Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BAB VIII
ANALISIS TOTAL MOISTURE

8.1. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah agar praktikan mengerti,
mampu melaksanakan, menganalisis, serta membandingkan cara kerja analisis
total moisture pada batubara dengan metode ASTM dan ISO.

8.2. Dasar Teori


Batubara merupakan salah satu sumberdaya energi alternatif yang
paling potensial di Indonesia, dengan jumlah cadangannya yang besar. Salah
satu kendalanya adalah, hampir 60% dari seluruh total cadangan batubara yang
ada di Indonesia merupakan batubara muda yang tidak memiliki nilai jual yang
baik (non-marketable) karena nilai kalorinya yang rendah dan kandungan airnya
yang tinggi (> 30%). Kandungan air yang tinggi pada batubara peringkat rendah
menyebabkan masalah selama penanganan batubara yaitu transportasi,
penyimpanan, penggerusan, dan pembakaran.
Kandungan air dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kandungan air
bebas (free moisture) adalah kandungan air yang terdapat pada permukaan
batubara akibat pengaruh dari luar (hujan, spraying) dan kandungan air bawaan
(inherent moisture) yaitu kandungan air yang ada pada batubara pada saat
proses pembentukan batubara di alam.
Penilaian kualitas batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang
terkandung dalam batubara yang ditentukan dari sejumlah analisis di
laboratorium. Berbagai metode untuk meningkatkan nilai kalori pada batubara
produk kualitas rendah dengan menghilangkan kandungan air (total moisture)
dikembangkan, seperti analisa dengan acuan standar International Organizaion
for Strandardization (ISO), metode American Society for Testing and Materials
(ASTM), Australian Standards (AS) dan metode British Standard (BS).
(Sujiman, 2017)

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Adapun jenis jenis analisis batubara yang digunakan adalah sebagai
berikut :
1. Analisis proximate, merupakan analisis untuk mengetahui kualitas
batubara secara pasar maupun perdagangan. Analisa proximate terdiri dari
4 (empat) nilai analisa yang jika dijumlahkan akan bernilai 100%, yaitu
kandungan air, kandungan abu, kandungan zat terbang dan fixed carbon
atau karbon tertambat.
2. Analisis ultimate didefinisikan sebagai analisis batubara yang dinyatakan
dalam kandungan unsur karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen.
Analisa ini menjelaskan bahwa batubara terdiri dari semua unsur tersebut
dengan total komposisi masing-masing unsur tersebut sebesar 100%
dalam suatu massa batubara.
(Sukandarrumidi, 2014)
Moisture pada batubara mempengaruhi banyak kegiatan mulai dari
eksplorasi, penanganan penyimpanan, penggilingan hingga pembakaran.
Beberapa pengaruh moisture batubara, yaitu:
1. Batubara dengan moisture tinggi dapat meningkatkan biaya transportasi,
penanganan dan peralatan.
2. Semakin tinggi air di permukaan suatu batubara akan semakin rendah daya
gerus grinding mill yang menggerusnya.
3. Kadar moisture akan mempengaruhi jumlah pemakaian udara primer.
Batubara dengan kandungan moisture tinggi akan membutuhkan udara
primer lebih banyak untuk mengeringkan batubara tersebut pada suhu keluar
mill tetap.
Moisture pada batubara bukanlah seluruh air yang terdapat di dalam
batubara baik besar maupun kecil dan yang terbentuk dari penguraian batubara
selama pemanasan sehingga terjadi oksidasi. Menurut Deevi dan Suuberg
dalam Xianchun et al. (2009) menyatakan bahwa moisture dalam batubara
berada dalam beberapa bentuk yang berbeda yaitu air bebas di permukaan, air
yang terkondensasi di kapiler, air yang terserap, air yang terikat dengan gugus
polar dan kation dan air yang timbul akibat dekomposisi kimia baik material
organik maupun anorganik.
(Komariah, 2012)
Jenis analisis lainnya yang dapat dipergunakan terutama berkaitan
dengan penggunaan batubara. Contoh beberapa basis analisis yang
digunakan untuk keperluan klasifikasi batubara adalah :

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1. As Received Basis (ARB), data batubara yang diterima apa adanya.


Dengan demikian, analisis pada basis ini juga mengikutsertakan air yang
menempel pada batubara yang diakibatkan oleh hujan, proses pencucian
batubara (coal washing), atau penyemprotan (spraying) ketika di stockpile
maupun saat loading.
2. Air Dried Basis (ADB), data batubara yang tersisa hanya inherent moisture
tanpa adanya surface moisture.
3. Dry Basis (DB), data disajikan dalam bentuk persentase setelah batubara
dikeringkan
4. Dry Ash - Free (DAF), batubara diasumsikan telah bebas air dan bebas abu
5. Dry Mineral Matter - Free (dmmf), batubara diasumsikan telah bebas air
(kering), bebas mineral. Oleh sebab itu, diangap pengujian hanya terhadap
senyawa organik batubara.
6. Moist Ash - Free (MAF), batubara telah bebas abu dan masih mengandung
moisture.
7. Moist Mineral Matter- Free (MMMF), batubara dianggap telah bebas
mineral tetapi masih mengandung air.

Berikut ini tabel hubungan basis komponen batubara adalah sebagai


berikut :
Tabel 8.1
Hubungan Antar Basis Komponen Batubara

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Surface moisture (Free Moisture)


Total

As Received
moisture Inherent Moisture

Air Dried
Ash

Dry
Mineral Volatile
matter Mineral matter
Volatile matter

Dry, Mineral matter Free

Dry Ash Free


Volatile
Organic
Matter

Pure
Coal
Fixed carbon

(Simorangkir, 2014)
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai total
moisture pada saat uji analisa sampel batubara, adalah sebagai berikut :
1. Lamanya Penyimpanan
Faktor lamanya penyimpanan disini yang dimaksud ialah,
lamanya penyimpanan batubara produk di stockpile. Batubara yang
terlalu lama ditampung di stockpile dapat mengalami penambahan nilai
total moisture, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh adanya
hujan.
2. Bentuk Tumpukan Batubara
Bentuk tumpukan batubara sangat berpengaruh dalam
penyimpanan batubara produk, tumpukan batubara produk berbentuk
kerucut lebih efisien dari pada berbentuk trapesium. Tumpukan batubara
produk bentuk trapesium memilika luasan permukaan yang lebih lebar
hal ini dapat penyebabkan air tertampung pada saat terjadi hujan.
3. Sampling
Tujuan utama dari pengambilan sampel ialah untuk mengambil
sebagian kecil material yang akan mewakili sifat - sifat keseluruhan

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
material tersebut. Syarat utama adalah sampel itu harus mewakili
(respresentatif) bahan yang di sampling. Pengambilan sampel batubara
harus dilakukan menurut standar yang telah ditentukan. Karena
banyaknya standar batubara yang ada, pemilihan akan bergantung pada
persetujuan antara pembeli dan penjual.
(Sujiman, 2017)
Berikut ini tabel faktor konversi dasar hasil analisis batubara
yang diguanakan, yaitu :
Tabel 8.2
Faktor Konversi Dasar Hasil Analisis Batubara

Keterangan :
M = Massa total moisture
M1 = Massa inherent moisture
A = Kandungan ash
B = Kandungan mineral matter
B* = Kandungan mineral matter saat air dried
(Triantoro, 2018)

8.3. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini, sebagai
berikut:
8.3.1. Alat

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis total
moisture ini, sebagai berikut :
a. Oven digunakan untuk memanaskan sampel dengan temperatur
tertentu

Gambar 8.1
Oven

b. Cawan digunakan sebagai tempat sampel yang digunakan pada


oven.

Gambar 8.2.
Cawan
c. Neraca analitik, digunakan untuk menimbang sampel maupun
cawan kaca yang digunakan.

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
Gambar 8.3
Neraca Analitik
d. Sendok, digunakan untuk memindahkan material yang berukuran
halus ke media yang ditentukan.

Gambar 8.4.
Sendok
e. Termometer digunakan untuk mengukur suhu pada oven.

Gambar 8.5
Termometer

f. Penjepit digunakan untuk memindahkan cawan yang berisi


sampel dari oven.

Gambar 8.6
Sketsa Penjepit

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

g. Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu pengovenan.

Gambar 8.7
Stopwatch
h. Desikator digunakan sebagai tempat mendinginkan material
setelah di oven.

Gambar 8.8
Desikator
i. Safety tools digunakan untuk melindungi dari bahaya pada saat
praktikum.

Gambar 8.9
Safety Tools

8.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah batubara
dengan kalori 4500 kkal/kg yang telah dipreparasi berukuran 0,180 mm

Kelompok II
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 8.10
Sampel Batubara

Kelompok II

Anda mungkin juga menyukai