CP/SB/TIU: Setelah mepelajari, diskusi dan latihan tentang materi ini maka
sasaran didik dapat membedakan tiga ranah dan jenjang tujuan pendidikan
dengan sempurna.
SP/TIP:
1. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
tiga ranah dengan sempurna.
2. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah cognitif dengan lengkap.
3. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah psikomotorik dengan lengkap.
4. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah afektif (sikap) dengan lengkap.
Bahan Diskusi:
Apa perbedaan proses pendidikan dan dan proses belajar. Apa akibatnya jika proses
pendidikan tidak diikuti dengan proses relajar. Sebaliknya apa akibatnya jira proses
relajar tidak diikuti oleh proses pendidikan
Kognitif
afektif
Psikomotori
k
AFEKTIF
1. Tujuan yang bersifat kognitif
Prilaku kawasan kognitif adalah prilaku yang merupakan hasil proses berpikir.
Dalam bahasa sederhananya adalah prilaku hasil kerja otak. Bloom (1956), misalnya,
membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam tingkatan yang telah disebutkan itu
secara bertrut-turut merupakan tingkatan prilaku kognitif dari yang paling rendah atau
sederhana sampai ke yang paling tinggi atau kompleks.
Gagne (1979) membagi kapabilitas manusia dalam kawasan kognitif ini menjadi
tiga macam, yaitu : keterampilan intelektual, strategi kognitif, dan informasi verbal.
Keterampilan teknis dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dalam mencari cara
pemecahan masalah, dan keterampilan mengungkapkan kembali pengetahuan verbal
yang telah dimiliki adalah contoh ketiga kapabilitas tersebut secara berturut-turut.
Prilaku kawasan psikomotor adalah prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja
fungsi tubuh manusia. Ia berbentuk gerakan tubuh. Berlari, melompat, melempar,
berputar, memukul dan menendang adalah prilaku psikomotor. Dave (1975) membagi
prilaku kawasan psikomotor dalam lima jenjang prilaku, yaitu : menirukan gerak,
memanipulasikan kata-kata menjadi gerak, melakukan gerak dengan tepat, merangkaikan
berbagai gerak, dan melakukan gerak dengan wajar dan efisien.
3. Tujuan Afektif.
Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif
terdiri dari yang paling sederhana yaitu memperhatikan sampai dengan yang lebih
kompleks yang merupakan factor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani
seseorang. Secara umum tujuan afektif ini menggunakan indikator minat, sikap hati,
sikap menghargai, sistem nilai dan kecendrungan emosi. Tujuan afektif ini dianggap
tujuan yang relatif paling sulit pencapaian tujuannya dibandingkan tujuan cognitive dan
psikomotorik. Tujuan afektif ini juga sulit dipisahkan secara tegas hasil pencapaiannya
denga tujuan cognitive dan psikomotorik. Pencapaian tujuan cognitive dan psikomotorik
sering diikuti dengan pencapaian tujuan afektif. Pencapaian tujuan afektif sering harus
melalui dulu terjadinya perubahan cognitive atau psikomotorik.
Identifikasi (Find) -- X X X
Menggunakan (Use) -- X X X
Dalam menentukan tujuan, dosen menggunakan dua kriteria yaitu perilaku yang
diharapan berubah pada mahasiswa dan materi apa yang akan diajarkan, apakah kata,
konsep, prosedur atau prinsip. Kategori perilaku yang diharapkan dibagi menjadi tiga
yaitu:
1. Mengingat : adalah perilaku yang dengan ingatan untuk dapat mengenali atau
menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.
2. Menggunakan: mengharapkan mahasiswa untuk menerapkan suatu abstraksi
(prinsip, rumus) dalam suatu situasi yang spesifik.
3. Menemukan: adalah perilaku yang menurut mahasiswa untuk menciptakan
sesuatu atau membuat kesimpulan.
Taksonomi ini lebih bersifat seperti check list untuk menentukan apakah tujuan
pembelajaran mencakup berbagai tingkah laku.
Tujuan ini disusun secara hirarkis (berurut) dalam enam tingkatan. Keenam
tingkatan tersebut ialah:
1. Pengetahuan/ingatan (Recall)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Syntesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
Karena taksonomi ini yang digunakan secara umum di Indonesia maka taksonomi
ini akan dibahas secara lebih rinci pada bagian akhir tulisan ini .
Taksonomi Tujuan Psikomotori ini disusun oleh Harrow secara hirarkis dalam
lima tingkatan yaitu:
1. Peniruan (Immitation) : meniru gerak yang telah diamati
2. Penggunaan (Manipulation): menggunakan konsep untuk melakukan gerak
3. Ketepatan (Precision): melakukan gerak dengan teliti dan benar
4.Perangkaian (Articulation): Merangkaikan berbagai gerakan berkesinam-
bungan
5. Naturalisasi (Naturalisation) : Melakukan gerak secara wajar dan efisien
Yang perlu dipahami oleh dosen bahwa, Tujuan Psikomotorik atau ketrampilan
memiliki tingkatan, tidak hanya satu “trampil” saja seperti yang diketahui oleh orang
awam. Implikasinya adalah untuk mencapai tingkatan yang berbeda akan memerlukan
strategi belajar, strategi instruksional, bentuk pengajaran, metode, dan materi belajar yang
berbeda.
Bloom, Krathwohl dan Masia mengembangkan taksonomi tujuan yang sama yaitu
berorientasi kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses
seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang
menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Taksonomi tujuan ini disusun secara
hirarkis dalam lima kelompok yaitu:
1. Pengetahuan/ingatan (Recall)
C5.SINTESIS
Mampu menggunakan pengetahuan itu untuk mensistesakan
barang/sesuatu menjadi barang atau ide baru
C3. PENERAPAN
(Penggunaan) dapat mengunakan pengetahuan itu untuk
memecahkan/menjawab persoalan
C2. PEMAHAMAN
(Pengertian) lebih dari sekedar tahu, bias menjelaskan lebih
lanjut dengan bahasan dan kata-kata sendiri
dan dapat menunjukkan contoh
C1. PENGETAHUAN
(Sekedar Tahu), Dapat mengucapkan kembali dengan kata-kata
yang sama/persis, hafal dan ingat tapi belum mengerti maksudnya
Beberapa contoh kata kerja yang mewakili tujuan instruksional ini yang
digunakan untuk merumuskan TIK ialah:
mengidentifikasikan
memilih
menyebutkan
menunjukkan
membuat daftar
memberi nama
menjodohkan
menyatakan
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi
yang telah diketahuinya kedalam situasi atau kaitan yang baru atau menggunakan
pengetahuan itu untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Misalnya kemampuan
menyusun kuesioner penelitian yang merupakan penerapan berbagai prinsip-prinsip
penyusunan instrumen penelitian.
Kata kerja yang da
4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan dan masih tetap mampu menjelaskan hubungan antar komonen tersebut.
Misalnya dalam pengetahuan penulisan skripsi, mahasiswa mampu menyebutkan
berbagai komponen atau bagian-bagian dari penulisan skripsi dan mampu membuat
hubungan antar komonen atau bagian tersebut dalam susunan yang tepat dan benar.
Beberapa contoh kata kerja yang dapat digunakan pada tingkat ini ialah:
Membuat diagram
Membedakan
Memisahkan
Menghubungkan
Menjabarkan dalam bagian-bagian
Memilih
Membagi
Membandingkan
2. Sintesis (Syntesis)
Tujuan pada tingkat ini adlah menurut mahasiswa mampu menggunakan
pengetahuan itu untuk mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan
atau struktur yangbaru yang lebih besar. Beberapa kata kerja yang dapat digunakan pada
tingkatan ini ialah:
Menciptakan
Mendesain
Memformulasikan membuat prediksi
Mengkatagorikan
Mengkombinasikan
Mengarang
Mengatur
Menyusun kembali
Meragkaikan
3. Evaluasi (Evaluation)
Tujuan ini merupakan tujuan yang paling tinggi tingkatannya. Tingkatan ini
mengharapkan mahasiswa mampu menggunakan pengetahuannya untuk membuat
penilaian atau kritik dan memutuskan nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kreteria tertentu. Misalnya menilai sebuah laporan hasil penelitian
atau menilai sebuah makalah. Untuk dapat menilai maka mahasiswa itu harus memiliki
pengetahuan tentang tata cara penelitian dan pembuatan makalah dan juga telah memiliki
kemampuan pengalaman melakukan penelitian dan menulis makalah.