Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bangunan Gedung


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung , Pasal 1 bahwa: Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan
konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
berada di atas dan atau di dalam tanah dan atau air, yang berfungsi sebagai tempat
manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan
keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus.
(ayat 1). Pasal 2 bahwa: Bangunan gedung umum adalah bangunan gedung yang
fungsinya untuk kepentingan publik, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,
maupun fungsi sosial dan budaya. (ayat 2).

2.2. Elemen–Elemen Bangunan


2.2.1. Pondasi
Pondasi adalah bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban
bangunan ke tanah atau batuan yanga berada dibawahnya. Ada dua klasifikasi,
yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal adalah pondasi yang
mendukung bebannya secara langsung, diantaranya adalah:
a. Pondasi telapak adalah pondasi yang terdiri sendiri dan mendukung kolom.
b. Pondasi memanjang adalah pondasi yang digunakan untuk mendukung dinding
memenjang atau digunakan untuk medukung sederat kolom yang berjarak
dekat, sehingga bila dipakai pondasi telapak sisi-sisinya akan berhimpit satu
sama lain.
c. Pondasi rakit adalah pondasi untuk mendukung bangunan yanga terletak pada
tanah lunak atau digunakan bila susunan kolom-kolom jaraknya sedikit dekat
5

disemua arahnya, sehingga bila dipakai pondasi telapak, sisinya akan berhimpit
satu sama lain.
Adapun pondasi dalam adalah pondasi yang meneruskan beban bangunan ke
tanah keras atau batu yang terletak relatif jauh dari permukaan, diantaranya
adalah:
a. Pondasi sumuran adalah pondasi yang merupakan bentuk peralihan pondasi
dangkal dan pondasi tiang. Menurut Peck, membedakan pondasi sumuran dan
pondasi dangkal dari nilai kedalaman (Df) dibagi lebarnya(B). Untuk pondasi
sumuran Df/B >4, sedang untuk pondasi dangkal Df/B<1.
b. Pondasi tiang adalah pondasi yang digunakan untuk tanah pondasi pada
kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya, dan tanah keras
terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Bedanya dengan pondasi sumuran,
pondasi tiang umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang.
Contoh gambar pondasi tiang dapat dilihat pada Gambar 2.1 dibawah ini.

Gambar 2.1 Jenis pondasi tiang pada struktur bangunan

2.2.2. Sloof
Sloof adalah struktur bangunan yang terletak diatas pondasi bangunan. Sloof
beton berfungsi sebagai perata beban yang diterima oleh pondasi. Selain itu, sloof
beton juga berfungsi sebagai pengunci dinding agar tidak roboh apabila terjadi
pergerakan tanah. Seperti yang kita ketahui, pergerakan tanah bisa terjadi
misalnya karena gempa.
6

Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan bahwa sloof adalah balok pengikat


pondasi, pada rumah kecil tahan gempa, dipasang angker Ø 12 dengan jarak 1,5
meter. Namun tentu saja, angka ini mungkin berubah pada bangunan yang lebih
besar atau bangunan bertingkat banyak. Secara umum pengertian sloof bangunan
adalah beton bertulang yang diletakkan secara horisontal diatas pondasi. Lebih
jelasnya bisa di lihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Sloof

Kesimpulannya, kegunaan sloof adalah untuk meratakan beban yang


diterima kolom menuju pondasi. Sehingga setiap beban yang diterima suatu
kolom, akan tersebar merata pada seluruh pondasi. Selain itu, fungsi sloof adalah
sebagai pengikat antara dinding pondasi dengan kolom.

2.2.3. Pelat
Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati
maupun beban hidup dan menyalurkannya ke rangka vertikal dari sistem struktur.
Beban statis atau dinamis yang dipikul oleh pelat umumnya tegak lurus
permukaan pelat. Pelat dapat ditumpu di seluruh tepinya atau hanya pada titik-titik
tertentu seperti kolom-kolom dan juga campuran antara tumpuan menerus dan
titik.
7

Pelat merupakan struktur bidang yang lurus (datar atau tidak melengkung)
yang tebalnya jauh lebih kecil dibanding dengan dimensi yang lain. Segi statika,
kondisi tepi (boundary condition) pelat dibagi menjadi :
a. Tumpuan bebas (free)
b. Bertumpu sederhana (simply supported)
c. Jepit
Pemakaian pelat terdapat pada :
a. Struktur arsitektur
b. Jembatan
c. Perkerasan jalan
d. Struktur hidrolik
e. dll
Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat:
a. Pelat kaku: merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan
momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya
sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat
kaku, kecuali jika dinyatakan lain.
b. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban
ini dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang
sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.
c. Pelat flexible : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan
gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri
ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.
d. Pelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai
kondisi kontinu tiga dimensi.
8

Untuk merencanakan pelat beton bertulang yang perlu dipertimbangkan


tidak hanya pembebanan saja, tetapi juga jenis perletakan dan jenis penghubung di
tempat tumpuan. Kekakuan hubungan antara pelat dan tumpuan akan menentukan
besar momen lentur yang terjadi pada pela
Untuk bangunan gedung, umumnya pelat tersebut ditumpu oleh balok-balok
secara monolit, yaitu pelat dan balok dicor bersama-sama sehingga menjadi satu-
kesatuan, seperti pada Gambar 2.3a, atau ditumpu oleh dinding-dinding bangunan
seperti pada Gambar 2.3b. Kemungkinan lainnya, yaitu pelat didukung oleh
balok-balok baja dengan sistem komposit seperti pada Gambar 2.3c, atau
didukung oleh kolom secara langsung tanpa balok, yang dikenal dengan pelat
cendawan, Contoh pada Gambar 2.3d.

Gambar 2.3 Jenis-jenis pelat yang ditumpu pada tumpuan.

Ada 3 jenis perletakan pelat pada balok, yaitu sbb :


a. Terletak bebas
Keadaan ini terjadi jika pelat diletakkan begitu saja di atas balok, atau antara
pelat dan balok tidak dicor bersama-sama, sehingga pelat dapat berotasi bebas
pada tumpuan tersebut, lihat Gambar (1). Pelat yang ditumpu oleh tembok juga
termasuk dalam kategori terletak bebas.
9

b. Terjepit elastis
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
tetapi ukuran balok cukup kecil, sehingga balok tidak cukup kuat untuk mencegah
terjadinya rotasi pelat. (lihat Gambar 2.4).
c. Terjepit penuh
Keadaan ini terjadi jika pelat dan balok dicor bersama-sama secara monolit,
dan ukuran balok cukup besar, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya rotasi
pelat (lihat Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Jenis-jenis perletakan pelat pada balok

Sistem perencanaan tulangan pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam yaitu:


a. Penulangan pelat satu arah (one way slab)
Konstruksi pelat satu arah, pelat dengan tulangan pokok satu arah ini akan
dijumpai jika pelat beton lebih dominan menahan beban yang berupa momen
lentur pada bentang satu arah saja. Contoh pelat satu arah adalah pelat kantilever
(luifel) dan pelat yang ditumpu oleh 2 tumpuan.
Karena momen lentur hanya bekerja pada 1 arah saja, yaitu searah bentang L
(lihat gambar di bawah), maka tulangan pokok juga dipasang 1 arah yang searah
bentang L tersebut. Untuk menjaga agar kedudukan tulangan pokok (pada saat
pengecoran beton) tidak berubah dari tempat semula maka dipasang pula tulangan
tambahan yang arahnya tegak lurus tulangan pokok. Tulangan tambahan ini lazim
disebut tulangan bagi. (Contoh dapat dilihat pada Gambar 2.5).
10

Kedudukan tulangan pokok dan tulangan bagi selalu bersilangan tegak lurus,
tulangan pokok dipasang dekat dengan tepi luar beton, sedangkan tulangan bagi
dipasang di bagian dalamnya dan menempel pada tulangan pokok. Tepat pada
lokasi persilangan tersebut, kedua tulangan diikat kuat dengan kawat binddraad.
Fungsi tulangan bagi, selain memperkuat kedudukan tulangan pokok, juga sebagai
tulangan untuk penahan retak beton akibat susut dan perbedaan suhu beton.

Gambar 2.5 Contoh penulangan pelat satu arah

b. Penulangan pelat dua arah (two way slab)


Konstruksi pelat dua arah, pelat dengan tulangan pokok dua arah ini akan
dijumpai jika pelat beton menahan beban yang berupa momen lentur pada bentang
dua arah.
11

Contoh penulangan pokok dua arah pada Gambar 2.6 dan Gambar 2.7
dibawah ini.

Gambar 2.6 Tampak depan pelat tulangan pokok dua arah

Gambar 2.7 Tampak atas pelat penulangan 2 arah

2.2.3.1. Bondek
Bondek adalah lembaran-lembaran panel yang terbuat dari pelat baja dengan
ketebalan 0,75 mm sampai dengan 1 mm, dengan lebar 60 cm sedangkan
panjang tergantung permintaan, tetapi dibatasi maksimum 12 meter.
12

Gambar 2.8 Bondek


2.2.4. Balok
Balok atau sering disebut batang lentur adalah salah satu diantara elemen-
elemen struktur yang paling banyak dijumpai pada setiap struktur. Balok
merupakan elemen struktur yang memikul beban yang bekerja tegak lurus dengan
sumbu longitudinalnya.
Balok mempunyai karakteristik internal yang lebih rumit dalam memikul
beban dibandingkan dengan jenis elemen struktur lainnya. Balok menerus dengan
lebih dari dua titik tumpuan dan lebih dari satu tumpuan jepit merupakan struktur
statis tak tentu. Struktur statis tak tentu adalah struktur yang reaksi, gaya geser,
dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara langsung dengan
menggunakan persamaan keseimbangan dasar ZFx =0, ZFy =0, dan ZFz =0.
Balok statis tak tentu sering juga digunakan dalam praktek, karena struktur
ini lebih kaku untuk suatu kondisi bentang dan beban daripada struktur statis
tertentu. Jadi ukurannya bisa lebih kecil. Kerugian struktur statis tak tentu adalah
pada kepekaannya terhadap penurunan (settlement) tumpuan dan efek termal.

2.2.4.1. Jenis-jenis Balok


Ada beberapa jenis-jenis balok pada struktur bangunan, yaitu diantaranya
adalah :
a. Balok sederhana bertumpu pada kolom diujung-ujungnya, dengan satu ujung
bebas berotasi dan tidak memiliki momen tahan. Seperti struktur statis lainnya,
nilai dari semua reaksi, pergeseran dan momen untuk balok sederhana adalah
tidak tergantung bentuk penampang dan materialnya.
13

b. Kantilever adalah balok yang diproyeksikan atau struktur kaku lainnya


didukung hanya pada satu ujung tetap.
c. Balok teritisan adalah balok sederhana yang memanjang melewati salah satu
kolom tumpuannya.
d. Balok dengan ujung-ujung tetap ( dikaitkan kuat ) menahan translasi dan rotasi
e. Bentangan tersuspensi adalah balok sederhana yang ditopang oleh teristisan
dari dua bentang dengan konstruksi sambungan pin pada momen nol.
f. Balok kontinu memanjang secara menerus melewati lebih dari dua kolom
tumpuan untuk menghasilkan kekakuan yang lebih besar dan momen yang
lebih kecil dari serangkaian balok tidak menerus dengan panjang dan beban
yang sama.

2.2.4.2. Prinsip desain balok


Pada sistem struktural yang ada di gedung, elemen balok adalah elemen
yang paling banyak digunakan dengan pola berulang. Umumnya pola ini
menggunakan susunan hirarki balok, dimana beban pada permukaan mula-mula
dipikul oleh elemen permukaan diteruskan ke elemen struktur sekunder, dan
selanjutnya diteruskan ke kolektor atau tumpuan. Semakin besar beban, yang
disertai dengan bertambahnya panjang, pada umumnya akan memperbesar ukuran
atau tinggi elemen struktur. Susunan hirarki bisa sangat bervariasi, tetapi susunan
yang umum digunakan adalah satu dan dua tingkat. Sedangkan susunan tiga
tingkat adalah susunan yang maksimum digunakan. Untuk ukuran bentang
tertentu, pada umumnya sistem dengan berbagai tingkat dapat digunakan.
Ukuran elemen struktur untuk setiap sistem dapat ditentukan berdasarkan
analisis bentang, beban dan material. Ada beberapa kriteria pokok yang harus
dipenuhi, antara lain: kemampuan layan, efisiensi, kemudahan. Tegangan aktual
yang timbul pada balok tergantung pada besar dan distribusi material pada
penampang melintang elemen struktur. Semakin besar balok maka semakin kecil
tegangannya. Luas penampang dan distribusi beban merupakan hal yang penting.
Semakin tinggi suatu elemen, semakin kuat kemampuannya untuk memikul
lentur. Variabel dasar yang penting dalam desain adalah besar beban yang ada,
14

jarak antara beban-beban dan perilaku kondisi tumpuan balok. Kondisi tumpuan
jepit lebih kaku daripada yang ujung-ujungnya dapat berputar bebas. Balok
dengan tumpuan jepit dapat memikul beban terpusat di tengah bentang dua kali
lebih besar daripada balok yang sama tidak dijepit ujungnya.
Beban lentur pada balok menyebabkan terjadinya gaya-gaya internal,
tegangan serta deformasi. Gaya serta momen ini berturut-turut disebut gaya geser
dan momen lentur. Agar keseimbangan pada bagian struktur tersebut diperoleh
untuk bagian struktur yang diperlihatkan, sekumpulan gaya internal pasti timbul
pada struktur yang efek jaringnya adalah untuk menghasilkan momen rotasional
yang sama besar tapi berlawanan arah dengan momen lentur eksternal dan gaya
vertikal yang sama dan berlawanan arah dengan gaya geser eksternal.
Adapun beberapa jenis balok dan perilaku balok yang ditimbulkan akibat
adanya beban yang diterima oleh balok seperti tampak pada Gambar 2.9 dan
gambar 2.10 berikut.

Gambar 2.9 Macam-macam balok


15

Gambar 2.10 Perilaku umum balok

2.2.5. Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban
dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom
merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur (Sudarmoko,
1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur
bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah
bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta
beban hembusan angin.
Kolom berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban
sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke
permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari
kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun,
kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban dari pondasi.
Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa
16

kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah
roboh. Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan
gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan.
Jenis-jenis kolom menurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) ada tiga:
a. Kolom ikat (tie column)
b. Kolom spiral (spiral column)
c. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan Dipohusodo, 1994) ada
tiga jenis kolom beton bertulang yaitu:
a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom
beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada
jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan
ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh
pada tempatnya.
b. Kolom menggunakan pengikat spiral bentuknya sama dengan yang pertama
hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral
yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi
dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk menyerap
deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya
kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan
terwujud.
c. Struktur kolom komposit merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa
diberi batang tulangan pokok memanjang.
17

Untuk kolom pada bangunan sederhana bentuk kolom ada dua jenis yaitu:
a. Kolom Utama
Kolom utama dalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama
yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
maksimal adalah 3.5 meter, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak
tidak begitu besar, dan apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter,
maka struktur bangunan harus dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama
untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya dipakai ukuran 20 x 20 cm,
dengan tulangan pokok sebanyak 8 dengan diameter 12 mm, dan begel
diameter 8-10 cm
b. Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai
pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimal 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15 x 15
cm dengan tulangan beton sebanyak 4 dengan diameter 10 dan begel diameter
8-20 cm.
Letak kolom dalam konstruksi portal harus dibuat terus menerus dari lantai
bawah sampai lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser
pada tiap lantai, karena hal ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur
rangka portalnya, jadi harus dihindarkan denah kolom portal yang tidak sama
untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh makin kecil, sesuai
dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin kecil.
Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi adalah balok portal merangkai
kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh beban dari pelat
lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan kolom
adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal
pada pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
18

Tujuan desain kolom secara umum adalah untuk memikul beban rencana
dengan menggunakan material seminimum mungkin, atau dengan mencari
alternatif desain yang memberikan kapasitas pikul-beban sebesar mungkin untuk
sejumlah material yang ditentukan. Ada beberapa faktor yang menjadi
pertimbangan dasar atau prinsip-prinsip dalam desain elemen struktur tekan secara
umum, yaitu sebagai berikut :
a. Penampang
Penentuan bentuk penampang melintang yang diperlukan untuk memikul
beban, secara konseptual merupakan sesuatu yang mudah. Tujuannya adalah
untuk memperoleh penampang melintang yang memberikan nilai rx dan ry yang
diperlukan dengan material yang seminimum mungkin. Beberapa bentuk
penampang dapat dilihat pada Gambar 2.10.
b. Kolom pada Konteks Gedung
Pada umumnya, akan lebih menguntungkan bila menggunakan bracing pada
titik-titik yang tidak terlalu banyak disertai kolom yang agak besar, dibandingkan
dengan banyak bracing dan kolom kecil.

Gambar 2.11 Bentuk-bentuk penampang kolom


19

2.2.6. Ring Balok


Ring balok merupakan bagian struktur atas yang terletak di atas pasangan
bata, ring balok berfungsi sebagai tumpuan konstruksi atap dan pengikat pasangan
dinding bata bagian atas agar pasangan bata tidak runtuh, ring balok menerima
beban dari atap dan kemudian menyalurkannya ke kolom. Selain itu ring balok
juga berfungsi sebagai pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi pergerakan
kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan posisinya
semula. Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya sehingga
hubungan ring balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak mudah berubah bentuk.

2.2.7. Rangka Atap


Atap adalah bagaian paling atas dari suatu bangunan, yang melindung
gedung dan penghuninya secara fisik maupun metafisik
(mikrokosmos/makrokosmos). Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang
yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang dipilih, dan lapisan
penutupnya. Di daerah tropis atap merupakan salah satu bagian terpenting.

A. Fungsi atap
Ada beberapa fungsi utama atap, yaitu diantaranya adalah:
a. Mencegah dari berbagai pengaruh terhadap angin, bobot sendiri, dan curh
hujan.
b. Melindungi ruang bawah, manusia, serta elemen bangunan dari pengaruh
cuaca hujan, panas matahari, petir dan lain-lain.
B. Komponen atap
Secara garis besar komponen atap dibedakan menjadi dua bagian
diantaranya yaitu:

a. Konstruksi (kuda-kuda) di bawah penutup atap yang memikul beban


penutup dan pengaruh cuaca.
Secara umum bentuk rangka kuda-kuda dapat dibagi atas tiga bentuk utama
yaitu:
20

1. Kuda-kuda kap terpisah dari kolom dan dapat ditumpu di atas kolom
atau dinding.
2. Kuda-kuda disatukan dengan kolom sehingga membentuk portal yang
di sebut portal rangka.
3. Rangka kuda-kuda diganti jadi gelagar tunggal sehingga portal
menjadi portal balok.

Gambar 2.12 Bentuk kuda-kuda tipe 1

Gambar 2.13 Kuda-kuda tipe 2

Gambar 2.14 Kuda-kuda tipe 3. (a) Portal tunggal; (b) portal rangkap
21

b. Konstruksi penutup atau pelapis atap berfungsi sebagai kulit pelindung


kuda-kuda dan bangunan elemen di bawahnya.
Penutup dipasang pada gording-gording yang diletakkan pada kaki kuda-
kuda dengan ikatan elastis, biasanya penutup atap dapat berupa asbes, seng
metal, genteng dan sejenisnya.
Contoh konstruksi penutup atap pada Gambar (2.15)

Gambar 2.15 Konstruksi atap. (a) Batang tarik; (b) gording; (c) ikatan angin atas;
(d) penutup atap; (e) ikatan angin bawah

C. Nama bagian-bagian atap


Berikut adalah nama bagian-bagian atap yang perlu diketahui, diantaranya
adalah:
a. Bubungan ialah sisi atap yang teratas dan selalu dalam kedudukan mendatar.
Sering kali bubungan atap juga menentukan arah.
b. Tirisan atap atau bagian terbawah garis atap menentukan garis paling bawah
atap yang mendatar.
c. Garis patahan atap pada tambahan kasau miring atau pada atap mansard,
adalah garis pertemuan antara dua bidang atap yang berbeda kemiringannya.
Arahnya sejajar dengan garis tirisan atap, berarti kedudukannya mendatar
(horizontal).
d. Jurai luar ialah bagaian tajam pada atap berawal dari garis tiris atap sampai
bubungan (pertemuan dua bidang atap bangunan dengan sudut mengarah ke
luar).
22

e. Jurai dalam ialah bagian tajam pada atap berawal dari garis tiris atap sampai
bubungan (pertemuan dua bidang atap bangunan dengan sudut mengarah ke
dalam).
f. Titik pertemuan jurai dan bubungan adalah tempat bertemunya 3 bidang
atap atau lebih.
g. Bubungan penghubung miring adalah garis jurai pada bidang-bidang atap
yang tinggi bubungannya berbeda dan bertemu pada satu titik, juga
berfungsi menghubungkan dua titik pertemuan jurai dan bubungan.
h. Pinggiran gevel adalah bagian akhir dari atap pada gevel (dinding berbentuk
segitiga).

Anda mungkin juga menyukai