium. Kolostrum mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan

bayi kuning) sehingga bayi lebih terhindar dari jaundice. Selain itu kolsotrum

membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk pencernaan (Kuya, 2008).

Didalam kolostrum juga terdapat sel darah putih dan protein

imunoglobulin pembunuh kuman dalam jumlah tinggi, karena sistem pertahanan


17

tubuh bayi masih rendah maka kolostrum adalah imunisasi pertama yang

diterima oleh bayi (Roesli, 2001)

2.3 Konsep Dasar Diare

2.3.1 Pengertian Diare

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya

frekuensi defekasi (>3 kali/hari) disertai konsistensi feses menjadi lebih

cair, dengan/tanpa darah dan/atau lender (Suratmaja, 2010)

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk

cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih

banyak dari biasanya (>200gr atau 200 ml/24jam). Sumber lain

mendefinisikan diare sebagai buang air besar encer lebih dari 3 kali per

hari dimana buang air besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lender

dan darah (Atik, 2009)

Diare adalah suatu penyakit dengan tan-tanda adanya perubahan

bentuk dan konsistensi dari tinja, melembek sampai mencair dan

bertambahnya frekuensi buang air besar dari biasanya (>3 kali/hari)

(Depkes RI, 2005)

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan diare

adalah buang air besar lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses

lembek/cair dengan/tanpa disertai lendir atau darah.


18

2.3.2 Etiologi Diare

Menurut World Gastroenterology Organization global guidelines

tahun 2005, etiologi diare akut dibagi atas empat penyebab, yaitu:

1. Bakteri: Shigella, Salmonella, E. Coli, Gol. Vibrio, Bacillus

cereus, Clostridium perfringens, Stafilokokus aureus,

Campylobacter aeromonas

2. Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Coronavirus,

Astrovirus

3. Parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,

Balantidium coli, Trichuris trichiura, Cryptosporidium parvum,

Strongyloides stercoralis

4. Non infeksi: malabsorpsi, keracunan makanan, alergi, gangguan

motilitas, imunodefisiensi, kesulitan makan, dll.

Diare dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus

(Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus

dan lain-lain; infeksi bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit

seperti cacing (Ascaris, Trichiuris, Strongyloides), Protozoa (Entamoeba

histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida

albicans) (Kliegman, 2006).

2.3.3 Gejala Diare

Diare dapat menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan

elektrolit, terutama natrium dan kalium dan sering disertai dengan

asidosis metabolik. Dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan defisit air


19

dan atau keseimbangan serum elektrolit. Setiap kehilangan berat badan

yang melampaui 1% dalam sehari merupakan hilangnya air dari tubuh.

Kehidupan bayi jarang dapat dipertahankan apabila defisit melampaui

15% (Soegijanto, 2002).

Diare akut karena infeksi dapat disertai keadaan muntah-muntah

dan/atau demam, tenesmus, hematochezia, nyeri perut atau kejang perut.

Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis

yang adekuat dapat menyebabkan kematian karena kekurangan cairan di

badan yang mengakibatkan renjatan hipovolemik atau karena gangguan

biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena kehilangan

cairan seseorang merasa haus, berat badan berkurang, mata menjadi

cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun serta

suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang

isotonic (Umar dkk, 2004).

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak

menjadi gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu

makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan

menjadi cair dan mungkin disertai dengan lender ataupun darah. Warna

tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-hijauan karena

tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena

seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak dapat

diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut
20

meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit

(Kliegman, 2006).

2.3.4 Penatalaksanaan Diare

Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga

hidrasi yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut.

Ini dilakukan dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua

pasien kecuali yang tidak dapat minum atau yang terkena diare hebat

yang memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa (Umar dkk,

2004).

Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium

klorida, dan 2,5 g Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g

glukosa per liter air. Cairan seperti itu tersedia secara komersial dalam

paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan dengan air.

Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti

dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok teh garam, ½ sendok teh

baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter air. Dua pisang atau 1

cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti kalium. Pasien harus minum

cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus pertama

kalinya (Umar dkk, 2004)

Jika terapi intra vena diperlukan, cairan normotonik seperti cairan

saline normal atau laktat Ringer harus diberikan dengan suplementasi

kalium sebagaimana panduan kimia darah. Status hidrasi harus dimonitor

dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital, pernapasan, dan


21

urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan. Pemberian harus diubah ke

cairan rehidrasi oral sesegera mungkin (Umar dkk, 2004).

Menurut Kemenkes RI (2011), prinsip tatalaksana diare pada

balita adalah Lintas Diare (Lima Langkah Tuntaskan Diare), yang

didukung oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia dengan rekomendasi WHO.

Rehidrasi bukan satu-satunya cara untuk mengatasi diare tetapi

memperbaiki kondisi usus serta mempercepat

penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak kekurangan gizi

akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare. Adapun program

Lintas Diare yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh

2.4 Konsep Dasar ISPA

2.4.1 Pengertian ISPA

Penyakit ISPA mengandung tiga unsur pengertian yaitu infeksi,

saluran pernafasan dan akut. ISPA didefinisikan sebagai suatu penyakit

infeksi pada hidung, telinga, tenggorokan (pharynx), trachea, bronchioli

dan paru yang kurang dari dua minggu (14 hari) dengan tanda dan gejala

dapat berupa: batuk dan atau pilek (ingus) dan atau batuk pilek dan atau

sesak nafas karena hidung tersumbat dengan atau tanpa demam. Batas
22

waktu 14 hari diambil untuk menunjukkan berlangsungnya proses akut,

meskipun beberapa penyakit yang dapat digolongkan ISPA, proses ini

dapat berlangsung lebih dari 14 hari (Depkes RI, 1996)

Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang terutama

mengenai struktur saluran pernafasan di atas laring. Penyakit ini

mengenai bagian saluran pernafasan atas dan bawah secara simultan

atau berurutan (Nelson, 2002).

ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang

terjadi pada setiap bagian saluran pernafasan baik atas maupun bawah

yang disebabkan oleh jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsin

tanpa/disertai radang dari parenkim (Whaley and Wong, 2006).

Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan ISPA

merupakan infeksi yang mengenai struktur saluran pernafasan baik atas

maupun bawah, yang disebabkan oleh jasad renik/bakteri, virus dan

berlangsung sampai dengan 14 hari.

2.4.2 Etiologi ISPA

Penyebab dari ISPA adalah infeksi agen/kuman. Selain itu

terdapat beberapa faktor yang turut andil mempengaruhi yaitu usia

bayi/neonatus, ukuran dari saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak

tersebut terhadap penyakit serta keadaan cuaca (Whaley and Wong,

2006).

Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab

dari terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman


23

yang merupakan penyebab utama yakni golongan hemolityc

streptococus, staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia

trachomatis, mycoplasma dan pneumokokus (Whaley and Wong, 2006).

2.4.3 Klasifikasi ISPA

Berdasarkan golongan umur:

1. Golongan Umur Kurang 2 bulan

a. Pneumonia Berat

Bila disertai salah satu tanda tarikan kuat di dinding dada pada

bagian bawah atau nafas cepat. Batas nafas cepat untuk

golongan umur kurang dari 2 bulan yaitu 60 per menit atau lebih

b. Bukan Pneumonia (Batuk Pilek Biasa)

Bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian

bawah atau napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur ini

adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun

sampai kurang dari ½ volume yang biasa diminum), kejang,

kesadaran menurun, stridor, wheezing dan demam/dingin

2. Golongan Umur 2 bulan – 5 tahun

a. Pneumonia Berat

Bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan di dinding dada

bagian bawah ke dalam pada waktu anak menarik nafas (pada

saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang, tidak

menangis).
24

b. Pneumonia Sedang

Bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah:

 Untuk usia 2 bulan – 12 bulan = 50 kali per menit atau lebih

 Untuk usia 1-4 tahun = 40 kali per menit atau lebih

c. Bukan Pneumonia

Bila tidak ditemukan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

napas cepat. Tanda bahaya untuk golongan umur ini adalah: tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk.

(Depkes RI, 2002)

2.4.4 Tanda Gejala ISPA

ISPA digunakan untuk mendeskripsikan flu. Tanda gejalanya

adalah kongesti nasal, sakit tenggorokan, bersin-bersin, malaise, demam,

batuk, suara serak, kesulitan menelan, menggigil, dan sering sakit kepala

serta sakit otot. Secara spesifik istilah cold mengacu pada febris,

infeksius, inflamasi akut membrane mukosa rongga nasal. Lebih luas lagi,

istilah tersebut mengacu pada faringitis, laringitis dan chest cold

membedakan letak gejala utamanya. Gejala berlangsung 5 hari sampai 2

minggu. Jika terdapat demam yang signifikan atau gejala pernafasan

sistemik yang lebih berat, maka gejala ini bukan lagi merupakan gejala

common cold tetapi merupakan salah satu gejala infeksi saluran

pernafasan atas akut (Smeltzer, Suzzane C., 2006)


25

2.4.5 Penatalaksanaan ISPA

Penanganan ISPA menurut Rasmaliah, 2004:

A. Penanganan di Rumah Sakit

Pemberian antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya

B. Perawatan di Rumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi

anaknya yang menderita ISPA:

1. Mengatasi demam

Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres. Bayi dibawah 2

bulan dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan

4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet

dibagi sesuai dosisnya kemudian digerus dan diminumkan.

Memberikan kompres dengan menggunakan kain bersih, celupkan

pada air (tidak perlu air es)

2. Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan

tradisional. Seperti jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan

kecap atau madu ½ sendok teh dan diberikan tiga kali sehari

3. Pemberian makan

Memberikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi

berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, terlebih bila

muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu dapat

diteruskan
26

4. Pemberian minum

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah, dan sebagainya)

lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan

dahak. Kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang

diderita

2.5 Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Ekslusif terhadap

sakit diare dan ISPA

ISPA dan diare adalah penyakit yang sering menjadi penyebab

pasien mendatangi pelayanan kesehatan. Kedua penyakit ini paling

banyak menjangkiti anak-anak terutama pada usia baduta (bawah dua

tahun). Hal tersebut dikarenakan sistem imun pada anak baduta masih

belum matang.

Salah satu faktor yang dapat membantu menyokong sistem

pertahanan baduta adalah pemberian ASI ekslusif dan IMD. IMD

merupakan langkah awal yang penting untuk mempersiapkan ketahanan

tubuh bayi. Karena ASI pertama yang keluar saat IMD (kolostrum)

mengandung banyak antibodi yang berguna untuk pertahanan tubuh bayi.

Didalam kolostrum juga terdapat epithelial growth factor yang dianggap

dapat mempercepat kematangan sel epitel di traktus gastrointestinal

sehingga dapat melindungi bayi dari infeksi contohnya diare.

Keberhasilan pelaksanaan IMD akan berdampak pula terhadap

keberhasilan ASI ekslusif. Didalam ASI terkandung zat gizi yang penting

untuk pertumbuhan baduta utamanya sistem pertahanan tubuh.


27

ASI ekslusif dan IMD berdampak pada proses pematangan sistem

imun yang terdapat pada bayi. Seperti terlihat dalam penelitian Karen

(2007) mendapati resiko kematian akibat penyakit infeksi sekitar 2-6 kali

lebih besar pada bayi yang tidak melakukan IMD. Penelitian lain

memperlihatkan bahwa dari 1278 bayi dengan perlakuan ASI ekslusif

(59,3%), ASI non ekslusif (28,3%) dan susu formula (12,4%) didapatkan

insiden diare terjadi sekitar 25,0% pada bayi dengan ASI ekslusif (Bener

dkk, 2011). ISPA setidaknya menyerang pada 20% bayi dari 170 bayi

dengan 3 perlakuan (ASI ekslusif, ASI non ekslusif dan susu formula)

(Mardya, 1997)

Anda mungkin juga menyukai