Anda di halaman 1dari 11

PEMBELAJARAN BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK

MENINGKATKAN KARAKTER BUDAYA BANGSA


DI SEKOLAH DASAR
Oleh
Ni Made Sepria Utami
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Ganesha

Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang


mengemuka di masyarakat saat ini. Korupsi, tindakan asusila, kekerasan,
perkelahian massa, pelanggaran hak asasi manusia, pencurian,
pembunuhan, kehidupan ekonomi yang konsumtif serta kehidupan politik
yang tidak produktif adalah sebagian dari kecil dari kasus terkait moralitas
bangsa. Kasus yang terkait dengan moralitas tersebut merupakan salah
satu indikasi menurunnya nilai karakter bangsa (Awwaliyah, 2008).
Alternatif yang kerap diangkat ke permukaan untuk mengatasi, atau
minimal mengurangi masalah di atas, adalah melalui pendidikan. Usaha
yang bersifat preventif ini diharapkan mampu mengembangkan kualitas
generasi muda bangsa sehingga dapat mengurangi berbagai masalah
budaya dan karakter bangsa. (Hayat dan Yusuf, 2010: 14) Memang tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidikan membutuhkan waktu yang lama dan
proses yang tidak sederhana untuk dapat dilihat dampaknya, namun
demikian, pendidikan memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di
masyarakat. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa merupakan salah
satu upaya menjawab tantangan kemerosotan karakter bangsa.

(Timur, n.d.) Karakter merupakan salah satu bagian fundamental


dalam proses pendidikan pada berbagai jenis, jalur dan jenjang. Karakter
bangsa merupakan aspek penting dari pembentukan kualitas sumber
daya manusia karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan
suatu bangsa dan negara. Peningkatan kualitas sumber daya manusia
dapat ditempuh melalui perbaikan sistem pendidikan yang mengarah pada
pembentukan karakter siswa sejak tingkat pra sekolah sampai perguruan
tinggi. (Zulnuraini, 2012) Muatan nilai-nilai karakter yang terdapat dalam
pembelajaran pada saat melakukan kegiatan pembelajaran meliputi; nilai
Disiplin (discipline), Rasa hormat dan perhatian (respect), Tekun
(diligence), Tanggung jawab (responsibility), Dapat dipercaya
(trustworthiness), Berani (courage), Ketulusan (honesty), Inegritas
(integrity), Peduli (caring), Jujur (fairness), Kewarganegaraan (citizenship),
Ketelitian (carefulness). (Maduriana, Putu, Ikip, & Tabanan, 2015) (Dianti,
2014) Pemerintah telah mencanangkan kurikulum yang penekanannya
lebih banyak pada pendidikan karakter. Heraclitus (dalam Lickona,
2012:12) mengatakan bahwa “Karakter adalah takdir”. Karakter akan
membentuk takdir seseorang. Pendidikan karakter menjadi wadah dalam
menghimpun nilai-nilai keluhuran umat manusia yang terhimpun dari
agama, budaya, adat istiadat, kearifan local dan sebagainya (Sahlan dan
Prasetyo, 2012:35). Pendidikan nilai pada hakekatnya termuat dalam
spektrum pembelajaran setiap mata pelajaran karena makna nilai
menempati tujuan seutuhnya dari hakikat pendidikan (Al-lamri dan Ichas
2006:67)
Menurut (Sp, 2003) Pendidikan karakter adalah suatu system
penanaman nilai-nila karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kecerdasan atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter memiliki esensi dan
makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak.
(Indonesia, 2014) Kesemrawutan kondisi bangsa sebenar-nya tidak lepas
dari tanggung jawab dan peran pendidikan mengingat bahwa pendidikan
merupakan suatu sendi kehidupan (Masalah, Purwodadi, Student,
Achievement, & Kunci, 2014). (Nasionalisme, Muda, & Era, n.d.) Hal ini
berakibat nilai-nilai luhur bangsa banyak diabaikan hampir terjadi
disebagian besar generasi muda. Dengan demikian sekolah diharapkan
dapat menjadi tempat dini bagi penanaman karakter-karakter yang baik
bagi anak-anak (Dasar, 2012). Dari kecil anak harus ditanamkan nilai-nilai
moral dan membentuk karakter pada diri anak, sehingga perilaku anak
sudah bisa dilihat bagaiman perkembngan perilaku selanjutnya. (Kalepo,
Gorontalo, Pendidikan, Pendidikan, & Sekolah, 2015).
Perlunya mengimplementasikan nilai kejujuran dan nilai budaya
(Yunus, 2015) sehingga pendidikan mempunyai fungsi untuk membentuk
manusia yang bermoral dan berahlak baik. (D. Pendidikan et al., 2013)
(Studi et al., 2016) nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna
bagi manusia. (Subagiyo & Pendahuluan, n.d.) Pembelajaran untuk anak
yang paling baik adalah belajar sambil bermain. Dunia anak adalah dunia
bermain, jadi seharusnya waktu untuknya digunakan untuk bermain.
(Afandi, 2011) Dalam era globalisasi saat ini dunia terasa sangat
kecil, dengan perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat
manusia dapat begitu mudah memperoleh informasi. Manajemen
implementasi kurikulum dalam membentuk karakter siswa di SD
menunjukan bahwa proses manajemen diawali dengan perencanaan
kurikulum. Proses perencanaan tersebut dapat dilihat dengan adanya
perencanaan kurikulum pembelajaran (Samino, n.d.). Penggunaan
metode mengajar yang bervariasi dapat menggairahkan belajar anak
didik. (Djamarah dan Zain, 2010:158)(Sunarto dan Hartono, 2008:186)
Pembentukan tingkah laku berjalan seiring dengan proses penyesuaian
diri antara individu dengan lingkungan sosialnya yang mulai beragam. Hal
ini ditunjukkan dengan terbentuknya kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan sosialnya. Misalnya dengan kegiatan bermain, individu
belajar mengembangkan kemampuan emosi sosialnya sehingga
diharapkan muncul perilaku yang tepat sesuai dengan konteks dalam
masyarakat. Mengingat bahwa dikarenakan karakteristik siswa usia
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah senang bermain, senang
bergerak, senang bekerja dalam kelompok dan senang melakukan atau
memperagakan sesuatu secara langsung (Hayati, 2014). Pengajaran
berkaitan erat dengan pengembangan potensi (peserta didik), perubahan,
dan pembinaan dimensi-dimensi kepribadian peserta didik
(Rohani,2004:2)
(Sukarasa, n.d.) Permainan merupakan aktivitas utama anak-anak
usia SD maka perlu kiranya disusun sebuah model bimbingan yang
berbasis pada permainan. (Sosial & Vol, 2012) Menurut Gallahue dalam
Sofia Hartati juga mengatakan bahwa bermain merupakan kebutuhan
anak yang paling mendasar saat anak berinteraksi dunia sekitarnya,
melalui bermainlah ia lakukan. Bermain adalah suatu aktifitas yang
lansung dan spontan dilakukan seorang anak bersama orang lain atau
dengan menggunakan benda-benda sekitarnya dengan senang, sukarela
dan imajinatif serta dengan menggunakan perasaannya, tangannya atau
seluruh anggota tubuhnya. (Sujarno, 2011) Permainan merupakan unsur
budaya yang tidak lepas dari kehidupan manusia khususnya anak-anak.
Permainan merupakan unsur budaya yang universal, di mana masyarakat
itu tinggal ada permainan. (Amir, 2008) Permainan tradisional merupakan
kekayaan khasanah budaya lokal, yang seharusnya dapat dimanfaatkan
dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Menurut (“Ilza Ma’azi Azizah,” n.d.) Jika dilihat dari akar katanya
permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur oleh suatu
peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu
yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat
kegembiraan. Aktifitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak sejak
zaman dahulu dengan aturan-aturan tertentu guna memperoleh
kegembiraan. Bermain adalah belajar bagi anak, karena melalui bermain,
anak dapat meningkatkan kemampuannya dan mengembangkan dirinya.
(Nugrahastuti, Puspitaningtyas, Puspitasari, & Maret, 2012)
Permainan tradisional yang telah lahir sejak ribuan tahun yang lalu
merupakan hasil dari proses kebudayaan manusia zaman dahulu yang
masih kental dengan nilai-nilai kearifan lokal . Meskipun sudah sangat
tua, ternyata permainan tradisional memiliki peran edukasi yang sangat
manusiawi bagi proses belajar seorang individu, terutama anak-anak.
Dikatakan demikian, karena secara alamiah permainan tradisional mampu
menstimulasi berbagai aspek -aspek perkembangan anak yaitu: motorik,
kognitif, emosi, bahasa, sosial, spiritual, ekologis, dan nilai-nilai/moral.
(Metode et al., 2011) Dengan demikian, permainan tradisional meskipun
nama permainannya berbeda antar daerah, namun memiliki persamaan
atau kemiripan dalam cara memainkan.
Menurut Misbach (2006), permainan tradisional yang ada di
Nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak,
seperti :

1. Aspek motorik : Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik,


motorik kasar, motorik halus.
2. Aspek kognitif : Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem
solving, strategi, antisipatif, pemahaman
kontekstual.
3. Aspek emosi : Katarsis emosional, mengasah empati,
pengendalian diri
4. Aspek bahasa : Pemahaman konsep-konsep nilai
5. Aspek sosial : Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan
sosial dengan teman sebaya dan meletakkan
pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi
berlatih peran dengan orang yang lebih
dewasa/masyarakat.
6. Aspek spiritual : Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang
bersifat Agung (transcendental).
7. Aspek ekologis : Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam
sekitar secara bijaksana.
8. Aspek nilai/moral: Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari
generasi terdahulu kepadagenerasi selanjutnya.

(Nugrahastuti et al., 2012) Pola permainan anak mulai bergeser


pada pola permainan di dalam rumah. Beberapa bentuk permainan yang
banyak dilakukan adalah menonton tayangan televisi dan permainan lewat
games station dan komputer. Permainan yang dilakukan di dalam rumah
lebih bersifat individual. (Tatminingsih et al., 2012) Indonesia sebagai
negara yang terdiri dari ribuan pulau, budaya dan berbagai suku bangsa
yang berbeda antara satu dengan lainnya memiliki banyak sekali
permainan tradisional atau permainan rakyat. Kekayaan ini dimungkinkan
karena setiap daerah biasanya memiliki ciri dan bentuk permainannya
sendiri yang berbedadengan daerah lainnya. Walaupun mungkin saja ada
beberapa permainan tradisional suatu daerah mempunyai kemiripan
dengan permainan daerah yang lainnya. Melalui permainan-permainan
siswa bisa mengembangkan nalar, komunikasi serta pemecahan masalah
yang dituntut dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (Ilma & Putri,
2012) Sehingga pendidikan menjadi bermakna dalam arti dapat
memberikan bagi setiap peserta didik memperoleh iptek, keterampilan,
dan nilai-nilai kemanusiaan sebagai bekal mereka memasuki persaingan
di dunia global. (Dantes, Pascasarjana, & Ganesha, 2015)
(Pancasila, Uud, & Rachmah, 2013) Bangsa yang baik adalah
bangsa yang mampu mempertahankan budayanya sehingga mampu
dibedakan dengan bangsa lain. (Sobri, Administrasi, Fakultas, &
Pendidikan, n.d.) Penghayatan nilai-nilai kehidupan menjadi dasar
pembentukan karakter manusia. (S. Pendidikan & Di, 2014) Banyak sekali
manfaat dari permainan tradisional, selain seperti yang disebutkan di atas
juga dapat melestarikan kebudayaan asli milik negeri sendiri. Permainan
tradisional dapat mencirikhaskan suatu daerah bahkan suatu negara.
Begitu banyaknya manfaat dari permainan tradisional perlu kiranya
permainan tradisional kita kenalkan dan kembangkan agar tetap lestari.
Selain itu, ada beberapa keuntungan yang diperoleh ketika menggunakan
permainan dalam proses pembelajaran di kelas, yaitu: memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menggunakan bahasa yang diajarkan,
membuat siswa lebih mengenal budaya Indonesia, dan siswa dapat
membandingkan budaya Indonesia dengan budaya mereka sendiri.
Ketika menggunakan permainan di dalam kelas, sangat penting bagi
guru untuk memilih permainan yang sesuai dengan tingkat kemampuan
berbahasa dan usia siswa (Putu & Cahyani, n.d.)
Pemanfaatan permainan tradisional sebagai media pembelajaran
merupakan suatu inovasi kreatif yang dapat diterapkan pendidik untuk
mengembangkan nilai-nilai karakter dan budaya dalam pendidikan di
sekolah. Pemanfaatan permainan tradisional, diterapkan dalam 3 aspek,
yaitu penyampaian mata pelajaran, budaya sekolah dan program
pengembangan diri. Melalui pemanfaatan permainan tradisional sebagai
media pembelajaran, diharapkan terbangun karakter anak-anak bangsa
yang lebih baik, sekaligus terpeliharanya budaya bangsa. Nilai-nilai
karakter yang tertanam dalam diri anak seperti kerjasama, kebersamaan,
kreatifitas, tanggung jawab, demokrasi, percaya diri, komitmen, dan
sebagainya. Sehingga melalui permainan tradisional inilah jiwa dan
karakter anak-anak usia dini dapat berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2011). Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS


di Sekolah Dasar. Jurnal Pedagogia, 1(1), 85–98. Retrieved from
http://publikasi-fe.umsida.ac.id/files/RifkiV1.1.pdf
Al-Lamri, S. Ichas Hamid dan Tuti Istianti Ichas. 2006. Pengembangan
Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah
Dasar. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.

Amir, M. A. (2008). Permainan Tradisional, 1. Retrieved from


http://www.heritage.gov.my/index.php/warisan-tidak-ketara/adat-a-
budaya/permainan-tradisi
Awwaliyah, I. (2008). Inovasi Media Pembelajaran Berbasis Permainan
Tradisional Dalam Rangka Pengembangan Pendidikan Budaya Dan
Karakter Bangsa.
Dantes, Nyoman. 2014. Landasan Pendidikan Tinjauan Dari Dimensi
Makropedagogis. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dantes, N., Pascasarjana, P., & Ganesha, U. P. (2015). Perancangan


model transpormasi pendidikan teknohumanistik yang terintegrasi
dengan pembelajaran tematik di sekolah dasar 1,2, 4(1), 599–611.
Dasar, S. (2012). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa
sekolah dasar .
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Dianti, P. (2014). Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter
Siswa. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 23(1), 58–68.
Hayat, Bahrul dan Suhendra Yusuf. 2011. Benchmark Internasional Mutu
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Hayati, E. (2014). erambi i, 2(September).


Ilma, R., & Putri, I. (2012). Desain Pembelajaran Pengurangan Bilangan
Bulat Melalui Permainan Tradisional Congklak Berbasis Pendidikan
Matematika Realistik Indonesia di Kelas IV Sekolah Dasar, 3.
Ilza Ma’azi Azizah. (n.d.).
Indonesia, U. P. (2014). INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA
DALAM UPAYA, 23(2), 44–54.
Kalepo, Y. H., Gorontalo, U. N., Pendidikan, F. I., Pendidikan, J., &
Sekolah, G. (2015). UPAYA GURU DALAM PENGEMBANGAN
KARAKTER BERBASIS NILAI-NILAI MORAL DI KELAS IV SDN 4
KWANDANG KABUPATEN GORONTALO UTARA.
Maduriana, M., Putu, N., Ikip, S., & Tabanan, S. (2015). Pengembangan
Bahan Ajar IPA SD Bermuatan Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi
Lisan Bali, 5, 369–390.
Masalah, R., Purwodadi, S. M. A. P., Student, K., Achievement, T., &
Kunci, K. (2014). UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
MELALUI PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN Meiyanti Wulandari ( 10110002 ) Mahasiswa
PPKn IKIP Veteran Semarang Abstrak, 2(1), 44–53.
Metode, I., Dan, E., Untuk, D., Konsep, P., Pada, M., Kuliah, M., …
Lesson, M. (2011). Jurnal pendidikan. Jurnal Pendidikan, 3, 1–78.
Nasionalisme, K., Muda, G., & Era, D. I. (n.d.). Peranan pancasila dalam
menumbuhkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era global.
Nugrahastuti, E., Puspitaningtyas, E., Puspitasari, M., & Maret, U. S.
(2012). NILAI-NILAI KARAKTER PADA PERMAINAN, 265–273.
Pancasila, B., Uud, D. A. N., & Rachmah, H. (2013). Nilai-Nilai Dalam
Pendidikan Karakter Bangsa Yang, 1.
Pendidikan, D., Di, K., Bawu, M., Jawa, J., Skripsi, T., Kepada, D., …
Juwaniah, H. (2013). Penerapan Nilai-Nilai Religius Pada Siswa
Kelas Va.
Pendidikan, S., & Di, K. (2014). KARAKTER BANGSA DALAM
KURIKULUM TINGKAT Dhikrul Hakim Universitas Pesantren Tinggi
Darul „ Ulum Jombang - Indonesia Pendahuluan Budaya dan karakter
bangsa dewasa ini menjadi perhatian serius banyak kalangan . Dari
presiden , pakar sampai masyarakat umum ., 5, 145–168.
Putu, N., & Cahyani, D. (n.d.). Permainan Tradisional : Media
Pembelajaran di Dalam Kelas BIPA, 1–11.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Sahlan, Asmaun dan Angga Teguh Prasetyo.2012. Desain Pembelajaran


Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Samino, W. (n.d.). IMPLEMENTASI KURIKULUM DALAM


PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA KELAS III SD TA ’ MIRUL
ISLAM SURAKARTA, 141–148.
Sobri, A. Y., Administrasi, J., Fakultas, P., & Pendidikan, I. (n.d.).
Menumbuhkan Nilai Karakter Siswa Di Sekolah, (2001), 1–10.
Sosial, J., & Vol, B. (2012). Permainan Tradisional Dalam Membentuk
Karakter Anak Usia Dini Oleh : Tuti Andriani Dosen Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
9(1), 121–136.
Sp, J. I. (2003). PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER DI SEKOLAH
DASAR, 284–292.
Studi, P., Agama, P., Pendidikan, J., Islam, A., Ilmu, F., Dan, T., … Ibrahim,
M. (2016). SKRIPSI Oleh : Wahyu Sri Wilujeng.
Subagiyo, H., & Pendahuluan, Ss. A. (n.d.). Permainan Tradisional
Sebagai Media Pembelajaran Anak, 1–26.
Sujarno. (2011). PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI JEMBATAN
PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA. Igarss 2014.
Sukarasa, S. D. N. (n.d.). No Title.
Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Rineka Cipta.

Tatminingsih, S., Terbuka, U., Raya, J., Cabe, P., Selatan, T., Manis, P., …
Jawa, K. S. (2012). PENGEMBANGAN PAKET DAN STRATEGI
PEMBELAJARAN IPA MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL
UNTUK SISWA KELAS 3 SD DI DAERAH RAWAN BENCANA Studi
Kasus di SD Puncak Manis , Kecamatan Kadudampit , Sukabumi
( DEVELOPMENT OF SCIENCE LEARNING PACKAGE AND
STRATEGY THROUGH T, 427–439.
Timur, J. (n.d.). PENGEMBANGAN MODEL PERMAINAN TRADISIONAL,
201–212.
Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Anak di Luar Kelas. Jogjakarta.:
Diva Press.

Yunus, N. R. (2015). Aktualisasi demokrasi pancasila dalam kehidupan


berbangsa dan bernegara, 2(2), 156–166.
https://doi.org/10.15408/sd.v2i2.2815.Permalink/DOI
Zulnuraini. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep, Implementasi dan
Pengembangannya di Sekolah Dasar di Kota Palu. Jurnal DIKDAS,
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, UNTAD, 1(1).

Anda mungkin juga menyukai