Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri atas dua kata, yaitu “bimbingan”
(terjemahan dari kata “guidance”) dan “konseling” (diadopsi dari kata “conseling”). Dalam
praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan kegiatan yang tidak terpisahkan.
Keduanya merupakan bagian yang integral. Untuk pemahaman yang yang lebih jelas, dalam
uraian berikut pengertian bimbingan dan konseling diuraikan secara terpisah.

1. Tujuan Bimbingan dan Konseling


Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah memiliki tanggung
jawab besar dalam membantu peserta didik menghadapi permasalahan yang dihadapi
khususnya dalam masalah belajar. Keberhasilan belajar peserta didik tidak hanya
ditentukan oleh nilai akademis yang tercantum dalam laporan hasil belajarnya atau hasil
nilai ujian nasional semata, tetapi juga diukur dari bagaimana mereka memaknai dan
menerapkan hasil belajarnya dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut dibawah ini beberapa tujuan dari bimbingan dan konseling:
1. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah/madrasah mempunyai tujuan agar
peserta didik dapat merencenakan kegiatan belajar, perkembangan karir serta kehidupan
di masa yang akan datang; mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimilikinya
secara maksimal; menyesuaikan diri dengan lingkungannya; menuntaskan masalah-
masalah yang berkaitan dengan belajar, adaptasi dengan dunia pendidikan dan karir serta
pribadi sosialnya.
2. Secara khusus Prayitno juga menjelaskan bahwa bimbingan dan konseling bertujuan
untuk membantu peserta didik agar dapat mencapai tugas perkembangannya yang
meliputi aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir.
3. Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (a) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang;
(b) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin;
(c) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya; (d) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
4. Membantu klien agar merasa lebih baik tidak hanya untuk jangka pendek saja. Tujuan
utama dari proses konseling adalah menolong klien untuk melupakan masa lalu yang
tidak menyenangkan dan merubah serta membantu cara berfikir mereka menjadi lebih
positif yang akan diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan selnajutnya, sehingga kecil
kemungkinan hal-hal yang kurang baik di masa lau akan terulangi.
5. Menurut Shertzer dan Stone tujuan konseling diantaranya mengadakan perubahan
perilaku pada diri klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan
memuaskan.
6. Secara umum dan luas program Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan
tujuan: membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi; membantu
individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat;
membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu lain;
membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang
dimilikinya.
7. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu konseli agar dapat
mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar
(akademik), dan karir. Berikut penjelasan mengenai aspek tujuan khusus bimbingan
konseling:
a. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait aspek pribadi-sosial konseli diantaranya
adalah:
1) Memiliki komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga,
pergaulan dengan teman sebaya, Sekolah/Madrasah, tempat kerja, maupun masyarakat
pada umumnya.
2) Memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain.
b. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek akademis(belajar)
diantaranya adalah:
1) Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahami berbagai
hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang dialaminya.
2) Memiliki keterampilan untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan, seperti
membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam
memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai
hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling yang terkait dengan aspek karir diantaranya adalah:
1) Memiliki pengetahuan mengenai dunia kerja dan informasi karir yang menunjang
kematangan kompetensi karir.
2) Memiliki kemampuan merencanakan masa depan, yaitu merancang kehidupan secara
rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan
kondisi kehidupan sosial ekonomi.
8. Tujuan akhir konseling itu selaras dengan tujuan hidup, dengan mengambil istilah
Rogers disebut menjadi pribadi yang berfungsi secara sempurna (fully functioning
person), atau Maslow menyebut pribadi yang sangat mengkaktualisasikan diri (self
actualization), dengan ciri-ciri antara lain kreatif, merealisasi potensi diri, menerima diri
dan orang lain serta mengembangkan diri/karier.

B. Asas Bimbingan dan Konseling

Slameto membagi asas-asas bimbingan dan konseling menjadi dua bagian, yaitu asas
yang berhubungan dengan individu (siswa), dan asas bmbingan dan konseling yang
berhubungan dengan praktik atau yang berhubungan dengan praktik atau pekerjaan
bimbingan.
1. Asas-asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Siswa
a. Tiap-tiap siswa mempunyai kebutuhan
Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda mulai dari segi psikis
maupun rohaninya. Apabila kebutuhan tidak tercapai maka akan menimbulkan
kecemasan dan kekecewaan, sehingga pada akhirnya menimbulkan perilaku
menyimpang.
b. Perbedaan siswa
Tiap-tiap siswa berbeda dalam hal fisik maupun jasaninya. Perbedaan itu diantaranya
adalah perbedaan dalam hal kemampuan, bakat dan minat, kebutuhan, cita-cita dan lain
sebagainya. Perbedaan tersebut harus mendapat perhatian lebih spesifik dari para
konselor di sekolah dan madrasah sehingga siswa dapat berkembang sesuai dengan
karakteristik pribadinya masing-masing.
c. Tiap-tiap individu ingin menjadi dirinya sendiri
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus mampu mengantarkan siswa
berkembang menjadi dirinya masing-masing. Guru atau konselor tidak boleh
mengarahkan perkembangan peserta didik sesuai dengan yang diinginkan konselor.
d. Tiap-tiap individu mempunyai dorongan untuk menjadi matang
Dalam tiap-tiap tahap perkembangannya setiap siswa mempunyai dorongan yang kuat
untuk menjadi matang, produktif, dan mandiri. Kematangan yang dimaksud disini adalah
kematangan kejiwaan, emosi dan sosial
e. Tiap-tiap siswa mempunyai masalah dan mempunyai dorongan untuk
menyelesaikannya
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah harus diarahkan dalam rangka membantu
siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
hidupnya dengan memanfaatkan sebaik-baiknya dorongan-dorongan yang ada pada setiap
siswa.

2. Asas-asas Bimbingan dan Konseling yang Berhubungan dengan Praktik Atau


Pekerjaan Bimbingan.
Menurut Arifin dan Ety Kartikawati asas-asas yang berkenaan dengan praktik atau
pekerjaan bimbingan dan konseling adalah:
a. Asas Kerahasiaan
b. Asas Kesukarelaan
c. Asas Keterbukaan
d. Asas Kekinian
e. Asas Kemandirian
f. Asas Kegiatan
g. Asas Kedinamisan
h. Asas Keterpaduan
i. Asas Kenormatifan
j. Asas Keahlian
k. Asas Alih Tangan
l. Asas Tut Wuri Handayani.
Asas-asas diatas tidak jauh berbeda dengan yang dijelaskan oleh Sukardi, berikut
penjelasan Sukardi mengenai asas-asas bimbingan dan konseling.

Menurut Sukardi dari buku yang dikutip oleh Sugeng Listyo Prabowo menuliskan bahwa
keberhasilan pelayanan bimbingan konseling ditentukan oleh terwujudnya asas-asas yang
meliputi:
1) Kerahasiaan, menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta
didik yang menjadi sasaran layanan
2) Kesukarelaan, menghendaki adanya kesukaan dan kesukarelaan peserta didik yang
mengikuti atau menjalani layanan atau kegiatan yang diperuntukkan baginya. Dalam hal
ini konselor berkewajiban membina dan mengembangkan kesukarelaan tersebut.
3) Keterbukaaan, menghendaki agar peserta didik yang menjadi sasaran layanan dapat
bersikap terbuka dan tidak berpura-pura dalam memberikan keterangan tentang dirinya
sendiri maupun dalam menerima informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya.
4) Kekinian, menghendaki agar obyek sasaran layanan ialah permasalahan peserta didik
dalam kondisi “sekarang.” Layanan berkenaan dengan “masa depan atau kondisi masa
lampau” harus dilihat dampak dan tantangan dengan kondisi yang ada sekarang.
5) Tut Wuri Handayani, menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara
keseluruhan dapat menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman),
mengembangkan keteladanan, memberikan dorongan dan kesempatan kepada peserta
didik untuk mengoptimalkan potensi diri yang dimilikinya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Secara umum dan luas program Bimbingan dan Konseling dilaksanakan dengan
tujuan: membantu individu dalam mencapai kebahagiaan hidup pribadi; membantu
individu dalam mencapai kehidupan yang efektif dan produktif dalam masyarakat;
membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan individu-individu lain;
membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita dan kemampuan yang
dimilikinya.
2. Asas Bimbingan dan Konseling salah satunya yaitu, Tut Wuri Handayani,
menghendaki agar pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana yang mengayomi (memberikan rasa aman), mengembangkan
keteladanan, memberikan dorongan dan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengoptimalkan potensi diri yang dimilikinya.

B. Saran

Bimbingan dan konseling diharapkan dapat membantu peserta didik baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2013. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Amzah
Geldard, Kathryn, David Geldard. 2011. Ketrampilan Praktik Konseling Pendekatan
Integratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kartadinata, Sunaryo. 2007. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional
Nurihsan, Achmad Juntika. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: PT Refika Aditama
Prabowo, Sugeng Listyo. Faridah Nurmaliyah. 2010. Perencanaan Pembelajaran.
Malang:UIN Maliki Press
Saam, Zulfan. 2013. Psikologi Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah(Berbasis Integrasi).
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai