Oleh :
Kelompok :5
Nama : Rezza Lingga P (161411050)
Rheynna Ayunita (161411051)
Riski Eka Fahira (161411052)
Risky Febiayu E (161411053)
Kelas : 3B
2. Proses Anaerob
Pada proses pengolahan air limbah secara anaerobic keberadaan oksigen justru akan
membuat mikroorganisme mati.
Reaksi sederhana penguraian senyawa organik secara aerob :
Anaerob
Bahan organik CH4 + CO2 + H2 + N2 + H2O (Manurung,2004)
Mikroorganisme
Penguraian senyawa organik seperti karbohidrat, lemak dan protein yang terdapat
dalam limbah cair dengan proses anaerobik akan menghasilkan biogas yang mengandung
metana (50-70%), CO2 (25-45%) dan sejumlah kecil nitrogen, hidrogen dan hidrogen sulfida.
4. Zat Beracun
Zat organik maupun anorganik, baik yang terlarut maupun tersuspensi dapat menjadi
penghambat ataupun racun bagi pertumbuhan mikroorganisme jika terdapat pada
konsentrasi yang tinggi.
Melakukan pengenceran
Melakukan 25x, dengan mengambil
sampel sebanyak 1 ml
SELESAI pengocokan hingga ke dalam labu takar 25
homogen mL dan sisanya
aquades.
mengerjakan pekerjaan
SELESAI sebelumnya untuk aquades
sebagai blanko
3.2.4 Penentuan Kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
SELESAI
4.2 Pembahasan
4.2.1 Rezza Lingga Permana (161411050)
Telah dilakukan percobaan mengenai pengolahan limbah cair secara anaerob yaitu suatu
metode pengolahan dengan memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pendegradasi zat zat
kompleks menjadi komponen yang lebih sederhana tanpa melibatkan oksigen, karena dalam
metode ini adanya oksigen akan menghambat atau membuat mati mikroorganisme. Pengolahan
anaerob ini dilakukan pada limbah yang memiliki nilai COD yang tinggi yang didasarkan pada
pertimbangan bahwa jika pengolahan aerob yang diterapkan maka akan membutuhkan oksigen
yang sangat banyak dan waktu pengolahan yang lama.
Pada percobaan ini dilakukan 2 pengukuran yaitu pengukuran COD dan MLVSS.
Pengukuran COD dilakukan selama 7 hari dalam reaktor tertutup hal ini bertujuan untuk
mengetahui efektifitas kinerja mikroorganisme dalam mendegradasi komponen organik yang
terkandung dalam air baku, selain COD juga dilakukan pengukuran MLVSS hal ini betujuan
untuk mengetahui banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam lumpur organik yang ada
didalam reaktor karena mikroorganisme inilah yang akan mendegradasi senyawa organik
kompleks tadi menjadi senyawa organik yang lebih sederhana. Berdasarkan pengukuran awal
COD yang didapatkana adalah sebsar 6272 mg/L yang mana air baku ini dimasukan kedalam
reaktor anaerob untuk dilakukan pengolahannya. Berdas.arkan faktor science, dapat di prediksi
nilai COD ini akan mengalami penurunan terhadap waktu. Untuk menciptakan kelangsungan
operasi yang baik maka perlu dilakukan penambahan nutrisi kedalam reaktor untuk
mikroorganisme, nutrisi ini akan menjadi sumber energi sekaligus sumber makanan bagi
mikroorganisme untuk membuat mikroorganisme menjadi lebih aktif dalam mengdegradasi
komponen organik pada air baku. Setelah 7 hari proses anaerob dilakukan maka didapatkan
pengukuran COD akhir percobaan adalah 3920 mg/L. Jika dibandingkan dengan nilai COD
awal maka nilai COD setelah 7 hari ini mengalami penurunan karena sudah di degradasi oleh
mikroorganisme. Dari proses yang dilakukan didapatkan nilai efisiensi 37,5%, nilai efisiensi
ini dapat diartikan sebagai keefektifan proses ini dalam menurunkan nilai COD dari awal
sampai setelah 7 hari, nilai efisiensi terbilang kecil karena ada beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya, kebocoran reaktor anaerob yang memungkinkan oksigen masuk
kedalam proses dan menghambat kinerja miroorganisme selain juga pemanas dalam reaktor
juga tidak berfungsi sehingga temperatur optimum dari mikroorganisme tidak tercapai sehingga
mengurangi efektifitas proses ini.
Untuk pengukuran MLVSS didapatkan nilai TSS sebesar 45147,5, VSS 45027,5 dan
FSS 120, angka ini menunjukan nilai yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan jumlah nutrisi
yang optimum untuk mikroorganisme yang terlibat dalam proses anaerob. Jika proses ini
dilanjutkan maka besar kemungkinan akan terjadi penurunan COD nya sampai mencapai baku
mutu lingkungan untuk di buang ke badan air.
Boyd, C.E., 1990, “Water Quality in Ponds for Aquaculture”, Birmingham Publishing
Company, Birmingham, Alabama.
Budiastuti, Herawati. 2010. Jobsheet Pengolahan Limbah Industri Modul Pengolahan
Air Limbah secara Anaerobik. Politeknik Negeri Bandung.
Metcalf & Eddy.1991.”Waste Engineering. Treatment. Disposal and Reuse”.3rd
ed.,pp 378- 429, Mc Graw Hill Book Co.Singapore.
Sumada, Ketut. 2012. ”Pengolahan Air Limbah secara Biologi Anaerob”.Universitas
Pembangunan Nasional (UPN), Jawa Timur.
LAMPIRAN
1. Data Pengamatan
1.1 COD
Konsentrasi FAS = 0,098
Pengenceran Sampel = Dengan Nutrisi 25
Tanpa Nutrisi 50
Berat Ekivalen Oksigen =8
Volume Sampel = 2,5 mL
Tabel 1 Data Pengamatan COD
1 Blanko 1,5
1.2 MLVSS
Tabel 2 Data Pengamatan MLVSS
5 Volume sampel 40 ml
2. Pengolahan Data
2.1 Perhitungan COD
(𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)𝑥 [𝐹𝐴𝑆]𝑥 1000 𝑥 𝐵𝐸 𝑂2 𝑥 𝐹𝑝
COD = 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= 6727 mg/L
( 6272−3920)
= 𝑥 100%
6272
= 37,5%
(40,8129−39,0070)
= 𝑥 106
(40)
= 45147,5 mg/L
2. VSS (MLVSS)
(𝑐−𝑑)
= (𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) 𝑥 106 3. FSS = TSS – VSS
(40,8129−39,0118)
= 45147,5 – 45027,5
= 𝑥 106
40
= 120 mg/L
= 45027,5 mg/L
Gambar 1. Penyaringan Air Limbah untuk Penentuan MLVSS