Anda di halaman 1dari 16

1.

Anatomi Kelenjar Saliva

Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva
mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes,
1981).

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral
di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang
meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam
selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar.
Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot
buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang
atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah


parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis
bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping
frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat
terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling
dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar
mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis
sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam
kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).

Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar
labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat
bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di
permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar
mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior
berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni
mukus (Rensburg, 1995).

Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini
bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum
lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal
memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan
terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995)

2. Definisi Parotitis

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular


dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah
(kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan
pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh
dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung
menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)

Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah
terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar
ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa,
infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat,
payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan
tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium
dalam tubuh (Sumarmo,2008)

Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:

a. Kontak langsung

b. Percikan ludah (droplet)

c. Muntahan

d. Bisa pula melalui air kencing

Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita
tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber
penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa
inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

3. Etiologi Parotitis

Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok


paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus
newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 – 300 mµ. Virus telah
diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain.
Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily
Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein
yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua
komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble)
yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.

Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan
selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh
formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam
tubuh melalui hidung atau mulut.Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas
kemudian menyebar ke kalenjar limfa local dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari
(masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya lokasi yang dituju virus
adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk
ke system saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear.
Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal,
darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7 hari
sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar
ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah
pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008).

4. Klasifikasi Parotitis
a. Parotitis Kambuhan
Anak-anak mudah terkena parotitis kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak.Kambuhan berarti sebelumnya anak telah terinfeksi
virus kemudian kambuh lagi.
b. Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak, kemerahan dan
pembengkakan pada daerah parotis. Dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut, khususnya
apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan dehidrasi.
5. Manifestasi Klinis Parotitis

Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan,
bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical).
Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu
dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit
Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang
timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai
berikut :

a. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita Gondong mengalami gejala: demam (suhu
badan 38,5 – 40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan,
nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku
rahang (sulit membuka mulut).
b. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang
diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar
mengalami pembengkakan.

c. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur


mengempis.

d. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula)


dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria dewasa adalanya terjadi
pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.

6. Patofisiologi Parotitis

virus (Paramyxovirus) sebagai agen penyebab.

 Percikan ludah
 Kontak langsung dengan penderita parotitis lain
 Muntahan
 Urine

Virus mups masuk kedalam hidung atau mulut

Virus memperbanyak diri


Kemudian terjadi viremia

Virus menginfeksi alandula


Virus berdiam di jaringan parotid atau parotitis
kalenia atau saraf

Dalam 3 hari akan Dalam 1 – 2 hari akan terjadi demam, anoreksia,


terjadilah pembengkakan sakit kepala dan nyeri otot.
kelenjar parotis.

Disertai nyeri rahang spontan


Pada umumnya penyebaran paramyxovirus sebagai agent penyebab parotitis
(terinfeksinya kelenjar parotis) antara lain akibat:

a. Percikan ludah

b. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain

c. Muntahan

d. urine

Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui hidung atau mulut. Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis. Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut
dan serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga
terjadi proliferasi di parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya
virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang
kemudian akan menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.

Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam,
anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot (Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian bilateral,
disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia selama fase akut, virus
mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan liquor. Pada pankreas kadang-
kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.

7. . Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi septicemia, osteomielitis mandibular, ekstensi fasial,
obstruksi jalan napas, mediastinitis, thrombosis vena jugulris interna, dan disfungsinervus
fasialis. Gondongan telah dilaporkan menyebabkan meningoensefalitis, pankretitis,
orkitis, miokarditis, perikarditis, arthritis, dan nefritis.

Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa penyulit,
tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini
dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur.
Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Dibawah ini komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan
yang kurang dini menurut Nelson (2000) :

a. Meningoensepalitis
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang
kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang
tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering
pada anak-anak.

b. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun
insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf
unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara atau permanen.

c. Orkitis
Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah sembuh,
testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan testis
yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada masa setelah
puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil mual, nyeri perut
bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada testis. Testis paling sering
terinfeksi dengan atau tanpa epidedimitis. Bila testis terkena infeksi maka
terdapat perdarahan kecil. Orkitis biasanya menyertai parotitis dalam 8
hari setelah parotitis. Keadaan ini dapat berlangsung dalam 3 – 14 hari.
Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit sekitarnya
bengkak dan merah. Rata-rata lamanya 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang
terkena menjadi atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%.
Tetapi infertilitas absolut jarang terjadi.

d. Ensefalitis atau Meningitis


Peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala,
kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami
meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000
penderita yang mengalami ensefalitis cenderung mengalami kerusakan
otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot
wajah.

e. Ooforitis
Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7% pada
penderita wanita pasca pubertas

f. Pankreatitis
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan
menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
Nyeri perut sering ringan sampai sedang muncul tiba-tiba pada parotitis.
Biasanya gejala nyeri epigastrik disertai dengan pusing, mual, muntah,
demam tinggi, menggigil, lesu, merupakan tanda adanya pankreatitis
akibat mumps.

g. Nefritis
Kadang-kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap penderita
dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak-
anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi 10-14 hari
sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi namun jarang. Dapat
sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada ginjal.

h. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus
dapat terjadi pada umur sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan
perkembangan selanjutnya antibodi antitiroid pada penderita.

i. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi, tetapi infeksi
ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang diketahui.
Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada parotitis.
Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti depresi segmen S-T,
flattening atau inversi gelombang T. Dapat disetai dengan takikardi,
pembesaran jantung dan bising sistolik.

j. Artritis
Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai dengan
pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis adalah
poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi mulai 1-
2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena adalah
sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-12 minggu
dan sembuh sempurna.

k. Kelainan pada mata


Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri,
biasanya bilateral, dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik (papillitis)
dengan gejala-gejala bervariasi dari kehilangan penglihatan sampai
kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10–20 hari; uveokeratitis,
biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis,
dengan akibat eksoftalmus; trombosis vena sentral.

8. Penatalaksanaan Parotitis
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh/hilang sendiri)
yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi
virus “Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.

Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog seperti tetesan
lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena mungkin diperlukan untuk
mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral. Jika respons suboptimal atau pasien
sakit dan mengalami dehidrasi, maka antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
1. Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita:
a. Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan umum
cukup baik).
Istirahat yang cukup, di berikan kompres.

b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup

c. Kompres panas dingin bergantian

d. Medikamentosa

Analgetik-antipiretik bila perlu

1). Metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2g/hari
2). Parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
3). Hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin
berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka
namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum
tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai
“salicylate“ atau “acetylsalicylic acid“.

2. Penderita rawat inap

Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat, gejala
saraf perlu rawat inap diruang isolasi

a. Diet lunak, cair dan TKTP

b. Analgetik-antipiretik

c. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi

3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadi

a. Encephalitis
simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.

b. Orkhitis

- istrahat yang cukup

- pemberian analgetik

- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral,


selama 2-4 hari

c. Pankreatitis dan ooporitis

Simptomatik saja

9. Pencegahan
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi
aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup
tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan
pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas
atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan
imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni
vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus “mumps”, sangat
efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi “mumps” pada
individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95
%. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu
vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan
serentak.
Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal;
Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut;
selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat
imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui
apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada
kontraindikasi bagi penggunaan vaksin “Mumps” dalam situasi ini

10. Pemeriksaan Diagnostik

a. Darah rutin

Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan
yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam
darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi
sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.

b. Amilase serum

Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan


pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.

c. Pemeriksaan serologis

Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan


adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:

1) Hemaglutination inhibition (HI) test


Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat
dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer
spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.
2) Neutralization (NT) test

Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan


fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam
serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan
imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.

3) Complement – Fixation (CF) test

Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon


antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi
parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer
puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan
kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang
rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis
standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap
antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu
setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.

d. Pemeriksaan Virologi

Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan
dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau
darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang
diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

11. Diagnosa dan intervensi Keperawatan

a. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksi

Tujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkan

Kriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normal


No Intervensi Rasional

1 Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan Makanan yang keras tidak
makanan kecil tambahan yang tepat. mampu dikunyah oleh pasien
Menghindari makanan asam parotitis. Makanan asam
menmbah rasa tidak nyaman
pada pasien parotitis.

2 Berikan diet cair atau makanan selang Bila masukan kalori gagal untuk
/hiperalimentasi bila diperlukan memenuhi kebutuhan metabolic,
dukungan nutrisi dapat
digunakan untuk mencegah
malnutrisi

3 Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi Membasahi selaput lendir mulut


sering yang kurang basah karena jarang
digunakan

b. Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan


manifestasi klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkungan

Tujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan
proses penyembuhan

Kriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa
aman dan nyaman

No Intervensi Rasional
1. Istirahat selama periode demam Pada perode demam, metabolism
tubuh tinggi sehingga istirahat
dapat Mengurangi metabolism
tubuh dan mempercepat
kesembuhan klien

2. Kompres dingin pada daerah bengkak Karena terjadi infeksi, suhu di


sekitar lokasi pembengkakan
mengalami peningkatan Dengan
kompres dingin diharapkan suhu
dapat turun dan mengurangi
pembengkakan

c. Diagnosa keperawatan : Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan


kelenjar parotis

Tujuan : menghilangkan factor resiko komplikasi

Kriteria hasil : komplikasi tidak terjadi

No Intervensi Rasional

1 Mengurangi terjadinya komplikasi dengan Kortikosteroid dapat menekan


pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 pertumbuhan mikroba dan
hari dan globulin Globulin mencegah terjadinya
orkitis

2 Pantau jantung dengan pemasangan EKG Mencegah resiko terjadi


komplikasi ke otot jantung
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGC

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit buku

Kedokteran EGC

Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media

Aesculapicus Penerbit FK UI

Soemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI

Anda mungkin juga menyukai