Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM PILOT PLANT

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019

MODUL : Cooling Tower


PEMBIMBING : Mukhtar Ghozali, Ir., M.Sc

Tanggal Praktikum : 07 Desember 2018


Tanggal Penyerahan Laporan : 13 Desember 2018

Oleh :
Kelompok 7
Riski Eka Fahira 161411052
Risky Febiayu Eldiana 161411053
3B D3-Teknik Kimia

PROGRAM STUDI D3-TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang sangat berperan
dalam berbagai industri. Air pendingin dalam cooling tower system didistribusikan ke
beberapa media antara lain ke mesin chiller, cooler, heat exchanger, dan unit lainnya
(Maharani, 2010 dalam Sujana, 2012). Jika aliran air digunakan untuk mendinginkan
suatu unit mesin maka hal ini akan menyebabkan air pendingin tersebut akan naik
temperaturnya. Fungsi cooling tower adalah untuk mendinginkan kembali temperatur dan
proses tersebut berulang secara terus menerus.
Dalam dunia industri, cooling tower merupakan salah satu peralatan yang harus
dijaga operasionalnya dengan perawatan yang rutin agar bisa bekerja secara optimal.
Penanggulangan kualitas air pendingin yang kurang memadai menyebabkan mesin
seperti unit heat exchanger akan mengalami korosi atau terbentuk kerak. Heat exchanger
yang mengalami korosi menyebabkan tingkat efisiensi sistem alih panas yang rendah dan
menyebabkan konsumsi energi yang cukup besar (Musalam, 2006 dalam Sujana, 2012).

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Menentukan efektivitas cooling tower.
2. Mengetahui laju massa air yang teruapkan.
3. Mengevaluasi kinerja cooling tower melalui massa yang teruapkan dari efisiensi
cooling tower.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Fungsi Menara Pendingin (Cooling Tower)


Menurut El. Wakil (1992) dalam Sembiring (2010), menara pendingin didefinisikan
sebagai alat penukar kalor yang fluida kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi
mendinginkan air dengan kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian
kecil air menguap.
Semua mesin pendingin yang bekerja akan melepaskan kalor melalui kondensor,
refrijeran akan melepas kalornya kepada air pendingin sehingga air menjadi panas.
Selanjutnya air panas ini akan dipompakan ke menara pendingin. Menara pendingin
secara garis besar berfungsi untuk menyerap kalor dari air tersebut dan menyediakan
sejumlah air yang relatif dingin untuk dipergunakan kembali di suatu instalasi pendingin
atau dengan kata lain menara pendingin berfungsi untuk menurunkan suhu aliran air
dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir (Sembiring,
2010).
Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih rendah dibandingkan dengan
peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti
radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien energinya
(Sembiring, 2010).

2.2 Prinsip Kerja Menara Pendingin


Prinsip kerja menara pendingin berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan
kalor. Dalam menara pendingin, perpindahan kalor berlangsung dari air ke udara. Menara
pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang
bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang tersisa
didinginkan secara signifikan seperti gambar 2.1 sebagai berikut.
Gambar 2.1 Skema Menara Pendingin
(Sumber: Sembiring, 2010)

Prinsip kerja menara pendingin dapat dilihat pada gambar diatas. Air dari bak/basin
dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke menara pendingin. Air hangat
yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan udara sekitar yang
bergerak secara paksa karena pengaruh isapan atau dorongan fan/blower yang terpasang
pada menara pendingin, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi (filler). Air yang sudah
mengalami penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin. Pada menara pendingin juga
dipasang katup make up water untuk menambah kapasitas air pendingin jika terjadi
kehilangan air (drift loses) ketika proses evaporative cooling tersebut sedang
berlangsung.

2.3 Induced Draft Cooling tower


Pada menara pendingin aliran tarik (Induced Draft Cooling tower), udara masuk dari sisi
menara melalui bukaan-bukaan yang cukup besar pada kecepatan rendah dan bergerak
melalui bahan pengisi (filling material). Kipas dipasang pada puncak menara dan membuang
udara kalor dan lembab ke atmosfer. Aliran udara masuk menara pada dasarnya horizontal,
tetapi aliran di dalam bahan pengisi (filling material) ada yang horizontal seperti yang
terdapat pada menara pendingin aliran silang (cross flow) dan ada pula yang vertikal seperti
menara pendingin aliran lawan arah (counter flow). Aliran lawan arah lebih sering dipakai
dan dipilih karena efisiensi termalnya lebih baik daripada aliran silang.
Gambar 2.2 Menara pendingin induced draft dengan aliran berlawanan
(Sumber : Sembiring, 2010)

2.4 Kinerja Menara Pendingin


Kinerja menara pendingin dievaluasi untuk mengkaji tingkat approach dan range
operasi terhadap nilai rancangan, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan energi,
dan juga untuk mendapatkan saran perbaikan. Sebagai evaluasi kinerja, pemantauan
dilaksanakan untuk mengukur parameter-parameter signifikan berikut ini:
1. Temperatur udara wet bulb
2. Temperatur udara dry bulb
3. Temperatur air masuk menara pendingin
4. Temperatur air keluar menara pendingin
5. Temperatur udara keluar
6. Laju aliran air
7. Laju aliran udara.
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja menara
pendingin dalam beberapa cara, yaitu:
a. Range
Range merupakan perbedaan antara temperatur air masuk dan keluar menara
pendingin. Range yang tinggi berarti bahwa menara pendingin telah mampu
menurunkan temperatur air secara efektif dan kinerjanya baik. Rumusnya adalah
sebagai berikut.
Range (°C) = temperatur air masuk (°C) – temperatur air keluar (°C)
Range bukan ditentukan oleh menara pendingin, namun oleh proses yang
dilayaninya. Range pada suatu alat penukar kalor ditentukan seluruhnya oleh beban panas
dan laju sirkulasi air yang melalui penukar panas dan menuju ke air pendingin. Menara
pendingin biasanya dikhususkan untuk mendinginkan laju aliran tertentu dari satu
temperatur ke temperatur lainnya pada temperatur wet bulb tertentu.
b. Approach
Approach adalah perbedaan antara temperatur air dingin keluar menara pendingin
dan temperatur wet bulb ambient. Semakin rendah approach semakin baik kinerja menara
pendingin. Walaupun range dan approach harus dipantau, akan tetapi, approach
merupakan indikator yang lebih baik untuk kinerja menara pendingin.
Approach (°C) = temperatur air keluar (°C) – temperatur wet bulb (°C)
Sebagaimana aturan yang umum, semakin dekat approach terhadap wet bulb, akan
semakin mahal menara pendinginnya karena meningkatnya ukuran. Ketika ukuran
menara harus dipilih, maka approach menjadi sangat penting, yang kemudian diikuti oleh
debit air dan udara, sehingga range dan wet bulb mungkin akan menjadi semakin tidak
signifikan.

Gambar 2.3 Range dan approach temperatur pada menara pendingin


(Sumber : Nasution, 2010)

c. Efektivitas pendinginan
Efektivitas pendinginan merupakan perbandingan antara range dan range ideal.
Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi efektivitas pendinginan suatu
menara pendingin.
d. Debit air spesifik
Sesuai dengan ukuran luas penampang menara pendingin dan debit air, maka dapat
dihitung debit air spesifik dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

e. Kapasitas pendinginan (cooling load)


Kapasitas pendinginan suatu menara pendingin adalah setara dengan kemampuan
menara pendingin tersebut dalam membuang panas ke lingkungan. Kapasitas
pendinginan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Sedangkan kapasitas pendinginan spesifik persatuan luas penampang menara


pendingin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

f. Laju penguapan air ke udara


Salah satu parameter kinerja menara pendingin yang penting adalah laju penguapan
air ke udara. Proses penguapan inilah yang menjadi prinsip dasar suatu menara pendingin
dalam mendinginkan air kondensor. Adapun rumus untuk menghitung laju
penguapan air ke udara pada suatu menara pendingin adalah sebagai berikut.
.
Laju penguapan air (ℓ/menit) = ( )
Keterangan:

g. Kesetimbangan energi
Dengan asumsi adiabatis untuk operasi suatu menara pendingin, maka akan berlaku
persamaan kesetimbangan energi antara energi yang masuk dan keluar dari suatu menara
pendingin.

Gambar 2.4 Diagram Menara Pendingin


(Sumber : Nasution, 2010)

Adapun persamaan kesetimbangan energi yang dimaksud adalah sebagai berikut:

Keterangan:
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan


Tabel 3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Praktikum Cooling tower

Alat Bahan
Satu unit peralatan Cooling tower Air dari Pilot Plant
Termometer bola basah-kering 1 buah
Termometer raksa 1 buah
Gelas ukur 2000 mL 1 buah
Anemometer 1 buah
Stopwatch 1 buah

3.2 Prosedur Percobaan

Mengukur laju alir air Mengukur laju alir air


Mempersiapkan alat masuk dari bagian keluar dengan bantuan
ukur discharge pompa gelas ukur dan
umpan air stopwatch

Mengukur suhu bola


Mengukur laju alir Mengukur suhu air
basah dan bola kering
udara dengan masuk dan keluar
udara pada 3 titik di
anemometer cooling tower
sekitar cooling tower

Melakukan langkah Ketika sudah selesai,


Mencatat hasil
yang sama tiap 30 membereskan dan
pengamatan
menit menyimpan alat ukur

Gambar 3.1 Prosedur Percobaan Praktikum Cooling tower


BAB IV

DATA PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengamatan


Tabel 1. Spesifikasi Teknis
No. Referensi Parameter Satuan
1 Jenis Menara Pendingin Tidak diketahui
2 Jumlah Sel Setiap Menara Tidak diketahui
3 Luas Permukaan per sel m3 Tidak diketahui
4 Aliran Air m/jam 8,5
5 Daya Pemompaan kW 3
6 Head Pemompaan M Tidak diketahui
7 Daya Fan kW 1,4914
8 Suhu Desain Air Pemanas ˚C Tidak diketahui
9 Suhu Desain air Dingin ˚C Tidak diketahui
10 Suhu Desain Bola Kering (dry bulb) ˚C Tidak diketahui
11 Suhu Desain Bola Basah (wet bulb) ˚C Tidak diketahui

Tabel 2. Kinerja Menarfa Pendingin


No. Referensi Parameter Satuan
1 Suhu Masuk Menara Pendingin ˚C 27
2 Suhu Keluar Menara Pendingin ˚C 21
3 Aliran Air Rata-rata Kg/jam 8500
4 Jumlah Udara Rata-rata Kg/jam 38658,375
5 Range ˚C 6
6 Approach ˚C 3
7 Efektivitas Cooling Tower % 66,67
8 Perbandingan Cair per Gas (L/G) Kg air/Kg udara 0,2199
9 Kehilangan Penguapan m3/jam 0,09442
10 Pembebanan Panas CT Kkal/jam 201787
11 Suhu Desain Bola Kering (dry bulb) ˚C 32
12 Suhu Desain Bola Basah (wet bulb) ˚C 18
Tabel 3. Data Suhu, Kekeruhan, dan Efisiensi
Waktu Tin Tout Turbidity Wet Bulb Dry Bulb
(Menit) (˚C) (˚C) (NTU) (˚C) (˚C)
0 27 21 2,69 18 32
20 28 26 7,41 18 29
40 26 25 5,73 17 29
60 24 23 4,56 19 27
80 25 23 6,71 18 28
100 24 23 6,56 19 28

4.2 Pengolahan Data


𝑚3 𝐾𝑔
1. Aliran Air Rata-Rata = 8,5 𝑗𝑎𝑚 x 1000 𝑚3

= 8500 Kg/jam
1
2. Luas penampang Cooling Tower = x 3,14 x (1,7m)2
4

= 2,2687 m2
𝑚 3600𝑠 𝐾𝑔
3. Jumlah Udara Rata-Rata = 3,31 x 2,2687 m2 x x 1,43 𝑚3
𝑠 1𝑗𝑎𝑚
𝑲𝒈
= 38658,375 𝒋𝒂𝒎

4. Range = suhu masuk menara pendingin – suhu keluar menara pendingin


= (27 – 21)˚C
= 6˚C
5. Approach = suhu air keluar – suhu wet bulb
= (21 - 18) ˚C
= 3˚C
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
6. Efektivitas Cooling Tower = x 100%
𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒+𝐴𝑝𝑝𝑟𝑜𝑎𝑐ℎ
6
= 6+3 x 100%

= 66,67%
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑎𝑖𝑟 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
7. Perbandingan Cair/Gas (L/G) = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
8500 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
= 38658,375 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚

= 0,2199
𝑪.∆𝑻.𝑪𝒑
8. Laju penguapan Cooling Tower (𝑬) = 𝑯𝒗
𝑚3 𝑘𝐽
(8,5 )(6˚C)(4,184 )
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑔.˚C
= 𝑘𝐽
(2260 )
𝑘𝑔
= 0,09442 m3/jam
9. Pembebanan panas Cooling Tower: h = Cp.ρ.q.dt
𝐵𝑇𝑈 𝑙𝑏𝑚 𝑈𝑆 𝑔𝑎𝑙
h = (1 𝑙𝑏𝑚.˚F) (8,33 𝑈𝑆 𝑔𝑎𝑙) (2245,7 ) (42,80 ˚F)

= 800.645,95 Btu/h
= 201787 kkal/h

4.3 Gambar

Fan

Menara
Pendingin

Basin

Gambar 1. Menara Pendingin


BAB IV
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

5.1 Pembahasan oleh Riski Eka Fahira (161411052)

Telah dilakukan praktikum cooling tower. Cooling tower adalah rangkaian alat yang
digunakan untuk menurunkan suhu air yang sudah digunakan pada proses yang mengalami
kenaikan suhu. Prinsip kerja cooling tower yaitu mendinginkan suhu aliran air dengan cara
mengkontakkan dengan udara luar yang didorong oleh sebuah fan. Air dikontakkan dengan
udara dan secara otomatis massa air berpindah ke udara. Karena air dikontakkan terus menerus
dengan udara, udara menjadi jenuh secara adiabatis dan suhu air mengalami penurunan.

5.2 Pembahasan oleh Risky Febiayu Eldiana (161411053)


5.3 Kesimpulan
1. Kinerja Cooling Tower dalam mendinginkan air dipengaruhi oleh laju
alir air masuk, suhu air masuk/keluar, kecepatan udara dan suhu bola
basah/kering.
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Dian Morfi, 2011, “Penelitian Kinerja Induced Draft Cooling tower Dengan
Potongan Pipa PVC Ø 1 Inci Sebagai Filling Material”, Universitas Sumatera Utara,
http://repository.usu.ac.id [diunduh pada tanggal 26 November 2016, 13:01].

Sembiring, Ferry, 2010, “Pengaruh Penggunaan Media Bahan Pengisi (Filler) PVC dengan
Tinggi 22,5 cm dan Diameter 70 cm terhadap Kinerja Menara Pendingin Jenis
Induced-Draft Counterflow”, Universitas Sumatera Utara, http://repository.usu.ac.id
[diunduh pada tanggal 26 November 2016, 12:24].

Sujana, Deni Soleh, 2012, “Potensi Daun Lamtoro (Leucaena Leucocephala) Sebagai
Inhibitor Korosi Baja Karbon Unit Heat Exchanger Pada Proses Cooling tower
System”, Universitas Pendidikan Indonesia, http://repository.upi.edu [diunduh pada
tanggal 26 November 2016, 11:23].

Anda mungkin juga menyukai