Anda di halaman 1dari 12

BAHAN AJAR

TAKSONOMI TUJUAN BELAJAR


Machmud SYAM

CP/SB/TIU: Setelah mepelajari, diskusi dan latihan tentang materi ini maka
sasaran didik dapat membedakan tiga ranah dan jenjang tujuan pendidikan
dengan sempurna.

SP/TIP:
1. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
tiga ranah dengan sempurna.
2. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah cognitif dengan lengkap.
3. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah psikomotorik dengan lengkap.
4. Setelah mepelajari, diskusi dan latihan sasaran didik dapat membedakan
jenjang ranah afektif (sikap) dengan lengkap.

KESULITAN TERBESAR MEMPERBAIKI


MUTU PENDIDIKAN SAAT INI ADALAH
MEMBUAT DOSEN KREATIF DAN INOVATIF
DALAM PROSES PEMBELAJARAN

1. Taxonomi Tujuan Belajar

Kegiatan instruksional (pembelajaran) dilakukan oleh dosen untuk mencapai


tujuan belajar tertentu yaitu perubahan perilaku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan belajar
yang jelas maka pengajaran akan menjadi tanpa arah dan tidak efektif. Oleh karena itu
dosen perlu memahami berbagai taksonomi tujuan untuk memperoleh wawasan yang
lebih luas tentang tujuan instruksional sehingga dapat merancang kegiatan instruksional
dengan baik.
Ada berbagai bentuk Taksonomi Tujuan Instruksional sesuai dengan ahli yang
berusaha merumuskannya. Misalnya Taksonomi Bloom, Gagne, Merill, Krathwohl dan
sebagainya yang masing-masing mempunyai kriteria pengelompokan sendiri untuk
berbagai jenis keperluan tujuan pendidikan yang berbeda. Satu Taksonomi dengan

Taksonomi Tujuan Belajar 1


taksonomi lainnya tidak selalu sama atau tidak selalu dapat disepadankan. Hal ini sering
menimbulkan kesulitan komunikasi diantara peneliti pendidikan atau perencana
pendidikan dan juga dosen dalam menentukan tujuan pendidikan. Yang penting bagi
dosen bahwa harus dipahami ada berbagai bentuk Taksonomi Tujuan Instruksional.
Tergantung kesepakatan kita yang mana yang paling bermanfaat dan paling dikuasai
untuk digunakan menyusun SAP atau SB/TIU dan SP/TIK. Tanpa memahami taksonomi
tujuan pendidikan ini maka mustahil seorang dosen mampu menyusun GBRP dan SAP
dan mustahil dapat melakukan proses pembelajaran dengan sempurna.

Bahan Diskusi:
Apa perbedaan proses pendidikan dan dan proses belajar. Apa akibatnya jika proses
pendidikan tidak diikuti dengan proses relajar. Sebaliknya apa akibatnya jira proses
relajar tidak diikuti oleh proses pendidikan

2. Kawasan Tujuan Instruksional

Taksonomi tujuan instruksional membagi tujuan pendidikan dan tujuan


instruksional menjadi tiga ranah atau kawasan atau kelompok yaitu tujuan yang bersifat
kognitif (pengetahuan), tujuan yang bersifat psikomotor (ketrampilan), dan tujuan yang
bersifat afektif (sikap). Dalam praktek ketiga ramah tujuan ini sulit dipisahkan
pencapaiannya satu dengan yang lainnya karena ketiganya saling overlaping seperti
terlihat pada Gambar 2. Ketiganya saling tumpang tindih (over laping). Besar tumpang
tindih itu Sangat tergantung program studi atau tergantung pada mata kuliah atau tujuan
pendidikan yang ditetapkan. Mata kuliah Agama akan lebih dominan bermain pada
kawasan sikap (afektif), namun tidak lepas dari kawasan kognitif karena ada teori-teori
yang harus dijelaskan. Pendidikan komputer lebih banyak bermain pada kawasan
psikomotorik namun tumpang tindihnya akan sangat besar dengan kawasan kognitif dan
tidak lepas juga dengan kawasan afektif (sikap). Pendidikan Diploma lebih banyak
bermain pada kawasan psikomotorik, namun tumpang tindihnya akan sangat besar
dengan kawasan kognitif dan sikap.

Kognitif
afektif

Psikomotori
k

Gambar 1. Tumpang Tindih Antara Tiga Kawasan Tujuan Pendidikan

Taksonomi Tujuan Belajar 2


Bahan diskusi:
1. Diskusikan beberapa program studi yang tumpang tindihnya sangat besar dan sangat
kecil antara kognitif, afektif dan psikomotorik.
2. Diskusikan mata kuliah anda seberapa banyak (berapa persen) tumpang tindihnya antar
PSIKOMOTORIK
antar ketiganya.

AFEKTIF
1. Tujuan yang bersifat kognitif

Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berpikir”, mencakup


kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat sampai dengan
kemampuan untuk memecahkan sesuatu masalah (prolem solving) yang menuntut
mahasiswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metoda atau prosedur
yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuan kognitif ini
paling sering digunakan dalam proses instruksional

Prilaku kawasan kognitif adalah prilaku yang merupakan hasil proses berpikir.
Dalam bahasa sederhananya adalah prilaku hasil kerja otak. Bloom (1956), misalnya,
membagi kawasan kognitif menjadi enam tingkatan : pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam tingkatan yang telah disebutkan itu
secara bertrut-turut merupakan tingkatan prilaku kognitif dari yang paling rendah atau
sederhana sampai ke yang paling tinggi atau kompleks.

Contoh prilaku kognitif :


 Menyebutkan definisi manajemen
 Membedakan fungsi meja dan kursi
 Membuat gambar kegiatan proyek dengan menggunakan PERT
 Menjabarkan prilaku umum menjadi prilaku khusus
 Menyusun disain instruksional untuk mata kuliah tertentu
 Memecahkan masalah instruksional secara sistematis.

Gagne (1979) membagi kapabilitas manusia dalam kawasan kognitif ini menjadi
tiga macam, yaitu : keterampilan intelektual, strategi kognitif, dan informasi verbal.
Keterampilan teknis dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dalam mencari cara
pemecahan masalah, dan keterampilan mengungkapkan kembali pengetahuan verbal
yang telah dimiliki adalah contoh ketiga kapabilitas tersebut secara berturut-turut.

2. Tujuan yang bersifat psikomotorik

Tujuan psikomotorik berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan


dengan anggota tubuh, atau tindakan (action) yang memerlukan koordiansi antara syaraf

Taksonomi Tujuan Belajar 3


dan otot. Tujuan pendidikan ini biasanya banyak digunakan untuk pendidikan
ketrampilan teknis seperti perbengkelan, kursus mengemudi, kursus memasak, olahraga
dan berbagai kursus lainnya. Walaupun lembaga pendidikan menentukan pada
ketrampilan psikomotorik, namun sebenarnya tujuan cognitifnya juga dapat mengalami
perubahan. Oleh karena itu pemisahan secara tegas antara tujuan psikomotorik dengan
cognitive tidak dapat dilakukan.

Prilaku kawasan psikomotor adalah prilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja
fungsi tubuh manusia. Ia berbentuk gerakan tubuh. Berlari, melompat, melempar,
berputar, memukul dan menendang adalah prilaku psikomotor. Dave (1975) membagi
prilaku kawasan psikomotor dalam lima jenjang prilaku, yaitu : menirukan gerak,
memanipulasikan kata-kata menjadi gerak, melakukan gerak dengan tepat, merangkaikan
berbagai gerak, dan melakukan gerak dengan wajar dan efisien.

3. Tujuan Afektif.

Tujuan afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap
(attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif
terdiri dari yang paling sederhana yaitu memperhatikan sampai dengan yang lebih
kompleks yang merupakan factor internal seseorang seperti kepribadian dan hati nurani
seseorang. Secara umum tujuan afektif ini menggunakan indikator minat, sikap hati,
sikap menghargai, sistem nilai dan kecendrungan emosi. Tujuan afektif ini dianggap
tujuan yang relatif paling sulit pencapaian tujuannya dibandingkan tujuan cognitive dan
psikomotorik. Tujuan afektif ini juga sulit dipisahkan secara tegas hasil pencapaiannya
denga tujuan cognitive dan psikomotorik. Pencapaian tujuan cognitive dan psikomotorik
sering diikuti dengan pencapaian tujuan afektif. Pencapaian tujuan afektif sering harus
melalui dulu terjadinya perubahan cognitive atau psikomotorik.

Prilaku kawasan afektif adalah prilaku yang dimunculkan seseorang sebagai


pertanda kecendrungannya untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam
lingkungan tertentu. Menganggukkan kepala yang ditapsirkan sebagai tanda setuju,
meloncat dengan muka berseri-seri sebagai tanda kegirangan, dan pergi ke mesjid atau ke
gereja atau ke pura sebagai tanda beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah contoh
prilaku dalam kawasan afektif atau sikap. Bloom dan Masia (1964) membagi kawasan
ini menjadi lima tingkatan kemampuan, yaitu : menerima nilai, membuat respon terhadap
nilai, menghargai nilai-nilai yang ada, mengorganisasikan nilai, dan mengamalkan nilai
secara konsisten atau karakterisasi. Sebenarnya sikap itu tidak tampak oleh mata. Ia
berada “di dalam hati”. Tetapi, siapa yang dapat membaca isi hati orang lain kalau sikap
itu tidak dimunculkan berupa kata-kata, gerakan badan atau kombinasi keduanya?
Dengan perkataan lain, seseorang menafsirkan sikap orang lain dengan melihat
prilakunya atau gejala yang ditimbulkannya. Penafsiran seperti ini sangat sulit. Kunci
utamanya terletak pada bagaimana cara menafsirkan prilaku tertentu sebagai sikap
tertentu pula.

Taksonomi Tujuan Kognitif

Taksonomi Tujuan Belajar 4


Taksonomi Bloom sangat dikenal di Indonesia, bahkan nampaknya yang paling
terkenal dan paling banyak digunakan untuk menyusun SB/TIU dan SP/TIK oleh para
penyusun kurikulum atau SAP di Indonesia. Oleh karena itu pembahasan tujuan kognitif
ini akan lebih ditekankan pada Taksonomi Bloom. Namun demikian ada baiknya
disebutkan dulu secara singkat berbagai bentuk taksonomi lainnya.

Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Gagne

Gagne mengelompokkan tujuan belajar dalam lima kategori kemampuan


(kompetensi) yaitu:
1. Informasi verbal (verbal information)
2. Ketrampilan intelektual (intellectual skills)
3. Strategi kognitif (Cognitive Strategi)
4. Motorik (Motor Skills)
5. Sikap (Attitudes)

Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Merill

Merill mengembangkan Component Display Theory (CDT). Sebenarnya taksonomi


ini lebih rinci dibandingkan Taksonomi Gagne. CDT ini mengklasifikasikan tujuan dalam
dua dimensi yaitu tingkat perilaku (level of performance) dan jenis materi (type of
content), yang masing-masing dibagi lagi dalam aspek yang lebih seperti terlihat pada
Tabel 4.

Tabel 1. Taksonomi Tujuan Kognitif Menurut Merill

Tingkah Perilaku Jenis Materi

Fakta Konsep Prosedur Prinsip

Identifikasi (Find) -- X X X

Menggunakan (Use) -- X X X

Taksonomi Tujuan Belajar 5


Mengingatkan(Remember) X X X X

Dalam menentukan tujuan, dosen menggunakan dua kriteria yaitu perilaku yang
diharapan berubah pada mahasiswa dan materi apa yang akan diajarkan, apakah kata,
konsep, prosedur atau prinsip. Kategori perilaku yang diharapkan dibagi menjadi tiga
yaitu:
1. Mengingat : adalah perilaku yang dengan ingatan untuk dapat mengenali atau
menyebutkan kembali informasi yang pernah diterima.
2. Menggunakan: mengharapkan mahasiswa untuk menerapkan suatu abstraksi
(prinsip, rumus) dalam suatu situasi yang spesifik.
3. Menemukan: adalah perilaku yang menurut mahasiswa untuk menciptakan
sesuatu atau membuat kesimpulan.

Taksonomi Tujuan Kognitif menurut Gerlach dan Sullivan

Gerlach dan Sullivan mengembangkan system pengelompkan tingkah laku yang


dapat dilihat . Mereka menyusun enam kategori yang diurutkan dari yang mudah ke yang
sukar, meskipun urutan ini tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai hirarki.

Hirarki tersebut ialah:


1. Mengidentifikasikan (Identify)
2. Menyebutkan (Name)
3. Menjelaskan (Discribe)
4. Membentuk (Construct)
5. Menyusun (order)
6. Mendemonstrasikan (Demonstrate)

Taksonomi ini lebih bersifat seperti check list untuk menentukan apakah tujuan
pembelajaran mencakup berbagai tingkah laku.

Taksonomi Tujuan Kognitif menurut Bloom

Tujuan ini disusun secara hirarkis (berurut) dalam enam tingkatan. Keenam
tingkatan tersebut ialah:
1. Pengetahuan/ingatan (Recall)
2. Pemahaman (Comprehension)
3. Penerapan (Aplication)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Syntesis)
6. Evaluasi (Evaluation)

Karena taksonomi ini yang digunakan secara umum di Indonesia maka taksonomi
ini akan dibahas secara lebih rinci pada bagian akhir tulisan ini .

Taksonomi Tujuan Belajar 6


Taksonomi Tujuan Psikomotorik

TaksonomiTujuan Psikomotorik Menurut Harrow

Taksonomi Tujuan Psikomotori ini disusun oleh Harrow secara hirarkis dalam
lima tingkatan yaitu:
1. Peniruan (Immitation) : meniru gerak yang telah diamati
2. Penggunaan (Manipulation): menggunakan konsep untuk melakukan gerak
3. Ketepatan (Precision): melakukan gerak dengan teliti dan benar
4.Perangkaian (Articulation): Merangkaikan berbagai gerakan berkesinam-
bungan
5. Naturalisasi (Naturalisation) : Melakukan gerak secara wajar dan efisien

Taksonomi Tujuan Psikomotorik menurut Sympson

Sympson menyusun secara hirarkis tujuh tingkatan tujuan psikomotorik yaitu:


1. Originasi (origination)
2. Adaptasi (Adaptation)
3. Respon Kompleks (Complex Overt Respon)
4. Mekanisme (Mechanism)
5. Respon Terbimbing (Guided respon)
6. Kesiapan (Set)
7. Persepsi (Perception)

Yang perlu dipahami oleh dosen bahwa, Tujuan Psikomotorik atau ketrampilan
memiliki tingkatan, tidak hanya satu “trampil” saja seperti yang diketahui oleh orang
awam. Implikasinya adalah untuk mencapai tingkatan yang berbeda akan memerlukan
strategi belajar, strategi instruksional, bentuk pengajaran, metode, dan materi belajar yang
berbeda.

Taksonomi Tujuan Afektif (Sikap)

Bloom, Krathwohl dan Masia mengembangkan taksonomi tujuan yang sama yaitu
berorientasi kepada perasaan atau afektif. Taksonomi ini menggambarkan proses
seseorang di dalam mengenali dan mengadopsi suatu nilai dan sikap tertentu yang
menjadi pedoman baginya dalam bertingkah laku. Taksonomi tujuan ini disusun secara
hirarkis dalam lima kelompok yaitu:

1. Penerimaan (Receiving) : Bersedia menerima dan memperhatikan berbagai


stimulus. Misalnya bersedia mendengarkan, bersedia menghadiri, bersedia
mendengarkan.

Taksonomi Tujuan Belajar 7


2. Menanggapi (Responding): Keinginan untuk berbuat sesuatu sebagai reaksi
terhadap gagasan, benda atau sitem nilai, lebih dari sekedar menerima. Prilaku
yang muncul misalnya: mau berpartisipasi, mau menanggapi, mau
mendiskusikan, mematuhi petunjuk dan sebagainya.
3. Meghargai/menilai (Valuing) : Menghargai merupakan suatu nilai perasaan,
keyakinan atau anggapan bahwa suatu gagasan, benda atau cara berpikir tertentu
mempunyai arti. Misalnya menunjukkan sikap mendukung sesuatu, mau
berpartisipasi dalam satu kegiatan dan sebagainya.
4. Pengaturan/penataan nilai/pengorganisasian(Organisation):
Pengorganisasian menunjukkan sikap mau menata kembali sistem nilai yang baru
sehingga terpolakan dalam dirinya satu system yang baru. Misalnya mau memilih
satu metode baru, mau memutuskan untuk merubah suatu nilai.
5. Penghayatan (characterization) : Penghayatan merupakan pengintegrasian nilai-
nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi sehingga menjadi filosofi hidup yang
diyakininya. Prilaku yang ditunjukkan adalah konsistem dengan system nilai
tersebut sehingga menjadi karakteristik. Misalnya keyakinannya terhadap nilai-
nilai Pancasila sehingga tercermin dalam tingkah lakunya sehari-hari.

Taksonomi Tujuan Kognitif Bloom

Taksonomi tujuan kognitif Bloom merupakan taksonomi yang paling banyak


dikenal dan digunakan oleh universitas di Indonesia untuk menyusun kurikulumnya. Ini
disebabkan karena mata kuliah universitas pada umumnya lebih banyak mengacu pada
tujuan kognitif, walaupun tidak bisa lepas dari pencapaian tujuan psikomotorik dan sikap.
Secara rinci hirarhis enam tujuan kognitif Bloom ini dpat dilihat pada gambar 9.

1. Pengetahuan/ingatan (Recall)

Tujuan instruksional pada tingkatan ini menuntut mahasiswa untuk mampu


mengingat (recall) kembali informasi yang telah diterima sebalumnya seperti fakta,
terminology, rumus, cara pemecahan maslah dan sebagainya. Pada tingkatan ini
mahasiswa dapat mengucapkan kembali dengan kata-kata yang sama/persis, hafal dan
ingat tetapi belum mengerti maksudnya.
C6. EVALUASI
Mampu mengunakan penget
ahuan itu untuk menevaluasi/
Mengkritik/menilai sesuatu

C5.SINTESIS
Mampu menggunakan pengetahuan itu untuk mensistesakan
barang/sesuatu menjadi barang atau ide baru

Taksonomi Tujuan Belajar 8


C4. ANALISIS
Menguraikan menjadi komponen-komponen/bagian-bagian dan menjelaskan
hubungan-hubungannya dan strukturnya tetap dimengerti

C3. PENERAPAN
(Penggunaan) dapat mengunakan pengetahuan itu untuk
memecahkan/menjawab persoalan

C2. PEMAHAMAN
(Pengertian) lebih dari sekedar tahu, bias menjelaskan lebih
lanjut dengan bahasan dan kata-kata sendiri
dan dapat menunjukkan contoh

C1. PENGETAHUAN
(Sekedar Tahu), Dapat mengucapkan kembali dengan kata-kata
yang sama/persis, hafal dan ingat tapi belum mengerti maksudnya

Gambar 1. Hirarkis Tujuan Kognitif Bloomm

Beberapa contoh kata kerja yang mewakili tujuan instruksional ini yang
digunakan untuk merumuskan TIK ialah:
 mengidentifikasikan
 memilih
 menyebutkan
 menunjukkan
 membuat daftar
 memberi nama
 menjodohkan
 menyatakan

2. Pemahaman (Comprehension)

Taksonomi Tujuan Belajar 9


Tujuan pada kategori ini berhubungan dengan kemampuan untuk menjelaskan
pengetahuan atau informasi yang telah diketahui denga kata-katanya sendiri. Dalam hal
ini mahsiswa diharapkan dapat mennerjemahkan atau menyebutkan kembali yang telah
diketahuinya denga susunan kata-katanya sendiri dan dapat menunjukkan contoh.
Beberapa contoh kata kerja yang mewakili tujuan ini yang digunakan untuk
merumuskan SP/TIK ialah:
 Membedakan
 Menjelaskan
 Menyimpulkan
 Merangkumkan
 Memperkirakan
 Menerangkan
 Menguraikan
 Merumuskan
 Mengubah
 Memberi contoh
 Menyadur
 Meramalkan

3. Penerapan (Aplication)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi
yang telah diketahuinya kedalam situasi atau kaitan yang baru atau menggunakan
pengetahuan itu untuk memecahkan atau menjawab persoalan. Misalnya kemampuan
menyusun kuesioner penelitian yang merupakan penerapan berbagai prinsip-prinsip
penyusunan instrumen penelitian.
Kata kerja yang da

pat digunakan untuk tingkat


penerapan ini ialah:
 Menghitung
 Mendemonstrasikan
 Mengembangkan
 Menggunakan
 Memodifikasikan
 Mentransfer
 Menghubungakan
 Mengukur
 Mengubah
 Memakai

Taksonomi Tujuan Belajar 10


 Menunjukkan
 Menyesuaikan
 Memecahkan

4. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasikan dan memisahkan
komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa atau
kesimpulan dan masih tetap mampu menjelaskan hubungan antar komonen tersebut.
Misalnya dalam pengetahuan penulisan skripsi, mahasiswa mampu menyebutkan
berbagai komponen atau bagian-bagian dari penulisan skripsi dan mampu membuat
hubungan antar komonen atau bagian tersebut dalam susunan yang tepat dan benar.
Beberapa contoh kata kerja yang dapat digunakan pada tingkat ini ialah:
 Membuat diagram
 Membedakan
 Memisahkan
 Menghubungkan
 Menjabarkan dalam bagian-bagian
 Memilih
 Membagi
 Membandingkan

2. Sintesis (Syntesis)
Tujuan pada tingkat ini adlah menurut mahasiswa mampu menggunakan
pengetahuan itu untuk mengkombinasikan bagian atau elemen ke dalam satu kesatuan
atau struktur yangbaru yang lebih besar. Beberapa kata kerja yang dapat digunakan pada
tingkatan ini ialah:
 Menciptakan
 Mendesain
 Memformulasikan membuat prediksi
 Mengkatagorikan
 Mengkombinasikan
 Mengarang
 Mengatur
 Menyusun kembali
 Meragkaikan

3. Evaluasi (Evaluation)
Tujuan ini merupakan tujuan yang paling tinggi tingkatannya. Tingkatan ini
mengharapkan mahasiswa mampu menggunakan pengetahuannya untuk membuat
penilaian atau kritik dan memutuskan nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda
dengan menggunakan kreteria tertentu. Misalnya menilai sebuah laporan hasil penelitian
atau menilai sebuah makalah. Untuk dapat menilai maka mahasiswa itu harus memiliki
pengetahuan tentang tata cara penelitian dan pembuatan makalah dan juga telah memiliki
kemampuan pengalaman melakukan penelitian dan menulis makalah.

Taksonomi Tujuan Belajar 11


Berbagai bentuk kata kerja yang digunakan untuk menentukan tingkatan tujuan
ini ialah:
 Membuat kritik
 Membuat penilaian
 Membandingkan
 Membuat evaluasi
 Menyompulkan
 Berargumentasi
 Menafsirkan
 Membuat bahasan
 membedakan
 menyokong
 menolak

Taksonomi Tujuan Belajar 12

Anda mungkin juga menyukai