Anda di halaman 1dari 3

ASMA BRONKIALE DALAM KEHAMILAN

No. Dokumen : No. Revisi: Halaman:

PROSEDUR TETAP Tanggal terbit: Disahkan Oleh


Direktur RSU Aisena

dr. Antiono

1. Batasan Kelainan saluran pernafasan yang ditandai dengan inflamasi saluran nafas
kronik dengan episode obstruksi saluran nafas akut akibat adanya stimulus
oleh berbagai macam allergen.
2. Etimoligi Adanya bronkospasme yang diakibatkan oleh allergen spesifik, faktor instrinsik
kelelahan fisik atau komplikasi faktor-faktor tersebut

3. Diagnosis 1. Anamnesis :
a. Sesak nafas tiba-tiba
b. Riwayat serangan asma sebelumnya
c. Riwayat atopi pada keluarga
2. Gejala utama :
a. Ekspirasi memanjang
b. Wheezing (+)
3. Gejala lain :
a. Takikardi
b. Retraksi suprasternal
c. Sianosis
4. Laboratorium :
a. Ig E meningkat
b. Eosinophil meningkat
Klasifikasi derajat beratnya asma menurut NAEF (National Asthma Education
Programme)
1. Asma Ringan
Periode serangan yang ringan (<1 jam ) sebanyak ≤ 2 kali seminggu
PEFR ≥ 80 %
FEV1 ≥ 80 % dari yang diprediksikan saat asimtomatik
2. Asma Sedang / moderat
Eksaserbasi simtom ≥ 2 kali seminggu
Eksaserbasi mempengaruhi tingkat aktivitas
Eksaserbasi dapat berlangsung hingga beberapa hari
PEFR, FEV1 berkisar antara 60-80 % dari yang diprediksikan
Memerlukan obat secara rutin untuk mengontrol gejala
3. Asma Berat
Eksaserbasi berlangsung terus menerus / sering terjadi sehingga
menghambat aktivitas
PEFR, FEV1 < 60 % dari yang prediksikan
Memerlukan kortikosteroidal secara rutin untuk mengontrol gejala.
Keterangan : FEV1 (Forces expiratory volume in one second)
PEFR (Peak expiratory flow rate)
4. Penatalaksanaan Perawatan bersama dengan bagian penyakit dalam
A. Dalam Kehamilan
Tujuan utama :
Pencegahan episode hipoksia untuk ibu dan janin
Penatalaksanaan yang optimal tergantung pada 4 komponen integral di
bawah ini :
1. Penilaian dan monitoring derajat asma yang objektif
Penilaian fungsi paru-paru yang terbaik adalah dengan FEV1 (Forces
expiratory volume in one second) yang diukur dengan spirometer.
Alternative lain bias dengan pengukuran PEFR (Peak expiratory flow
rate)
2. A. menghindari atau mengontrol pencetus asma, seperti bulu
binatang, tangau debu rumah, antigen kecoa, tepung sari dan jamur
atau allergen non – imunologis seperti aroma yang kuat, polutan udara
pengawet makanan, sejumlah obat-obatan seperti beta bloker.
B. Terapi sinusitis
C. Hindari merokok, aspirin aktifitas fisik berlebih
3. Memberi edukasi terhadap pasien, meliputi obat yang harus digunakan
dan faktor pencetus asma
4. Terapi farmakologis
Tahap 1
Inhalasi beta simpatomimetik seperti salbutamol 1-2 semprotan (100-
200 µg). Bila pemakaian > 1 kali per hari masuk ke tahap berikutnya.
Tahap 2
Ditambahkan obat pencegahan misalnya inhalasi glukokortikoid
(beclomethasone 100-400 µg 2 kali sehari). Alternative lain : Sodium
cromoglycate.
Tahap 3
Tambahkan inhaler dosis tinggi atau beta simpatomimetik yang long
acting contoh :
 Inhalasi short acting beta simpatomimetik + beclomethasone 800-
2000 µg per hari dosis tinggi
 Short acting alfa simpatomimetik + beclomethasone 200-400 µg 2
kali per hari + salmeterol 50 µg 2 kali sehari
Tahap 4 :
Inhalasi steroid dosis tinggi + inhalasi brokodilator regular
Tahap 5 :
Tahap 4 ditambah tablet prednisolon
5. Khusus (Rawat Inap)
a. Status asmatikus
 Rawat
 Oksigen 6-7 L/ menit
 Koreksi dehidrasi dan keseimbangan elektrolit
 Analisis gas darah
 Dapat diberikan aminofilin 0,25-0,5 g dalam 30 ml NaCl 0,9 %
bolus i.v perlahan, dianjurkan dengan tetesan aminofilin 0,9
mg/kg/jam
 Hidrokortison suksinat 100-200 mg i.v setiap 2-4 jam

D. Dalam Persalinan
 Usahakan persalinan pervaginam, bila perlu kala II diperpendek
 Seksio Caesar dilakukan hanya atas indikasi obstetri

Anda mungkin juga menyukai