Kasus
Tn. M berprofesi sebagai kuli bangunan datang ke poli kulit RS Dr. Soetomo dengan keluhan
gatal-gatal. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, terdapat bercak-bercak putih terutama di bagian
lipatan kulit dan leher. Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, mengganti baju 1 kali sehari. Klien
sebelumnya menggunakan obat panu yang dijual bebas di pasar namun, setelah satu minggu
pemakaian belum ada perubahan.
Dx.medis : Pitiriasis versikolor (panu)
Dx.keperawatan : Gangguan rasa nyaman: gatal
4. Penanganan Pitiriasis Versicolor (Panu)
Health Education:
a. Keringkan handuk setelah dipakai dan ganti sesering mungkin
b. Mandi rutin (minimal 2 kali sehari), memakai sabun dan bersih
c. Simpan atau gantung pakaian di tempat kering
d. Pola hidup sehat. Hal-hal yang mempengaruhi tumbuhnya jamur adanya udara yang
panas, lembab, kebersihan diri yang kurang, kegemukan, sosial ekonomi rendah,
pemakaian obat-obatan yang lama, adanya penyakit kronis seperti TBC atau
keganasan, dan penyakit endokrin (diabetes mellitus).
e. Pada kehidupan sehari-hari, sebaiknya bila udara terasa panas, maka kita harus rajin
menyeka keringat yang menempel di badan.
f. Selain itu, setelah terkena air, maka sebaiknya segera mengeringkannya, karena
jamur senang dengan tempat yang lembab. Dianjurkan pula untuk menggunakan
pakaian, ataupun handuk secara terpisah antar keluarga.
g. Sebaiknya pula menjaga keseimbangan berat badan. Sebab, pada orang yang
mengalami kegemukan (obesitas), umumnya lebih banyak mengeluarkan keringat.
h. Pada pagi hari hingga siang membuka ventilasi jendela kamar, agar sirkulasi udara dapat
berjalan baik dan terkena sinar matahari.
i. Rajin menjemur kasur, agar bila ada jamur ataupun mikroorganisme patologi bisa
mati terkena terik matahari.
Kolaborasi:
1. Profilaksis
Kekambuhan penyakit ini biasanya terjadi namun dapat ditangani dengan pengobatan
profilaksis.
2. Agen Topikal
Agen topikal yang efektif untuk mengobati panu misalnya, (Rekomendasi dari Craig
G Burkhart, MD, MPH, seorang profesor klinis di Medical College of Ohio at Toledo,
Ohio University School of Medicine) :
a. selenium sulfide lotion, diberikan pada kulit yang terkena panu setiap hari selama 2
minggu. Biarkan obat ini di kulit selama setidaknya 10 menit sebelum dicuci. Pada
kasus yang resisten, pemberian malam hari dapat membantu.
b. sodium sulfacetamide,
c. ciclopiroxolamine,
d. Topical azole antifungals dapat diaplikasikan setiap malam selama 2 minggu
e. Topical allylamines efektif secara mikologis dan klinis.
3. Terapi Oral
a. Ketoconazole. Dosis: 200-mg setiap hari selama 10 hari dan sebagai dosis tunggal 400
mg.
b. Fluconazole. Dosis: dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu selama 2 - 4 minggu.
c. Itraconazole. Dosis: 200 mg/hari selama 7 hari.
Terapi Tradisional
Berikut beberapa ramuan tradisional untuk menyembuhkan panu:
a. Potong satu ujung lengkuas yang masih segar, lalu celupkan pada bubuk belerang
kemudian digosokan pada kulit yang terkena panu atau kudas. Lakukan rutin dua kali
sehari
b. Tumbuk halus satu lembar daun tembakau, kemudia dioleskan pada kulit yang terserang
panu atau kudas. Lakukan secara teratur dua kali dalam satu hari.
c. Ambil tiga butir bawang putih dan lima lembar daun jinten, lala ditumbuk halus. Beri
minyak kelapa secukupnya, aduk hingga merata. Oleskan pada kulit yang terkena panu dan
atau kudas. Oleskan dua kali sehari
REFERENSI
1. Harahap Marwali. Ilmu Penyakit Kulit. 2000. Jakarta. EGC
2. Djuanda, adhi. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Mansjoer Arif.dkk. Kapita Selekta Kedokteran. 2000. Media Aesculapius. : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Brooks.F.Geo.dkk. Mikrobiologi Kedokteran. 2006. Jakarta. EGC
4. www.tipsehat.net/ramuan-tradisional/ Diakses tanggal 16 Juni 2011 jam 09.00 WIB
5. Jurnal Medscape reference. www.emedicine.medscape.com Diakses tanggal 6 Juni 2011
jam 10.30 WIB
LUKA BAKAR
1. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan
petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD
Dr.Soetomo, 2001). Klasifikasi luka bakar meliputi tingkat I: Hanya mengenai epidermis,
tingkat II: dibagi menjadi superfisial dan dalam, tingkat III: Mengenai seluhur tebal
kulit, tidakada lagi sisa elemen epitelial.
2. Analisis kasus
Ny. Z (26 tahun) datang ke RS. Dr. Soetomo dengan keluhan luka bakar pada perut dan
kedua kaki (tibia-pedis) akibat kecelakaan angkot yang terguling dan terbakar. Pasien
rujukan dari RS. Gresik. Pasien didiagnosa dengan Combutio grade II AB 35%+fraktur
humerus sinistra 1/3 distal. Pasien mendapatkan terapi infuse Tutofusin 1000 cc/24 jam,
infuse kalbamin, meropenom 3x1 mg, omeprazole 1x40 mg, ondancentron 2x1 ampul,
vitamin C 2x2 ampul, transamin 3x1 ampul, novalgin 3x1 ampul, susu 4x250cc, AP min
1000, dulcolax 1x1 bila perlu, ekstra jus buah, ekstra agar-agar, bubur kasar TKTP.
Intervensi Rasional
a. Lakukan perawatan luka bakar a. Menyiapkan jaringan untuk penanaman
yang tepat dan tindakan kontrol dan menurunkan resiko
infeksi. infeksi/kegagalan kulit.
b. Pasang balutan (kain b. Kain nilon mengandung kolagen porcine
nilon/membrane silikon) pada peptida yang melekat pada permukaan
seluruh area luka luka
3. Penatalaksanaan
Sebagian kasus luka bakar dapat dicegah, terutama dengan memberi pengertian serta
memberi edukasi perilaku untuk orang-orang yang berkecimpung dengan berbagai penyebab
luka bakar. Penggunaan bahan-bahan isolator juga bermanfaat untuk mengurangi risiko
kejadian luka bakar.
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma-
trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik. Prioritas pertama pada
penderita luka bakar yang harus diperhatikan ialah jalan napas, proses bernapas, dan
perfusi sistemik. Bila diperlukan, harus segera dilakukan intubasi endotrakeal atau
pemasangan infus untuk mempertahankan volume sirkulasi. Selanjutnya, anamnesis
untuk mengetahui penyebab dan memperkirakan perjalanan penyakit serta pemeriksaan
fisik untuk memperoleh kelainan pada pasien mutlak diperlukan. Misalnya, apabila
penderita terjebak pada ruang tertutup, maka perlu dicurigai kemungkinan trauma
inhalasi. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan derajat dan luas luka bakar.
Pemeriksa wajib memakai sarung tangan steril bila akan melakukan pemeriksaan.
Penderita harus dijauhkan dari sumber panas, termasuk melepas pakaiannya bila terbakar.
Untuk membebaskan jalan napas dapat dipasang pipa endotrakea. Apabila memerlukan
resusitasi, dapat diberikan cairan Ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/ jam. Dilakukan
pemasangan kateter Foley untuk memonitor jumlah urin yang diproduksi serta
pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi gastrik. Untuk menghilangkan nyeri
hebat dapat diberikan morfin intravena. Obat yang umum dipergunakan pada nyeri luka
bakar ialah golongan opioid, NSAID, dan obat anestesi.
Bila diperlukan, tetanus toksoid dapat diberikan. Pencucian luka di kamar operasi dalam
keadaan pembiusan umum. Setelah bersih dioles dengan sulfadiazin perak topikal sampai
tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal, lalu pada hari kelima kasa dibuka dan
penderita dimandikan dengan air dicampur Savlon 1:30.
Berdasarkan penelitian, pemberian propanolol dapat menghambat proses metabolisme
sehingga memberikan kesempatan tubuh mengadakan respon anabolic untuk proses
penyembuhan pasien. Pada evaluasi pemberian propanolol jangka panjang belum
ditemukan efek samping.