DAFTAR ISI
PKM - M
Kode
Kelompok 1
Judul
Nama_Ketua
PT
Universitas Syiah
Kuala
Universitas Andalas
Universitas Jambi
Institut Pertanian
Bogor
Universitas Negeri
Semarang
Universitas Gadjah
Mada
Universitas Negeri
Yogyakarta
Institut Teknologi
10 Nopember
Surabaya
Universitas Jember
Universitas Negeri
Makassar
Yuyun Setiawan
PKMM-1-11 Pelatihan Membuat Asesoris
B
Rumah tangga dari Kerajinan
Anyaman Daun Lontar pada
Remaja Putri Putus Sekolah di
Kecamatan Marioriawa Kabupaten
Soppeng
Ni Nyoman
PKMM-1-12 Upaya Pelestarian Salak Gula
Sarmiati
Pasir Melalui Pelatihan dan
Pembinaan Petani dengan Teknik
Pencangkokan di Desa Sibetan
Yuli Dwi
PKMM-1-13 Pelatihan Pengolahan Sampah
Gunarso
Biomassa Skala Rumah Tangga
Sebagai Briket Arang dalam
Upaya Menghasilkan Sumber
Energi Alternatif yang Ramah
Lingkungan
PKMM-1-14 Aplikasi WEB Penunjang
Pradita Utama
Pelaksanaan PIMNAS
PKMM-1-15 Pemanfaatan Waktu Tunggu Jasa
Angkutan Umum dengan
Membaca Sebagai Salah Satu
Upaya Menumbuhkan Minat Baca
dan Meningkatkan Kecerdasan
Masyarakat
PKMM-1-16 Pelatihan Keterampilan Teknik
Las Acetylen Untuk Bekal Alih
Profesi Menjadi Wirausaha
Mandiri Bagi Pengemudi Becak
Di Kota Surakarta
PKMM-1-17 Pengaruh Pembinaan dan
Pelatihan Produsen Jamu Gendong
Terhadap Peningkatan Kualitas
Jamu Gendong di Kelurahan
Sumpiuh Kecamatan Sumpiuh
Kabupaten Banyumas
PKMM-1-18 Pengembangan Bahan Aditif
Alami Untuk Mengurangi
Ketergantungan Penggunaan
Senyawa Sintetik pada Produk
Manisan Buah-buahan di Desa
Tlogomas Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang
PKMM-1-19 Modifikasi Alat Pengemasan Hasil
Pemindangan Bagi Kelompok
Ikan Pindang Mina Lasmi di Desa
Perancak Kabupten Jembrana Bali
Sigit Setiawan
Universitas Negeri
Makassar
Ikip Negeri
Singaraja
Politeknik Negeri
Semarang
Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom
Bandung
Institut Sains Dan
Teknologi Akprind
Yogyakarta
Wahyu
Kurniawan
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto
Dini Elmiyati
Hasanah
Universitas
Muhammadiyah
Malang
I Gusti Made
Separiyana
Universitas
Mahasaraswati
Denpasar
ii
PKM - M
Kode
Kelompok 2
Judul
Nama_Ketua
Fiky Yulianto
Wicaksono
PT
Universitas
Sumatera Utara
Universitas Andalas
Universitas
Indonesia
Universitas
Padjadjaran
Andityo
Nurwanto
Universitas Gadjah
Mada
Retno Wahyuni
Puspitosari
Universitas
Airlangga
Institut Teknologi
10 Nopember
Surabaya
Maulana
Achmadi
Universitas
Lambung
Mangkurat
Aswinto
Universitas Negeri
Makassar
iii
Universitas
Haluoleo
Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh
Politeknik Pertanian
Negeri Kupang
Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom
Bandung
Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta
Politeknik Surakarta
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto
Universitas
Merdeka Malang
Universitas Andalas
iv
PKM - M
Kode
Kelompok 3
Judul
Nama_Ketua
PT
Nana Ariani
Universitas Negeri
Medan
Azizul Mendra
Universitas Andalas
Erawati Dian
Anggraeni
Universitas
Indonesia
Ragil
Pardiantoro
Universitas
Pendidikan
Indonesia
Ismariyati
Universitas Sebelas
Maret Surakarta
Dian Kurnia
Primasari
Achmad
Fachrizal
Universitas Negeri
Yogyakarta
Universitas
Airlangga
Eko Wahyudi
Universitas Negeri
Surabaya
Siti Nila
Murgana
Universitas
Lambung
Mangkurat
Afdhal Hamka
Universitas Negeri
Makassar
Permenas
Rumansara
Universitas Negeri
Papua
Reni Luzi
Politeknik Pertanian
Negeri Payakumbuh
Andyka
Universitas Katholik
Indonesia Atmajaya
Jakarta
Tririan Arianto
Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom
Bandung
Andreas Bagus
Graha Sanjaya
Universitas
Atmajaya
Yogyakarta
Politeknik Surakarta
Rahman Saleh
PKMM-3-16 Pelatihan Keterampilan
Pengelasan Plastik sebagai Bekal
Berwirausaha Mandiri Bagi
Pemuda Pengangguran di
Kelurahan Manggung Kec.
Ngemplak Kab. Boyolali
PKMM-3-17 Pelatihan Pembuatan Pupuk
Pandu Perdana
Organik dengan Memanfaatkan
Limbah Jamu Bagi Warga Miskin
dan Menganggur di Sentra Industri
Jamu
PKMM-3-18 Pembuatan Alat Praktikum Five In Monica Fanny
One
Asmaraning
Tyas
Universitas Tunas
Pembangunan
Surakarta
Universitas Katolik
Widya Mandala
Surabaya
PKM - M Kelompok 4
Kode
Judul
Nama_Ketua
Julius
Baringbing
PT
Universitas Negeri
Medan
Ray Tiran
Cahyo Puji
Asmoro
Institut Pertanian
Bogor
Universitas
Pendidikan
Indonesia
vi
Mohammad
Sulkhan
Rokhiem
Universitas Gadjah
Mada
Endra Dwi
Universitas Negeri
Priyono
Yogyakarta
Hanis Setiyawati Institut Teknologi
10 Nopember
Surabaya
Sri Pratiwi
Saraswati D
Universitas
Brawijaya
Khairunnisa
Universitas
Lambung
Mangkurat
Sahabuddin
Universitas Negeri
Makassar
Siti Khalimah
Sa'diyah
Institut Seni
Indonesia (Isi)
Yogyakarta
Muhammad
Politeknik Negeri
Syarif Ramdani Bandung
Cecep Sunarya
Yuni Susanto
Sekolah Tinggi
Bahasa Asing
Sebelas April
Sumedang
Akademi Bahasa
Asing "Yipk"
Yogyakarta
vii
Universitas Katolik
Widya Mandala
Surabaya
PKM - M Kelompok 5
Kode
Judul
Nama_Ketua
Syahfitra
Harahap
PT
Universitas Negeri
Medan
Mundakir
Institut Pertanian
Bogor
Ani Rosiyanti
Universitas Negeri
Semarang
Dinna
Nurdamayanti
Universitas Gadjah
Mada
Surastri
Universitas Negeri
Yogyakarta
Tri Sandi
A.Utami
Institut Teknologi
10 Nopember
Surabaya
viii
Nur Cholip
Universitas Negeri
Malang
Rahmatullah
Universitas
Hasanuddin
Itje Novita
Universitas Negeri
Makassar
I Wayan Tastra
Ikip Negeri
Singaraja
Cucu Marlia
Politeknik Negeri
Bandung
Heni Wahyuni
Surini
Akademi Pariwisata
Buana Wisata
Yogyakarta
Ferdinan Eka
Lasmana
Universitas Wangsa
Manggala
Yogyakarta
Galuh Asri P
Universitas Katholik
Soegijapranata
Semarang
Universitas
Muhammadiyah
Jember
Akademi Perikanan
Sidoarjo
Hadi Prasetyo
Wicaksono
Dian Agastya
ix
PKMM-1-1-1
PKMM-1-2-1
ABSTRAK
Dalam menyikapi momentum Otonomi Daerah, Pemerintah Daerah Sumatera
Barat melalui Perda No. 09 Tahun 2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan
Nagari, telah menyelaraskannya
dalam bentuk Kembali pada sistem
Pemerintahan Nagari. Sesuai dengan Perda tersebut pada pasal 1 G, nagari
sebagai
pemerintahan
terendah
berhak
menyelenggarakan
sistem
pemerintahannnya sendiri. Akan tetapi, pemberlakuan sistem pemerintahan
nagari yang relatif baru (2 tahun) tentu menyebabkan terjadinya perombakan
aparatur pemerintahan, dan rata-rata mereka adalah orang baru di bidang
pemerintahan. Otomatis pengalaman aparatur pemerintahan nagari kurang
memadai. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan bahwa resisitensi
pemerintahan nagari yang berjalan selama 2 tahun lemah, ditandai dengan tidak
dilengkapinya nagari dengan peraturan nagari (Pernag). Fenomena ini terjadi
di Nagari Baringin di Kabupaten Tanah Datar. Padahal, pemerintahan yang bisa
menampung kebutuhan (need assesment) masyarakat, adalah pemerintahan legal
/formal. Wujud dari kemutlakan pemerintahan yang legal/formal tersebut adalah
dengan adanya undang-undang/Pernag yang mau tidak mau harus dimiliki oleh
pemerintahan nagari Baringin. Berangkat dari permasalahan diatas, tim PKM
mengadakan pengabdian masyarakat di nagari tersebut dengan harapan
pemerintahan Nagari Baringin mampu melahirkan produk hukum yang bisa
mengikat semua masyarakat. Dalam pelaksanaan program pengabdian
masyarakat, Tim PKMM menggunakan metode Androgogi sebagai bentuk
pembelajaran bagi orang-orang dewasa. Hasil dari pelaksanaan program
pengabdian masyarakat ini adalah: Pertama, adanya peningkatan pemahaman
masyarakat khususnya Badan Perwakilan Rakyat Nagari (BPRN) terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintah dan menyadari betapa perlunya peraturan nagari
dalam mendukung setiap program pemerintahan nagari. Kedua, aparatur
pemerintahan nagari termotivasi untuk membangun nagarinya kembali bahkan
Wali Nagari Baringin bersama-sama dengan aparatur lainnyanya (Pionir) akan
membentuk Assosiasi Wali Nagari Se-Kabupaten Tanah Datar (AWN Kab. Tanah
Datar). Ketiga, Pemerintahan Nagari Baringin sudah merancang beberapa
peraturan nagari seperti Pernag Anggaran Belanja dan Pendapatan Nagari
(APBN), Pernag Pemberantasan Penyakit Masyarakat dan Peraturan Nagari
Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban. Dengan adanya Pernag sebagai produk
hukum nagari dan sikap kritis masyarakat tentang pelaksanaan pemerintahan
nagari, inilah sebagai buffer kemapanan penyelenggaraan pemerintahan nagari.
Kata kunci: otonomi daerah, pemerintahan Nagari, peraturan Nagari
PKMM-1-2-2
PENDAHULUAN
Momentum Otonomi Daerah, sebagaimana dimuat pada UU No. 32 Tahun
2004 mereposisi penyelenggaraan pemerintahan daerah agar lebih representatif
dan akuntabel menuju kemapanan demokratisasi ranah politik lokal. Tentunya,
daerah akan memiliki peluang lebih luas dalam mengembangkan kreativitas
daerah dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan daerahnya (Bagir:
1994). Untuk itu, kesiapan pemerintah berotonomi adalah sebuah kemutlakan
(Saldi: 2001). Kesiapan tersebut meliputi kesiapan sumber daya manusia (SDM),
sumber daya alam (SDA) dan kesiapan finansial. Salah satu bentuk kesiapan
sumber daya manusia adalah kesiapan pemerintah daerah selaku eksekutif daerah
dalam menyelenggarakan sistem pemerintahan yang mapan. Dalam menyikapi
hal demikian, Pemerintah Daerah Sumatera Barat melalui Perda No. 09 Tahun
2000 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Nagari, telah menyelaraskannya dalam
bentuk Kembali pada sistem Pemerintahan Nagari
Sesuai dengan Perda No. 09 Tahun 2000 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Nagari pada pasal 1G disebutkan bahwa nagari merupakan kesatuan
masyarakat hukum adat dalam daerah, yang mempunyai wilayah tertentu, disertai
dengan batas-batas wilayah, mempunyai harta kekayaaan dan berhak mengatur
rumah tangganya dan memilih pimpinan pemerintahan sendiri. Akan tetapi,
pemberlakuan sistem pemerintahan nagari yang relatif baru (2 tahun) tentu
menyebabkan terjadinya perombakan aparatur pemerintahan, dan rata-rata mereka
adalah orang baru di bidang pemerintahan. Otomatis pengalaman aparatur
Pemerintahan Nagari Baringin kurang memadai. Hal ini diperkuat lagi dengan
kenyataan bahwa resistensi pemerintahan nagari yang berjalan selama 2 tahun
lemah, dengan fakta bahwa ternyata nagari tidak dilengkapi dengan Peraturan
Nagari (Pernag).
Fenomena ini terjadi di Nagari Baringin sebagai salah satu dari 75 nagari
yang berada di Kabupaten Tanah Datar, kabupaten ini juga dikenal sebagai
kabupaten terbaik pelaksana Otonomi Daerah. Pemda bersangkutan juga telah
menyikapi momentum Otonomi ini dengan melahirkan Perda No. 17 Tahun 2001.
Perda tersebut juga memberikan gambaran umum tentang efektifitas pemerintahan
nagari. Jadi, Nagari Baringin yang berada di Kab. Tanah Datar tidak dilengkapi
Pernag dalam penyelenggaraan pemerintahan nagarinya. Padahal, sistem
pemerintahan yang bisa menampung kebutuhan (need assesment) masyarakat,
adalah pemerintahan legal/formal. Wujud dari kemutlakan pemerintahan yang
legal/formal tersebut adalah dengan adanya undang-undang/Pernag yang mau
tidak mau harus dimiliki oleh pemerintahan nagari. Berangkat dari permasalahan
diatas, kami mengadakan pengabdian masyarakat di nagari tersebut dengan
harapan Pemerintahan Nagari Baringin mampu melahirkan produk hukum yang
bisa mengikat semua masyarakat nagari.
Pada skala teoritis, sistem pemerintahan nagari memprasyaratkan adanya
hal-hal sebagai berikut :
Sebagai daerah otonom harus memiliki aturan sendiri sebagai legitimasi
kegiatan yang diselenggarakan pada masyarakat.
Peraturan Nagari (Pernag) adalah otoritas, tugas pokok dan fungsi pemerintah
nagari.
Tanpa Peraturan Nagari (Pernag), keleluasaan pemerintahan nagari bertindak
menjadi terbatas.
PKMM-1-2-3
PKMM-1-2-4
Tanggal Pelaksanaan
Topik
Sistem
Pemerintahan
Nagari
9 Mei 2005
Hubungan
Pemerintahan
Nagari dengan
Pemerintah
2
14 Mei 2005
Daerah
Catatan : Dilaksanakan dalam waktu yang kondusif
Yang Menghadiri
Ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN),
Ketua Badan Perwakilan Rakyat Nagari
(BPRN), Wali Nagari, Tim PKMPM
UNAND
Tim PKMPM UNAND,
Wali Nagari dan Aparaturnya,
Anggota DPRD Tk. II
Kab. Tanah Datar
Uraian
Dirumuskan dalam tiga ruang lingkup interaksi yang utama yaitu : politik,
ekonomi adan sosial budaya
1
2
Sistem Pemerintahan Nagari
3
Prinsip Pemerintahan Nagari
4
Sumber pendapatan Nagari
Jenis Kewenangan
Kewenangan nagari terdiri dari hak asal-usul nagari, peraturan yang belum
dilaksanakan oleh Pemda, tugas perbantuan dari pusat.
5
6
Masalah-masalah nagari
PKMM-1-2-5
PKMM-1-2-6
Tabel 4.
No.
Pra Lokalatih
Pasca Lokalatih
Otonomi Daerah
Peraturan Nagari
Masyarakat kurang
memahami tentang
otonomi daerah
Belum ada
Aparat Nagari
Kurang Termotivasi
Masyarakat
Nagari
Kurang berpartisipasi
dalam
mendukung
program pemerintah
nagari
Kurang
memperhatikan
perkembangan
Nagari Baringin
Catatan: Disari dari hasil lokalatih, Kunjungan Tim PKMPM UNAND Ke Nagari Baringin
5
Pemerintah
Daerah
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang bisa ditarik dari pelaksanaan kegiatan lokakarya
dan pelatihan adalah sebagai berikut :
Masyarakat khususnya Badan Perwakilan Rakyat Nagari (BPRN) memahami
tentang prosedur penyusunan Peraturan Nagari
Aparatur pemerintahan Nagari Baringin, khususnya Wali Nagari termotivasi
untuk membangun nagarinya kembali setelah berhasil melaksanakan
Lokalatih. Bahkan Wali Nagari Baringin bersama-sama dengan aparaturnya
(pionir) akan membentuk Assosiasi Wali Nagari Se-Kabupaten Tanah Datar
(AWN Kab. Tanah Datar)
Pemerintahan Nagari Baringin sudah merancang beberapa Peraturan Nagari
seperti peraturan nagari Anggaran Belanja dan Pendapatan Nagari/APBN,
peraturan nagari tentang Pemberantasan Penyakit Masyarakat dan peraturan
nagari tentang Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban.
Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Datar mulai membantu dalam
melaksanakan berbagai program Pemerintah Nagari Baringin. Misalnya
mendukung adanya program Kuliah Kerja Nyata (KUKERTA) mahasiswa
UNAND di Nagari Baringin, serta membantu Nagari Baringin dalam
pengelolaan fasilitas Pasar pusat Kota Batusangkar yang berada di Nagari
Baringin, dan sebagainya.
Akhirnya, agar kegiatan ini terus bermanfaat maka perlu adanya pembinaan
secara berkala baik yang dilakukan oleh Pemda Tanah Datar ataupun
pemerintahan Nagari Baringin untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme
kerja bagi aparatur pemerintahan nagari serta pemahaman tentang Babaliak Ke
Nagari bagi masyarakat Nagari Baringin. Kedua, Perlu adanya tindakan lanjutan
dari Pemda Tanah Datar untuk memberikan pemahaman lebih lanjut terhadap
PKMM-1-2-7
PKMM-1-3-1
ABSTRAK
Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam menopang kehidupan manusia
yang sangat bergantung pada faktor teknis dan lingkungan. Selama bertahuntahun sistem pertanian yang ada selalu mengandalkan penggunaan input kimiawi
yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian. Hal ini
menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mengoptimalkan hasil tanpa
menimbulkan degradasi pada lingkungan. Salah satu inovasi yang dilakukan
adalah penerapan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan . Agar
teknologi yang diterapkan dapat diaplikasikan dilingkungan petani maka perlu
adanya metode yang tepat untuk mengkomunikasikan teknologi ini terhadap
petani.
Program Kreatifitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat merupakan salah satu
bentuk transfer informasi teknologi dari akademisi terhadap petani. Petani
diharapkan akan memperoleh informasi tentang teknik budidaya yang baik dan
berorientasi pada kelestarian lingkungan. Melalui kegiatan ini akan terjadi
hubungan interpersonal yang baik sehingga arus informasi lebih lancar.
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh mahasiswa bersama kelompok tani
Makmur Jaya di Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru Jambi dengan luas
lahan sampel 200 m2. Mahasiswa berperan untuk memberikan konsep tentang
pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan sedangkan petani yang
menjalankan konsep tersebut dilahan pertanian mereka sesuai dengan komoditas
yuang biasa ditanam.. Teknik-teknik yang dikembangkan oleh petani yang sesuai
dengan prinsip sistim pertanian ramah lingkungan tetap diterapkan.
Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan adanya respon yang positif dari petani
terhadap teknologi yang diberikan. Selain itu terjadi peningkatan keragaman dan
populasi hayati dilingkungan lahan pertanaman yang sangat penting artinya bagi
daur alami bahan organik dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
secara alami. Produk pertanian yang dihasilkan memiliki citarasa yang lebih
enak.
Kata Kunci: degradasi, transfer, ramah lingkungan, berkelanjutan, mitra
PENDAHULUAN
Pertanian merupakan sektor yang esensial bagi kehidupan masyarakat
Indonesia. Sektor ini sangat tergantung pada kondisi alam dan faktor teknis atau
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh petani selama proses budidaya. Hal ini
menuntut adanya inovasi dalam teknik bercocok tanam dengan tetap
mempertahankan keselarasan alam.
Kendala yang sering dihadapi oleh petani terutama petani sayuran adalah
kendala teknis dan kendala alam (William 1993). Kendala-kendala yang bersifat
PKMM-1-3-2
teknis umumnya dapat ditanggulangi dengan aplikasi teknik tertentu dalam proses
budidaya tanaman. Akan tetapi kendala yang bersifat alam seperti iklim , suhu dan
cahaya tidak dapat sepenuhnya dihadapi sehinga membutuhkan teknologi yang
dapat memanipulasi iklim mikro tanaman.
Beberapa kondisi seperti kesuburan tanah yang relatif rendah pada suatu
lahan maupun adanya serangan hama dan penyakit terhadap tanaman sangat erat
kaitannya dengan teknik budidaya yang dilakukan oleh petani. Dalam setiap
tahapan produksi yang dilakukan petani umumnya menggunakan input kimiawi
dengan dosis tinggi baik dalam bentuk pupuk maupun pestisida. Hal ini
dilakukan secara berulang-ulang setiap masa tanam dan dosisnya semakin
meningkat dari waktu ke waktu.
Penggunaan input kimia dengan dosis yang tinggi dan jangka waktu yang
lama menyebabkan terjadinya akumulasi residu bahan kimia berbahaya di dalam
tanah dan berpotensi mencemari lingkungan. Fenomena lain yang timbul sebagai
akibat langsung dari penggunaan bahan kimia ini adalah menurunnya kualitas
fisika dan kimia tanah yang berdampak pada berkurangnya keragaman hayati dan
musuh alami organisme pengganggu tanaman serta munculnya hama-hama yang
resisten.Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kontribusi pupuk kimia
terhadap peningkatan populasi hama tertentu (Rosyid 2001).
Selain terjadinya degradasi lingkungan, residu bahan kimia tersebut juga
terakumulasi di dalam jaringan tanaman dan tetap bertahan sampai dikonsumsi
oleh manusia. Oleh karena itu konsumsi terhadap sayuran maupun buah-buahan
yang mengandung residu bahan kimia berbahaya akan menyebabkan terjadinya
akumulasi bahan kimia tersebut di dalam tubuh manusia. Beberapa jenis pestisida
tertentu memiliki struktur kimia yang sangat kuat dan tidak dapat diuraikan
didalam tubuh manusia sehingga dapat bertahan selama bertahun-tahun. Hal ini
sangat beresiko meracuni tubuh manusia dan merusak organ-organ penting di
dalamnya serta berpotensi merangsang terbentuknya sel-sel kanker.
Adanya dampak negatif dari penggunaan bahan kimia ini disadari oleh
petani. Hal ini terlihat dari keadaan lahan pertanaman yang semakin keras struktur
tanahnya sehingga semakin sulit diolah. Akibatnya petani membutuhkan input
berupa pemupukan yang semakin tinggi agar produksi dapat dipertahankan.
Keadaan ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang harus dikeluarkan
oleh petani. Selain itu dampak lain yang terjadi adalah menurunnya jumlah biota
tanah yang hidup di areal pertanaman dibandingkan sebelumnya.
Terjadinya penurunan kualitas lingkungan dan pencemaran terhadap
produk-produk yang dihasilkan akibat penggunaan bahan kimia secara berlebihan
terjadi karena kurangnya informasi yang dimiliki petani tentang cara bercocok
tanam yang benar dan berkelanjutan. Petani belum mengetahui cara
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari ekosistem yang ada dilahan
pertanian mereka. Akibatnya banyak komponen lingkungan yang bermanfaat
tanpa sengaja justru dibuang sementara komponen yang berbahaya justru
dipertahankan.
Perkembangan dunia pengetahuan yang semakin pesat dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya makanan sehat menghendaki produk-produk
pertanian yang bebas dari residu bahan kimia berbahaya. Dinamika ini mendorong
upaya-upaya untuk menghasilkan inovasi-inovasi dalam teknik budidaya yang
berorientasi pada kualitas hasil tanpa mengesampingkan keselarasan lingkungan.
PKMM-1-3-3
Teknik ini sering dikenal dengan Ekofarming atau sistem pertanian yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan (Zulkarnain. 2000).
Ekofarming atau sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan
merupakan suatu cara bertani yang mengandalkan pada berimbangnya siklussiklus yang berlangsung di dalam sebuah ekosistem. Dalam sistem ini penggunaan
input kimiawi sangat dibatasi atau tidak digunakan sama sekali. Peran
dekomposer-dekomposer yang hidup di dalam tanah sangat penting artinya dalam
proses penguraian bahan-bahan organik yang sangat bermanfaat untuk
memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah. Selain itu adanya musuh-musuh alami
organisme pengganggu tanaman baik berupa predator maupun sifat tertentu dari
tanaman merupakan potensi yang dapat dikembangkan untuk pengendalian hama
dan penyakit tanaman.
Keberhasilan dari sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan
tidak terlepas dari ketersediaan air bagi tanaman. Sebagai komponen penyusun
terbesar dari jaringan tanaman, air sangat berpengaruh terhadap proses
metabolisme dalam sel tanaman. Pemenuhan kebutuhan tanaman terhadap unsur
hara sebagian besar diperoleh dari air. Selain itu air juga berperan penting untuk
mempertahankan kelembaban dan suhu yang optimum bagi tanaman.
Ketersediaan air yang cukup bagi tanaman sangat berpengaruh terhadap
produksi atau hasil (Ashari 1995). Dalam kondisi air mencukupi laju transpirasi
akan seimbang dengan laju absorsbsi. Pada saat itu sel-sel penjaga dan sel-sel
disekitarnya akan mengembang sehingga stomata terbuka. Sebagai akibatnya CO2
berdifusi kedalam daun dan laju fotosintesis meningat. Laju fotosintesis yang
tinggi pada siang hari dan laju respirasi berjalan normal menghasilkan
ketersediaan karbohidrat untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut Lakitan (1995) adanya keseimbangan antara fase vegetatif dan generatif
akan menghasilkan produksi tinggi. Oleh karena itu dalam pelaksanaan sistem
pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan , faktor pemenuhan air sangat
penting disamping pemanfaatan sumber daya alam secara optimal. Cara
pemberian air yang tepat akan menentukan terpenuhinya kebutuhan air bagi
tanaman. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah metode trickle (metode
tetes). Pada metode trickle atau drip ini air diberikan secara perlahan namun
sering pada zona perakaran. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa tanaman
tidak kekurangan air sehingga dapat tumbuh dengan cepat bila faktor lain
terpenuhi.
Inovasi-inovasi tersebut harus diterapkan ditingkat petani. Pada umumnya
dalam menerima suatu masukan teknologi baru petani menghendaki adanya bukti
yang nyata dan informasi secara menyeluruh. Salah satu cara yang dapat
dilakukan adalah melaui kemitraan antara akademisi dan petani. Dalam proses
kemitraan ini petani dan akademisi mempraktekkan teknologi tersebut bersamasama. Pada tahap selanjutnya petani mitra dapat menyampaikan pada petani lain
dengan bahasa yang lebih mudah diterima oleh petani. Hal ini juga dipengaruhi
oleh sifat umum petani yang lebih mudah menerima teknologi baru melalui petani
lain yang sudah melakukannya.
Agar pencapaian sasaran kegiatan dapat lebih terfokus maka masalah yang
akan diuraikan dibatasi pada beberapa permasalahan. Permasalahan yang
dirumuskan meliputi pemilihan lokasi yang tepat, luas lahan sampel yang akan
digunakan dan mengidentifikasi berbagai kekuatan, kelemahan, ancaman serta
PKMM-1-3-4
daya dukung lahan yang digunakan. Selain itu pemilihan teknologi yang tepat
merupakan permasalahan penting yang harus di jawab melalui pelaksanaan
kegiatan ini.
Tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan ini diarahkan
kepada mahasiswa dan petani pelaksana. Beberapa hal yang ingin dicapai adalah
mengembangkan kreativitas dan kemampuan komunikasi mahasiswa dengan
petani. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk
pertanian dan sebagai bentuk pengabdian mahasiswa terhadap perkembanagn
pertanian.
Pelaksanaan kegiatan juga dapat memberikan manfaat dimasa mendatang.
Penerapan sistem pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan ini akan
meningkatkan kualitas produk dan kualitas lahan. Selain itu sistem pertanian in
tidak tergantung pada pestisida sintetik dan pupuk buatan sehingga biaya lebih
murah dan produksi dapat dilakukan sepanjang tahun. Dengan demikian bertani
akan semakin mudah dan menyenangkan. Bagi petani sendiri adanya hubungan
personal yang dekat akan memudahkan mereka untuk menerima masukan
teknologi baru.
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan utama yaitu
tahap persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir atau tahap pengumpulan hasil.
Sebagai tahapan awal dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilakukan dan
berperan penting adalah tahap persiapan. Pelaksanaan persiapan kegiatan ini
dilakukan melalui kegiatan observasi yang bertujuan untuk mengkaji segala
potensi, ancaman, kekuatan dan kelemahan yang ada dilapangan sehingga dapat
ditentukan teknik yang tepat untuk penerapannya.
Observasi dilapangan dilakukan selama satu minggu. Informasi-informasi
yang dikumpulkan meliputi;
1. Observasi pasar
2. Respon petani mitra terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Sistem pertanian yang dilakukan petani
4. Sejarah lahan meliputi lamanya diusahakan dan komoditas yang pernah
ditanam
5. Letak Geografis Lahan sampel
6. Sumber air untuk pengairan dan sumber bahan organik dan mulsa alami
disekitar lahan yang bisa dimanfaatkan.
7. Identifikasi keragaman hayati di lahan sampel meliputi hewan atau tumbuhan
yang berguna dan yang berbahaya bagi ekosistem.
8. Kondisi sekitar lahan sampel seperti jenis tanaman yang dibudidayakan dan
kemungkinan terjadinya penyebaran hama dan penyakit.
9. Keadaan fisik dan kimia tanah.
Pelaksanaan observasi ini dilakukan di lahan milik kelompok tani Makmur
Jaya yang berada di Kelurahan Kenali Asam bawah Kecamaatn Kota Baru Jambi
dengan luas lahan sampel 200m2.
Informasi yang dibutuhkan ini diperoleh melalui hasil observasi ini dikumpulkan
melalui beberapa metode. Beberapa metode yang digunakan meliputi:
1. Observasi Lapangan
PKMM-1-3-5
PKMM-1-3-6
PKMM-1-3-7
PKMM-1-3-8
PKMM-1-4-1
PENGUATAN KELEMBAGAAN LOKAL DENGAN MODEL COMANAGEMENT DALAM RANGKA MENUJU PENGELOLAAN
PERIKANAN BERKELANJUTAN DI KECAMATAN PANIMBANG,
KABUPATEN PANDEGLANG
Kastana Sapanli, Aprianty, Gustav M. Irsyad , M. Firdaus, Bambang Budiansyah
PS Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor
ABSTRAK.
Sumber daya hayati perikanan dan kelautan di Indonesia sudah mengalami
kerusakan yang sangat parah. Ekosistem terumbu karang yang merupakan
ekosistem penting sebagai nursery ground, spawning ground dan feeding ground
hanya tinggal 6,48% kondisinya dalam keadaan baik. Kerusakan ini disebabkan
maraknya penangkapan ikan yang dilakukan nelayan yang menggunakan alat
tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti bom dan racun potasium.Kondisi
inilah yang melatarbelakangi perlunya usaha pengelolaan sumber daya yang
berbasis lingkungan dan mencapai kelestarian. Semua stakeholders yang terkait
baik pemerintah dan masyarakat harus melakukan kerja sama (Co-Management)
dalam melakukan usaha konservasi ini agar kegiatan konservasi terumbu karang
dapat berhasil dengan baik.Lembaga Daerah Perlindungan Laut Berbasis
Masyarakat (DPL-BM) adalah suatu lembaga yang dikelola oleh masyarakat
sekitar dan didukung oleh pemerintah. Lembaga inilah yang diharapkan mampu
mengatasi kerusakan terumbu karang yang terjadi diperairan Indonesia. Akan
tetapi, lembaga DPL-BM di Desa Tanjung Jaya ini masih menghadapi banyak
kendala dalam melaksanakan tugasnya. Kurangnya keprofesionalisme dalam
pengelolaan organisasi, kurangnya insentif pengurus lembaga dan masih
lemahnya landasan hukum adalah faktor utama yang menyebabkan kinerja
lembaga ini masih belum optimal. Melalui metode PRA (Participatory Rural
Appraisal) ditemukan permasalahan dan solusi untuk mengatasi kendala yang
dihadapi lembaga tersebut. Permasalahan kurangnya keprofesionalismean
pengurus dapat diatasi dengan pelatihan tentang manajemen organisasi dan
pembimbingan tentang dasar-dasar kepemimpinan. Insentif bagi pengelola dapat
diatasi dengan bantuan dari pemerintah daerah berupa alat tangkap dan perahu
serta dana operasional bagi pengelola agar mereka memiliki sumber penghasilan
dengan menangkap ikan sekaligus melakukan pengawasan terhadap kawasan
konservasi. Landasan hukum yang ada berupa PERDES hanya berlaku bagi
penduduk Desa Tanjung Jaya sedangkan nelayan dari desa lain masih melakukan
penangkapan di kawasan konservasi, sehingga aturan yang ada tidak bersifat
menyeluruh. Oleh karena itu diperlukan suatu PERDA yang dikeluarkan oleh
Pemprov. Naskah akademik PERDA ini sedang disusun oleh tim pelaksana PKM
yang akan serahkan ke Dinas Kelautan dan Perikanan Banten dalam bentuk
Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA).
Kata kunci : Terumbu Karang, Co-Management, DPL-BM, PRA,RAPERDA.
PKMM-1-4-2
PENDAHULUAN
Pengelolaan sumber daya perikanan (fisheries management) merupakan
upaya penting dalam menjaga kesinambungan sumberdaya (sustainability). Hal
ini bertujuan agar sumberdaya perikanan yang ada tidak hanya dinikmati oleh
generasi sekarang, tetapi juga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Namun demikian, pengelolaan sumberdaya perikanan selama ini bersifat terpusat
(centralized government management/CGM), yang mempunyai andil besar dalam
kehancuran sumberdaya.
Beberapa hal yang mencirikan terjadinya pola CGM dalam pengelolaan
sumberdaya perikanan diantaranya, yaitu kebebasan akses dan pemanfaatan
sumberdaya alam yang berstatus publik akan menyebabkan degradasi pada
sumberdaya (overfishing) sehingga menyebabkan masalah besar yang ditanggung
bersama. Sementara itu, kebijakan pembangunan dan pengelolaan yang dibuat
oleh pemerintah pusat membutuhkan waktu yang lama untuk disosialisasikan,
diketahui dan dilaksanakan oleh pemerintah atau masyarakat di tingkat desa.
Konflik sosial kerap terjadi akibat implementasi program kerja pusat tidak sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan daerah. Rendahnya pengawasan karena
terbatasnya aparat dan sangat luasnya daerah yang harus diawasi menyebabkan
terjadinya kelebihan eksploitasi sumberdaya perikanan (over fishing),
berlanjutnya praktik illegal fishing seperti penggunaan alat tangkap yang
mengunakan bom, potasium sianida dan sejenisnya yang merusak lingkungan
(Solihin, 2002).
Bukti kerusakan sumberdaya perikanan dan kelautan akibat kebijakan di
masa lalu tercermin oleh menurunnya luasan ekosistem terumbu karang dan
mangrove yang berfungsi sebagai daerah asuhan (nursery ground), mencari
makan (feeding ground) dan tempat memijah (spawning ground). Berdasarkan
hasil penelitian Coral Reef Rehabilitation and Management Project (COREMAP)
tahun 2001, luas terumbu karang Indonesia diperkirakan lebih kurang 85.707 km2,
namun, 42,59% kondisinya sudah rusak berat, 28,39% dalam keadaan rusak,
22,53% masih baik dan hanya tinggal 6,48% kondisinya masih sangat baik.
Kerusakan tersebut terjadi juga pada ekosistem mangrove yang mengalami
penurunan luas area. Pada tahun 1982 terdapat 5.209.543 Ha area hutan magrove
menjadi 3.235.700 Ha pada tahun 1987 dan tahun 1993 tinggal 2.496.185 Ha
(Diposeptono 2001 diacu dalam Maryo 2005).Dampaknya adalah turunnya
produksi perikanan tangkap, semakin kecilnya ukuran ikan yang tertangkap,
semakin jauhnya daerah penangkapan (fishing ground). Hal ini mendorong
meningkatnya biaya produksi sehingga mengurangi rente sumberdaya (resource
rent) yang menyebabkan rendahnya pendapatan nelayan khususnya nelayan skala
kecil.
Selanjutnya, isu pengelolaan sumberdaya perikanan mulai diperhatikan.
Hal ini karena orang makin sadar bahwa sumberdaya perikanan jika tidak dikelola
dengan baik akan terancam kelestariannya. Salah satu aspek penting dalam kajian
sosial seputar pengelolaan sumberdaya perikanan adalah pelaku-pelaku yang
terlibat dalam proses pengelolaan sumberdaya tersebut. Pelaku-pelakunya terdiri
atas pemerintah (Government Based Management), masyarakat (Community
Based Management) atau kerjasama diantara keduanya (Co-Management) (Satria,
2002).
PKMM-1-4-3
PKMM-1-4-4
PKMM-1-4-5
a. FGD (Focus Group Discussion) atau diskusi kelompok terarah, untuk menggali
informasi sebanyak-banyaknya, membahas persoalan yang terjadi diantara
kelompok masyarakat.
b. Analisis pola keputusan, untuk kesepakatan dalam pembentukan lembaga lokal
yang diharapkan mendapat dukungan pemerintah daerah melalui PERDA.
Manajemen Pelaksanaan Keputusan
Implementasi perencanaan partisipatif dengan subjek masyarakat sebagai
peran utama yang mengelola perencanaan mulai dari tahap identifikasi masalah
dan kebutuhan, identifikasi potensi lokal, pendayagunaan sumber-sumber lokal,
penyusunan dan pengusulan perencana hingga evaluasi dari mekanisme
perencanaan. Dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai pihak yang memfasilitasi
upaya peningkatan aksesibilitas terhadap sumber-sumber lokal yang dibutuhkan.
Monitoring dan Evaluasi Partisipatif
Dalam hal ini mahasiswa berperan sebagai evaluator eksternal untuk
melihat gambaran perkembangan lembaga tersebut melalui rancangan metode
evaluasi partisipatif, teknik dan prosedur, instrumen pengumpulan data ,
pengolahan dan analisis data serta pelaporan. Hal ini dapat dilihat dengan
menggunakan indikator keberhasilan dari dua dimensi, yaitu :
a) Aktualisasi diri, mencakup ekspresi diri tiap masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan dan internalisasi penilaian yang merupakan hasil ekspresi
diri yang dihargai dan dijadikan pertimbangan keputusan lembaga tersebut.
b) Ko-aktualisasi eksistensi, menunjukkan adanya aktualisasi bersama antar
lembaga, masyarakat dan pemerintah yang berimplikasi pada eksistensi lembaga
dalam mengatasi permasalahan pengelolaan sumberdaya.
HASIL
Populasi penduduk di Desa Tanjung Jaya sebanyak 5.898 jiwa, terdiri atas
2.973 jiwa laki-laki dan 2.925 jiwa perempuan atau sebanyak 1.180 Kepala
Keluarga. Tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,80% per tahun.
dengan total luas wilayah 3.301 Ha dan luas lahan pemukiman 60 Ha. Jumlah
penduduk sebanyak 5.898 jiwa, maka dapat diartikan bahwa desa Tanjung Jaya
memiliki kepadatan bruto sebesar 1,79 jiwa per Ha dan kepadatan netto sebesar
93,80 jiwa per Ha. Kepadatan ini masih dapat dikategorikan belum padat dan
masih sangat dimungkinkan pengembangan kegiatan yang berkaitan dengan
bidang kependudukan.
Usia penduduk Desa Tanjung Jaya didominasi penduduk dengan usia
antara 14-25 tahun yaitu 2.481 jiwa (42,07%) atau dengan kata lain usia muda
yang mulai produktif, menduduki tempat tertinggi dalam struktur kependudukan.
Secara jelas pembagian penduduk menurut usia dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pembagian Penduduk Menurut Usia
Usia
Tingkat Usia
Jumlah
109
142
118
2.481
1,85
2,41
2,00
42,07
(jiwa)
0-1
2-5
6-13
1425
Bayi
Anak
Anak usia sekolah
Remaja
PKMM-1-4-6
26-
1.973
2,00
41-
875
2,41
>60
Jumlah
200
5.898
0,33
100
40
60
Presentase (%)
Petani
70,77
Nelayan
14,74
Wiraswasta
3,53
Buruh
2,06
Pedagang
1,17
Pagawai negeri
1,23
Pengangguran
6,5
Jumlah
100%
Faktor Eksternal
Sosialisasi
DPL
yang
belum
sepenuhnya sampai ke masyarakat, bisa
berpotensi terjadi pelanggaran DPL dengan
alasan tidak tahu
PKMM-1-4-7
disiplin
pengelola
yang
PKMM-1-4-8
PKMM-1-4-9
Sebelum DPL-BM
Sesudah DPL-BM
Keterangan
Rendah
Tinggi
Belum
terkoordinir
Tidak ada
PERDES
Belum
optimal
- Peraturan
Konflik
Ada
Tidak Ada
Ada
Perlu adanya
PERDA
PKMM-1-4-10
PKMM-1-4-11
PKMM-1-5-1
ABSTRAK
Mayoritas guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang mempunyai kemampuan mendongeng yang tidak variatif dan tidak
menarik. Hal ini terlihat dari penguasaan teknik mendongeng yang dimiliki oleh
para gurunya terbatas pada mendongeng secara lisan dan membacakan dongeng.
Untuk itu, tujuan jangka pendek kegiatan ini adalah memberikan bekal secara
teoretis tentang bermacam-macam teknik mendongeng dan cara mendongengkannya sedangkan tujuan jangka panjang adalah memotivasi guru TK agar
menggunakan teknik mendongeng untuk mengajarkan budi pekerti pada anak
didiknya dan tersirat harapan agar guru TK melalui aktivitasnya dapat ikut
melestarikan nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam sebuah dongeng.
Kegiatan ini dilakukan dengan waktu tiga bulan yang terhitung mulai dari
Agustus 2005 sampai dengan Oktober 2005 di TK se-Kecamatan Gunungpati.
Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan tiga tahap, yaitu : (1) tahap
prakegiatan, (2) tahap pelaksanaan kegiatan, dan (3) tahap pascakegiatan. Hasil
yang dicapai dalam kegiatan ini adalah kemampuan mendongeng guru TK di
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang dapat ditingkatkan dengan cara
mengadakan pelatihan mendongeng dan melakukan latihan dasar setiap saat
meskipun secara mandiri. Pelatihan mendongeng diberikan untuk menambah
pengetahuan tentang teori mendongeng dan praktik cara penerapan masingmasing jenis mendongeng. Latihan dasar sangat berguna dalam pembentukan
karakter tokoh dalam dongeng yang dibawakannya. Selanjutnya, cara memotivasi
guru TK di Kecamatan Gunungpati agar memanfaatkan mendongeng sebagai
teknik penyampaian nilai-nilai budi pekerti kepada anak didiknya adalah dengan
memberikan pemahamam bahwa dengan mendongeng anak-anak TK dapat
banyak belajar nilai-nilai budi pekerti pesan atau amanat yang digambarkan oleh
masing-masing tokoh dalam dongeng. Selain itu, para guru TK juga dapat
disejajarkan dengan orang yang masih eksis melestarikan budaya tradisional,
yakni budaya mendongeng.
Kata Kunci : kemampuan mendongeng, taman kanak-kanak
PENDAHULUAN
Mayoritas guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang mempunyai kemampuan mendongeng yang tidak variatif dan tidak
menarik. Hal ini terlihat dari penguasaan teknik mendongeng yang dimiliki oleh
para gurunya terbatas pada mendongeng secara lisan dan membacakan dongeng.
Sementara teknik mendongeng yang lain, seperti mendongeng dengan papan
fanel, mendongeng dengan gambar, dan mendongeng dengan boneka, tidak
PKMM-1-5-2
mereka kuasai. Dengan kemampuan mendongeng tersebut menyebabkan anakanak TK di Kecamatan Gunungpati tidak menyukai dongengan gurunya. Mereka
lebih memilih aneka ragam hiburan baik yang ada di televisi ataupun di tempattempat lain yang lebih menarik baginya. Padahal, mendongeng merupakan salah
satu metode terpenting yang banyak digunakan dalam proses belajar mengajar di
TK.
Penggunaan metode mendongeng pada anak-anak TK memberikan
pengalaman belajar bagi anak-anak dengan membawakan cerita-cerita yang di
dalamnya terdapat pesan dan kesan moral baik tersirat maupun tersurat. Untuk itu,
metode mendongeng masih banyak digunakan oleh para guru TK Kecamatan
Gunungpati Kota Semarang.
Menurut hasil beberapa penelitian, secara umum anak lebih menyukai
dongeng. Hal ini dapat ditunjukkan dengan banyaknya buku-buku cerita anak di
pasaran yang banyak dikonsumsi masyarakat luas. Jika dikaitkan dengan
kenyataan di beberapa TK se-Kecamatan Gunungpati, maka terlihat adanya
perbedaan pandangan mengenai mendongeng.
Berangkat dari temuan kondisi guru TK di Kecamtan Gunungpati, rumusan
masalah dalam kegiatan ini adalah cara meningkatklan keterampilan mendongeng
yang variatif dan cara memotivasi guru TK di Kecamtan Gunungpati agar
memanfaatkan mendongeng sebagai teknik penyampaian nilai-nilai budi pekerti
kepada anak didiknya.
Tujuan kegiatan dalam pengabdian ini ada dua macam, tujuan jangka
pendek dan jangka panjang. Tujuan jangka pendek kegiatan ini adalah
memberikan bekal secara teoretis tentang bermacam-macam teknik mendongeng
sebagai teknik pengajaran di TK dan cara mendongeng itu sendiri. Tujuan jangka
panjang adalah memotivasi guru TK agar menggunakan teknik mendongeng
secara benar untuk mengajarkan budi pekerti pada anak didiknya dan
meningkatkan keterampilan mendongengmembaca dongeng, mendongeng
secara lisan, mendongeng dengan papan fanel, mendongeng dengan gambar, dan
mendongeng dengan bonekabagi guru TK di kecamatan Gunungpati kota
Semarang. Selain itu, dalam tujuan jangka panjang ini, juga tersirat harapan agar
guru TK melalui aktivitasnya dapat ikut melestarikan nilai-nilai tradisional yang
ada melalui dongeng-dongeng yang disampaikan.
Ada dua manfaat yang dapat diperoleh melalui kegiatan ini, yaitu manfaat
bersifat teoretis dan manfaat bersifat praktis. Manfaat teoretisnya yaitu dapat
meningkatkan pemahaman pada teori-teori mendongeng, baik bagi mahasiswa
yang melakukan pengabdian maupun guru TK yang menjadi sasaran pengabdian
ini. Selain itu, kegiatan ini juga dapat dipakai sebagai sarana pengembangan ilmu,
dalam hal ini yang berkaitan dengan ilmu mendongeng, seperti penahaman
berbagai jenis mendongeng dan berbagai sarana yang dibutuhkan dalam
mendongeng. Manfaat praktisnya yaitu dapat meningkatkan kemampuan
mendongeng para guru TK di kecamatan Gunungpati kota Semarang, dapat
memotivasi para guru untuk menngkatkan kemampuan mendongengnya sekaligus
mengguankanannya sebagai teknik pengajaran disekolah sesuai dengan hakikat
mendongeng yang sangat variatif.
PKMM-1-5-3
METODE PENELITIAN
Kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan membutuhkan waktu tiga bulan
yang terhitung mulai dari Agustus 2005 sampai dengan Oktober 2005 di TK seKecamatan Gunungpati. Pelaksanaan kegiatan tersebut dilakukan dengan tiga
tahap, yaitu : (1) tahap prakegiatan, (2) tahap pelaksanaan kegiatan, dan (3) tahap
pascakegiatan. Pada tahap prakegiatan, kegiatan yang dilakukan terdiri atas
orientasi pendahuluan dan persiapan pelatihan. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap pelaksanaan kegiatan meliputi pengambilan gambar kemampuan
mendongeng tahap I (sebelum diberikan pelatihan), pelatihan mendongeng,
pemantauan, dan dilanjutkan dengan pengambilan gambar kemampuan
mendongeng pada tahap II (setelah diberikan pelatihan). Kemudian, pada tahap
pascakegiatan dilakukan evaluasi. Keseluruhan rangkaian pelaksanaan kegiatan
tersebut dapat dilihat pada gambar 1 di bawah.
Prakegiatan
Pascakegiatan
Pelaksanaan Kegiatan
PKMM-1-5-4
dan TK Pertiwi 48 Pongangan. Kegiatan ini dilakukan pada minggu III Agustus
2005.
Pelatihan mendongeng dilaksanakan dengan cara pemberian materi,
pelatihan, dan praktik langsung. Pada pemberian materi, peserta dikumpulkan
dalam satu tempat untuk diberikan informasi tentang pengertian mendongeng,
perbedaan mendongeng dan bercerita, jenis mendongeng, cara mendongeng yang
sesuai untuk anak TK, dan teknik mendongeng untuk masing-masing jenis
mendongeng. Keseluruhan kegiatan pemberian materi ini dilakukan dengan cara
brainstorming dan diskusi.
Pada tahap pelatihan, peserta (1) dihadapkan pada contoh mendongeng yang
baik dilakukan oleh pendongeng profesional, (2) diberi kesempatan untuk
berdialog atau tanya jawab dengan pendongeng yang menjadi model dalam
pelatihan, (3) diajak berdiskusi dan tukar pikiran kaitannya dengan upaya
pemahaman teknik mendongeng dan praktik mendongeng. Tahap pelatihan ini
dilakukan dengan cara demonstrasi. Pada tahap praktik langsung, peserta diberi
kesempatan untuk praktik mendongeng di hadapan anak-anak TK. Cara yang
sesuai dengan tahap praktik langsung adalah penugasan. Metode penugasan ini
terbagi dalam dua tingkatan, yaitu penugasan berkaitan dengan pelatihan
mendongeng dan penugasan yang berkaitan dengan praktik mendongeng secara
langsung di hadapan anak-anak TK. Kegiatan pelatihan mendongeng ini
dilaksanakan pada minggu IV Agustus 2005, yaitu tanggal 27 Agustus 2005 yang
diadakan di SD Negeri 01 Sekaran Gunungpati.
Setelah pelatihan mendongeng, tahap kegiatan selanjutnya adalah
pemantauan. Kegiatan pemantauan ini dilakukan bertujuan untuk melihat
implementasi teknik mendongeng yang diperoleh oleh para guru TK dari
pelatihan mendongeng. Lama pelaksanaan kegiatan ini adalah satu bulan, yakni
pada bulan September 2005. Kemudian, pengambilan gambar kemampuan para
guru TK pada tahap II baru dilakukan dengan tempat tujuan sesuai pada
pengambilan gambar kemampuan mendongeng tahap I. Kegiatn ini dilaksanakan
pada minggu I Oktober 2005.
Sebagai kegiatan pascakegiatan, tahap evaluasi mempunyai peranan yang
strategis dalam menilai keberhasilan kegiatan pengabdian ini. Kegiatan ini
dilakukan pada minggu II oktober 2005. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan
pengabdian ini dapat dilihat pada tabel 1 di bawah.
PKMM-1-5-5
Hari, Tanggal
Minggu I
Agustus 2005
Kegiatan
Orientasi Pendahuluan
Minggu II
Agustus 2005
Minggu III
Agustus 2005
Persiapan Pelatihan
Minggu IV
Agustus 2005
Minggu IIV
September 2005
Pelatihan Mendongeng
Minggu I
Oktober 2005
Pengambilan
Sampel
kemampuan
mendongeng tahap II
7.
Minggu II
Oktober 2005
Evaluasi
2.
3.
4.
5.
Pengambilan
Sampel
kemampuan
mendongeng tahap I
Pemantauan Hasil
Pelatihan
Tempat
a. Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan
Gunungpati
b. IGTKI Kec. Gunungpati
c. TK se-Kecamatan Gunungpati
UNNES
a. TK Pertiwi 1 Sumur Jurang
b. TK Pertiwi 37 Gunungpati
c. TK pertiwi 44 Sukorejo
d. TK Pertiwi 48 Pongangan
SD Negeri 1 Sekaran Gunungpati
a. TK Pertiwi 1 Sumur Jurang
b. TK Pertiwi 37 Gunungpati
c. TK pertiwi 44 Sukorejo
d. TK Pertiwi 48 Pongangan
a. TK Pertiwi 1 Sumur Jurang
b. TK Pertiwi 37 Gunungpati
c. TK pertiwi 44 Sukorejo
d. TK Pertiwi 48 Pongangan
UNNES
PKMM-1-5-6
PKMM-1-5-7
PKMM-1-5-8
PKMM-1-6-1
PKMM-1-6-2
PKMM-1-6-3
dan model reklamasi sistem pembelukaran. Alat yang digunakan adalah karung,
bibit-bibit tanaman dan bahan yang digunakan berupa pupuk kandang dan NPK.
Langkah yang kelima adalah monitoring secara rutin berkala dan evaluasi
hasil setiap terjadi perkembangan. Hal ini sangat terkait dengan kemampuan
pemeliharaan. Pemeliharaan yang baik adalah yang teratur sesuai dengan
kebutuhan. Dilakukan pada tanggal 21 April 2006 hingga awal Juni, dengan
menggunakan alatalat teknis berupa, kamera digital, alat tulis, dan blangko
pengamatan.
a.
b.
PKMM-1-6-4
PKMM-1-6-5
KESIMPULAN
Model reklamasi sistim pembelukaran adalah sistim yang paling murah,
mudah, cepat dan efisien pada lahan kritis bekas galian guna bahan baku bata
merah. Diharapkan masyarakat mencontoh model yang ada untuk kemudian
diterapkan pada lahan miliknya masing-masing agar lahan dapat produktif
kembali.
DAFTAR PUSTAKA
1) Bale, Anwar. 1992. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press : hlm
48 & 96-97.
2) Cahyono, Agus. 1997. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press :
hlm 41.
3) Tjitrosoepomo, 1977. Ilmu Tanah Hutan. Universitas Gadjah Mada Press :
hlm 11.
PKMM-1-7-1
PKMM-1-7-2
Tujuan program
1. Meningkatkan kemampuan Proses Belajar Mengajar guru pendidikan jasmani
Sekolah Dasar di Daerah Banjarnegara di dalam menyampaikan materi
pelajaran melalui pembelajaran Keterampilan Proses.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru-guru pendidikan jasmani di
Daerah Banjarnegara mengenai metode pembelajaran Keterampilan Proses.
3. Meningkatkan kreativitas guru-guru pendidikan jasmani di Daerah
Banjarnegara di dalam memilih metode pembelajaran Keterampilan Proses.
Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah guru-guru pendidikan
jasmani Sekolah Dasar mampu mengelola proses belajar mengajar melalui metode
pengajran Keterampilan Proses dengan baik dan benar, sehingga dapat
memperkaya materi pelajaran anak Sekolah Dasar yang dapat memacu
pertumbuhan dan perkembangannya.
Kegunaan Program
Setelah diadakan pelatihan ini Guru guru pendidikan jasmani Sekolah
Dasar, di harapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan serta kreativitas
dalam mimilih dan menyampaikan materi melalui pengajaran Keterampilan
Proses kepada siswa, sehingga terjadi peningkatan kualitas Proses Belajar
Mengajar Sekolah Dasar khususnya di daerah Banjarnegara.
PKMM-1-7-3
METODE PENDEKATAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah pokok dalam kegiatan pelatihan dan pembaharuan dalam
pendidikan dan pengajaran dengan cara mengajar melalui keterampilan proses
bagi guru-guru Penjas Sekolah Dasar di daerah Banjarnegara adalah luasnya
Wilayah Sehingga kesulitan dalam transportasi. Selain itu yang menjadi masalah
pokok dalam program kreatifitas mahasiswa adalah perlunya diadakan kegiatan
pelatihan dan pembaharuan dalam pendidikan dan pengajran dengan cara
mengajar melalui keterampilan proses bagi guru-guru Pendidikan Jasmani
Sekolah Dasar didaerah Banjarnegara. Sebagai modal pembelajran bidang studi
Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar bagi guru-guru bidang studi Pendidikan
Jasmani di Daerah Banjarnegara.
Metode Pemecahan Masalah
Agar program penyelenggaraan ini dapat berjalan sebagaimana mestinya,
terutama masalah transportasi peserta, maka dengan kebijaksanaan kepala sekolah
yang terkait, dengan mengirimkan seorang peserta. Program penyelenggaraan ini
dilaksanakan dalam tiga hari, pada hari pertama tentang materi teori, hari ke dua
praktek mandiri dan hari ketiga evaluasi.
Tahapan Pelaksanaan
Bulan I
:
: 1.
2.
3.
4.
Bulan II
: 1.
2.
3.
Tahap persiapan
Menghubungi mitra kerja terkait
Pendaftaran peserta
Bulan III
: 1.
2.
3.
4.
5.
Tahap persiapan
Penyiapan materi
Praktikum/pelaksanaan pelatihan
Evaluasi
Evaluasi hasil/ pelaksanaan dan
menyusun hasil laporan.
PKMM-1-7-4
PKMM-1-7-5
Keterkaitan
Program pelatihan ini mempunyai keterkaitan dengan Departemen
Pendidikan
Nasional, Khususnya Dinas Pendidikan Kabupaten Banjarnegara,
dan Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar Se Kabupaten Banjarnegara.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kegiatan pelatihan ini merupakan penggabungan dan motivasi bagi Guru
Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar dalam Proses Belajar Mengajar. Guru dapat
mengembangkan sesuai dengan situasi alat dan kebutuhan Peserta Didik.
Pelatihan Pembaharuan meliputi variasi Strategi pembelajaran Pendidikan
Jasmani Sekolah Dasar, Perkembangan Motorik, Perkembangan Pesrta Didik,
Model dan Gaya Pembelajaran.yang selama ini belum mendapatkan pelatihan.
Lembaga terkait sangat terbantu adanya kegiatan ini karena dapat meningkatkan
keterlanjutan para guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar yang secara langsung
menangani siswa,terutama usia dini.
Saran
Kegiatan pelatihan ini diharapkan selalu di adakan setiap tahun dengan maksud
bisa mencakup semua Guru Pendidikan Jasmani di seluruh Daerah
Banjarnegara.Guru dapat menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang di
peroleh selama mengikuti pelatihan kedalam proses kegiatan belajar mengajar.
Sasaran pelatihan dapat di perluas kepada para pelatih dan pembina Olah raga
untuk anak-anak usia dini sehingga terjadi kesamaan Visi dan Misi.
DAFTAR PUSTAKA
Cece Wijaya. 1976. Tujuan Pendidikan,IKIP Bandung.
Conny Semiawan 1978. Keterampilan Proses,Balitbangdikbud Jakarta.
Nasution, S. 1983. Teknologi Pendidikan,Bandung.
Rijsdoorp, Klass. 1980. The Philosophi and Science of Motor Framework JJPE:
I (XVII) : 10-12,Spring.
Seaton, DO, dkk 1974. Physikal Education Hanbook. Preutice Hall, Inc
Englewood Cliffs.
Sukintaka. 1992. Teori Bermain. Jakarta :Depdikbud Dirjen. Dikti Proyek
Pengembangan LPTK.
PKMM-1-8-1
PKMM-1-8-2
METODE PENDEKATAN
Observasi
Metode observasi digunakan untuk mencari panti rehabilitasi sosial sebagai
objek pelaksanaan program. Berdasarkan hasil observasi, ditentukan bahwa yang
diambil sebagai obyek di sini yaitu Panti Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (PSBD)
Suryatama Bangil, Jawa Timur. Sebab, ini merupakan satu-satunya panti tuna
daksa di wilayah Jawa Timur.
Pemilihan obyek juga didasarkan pada hasil survey jumlah dan kondisi
tuna daksa yaitu dengan kriteria cacat tertentu (sedang dan berat) pada bagian
tangan atau kaki. Cacat sedang adalah kecatatan yang penderitanya dapat
melakukan sebagian kegiatan kehidupan sehari-hari. Sedangkan, cacat berat tidak
dapat melakukan sebagian besar aktivitas kehidupannya (Hertanto, 2003). Selain
itu, metode ini juga digunakan dalam rangka mencari obyek kerja praktik tuna
daksa. Dalam hal ini, ditentukan Usaha Konveksi Dua Bersaudara, Bangil,
Pasuruan sebagai obyek kerja praktik.
Studi Literatur
Studi ini bertujuan untuk memperoleh dan memahami tentang berbagai
macam konsep pembinaan, data-data kondisi tuna daksa pada panti sosial serta
kurikulum berkaitan dengan bidang penjahitan. Hasil dari studi ini dijadikan
bahan pertimbangan untuk menyusun deskripsi program.
Pengambilan Peserta
Pada program kreativitas mahasiswa ini, diambil peserta tuna daksa yang
dikoordinasi oleh Panti Sosial Bina Daksa Suryatama yang berkedudukan di
Bangil, Jawa Timur. Program ini dikuti oleh 8 tuna daksa (Gambar 1) dengan
deskripsi diri sebagaimana tertera dalam Tabel 1.
PKMM-1-8-3
Tabel 1.
No
Nama
Tinggi
badan
(cm)
162
1 Agus
Efendi
2 Mashudi
19
Jombang
25
Probo
linggo
160
3 Akhmad
Junaedi
23
Kediri
153
4 Untung
Harianto
5 Wiwik Umi
Hanik
6 Munawaroh
17
167
23
Tenggalek
Nganjuk
149
28
Jember
155
7 Nunung
Rini Astuti
29
Jember
147
8 Mashuri
36
Tenggalek
130
Berat
Jenis
PenyeBadan
Kecacatbab
(kg)
an Tubuh Kecacatan
44
Parese kaki Sakit
kanan
54,5 Athropy kaki Sakit
kanan
panas
usia1
tahun
50,2 KontrakSejak lahir
tur
lengan
kanan
41
Tremor kedua Kecela
kaki
kaan
38
Kontrak-tur Penyakaki kiri
kit
47
Jari
tidak Sejak lahir
normal
45
Amputasi
Sejak lahir
tangan
dan
jari kanan
42,9
Lymde-fect
Sejak lahir
kedua
jari
tangan
Kadar
Kecacatan
Cacat
ringan
Cacat
ringan
Cacat
sedang
Cacat
ringan
Cacat
sedang
Cacat
sedang
Cacat
berat
Cacat
sedang
PKMM-1-8-4
melalui penyampaian profil para tuna daksa yang berhasil berkarya dan
berprestasi (motivasi potensi diri), motivasi kesempatan kerja, motivasi
produktivitas kerja, dan motivasi kemandirian dan kewirausahaan (Gambar 2).
Tahap ini lebih menekankan pada motivasi untuk bekerja dan berusaha hidup
secara mandiri. Tahapan ini kami lakukan satu hari awal pelaksanaan program,
selanjutnya dilakukan secara bertahap setiap 3 minggu sekali hingga program
berakhir.
Indikator keberhasilan tahap motivasi yaitu peserta menyenangi aktivitas
program, mampu mengaktualisasikan potensi dirinya dalam bidang penjahitan,
mampu memahami pentingnya motivasi diri, dan mampu bersosialisasi dengan
peserta lain.
Tahap Pengenalan Lahan
Pada tahap ini, tuna daksa dikenalkan pada ketrampilan tertentu dan
dipersilakan untuk mencoba jenis-jenis ketrampilan yang ditawarkan tersebut
sehingga nantinya dapat menemukan ketrampilan yang benar-benar sesuai dengan
minat dan kesenangannya (Gambar 3). Masa pengenalan ini dilaksanakan selama
satu minggu. Ada empat jenis ketrampilan yang kami tawarkan dalam program
kurikulum persiapan pembentukan kelompok usaha bersama (KUBE), yaitu
menjahit, bourdir, memasang hiasan pada bourdir dan desain bourdir.
Indikator keberhasilan tahap pengenalan lahan yaitu peserta program
mampu memahami berbagai bidang penjahitan, memiliki pengetahuan tentang
berbagai produk dan peralatan penjahitan, mampu menggunakan peralatan
penjahitan, serta memiliki konsistensi terhadap bidang penjahitan yang diminati.
Tahap Berproduksi
Setelah menemukan bidang minat masing-masing, tuna daksa diajari
teknik berproduksi secara keseluruhan mulai dari menciptakan, memproses
hingga menghasilkan suatu barang hingga sebulan dengan memberikan contoh
dan design dari pengajar (Gambar 4). Setelah itu, akan dilakukan uji kelayakan
dan nilai. Pengajar akan memberikan masukan dan solusi dari hasil yang dibuat.
Selanjutnya, tuna daksa akan dikerjapraktekkan selama maksimal 2 minggu pada
perusahaan mitra yang telah setuju untuk diajak kerjasama (Gambar 5). Bagian
tahapan ini akan berjalan sekitar satu setengah bulan (6 minggu).
Indikator keberhasilan tahap berproduksi yaitu peserta memiliki tingkat
produktivitas kerja cukup tinggi, memiliki prestasi kerja baik, memiliki kreativitas
berproduksi baik, dan kemampuan adaptasi di dunia usaha yang baik pula.
Produktivitas kerja adalah kemampuan peserta untuk menghasilkan produk
sebagaimana yang telah ditentukan. Prestasi kerja adalah kelayakan nilai produk
yang dihasilkan oleh peserta. Kreativitas berproduksi adalah kemampuan peserta
untuk menciptakan produk baru atau memodifikasi produk lama. Sedangkan
kemampuan adaptasi adalah kelayakan peserta untuk dijadikan tenaga kerja
(recommended atau non-recommended).
Tahap Kelayakan Kerja
Pada tahap ini, tuna daksa akan diberikan pembekalan materi
kewirausahaan yang meliputi manajemen usaha dan pemasaran sekembalinya dari
kerja praktek. Selain itu juga, tuna daksa diperkenalkan cara membentuk
PKMM-1-8-5
kelompok usaha bersama (KUBE). Tujuan tahap ini adalah memantapkan tuna
daksa sebagai pekerja yang siap diarahkan untuk mandiri. Tahapan ini akan
berjalan sekitar 2 minggu.
Indikator keberhasilan tahap kelayakan kerja yaitu peserta mampu
memahami materi kewirausahaan, memiliki pemahaman terhadap KUBE secara
definitif maupun aplikatif, memiliki pemahaman terhadap manajemen diri dan
KUBE, dan mempunyai kesiapan diri dalam membentuk KUBE.
Tahap Kemandirian
Dalam tahap ini, diharapkan sudah terbentuk kelompok usaha bersama
(KUBE) yang secara mandiri mampu beroperasi dan berdikari, lepas dari
ketergantungan terhadap orang lain. Selain itu, tuna daksa berpotensi disiapkan
sebagai senior yang akan memimpin dan mengelola kegiatan rumah tangga
produksi meliputi mengatur usaha, mengatur produksi, mengatur keuangan dan
menangani masalah biaya produksi serta mengupayakan pekerjaan yang lebih
variatif. Tahapan akhir program KUBE ini dilaksanakan selama 4 minggu.
Indikator keberhasilan tahap kemandirian yaitu peserta memiliki
konsistensi kerja baik, memiliki kemampuan manajemen diri dan KUBE baik,
memiliki kemampuan menyelesaikan masalah pribadi dan internal KUBE baik,
dan memiliki kemandirian kerja baik. Konsistensi kerja adalah kemampuan
peserta untuk melaksanakan tugas sebagaimana yang telah ditentukan secara
tepat. Sedangkan kemandirian kerja adalah kemampuan peserta untuk
menjalankan aktivitas KUBE secara independen dan lepas dari ketergantungan
terhadap pihak lain.
Analisis Hasil Pelaksanaan Program
Dalam pelaksanaan program ini, diadakan monitoring kemajuan peserta
dan orientasi program agar mendapatkan luaran yang diharapkan, yaitu perubahan
pola pikir, sikap dan karakter tuna daksa untuk lebih menghargai dan mengerti
akan potensinya, terbentuknya keahlian dan ketrampilan dari potensi yang
dimiliki tuna daksa sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya. Program kurikulum pembinaan ini dapat diterapkan sebagai
pemberdayaan tuna daksa dalam mencari kesempatan kerja atau bahkan membuka
lapangan pekerjaan, tuna daksa yang dibina dapat menjadi trainer atau tenaga ahli
dan ketika kembali ke lingkungan panti sosial, mereka dapat membina dan
mengajarkan skill yang didapatkan kepada teman-temannya.
Monitoring yang dilakukan meliputi setiap tahap dan hasil monitoring
dijadikan bahan analisis, meliputi: rasa senang terhadap aktivitas, aktualisasi
potensi diri, pemahaman materi motivasi, semangat kerja dan kemandirian,
hubungan dengan peserta program lain (tahap motivasi), pemahaman terhadap
berbagai bidang penjahitan, pengetahuan tentang berbagai produk dan peralatan
penjahitan, kemampuan menggunakan peralatan penjahiatan, konsistensi terhadap
bidang penjahitan yang diminati (tahap pengenalan lahan), tingkat produktivitas
kerja, prestasi kerja, kreativitas berproduksi, kemampuan adaptasi di dunia usaha
(tahap berproduksi), pemahaman terhadap materi kewirausahaan, pemahaman
terhadap KUBE secara definitif maupun aplikatif, pemahaman terhadap
manajemen diri dan KUBE, kesiapan diri dalam membentuk KUBE (tahap
kelayakan kerja), dan konsistensi kerja, kemampuan manajemen diri dan KUBE,
PKMM-1-8-6
Observasi Data
(11-23 Feb 06)
Tahap Pengenalan
Lahan(14-16 Mar)
Evaluasi
(16 Mar)
Evaluasi
(7 Mei)
Tahap Motivasi
Awal(11-12 Mar)
Motivasi
Kesempatan Kerja
(30 April)
Magang
(1-6 Mei)
Tahap Kelayakan
Kerja (15-27 Mei)
Motivasi Akhir
Entrepreneurship
HASIL
(10DAN
Juni) PEMBAHASAN
Tahap Kemandirian
(29 Mei-17 Juni)
Motivasi
Produktivitas
Kerja (28 Mei)
5
64.6
76.4
81.6
PKMM-1-8-7
Nilai Rata-Rata
Untung H
Nunung Rini
Wiwik
Munawaroh
Akhmad Junaedi
Rata-rata Total
63.5
66.4
71
73
75.4
72
75
76.8
79.4
79.8
58.4
63
65
69.6
72.6
70.4
72
74.6
76
76.4
69.8
70
72.8
74.6
75.6
65.17857 67.48571 69.89286 72.18571 78.21429
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1
3
Motivasi ke-
PKMM-1-8-8
1
69,7
51,7
63,3
55,3
61,7
58
62,7
60
58,9357
5
79
60
74,7
63,7
70
67
70,7
70
67,9786
PKMM-1-8-9
70
rata-rata nilai
68
66
64
62
60
58
56
54
1
minggu ke
PKMM-1-8-10
Nama
Mashudi
Mashuri
Agus Effendi
Untung H.
Nunung Rini
Wiwik
Munawaroh
Akhmad Junaedi
Status Kelayakan
recommended
recommended
recommended
recommended
recommended
recommended
recommended
recommended
PKMM-1-8-11
di akhir program ini, para tuna daksa telah mampu membentuk KUBE dan
menjalankannya secara mandiri atau minimal mereka memahami dengan
sungguh-sungguh tahap persiapan pembentukan KUBE sehingga mereka dapat
menjadi inisiator, konseptor, dan founder KUBE di lingkungannya.
Analisis Monitoring Umum
Pada dasarnya pelaksanaan program dibagi menjadi dua tim yaitu tim
pelaksana lapangan dan tim pengonsep. Tim pelaksana meliputi tim pengajar
PRSBD Suryatama Bangil dengan jam kerja 08.00-15.00 WIB setiap hari Senin
hinga Jumat. Sedangkan tim pengonsep meliputi tim pengusul PKM. Tim
pelaksana bertugas melaksanakan program sebagaimana konsep yang telah dibuat
dan mengadakan monitoring kegiatan bersama tim pengonsep.
Secara umum program sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dan
hasilnya sesuai dengan apa yang menjadi sasaran. Namun, terdapat satu kendala
dalam pelaksanaan program yaitu tingkat pendidikan peserta program tidak sama
sehingga tim pelaksana mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi. Hal ini
diatasi dengan dilakukannya penjelasan ekstra melalui personal closing. Personal
closing ini hanya dapat dilakukan untuk membantu pemahaman materi yang tida k
terlalu berat, untuk materi yang berat seperti manajemen usaha dan pemasaraan
serta KUBE itu sendiri, perlu dilakkukan simulasi. Berdasarkan hasil pengamatan,
hasil pelaksanaan program sudah mulai terlihat, tetapi belum sepenuhnya
indikator keberhasilan terwujud secara maksimal. Oleh sebab itu, diperlukan
konsistensi peserta program dalam aktivitas ini.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil monitoring program sementara, dapat disimpulkan
beberapa kesimpulan sementara dari pelaksanaan pemberdayaan potensi tuna
daksa melalui program kurikulum persiapan pembentukan kelompok usaha
bersama meliputi: peserta program mampu memahami pentingnya motivasi diri,
peserta program mampu telah mengenali bakat dan minatnya dalam bidang
penjahitan, peserta program telah mampu menghasilkan produk-produk
penjahitan, peserta program memilki kemampuan adaptasi yang cukup baik di
dunia usaha, serta peserta program cukup dalam memahami aspek kemandirian
dan kewirausahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Hertanto, A.(2005). Daftar Nominatif Klien PRSBD Suryatama Pasuruan.
PRSBD Suryatama: Bangil.
Hertanto, A.(2003). Silabi Panti Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Suryatama
Pasuruan. PRSBD Suryatama: Bangil.
Syamsuddin, R. (2003).Rencana Operasional kegiatan Panti Sosial Bina Daksa
Suryatama Pasuruan. PRSDBD Suryatama: Bangil.
PKMM-1-9-1
PKMM-1-9-2
NAMA KECAMATAN
Bondowoso
Tenggarang
Tegalampel
Curahdami
Wringin
Tamanan
Maesan
Grujugan
Pujer
Wonosari
Tapen
Sukosari
Tlogosari
Prajekan
Klabang
Cerme
Pakem
Binakal
Sempol
Sumberwringin
JUMLAH BCB
33
22
38
28
87
10
76
173
76
42
5
30
23
27
26
13
1
1
2
8
JUMLAH
721
Sumber: Sie Kebudayaan Dinas Pendidikan Nasional Pemerintah Kabupaten Bondowoso.
PKMM-1-9-3
PKMM-1-9-4
PKMM-1-9-5
PKMM-1-9-6
tetap memberikan tambahan informasi. Hal ini dilakukan pada saat beristirahat
atau saat kegiatan lapang berlangsung.
Metode praktek lapang digunakan pada saat Tim Pelaksana dan masyarakat
yang terlibat dalam kegiatan melaksanakan kegiatan lapang di kawasan Situs
Glingseran pada tanggal 12 Desember 2005 pukul 07.00-17.00 WIB. Beberapa
kegiatan yang merupakan aplikasi dari metode ini adalah kegiatan membersihkan
situs, pembuatan papan tanda BCB, pembuatan penunjuk arah situs, dan
pembuatan papan peringatan.
Evaluasi kegiatan dilakukan: (1) secara lisan untuk mengetahui tingkat
pemahaman masyarakat terhadap nilai penting BCB dan (2) secara praktek dan
peragaan untuk mengetahui tingkat ketrampilan masyarakat dalam
memperlakukan BCB. Misalnya, membersihkan BCB tanpa menimbulkan
kerusakan, dapat mengamankan BCB secara tepat sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992.
Sebelum melaksanakan kegiatan PKMM, Tim Pelaksana mengadakan
observasi secara komprehensif. Untuk melakukan observasi ini, Tim Pelaksana
bekerja sama dengan aparat pemerintah di Desa Glingseran. Selain itu, Tim
Pelaksana bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Daerah kabupaten Bondowoso
dan Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Bondowoso untuk memudahkan
pendataan BCB yang berada di Situs Glingseran. Data-data ini penting
sehubungan dengan penentuan BCB yang akan dijadikan percontohan saat
pelaksanaan kegiatan lapang.
Tahap selanjutnya, Tim Pelaksana mulai menyiapkan materi yang
dibutuhkan lengkap dengan khalayak sasaran. Tim Pelaksana bekerja sama
dengan Kepala Desa Glingseran dan Koordinator Juru Pelihara Situs Glingseran
untuk menentukan sepuluh orang yang akan diikutsertakan dalam penyuluhan dan
kegiatan lapang. Kesepuluh orang tersebut adalah wakil dari para pemilik lahan,
aparat pemerintahan desa, tokoh masyarakat, dan pemuda setempat. Dengan
demikian diharapkan materi yang diberikan pada saat penyuluhan maupun
pelaksanaan kegiatan lapang dapat ditransformasikan kepada seluruh lapisan
masyarakat di Desa Glingseran.
BCB di Situs Glingseran yang ditetapkan sebagai percontohan adalah
sarkopagus yang paling besar dan dalam keadaan terawat. BCB yang dimaksud
adalah BCB yang sebelumnya pernah dijadikan percontohan oleh Suaka
Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Jawa Timur. Hal ini dibuktikan
dengan bahwa BCB ini adalah satu-satunya BCB yang lahannya telah dibebaskan
dan sekaligus dipagari oleh instansi tersebut.
Kesiapan materi dan khalayak sasaran segera ditindaklanjuti dengan
pelaksanaan penyuluhan tentang Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 dan arti
penting BCB serta kegiatan lapang yang meliputi pembersihan BCB dan Situs
Glingseran, pemasangan papan penanda BCB, pemasangan papan peringatan, dan
pemasangan papan penunjuk arah situs.
Seluruh rangkaian kegiatan PKMM ini diakhiri dengan diadakannya
evaluasi dan pelaporan kegiatan. Evaluasi dilakukan secara lisan untuk
mengetahui tingkat pemahaman masyarakat terhadap nilai penting BCB dan
secara praktek untuk mengetahui tingkat ketrampilan masyarakat dalam
memperlakukan BCB.
PKMM-1-9-7
PKMM-1-9-8
Gambar 3. Tim Pelaksana, Juru Pelihara Situs Glingseran, dan Masyarakat Setempat Berpose,
Sesaat Sebelum Memasang Papan Penanda BCB.
Tim Pelaksana dan masyarakat setempat juga berhasil memasang dua papan
yang lain, berupa sebuah papan peringatan dan sebuah papan penunjuk arah situs.
Papan peringatan yang dibuat dari kayu meranti bercat putih dan berukuran 125
cm x 65 cm tersebut bertuliskan anda berada di kawasan situs glingseran
PKMM-1-9-9
PKMM-1-9-10
PKMM-1-10-1
ABSTRAK
Keramik adalah salah satu kerajinan tangan yang sampai saat ini masih digeluti
oleh masyarakat di desa Sandi di kecamatan pattallasang. Hal ini disebabkan
karena di daerah tersebut memiliki cukup banyak bahan baku tanah liat serta
bahan lainnya yang pada dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan keramik. Sebenarnya pemanfaatan bahan baku kerajinan keramik di
daerah tersebut telah dilakukan sejak dahulu namun ditemukan masalah pada
jenis motif atau ragam hias yang digunakan pada keramik tersebut. Ragam hias
yang dihasilkan terkesan monoton, kurang kreatif dan tidak memberi nilai-nilai
filosofis. Kondisi ini sangat mempengaruhi daya beli masyarakat. Supaya ragam
hias yang digunakan lebih produktif dan kurangnya pengetahuan, keterampilan
dan kurangnya sosialisasi jenis ragam hias dikalangan pengrajin dan masyarakat
lokal maka dilaksanakan pelatihan membuat ragam hias kerajinan keramik di
desa sandi kecamatan pattalassang kabupaten takalar.
Pelatihan ini bertujuan: 1) Untuk meningkatkan pengetahuan para pengrajin
keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar dalam hal
motif hias kerajinan keramik yang diproduksi. 2) Untuk meningkatkan
keterampilan para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang
kabupaten Takalar dalam menghiasi keramik yang diproduksi dengan motif-motif
terbaru dan bermakna. 3) Untuk memperkenalkan kesejahteraan dan pendapatan
para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang Kabupaten
Takalar setelah desain motif hias ini diterapkan.
Metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Partisipatori yang
dimulai dari pra-observasi, penyuluhan, aplikasi teori yang pada akhirnya
dilakukan observasi ulang/Follow Up.
Hasil yang dicapai adalah tenciptanya pengrajin keramik di desa Sandi
kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar yang mempunyai wawasan dan
keterampilan mendesain motif hias kerajinan keramik yang bernilai tinggi.
Kata Kunci: Pelatihan, Ragam Hias, Kerajinan Keramik
PENDAHULUAN
Karya kerajinan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
sehari-hari, baik untuk kebutuhan jasmani, maupun rohani. Sejak manusia
membutuhkan pakaian untuk melindungi tubuhnya, rumah tempat berlindung,
perhiasan dan sebagainya, maka sejak itu pula tumbuh kegiatan kerajinan yang
didasarkan atas kebutuhan praktis. Apabila ada berbagai kerajinan tersebut,
perasaan manusia ikut tergugah dan berperan, maka tampillah gejala-gejala daya
PKMM-1-10-2
cipta yang mengandung makna dan nilai-nilai artistika dari hasil kerajinan
tersebut.
Kabupaten Takalar merupakan salah satu daerah Tingkat II dari 23
kabupaten/kota madya di Sulawesi Selatan, sejak dahulu telah terkenal memiliki
keanekaragaman budaya dan segi kerajinan yang bernilai tinggi. Seperti yang
terdapat di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar berupa kerajinan
keramik yang hingga sekarang semakin populer keseluruh wilayah Sulawesi
hingga kepulauan lainnya di seluruh Indonesia.
Keramik adalah salah satu kerajinan tangan yang sampai saat ini masih
digeluti oleh masyarakat di desa Sandi di kecamatan pattallasang kabupaten
Takalar. Hal ini disebabkan karena di sebabkan karena di daerah tersebut
memiliki cukup banyak bahan baku tanah liat serta bahan lainnya yang pada
dasarnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan keramik.
Pada dasarnya pemanfaatan bahan baku kerajinan keramik di daerah tersebut telah
dilakukan sejak dahulu oleh nenek moyang. Karena itu keramik di daerah ini
memiliki motiv dan bentuk ragam hias yang khas sehingga berbeda dengan
keramik daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan.
Kreasi-kreasi bentuk ragam hias keramik ini cukup diminati oleh masyarakat
pencinta barang seni kerajinan keramik dari berbagai lapisan mayarakat.
Khususnya di daerah yang ada di Indonesia timur, terbukti dengan tingginya daya
beli dan permintaan masyarakat sekitarnya. Namun ternyata ditemukan masalah
pada persoalan jenis motif atau ragam hias yang dihiaskan pada keramik tersebut
sehingga terkesan monoton dan kurang kreatif serta tidak memberi nilai-nilai
filosofis. Kondisi ini sangat mempengaruhi daya beli masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, maka dengan adanya suatu pelatihan membuat
ragam hias kerajinan keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten
Takalar diharapkan para pengrajin memproduksi keramik yang lebih kreatif dan
inovatif sehingga mengundang konsumen untuk membeli baik lokal, nasional
bahkan ekspor sekalipun.
Beberapa masalah yang ditemukan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1)
Kurangnya pengetahuan para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan
Pattallasang kabupaten Takalar mengenai motif-motif untuk menghiasi keramik
yang diproduksi. 2) Kurangnya keterampilan para pengrajin keramik di desa
Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar dalam menghiasi keramik yang
diproduksi dengan motif-motif terbaru dan bermakna. 3) Memperkenalkan
kepada para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten
Takalar tentang macam-macam motif hias terbaru dan bermakna pada tiap-tiap
hasil kerajinan.
Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Meningkatkan pengetahuan para pengrajin
keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar dalam hal motif
hias kerajinan keramik yang diproduksi. 2) Meningkatkan keterampilan para
pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar dalam
menghiasi keramik yang diproduksi dengan motif-motif terbaru dan bermakna. 3)
Memperkenalkan kesejahteraan dan pendapatan para pengrajin keramik di desa
Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar setelah desain motif hias ini
diterapkan.
Manfaat dari kegiatan ini adalah : 1) Manfaat bagi mahasiswa yaitu sebagai
wadah untuk mengejawantahkan disiplin ilmu yang dimilikinya, karena program
PKMM-1-10-3
Waktu (Bulan)
1.
Juni 2005
2.
Juli-Agustus 2005
3.
Agustus 2005
4.
September-Oktober
2005
Jenis Kegiatan
- Survei lokasi/tempat pelatihan
- Pembenahan dan penataan tempat
pelatihan
- Pengadaan kelengkapann pelatihan
- Pelatihan dan bimbingan dasar
Membuat Motif Hias
- Pembentukan pendampingan
Observasi lanjut kelokasi pelatihan
(Follow up)
- Pembuatan/pengetikan konsep
laporan
- Rapat antar tim pelaksana
- Penggandaan, penjilidan laporan
- penyerahan laporan akhir pelaksanaan
program
Tempat
Kabupaten Takalar.
Kabupaten Takalar.
Kabupaten Takalar.
Di Makassar
Tahapan Pelaksanaan
Tahap Persiapan
Pada tahap ini, akan dilaksanakan beberapa kegiatan seperti pengurusan Izin
kegiatan, pemantapan rencana pelatihan, Pembuatan format evaluasi, Observasi
kelokasi, Pembelian peralatan.
Tahap Pelatihan
Setelah persiapan telah rampung maka pelatihan siap dilaksanakan.Namun
sebelum pelatihan dilaksanakan terlebih dahulu diadakan seminar tentang
bermacam motif hias kerajinan keramik terbaru dan lebih memiliki nilai dengan
pemaknaan di balik ukiran kerajinan keramik tersebut. Di seminar juga akan
membahas jenis motif hias mana yang cocok untuk setiap jenis kerajinan keramik.
Kemudian proses pelatihan akan dikelola secara amplikatif dan rekreatif supaya
lebih efektif dan fleksibel, sehingga dalam pelatihan ini memerlukan
pendampingan dari mahasiswa yang akan menjadi mitra kerja sama nantinya yaitu
mahasiswa jurusan seni rupa FBS UNM. Karena Sesuatu hal maka mitra
kerjasama dialihkan bekerjasama dengan HIPERGAS (Himpunan Pengrajin
PKMM-1-10-4
PKMM-1-10-5
PKMM-1-10-6
pada ide perseorangan, disamping juga memadukan dari motif ragam hias luar
lokasi desa Sandi. Adapun motif ragam hias yang diterapkan meliputi: 1) Motif
ragam hias geometris. Dengan ciri-ciri antara lain : Ragam hias geometris yang
dipakai untuk menghiasi bagian tepai atau pinggiran dari suatu bagian benda,
Ragam hias geometris sebagai inti atau sebagai inti atau bagian yang berdiri
sendiri dan merupakan unsur estetis dalam bentuk ornamen arsitektural. Untuk
lebih jelasnya lihat gambar. 2) Motif ragam hias tumbuhan. Ragam hias kelompok
ini menampilkan suatu pokok yang berasal dari tumbuhan atau flora. Bentuk
ragam hias diciptakan dengan pengalihan bentuk asal seperti daun, bunga, pohon
serta buah. Di sini bentuk disederhanakan sedemikian rupa sehingga
perwujudannya menjadi hiasan. 3) Motif ragam hias binatang. Ragam hias yang
mengambil objek binatang sebagai motif. Ragam hias binatang dijadikan sebagai
motif karena selain nilai keindahannya, juga tidak terlepas dari makna atau simbol
tertentu. 4) Motif ragam hias manusia. Ragam hias ini mengambil motif manusia
sebagai objek. Sama halnya motif binatang, motif manusia diambil sebagai objek
disamping karena sebagai pencipta motif ragam hias, ia juga tampil dengan
bentuk-bentuk pendekatan dirinya terhadap nenek moyangnya. 5) Motif ragam
hias dekoratif. Ragam hias dekoratif kiranya dapat mengimbangi selera pemakai,
misalnya pemakai warna-warna pada suatu bidang tertentu sebab ia muncul pada
saat orang mencari kepuasan sudut lain, juga dimanfaatkan oleh orang sebagai
media estetika pada berbagai jenis benda. 6) Motif ragam hias poligonal. Ragam
hias ini menggunakan garis-garis sebagai unsur pembentukan hiasan seperti
bentuk tumpal, segi empat, segi enam, dan sebagainya.
Gambar. 2
Proses Pengolahan Tanah Liat
PKMM-1-10-7
KESIMPULAN
Dari hasil kegiatan ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1)
Para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar
memperoleh pengetahuan dalam hal motif hias kerajinan keramik yang akan
diproduksi. 2) Para pengrajin keramik di desa Sandi kecamatan Pattallasang
kabupaten Takalar memiliki keterampilan dalam menghiasi keramik yang
diproduksi dengan motif-motif terbaru dan bermakna. 3) Para pengrajin keramik
di desa Sandi kecamatan Pattallasang kabupaten Takalar setelah desain motif hias
ini diterapkan mendapatkan orientasi jangka panjang terhadap kesejahteraan dan
pendapatan pengrajin.
PKMM-1-11-1
PKMM-1-11-2
tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue), dan hasilnya sangat
memuaskan.
Lanjut kami survey di Kelurahan Manorang Salo Kacamatan Marioriawa
Kabupaten Soppeng bulan Januari 2005, kami sengaja membawa contoh
kerajinan anyaman daun lontar yang kami buat dan bahan bakunya kami ambil
dari lokasi tersebut yaitu: tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup
kue) yang sudah jadi, ternyata ada beberapa remaja putri putus sekolah meminta
kepada kami untuk diberikan pelatihan tentang pembuatan tempat tissue, vas
kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar,
sehingga daun lontar yang bertumpuk di lokasi dapat menjadi barang bernilai
ekonomi, agar supaya remaja putri putus sekolah dapat mempunyai kegiatan yang
bisa bermanfaat bagi remaja putri putus sekolah dan bisa bernilai ekonomi.
Melihat kenyataan di lapangan dan permintaan kelompok remaja putri
putus sekolah di Kelurahan Manorang Salo Kecamatan Marioriawa Kabupaten
Soppeng, maka saya sebagai mahasiswa yang sementara mengikuti kuliah pada
Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar dimana
telah kami mendapatkan mata kuliah Rupa dasar, Nirmana ruang dan Nirmana
datar yaitu: kerajinan merangkai bahan alam dan bahan buatan, kami merasa
terpanggil dan tertarik untuk melatih kelompok remaja putri putus sekolah
memanfaatkan daun lontar menjadi kerajinan tempat tissue, vas kembang, dan
tutup bosara (tutup kue) yang bisa bernilai ekonomi.
Setelah remaja putri putus sekolah terampil membuat tempat tissue, vas
kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari anyaman daun lontar memungkinkan
setiap remaja putri putus sekolah dapat membuat 1 (satu) buah benda dari
anyaman daun lontar , jadi satu bulan (dianggap 25 hari) dapat dibuat 25 buah/
bulan/orang, dengan harga Rp.20.000/buah, jadi 25 x Rp. 20.000 = Rp.
500.000. Dan kira-kira bahan yang digunakan Rp. 4 000/ buah, jadi 25 x
Rp. 4.000 = Rp. 100.000,- . Jadi dengan demikian setiap remaja putri putus
sekolah setelah terampil dapat memperoleh penghasilan tambahan/bulan yaitu:
Rp. 500.000 - Rp. 100.000 = Rp. 400.000/bulan.. Penghasilan yang didapatkan
melalui keterampilan kerajinan anyaman daun lontar yaitu: tempat tissue, vas
kembang, dan tutup bosara (tutup kue) ini dapat meningkatkan taraf hidup remaja
putri putus sekolah dan keluarganya.
Harapan kami kepada remaja putri putus sekolah yang dilatih dapat
terampil. membuat tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari
kerajinan anyaman daun lontar. Kerajinan daun lontar tersebut dapat dikomsumsi
keluarga sendiri dan dapat dijual, Dengan demikian kelompok remaja putri putus
sekolah berpeluang menjadi wirausaha tempat tissue, vas kembang, dan tutup
bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar yang banyak ditemukan di
lokasi. Hal ini tentunya akan mengkatkan pendapatan remaja putri putus sekolah
dan dapat meningkatkan taraf hidupnya beserta keluarganya.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat (PKMM) ini adalah sebagai berikut: (1) Daun lontar yang bertumpuk
disekitar pohon lontar, dan menjadi kering dan lapuk disekitar pohon di lokasi
PKMM, (2) Daun lontar yang terbuang percuma tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat menjadi barang yang bernilai ekonomi seperti tempat tissue, vas
kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar, (3)
Adanya pengalaman tim kami sebagai mahasiswa arsitektur yaitu telah kami
PKMM-1-11-3
mendapatkan mata kuliah Rupa dasar, Nirmana ruang dan Nirmana datar yaitu:
kerajinan merangkai bahan alam dan bahan buatan, dan memanfaatkan limbah
menjadi barang bernilai ekonomi. Jadi dengan demikian kami berkeyakinan
bahwa kami bisa mengerjaklan sesuai dengan desain, karena kami telah
mempraktekkan dan menguji cobakannya pada Studio Kerajian Arsitektur yaitu
membuat tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan
anyaman daun lontar, sehingga tidak menyulitkan bagi kami untuk membuat
benda jadi, (4) Adanya permintaan kelompok remaja putri putus sekolah di lokasi
PKM meminta kepada kami untuk dilatih membuat tempat tissue, vas kembang,
dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar yang artistic dan
bernilai seni serta bernilai ekonomi, (5) Remaja putri putus sekolah di lokasi PKM
kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan memanfatkan limbah daun lontar
menjadi bahan pembuatan tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup
kue) dari kerajinan anyaman daun lontar yang dapat bernilai ekonomi, (6) Remaja
putri putus sekolah di lokasi PKM kurang terampil mendesain tempat tissue, vas
kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar, yang
artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi, (7) Remaja putri putus sekolah di
lokasi PKM kurang terampil membuat rangka tempat tissue, vas kembang, dan
tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar, yang artistic dan
bernilai seni serta bernilai ekonomi, (8) Remaja putri putus sekolah di lokasi PKM
kurang terampil merakit rangka tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara
(tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar, yang artistic dan bernilai seni
serta bernilai ekonomi, (9) Remaja putri putus sekolah di lokasi PKM kurang
terampil pekerjaan finishing rangka tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara
(tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar, yang artistic dan bernilai seni
serta bernilai ekonomi.
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM)
ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan pengetahuan remaja putri putus
sekolah di lokasi PKM kurang memanfaatkan limbah daun lontar menjadi bahan
pembuatan tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari
kerajinan anyaman daun lontar yang dapat bernilai ekonomi, (2) Meningkatkan
keterampilan remaja putri putus sekolah di lokasi PKM mendesain tempat tissue,
vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar,
yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi, (3) Meningkatkan
keterampilan remaja putri putus sekolah di lokasi PKM membuat rangka tempat
tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun
lontar, yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi, (4) Meningkatkan
keterampilan remaja putri putus sekolah di lokasi PKM merakit rangka tempat
tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman daun
lontar, yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi, (5) Meninmgkatkan
keterampilan remaja putri putus sekolah di lokasi PKM pekerjaan finishing rangka
tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari kerajinan anyaman
daun lontar, yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi.
Daun lontar ternyata menjadi masalah lingkungan. Daun lontar yang
berjatuhan dan berada tidak jauh dari pohon lontar dan menjadi sampah yang
tergolong limbah sampah domestic, Soemarwoto (1985), dan Soerjani (1987)
menyatakan bahwa sampah domestik perlu dikelolah sehingga tidak
menimbulkan dampak serius terhadap lingkungan. Winarno (1986) menyatakan
PKMM-1-11-4
sampah domestic masih dapat diproses sehingga menjadi produk yang berguna,
bernilai seni, dan bernilai ekonomi.
Perilaku manusia mengelolah sampah (limbah domestic) hanya sebatas
membuang ke lingkungan. Perilaku ini ternyata berdampak negative terhadap
lingkungan (Sarwono, 1992). Perilaku manusia yang diharapkan dalam
pengelolaan sampah adalah adanya pemanfaatan limbah (Kualitas Lingkungan
di Indonesia 1990). Lebih lanjut dikatakan pemanfaatan limbah sampah dapat
menciptakan lapangan kerja, menimbulkan pertumbuhan ekonomi, ikut
melestarikan lingkungan.
Memanfaatan limbah adalah dapat
menimbulkan nilai ekonomi
masyarakat (Winarno, 1986). Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Winarno tadi. Mentri Negara KLH (1982) menyatakan bahwa alternative yang
baik dalam pemanfaatan limbah sampah adalah memanfaatkan menjadi barang
yang bernilai ekonomi sehingga menimbulkan nilai tambah bagi masyarakat.
Hasil laporan Kuliah Kerja Alternatif atau KKA, Akmal B (2004) yaitu
melatihkan kepada anak panti asuhan putri Attaufiq Kabupaten Barru, yaitu teknik
menganyam daun lontar untuk pembuatan hiasan ruangan, hasil KKA
menunjukkan bahwa limbah daun lontar sangat cocok dibuat sebagai hiasan
ruangan dari kerajinan anyaman daun lontar, dan lain-lain. Karena limbah daun
lontar apabila dianyam sebagai hiasan ruangan atau cendramata dan dapat bernilai
seni dan bernilai ekonomi untuk kebutuhan rumah tangga, hotel, penginapan,
restaurant, kave, dan kebutuhan ruangan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Daun
lontar merupakan sampah domestic yang perlu dikelolah sehingga tidak
mencemari dan mengotori lingkungan, (2) Limbah daun lontar merupakan
sampah yang dapat dirangkai atau dianyam menjadi cendramata berbagai model
sehingga menjadi produk yang bernilai seni dan ekonomi, (3) Pemanfaatan daun
lontar menjadi rangka tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue)
yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi, dapat menciptakan
lapangan kerja baru bagi masyarakat terutama remaja putri putus sekolah di
Kelurahan Manorang Salo Kabupaten Soppeng, dan pekerjaan tersebut termasuk
melestarikan lingkungan.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa limbah daun lontar
yang terbuang percuma dapat dimanfaatkan menjadi suatu karya seni yang artistik
dan bernilai ekonomi yang tinggi yaitu: rangka tempat tissue, vas kembang, dan
tutup bosara (tutup kue) dari anyaman daun lontar yang artistic dan bernilai seni
serta bernilai ekonomi pada manyarakat terutama remaja putri putus sekolah di
Kelurahan Manorang Salo Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, untuk memberikan keterampilan
kerajinan dari anyaman daun lontar yang artistic dan bernilai seni serta bernilai
ekonomi yaitu: tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue), dan
lain-lain pada kelompok remaja putri putus sekolah di Kelurahan Manorang Salo
Kecamatan Marioriawa Kabupaten Soppeng.
METODE PENDEKATAN
Khalayak sasaran dalam Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat (PKMM) ini adalah kelompok remaja putri putus sekolah di
PKMM-1-11-5
PKMM-1-11-6
dalam memahami materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan, (2) Khalayak
sasaran berkeinginan menerapkan membuat rangka tempat tissue, vas kembang,
dan tutup bosara (tutup kue) dari anyaman daun lontar pada rumahnya masingmasing, (3) Khalayak sasaran berkeinginan untuk menyampaikan penerapan
membuat rangka tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara (tutup kue) dari
anyaman daun lontar kepada khalayak sasaran yang lain (yang tidak sempat ikut
penyuluhan dan pelatihan).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penyuluhan dan pelatihan dilapangan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Remaja putri putus sekolah mempunyai inovasi
dan kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam dalam hal ini daun lontar
untuk pembuatan rangka asesoris rumah tangga (tempat tissue, vas kembang, dan
tutup bosara atau tutup kue) yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi.
(2) Remaja putri putus sekolah memiliki pengetahuan dan keterampilan membuat
rangka asesoris rumah tangga (tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara atau
tutup kue) dari kerajinan anyaman daun lontar yang artistic dan bernilai seni serta
bernilai ekonomi. Hal ini didukung oleh adanya masukan-masukan dan diskusi
dari mahasiswa dan dosen pendamping Hal ini didukung oleh adanya masukanmasukan dan diskusi dengan mahasiswa serta dosen pendamping.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan bahwa program PKMM
seperti ini hendaknya dilanjutkan sehingga menciptakan remaja putri putus
sekolah dapat: (1) Inovatif dan kreatif dalam memanfaatkan sumber daya alam
dalam hal ini daun lontar untuk pembuatan rangka asesoris rumah tangga (tempat
tissue, vas kembang, dan tutup bosara atau tutup kue) yang artistic dan bernilai
seni serta bernilai ekonomi, (2) Memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
memanfaatkan sumber daya alam dalam hal ini daun lontar untuk pembuatan
rangka asesoris rumah tangga (tempat tissue, vas kembang, dan tutup bosara atau
tutup kue) yang artistic dan bernilai seni serta bernilai ekonomi.
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Rektor Universitas Negeri Makassar selaku Pembina
2. Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas, atas adanya dana yang disediakan
untuk Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini
3. Pembantu Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Negeri Makassar,
Dekan Fakultas Teknik, Ketua Jurusan, Kepala Studio Kerajinan Teknik Sipil
dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar, dan
Pemerintah Kabupaten Soppeng, Camat Marioriawa, dan Lurang Manorang
Salo, atas izin dan motivasi yang diberikan dalam pelaksanaan Program
Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM), dan penyelesaian
laporannya.
4. Semua pihak yang tidak dapat kami sebut namanya satu persatu.
Semoga bantuan, arahan, motivasi, dan budi baik Bapak,Ibu, dan Saudara
(i) mendapat rahmat disisi Allah, Amin.
PKMM-1-11-7
DAFTAR PUSTAKA
Akmal B (2004), Pelatihan Membuat Tutup Bosara (Tutup Kue) dari Anyaman
Daun Lontar pada Anak Panti Asuhan Putri Attaufiq Kabupaten
Barru, Makassar, Laporan KKA LPM UNM
Mardanas, Izarisma. Dkk. (1985/1986). Arsitektur Rumah Tradisional Daerah
Sulawesi Selatan, Ujung Pandang,: Depdikbud.
Menteri Negara KLH. (1992). Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia.. Jakarta:
Menteri Negara KLH
Sastra Wijaya, A.T. (1991) Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta
Soejani dkk, (1991). Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan
dalam Pembangunan, Jakarta: Universitas Indonesia
Soemarwoto(1985) Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Jambatan
Supriadi . et.al. 1991. Profil Teknologi Padat Karya. Jakarta: Pengembangan
Sumber daya Manusia
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (1993). Bumi Wahana. Jakarta: PT.
Garamedia Putama.
Wilkening, F. 1987. Tata Ruang. Pendidikan Industri Kayu. Semarang : Kanisius
PKMM-1-12-1
PKMM-1-12-2
(Soetomo 1990). Secara umum salak termasuk jenis tanaman berduri, memiliki
bentuk daun yang menyirip berwarna hijau, tinggi 2-5 m, dengan masa hidup
produktif yang relatif panjang yaitu kurang lebih 80 tahun. Selama ini mayoritas
varietas salak yang dikembangkan oleh petani di Desa Sibetan adalah salak
Sibetanyang lebih dikenal dengan sebutan salak Bali. Kelebihan salak Bali
terutama pada biji yang kecil sehingga daging buah lebih tebal dan rasanya manis
dan renyah (Nazaruddin,Muchlisah 1994). Salak Bali ini terdiri dari berbagai jenis
atau kultivar misalnya salak Gondok, salak Nenas,salak Kelapa, salak Injin, salak
Embadan, salak Getih, salak Cengkeh, salak Bingin, salak Mesui, salak Biji Putih,
salak Maong, salak Penyalin, salak Nangka, salak Gading (Guntoro,dkk 1998).
Namun, masih terdapat varietas lain yang jauh lebih unggul dibandingkan dengan
salak Bali yaitu salak Gula Pasir.
Wijana (1997) menyatakan bahwa perbedaan khas dari salak yang tumbuh
di Bali adalah dari segi rasa, yaitu menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
adalah salak varietas Bali yang mempunyai rasa daging buah manis, asem dan ada
rasa sepet, kelompok kedua adalah salak varietas Gula Pasir yang rasanya tanpa
rasa asem dan sepat. Keunggulan salak Gula Pasir dapat kita lihat dari segi
kualitas maupun dari segi ekonomi. Salak gula pasir memiliki daging buah yang
rasanya jauh lebih manis dibandingkan dengan salak Bali. Rasa manis ini sudah
dapat kita rasakan sejak buahnya masih muda. Berbeda dengan jenis salak Nangka
maupun salak Gading yang termasuk salak Bali, dimana rasa manisnya baru dapat
dirasakan saat buah dagingnya sudah cukup umur atau matang. Perbedaan kualitas
ini juga berdampak terhadap nilai jual dari salak gula pasir, dimana harga jual
salak gula pasir jauh lebih tinggi dibandingkan dengan salak Bali dengan
perbandingan harga 10:1. Rata-rata harga salak gula pasir pada musim panen
berkisar antara Rp 10.000,00 sampai Rp 15.000,00 per kilogram. Sedangkan
diluar musim panen raya harga salak bisa mencapai Rp 30.000,00 sampai Rp
40.000,00 per kilogram. Ciri-ciri salak gula pasir secara umum adalah bentuk
buahnya bulat sampai bulat lonjong dengan panjang buah 4,0- 7,5 cm, ketebalan
daging buah 0,1-1,0 cm, berat buah 45-75 gram/buah, jumlah buah pertandan 2236 buah (rata-rata 28 buah) (Wijana 1997). Keunikan lain yang juga dimiliki oleh
salak gula pasir di bandingkan dengan salak Bali adalah daging buahnya yang
berwarna putih susu. Sehingga oleh para petani, salak gula pasir yang juga dikenal
dengan nama salak putih.
Keunikan ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi konsumen termasuk
para wisatawan. Walaupun demikian kebanyakan petani masih enggan untuk
mengembangbiakkan tanaman salak gula pasir. Hal ini disebabkan karena waktu
yang diperlukan untuk mengembangbiakkan tanaman salak dengan cara generatif
(biji) relatif lama.
Kesejukan dan keindahan panorama perkebunan salak dapat dimanfaatkan
sebagai daerah agrowisata yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan. Hal ini
dapat memberikan nilai tambah bagi pendapatan masyarakat sekitarnya dan devisa
bagi pemerintah.
Tanaman salak juga tersebar di daerah-daerah di seluruh Nusantara, karena
salak merupakan tanaman asli Indonesia (Suprayitna 1996, LIPI 1980). Daerah
pusat salak yang cukup terkenal di Indonesia antara lain adalah : (Suprayitna
1995) Jakarta, terkenal dengan salak condet; Turi dan Tempel Yogyakarta,
terkenal dengan salak Pondoh; Banjarnegara disebut salak Banjar; Bali, terkenal
PKMM-1-12-3
dengan salak Bali; Depok, Jawa Barat; Brebes; Madura; Sulawesi Utara;
Pontianak.Orang Jawa, Sunda, Madura, Malaysia, Inggris dan Belanda
menyebutnya: Salak. Orang jerman memberi nama Zalaccapalmae, dan beberapa
suku di Indonesia memberinya sebutan yang berbeda-beda, misalnya Saloobi
(Batak), hakam, toosoom (Dayak), Sekomai (Jambi), serta Sala (Minangkabau,
Bugis, dan Makasar) (Tjahjadi 1989).
Berdasarkan bunga salak, maka di Indonesia di kenal tiga macam pohon
salak (Sunarjono 2003). Salak sempurna Campuran (tife A), setiap pohon salak
mempunyai seludang bunga jantan dan seludang bunga sempurna (hermafrodit)
yang fertil seluruhnya. Salak betina (tife B), setiap pohon salak mempunyai
bunga jantan yang rudimentar, sedangkan bunga jantan dari seludang bunga
sempurna rudimentar pula sehingga yang tampak hanya bunga betina saja. Salak
jantan (tife C), setiap pohon salak hanya mempunyai seludang jantan yang fertil,
sedangkan bunga betina pada seludang bunga sempurna termasuk rudimentar
sehingga yang tampak hanya bunga jantan semuanya. Tife A terdapat pada salak
Bali, sedangkan pada tife B dan C banyak terdapat pada salak pondoh dan condet.
Pengembangbiakan salak gula pasir oleh para petani di Desa Sibetan
selama ini adalah dilakukan secara generatif yaitu melalui biji. Bibit salak
diperoleh dari penyemaian biji yang sudah matang. Kelemahan dari perbanyakan
tanaman dengan biji adalah memerlukan waktu yang lama dari masa
pertumbuhannya sampai berbuah. Selain itu tanaman yang diperoleh belum tentu
memiliki keunggulan yang sama dengan induknya. Akibatnya mutu buah yang
dihasilkan tidak sebaik yang dihasilkan oleh induknya.
Jumlah pohon salak gula pasir di Desa Sibetan sampai saat ini masih
tergolong sedikit. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu masih rendahnya
wawasan para petani dalam mengembangbiakkan jenis salak Gula Pasir. Di
samping itu, mereka juga mengalami kesulitan untuk mengganti tanaman lama
dengan tanaman jenis salak Gula Pasir yang baru karena memerlukan waktu
tanam yang lama.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut kami sebagai mahasiswa ingin
mengupayakan pelestarian salak gula pasir tersebut. Salah satu teknik pelestarian
yang kami tekankan dalam PKM ini adalah dengan teknik pencangkokan yang
masih sangat jarang dilakukan oleh para petani untuk mengembangbiakkan
tanaman salak. Padahal teknik pencangkokan ini memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan perbanyakan tanaman melalui biji yang biasa mereka
lakukan. Keunggulan tersebut yaitu bibit memiliki sifat unggul bermutu yang
sama dengan sifat induknya. Di samping itu waktu yang diperlukan mulai dari
pencangkokan sampai berbuah hanya sekitar 2,5 tahun. Berbeda dengan
pengembangbiakkan melalui biji yang memerlukan waktu sekitar 5 tahun
(Guntoro 1998). Hal ini secara otomatis akan dapat meningkatkan kuantitas dan
kualitas dari salak gula pasir itu sendiri. Selanjutnya diharapkan salak gula pasir
ini mampu bersaing dengan salak lain yang ada di pasaran dan dapat menjadi
salah satu komoditas ekspor yang dapat meningkatkan devisa negara. Bagian dari
pohon salak yang akan dicangkok adalah pada tunas anakannya.
Berdasarkan uraian di atas maka, rumusan masalah yang diangkat dalam
tulisan ini adalah bagaimana cara meningkatkan kualitas dan kuantitas salak gula
pasir di Desa Sibetan. Tujuan dilaksanakannya kegiatan PKMM ini untuk
melstarikan Salak Gula Pasir baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.
PKMM-1-12-4
PKMM-1-12-5
PKMM-1-12-6
introduksi seperti: pembibitan Salak Gula Pasir melalui cangkokan dan biji,
pemeliharaan dan budidaya bibit asal cangkokan, perbaikan teknik budidaya.
Budidaya Salak Gula Pasir secara umum tidak berbeda dengan Salak Bali,
karena jenis salak ini tersebar diantara ribuan tanaman salak Bali yang dimiliki
petani. Keberadaaan Salak Gula Pasir sebenarnya sudah lama diketahui, namun
baru dikenal secara luas dan mulai dikembangkan sejak tahun 1994. Karena harga
salak gula pasir ini relatif mahal, pada awalnya petani sengaja menyembunyikan
keberadaan salak tersebut agar terhindar dari pencurian. Kepemilikan Salak Gula
Pasir oleh petani sangat bervariasi dari 1-1000 pohon per petani, dengan rata-rata
26 pohon. Namun sebagian besar petani anggota kelompok (62%) memiliki Salak
Gula Pasir dibawah 10 pohon. Budidaya Salak Gula Pasir yang selama ini
dilakukan oleh para petani salak masih secara tradisional terutama dalam
menerapkan teknik pembibitan, pemupukan, pengairan, pengaturan pelepah, dan
pasca panen. Untuk pengembangan selanjutnya petani mengusahakan Salak Gula
Pasir di sela-sela salak Bali sebagai sisipan. Apabila Salak Gula Pasir tumbuh
dengan baik, maka sebagian salak Bali yang tidak produktif akan ditebang.
Pengembangbiakan tanaman salak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
secara generatif (biji) dan secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara vegetatif
atau klonal dapat dilakukan dengan cara mencangkok tunas anakan. Cara
pembibitan dengan pencangkokan memiliki penyimpangan sifat dan produksi
tanaman yang lebih kecil terhadap tanaman induknya dibandingkan dengan cara
perbanyakan dengan menggunakan biji. Dengan bibit cangkokan dapat
mempercepat masa berbuah hampir separuhnya bila dibandingkan dengan
menggunakan biji. Tanaman asal biji baru berbuah pada umur 5-6 tahun,
sedangkan dengan cangkokan memerlukan waktu 2,5-3 tahun. Disamping itu
biaya pencangkokan relatif lebih murah dibandingkan dengan pembibitan melalui
biji. Pencangkokan tunas anakan diambil dari induk tanaman yang sehat dan
mantap, dengan umur anakan sekitar 4 bulan atau telah berdaun 3-5 lembar.
Anakan tanaman dipilih yang berada di pinggir untuk memudahkan
pencangkokan. Sebelum dilakukan pencangkokan, pohon induk terlebih dahulu
dibersihkan.
Menurut Kasijadi (Rahayu 1997), persentase keberhasilan cangkok yang
dilakukan petani dan peneliti tidak berbeda. Petani dapat mencangkok 3 anakan
per jam dengan hasil 90% jadi. Hal ini menunjukkan pelaksanaan teknologi
pembibitan secara klonal dengan mencangkok tunas anakan mudah dilaksanakan
oleh petani.
Kegiatan PKM ini, dilaksanakan dengan empat tahapan sebagai berikut.
Tahap persiapan yaitu mempersiapkan segala sesuatu yang kira-kira diperlukan di
lapangan. Kajian secara teoritis tentang pohon salak dan perkembangannya sudah
dikumpulkan sebelumnya. Persiapan berupa surat pengantar dari lembaga untuk
dinas-dinas terkait disediakan sebelum terjun ke lapangan. Pencarian ijin baik ke
Dinas Pertanian, Kepala Desa maupun Kepala Dusun juga dilaksanakan pada
tahap persiapan ini. Pada umumnya mereka memberikan ijin dan memberi respon
positif dengan kegiatan yang dilaksanakan. Tahap observasi, yaitu dengan
mencari data ke Dinas Pertanian
untuk mengetahui penyebaran dan
pengembangbiakan Salak Gula Pasir. Data dan informasi terkait dengan
pembinaan dan pelatihan yang sudah dilakukan oleh dinas pertanian untuk
melestarikan keberadaan Salak Gula Pasir juga diperoleh pada tahap ini.
PKMM-1-12-7
PKMM-1-12-8
PKMM-1-13-1
PKMM-1-13-2
PKMM-1-13-3
Tujuan Program
METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
meliputi:
1. Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan terhadap masyarakat Desa Ngepungrejo Pati
sebanyak 40 orang, dipilih tokoh masyarakat, pengurus PKK dan pamong
desa.
Adapun materi penyuluhan meliputi:
a. Metode pembuatan briket bioarang dan sampah biomassa
b. Tahap-tahap proses pembakaran secara pirolisis
c. Disain tungku yang ramah lingkungan
2. Praktek lapangan
a. Alat dan Bahan
Alat:
Sebuah drum atau tong sampah dengan tinggi 38 cm, diameter
28 cm. bagian atas dilubangi dengan diameter 14 cm dan
dilengkapi sebuah penutup.
Grinder (mesin pencacah)
Sebuah kayu pengaduk panjang 1 m.
Wadah penampung bioarang yang telah ditumbuk
Sebuah mal cetakan dari besi yang berbentuk silinder dengan
diameter 3,9 cm dan tingginya 3,5 cm.
Hydraulic press
Sebuah ember untuk wadah air
Bahan:
Sampah organik rumah tangga
Serbuk gergaji dari industri penggergajian kayu
Sekam padi dari limbah hasil pertanian
Air
Korek api
Perekat (kanji)
PKMM-1-13-4
DAFTAR PUSTAKA
1. Aliansyah M.A, 1995, Pengembangan Pembuatan Alat Briket Kayu, bajar
baru, Balai Penelitian dan Industri.
2. Anonim, 1987, Pedoman Bidang Studi Pengembangan Sampah APK-TS,
Jakarta, PrProyek Pengembangan Tenaga Sanitasi Pusat, Depkes RI.
PKMM-1-13-5
3. Amalia, Desy dan Surya, Hana, 2001, Pemanfaatan Limbah Serbuk Gergaji
Menjadi Karbon Aktif dengan Aktivator Kaporit, Semarang, UNDIP.
4. Arman, Naafi, 2000, Pengaruh Sampah Biomassa Sebagai Bahan Baku
briket Bioarang Terhadap Kualitas Kalor, Yogyakarta,STTLYLH.
5. Anthony H, Pemanfaatan Sampah dan Usaha Melestarikan Lingkungan, Solo,
Tiga Serangakai.
6. Bria Seranh, Julius,1991, Bioarang Untuk Memasak, Jakarta, Liberty. DLL
PKMM-1-14-1
ABSTRAK
Informasi merupakan hal penting dalam kehidupan manusia. Dunia pendidikan
juga merasakan pentingnya adanya informasi dan komunikasi. Bahkan dalam
setiap geraknya, dunia pendidikan selalu disibukkan dengan komuinikasi antara
satu pihak dengan pihak lain yang berjauhan. Perguruan Tinggi merupakan
elemen pendidikan yang paling banyak menggunakan teknologi informasi yang
berkembang pesat akhir periode ini. Salah satu teknologi tersebut biasa kita kenal
dengan sebutan internet. Dalam proyek ini, penulis merasakan bahwa suatu
event/acara (event besar ataupun kecil) yang terkoordinasi dan sistematis akan
menghasilkan efek yang baik bagi pihak undangan maupun pihak penyelenggara.
Oleh karena itu terpikir oleh kami sebagai mahasiswa sebuah Perguruan Tinggi
yang akan mengadakan perhelatan besar setingkat nasional yaitu Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional ( PIMNAS ), untuk membantu dalam hal manajemen
pengelolaan pendaftaran samapi dengan pemberian informasi bagi para peserta
finalis PIMNAS. Dalam Proyek yang telah kami lakukan, yaitu perancangan
sebuah perangkat Lunak Aplikasi Web Penunjang Pelaksanaan Pimnas dengan
menggunakan teknologi internet, kami buat agar informasi dan seluruh hal yang
berkaitan dengan acara Pimnas dapat terakses dan diketahui oleh masyarakat
umum dan dunia perguruan tinggi indonesia pada khususnya.
Kata kunci : internet,perangkat lunak, perguruan tinggi
PENDAHULUAN
Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) merupakan kegiatan puncak
di bidang perwujudan kreativitas mahasiswa dan penalaran ilmiah yang terjadwal
secara akademik oleh perguruan tinggi di seluruh Indonesia. PIMNAS juga
merupakan salah satu bentuk peningkatan peran mahasiswa di Indonesia yang
dilaksanakan secara bertahap, berjenjang, dan berkelanjutan. Kegiatan PIMNAS
diharapkan memupuk minat para mahasiswa untuk membuat karya-karya ilmiah
yang dapat mengangkat citra perguruan tinggi maupun daerahnya.
Bagi Perguruan Tinggi yang menjadi penyelenggara PIMNAS tidaklah
mudah dalam melaksanakan proses pra-PIMNAS sampai dengan pasca-PIMNAS
mulai dari proses pendaftaran sampai pengolahan database peserta PIMNAS.
Selain itu, secara geografis juga terdapat masalah yang menghambat proses
PIMNAS yang dilakukan secara manual. Terbatasnya fungsi sistem dari
penyelenggara PIMNAS sebelumnya menimbulkan masalah-masalah seperti
kurangnya layanan informasi yang efektif dari penyelenggara kepada elemen yang
bersangkutan, serta masih kurangnya pelayanan penyelenggara kepada para
peserta PIMNAS.
Kemampuan yang ditawarkan oleh teknologi informasi diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan efisiensi serta efektifitas proses pembuatan keputusan,
PKMM-1-14-2
pengkoordinasian antar elemen dalam PIMNAS agar lebih terarah, dan tentu saja
untuk penyebarluasan informasi yang mengingat letak geografis Indonesia yang
berjauhan satu dengan yang lain yang dapat membuat pelayanan PIMNAS
ataupun informasi tentang PIMNAS dapat diakses darimana pun dan kapan pun.
Dengan latar belakang seperti itulah maka dengan aplikasi PIMNAS
berbasis web yang merupakan salah satu fungsi dari internet yang mudah, murah,
meriah, dan fleksibel, merupakan penerapan teknologi modern khususnya
teknologi informasi dapat membantu dalam terselenggaranya pelaksanaan
PIMNAS.
Pokok permasalahan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah
sebagai berikut :
1. Membentuk suatu sistem aplikasi yang berupa informasi/diagram alir
PIMNAS dan berusaha mengintegralkannya dalam satu sistem yang
terkoordinasi di tempat penyelengara PIMNAS dan masing - masing
perguruan tinggi peserta PIMNAS
2. Membentuk suatu layanan kepada pengguna agar dapat melakukan
registrasi para finalis PKM ataupun para peserta lomba non-PKM
secara online dan proses registrasi seluruhnya akan dilakukan
melalui website.
3. Mengimplementasikan aplikasi tersebut sehingga dapat digunakan
secara langsung oleh pengguna.
METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan sistem aplikasi ini, kelompok melakukan beberapa
metodologi, yaitu :
1. Pengumpulan literature dan study pustaka.
2. Pembagian kuesioner kepada mahasiswa, terutama mahasiswa
STTTelkom tentang fitur apa saja yang dirasa perlu dibuat pada
aplikasi web penunjang PIMNAS ini.
3. Pengumpulan informasi ke pihak STTTelkom sebagai tuan rumah /
penyelenggara PIMNAS XVII.
4. Melakukan perancangan dan pembuatan prototype serta perangkat
Lunak.
PKMM-1-14-3
PKMM-1-14-4
sedang mewabah bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Selain itu dalam Sistem
Informasi Geografis ini melibatkan seluruh puskesmas yang ada dikota bandung
yang jumlanya mencapai 26 kecamatan.
Dalam proses penyelesaian masalah dibuat diagram alur penyelesaian
masalah sebagai berikut :
PKMM-1-14-5
Dimana data pendukung inilah yang akan ditampilkan pada Sistem Informasi
yang dirancang. Data pendukung tersebut meliputi Puskesmas dan data penderita
penyakit. Dengan adanya dua komponen tersebut dapat diketahui penyebaran
penyakit yang sedang mewabah. Puskesmas digunakan untuk mengidentifikasi
daerah yang yang terjangkit, sedangkan data penderita digunakan untuk
menunjukkan penyebaran penderita pada wilayah-wilayah yang telah ditentukan.
Selain itu untuk mendukung sistemnya sendiri yang berbasis Geografi
Informasi System maka perlu adanya beberapa hal yang perlu dilakukan untuk
mendukung sistem tersebut seperti :
Digitasi peta : proses perubahan peta analog (peta kertas) menjadi
sebuah peta digital yang dapat kita tambahkan beberapa iformasi
didalamnya.
Penentuan letak puskesmas, setalah kita memrubah peta dari analog
menjadi peta digital, sekarang kita dapat menentukan letak-letak
puskesmas yang ada diseluruh kota bandung. Untuk lebih akuratnya
kita dapat memanfaatkan fasilitas GPS.
Perancangan Database
Dalam pembuatan website, dibuat dahulu desain awal yang akan menjadi
tampilan web yang akan dibuat. Adapun tampilan awal web adalah sebagai
berikut :
PKMM-1-14-6
PKMM-1-14-7
dengan syarat harus mencantumkan nama, alamat, email, dan saran. Karena
apabila ada kolom yang tidak terisi, maka tidak dapat dimasukkan ke dalam daftar
saran. Hasil memasukkan saran akan sukses apabila dapat ditampilkan pada
kolom daftar saran. Forum saran ini dapat langsung ditanggapi oleh administrator
melalui web. Demikian juga untuk forum konsultasi mempunyai sistem kerja yang
tidak jauh berbeda dengan forum saran.
Pada kolom berita, pengujiannya dilakukan dengan cara memasukkan berita,
apabila bisa ditampilkan pada kolom berita maka web dalam keadaan normal.
Semua aplikasi ini dapat diatur oleh admin pada halaman admin yang telah
disediakan secara khusus.
Setelah dilakukan pengujian sistem maka dapat diuji dari tiga aspek
pengujian, yaitu dari segi keamanan data, penggunaan perangkat lunak, unjuk
kerja menu-menu yang dibuat. Pengujian sistem ini dilakukan untuk mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sistem aplikasi yang dibuat. Selain itu juga dengan
dilakukannya pengujian sistem ini akan dapat mengetahui apakah aplikasi yang
dibuat sesuai dengan spesifikasi yang ada pada tahap perancangan aplikasi sistem
informasi geografis ini.
Sebelum user dapat menggunakan aplikasi ini, pada saat ingin melakukan
perubahan data, terlebih dahulu user harus mengisikan kata sandi atau password
pada form login. Formlogin ini dimaksudkan agar tidak semua orang dapat
mengakses atau menjalankan aplikasi ini, hanya user yang berhak yang
mengetahui password yang dapat menjalankan aplikasi ini. Keamanan data dalam
hal ini, adalah hanya sekitar akses masuk aplikasi saja, tidak termasuk enkripsi
data. Data dari petugas Puskesmas harus disetujui oleh administrator yang
bertugas di Dinas Kesehatan.
Aspek penggunaan perangkat lunak ini dimaksudkan untuk mengetahui
hubungan antara software yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini. Dalam
integrated mapping , mapinfo 7.5 bertugas sebagai editor workspace peta digital,
sedangkan MapExtreme digunakan untuk pembuatan interface serta melakukan
fungsi sebagai penghubung (interface) antara web server dengan peta yang akan
ditampilkan. Sedangkan Dreamweaver MX digunakan untuk membuat tampilan
web, dan Photoshop adalah sebagai editor gambar.
Dengan demikian maka pemilihan perangkat lunak yang digunakan sudah
bisa mendukung untuk proses pembuatan aplikasi sistem informasi geografis ini.
Untuk tahap implementasi, dimulai dengan perencanaan yang sudah
ditetapkan pada tahap sebelumnya. Hal ini dimulai dengan analsis perencanaan
jaringan yang akan dibuat. Setidaknya ada empat pilihan, yaitu :
a. Jaringan Local Area Network (LAN)
b. Jaringan internet melalui jasa ISP (Internet Service Provider)
c. Jaringan komputer untuk internet dengan memakai jaringan Speedy
(ADSL)
d. Jaringan komputer untuk internet dengan sistem dial-up (TelkomNet
Instan atau TelkomFlexi)
Untuk pilihan pertama, pembuatan jaringan komputer dengan konsep LAN.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penerapannya, antara lain
sebagai berikut:
PKMM-1-14-8
Website ini menyediakan sarana komunikasi dua arah, baik dari sisi
masyarakat (pengguna umum) maupun dari sisi Dinas Kesehatan..
Website ini dapat membahas penyakit yang menular maupun yang tidak
menular, hal ini didukung oleh forum konsultasi dan forum saran.
PKMM-1-14-9
DAFTAR PUSTAKA
Wahana Komputer: Panduan Aplikatif Pengembangan Web Berbasis ASP,
penerbit ANDI.
Agung, Gregorius : 11 Script Spektakular Active Server Page, Elex Media
Komputindo
Nuarsa I Wayan: Mengolah Data Spasial Dengan MapInfo Profesional 7.0,
Penerbit ANDI
Charter Denny, Agtrisari Irma : Desain dan Aplikasi GIS, Elex Media
Komputindo
Prahasta Eddy. 2001. Konsep-konsep Dasar System Informasi Geografis.
Bandung: Informatika Bandung
Prahasta Eddy : Belajar dan Memahami MapInfo, Informatika
MapInfo Profesional 7.0 User Guide, MapInfo Corporation, Troy, Network
PKMM-1-15-1
PKMM-1-16-1
PKMM-1-17-1
PKMM-1-18-1
ABSTRAK
PKMM ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan kadar zat aditif
yang ada dalam manisan basah buah mangga tingkat keamanannya bagi
konsumen. Metode yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu untuk membuat
pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat manisan basah buah mangga yang dijual di beberapa lokasi yang biasa
dikunjungi konsumen seperti supermarket dan di pinggir-pinggir jalan. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa kandungan sakarin pada manisan basah buah
mangga yang ada di terminal Arjosari (161,674 ppm), terminal Gadang (152,743
ppm) dan terminal Landungsari (170,147 ppm) berada di bawah standart yaitu
200-600 ppm. Sedangkan di Mitra (228,084 ppm), Ramayana (201,52 ppm), Jalan
Jakarta (212,97 ppm) dan di Jalan Veteran (232, 664 ppm) masih berada
diambang batas, sehingga aman untuk dikonsumsi. Kandungan natrium benzoat
pada manisan basah buah mangga yang ada di tujuh lokasi tidak ada yang
melebihi standar, yaitu 600-1000 ppm. Kandungan tertinggi terdapat pada
manisan yang ada di Mitra (329,4 ppm), sedangkan kandungan terendah terdapat
pada manisan yang ada di Jalan Veteran (182,39 ppm). Sedangkan kandungan
pewarna tartrazine yang di bawah standar, yaitu 20-100 ppm. Dimana Mitra
38,92 ppm (terendah); Ramayana 44,29 ppm; Jalan Jakarta 65,04 ppm; Jalan
Veteran 60,1 ppm; Terminal Arjosari 51,18 ppm; Terminal Gadang 55,7 ppm;
Terminal Landungsari 66,34 ppm (tertinggi). Pewarna alami yang dapat
digunakan sebagai pewarna pada manisan untuk menggantikan pewarna sintetik
adalah ekstrak kunyit, ekstrak bunga mawar dan ekstrak ubi jalar. Sedangkan
pemanis alami yang dapat digunakan adalah sirup glukosa dan dekstrose.
Kata kunci: aditif, mangga, pewarna, manisan buah
PENDAHULUAN
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Masalah yang
berkaitan dengan pengadaan pangan mulai dari tahap produksi sampai ke tahap
konsumsi harus ditangani sampai tuntas agar mutu kehidupan manusia semakin
meningkat. Penanganan pangan sejak pasca panen sampai konsumsi sangat erat
kaitannya dengan teknologi pangan dan penggunaan bahan pangan kimia yang
dibutuhkan agar mutunya baik.
Pasokan pangan dan gizi yang tepat merupakan hal yang penting dalam
pemeliharaan kesehatan. Pangan tidak saja harus tersedia dalam jumlah yang
cukup serta mengandung gizi yang memadai, tetapi juga harus aman untuk
dimakan dan tidak membahayakan bagi konsumen.
PKMM-1-18-2
PKMM-1-18-3
aditif alami. Di samping itu juga bisa sama-sama mudah didapat, murah dijual di
pasaran serta memberikan kualitas produk yang sama-sama menarik.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak
terkait seperti masyarakat (konsumen dan produsen), institusi dan pelaksana.
1. Masyarakat (konsumen dan produsen)
Kesehatan masyarakat (konsumen) ikut terjaga, karena penggunaan bahan
aditif sintetik terkurangi
Meningkatkan pendapatan produsen, karena bisa menggunakan bahan aditif
alami secara mudah, murah dan aman
Membuka peluang usaha di bidang pembuatan bahan aditif alami
2. Institusi
Wahana pengabdian masyarakat khususnya di bidang riset pemanfaatan atau
penggalian potensi bahan baku penghasil bahan aditif alami dari tanaman dan
hewan
Menjalin kerjasama antara Institusi dengan masyarakat dalam aplikasi
langsung penelitian perguruan tinggi
Memberi solusi yang tepat untuk pangan yang sehat, bergizi dan aman bagi
masyarakat
3. Pelaksana
Merupakan karya pengabdian masyarakat sebagai bentuk rasa tanggung
jawab mahasiswa dalam pemasyarakatan teknologi tepat guna di bidang
pengolahan pangan khususnya potensi bahan alami
Mampu bersikap kritis, kreatif dan mandiri dalam bermasyarakat.
Mampu menyumbangkan ilmu dan konsep spesifik sekaligus khususnya
dalam pengaplikasian ilmu yang telah didapatkan di kuliah.
METODE PENELITIAN
PKMM ini merupakan penelitian deskriptif. Tujuannya adalah untuk
membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat kimia (zat-zat aditif, seperti zat pemanis sakarin, zat pengawet natrium
benzoat dan zat pewarna tartrazine) pada manisan basah buah mangga yang dijual
di terminal Malang, di beberapa supermarket dan di pinggir-pinggir jalan. Teknik
pengambilan sampelnya menggunakan teknik pengambilan sampel secara sensus.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan membeli manisan basah buah mangga
yang ada di Terminal Arjosari, Gadang dan Landungsari; supermarket yang ada di
Ramayana dan Mitra; serta di sepanjang Jalan Jakarta dan Jalan Veteran.
Kemudian manisan tersebut dibawa ke Laboratorium THP dan Laboratorium
Kimia Universitas Muhammadiyah Malang untuk diteliti. Selanjutnya mencari
solusi tentang penggunaan aditif alami dan mengaplikasikannya pada produk
manisan basah buah-buahan. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Agustus
sampai dengan November 2005.
Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain timbangan analitik,
penangas air, gelas ukur, pipet ukur, pengaduk, erlenmeyer, labu takar, oven, pH
meter (merk Schoot Duran), lemari asam, kertas kromatografi, kertas saring
whatman no. 40, spektrofotometri-UV (merk Miltonroy 20 D). Bahan-bahan yang
diperlukan dalam penelitian ini antara lain NaOH, HCl, ferri khlorida, asam sulfat,
eter, H2SO4, amonia, hidroksi amin, etanol, butanol, asam asetat, aseton,
PKMM-1-18-4
amonium asetat, aquades, indikator Brom Thymol Blue, buffer sitrat, dan indicator
Phenol Red.
Penentuan lokasi penelitian, yaitu merupakan salah satu tempat umum yang
banyak dikunjungi orang seperti terminal, supermarket dan pinggir-pinggir jalan
sehingga banyak dijumpai para pedagang makanan disana. Namun keamanan
pangan dari makanan yang dijual di tempat tersebut belum tentu terjamin
keamanannya. Untuk itu perlu diadakan suatu kajian di tempat tersebut.
Pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
secara sensus, yang artinya tiap-tiap sampel dari masing-masing tempat tersebut
diamati karena jumlah yang ada terbatas.
Sampel yang sudah dibeli, kemudian diberi label. Label memuat informasi
mengenai nomor sampel, lokasi pengambilan sampel dan tanggal pengambilan
sampel. Selanjutnya sampel manisan basah buah mangga ini dibawa ke
Laboratorium THP dan Laboratorium Kimia UMM untuk dipreparasi dan
dianalisa. Preparasi sampel dilakukan sebelum dianalisa kualitatif. Setiap sampel
dihomogenkan dengan menggunakan blender. Lama proses homogenisasi berkisar
antara 5-10 menit tiap sampel.
Analisa kualitatif dilakukan untuk mengidentifikasi apakah sampel
mengandung zat pemanis, zat pengawet dan zat pewarna atau tidak. Metode yang
digunakan untuk analisa kuantitatif ini adalah metode titrasi. Jika sampel positif
mengandung zat pemanis, zat pengawet dan zat pewarna selanjutnya dilakukan
analisa kuantitatif.
Analisa kuantitatif dilakukan jika dari analisa kualitatif, sampel dinyatakan
mengandung zat pemanis, zat pengawet dan zat pewarna. Melalui analisa
kuantitatif akan diketahui berapa banyak zat pemanis, zat pengawet dan zat
pewarna yang terkandung dalam sampel tiap gramnya. Metode yang digunakan
untuk analisa kuantitatif zat pemanis dan zat pengawet adalah metode titrasi,
sedangkan untuk zat pewarnanya adalah metode spektrofotometri.
Pengolahan data hasil analisis kuantitatif berupa penentuan konsentrasi setiap
sampel dari setiap ulangan serta konsentrasi rata-rata dari setiap sampelnya.
Kesimpulan diambil dari pengolahan data yang berupa analisa kualitatif dan
analisa kuantitatif. Penyajian data hasil analisa ini berupa persentase.
Survey ke tempat produksi ini bertujuan untuk mengetahui kadar zat pemanis
sakarin, zat pengawet natrium benzoat dan zat pewarna tartrazine. Sehingga dapat
diketahui seberapa besar penambahan zat aditif yang dilakukan dalam proses
pembuatan manisan basah buah mangga ini.
PKMM-1-18-5
PKMM-1-18-6
PKMM-1-18-7
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Kadar Sakarin
Dari hasil analisa pemanis sakarin secara kuantitatif dengan menggunakan
metode titrasi terhadap produk manisan basah buah mangga didapatkan hasil
seperti terlihat pada gambar 3.
248.58
250
228.084
230.73
201.52
212.43
200
211.37
182.39
150
100
50
0
I
Keterangan: I. Mitra,
V. Term. Arjosari
Gambar 2.
II
III
IV
VI
VII
II. Ramayana,
III. Jl. Jakarta, IV. Jl Veteran,
VI. Term. Gadang VII. Term. Landungsari
Bahan Pengawet
Hasil pengamatan identifikasi natrium benzoat menunjukkan bahwa ketujuh
sampel menggunakan bahan tambahan pengawet natrium benzoate. Identifikasi
natrium benzoat ini mengunakan cara titrasi dengan indikator BTB (Brom Thymol
Blue), yaitu dengan ditandainya larutan sampel yang berwarna merah kecoklatan.
Warna ini menunjukkan adanya natrium benzoat.
Tabel 2. Identifikasi Natrium Benzoat terhadap Manisan Basah Buah Mangga.
Lokasi Sampel
Natrium Benzoat
Mitra
Ramayana
Jl. Jakarta
Jl. Veteran
Term.Arjosari
Term.Gadang
Term.Landungsari
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
PKMM-1-18-8
350
329.401
300
248.58
250
218.08 212.43
211.37
230.73
182.39
200
150
100
50
0
I
II
III
IV
VI
VII
Keterangan: I. Mitra,
II. Ramayana,
III. Jl. Jakarta, IV. Jl Veteran,
V. Term. Arjosari VI. Term. Gadang VII. Term. Landungsari
Gambar 3.
Bahan Pewarna
Karakteristik pertama dari makanan yang diperhatikan adalah warnanya dan
hal ini menentukan flavour dan kualitas dari makanan terebut. Kualitas makanan
adalah hukum pertama dalam dasar pembuatan dan penggunaan pewarna. Banyak
hasil pengujian yang menentukan pentingnya arti warna maka warna dan flavour
harus sesuai dengan bahan aslinya (Hendry, 1996).
Tabel 3. Identifikasi Jenis Pewarna Sintetis
Lokasi Sampel
Tartrazine
Mitra
Ramayana
Jl. Jakarta
Jl. Veteran
Term.Arjosari
Term.Gadang
Term.Landungsari
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
70
66.34
60.1
60
51.18
50
55.7
44.2
38.92
40
30
20
10
0
I
II
III
IV
VI
Keterangan: I. Mitra,
II. Ramayana,
III. Jl. Jakarta,
V. Term. Arjosari VI. Term. Gadang VII. Term. Landungsari
Gambar 4.
VII
IV. Jl Veteran,
PKMM-1-18-9
PKMM-1-18-10
PKMM-1-18-11
Antosianin
Pigmen antosianin adalah zat warna alami yang menyebabkan warna
kemerah-merahan yang terdapat dalam cairan sel tumbuh-tumbuhan dan bersifat
larut dalam air (Fennema, 1985). Antosianin dapat diekstrak dari bunga-bungaan
dan umbi-umbian. Bunga-bungan antara lain bunga mawar (Hembing dkk, 1996),
bunga aster, begonia, cruissant dan pelargonium (Harborne, 1987). Sedangkan
umbui-umbian dapat diperoleh dari ubi jalar. Penggunaan pigmen antosianin
sebagai pewarna alami telah banyak dilakukan oleh nenek moyang kita. Dengan
menghancurkan dan merendam dalam air, maka ekstrak mawar dapat digunakan
sebagai zat pewarna alami.
Salah satu zat pewarna alami yang aman digunakan dalam produk pangan
adalah antosianin, yang tergolong senyawa flavonoid dan dapat digunakan sebagai
antioksidan. Antioksidan adalah suatu zat yang berfungsi mencegah terjadinya
oksidasi pada suatu senyawa disekitarnya karena dia mampu bersifat sebagai
reduktor. Antioksidan alami umumnya berasal dari golongan flavonoid (James,
1996).
Penggunaan Pewarna Alam
Menurut Tranggono,dkk (1990) pewarna makanan digunakan dengan
berbagai tujuan, yaitu memperbaiki kenampakan dari makanan yang warnanya
pudar akibat proses thermal atau pudar selama penyimpanan dan memberikan
penampakan produk yang lebih seragam sehingga dapat meningkatkan kualitas.
Pewarna alami adalah golongan pewarna yang mempunyai sifat kelarutan
dan stabilitas tertentu. Oleh karena itu setiap pewarna terdapat dalam beberapa
bentuk yang berbeda-beda, masing-masing diformulasikan untuk meyakinkan
bahwa warna itu cocok dengan makanan tertentu.
Penggunaan pewarna harus memenuhi beberapa syarat sehingga dapat
menjamin kesehatan konsumen. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan
aplikasi pewarna terhadap produk, dan harus dipertimbangkan dalam proses
pembuatannya, yaitu:
1. Kelarutan Pigmen
Antosianin larut dalam air, sedangkan curcumin, klorofil dan xantofil larut
dalam minyak dan lemak.
2. Bentuk Kimia
Pewarna tersedia dalam bentuk, antara lain cairan atau ekstrak, bubuk
(powder), pasta dan konsentrat. Pemakaian pewarna sangat penting untuk
mengetahui bahwa warna akan berubah jika pigmen akan mengalami
kerusakan selama prosesing.
3. Tingkat Keasaman
Pewarna makanan yang larut dalam air (terutama yang berbentuk cairan)
dibuat dengan pH maksimum. Penambahan larutan buffer ke dalam produk
akan mengubah pH larutan.
KESIMPULAN
1. Manisan basah buah mangga yang ada di Mitra, Ramayana, Jalan Jakarta,
Jalan Veteran, Terminal Arjosari, Terminal Gadang dan Terminal Landungsari
menggunakan:
a. bahan pemanis sintetis berupa sakarin
PKMM-1-18-12
2.
3.
4.
5.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 1995. Peranan Keamanan Makanan dalam Kesehatan dan
Pembangunan (Dalam Laporan Panitia Pakar Gabungan FAO/WHO
Mengenai Keamanan Makanan). Bandung: ITB.
Anonymous. 1997. Petunjuk Praktikum Kimia Amami (Makanan Minuman) Edisi
I. Laboratorium Kimia AAK/AAF 17 Agustus 1945. Semarang.
Azwar, S. 1997. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wattoon. 1987. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh Purnomo, H. dan Adiono. Jakarta: UI-Press.
Depkes 26/MA/98. 1998. Penetapan Kadar Sakarin dalam Minuman Ringan.
dalam: Metode Analisis. Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan. Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 1998. Penetapan Kadar Benzoat dalam Makanan. SK. Menkes RI No.
23/MA/98 dalam: Metode Analisis. Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Desrosier, 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Jakarta: UI-Press.
Fachruddin, L. 1998. Membuat Aneka Manisan. Yogyakarta: Kanisius.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. Nomor: 722/MenKes/Per/IX/88 Tentang Bahan
Tambahan Makanan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
PKMM-1-18-13
PKMM-1-19-1
PKMM-1-19-2
PKMM-1-19-3
Uraian Kegiatan
1 Persiapan
a. Peninjauan lapangan dalam
penentuan usaha penentuan
kelompok pemindangan
Pelaksanaan
a. Penyuluhan tentang cara
pemindangan
b. Pengenalan alat pengemasan
ikan pindang
c. Demonstrasi alat
pengemasan ikan pindang
II
III
Bulan
IV
V
VI
VII
PKMM-1-19-4
Kertas CD
Kertas A4
Balpoint ,Spidol ,Pensil
Roll Film/Cuci Cetak
Kai Kasa Nillon
Lem Kayu
Isi Steples
Sablon label
Benang kasur
Jarum
Keranjang pindang
Tahun berdiri
Ketua kelompok
Jumlah Anggota kelompok
PKMM-1-19-5
apus yang diambil bagian daging bambu. Desain keranjang bambu yang
digunakan merupakan anyaman sederhana dengan lubang-lubang berbentuk
jajar genjang. ikan pindang akan diletakkan didalam keranjang tanpa terlebih
dahulu diberi alas.cara meletakkan pindang pada bagian dasar sampai pada
permukaan atas keranjang sama. jika pada bagian dasar letak kepala terletak
pada sisi kanan, lapisan kedua letak kepala berada pada sudut 90 derajat dari
sisi kanan, demikian juga pada lapisan ketiga letak letak kepala berada pada
sudut 90 derajat dari lapisan kedua dan seterusnya sampai pada lapisan
keempat. Lapisan paling atas tidak ditutup.
Pemasaran
Hanya mencakup pasar lokal termasuk kota Negara/ Jembrana, Kadangkadang ada pengepul yang datang yang sebelumnya sudah memesan.
Lain-lain:
1. Mendapatkan penyuluhan sebanyak 5 kali dari pemerintah
2. mendapat pinjaman dana sebanyak 2 kali dari pemerintah
3. mendapat bantuan mesin untuk perahu dari pemerintah
PEMBAHASAN
Ketika tangkapan ikan pada hari-hari tertentu sangat banyak,
mengakibatkan harga ikan mentah atau ikan segar cenderung menurun drastis.
Untuk menghindari hal tersebut dilakukan suatu usaha pengawetan ikan yang
salah satunya adalah pemindangan.
Pemasaran produk hasil pemindangan tanpa teknik-teknik tertentu dalam
hal ini adalah pengemasan yang baik. Akan berpengaruh terhadap jangkauan
distribusi poduk tersebut. Dengan mengemas menggunakan teknik biasa yaitu
memakai keranjang dengan ukuran yang besar dan tanpa adanya penutup serta
desain yang kurang menarik, tentu saja membuat konsumen tertentu enggan untuk
membeli produk tersebut. Kemasan yang tidak bagus memungkinkan terjadinya
kontak dengan serangga atau lalat. Sehingga mudah terkontaminasi beberapa
kuman. Besarnya ukuran keranjang yang memuat 20-30 ekor pindang membawa
dampak negatif terhadap ketahanan dari pindang tersebut yang hanya mampu
bertahan tidak lebih dari tiga hari. Serta mengingat kemampuan dan
kecenderungan konsumen untuk membeli pindang hanya 5-10 ekor per hari.
Penggunaan keranjang yang hanya memuat 5-10 ekor pindang adalah
salah satu solusi yang diharapkan mampu meningkatkan minat konsumen untuk
membeli pindang tersebut. Dilengkapi dengan teknik pengemasan yang baik,
higienis, dan menarik. Desai sederhana yang diperkenalkan adalah desai penutup
dari keranjang tersebut yang dahukunya dibuka sekarang di coba untuk ditutup
agar terlihat pengemasan baik, higienis, dan menarik. Bahan dasar desain penutup
keranjang adalah kain kasa nillon yang telah diberi label produk dengan kemasan
yang menarik. Maka tidak menutup kemungkinan produk tersebut akan dapat
menjangkau swalayan-swalayan terdekat di Kabupaten Jembrana.
KESIMPULAN
Masyarakat mengenal cara pengemasan hasil pemindangan sehingga
mampu menembus swalayan.
Pendapatan masyarakat meningkat sebagai efek dari modifikasi alat pengemasan
hasil pemindangan yang memenuhi standar.
PKMK-2-1-1
PKMK-2-1-2
tentang fenomena penarik beca. Sebuah tulisan disebuah surat kabar nasional
(Kompas 3 Agustus 2000) menggambarkan bahwa kebijakan Pemerintah DKI
melarang beca beroperasi di Jakarta kemudian dianulir oleh keputusan pengadilan
yang mengatakan bahwa pelarangan itu tidak sah. Namun demikian, hiruk pikuk
permasalahan beca di DKI bukan berarti tuntas seiring dengan keputusan
pengadilan yang membolehkan beca kembali beroperasi. Hal ini terjadi karena
keputusan tersebut dinilai kontroversial. Dengan kata lain keputusan itu ibarat
pisau bermata dua, sebab di satu sisi keputusan itu telah memberikan harapan
baru bagi warga miskin yang hidup dari mengayuh beca. Tetapi, disisi lain ada
kekhawatiran bahwa kehadiran penarik beca akan semakin memacetkan lalu lintas
jalan raya.
Gambaran yang sama juga terlihat di kota besar lainnya di Indonesia salah
satunya adalah Medan. Persoalan penarik beca memang bukan semata-mata soal
ekonomi namun juga berkenaan dengan keteraturan tata kota serta tenaga kerja.
Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan beca di kota Medan diantaranya
muncul beca-beca liar dan bus tanpa izin yang secara langsung mengurangi
pendapatan penarik beca legal (Kompas selasa 14 Mei 2002) serta pertambahan
jumlah beca yang tidak terkontrol. Hampir di semua wilayah kota Medan
fenomena bertambah banyaknya penarik beca dapat dilihat secara langsung. Salah
satu wilayah kota Medan yang mengalami gejala yang sama adalah kampus
Universitas Sumatera Utara. Sampai saat ini paling tidak terdapat 300-an beca
beroperasi di wilayah kampus USU yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi interaksi sosial antara warga di kampus USU.
Beberapa dampak kehadiran penarik beca di kampus USU antara lain dapat
dirasakan dari semakin sesak dan sempitnya jalan-jalan yang diperuntukkan bagi
mahasiswa, dosen, pegawai dan pengguna jalan lainnya baik yang berjalan kaki
maupun yang berkenderaan (sepeda motor, mobil) oleh deretan beca yang kadang
tidak beraturan. Hal itu terjadi karena ulah penarik beca yang mangkal secara
tidak beraturan di badan jalan terutama di persimpangan yang ramai dilewati
orang. Mereka biasanya tersebar dibeberapa pangkalan yang ada di pintu-pintu
masuk kampus seperti di Simpang Sumber, Tembok, Biro Rektor, dan Pintu IV.
Keberadaan penarik beca di lingkungan kampus USU harus diakui memang
memberi manfaat bagi warga kampus. Areal kampus yang cukup luas yang
mencapai 200 ha memerlukan sarana angkutan yang murah seperti beca. Hanya
saja, perkembangan jumlah dan jenis beca yang beroperasi di lingkungan kampus
USU terkesan tidak tertib. Kebiasaan para penarik beca yang parkir sembarangan
dan semrawut mengurangi nilai keindahan di kampus USU. Tidak hanya itu,
tanaman-tanaman yang berada di taman juga kadang kala rusak karena dijadikan
tempat mangkal para penarik beca.
Hal lainnya yang bisa dijadikan indikator ketidakteraturan para penarik beca
dapat dilihat dari peristiwa tarik menarik atau perebutan penumpang dikalangan
penarik beca. Hal itu memunculkan rasa ketidaknyamanan bagi calon penumpang
atau orang-orang lain yang lalu lalang di sekitar lokasi mereka mangkal. Penarik
beca juga ditemukan melakukan perjudian di beberapa pangkalan. Kegiatan itu
dilakukan oleh para penarik beca yang biasanya berlangsung ketika penumpang
sedang tidak ramai. Dalam sebuah penelitian yang pernah dilakukan oleh Erwin
(skripsi yang tidak dipublikasikan, 2001) terungkap bahwa penarik beca di Medan
sangat besar kemungkinannya terlibat dengan aktivitas perjudian termasuk
PKMK-2-1-3
togel (toto gelap). Beratnya tekanan kehidupan yang dirasakan oleh penarik
beca menyebabkan mereka melakukan perjudian sebagai alternatif hiburan
sekaligus peluang memperoleh uang tanpa harus bersusah payah.Dampak lain
yang kiranya juga perlu diperhatikan adalah bahwa para tukang beca tersebut
sering buang air kecil di sembarang tempat. Aktivitas perjudian dan buang air
kecil di sembarang tempat tersebut dapat mengurangi nilai akademis kampus
yang tentunya tidak sesuai dengan lingkungan kampus yang melibatkan generasi
muda (mahasiswa).
Selain hal-hal diatas, persoalan tarif beca juga dirasakan sebagian
mahasiswa menjadi masalah sebab tidak jarang tarif yang dikenakan kepada para
penumpang berbeda untuk jarak yang sama terutama disaat musim hujan.
Apabila kondisi yang digambarkan diatas terus berlanjut, maka pihak
berwenang kampus ada kemungkinan mengambil tindakan untuk melarang para
penarik beca beroperasi di wilayah kampus USU. Bila kondisi ini terjadi maka
para penarik beca ini akan kehilangan mata pencaharian utama mereka dan
mahasiswa, dosen, pegawai yang menggunakan jasa.
Berdasarkan uraian di atas, maka sangat relevan bila dilakukan pembinaan
dan penguatan individu/kelompok penarik beca agar aktivitas mereka mencari
nafkah berlangsung dengan tertib dan tidak mengganggu para mahasiswa dan
pihak lain yang notabene merupakan calon penumpang potensial. Upaya
pembinaan dan penguatan individu/kelompok penarik beca juga merupakan
bagian dari tanggung jawab sosial Perguruan Tinggi dalam mengabdi kepada
masyarakat, tidak terkecuali kelompok masyarakat yang ada di sekitar kampus.
Hal ini sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan pengajaran,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Permasalahan kehidupan penarik beca pada dasarnya meliputi banyak aspek
seperti aspek sosial, budaya dan ekonomi. Dalam kegiatan pengabdian ini yang
menjadi fokus adalah bagaimana menguatkan/memberdayakan kelompok penarik
beca sehingga tercipta keteraturan operasional mereka di lingkungan kampus
USU.
METODE PENELITIAN
Guna menciptakan kelompok penarik beca yang kuat dan berdaya yang
memberi kontribusi bagi peningkatan pendapatan ekonomi dan penciptaan
ketertiban dan keteraturan di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara, ada
beberapa kegiatan yang telah dilakukan yaitu:
Menginventarisir jumlah dan melakukan registrasi penarik beca dan jenis
beca yang ada di lingkungan kampus Universitas Sumatera Utara.
Membentuk kelompok penarik beca dan melakukan pendampingan
(pembinaan kelompok , penyusunan draft usulan kebijakan dan kegiatan
produktif lainnya) guna memberdayakan kelompok tersebut.
Melakukan diskusi bersama kelompok penarik beca untuk menetapkan
mengenai tarif angkutan beca di lingkungan kampus Universitas Sumatera
Utara.
Cara pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan FGD secara
reguler. Ada beberapa kegiatan yang direncanakan namun karena keterbatasan
waktu dan dana, dua hal yang disebut terakhir ini belum dapat direalisasikan.
Kegiatan tersebut adalah
PKMK-2-1-4
NO
INTERVAL
UMUR
JUMLA
H
1
2
3
4
5
6
7
8
9
15-18
18,1-25
25,1-30
30,1-40
40,1-50
50,1-60
60,1-70
70,1-80
80,1-90
Jumlah
7
36
14
26
18
3
3
1
108
6,5
33.3
13.0
24.1
16.7
2.8
2.8
0.0
0.9
100
INTERVAL
LAMA
MENARIK BECA
01 Bulan-1 Tahun
1,1-5 Tahun
5,1-10 Tahun
10,1-15 Tahun
15,1-20 Tahun
20,1-25 Tahun
25,1-30 Tahun
30,1-35 Tahun
35,1-40 Tahun
JUMLAH
7
36
14
26
18
3
3
1
108
6.5
33.3
13.0
24.1
16.7
2.8
2.8
0.0
0.9
100
PKMK-2-1-5
Jika dilihat dari latar belakang etnis diperoleh kenyataan bahwa sebahagian
besar penarik beca yang beroperasi di USU berasal dari etnis Nias dengan jumlah
56 orang atau sekitar 51.9 %. Selain Nias terdapat juga penarik beca yang berasal
dari etnis Jawa, Batak Toba, Karo dan lainnya. Untuk lebih jelas lagi mengenai
latar belakang etnis penarik beca dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Data Penarik Beca Berdasarkan Kelompok Etnis
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
KELOMPOK ETNIS
JUMLAH
Nias
Batak Toba
Karo
Jawa
Padang
Sunda
Batak Pakpak
Tapsel
Jumlah
%
56
13
10
18
1
1
1
8
108
51.9
12.0
9.3
16.7
0.9
0.9
0.9
7.4
100
Pendapatan rata-rata penarik beca setiap hari tergolong kecil, yaitu berkisar
antara Rp10.000-Rp20.000. Sebanyak 75,9 % responden berada dalam golongan
pendapatan ini. Gambaran lebih lengkap tentang sebaran pendapatan penarik beca
dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Data Penarik Beca Berdasarkan Pendapatan/Hari
NO
1
2
3
4
5
Interval Pendapatan
10.000-20.000
21.000-30.000
31.000-40.000
41.000-50.000
51.000-60.000
Jumlah
JUMLAH
82
17
3
4
2
108
%
75.9
15.7
2.8
3.7
1.9
100
Jenis Beca
Dayung
Mesin
Jumlah
JUMLAH
97
11
108
%
89.8
10.2
100
Status Beca
Disewa
Milik Pribadi
Jumlah
JUMLAH
67
41
108
%
62.0
38.0
100
PKMK-2-1-6
beca paling dominant, yaitu masing-masing 24,1 %. Data sebaran lokasi mangkal
penarik beca dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Penarik Beca Berdasarkan Tempat Mangkal
NO
TEMPAT MANGKAL
JUMLAH
1
2
3
4
5
6
Pintu I
Pintu IIPintu II
Pintu III
Pintu IV
Simpang Perpus
Simpang Sumber
Tembok
Jumlah
12
17
26
5
26
22
108
11.1
0.0
15.7
24.1
4.6
24.1
20.4
100
Hampir separuh (43,5 %) dari penarik beca yang menjadi responden tinggal
di kawasan kampus, yaitu di Kampung Susuk, sebuah pemukiman penduduk yang
bersebelahan langsung dengan areal kampus USU.sData yang diperoleh di
lapangan mengenai tempat tinggal penarik beca menunjukkan bahwa rata-rata
penarik beca bertempat tinggal di kampung Susuk dengan persentase 43,5 %.
Namun sebagian mereka bertempat tinggal cukup jauh dari lokasi mereka bekerja,
misalnya dari Kampung Lalang, Marindal, dan Delitua, yang merupakan wilayah
pinggiran kota Medan bahkan sudah berada di luar wilayah kota. Untuk lebih
jelasnya mengenai sebaran tempat tinggal penarik beca dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
JUMLAH
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Kampung Susuk
Pembangunan
PAsar IV
Dr. Mansyur
Kapt. Muslim
Johor
Sei Padang
Deli Tua
Pasar III P. Bulan
Selayang
Tanjung Sari
Pasar. I P. Bulan
Sunggal
Kamp. Lalang
Marindal
Jumlah
47
11
2
13
1
2
11
1
4
1
8
2
1
2
2
108
43.5
10.2
1.9
12.0
0.9
1.9
10.2
0.9
3.7
0.9
7.4
1.9
0.9
1.9
1.9
100
Pada FGD I diperoleh beberapa kondisi-kondisi para penarik beca seperti kondisi
ekonomi, sosial budaya dan kesehatan lingkungan penarik beca.
PKMK-2-1-7
ASPEK
Ekonomi
Sosial budaya
Kesehatan dan
lingkungan
KENYATAAN
1. Pendapatan penarik beca rata-rata
Rp 20.000 /hari. Pendapatan penarik
beca ini biasanya mereka gunakan
untuk keperluan dihari itu juga, dan
adanya kebiasaan hidup mereka
dengan gaya ngebon di warung.
Pagi-pagi isteri mereka ngutang dulu
ke warung, baru mereka bayar setelah
suami dapat uang.
2. Meningkatnya
biaya
hidup
penarik beca dengan naiknya harga
BBM.
3. Makin banyaknya penarik beca
yang masuk kelingkungan kampus
USU sehingga mengurangi pendapatan
mereka karena mendapat saingan.
4. Akses
terhadap
sumberdaya
ekonomi tidak ada atau berkurang.
Contohnya koperasi, jadi tidak
terpikirkan oleh mereka untuk
menyimpan uang atau menabung.
5. Tingkat
pendidikan
mereka
umumnya rendah. Tetapi meskipun
begitu, masih ada juga penarik beca
yang mempunyai pendidikan cukup
tinggi seperti D1, D3 bahkan S1.
Penarik beca biasanya bekerja yang
lain seperti jaga malam, buruh, isteri
menjadi pembantu rumah tangga atau
buruh cuci.
HARAPAN
1. Adanya keterampilan penarik beca
mengenai
perbaikan
beca
sendiri.
Tujuannya supaya mereka bisa mengurangi
pengeluaran biaya memperbaiki beca.
Dalam FGD II disampaikan usulan kepada para penarik beca bahwa mereka
harus mempunyai organisasi yang tersusun rapi. Para penarik beca menyetujui hal
tersebut, maka terjadilah pembentukan organisasi penarik beca tingkat USU.
Adapun usulan nama organisasi yang mereka ajukan ada 3 yaitu :
1.
Penarik Beca USU (PB USU)
PKMK-2-1-8
2.
Serikat Penarik Beca USU (SPB USU)
3.
Keluarga Besar Penarik Beca USU (KBPB USU)
Akhirnya melalui proses pemilihan secara voting diantara para penarik beca maka
disepakati dibentuknya sebuah organisasi yang diberi nama Keluarga Besar
Penarik Beca USU (KBPB USU) dengan struktur kepengurusannya yaitu:
Ketua
: Yan Berlin Sembiring (pangkalan Sumber)
Sekretaris
: Basir Hasibuan (pangkalan Pintu I)
Bendahara
: Faigiaro Lafao
Anggota
: Sumarjo, Ucok Karo, Angolita Lafao, Elifati Zega, Timbul
Simarmata.
KESIMPULAN
Dari semua kegiatan yang dilakukan, baik itu penyebaran kuesioner,
wawancara, FGD I dan FGD II, tidaklah lepas dari kerjasama tim yang solid.
Walaupun tidak jarang terjadi selisih paham dan beda pendapat. Namun itu semua
tidak menjadi kendala dalam melakukan kegiatan PKM ini. Kegiatan tersebut di
atas telah menghasilkan kerjasama yang baik antara tim dengan pihak YPRP,
Departemen Antropologi dan juga dengan para penarik beca.
Dari kegiatan ini ditemukan bahwa para penarik beca di kampus USU
sepertinya sudah menyadari arti pentingnya berorganisasi, walaupun pada
awalnya sangat sulit menyadarkan mereka tentang arti pentingnya berorganisasi.
Dengan berorganisasi penarik beca di kampus USU sudah dapat menyampaikan
aspirasi-aspirasinya dan keinginan-keinginannya melalui kelompok yang telah
dibentuk bersama. Arti penting dari kegiatan ini juga adalah diberikannya
pengajaran kepada para penarik beca tentang bagaimana memanagemen
perekonomian mereka, maksudnya adalah dengan adanya suatu wadah organisasi
maka mereka bisa memiliki uang kas kelompok yang mereka kelola secara
bersama-sama yang pada akhirnya uang kas tersebut digunakan untuk keperluan
para anggotanya. Pihak kampus juga mendukung kegiatan ini khususnya
Departemen Antropologi. Seluruh tim bangga dan sangat dihargai dengan adanya
dukungan tersebut.
Hambatan-hambatan yang dialami oleh Tim selama kegiatan ini berlangsung
adalah :
DANA
Dana yang diperoleh tim tidak memadai untuk semua kegiatan yang
dilakukan, oleh sebab itu tim harus rela mengeluarkan dana dari kantong
sendiri untuk mendapatkan hasil kegiatan yang maksimal
WAKTU
Kegiatan ini tim ketahui pada tahun 2004, kemudian pada tahun 2005 tim
dikabarkan layak mengikuti kegiatan ini. Tim melakukan langkah pertama
dengan cara menyebar kuesioner dan wawancara, tetapi kegiatan tim ini
sempat vakum, dikarenakan tim tidak memiliki dana yang cukup untuk
melanjutkan kegiatan dan menunggu dana diberikan kepada tim. Setelah
dana diberikan, tim berusaha bekerja semaksimal mungkin sampai pada
batas waktu yang diberikan. Tetapi batas waktu yang diberikan tidak dapat
dicapai oleh tim, sehingga harus terlambat dalam penulisan laporan kegiatan
PKM ini.
PKMK-2-1-9
PKMK-2-2-1
PKMK-2-2-2
pembuangan sampah timbul ancaman berbagai jenis penyakit yang bersumber dari
sampah (Ir.Yul H. Bahar, 1986).
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan cara memilah sampah
berdasarkan jenisnya (Soewedo Hadiyoto. 1981/ 1982). Pemilahan sampah
merupakan suatu langkah yang dapat mempermudah proses daur ulang. Daur
ulang adalah suatu upaya dalam pemanfaatan sampah menjadi suatu yang lebig
bernilai ekonomis. Apabila sampah masih tercampur maka akan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk memilahnya di tempat pembuangan akhir (TPA)
agar bisa didaur ulang. Sementara jumlah sampah akan bertambah setiap harinya
dan lahan PA akan semakin berkurang.
Metoda pemilahan sampah ini dapat dimulai dari tingkat rumah tangga
karena rumah tangga merupakan sumber dari segala kegiatan jadi apabila dari
tingkat rumah tangga sudah terbiasa untuk memilah sampah, maka kebiasaan ini
akan terbawa ketempat-tempat yang lebih besar seperti perusahaan, pabrik, kantor
dan lain sebagainya.
Bertitik tolak dari pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang ada :
1. Untuk meningkatkan mutu kebersihan kota Padang harus disertai dengan
pengelolaan yang baik antara warga masyarakat dengan pemerintah kota.
2. Sistem pengelolaan sampah rumah tangga masih belum menerapkan
metoda pemilahan sampah.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat kota Padang dalam mengelola sampah dan menerapkan metoda
pemilahan sampah di tingkat rumah tangga.
Manfaat yang ingin diperoleh dari kegiatan ini adalah agar kemampuan
masyarakat dalam mengelola sampah dapat meningkat dengan memilah sampah
sesuai dengan jenisnya. Selain itu hasil dari kegiatan ini juga diharapkan dapat
menjadi acuan dan rujukan bagi Pemko Padang dalam pengelolaan sampah,
khususnya sampah rumah tangga.
METODE PENDEKATAN
Pada pelaksanaannya, observasi dilakukan selama satu minggu pada
bulan maret 2006 yang bertempat di komplek perumahan Pelangi Indah RT
01/RW XIII Kel. Korong Gadang Kec. Kuranji Padang. Metoda yang dilakukan
pada saat observasi adalah metoda diskusi dengan beberapa warga termasuk ketua
RT setempat, dari hasil observasi didapatkan informasi bahwa warga komplek
pelangi indah telah mempunyai kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan
tempat tinggal mereka, hal ini terbukti dengan telah adanya kesepakatan dari
warga untuk menyewa sebuah mobil sampah (bukan milik Dinas Kebersihan)
yang akan menangani masalah sampah komplek namun sampah yang dikumpul
masih dalam keadaan bercampur tidak dipisah berdasarkan jenisnya.
Berdasarkan hasil observasi yang didapatkan, dapat dirumuskan metoda
yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari program :
1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat komplek Pelangi Indah.
Penyuluhan yang diberikan berupa:
a. Pemberitahuan kepada masyarakat mengenai dampak positif dan negatif
dari pengelolaan sampah, akibat buruk bagi kesehatan masyarakat yang
bisa ditimbulkan dari sampah.
PKMK-2-2-3
PKMK-2-2-4
PKMK-2-2-5
berisikan segala sesuatu tentang sampah dan pengelolaanya, dan juga diberikan
selebaran yang berisi Panduan pemilahan sampah agar memudahkan masyarakat
dalam memilah. Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah melihat kecenderungan
masyarakat apakah telah melakukan proses pemilahan dengan baik setiap dua kali
seminggu selama satu bulan penuh. Menurut Time Schedule yang telah kami buat,
sebelum program ini dilaksanakan terlebih dahulu dipasang Poster yang telah
direncanakan di lokasi sekitar komplek. dengan tujuan agar ajakan untuk memilah
sampah masih terus dapat dirasakan oleh masyarakat ketika masyarakat keluar
dari rumahnya masing-masing. Namun tahapan ini telat dilaksanakan karena
terkendala masalah pemesanan, dan poster ini akhirnya dipasang pada saat
program sedang berlangsung.
Adapun instrumen pendukung yang digunakan selama Program
kegiatan ini berlangsung adalah :
a. Pada saat penyuluhan : Infokus dan Laptop
b. Pada saat pelaksanaan program
- Kantong sampah 4 buah perumah dengan warna yang berbeda-beda
- Buku wacana Ayo bersiasat dengan sampah
- Selebaran panduan pemilahan
- Poster yang berisikan ajakan untuk memilah sampah.
c. Pada saat pengambilan sampah :
- Mobil Pick-Up untuk mengangkut sampah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari pelaksanaan program yang telah dilakukan selama kurang lebih satu
bulan didapatkan hasil sebagai berikut :
Dari grafik dapat dilihat bahwa tingkat kesadaran masyarakat dalam
pemilahan sampah dari setiap kali pengambilan mengalami perubahan yang
bervariasi. Pada pengambilan pertama terlihat bahwa kecenderungan warga untuk
memilah sampah cukup tinggi, yaitu 94,37 %. Ini kemungkinan disebabkan
karena warga sangat antusias dengan metoda pemilahan sampah ini. Metoda ini
juga pertama kalinya diterapkan ditempat tersebut.
Tingkat Kesadaran Mayarakat Dalam Sampah
100
90
80
persentase
70
60
50
40
30
20
10
0
Terpilah (%)
94.37
83.1
82.44
73.69
54.28
60.81
73.68
83.1
Bercampur %
5.63
16.9
17.56
26.32
45.71
39.19
26.32
16.9
pengambilan
Terpilah (%)
Bercampur %
PKMK-2-2-6
PKMK-2-3-1
PKMK-2-3-2
PKMK-2-3-3
Nama
Kegiatan
Meet by
Heart
Metode
Pelaksanaan
Permainan
Materi Yang
disampaikan
-
Target Kegiatan
Dapat berkenalan
dengan anak
didik tanpa
Pencapaian
Program
mengenal
anak didik
PKMK-2-3-4
Pertemu
an II
(9 Juli
2005)
Meet by
Heart
diskusi,
pembagian
paket
kesehatan
Kesehatan
Reproduksi
Pertemu
an III
(16 Juli
2005)
Coz U are
My Friend
konseling
klompok
Self-Concept
Pertemu
an IV
(23 Juli
2005)
Coz U are
My Friend
games,
konseling
kelompok
Goal
Attainment
Pertemu
an V
(30 Juli
2005)
Coz U are
My Friend
kelompok
besar
Flash back to
focusing future
Pertemu
an VI
(6
Agustus
2005)
You'll See
I Can Do
it
reward and
punishment
creative
competitive
ness
Pertemu
an VII
(20
Coz U are
My Friend
Nonton film
Stress Relaps
Anak didik
mengerti
mengenai
pentingnya
kesehatan alat
reproduksi
mereka, dengan
membahas halhal yang selama
ini dinilai tabu
seputar masalah
reproduksi dan
seks.
Anak didik
memahami
kelebihan dan
kekurangan diri
sendiri dan
temannya
sehingga dapat
membentuk
konsep diri yang
lebih positif
Anak didik dapat
menentukan
tujuan atau
pencapaian target
hidupnya
sehingga mulai
dapat
diperjuangkan
sekarang juga
walaupun
memiliki
keterbatasan fisik
Anak didik dapat
menyusun
perencanaan dan
strategi dalam
mencapai
tujuannya
Anak didik dapat
Menyalurkan
kreatifitasnya
dengan
keterbatasan
tertentu,
mengasah
kemampuan
bersaing dengan
sehat, kerjasama
dalam kelompok
Anak didik
mendapatkan
hiburan dan
penyampaian
informasi
tentang
kebersihan
dan kesehatan
reproduksi
pemberian
paket
kebersihan
Anak didik
mulai
membuka
pikiran untuk
menerima
kelebihan dan
kekurangan
dirinya
Anak didik
lebih terbuka
untuk
mentukan
tujuan
hidupnya
Anak didik
lebih dapat
meperinci
tujuan
hidupnya
Anak
terpancing
untuk
mencoba halhal baru,
mengembang
kan
kreatifitas,
berkompeisi
dengan sehat,
mampu
memotivasi
diri sendiri
dan temannya
Anak dapat
menyatakan
insight atau
PKMK-2-3-5
Agustus
2005)
Pertemu
an VIII
(27
Agustus
2005)
lomba
kebersama
an
permainan
kebersamaan,
pemberian
motivasi
pelajaran dari
film yang
disajikan
Anak didik dapat
merasakan
kebersamaan
hikmah dari
tontonan
tersebut
Anak didik
dapat dengan
terbuka
bersama
dalam
permainan
PKMK-2-3-6
PKMK-2-3-7
dari koridor yang bersifat edukatif, karena masalah seks sebenarnya bukanlah hal
yang tabu. Diskusi ini dilakukan selama 40 menit.
Dalam sesi ini terlihat beberapa anak didik memang tertarik untuk
membicarakannya, dan tidak takut-takut untuk memberi komentar atau
pendapatnya. Tim pelaksana juga melihat bahwa sikap terbuka dalam
memperbincangkan seks, lebih tampak pada anak didik kasus narkoba, daripada
anak didik kasus non narkoba. Kami juga mengamati bahwa beberapa anak didik
kurang aktif bicara karena pengetahuan mereka atas kesehatan reproduksi yang
memang minim sekali. Salah satunya dikarenakan tingkat pendidikan mereka
yang rata-rata lulusan Sekolah Dasar, atau Sekolah Menengah Pertama (SMP)
saja, bahkan ada yang tidak lulus.
Kami memperoleh informasi bahwa upaya untuk menjaga kesehatan alat
reproduksi mereka memang kurang mendapat perhatian. Jika menstruasi mereka
menggunakan pembalut kain yang harus sering dicuci dan dijemur, yang nyatanya
memang tidak higienis (begitu juga menurut mereka). Karena untuk mencuci saja,
kadang tidak tersedia sabun dan alat atau sarana mencuci seperti sikat, maupun
ember.
Acara ditutup dengan pemberian sarana untuk menjaga kesehatan
reproduksi, berupa sabun cuci, peralatan mandi (sabun, pasta gigi, sikat gigi) yang
diberikan perorangan, dua buah ember, gayung, dan dua buah sikat cuci.
Kegiatan Pertemuan III
Minggu ke tiga mulai memasuki tahap di mana anak didik belajar
memahami dirinya sendiri dan orang lain. Untuk memahami diri sendiri, anak
didik diminta menuliskan tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada
dirinya. Metodenya: anak didik diminta mengelompokan diri sebanyak lima
orang. Jadi ada 3 kelompok, duduk membentuk lingkaran kecil. Masing-masing
anak memegang kertas, pertama-tama mereka menuliskan kelebihan dan
kekurangan diri mereka sendiri di kertas yang sudah diberi nama mereka. Setelah
selesai, mereka mengoper kertas itu ke teman di kanannya, untuk diisi tentang
kelebihan dan kekurangan dirinya, menurut pendapat teman di kanannya itu.
Selesai menuliskan, bagian kertas yang telah ditulis dilipat, sehingga
kerahasiaannya terjamin, dan tidak dibaca teman-temannya yang lain. Sementara
itu, anak didik menerima juga kertas dari teman di kirinya, untuk memberi
pendapat tentang kelebihan dan kekurangan yang ada pada teman di sebelah
kirinya itu.
Setelah selesai, dan kertas miliknya sudah kembali ke tangannya, mereka
diminta membacanya komentar-komentar tentang dirinya sendiri itu. Anak didik
belajar menerima kritikan dari orang lain, sehingga mereka dapat berintrospeksi.
Mentor dalam kelompok memberi kesempatan bagi anak didik yang mau
melakukan pembelaan, seandainya komentar temannya itu salah, atau dengan
memberi penjelasan kepada temannya atas mengapa sifat negatif itu kadang
muncul, misalnya tentang mengapa saya pemarah dan mengapa sikap kamu
terkadang menyebalkan, dan sebagainya.
Beberapa komentar yang menyakitkan ada juga yang diterima dengan
lapang dada. Kekurangan yang ada diusahakan untuk diintrospeksi. Sementara itu
dalam kesempatan itu anak didik juga dapat saling melontarkan pujian-pujian
dengan memberi penilaian positif yang ada pada diri temannya.
PKMK-2-3-8
Dengan cara ini anak didik diajak untuk bisa menghargai diri sendiri dan
orang lain apa adanya, karena setiap orang pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan tertentu. Kelemahan diri sendiri dan orang lain bukan alasan untuk
membenci. Esensi kegiatan ini tidak disampaikan oleh mentor, melainkan anak
didik diminta sendiri untuk menilai langsung manfaat kegiatan tersebut.
Walaupun demikian, anak-anak yang cenderung pemalu, masih belum berani
untuk banyak bicara. Komentar lebih banyak terlontar dari umumnya anak-anak
yang terlibat kasus narkoba yang memang terlihat lebih agresif dibanding anakanak yang terlibat kasus nonnarkoba.
Dari kegiatan ini tim pelaksana yang masuk ke dalam kelompok dapat
memberi penilaian khusus atas kesulitan-kesulitan atau hambatan pribadi anak
didik dalam berinteraksi dengan temannya. Dengan menceritakan kelebihan dan
kekurangan diri secara terbuka, mereka juga belajar terbuka kepada orang lain,
mengembangkan sikap-sikap positif yang ada pada dirinya, sehingga mampu
saling memotivasi diri sendiri dan orang lain.
Kegiatan Pertemuan IV
Pada pertemuan ini, kami mencoba menghadirkan permainan melemparkan
bola-bola kecil. Tujuan dilakukannya permainan tersebut adalah membiasakan
anak didik menentukan terget sebelum melangkah. Anak didik diminta
membentuk lingkaran. Di tengah-tengah lingkaran tersebut, diletakkan sebuah
gelas kecil. Kami meminta anak didik membentuk bola-bola kecil terbuat kertas.
Selanjutnya kami meminta mereka satu demi satu melemparkan bola kecil ke arah
gelas. Seiring dengan lemparan bola, anak didik diminta membayangkan impian
mereka. Kami memberi petunjuk, bahwa bila bola kecil masuk ke dalam gelas
aqua, maka impian anak didik akan tercapai. Suasana ruang pembinaan yang
awalnya sunyi mendadak berubah menjadi ramai. Anak didik berusaha
memasukkan sebanyak mungkin bola ke dalam sebuah gelas berukuran sedang.
Bola-bola kecil itu diasosiasikan sebagai cita-cita mereka, dan gelas diasosiasikan
sebagai targetan yang harus mereka capai. Diharapkan permainan tersebut mampu
memotivasi anak didik untuk bangkit dan berjuang mewujudkan mimpi-mimpi
mereka.
Kegiatan selanjutnya adalah anak didik diminta membentuk kelompok yang
terdiri dari lima orang anggota. Setiap kelompok didampingi oleh seorang mentor.
Setiap anak didik mengisi daftar kesuksesan. Mereka diberi waktu untuk
mengingat kembali kesuksesan yang telah dicapai saat mereka masih balita, SD,
SMP, dan SMA; kemampuan yang dimiliki untuk dipertunjukkan pada orang lain;
kebanggaan pada diri sendiri; serta lima hal yang mereka sukai dari diri mereka.
Selesai kegiatan ini mengisi daftar kesuksesan, mentor memandu diskusi yang
membahas kesuksesan yang selama ini telah mereka raih. Mentor mengetahui
bahwa pengalaman terberat anak didik dalam hidupnya adalah saat mereka harus
menjalani masa pidana di LP.
Kegiatan Pertemuan V
Kegiatan minggu kelima ini diisi dengan melakukan renungan perjalanan
hidup para anak didik. Pintu dan jendela ruang pembinaan ditutup rapat. Anak
didik diminta membentuk barisan di luar ruangan. Sementara itu alunan musik
diperdengarkan. Mentor menuntun dua orang anak didik masuk ke dalam ruangan.
PKMK-2-3-9
PKMK-2-3-10
PKMK-2-3-11
diri anak didik. Bersama beberapa teman relawan dari Departemen Kriminologi,
kami mengadakan perlombaan, diantaranya lomba tarik tambang, lomba lari, dan
lomba mencapai pulau impian.
Diawali dengan salam pembukaan dari Kepala Lapas dan Ketua Tim
pelaksana Perlombaan 17 Agustus. Dilanjutkan dengan penyerahan sumbangan
buku dari salah seorang alumni Departemen Kriminologi. Perlombaan diadakan di
lapangan berumput Lapas. Lomba tarik tambang diikuti oleh dua kelompok,
masing-masing terdiri dari tujuh orang anak didik. Lomba lari yang diikuti oleh
setiap anak didik. Dipertandingkan diantara empat orang anak didik dalam empat
kali putaran. Sedangkan lomba mencapai pulau impian dilakukan oleh setiap
pasangan anak didik. Dipertandingkan di antara tiga pasang. Saat itu Lapas
dipenuhi oleh keramaian, tawa, dan canda. Semuanya berbaur menjadi satu. Tak
memandang, apakah ia penghuni Lapas atau bukan. Satu setengah jam lamanya
perlombaan diselenggarakan.
Kegiatan selanjutnya diadakan di dalam aula Lapas. Lomba joget balon yang
diikuti oleh seluruh penghuni Lapas menambah suasana menjadi riuh. Hingga tiba
pada pembagian hadiah perlombaan. Setiap anak didik mendapat hadiah,
bertujuan menghindari saling iri diantara mereka. Bila seorang anak didik
mendapatkan hadiah perlombaan, sedangkan anak didik yang lain tidak
mendapatkan apapun, dikhawatirkan akan terjadi kecemburuan diantara mereka.
Dalam kesempatan ini, kami juga memberi reward dan punishment atas hasil
tugas dari game kreatif...siapa takut?!, dengan memberi peringkat satu sampai
tiga untuk kelompok yang hasil karya tulisannya paling kreatif sampai kelompok
yang paling tidak kreatif.
Satu jam menjelang ditutupnya rangkaian kegiatan Save Our Jail, para
mentor dan anak didik bergabung dalam satu lingkaran. Sambil menikmati santap
siang, kami saling berbagi perasaan dan salam perpisahan. Bukan berarti kegiatan
Save Our Jail akan berhenti sampai di sini. Bila segalanya memungkinkan,
kegiatan tersebut akan dilanjutkan. Pembagian kaos Save Our Jail sebagai kenangkenangan kami pada mereka diharap mampu memotivasi mereka melakukan hal
yang lebih baik dimanapun dan kapanpun. Kegiatan ditutup dengan foto bersama.
Secara singkat hasil pelaksanaan program save our jail berdasarkan waktu
pelaksanaan, materi kegiatan, instrumen yang digunakan, target yang ditetapkan
setiap minggu pertemuan dan pencapaian program dapat dilihat dari tabel berikut :
KESIMPULAN
Informasi yang kami peroleh dari sebagian besar anak didik selama dilangsungkannya kegiatan Save Our Jail ialah bahwa sebagai mantan anak didik
mereka khawatir kemungkinan identitasnya diketahui masyarakat saat mencari
pekerjaan, sehingga akan menghambat langkah mereka dalam beraktivitas.
Setelah ditelusuri lebih dalam, masalah utamanya terdapat pada diri anak
didik sendiri. Untuk membentuk penilaian orang lain, seseorang harus dapat
menilai dirinya sendiri lebih dulu. Sehingga apapun penilaian orang lain, konsep
diri seorang anak didik sudah harus diperbaiki lebih dulu sebelum ia terjun ke
masyarakat. Hambatan dalam berinteraksi akan lebih mudah ditangani jika anak
didik dapat memahami masalah utama apa yang dirasakan dan dihadapinya.
Berdasarkan pengakuan mereka, hambatan tersebut salah satunya adalah karena
PKMK-2-3-12
mereka takut untuk bergabung kembali dalam kelompok bermainnya sendiri yang
telah pernah menjerumuskan dirinya ke arah perilaku menyimpang, misalnya
narkotika, pencurian atas permintaan, ataupun penipuan. Selain itu anak didik
terkadang merasa tidak berani menghadapi kelurga mereka sendiri karena
kesalahan yang pernah dilakukannya.
Dua hal inilah yang kami tangani, secara internal yakni kepribadian mereka,
dan secara eksternal yaitu lingkungan sosialnya. Proporsi intervensi yang kami
lakukan memang lebih besar pada aspek internalnya, karena sebagian besar anak
didik mengaku tidak mengetahui lokasi tempat tinggal orang tua atau walinya, dan
jika pun tahu, lokasinya jauh di luar propinsi.
Tidak semua bentuk intervensi kami terhadap anak didik memiliki dampak
yang sama pada tiap individu anak didik. Beberapa di antara mereka telah
menyelesaikan masa tahanan mereka pada saat laporan ini dibuat, dan mereka
terus berhubungan dengan kami. Beberapa dari mereka mengaku telah berkumpul
kembali dengan keluarganya, ada yang melanjutkan sekolah ke pesantren, dan ada
yang tengah bergabung di Persatuan Keluarga Berencana Indonesioa (PKBI)
untuk mengurus rumah singgah penampungan anak mantan anak didik lembaga
pemasyarakatan. Walaupun demikian tidak semua anak didik yang telah
mengikuti program Save Our Jail, selanjutnya menjalani hidup yang normal
sebagai anak-anak. Beberapa dari mereka yang sebelumnya terkait masalah
narkoba, ada yang masih kecanduan memakai narkoba, dan kami tidak dapat
menghubungi anak tersebut. Proses ini memang memakan waktu lama dan
perkembangan anak didik tidak bisa terus dipantau, sehingga dampak atau
pengaruhnya pun tidak bisa langsung terlihat.
Program ini akan berkelanjutan, dan kami berrencana akan melanjutkannya
pada anak didik lain di LPA Wanita Tangerang, dengan teknik yang lebih
mengarah pada peningkatan skill mereka, serta mengikutsertakan beberapa
mantan anak didik yang sekarang sudah menjalani masa bebasnya. Hal ini akan
sangat membantu proses asimilasi dan interaksi serta sosialisasi nilai-nilai positif
pada anak didik.
DAFTAR PUSTAKA
C.I. Harsona, Hs. Bc. IP. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta:
Djambatan; 1995.
Petrus Irwan Panjaitan. Perkelahian Narapidana. Suara Pembaruan Daily [online]
21
April
1996;
Available
from:
URL:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1996/04/22/0034.html. Accesed
Januari 12, 2004.
PKMK-2-4-1
PKMK-2-4-2
Hanjeli juga toleran terhadap suhu dingin, tanah asam ataupun basa (Rahmawati,
2003). Melihat syarat tumbuh hanjeli di atas, Indonesia sebagai negara agraris
tropika sangat cocok untuk dijadikan tempat budidaya hanjeli.
Saat ini, produksi pangan terutama beras tidak dapat mengimbangi
peningkatan jumlah penduduk. Oleh karena itu, diperlukan suatu usaha
diversifikasi pangan untuk mengatasi hal tersebut (Nurkhamidah, 2003). Hanjeli
dapat menjadi pangan alternatif sebagai salah satu usaha diversifikasi pangan
karena hanjeli memiliki nilai gizi yang baik. Kandungan protein, lemak, dan
vitamin B1 pada hanjeli lebih tinggi dibandingkan tanaman serealia lainnya, Ca
yang dikandung hanjeli lebih tinggi dibandingkan beras, jagung, dan sorghum
(Tabel 1).
Tabel 1. Komposisi Kimia Tanaman Serealia dalam 100 g Biji Serealia
Komposisi Kimia
Beras Jagung Millet
Kandungan air (%)
13.5
13.6
11.0
Energi (kJ)
1711
1690
1573
Karbohidrat (%)
87.7
83.0
78.9
Protein (%)
8.8
10.5
12.8
Lemak (%)
2.1
4.9
5.6
Serat (%)
0.8
2.7
1.7
Abu (g)
1.3
1.6
2.7
Ca (mg)
18
16
56
Fe (mg)
3.2
3.2
10.1
Vit. B1 (mg)
0.39
0.34
0.35
Vit. B2 (mg)
0.08
0.13
0.16
Niacin (mg)
5.8
2.4
2.0
Sumber: Grubben dan Partohardjono, 1996
Sorghum
12.0
1628
82.6
11.4
4.2
2.5
1.7
25
4.3
0.37
0.20
4.4
Barley
13.7
1586
83.2
12.2
2.4
2.9
2.2
58
7.0
0.36
0.12
6.0
Hanjeli
15.0
1506
76.4
14.1
7.9
0.9
1.6
54
0.8
0.48
0.10
2.7
Pangan dari hanjeli dapat berupa bubur hanjeli, tape, dan kue-kue yang
menggunakan tepung hanjeli sebagai tepung campuran (composite flour). Saat ini,
harga hanjeli impor di pasar tradisional mencapai Rp16.000,00/kg (data primer,
2005).
Saat ini, di kawasan Punclut terdapat petani yang membudidayakan
hanjeli. Berdasarkan data sekunder tahun 2005 yang diperoleh, petani di kawasan
Punclut telah menanam hanjeli sejak tahun 1940-an. Dari sekitar lima belas petani
yang dahulu menanam hanjeli, sekarang hanya tersisa tujuh petani yang aktif
menanam hanjeli. Petani lain yang tidak lagi menanam hanjeli beralih pada
komoditas lain seperti ketela pohon dan kacang tanah. Hal ini disebabkan
ekonomi petani yang rendah sehingga tidak mampu untuk membeli komponen
budidaya seperti benih, pupuk, dan pestisida. Selain itu, banyak petani yang
kebingungan dalam memasarkan hanjeli karena hanjeli masih dijual dalam bentuk
biji (petani Punclut menyebutnya beras) dengan harga hanjeli masih
Rp4.000,00/kg (data primer, 2005).
Teknik budidaya hanjeli yang dilakukan di kawasan Punclut masih
tradisional dan masih dilakukan secara mixed cropping dengan rata-rata luasan
tanam hanjeli kurang dari seperlima luas lahan mereka. Hal ini menyebabkan
produksi hanjeli yang tidak optimal. Keadaan di atas diperburuk dengan tidak
PKMK-2-4-3
PKMK-2-4-4
teknologi budidaya dan teknologi pasca panen hanjeli. Pemasaran yang baik akan
menunjang proses budidaya hanjeli selanjutnya. Sehingga, petani dapat
menghasilkan produksi yang maksimal dengan biaya yang rendah. Secara
ekonomi, hal ini akan berdampak pada keuntungan dan kesejahteraan petani yang
meningkat.
METODE PENDEKATAN
Pelaksanaan program dilaksanakan di desa Pager Wangi kawasan Punclut,
Kec. Lembang, Kab. Bandung. Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 11 April
2006 sampai tanggal 13 Juni 2006. Dengan lama waktu pelaksanaan enam puluh
empat hari.
Bahan penunjang yang digunakan:
Benih Hanjeli
Pupuk NPK (15-15-15)
Pestisida furadan
Patok nama
Kantong plastik dan karung tepung
Konsumsi untuk penyuluh
Alat penunjang yang digunakan:
Cangkul
Sprayer
Emrat
Kored
Komputer
Printer, dan
Alat tulis
Metode pelaksanaan program sebagai berikut:
1. Menginventarisasi petani-petani yang masih aktif menanam hanjeli di
kawasan Punclut untuk memudahkan pembentukan kelompok tani
2. Membuat demplot dengan luas 300 m2 untuk membuat lahan percontohan
budidaya hanjeli.
3. Menginformasikan kepada petani mengenai rakitan teknologi budidaya dan
teknologi pasca panen hanjeli
4. Menginformasikan teknologi pasca panen dimulai dari pengeringan sampai
penepungan
5. Menginventarisasi tempat-tempat pemasaran tepung hanjeli terutama industri
tepung.
6. Membuat kerjasama antara industri tepung dengan petani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Petani yang terbiasa menanam hanjeli telah diinventarisasi dan dibentuk
menjadi kelompok tani percontohan. Dalam satu kelompok terdapat 7 orang
petani. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14 April 2006 dan dilanjutkan dengan
menambah petani pada kelompok tersebut sampai 10 orang. Kegiatan seharusnya
berlanjut ke pembuatan demplot percontohan dan penanaman serentak di lahan
petani. Akan tetapi, petani akan selesai memanen hanjeli mereka pada akhir bulan
April sehingga kegiatan dilanjutkan dengan mengumpulkan hasil panen petani,
menguji rendemen, mengamati kegiatan pasca panen yang dilakukan oleh petani,
PKMK-2-4-5
PKMK-2-4-6
PKMK-2-4-7
PKMK-2-5-1
PKMK-2-5-2
PENDAHULUAN
Krisis moneter yang berkepanjangan mengakibatkan berbagai permasalahan
muncul belakangan ini dan tidak bisa segera diselesaikan. Salah satu diantaranya
adalah kemiskinan. Dalam tatanan masyarakat, kemiskinan lebih banyak berada di
wilayah pedesaan. Menurut Emil Salim (1976) ada lima karakteristik kemiskinan
yaitu :
1. Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri.
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan
kekuatan sendiri.
3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas.
5. Diantara mereka berusia relatif muda dan tidak mempunyai keterampilan atau
pendidikan yang memadai.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas pendidikan menjadi salah satu
indikator kemiskinana di pedesaan. Pendidikan sangat relevan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat miskin (Philips H Coomb,1980). Selama
ini golongan miskin merupakan kelompok subaltern yang disebabkan oleh
tekanan kondisi struktural sedangkan pada dasarnya mereka memiliki kemampuan
untuk berkembang. Salah satu kondisi struktural tersebut adalah kemamampuan
ekonomi yang sangat berpengaruh positif terhadap kemampuan untuk
mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan lebih tinggi. Dalam kenyataannya
sekarang ini pendidikan sebagai komoditi yang bisa diperdagangkan. Hal ini
tentunya sangat berpengaruh bagi kelangsungan proses belajar anak terutama
mereka yang berada di golongan ekonomi menenggah ke bawah.
Sumber daya manusia harus benar-benar berkualitas. Penerapan Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan sebuah pijakan baru dalam menyiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas guna mencapai tujuan negara yang tertuang dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia keempat mencerdaskan
kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan negara tersebut seharusnya pendidikan
merupakan milik rakyat. Sistem KBK lebih mendorong siswa untuk belajar
mandiri. Disamping hal tersebut diatas, pendidikan juga harus mampu
menumbuhkan karakter dan pembentukan identitas anak didik untuk berkembang.
Pendidikan adalah bagian inti dari kedaulatan dan harga diri bangsa (Muarif, 2004
:14). Kondisi demikian menuntut adanya peran orang tua dalam pendampingan
belajar. Bagi masyarakat pedesaan tuntutan tersebut bukan hal yang mudah untuk
dipenuhi. Selain karena waktu mereka lebih tercurah untuk pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, kesadaran melakukan pendampingan dan kontrol belajar masyarakat
relatif rendah ditambah dengan latar belakang pendidikan masyarakat pedesaan
hanya subsisten.
Kondisi demikian tercermin dalam kehidupan masyarakat desa Banyuanyar,
Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali. Berikut ini data persebaran penduduk
berdasarkan kelompok usia pendidikan di desa Banyuanyar kecamatan Ampel
kabupaten Boyolali.
PKMK-2-5-3
Tabel 1
Data Persebaran Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan Desa
Banyuanyar
No
Usia
Jumlah
1.
0-3 tahun
100 jiwa
2.
4-6 tahun
96 jiwa
3.
7-12 tahun
102 jiwa
4.
13-15 tahun
246 jiwa
5.
16-18 tahun
238 jiwa
6.
19 tahun keatas
238 jiwa
Jumlah
2678 jiwa
Sumber : monografi desa banyuanyar 2004
Berdasarkan data tersebut diatas, jumlah anak usia Sekolah Dasar sebanyak
102 jiwa. Adapun jumlah tersebut terbagi dalam dua Sekolah Dasar dan satu
Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah. Dari 102 jiwa penduduk usia sekolah tersebut,
hanya sekitar 15% dari mereka yang mendapat perhatian lebih dari orang tua.
Sisanya, perhatian orang tua terhadap pendidikan anak. Hal ini disebabkan oleh
melekatnya stigma pendidikan bagi kalangan masyarakat desa Banyuanyar adalah
tanggungjawab dari sekolah sementara orang tua bertanggungjawab mencarikan
biaya untuk sekolah.
Fungsi pendidikan lembaga keluarga tidak berjalan dengan baik. Padahal
waktu anak berada di sekolah lebih sedikit dibandingkan waktu anak berada di
rumah. Kontrol belajar yang lemah dan kurangnya prasarana yang menunjang
belajar dirumah menjadikan anak malas. Dampak yang ditimbulkan adalah
menurunnya prestasi anak yang ditunjukkan dengan perolehan nilai anak yang
berada di bawah rata-rata. Akibatnya, kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang
selanjutnya mengalami hambatan. Terutama bagi mereka yang menginginkan
sekolah negeri. Bagi masyarakat golongan menengah keatas, hal ini bisa disiasati
dengan memasukkan putra-putrinya ke lembaga pendidikan atau mengundang
guru privat. Sebaliknya keadaan ini menambah beban bagi masyarakat golongan
ekonomi menengah kebawah.
Keterbatasan finansial menjadi hambatan untuk melakukan hal yang sama.
Sikap pasrah dan adanya tuntutan menyelesaikan pendidikan dasar sembilan tahun
dapat memperparah keadaan. Karena keterbatasan perolehan nilai maka sekolahsekolah swasta menjadi pilihan terakhir meskipun biaya yang dikeluarkan relatif
besar. Hal ini mengindikasikan adanya perdagangan pendidikan. Ibarat pepatah
ekonomi Ada uang ada barang sedangkan dalam dunia pendidikan, Ada uang
ada pendidikan.
Selain itu, permasalahan lain yang muncul di desa Banyuanyar adalah letak
sekolah yang relatif jauh. Dampaknya adalah pada fisik anak didik. Fisik yang
lelah menjadikan daya konsentrasi anak berkurang sehingga tidak mampu
menyerap seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Melihat kondisi diatas kami bermaksud membantu belajar anak-anak usia
Sekolah Dasar melalui sanggar belajar yang diharapkan dapat membantu
meningkatkan motivasi belajar anak. Melalui sanggar belajar ini, diharapkan dapat
memperoleh penjelasan yang lebih jauh mengenai materi pelajaran yang diajarkan
di sekolah. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa jumlah dan muatan mata pelajaran
PKMK-2-5-4
yang cukup banyak tidak sebanding dengan waktu penyampaian pada jam
sekolah. Sehingga pemahaman anak terhadap pelajaran berkurang.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka dapat dirumuskan
beberapa permasalahan yaitu :
1. Bagaimana merintis sanggar belajar untuk membantu belajar anak usia
Sekolah Dasar/sederajat di desa Banyuanyar?
2. Bagaimana membangun kerjasama antara pihak sekolah, pihak desa dan orang
tua dengan fasilitator dalam rangka menumbuhkan motivasi belajar anak?
3. Bagaimana menciptakan upaya pengembangan masyarakat yang berasal dari
mereka, dilakukan oleh mereka dan hasilnya dirasakan oleh mereka?
Tujuan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
1. Membentuk sanggar belajar untuk anak usia Sekolah Dasar/sederajat sebagai
media membantu belajar anak usia Sekolah Dasar/sederajat.
2. Meningkatkan motivasi belajar anak usia Sekolah Dasar/sederajat
3. Menumbuhkan rasa peduli dan tanggung jawab terhadap pendidikan
Manfaat dari Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat ini
berupa terbentuknya sanggar belajar bagi anak-anak Sekolah Dasar/sederajat.
Kegunaan dari sanggar belajar ini adalah sebagai media pembantu proses belajar
anak Sekolah Dasar/sederajat diluar jam sekolah. Sanggar ini dapat digunakan
sebagai tempat anak didik mendalami materi pelajaran mengingat keterbatasan
waktu yang dimiliki selama di sekolah sehingga materi yang diberikan tidak dapat
diterima secara maksimal. Selain itu Sanggar Belajar ini dimanfaatkan oleh pihak
mana saja, dalam kaitannya untuk pertimbangan dalam membuat kebijakan untuk
pengembangan pendidikan untuk mencari model pembelajaran yang tepat bagi
anak Sekolah Dasar/sederajat. Secara khusus, Sanggar Balajar ini dapat
dimanfaatkan oleh :
1. Masyarakat umum dan Komite Sekolah.
Sanggar ini dapat digunakan sebagai media untuk membantu belajar bagi anak
Sekolah Dasar/sederajat
2. Remaja desa Banyuanyar.
Sanggar ini dapat digunakan seagai sarana aktualisasi diri dalam bidang
pendidikan
METODE PENDEKATAN
Dalam menyelenggarakan kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar, digunakan
pendekatan kewilayahan. Pendekatan kewilayahan meliputi analisis analisis
potensi wilayah, kondisi wilayah, institusi yang ada dalam wilayah tersebut dan
juga profil desa. Metode kaderisasi untuk menyiapkan kader penerus sebagai
pengajar serta metode pendampingan untuk selalu mengawal anak belajar dan
memantau hasilnya.
Desa Banyuanyar merupakan salah satu dari 20 desa yang ada di kecamatan
Ampel. Desa ini terletak enam Km arah selatan dari kecamatan Ampel. Jumlah
penduduk desa Banyuanyar 2.678 jiwa. Sebagian besar penduduk desa
Banyuanyar bekerja di sektor pertanian dengan mengandalkan tanah tegalan
sebagai lahan garap. Kondisi sosial ekonomi masyarakat desa Banyuanyar ratarata berada pada golongan menenggah kebawah. Latar belakang pendidikan
penduduk desa Banyuanyar untuk golongan tua rata-rata lulusan Sekolah Dasar,
untuk golongan Muda (remaja), mayoritas menamatkan pendidikan sampai
PKMK-2-5-5
dengan SMA. Jumlah anak usia sekolah dasar mencapai 102 jiwa terbagi dalam
dua Sekolah Dasar dan Satu Madrasah Ibtidaiyah. Organisasi sosial yang ada di
desa Banyuanyar meliputi, Gotong Royong, PKK dan Karang Taruna. Mediamedia inilah yang selanjutnya dimanfaatkan oleh tim fasilitator sebagai media
untuk sosialisasi tentang kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar. Melalui
pendekatan kewilayahan ini, tim fasilitator mampu menggali permasalahan yang
terkait dengan pendidikan dan bersama-sama dengan pemerintah desa, kader dan
pihak sekolah mencari solusi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan
pendidikan tersebut tersebut.
Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat dengan Judul
Perintisan dan Pengembangan Sanggar Belajar bagi Anak-Anak Sekolah Dasar Di
Daerah Tertinggal Desa Banyuanyar, telah dilaksanakan pada bulan Maret Mei
tahun 2006. Selanjutnya Sanggar Belajar Banyuanyar ini, diserahkan kepada
masyarakat Desa Banyuanyar untuk dikelola oleh masyarakat setempat melaui
kader-kader yang telah dibentuk. Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Banyuanyar
dikarena persebaran tempat tinggal anak didik berada di sekitar Sekolah Dasar
Negeri II Banyuanyar. Selain itu, kondisi dan iklim yang telah terkondisikan
sehingga suasana belajar di Sanggar lebih kondusif dan anak didik dapat dengan
mudah menyesuaikan diri. Kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar dilaksanakan
setiap hari Sabtu dan Minggu. Mata pelajaran yang diajarkan dalam sanggar
terdiri dari matematika, Bahasa Inggris, IPA (Sains) dan IPS. Durasi pemberian
materi masing-masing 60 menit. Dibawah ini tabel jadwal Kegiatan Sanggar
Belajar Banyuanyar :
Tabel 2
Jadwal Kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar
No
Hari / Waktu (WIB)
Mata
Pelajaran
1 Sabtu, 14.00 - 15.00
Matematika
15.00 - 16.00
IPS
2 Minggu, 09.00 10.00
IPA (Sains)
10.00 11.00
Bhs. Inggris
Dalam pelaksanaan kegiatan Sanggar belajar Banyuanyar ini tim fasilitator
berkerjasama dengan beberapa pihak yang ada di Desa Banyuanyar. Selain itu
untuk menunjang kelancaran kegiatan, tim fasilitator juga menggunakan beberapa
sarana yang ada di Desa Banyuanyar untuk melaksanakan kegiatan. Adapun
elemen masyarakat yang dilibatkan antara lain sebagai berikut:
a. Pemerintah Desa
Sebagai pemilik wilayah diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengelolaan Sanggar Belajar Banyuanyar. Dengan demikian Sanggar Belajar
Banyuanyar mempunyai kedudukan yang kuat dalam wilayah desa
Banyuanyar dan dapat dijadikan asset atau media percontohan bagi desa yang
lain.
b. Pihak Sekolah (Kepala Sekolah dan Guru)
Peran Kepala Sekolah dan Guru dalam kegiatan ini adalah sebagai mediator
antara anak didik dan fasilitator. Peran Kepala Sekolah dan Guru bersifat
menguatkan sehingga anak didik mau berpartisipasi dalam kegiatan Sanggar
PKMK-2-5-6
Belajar Banyuanyar. Selain itu, pihak sekolah juga sebagai mitra dalam
penyusunan materi ajar dan referensi bahan ajar. Sehingga materi yang
diajarkan di Sanggar Belajar Banyuanyar dapat sesuai dengan materi ajar di
sekolah.
c. Orang Tua
Orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan anak
didik. Orang tua selain berperan sebagai fungsi afeksi terhadap anak juga
dapat berperan sebagai media pendidikan bagi anak. Pelibatan orang tua
dalam kegiatan Sanggar Belajar sebagai pendorong motivasi anak untuk turut
serta dalam kegiatan. Sosialisasi kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar
terhadap orang tua dilakukan dengan cara penyebaran undangan kepada orang
tua.
d. Remaja
Remaja merupakan salah satu ujung tombak dalam sanggar belajar. Remaja
merupakan kader yang akan melanjutkan kegiatan Sannggar Belajar. Adapun
elemen yang terlibat dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini :
Pemerintah Desa
SANGGAR BELAJAR
Sekolah
Anak Didik
Orang Tua
BANYUANYAR
Remaja (Kader)
Gambar 1
Elemen Yang Terlibat Dalam Kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar
Selain elemen masyarakat yang terlibat dalam kegiatan Sanggar Belajar
Banyuanyar, demi menunjang kelancaran kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar,
tim fasilitator juga menggunakan sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Rumah Bapak Sutarmo, sebagai tempat pelaksanaan Training For Trainer
(TOT) sekaligus merupakan sekretariat tim fasilitator.
2. SD Negeri II Banyuanyar sebagai tempat pelaksanaan Sanggar Belaja
Banyuanyar
3. Perlengkapan kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar meliputi Papan tulis, Alat
peraga, Alat Tulis dan buku-buku materi.
Kaderisasi digunakan dalam Sanggar Belajar Banyuanyar untuk melanjutkan
kegiatan setelah tim fasilitator. Kader Sanggar Belajar Banyuanyar ini diambil
dari remaja Desa Banyuanyar. Hal ini didasari pada asumsi bahwa, remaja masih
mempunyai waktu luang dibandingkan dengan golongan lain. Selain itu remaja
dianggap mempunyai kemampuan untuk melakukan transfer ilmu kepada anak
PKMK-2-5-7
didik. Dalam proses kaderisasi ini terlebih dahulu tim fasilitator mengadakan
sosialisasi dengan cara mendatangi pertemuan karang taruna, rekruitmen kader,
penyamaaan konsep, visi dan misi, Training For Trainer (TOT) dan kemudian
kader bersama tim fasilitator terjun untuk mengelola sanggar. Proses rekruitmen
kader tidak hanya dilakukan di awal kegiatan, tim fasilitator bersama kader yang
sudah terbentuk tetap melakukan rekruitmen kader. Peranan kader selama proses
kegiatan adalah sebagai pemberi materi dan pendamping belajar anak didik.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam skema proses rekruitmen kader di bawah
ini.
Sosialisasi
Rekruitmen Kader
Kegiatan Sanggar
Belajar Banyuanyar
Kader
Penyamaan Konsep
Visi dan Misi
Gambar 2
Skema Rekruitmen Kader Sanggar Belajar Banyuanyar
Model pembelajaran yang diterapkan dalam Sanggar Belajar Banyuanyar ini
berbeda dengan model pembelajaran sekolah konvensial. Model yang diterapkan
lebih mengarah kepsikologis anak bukan ke kemampuan anak. Dalam proses
belajar mengajar digunakan dua model. Pertama model tutorial, yaitu model
dimana salah satu dari kader berada di depan kelas untuk memberikan materi.
Model ini sama dengan model-model di sekolah. Yang kedua adalah model
pendampingan. Dalam model pendampingan ini, kader bertindak sebagai
pendamping belajar anak didik. Untuk mempermudah memantau perkembangan
anak didik, anak didik dibagi kedalam 5 kelompok yang mana tiap kelompok
didampingi 1-2 orang kader. Selain memantau perkembangan anak, pendamping
juga bertugas untuk membangkitkan motivasi belajar dari anak-anak
dampingannya.
Pembagian anak didik dalam kelompok ini selain bertujuan untuk
memudahkan memantau perkembangan anak didik, juga bertujuan untuk
menumbuhkan sikap kerjasama antar siswa. Selama ini anak didik terbiasa dengan
bekerja secara individual, di Sanggar Belajar Banyuanyar ini anak didik dilatih
untuk bekerja berkelompok, menumbuhkan rasa toleransi dan kerjasama. Selain
itu dengan anggota kelompok yang setiap dua minggu sekali di ubah formasinya
diharapkan melatih anak didik untuk bisa menerima orang baru, menginggat
teman-teman di Sanggar Belajar Banyuanyar tidak hanya teman satu sekolah
tetapi juga dari sekolah lain.
Untuk merangsang anak didik agar berani tampil ke depan kelas untuk
mengerjakan tugas, atau menjawab pertanyaan, tim fasilitator dan kader
memberikan penghargaan (Reward) berupa bintang yang kemudian pada akhir
bulan akumulasi jumlah bintang dapat ditukarkan dengan alat-alat tulis yang telah
disediakan. Model belajar yang diberikan bersifat santai tetapi mengena ke
sasaran. Dalam kegiatan Sanggar Belajar Banyuanyar, anak didik tidak dilepaskan
dari sifat alamiah mereka yang masih kanak-kanak. Anak didik juga diberi
selingan bermain yang masih dalam koridor pendidikan. Misalnya permainan
PKMK-2-5-8
melatih konsentrasi, permainan warna dalam Bahasa Inggris dan beberapa praktek
ringan untuk bidang Sains. Suasana belajar yang diciptakan dalam sanggar tidak
selalu menggunakan ruangan. Anak didik juga belajar di luar ruangan upaya ini
diambil untuk mengantisipasi kebosanan belajar dalam ruangan.
Setelah tahap persiapan dilalui maka tahap pelaksanaanpun segera dimulai.
Proses kegiatan sanggar belajar dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu,
sehingga kegiatan belajar anak didik di sekolah formal tidak terganggu. Anakanak usia kelas lima SD yang menjadi sasaran utama dari sanggar sangat antusias
untuk mengikuti kegiatan di sanggar belajar ini. Untuk menjaga motivasi anak
dalam belajar maka dimunculkan Reward berupa Bintang yang apabila sudah
terkumpul dapat ditukarkan dengan alat-alat tulis. Untuk membantu peningkatan
gizi anak diadakan program Taman Gizi setiap dua minggu sekali.
Dunia anak-anak tidak lepas dari permainan, maka diberikan game-game
yang mendidik seperti misalnya melatih konsentrasi dengan permainan bloingbloing dan sepak bola untuk melatih kerja sama. Sehingga diharapkan anak bisa
belajar dan juga bermain. Hal tersebut juga bertujuan untuk menghindarkan anak
dari kebosanan.
Selanjutnya diadakan evaluasi atas program secara keseluruhan dan yang
utama adalah monitoring perkembangan anak didik. Pengamatan yang dilakukan
misalnya keberanian anak tampil di depan forum dan juga berpendapat.
Bagaimana anak didik bekerja sama dengan kelompoknya. Bagaimana mereka
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Bagaimanakah semangat mereka
untuk belajar.
Sanggar belajar diserahkan kepada pemerintah desa yang selanjutnya akan
dikelola oleh kader yang telah dibentuk. Hal tersebut sangatlah ideal karena
proses regenerasi akan terus berjalan. Namun proses evaluasi dari fasilitator juga
tidak lepas begitu saja.
Sanggar belajar ini sangatlah penting untuk perkembangan dunia pendidikan.
Oleh karenanya model-model seperti ini harus terus dikembangkan untuk
menyokong pendidikan formal di sekolah.
HASIL PEMBAHASAN
Sanggar Belajar Banyuanyar merupakan salah satu media pembantu belajar
anak usia Sekolah Dasar di desa Banyuanyar. Berdirinya sanggar belajar di desa
Banyuanyar ini merupakan hasil kerjasama dari beberapa pihak antara lain
pemerintah desa Banyuanyar, Sekolah, kader dan fasilitator. Berikut ini hasil dari
kegiatan Sanggar Belajar di desa Banyuanyar KecamatanAmpel Kabupaten
Boyolali :
1. Berdirinya sanggar belajar desa Banyuanyar. Sanggar ini merupakan media
pembantu belajar pertama yang ada di wilayah Banyuanyar, dengan adanya
sanggar ini mampu membantu anak-anak didik kelas V SD dalam
meningkatkan kemampuan belajar baik secara verbal maupun non verbal.
2. Terbentuknya kesadaran pemuda dan pemudi Desa Banyuanyar terhadap
pendidikan. Wujud dari kesadaran ini adalah dengan adanya partisipasi aktif
dari beberapa pemuda dan pemudi desa Banyuanyar untuk berperan sebagai
kader dalam sanggar belajar.
3. Salah satu tujuan dari sanggar belajar ini adalah peningkatan kemampuan
anak didik. Sanggar belajar tidak hanya memberikan materi pelajaran kepada
PKMK-2-5-9
anak didik, tetapi juga memberikan motivasi kepada anak didik untuk mau
dan berani mengeluarkan pendapat di depan umum. Dengan pemberian
motivasi anak didik diberi keyakinan untuk berani menjawab setiap
pertanyaan maupun soal yang diberikan tanpa perlu merasa takut salah
menjawab. Salah satu hal yang ditekankan pada anak didik adalah keberanian
mereka untuk mencoba menjawab dan mengerjakan soal di depan umum,
sehingga mereka tidak hanya memiliki kemampuan secara tertulis tetapi juga
kemampuan secara verbal atau lisan. Sehingga salah satu hasil dari kegiatan
ini adalah peningkatan psikologis anak dalam kegiatan belajar.
Dalam sanggar belajar anak dilatih untuk mampu belajar dan bekerja secara
kelompok. Melalui soal dan tugas yang harus dikerjakan secara kelompok inilah
mereka juga belajar untuk saling bekerja sama dalam kelompok. Bekerja dalam
kelompok juga melatih mereka dalam meningkatkan komunikasi dan interaksi
dengan teman dalam kelompok mereka.
1. Kegiatan sanggar belajar ini didukung oleh adanya kesadaran dari orang tua
murid terhadap kegiatan belajar anak. Salah satu wujud kesadaran tersebut
dapat dilihat dari antusiasme dalam mendukung sanggar, misalnya mendorong
anak didik untuk belajar di sanggar, mengantar dan menjemput anak didik.
2. Keberadaan sanggar telah menjadi suatu kebutuhan dalam masyarakat, hal ini
dapat dilihat dari dukungan yang diberikan anggota masyarakat terhadap
kelangsungan sanggar. Pihak sekolah, orang tua murid mengharapkan sanggar
belajar tersebut tetap terlaksana walaupun tim fasilitator sudah tidak
mendampingi. Hal tersebut juga didukung oleh pemuda dan pemudi yang
menjadi kader dalam sanggar. Para kader sanggar ini telah berkomitmen untuk
tetap mengembangkan sanggar belajar walaupun tidak didampingi oleh tim
fasilitator. Oleh karena itu tim fasilitator membantu kader dalam menyusun
sturktur kepengurusan sanggar belajar. Dengan adanya struktur ini diharapkan
sanggar dapat berlanjut dan berkembang karena telah mempunyai suatu
organisasi tetap.
KESIMPULAN
Pendidikan dasar adalah modal untuk mencetak generasi unggul di masa yang
akan datang. Kewajiban menempuh Wajib Belajar 9 tahun merupakan sebuah
upaya pemerintah guna menyiapkan pilar-pilat pembangunan yang berkualitas,
berdaya saing dan mandiri di masa yang akan datang. Kebijakan tersebut
disempurnakan dengan penerapan kurikulum berbasis kompetensi di semua
jenjang pendidikan. Terakhir, pemerintah menggulirkan program sekolah gratis
untuk SD dan SMP dengan tujuan agar semua anak Indonesia dapat menempuh
pendidikan dasar tanpa terbebani biaya yang mencekik leher. Sayangnya, hal ini
tidak dibarengi dengan kesadaran dari masyarakat bahwa pendidikan adalah
tanggung jawab bersama. Keadaan ini sangat terasa di desa Banyuanyar
Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan sebagian besar penduduk
bermatapencaharian di sektor agraris dan latar belakang pendidikan yang relatif
minim. Keadaan tersebut turut berpengaruh terhadap kesadaran orang tua terhadap
pendampingan belajar terhadap anak. Padahal system pendidikan berbasis
kompetensi menuntut anak untuk lebih banyak belajar mandiri. Pada tahap inilah
peran orang tua sangat dibutuhkan dalamdalam perkembangan anak. Keterbatasan
PKMK-2-5-10
sarana dan prasarana belajar juga mampu mempengaruhi motivasi anak dalam
belajar.
Beberapa hal yang tersebut di atas merupakan salah satu alasan yang
melatarbelakangi terbentuknya sanggar belajar. Kegiatan sanggar belajar di desa
Banyuanyar tidak hanya memberikan kesadaran dan motivasi belajar bagi anak
didik, tetapi juga kepada anggota masyarakat yang lain. Melalui perintisan dan
pengembangan sanggar belajar ini, orang tua dan remaja desa pun turut sadar
bahwa pendidikan bukan hanya menjadi tanggung jawab dari sekolah sebagai
sarana pendidikan formal.
Dalam sanggar belajar, anak didik tidak hanya menerima materi pelajaran
saja, tetapi juga diberikan motivasi untuk berani mengungkapkan pendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Coomb, Philip H dan Manzoor Achmed. 1980. Memerangi Kemiskinan di
Pedesaan Melalui Pendidikan Non-Formal. Jakarta : YIIS
Muarif. 2005. Wacana Pendidikan Kritis. Yogyakarta : Ircisod
--------------. 2004. Monografi Penduduk Desa Banyuanyar Kecamatan Ampel
Kabupaten Boyolali. Boyolali : Pemerintah Desa Banyuanyar.
PKMK-2-6-1
PKMK-2-6-2
PKMK-2-6-3
mendapatkan data koordinat Gua Plawan, serta jalur pipa transmisi (pipa dari
mulut gua sampai reservoir). Hasil kegiatan pengukuran topografi berupa
penampang memanjang jalur perpipaan, baik penampang memanjang gua,
maupun jalur transmisi.
Survey dilaksanakan di jalan desa di sepanjang jalur pipa yang
direncanakan, dari tanggal 10-12 Maret 2006. Dengan langkah kerja sebagai
berikut:
a. Alat didirikan di tengah tengah antara patok yang akan diukur.
b. Rambu didirikan di atas patok 1 dan 2 kemudian dibaca Ba, Bt, Bb di
mana; Bt = | ( Ba + Bb )/2 |
c. Pekerjaan / langkah b dilakukan pula untuk patok antara 2 dan 3.
d. Sistem pengukuran yang digunakan adalah sistem pengukuran poligon
terbuka.
Pemetaan Gua
Kegiatan dilaksanakan di Dusun Gabuk, Desa Giricahyo, Kecamatan
Panggang, Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi kegiatan berada sekitar 5 km dari
Pantai Parang Tritis. Mulut Gua terletak sekitar 100 meter dari jalan setapak yang
menghubungkan tebing Parang Endhog dan Desa Giricahyo.
Kegiatan pemetaan gua diawali dengan kegiatan survey gua yang
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2006. Survey ini dilakukan oleh 3 orang
anggota tim. Dalam survey ini titik-titik belok pipa telah ditandai. Sebelum
dilaksanakan survei pemetaan gua, kegiatan dimulai dengan menganalisa data
awal yang dimiliki. Data awal ini meliputi data bawah permukaan yang diperoleh
dari Yayasan Asintyacunyata yang telah melakukan eksplorasi terhadap Gua
Plawan dan data permukaan yang diperoleh dari Asintyacunyata Speleological
Club (ASC) Yogyakarta.
Tim masuk gua selama 12 jam dari jam 11 siang sampai jam 11 malam.
Dalam survey ini diambil beberapa gambar mengenai kondisi dalam gua; kondisi
pipa eksisting dalam gua, sambungan pipa, keadaaan gua, belokan, dan air bawah
tanah yang mengalir dalam gua.
PKMK-2-6-4
PKMK-2-6-5
sedang dilakukan penelitian tentang kincir angin untuk kecepatan angin rendah
yang cocok untuk daerah Indonesia.
Survei Daerah Tangkapan Air Hujan
Daerah tangkapan air daerah karst mempunyai perbedaan mendasar
dengan daerah aliran sungai biasa. Pada daerah aliran sungai dengan tanah biasa
seperti pasir atau lempung, daerah tangkapannya dapat diketahui dari peta kontur
dengan melihat perbedaan ketinggian lokasinya. Akan tetapi, hal tersebut tidak
dapat dilakukan terhadap daerah karst. Pola aliran air yang berada di bawah tanah
menyebabkan sulitnya deteksi mengenai dari mana masuknya input sungai. Oleh
karena itu harus dilakukan survei khusus yang berupa penelusuran gua untuk
mengetahui daerah-daerah yang aliran airnya masuk ke sungai bawah tanah yang
mengalir melalui Gua Plawan.
Survei daerah tangkapan air dilakukan dengan bantuan dari tim Konservasi
Hutan (rekan-rekan mahasiswa kehutanan). Pelaksanaan survei dilakukan pada
bulan Maret 2006. Hasil dari survei ini adalah peta persebaran daerah hijau yang
harus dikonservasi, daerah mana saja yang perlu dihijaukan, data sebaran jenis
tanaman di daerah tangkapan, serta penentuan jenis-jenis hijauan yang cocok
untuk daerah tangkapan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Wilayah
Gua Plawan secara administrasi terletak di Dusun Gabuk, Desa Giricahyo,
Kecamatan Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Mulut Luweng Plawan
terletak pada koordinat 428466 UTM 9113013. Luweng Plawan berada di lembah
doline pada elevasi 290 m dpl. Sumber air yang ada di luweng Plawan merupakan
aliran sungai bawah permukaan dengan arah aliran dari timur laut ke barat daya,
dengan debit kurang lebih 40 l/dt, bermuara ke Samudera Indonesia. Kuantitas air
yang besar tersebut potensial untuk dikembangkan sebagai air baku guna
memenuhi dua desa yaitu Desa Giricahyo pada elevasi 350 m dpl dan Desa
Giripurwo pada elevasi 230 m dpl, yang mencakup 1000 kepala keluarga. Jarak
dari Luweng Plawan ke pemukiman terdekat 500 m (Dokmiri dan Gabug), terjauh
3000 m (Sempu, Jaguran).
Luweng Plawan dapat dijangkau melalui dua alternatif jalan pertama dari
Pantai Parangtritis melalui jalan ke arah Panggang jalan beraspal mulus, sampai
simpang ke hotel South Queen belok ke kanan mengikuti jalan makadam (ke arah
Gua Langse), jalan mendaki bukit cukup terjal, kurang lebih 1,5 km. Lokasi
luweng Plawan pada sisi kiri jalan di lembah doline. Lintas antara Siluk-kota
Kecamatan Panggang dan simpang ke arah pantai Parangtritis dari jalan utama
masuk mengikuti jalan setapak ke arah timur kurang lebih 200 m menuju lembah
doline, jalan alternatif ke dua dari arah Panggang ke barat desa Giricahyo, yang
tepatnya adalah selatan dari dusun Gabug, kondisi jalan makadam dan menuruni
bukit (Yayasan Acintyacunyata Yogyakarta dan Direktorat Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2004).
Kegiatan perancangan dilakukan setelah data survey dan data sekunder
pendukung lainnya didapatkan. Perancangan yang dilakukan selalu
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, dosen yang bersangkutan dengan
materi perancangan, serta praktisi yang kompeten di bidangnya.
PKMK-2-6-6
Analisis Hidraulika
Debit Rencana
a. Total Penduduk Giricahyo (2005)= 4085 jiwa
b. Asumsi, kebutuhan air = 30 l/hr/org
c. Diperhitungkan adanya kehilangan air, sebesar 20%
d. Lama operasi = 10 jam
e. Total debit yang dibutuhkan = 4,085 l/s
f. Panjang total pipa = 1353.9 m
Perencanaan Pipa
Bambang Triatmodjo (2000), menghitung kehilangan tenaga dalam pipa,
asumsi-asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut:
-
Debit rencana
Re =
= 4,085 l/s
vD
PKMK-2-6-7
PKMK-2-6-8
PKMK-2-6-9
Tabel 1.Rekapan Anggaran Biaya KKN Tematik eksploitasi air Gua Plawan
no Pekerjaan
1 Pekerjaan instalasi fisik
2 Uji kualitas air
Law
enforcement,
kehumasan,
data
base,
3
kebendaharaan,
dan
dokumentasi
Program
reforestry
4 (Penanganan
subcatchment
area)
Program sosial (community
5
development)
Rp14,750,000.00
Rp5,300,000.00
ppn 10 %
Rp1,074,746,113.52
Rp1,182,220,724.87
PKMK-2-6-10
Harjono. 1992. Gua Bribin, Berkah bagi Gunuingkidul, Kompas, 7 April 1992.
Ko, RKT. 1997. Introduksi Karstospeleologi Atmajaya, Yogyakarta.
Sigit, S. 1994. Air Gua Bribin untuk Atasi Kekeringan, Suara Merdeka, 29 Maret
1994.
Susanto,S. 1992. Melestarikan Air Gua Bribin, Kedaulatan Rakyat, 24 April 1992.
Triatmadja, B. 2000. Hidraulika 2, Beta Offset, Yogyakarta.
Yayasan Acintyacunyata Yogyakarta dan Direktorat Tata Lingkungan Geologi
dan Kawasan Pertambangan, Direktorat Jendral Geologi dan Sumber Daya
Mineral. 2004. Laporan Akhir Inventarisasi Potensi Sumber Air di
Wilayah Karst di Pulau Jawa, Yayasan Acintyacunyata Yogyakarta.
PKMK-2-7-1
PKMK-2-7-2
bahwa kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di negara
berkembang adalah tidak dikehendaki (unwanted pregnancy) serta kurang dari
111 juta kasus infeksi menular seksual diderita oleh kelompok usia di bawah 25
tahun (WHO/UNFPA/UNICEF, 1999). Setiap 5 menit remaja di bawah usia 25
tahun terinfeksi HIV (Annual Report 2001, IPPF).
Program antisipasi peningkatan masalah kesehatan reproduksi remaja menjadi
sangat penting mengingat sampai tahun 2000, penduduk berusia remaja
meningkat menjadi sekitar 43,65 juta orang. Selain itu, visi Departemen
Kesehatan tentang Pola Pembinaan Kesehatan Reproduksi Remaja belum
memberikan hasil yang memuaskan, komitmen Pemerintah pada International
Conference on Population and Development (ICPD) Kairo tahun 1994 tidak
berjalan sistematis dan menyeluruh, cenderung terdapat peningkatan masalah
kesehatan reproduksi remaja. Oleh karena itu target pelayanan kesehatan
reproduksi remaja Indonesia Sehat tahun 2010 yaitu menurunkan prevalensi
permasalahan remaja menjadi diragukan.
Penanggulangan masalah remaja perlu pendekatan khusus, agar remaja dapat
menceritakan masalah yang dihadapi. Selama ini peranan teman sepergaulan
sangat mendukung terjadinya perubahan pada diri mereka. Teman yang salah akan
menjadikan remaja yang sedang berada dalam tahap perkembangan menjadi salah
pula. Oleh karena itu penanggulangan dengan memperbaiki teman sepergaulan
menjadi sangat penting.
Program ini menawarkan pendekatan dari kelompok sepergaulan dan dikenal
dengan nama peer control group. Kegiatan ini bermaksud menyelesaikan
penyimpangan perilaku yang timbul dari masalah remaja baik HIV/AIDS,
NAPZA maupun kesehatan reproduksi oleh teman sepergaulan. Teman
sepergaulan agar dapat menyelesaikan masalah maka teman tersebut harus
memiliki pengetahuan yang cukup. Program ini melatih remaja mengenai masalah
yang dihadapi sekaligus melihat langsung dampak yang dihadapi. Remaja yang
telah diberi pelatihan kemudian diharapkan dapat menerapkan di sekolah masingmasing dan mempengaruhi teman sepergaulan tanpa merasa digurui sehingga di
masa mendatang masalah HIV/AIDS, NAPZA dan kesehatan reproduksi remaja
dapat tertanggulangi sejak dini.
Rumusan Masalah. Apakah model pendekatan Peer Control Group dari, oleh,
dan untuk remaja dapat menanggulangi masalah HIV/AIDS, NAPZA, dan
kesehatan reproduksi dikalangan remaja ?
Tujuan. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan model pendekatan Peer Control
Group dari, oleh, dan untuk remaja dalam menanggulangi masalah HIV/AIDS,
NAPZA, dan kesehatan reproduksi pada siswa SMA di Kotamadya Surabaya.
Tujuan Khusus. Memberi materi dan pelatihan HIV/AIDS, NAPZA dan
Kesehatan Reproduksi pada siswa SMA di Kotamadya Surabaya melalui
Workshop Kesehatan reproduksi Remaja; mengajak siswa SMA di Kotamadya
Surabaya melihat langsung berbagai dampak akibat HIV/AIDS, NAPZA, dan
masalah kesehatan reproduksi yang timbul pada pasien di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya; mencoba menerapkan hasil pelatihan dan kunjungan lapangan pada
teman-teman di sekolah masing-masing dari, oleh, dan untuk remaja itu sendiri.
Manfaat. Mengetahui pokok persoalan kesehatan reproduksi yang dialami remaja
SMA di Surabaya yang dapat dipakai sebagai acuan penanggulangan; sebagai
dasar antisipasi masalah kesehatan reproduksi lain; tercipta model
PKMK-2-7-3
penanggulangan masalah remaja dengan pendekatan dari, oleh, dan untuk remaja
itu sendiri.
METODE PENDEKATAN KEGIATAN
Desain Kegiatan. Program ini dilaksanakan dalam rangka pengabdian masyarakat
khususnya remaja. Pendekatan yang dipakai yaitu dalam bidang pendidikan,
kesehatan, pelatihan disertai studi kasus. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Program. Kegiatan dilaksanakan selama 10 bulan mulai bulan Maret-Desember
2005. Pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah
Workshop Kesehatan Reproduksi Remaja HIV/AIDS dan NAPZA bagi Remaja
SMA di Surabaya, tanggal 22-24 April 2005 di Fakultas Kedokteran Unair. Tahap
kedua adalah Follow up berupa implementasi kegiatan di sekolah masing-masing
oleh remaja SMA selama 6 bulan terhitung berakhirnya pemberian materi dan
setiap bulan diadakan pertemuan rutin untuk sharing informasi sekaligus
pengalaman. Pemantauan dilaksanakan langsung ke sekolah-sekolah untuk
melihat macam kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan follow up. Populasi
dan Sampel Penelitian. Populasi yang dipakai adalah remaja, laki-laki dan
perempuan usia 15-18 tahun dan tercatat sebagai siswa SMA atau sederajat di
Kotamadya Surabaya saat program dilaksanakan. Pemilihan sampel remaja
diserahkan kepada sekolah masing-masing berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Tahap pemilihan sampel adalah sebagai berikut: (1) Pendataan SMA
di Surabaya, (2) Analisa dan pemilihan SMA, berdasarkan letak geografi, jumlah
siswa dan kondisi atau masalah remaja terbanyak yang dihadapi, (3) SMA yang
terpilih sebagai sampel dikirim undangan pelatihan, (4) Remaja yang hendak
mewakili sekolah ditentukan oleh Kepala Sekolah masing-masing. Kriteria remaja
yang boleh dikirimkan adalah: terutama kelas 1-2 pada saat program
dilaksanakan. Siswa tersebut diutamakan aktif dalam berbagai kegiatan baik
ekstra maupun intra kurikuler. Diutamakan siswa yang memiliki pengaruh besar
terhadap teman-temannya. Jumlah siswa yang dikirimkan sebanyak maksimal 2
orang, terdiri dari putra dan putri. Pelaksanaan Kegiatan. Tahap persiapan
meliputi perizinan, pemilihan materi dan fasilitator, serta persiapan acara lain.
Pemilihan materi didasarkan atas kebutuhan dasar remaja dari studi literatur.
Pemberian materi dan pelaksanaan pelatihan disampaikan pada workshop
kesehatan reproduksi remaja. Penerapan Materi di Sekolah Masing-Masing
(follow up). Tiap remaja yang mengikuti pelatihan (workshop) wajib mengadakan
follow up di sekolah masing-masing tentang materi dan pelatihan yang didapat.
Tahap evaluasi terdiri dari dua. Evaluasi pelaksanaan program dilaksanakan untuk
menilai keberhasilan program, mulai dari pelaksanaan program, pelatihan hingga
penerapan materi di sekolah masing-masing. Evaluasi keberhasilan pelatihan
dinilai dari tambahan informasi yang didapat remaja sebelum dan sesudah diberi
pelatihan. Kegiatan dinyatakan berhasil apabila nilai posttest remaja meningkat
dibandingkan nilai pretest tentang materi yang telah diberikan. Pada evaluasi
digunakan uji statistik Pair T Test dengan <0,05 untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pelaksanaan workshop. Evaluasi
keberhasilan penerapan materi di sekolah masing-masing diketahui dari laporan
tiap peserta dengan meninjau jumlah peminat dari kegiatan serupa yang dilakukan
di sekolah dan angka tambahan informasi.
PKMK-2-7-4
HASIL PEMBAHASAN
Workshop Kesehatan Reproduksi Remaja. Workshop Kesehatan Reproduksi
Remaja, HIV/AIDS dan NAPZA bagi Remaja SMA di Surabaya merupakan
rangkaian kegiatan dari program yang menawarkan pendekatan kelompok
sepergaulan, dikenal dengan nama peer control group. Kegiatan ini bermaksud
menyelesaikan penyimpangan perilaku masalah remaja berupa HIV/AIDS,
NAPZA maupun kesehatan reproduksi yang akan diselesaikan melalui teman
sepergaulan. Untuk itu teman sepergaulan harus memiliki pengetahuan yang
cukup, yaitu remaja dilatih mengenai masalah yang dihadapi sekaligus melihat
langsung dampaknya. Remaja yang telah diberi pelatihan diharapkan menerapkan
di sekolah masing-masing dan mempengaruhi teman-teman, sehingga remaja
tidak merasa digurui dan pada akhirnya masalah HIV/AIDS, NAPZA dan
kesehatan reproduksi dapat terselesaikan. Workshop dilaksanakan selama tiga hari
yaitu tanggal 22-24 April 2005, di ruang kuliah histologi FK Unair. Peserta adalah
perwakilan siswa dari sekolah terpilih. Peneliti mengundang masing-masing dua
orang siswa dari 25 sekolah lanjutan atas baik SMA atau sederajat di Surabaya.
Pelaksanaan workshop diikuti 32 peserta yang berasal dari 16 sekolah-sekolah
terpilih dan siswa-siswa tersebut wajib mengikuti workshop dari awal sampai
selesai. Peserta yang hadir dalam workshop hanya 62% dari jumlah yang
diharapkan. Hal ini bisa disebabkan peserta yang diundang mempunyai jadwal
lain sehingga tidak dapat mengikuti workshop, kurangnya penyampaian informasi
mengenai pelaksanaan workshop, ataupun tentang peer control group, atau
kurangnya kesadaran baik dari pihak sekolah maupun siswa untuk bergabung
dalam peer control group dalam menangani masalah kesehatan reproduksi remaja,
HIV/ AIDS, dan NAPZA.
Pelaksanaan workshop terdiri dari pemberian materi dan diskusi oleh para dokter
ahli, diskusi kelompok tentang studi kasus, dan permainan yang berhubungan
dengan NAPZA dan kesehatan reproduksi serta penampilan foto-foto aborsi,
narkoba dan masalah kesehatan reproduksi lain. Pemilihan materi didasarkan atas
kebutuhan dasar remaja. Materi yang disajikan adalah: (1) Problematika
Kesehatan Reproduksi Remaja dan Hak-haknya, agar peserta dapat mengerti
permasalahan remaja, dan agar peserta dapat mengetahui hak-hak di bidang
kesehatan reproduksi, (2) Anatomi dan Fisiologi Organ Reproduksi, agar peserta
lebih memahami anatomi dan fisiologi organ reproduksi, (3) Perkembangan
Psikoseksual Remaja, Gender dan Perilaku Seks Remaja yang Aman dan
Penyimpangannya, agar peserta memahami perkembangan psikoseksual manusia
dari bayi-remaja, gender dan perilaku seks remaja yang aman dan penyimpangan
yang terjadi, (4) Kehamilan, Abortus, Keluarga Berencana, dan Seksualitas,
tujuannya, agar peserta mengetahui proses kehamilan dan aborsi, serta mengetahui
tentang KB dan seksualitas ditinjau dari segi medis, (5) Penyakit Menular Seksual
dan HIV/AIDS, bertujuannya agar mengetahui PMS dan HIV/AIDS, baik
diagnosa, penularan, dan tindakan preventif, (6) Narkotika, Psikotropika, Zat
Aditif ditinjau dari segi Medis, Sosial dan Aspek Medikolegal, agar peserta
mengetahui efek NAPZA dari segi medis, sosial dan medikolegal., dan (6)
Advokasi dan Perencanaan Kegiatan Kelompok Peduli Kesehatan Reproduksi
Remaja, HIV/AIDS dan NAPZA di sekolah masing-masing, agar peserta
mempunyai pengetahuan advokasi dan perencanaan kegiatan, sehingga dapat
PKMK-2-7-5
Percent
62,5
12,5
96,9
100,0
25,0
68,8
93,8
100,0
PKMK-2-7-6
pengetahuan siswa sebelum dan sesudah workshop. Dari uji korelasi didapatkan
p=0,000 (<0,05), dengan demikian workshop sangat berkorelasi terhadap
perubahan tingkat pengetahuan.
Pemantauan Kegiatan Follow up. Pelaksanaan workshop dilanjutkan tahap
follow up. Follow up berupa implementasi siswa SMA di sekolah masing-masing.
Follow up dilakukan selama enam bulan sejak workshop, ditambah pertemuan
rutin yang bertujuan berbagi informasi dan pengalaman antarsiswa.
Pemantauan Follow up pertama dilaksanakan Selasa, 24 Mei 2005, kedua
Minggu, 26 Juni 2005, dan ketiga Minggu, 28 Agustus 2005 bertempat di ruang
pertemuan Student Center (SC) FK Unair. Pemantauan juga melalui pengamatan
ke masing-masing sekolah mengenai kegiatan pelaksanaan follow up. Follow up
keempat dilaksanakan hari minggu tanggal 2 Oktober 2005, di ruang pertemuan
SC FK Unair. Pemantauan pertama diikuti oleh 31 orang, seperti jumlah ketika
pelaksanaan workshop. Pada follow up pertama diadakan acara sharing dengan
dua orang yang positif mengidap HIV/AIDS (ODHA) yang didatangkan dari
Yayasan Friend Plus, sebuah yayasan yang khusus menangani ODHA. Selain itu,
juga diadakan pemutaran film tentang NAPZA. Panitia bekerja sama dengan Unit
Kegiatan Mahasiswa Mapanza Unair dalam acara ini. Peserta yang sudah memulai
mengadakan berbagai kegiatan di sekolahnya masing-masing menjadi lebih
antusias tergabung dalam peer control group. Pemantauan kedua diadakan acara
penyampaian laporan dari masing-masing sekolah tentang berbagai kegiatan yang
telah mereka lakukan di sekolah berkaitan dengan peer control group. Jumlah
peserta yang hadir pada acara ini berkurang dari jumlah awal pelaksanaan
workshop. Dari sejumlah peserta yang hadir, hanya satu sekolah yang
menyerahkan dokumentasi kegiatan mereka. Pemantauan ketiga dilakukan dengan
mendatangi sekolah-sekolah terpilih sekaligus memantau follow up sekolah yang
berhubungan dengan peer control group. Salah satu SMA peserta workshop
sebagai follow up memasang berbagai poster mengenai Narkoba di berbagai sudut
sekolah. Sekolah-sekolah SMA peserta pengikut workshop diminta dokumentasi
follow up kegiatan mengenai peer control group. Pemantauan keempat merupakan
pemantauan terakhir dari hasil kegiatan pelaksanaan workshop kesehatan
reproduksi remaja dan NAPZA. Pemantauan berupa pertemuan dengan seluruh
siswa SMA peserta workshop yang dilaksanakan di Student Center FK Unair.
Kegiatan berupa pelaporan follow up oleh siswa peserta workshop dan penutupan
dari rangkaian acara kegiatan workshop. Hasil kegiatan ini diharapkan agar siswa
dapat melanjutkan kegiatan ini di sekolah, mengajarkan pengetahuan yang didapat
kepada adik kelas dan dapat mengaplikasikannya di masyarakat.
Isi dari pemantauan follow up yang telah dilakukan adalah menceritakan tentang
pengalaman dari siswa-siswa yang merupakan pioneer selama melakukan
implementasi di sekolahnya. Pengalaman para siswa meliputi jenis kegiatan,
sambutan teman sepergaulan, hambatan-hambatan yang dialami. Implementasi
kegiatan para siswa bermacam-macam, seperti ajang tempat curhat, pengadaan
seminar kesehatan reproduksi remaja, pembuatan poster atau majalah dinding
bertemakan kesehatan reproduksi remaja, serta aksi peduli kesehatan remaja.
Hal lain yang membuat kesulitan pemantauan follow up pelaksanaan workshop
dalam penelitian ini adalah kesusahan menghubungi pioneer untuk kembali
berkumpul dalam suatu pertemuan rutin. Hal ini disebabkan kesusahan
menyamakan waktu antarsekolah yang berbeda-beda, serta jadwal kuliah panitia.
PKMK-2-7-7
PKMK-2-7-8
PKMK-2-7-9
PKMK-2-7-10
Dengan menjadi teman mereka dan tidak menggurui, remaja merasa dihargai dan
dianggap sebagai orang dewasa yang juga mempunyai kelebihan. Dengan menjadi
pendengar dan tidak bersikap egois serta bersikap seolah-olah orang dewasa lebih
tahu dari mereka. Dalam mendekati sekelompok remaja, kita harus berpikir secara
positif dan tidak menghakimi mereka dengan hal-hal negatif. Apabila kelompok
yang kita dekati mempunyai pandangan berbeda dalam arti negatif, kita harus
berusaha merubah pandangan tersebut secara bijak. Jika hal tersebut sulit diubah,
kita tidak boleh memaksakan kehendak dan harus dapat membuat keputusan
untuk dapat meninggalkan kelompok tersebut.
Saran-saran yang ingin disampaikan peneliti diantaranya adalah Pemerintah
hendaknya memiliki program yang dapat membantu orang tua untuk memiliki
pengetahuan yang baik mengenai kesehatan reproduksi remaja dengan metode
yang sesuai di masing-masing daerah, sehingga remaja memperoleh informasi
yang benar. Pemerintah seharusnya juga mempunyai program untuk guru agar
guru memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi remaja.
Memasukkan kesehatan reproduksi remaja dalam kurikulum sekolah (SLTP dan
SLTA) penting untuk segera dilakukan. Mencegah hadirnya informasi yang
kurang tepat tentang kesehatan reproduksi remaja di media massa. Pemerintah
diharapkan lebih memperhatikan kasus-kasus teen pregnancy, dengan tidak
mengucilkan dan tetap memperhatikan pendidikan mereka sehingga mereka tetap
mempunyai harapan meraih hari depan yang cerah. Memperhatikan program
remaja putri, karena kita dapat melihat bahwa masih banyak terjadi ketimpangan
gender dalam masyarakat Indonesia. Selain itu program remaja putri / girl child
merupakan salah satu hasil dari konferensi kependudukan dan konferensi dunia
tentang wanita di Beijing. Pemerintah melalui BKKBN harus segera membentuk
kelompok remaja "Peduli Kesehatan Reproduksi Remaja" sebagai motivator
dalam memasyarakatkan kesehatan reproduksi remaja. Pemerintah/UNFPA
memberikan kesempatan kepada 'kelompok remaja' tersebut untuk melakukan
studi banding ke negara lain atau workshop internasional untuk menambah
wawasan tentang pelaksanaan kesehatan reproduksi.
KESIMPULAN
1. Upaya penggulangan masalah kesehatan reproduksi remaja, NAPZA dan
HIV/AIDS dengan model pendekatan peer control grup dapat diterapkan
untuk remaja SMA Kotamadya Surabaya.
2. Upaya pendekatan dengan peer control grup melibatkan remaja SMA untuk
dapat peduli dengan permasalahan kesehatan reproduksi yang dihadapi oleh
teman sebayanya.
3. Program workshop yang dilakukan dengan melibatkan remaja SMA
Kotamadya Surabaya adalah sebagai upaya untuk memberikan tambahan
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, NAPZA, dan HIV/AIDS.
Workshop tersebut berhasil meningkatkan pengetahuan remaja, yang
kemudian diharapkan menjadi basic knowledge untuk para siswa SMA dalam
menjawab permasalahan teman sebayanya tanpa terkesan menggurui.
DAFTAR PUSTAKA
Caceres, C.F. et.al. 1994, Evaluating a School-Based Intervention for STD/AIDS
Prevention in Peru. Journal of Adolescent Health, 15 (7):582-591
PKMK-2-7-11
PKMK-2-8-1
PKMK-2-8-2
Daerah (pemda) hanya 10-20 m3 per hari untuk masing-masing depo. Sedangkan
jumlah depo yang ada adalah 198, sehingga daya tampung maksimal depo per hari
secara keseluruhan adalah 3.960 m3. Padahal sampah yang masuk ke TPA
sebanyak 6.064 m3 (Jawa Pos, 2005). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
ketidakseimbangan antara kapasitas depo yang tersedia dengan sampah yang
masuk ke TPA. Sehingga ketidakseimbangan ini menyebabkan terjadinya
penimbunan/penumpukan/peluberan pada depo. Peluberan ini menimbulkan
permasalahan baru, yang juga membutuhkan penyelesaian yang optimal.
Anggaran pengelolaan sampah Kota Surabaya pada tahun 2003 adalah Rp 30
miliar (Tualeka, 2005).
Anggaran tersebut sebagian diambil dari biaya retribusi sampah warga
Kota Surabaya, yaitu sebesar Rp 21,47 miliar atau 29,41 % dari anggaran total.
Adapun retribusi kebersihan berdasarkan laporan Dinas Kebersihan Kota
Surabaya tahun 2000, meningkat 11,15 % per tahun. Jadi pada tahun 2005 ini
diperkirakan anggaran retribusi sampah adalah Rp 26,52 miliar. Hal ini akan
semakin menambah beban masyarakat, yaitu harus membayar retribusi sampah
yang semakin naik dari tahun ke tahun. Sedangkan pengelolaan yang dilakukan
Pemerintah Kota Surabaya masih belum menunjukkan hasil yang optimal.
Di sisi lain sampah memiliki potensi daur ulang (recovery) dan apabila
potensi daur ulang sudah diketahui maka nilai ekonomi sampah kota dapat
diketahui, sehingga dapat memberikan keuntungan ekonomi. Namun masalah dan
kegiatan untuk mendaur ulang dan pengelolaan sampah bukan hanya tugas
pemerintah, namun seluruh komponen yang ikut terlibat dalam kegiatan yang
menghasilkan sampah.
Dari gambaran di atas, maka permasalahan yang akan di bahas dalam
usulan program ini adalah bagaimana memberikan pengetahuan tentang
pemberdayaan ekonomi sampah kota dan pengelolaan sampah yang terintegrasi.
Sehingga dapat terpenuhinya tujuan kegiatan ini, yaitu munculnya minat
masyarakat untuk melakukan pemberdayaan nilai ekonomi sampah kota, serta
mengekplor ide yang selama ini ada dibenak tentang pengelolaan sampah.
METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan program ini
melalui beberapa tahapan. Efektifitas penyusunan metode tersebut dikarenakan
beberapa alasan. Pertama, dengan penyuluhan ini dapat memberikan pengetahuan
baru kapada masyarakat untuk mengelola dan mengolah sampah. Kemudian
diharapkan dengan penyuluhan ini masyarakat dapat memanfaatkan sampah yang
telah ada disekitar lingkungan mereka sebagai suatu produk yang mempunyai
nilai ekonomis.
Dalam pelaksanaan penyuluhan, terdapat kegiatan-kegiatan berupa
ceramah yang berasal dari lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) mengenai
kondisi sampah kota surabaya, bagaiman mengelola sampah dan pemberdayaan
nilai ekonomisnya. Hal ini dilakukan untuk memberikan pandangan baru pada
masyarakat bahwa sebenarnya sampah dapat dimanfaatkan dan memberi nilai
tambah ekonomis. Ceramah ini dibuat seinteraktif mungkin, untuk memunculkan
ide-ide dari masyarakat dalam mengelola hingga mengolah sampah.
Adapun gambaran metode penyuluhan yang dilakukan ditunjukkan pada
Gambar 1.
PKMK-2-8-3
Konsultasi
(Dosen, wakil LSM dll)
Pelaksaanaan
PKMK-2-8-4
PKMK-2-8-5
Gambar 2. Pelaksana
PKMK-2-8-6
PKMK-2-8-7
PKMK-2-8-8
pemerintah, tanpa memperhatikan kepentingan rakyat banyak. Maka dari itu peran
pemerintah sangat dinantikan dalam hal ini. Pelaku bisnis sampah tidak akan
bertindak curang jika ada peraturan yang jelas dan ketegasan dari pemerintah,
dengan catatan pemerintah selaku pembuat peraturan juga tidak melakukan
kecurangan.
Faktor sosial ekonomi dan masalah kesehatan lingkungan yang berkaitan
dengan kelangsungan hidup lapisan masyarakat menengah ke bawah juga masih
sering diabaikan dalam bisnis persampahan. Bisnis sampah seperti ini pasti akan
gagal, karena bagaimanapun masyarakat memiliki kekuatan yang terbesar.
Apabila bisnis sampah ini mengikutsertakan peran masyarakat menengah ke
bawah maka ada jaminan bahwa bisnis sampah akan mencapai kesuksesan. Hal
ini sangat berkaitan dengan pola penyadaran masyarakat terhadap manfaat
sampah, seperti tersebut di atas. Apabila masyarakat sudah sadar dan diberikan
peran khusus maka masyarakat akan merasa dibutuhkan, sehingga pada akhirnya
akan terjadi kerjasama yang saling menguntungkan antar keduanya.
Penggunaan teknologi tepat guna dalam pengolahan sampah misalnya
pembuatan kompos, landfill, pembakaran (combustion/incineration), dan
kesehatan lingkungan, harus diperhatikan lebih serius lagi. Perlu diketahui bahwa
biaya pembuatan sanitary landfill moderen dengan model bathtup dapat
mencapai Rp 8 miliar sampai Rp 10 miliar tiap hektar. Landfill yang telah ditutup,
setelah kapasitasnya maksimum, harus terus diamati kemungkinan
pencemarannya sampai 30 tahun setelah waktu penutupannya. Di sini terlihat
bahwa sistem sanitary landfill, selain membutuhkan dana yang cukup banyak juga
memiliki resiko yang cukup tinggi, sehingga dapat diprediksi bahwa sistem ini
kurang baik untuk direkomendasikan.
Waste Management, Inc. adalah salah satu perusahaan sampah terbesar di
dunia mencakup Canada, Amerika dan Puerto Rico. Sebelum menemukan
teknologi yang tepat supaya dapat mengelola semua jenis sampah, perusahaan
tersebut banyak mengeluarkan biaya untuk riset. Supermarket terbesar di dunia
Wal-Mart mempunyai fasilitas pengolahan sampah organik dan anorganik. Buat
mereka fasilitas tersebut mungkin tidak menguntungkan tetapi mereka
mendapatkan simpati dari masyarakat karena ramah lingkungan. Seandainya
pihak-pihak yang terkait langsung dengan pengolahan sampah di Jakarta dan
Surabaya dapat berpikir jernih dan didukung masyarakat, pengusaha dan ilmuwan,
bukan mustahil rintisan yang mereka lakukan kelak dapat dijadikan model untuk
pengelolaan sampah kota-kota besar di negara kita (Gunadi, 2004).
Agar pengelolaan sampah dapat dilaksanakan secara optimal maka dalam
pelaksanaannya harus ada kerjasama yang tersistem antar berbagai komponen.
Keterpaduan antara komponen yang satu dengan yang lain juga sangat diperlukan
dalam upaya ini (Kartika, 2005). Berikut paparan diagram sistem terpadu dalam
pengelolaan sampah Kota Surabaya.
PKMK-2-8-9
PKMK-2-8-10
PKMK-2-8-11
PKMK-2-9-1
PKMK-2-9-2
Kain Sasirangan adalah kain khas Kalimantan Selatan yang dibuat dengan
cara menyirang, yaitu mengikat kain dengan motif yang diinginkan menggunakan
benang, kemudian kain tersebut dicelupkan ke dalam pewarna. Bahan dasar
sasirangan pada mulanya adalah dari benang kapas atau dari serat kulit kayu,
namun seiring dengan kemajuan teknologi sasirangan dibuat dari kain belacu, kain
kaci, dan lain-lain yang didatangkan dari pulau jawa. Bahan pewarnanya, pada
mulanya menggunakan bahan pewarna alami antara lain dari janar (kunyit), akarakar kayu, dan lain-lain serta dibuat hanya khusus untuk pengobatan magis (non
medis), namun seiring dengan berjalannya waktu, sekarang ini para pengrajin
sasirangan banyak menggunakan pewarna sintetis, sehingga sekarang sudah tidak
banyak lagi pengrajin yang menggunakan pewarna alam dalam memproduksi
Sasirangan. Produksinya pun tidak hanya terbatas untuk pengobatan magis (non
medis) saja, melainkan juga sudah disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis
pakaian yang diperlukan masyarakat. Seperti yang telah dikembangkan oleh
pengrajin sasirangan di wilayah Kelurahan Seberang Mesjid yang kebanyakan
telah menggunakan pewarna sintetis dalam proses produksinya.
Kelurahan Seberang Mesjid adalah sentra Sasirangan Kalimantan Selatan,
setelah para pengrajin di daerah Hulu Sungai Utara sudah membatasi hasil
produksinya, karena biasanya hanya dipesan dan dibuat pada waktu tertentu saja,
yaitu saat menjelang upacara Baayun Maulud saja, sedangkan di luar kepentingan
itu hampir tidak diproduksi lagi. Berbeda dengan pengrajin sasirangan di wilayah
Kelurahan Seberang Mesjid yang memproduksi kain sasirangan secara terus
menerus untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan masyarakat Kalimantan
Selatan akan sasirangan yang semakin kompleks.
Berdasarkan ragam hiasnya, sasirangan memiliki bermacam-macam motif,
sesuai dengan fungsinya sebagai penolak penyakit maupun motif yang telah
dikreasikan sesuai permintaan pemesan ataupun kreasi dari pengrajin sendiri.
Motif-motif sasirangan yang digunakan sebagai penolak penyakit antara lain
Motif Naga Balimbur Laki Bini, Kangkung Kaombakan, Ular Lidi dan lain-lain.
Sedangkan motif-motif sasirangan yang yang digunakan sebagai pakaian harian
antara lain motif Bunga Cengkih, Dara Menginang, Daun Jeruju, Hiris Pudak, dan
banyak lain-lain.
Hasil produksi pengrajin kain sasirangan bisa berupa laung, serudung, baju,
kaos, dan lain-lain sesuai dengan kegunaan yang diinginkan. Pengrajin kain
sasirangan sekarang ini mengembangkan dan mengkombinasikan antara motif
tradisional dengan kreasi baru untuk bahan busana dan pakaian lainnya, serta
teknik pembuatannya pun semakin disempurnakan sehingga dapat menghasilkan
kain dalam jumlah besar dalam waktu yang relatif singkat.
Industri kerajinan kain Sasirangan yang ada di Kalimantan Selatan sekarang
ini sebenarnya sangat berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup
besar. Namun kenyataan yang ada di masyarakat sekarang ini adalah sasirangan
masih belum mendapatkan tempat di hati masyarakat Kalimantan Selatan secara
luas, terlebih lagi masyarakat Indonesia pada umumnya.
Hal ini terjadi karena sasirangan sekarang ini masih belum menyentuh
seluruh lapisan masyarakat secara luas, hanya diminati oleh kalangan atas saja.
Selain itu coraknya cenderung monoton dan kurang inovatif, sehingga masyarakat
enggan menggunakannya. Kalau di Kalimantan Selatan sendiri anggapan
masyaraktnya seperti itu, apalagi menurut masyarakat luar Kalimantan Selatan.
PKMK-2-9-3
Karena selain sasirangan sulit ditemukan di daerah lain, motif, warna, dan desain
sasirangan menurut mereka kurang menarik dan kurang inovatif, sehingga minat
mereka terhadap sasirangan sangat kurang. Berbeda dengan kain batik khas Jawa
yang selain mudah didapat dimana-mana, juga tersedia dalam berbagai desain,
motif, dan warna yang sesuai untuk semua kalangan umur, mulai dari yang muda
sampai yang tua, baik untuk keperluan acara formal maupun informal.
Untuk itu pemberian penyuluhan dan pelatihan kepada para pengrajin kain
sasirangan dirasa perlu untuk meningkatkan mutu dan kualitas produksinya,
terutama dalam bidang peningkatan ketrampilan, kreativitas dan inovasi pengrajin
dalam mewarnai dan mengelola beraneka macam hasil produksi kain Sasirangan.
Melalui program ini diharapkan pada kemudian hari sasirangan akan semakin
dikenal dan diminati oleh masyarakat luas, tidak hanya terbatas pada masyarakat
Kalimantan Selatan saja.
Dampak lain yang diharapkan dari adanya penyuluhan dan pelatihan ini
adalah terjaganya kelestarian kain sasirangan sebagai kain khas Kalimantan
Selatan yang merupakan aset budaya bangsa. Selain itu dengan adanya program
ini diharapkan pada nantinya secara tidak langsung mampu menambah
Pendapatan Asli Daerah Kalimantan Selatan. Yang akan mengarah pada
pningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu diharapkan adanya kepedulian
dan kerjasama dari berbagai pihak yang terkait, seperti Departemen Perindustrian
dan Perdagangan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, dan juga dari para pengrajin
sasirangan itu sendiri.
Identifikasi Masalah
a. Rendahnya mutu sasirangan yang disebabkan kurangnya ketrampilan yang
dimiliki oleh pengrajin sasirangan.
b. Kurangnya kesadaran pengrajin akan manfaat dan keunggulan sasirangan,
terutama kerajinan sasirangan dengan menggunakan pewarna alam.
Perumusan Masalah
a. Bagaimana cara meningkatkan ketrampilan pengrajin sasirangan di kelurahan
seberang mesjid dalam membuat produk sasirangan ?
b. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran pengrajin akan manfaat dan
keunggulan penggunaan pewarna alam dalam mewarnai sasirangan?
Tujuan Program
Tujuan program pengabdian masyarakat ini adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengrajin sasirangan, terutama
dalam mewarna sasirangan dengan menggunakan pewarna alam.
b. Memacu motivasi anggota perhimpunan pengrajin sasirangan agar lebih
berminat menggunakan zat pewarna alam dalam mewarnai produk
sasirangannya.
c. Mewujudkan salah satu dari tri darma perguruan tinggi, yaitu pengabdian
masyarakat.
PKMK-2-9-4
Kegunaan Program
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengrajin sasirangan ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi peserta pelatihan, Tim Pelaksana dan pembimbing,
pemerintah (DISPERINDAG & PM), dan Fakultas / Perguruan tinggi, yang secara
rinci dijelaskan sebagai berikut :
a. Peserta pelatihan mendapatkan pengetahuan terutama tentang cara pewarnaan
sasirangan dengan menggunakan pewarna alam secara baik dan benar.
b. Pelaksana dan pembimbing dapat menjadikan kegiatan ini sebagai wahana
untuk menumbuhkan kepekaan sosial terhadap permasalahan yang ada di
masyarakat.
c. Pemerintah (DISPERINDAG & PM), kegiatan ini diharapkan bisa membantu
dalam usaha pembinaan pengrajin sasirangan di Kalimantan selatan,
khususnya di kota Banjarmasin.
d. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan perguruan tinggi yang
mahasiswanya terlibat dalam kegiatan pelatihan ini dapat menjalin kerjasama
yang baik dengan masyarakat.
METODE PENELITIAN
Dalam melakukan kegiatan PKM Pengabdian Kepada Masyarakat
Penyuluhan dan Pelatihan Pengrajin Kain Sasirangan di Kelurahan Seberang
Mesjid dalam rangka Peningkatan Mutu dan Kualitas Sasirangan ini maka Tim
pelaksana PKM melakukannya secara lansung, dimana Tim mendatangi langsung
kelompok perhimpunan pengrajin sasirangan di wilayah kelurahan seberang
mesjid dan melakukan penyuluhan serta pelatihan guna meningkatkan
ketrampilan dan kulitas pengrajin sasirangan, yang nantinya diharapkan dapat
mengarah pada peningkatan mutu dan kualitas kain sasirangan.
Penyampaian materi tentang sasirangan ini mengambil tema pewarnaan
alam untuk sasirangan, yang dilakukan dengan metode pendekatan secara :
Ceramah
Diskusi informal, dan
Praktik pewarnaan sasirangan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehadiran
Dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri pada saat dilakukannya
sosialisasi dan pendataan peserta, maka diperoleh calon pesertra sebanyak 15
orang calon peserta yang berasal dari beberapa industri pengrajin sasirangan
kelurahan setempat, yang kemudian diambil 10 orang secara acak sebagai peserta
kegiatan. Ternyata berdasarkan data registrasi ulang dan daftar hadir yang ada
diketahui bahwa semua peserta bisa hadir pada saat pelaksanaan program, atau
dengan kata lain 100% peserta yang direncanakan bisa mengikuti kegiatan
penyuluhan dan pelatihan ini.
Besarnya persentase kehadiran in diharapkan bisa memberikan contoh
kepada pengrajin sasirangan yang lain, sehinga nantinya secara keseluruhan
pengrajin sasirangan di kelurahan seberang mesjid bisa melakukan pewarnaan
alam secara baik dan benar.
PKMK-2-9-5
Penyampaian Materi
Berdasarkan hasil kegiatan, maka dapat diketahui bahwa materi yang
disampaikan termasuk kategori sangat baik, karena 100% materi yang
direncanakan dapat disampaikan secara keseluruhan, sehingga semua pengetahuan
yang ada pada penyaji dan pelatih dapat ditransfer kepada peserta.
Praktik
Keberhasilan penyampaian materi ini dapat dilihat dari tingkat ketrampilan
peserta pelatihan. Dari hasil praktik yang ada, ternyata mereka mampu menyerap
informasi tentang pewarnaan alam sasirangan, dan hampir 80% dari pesrta terlihat
sudah terampil dalam melakukan pewarnaan dengan menggunakan pewarna alam.
Praktik dilakukan dengan membagi peseta menjadi 2 kelompok, yang
masing-masing kelompok mengerjakan 2 lembar kain untuk diwarnai dengan
pewarna alam.
Permasalahan
Bahan Baku Pewarna Alam
Dalam pelaksanaan kegiatan, sebagian besar pengrajin mengeluhkan tentang
belum adanya pihak yang menyuplai bahan pewarna alam, meskipun sebenarnya
beberapa bahan baku pewarna alam memang relatif mudah didapat, namun bahan
tersebut masih belum diekstrak, sehingga masih memerlukan proses yang cukup
lama untuk mejadikannya sebagai pewarna alam. Sementara ini pihak yang bisa
menyediakan bahan pewarna alam siap pakai hanya ada di Pulau Jawa.
Keadaan Cuaca
Pada umumnya proses pewarnaan sasirangan memang tergantung pada
cuaca, sehingga permasalahan ini juga terjadi pada pewarnaan dengan pewarna
alam, terutama bagi industri kecil yang menggunakan panas matahari untuk
mengeringkan hasil pewarnaan sasirangan mereka. Hal ini sangat penting,
mengingat keadaan cuaca yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda
meskipun jenis kain dan pewarna yang dipakai sama.
Alternatif Pemecahan Masalah
Bahan Baku Pewarna Alam
Masalah sulitnya mencari penyuplai bahan pewarna alam sebenarnya bisa
diatasi dengan mengolah sendiri bahan baku pewarna alam, namun hal ini juga
harus dijadikan bahan masukan kepada badan riset dan penelitian (BARISTAN),
untuk kemudia BARISTAN lah yang akan membantu meneliti bahan baku lokal
yang dapat dijadikan sebagai zat pewarna alam, bahkan nantinya BARISTAN
diharapkan juga bisa menjadi penyuplai bahan pewarna alam, sehingga pengrajin
tidak lagi bergantung pada bahan pewarna dari Pulau Jawa yang biaya
pengirimannya cukup mahal.
PKMK-2-9-6
Keadaan Cuaca
Permasalahan cuaca memang merupakan masalah klasik bagi pengrajin
sasirangan, pengrajin dituntut untuk tidak tergantung pada kondisi cuaca dalam
memproduksi sasirangan, sementara faktor cuaca adalah faktor yang sangat
mempengaruhi hasil dan kualitas sasirangan. Hal ini dapat diatasi dengan
menyediakan tempat penjemuran yang beratapkan seng, sehingga apabila diterpa
sinar matahari akan cukup panas untuk mengeringkan kain, dan apabila turun
hujan akan bisa melindungi kain dari terpaan air hujan. Selain itu, untuk
menghasilkan warna sasirangan yang seragam (sama), maka proses pengerjaannya
harus dilakukan secara bersamaan, agar pengaruh cuaca pada kain yang satu bisa
sama dengan kain yang lain.
KESIMPULAN
Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas kain khas Kalimantan
Selatan (sasirangan), sangat dibutuhkan kerjasama antara pengrajin sasirangan
dengan berbagai pihak terkait, seperti Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Penanaman Modal Kota Banjarmasin, serta BARISTAN (Badan Diklat dan
Penelitian) Propinsi Kalimantan Selatan. Kerjasama tersebut tentunya
dilaksanakan dalam bentuk program-program atau kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan kualitas produk sasirangan, seperti kegiatan penyuluhan dan
pelatihan, serta bantuan dalam bentuk permodalan. Program penyuluhan dan
pelatihan yang telah dilaksanakan oleh tim PKM FISIP UNLAM bekerjasama
dengan DISPERINDAG & PM Kota Banjarmasin telah membawa dampak positif
bagi upaya pelestarian budaya daerah sekaligus peningkatan mutu dan kualitas
kain sasirangan. Dengan dilaksanakannya program tersebut pengetahuan dan
keterampilan pengrajin sasirangan terutama dlaam mewarnai sasirangan dengan
menggunkan pewarna alam mengalami peningkatan, pengrajin pun menjadi
termotivasi untuk menggunakan zat pewarna alam dalam mewarnai produk
sasirangannya, mengingat permintaan pasar internasional, terutama negara-negara
di benua eropa yang mewajibkan penggunaan zat pewarna alam untuk setiap
produk tekstil yang dipasarkan di negaranya. Kegiatan ini juga merupakan
implementasi dari salah satu tri darma perguruan tinggi, yaitu pengabdian kepada
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Kalimantan Selatan, 2002,
Sasirangan dan Sisematika Pembuatannya. Banjarmasin.
Lestari WF, Kun, 2005, Teknologi Pewarnaan Alam Untuk Komoditi Tekstil,
Kria Tekstil, dan Benang (Materi Pelatihan Teknologi Tekstil Kerajinan
Tritik Jumputan dengan Pewarna Alam, Yogyakarta, September 2005).
Yogyakarta: Balai Besar Kerajinan dan Batik.
PKMK-2-10-1
RANCANG BANGUN
ALAT PENGIRIS BAWANG YANG PRAKTIS DAN
EFISIEN SERTA BERNILAI EKONOMI
Aswinto, Adam, Andi Nasrul, Rahmat Rizal
Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Negeri Makassar, Makassar
ABSTRAK
Tujuan program ini adalah: (1) Terciptanya masyarakat mempunyai pengetahuan
yang kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber daya alam yang terbuang
percuma yaitu potongan-potongan papan menjadi alat pengiris bawang yang
praktis, efisien waktu dan tenaga, (2) Terciptanya masyarakat yang terampil
membuat alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga. Khalayak
sasaran dalam program ini adalah masyarakat petani bawang dan masyarakat
industri bawang goreng di Kabupaten Takalar. Metode yang digunakan dalam
penyampaian materi penyuluhan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya
jawab, untuk pelatihan digunakan metode demonstrasi. Hasil yang dicapai
adalah: (1) Masyarakat memiliki pengetahuan dalam hal pemanfaatan potonganpotongan papan untuk pembuatan alat pengiris bawang yang praktis, efisien
waktu dan tenaga, (2) Masyarakat memiliki keterampilan membuat alat pengiris
bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga.
Kata Kunci: pengiris, bawang, potongan-potongan papan.
PENDAHULUAN
Kabupaten Takalar adalah salah satu kabupaten penghasil utama bawang, di
Sulawesi Selatan. Petani di Daerah ini umumnya mengupayakan komuditas
bawang, karena wilayah tersebut bawang dapat tumbuh dengan subur. Hasil usaha
tani petani bawang dijual pada pasar tradisional. Hanya ada 10 % keluarga petani
yang mengupayakan industri rumah tangga bawang goreng. Padahal di Kabupaten
Takalar terdapat kurang lebih 100 penjual makanan khas Sulawesi Selatan yaitu
coto Makassar yang setiap harinya menggunakan bumbu bawang goreng sekitar
15 liter/hari untuk 1 tempat penjualan, sehingga kebutuhan bawang goreng unttuk
penjual coto di Kabupaten Takalar sekitar 1.500 liter/hari, sedangkan untuk
kebutuhan rumah tangga sekitar 1.000 liter/hari. Jadi dengan demikian kebutuhan
bawang goreng untuk Kabupaten Takalar sekitar 2500 liter/hari.
Industri rumah tangga bawang goreng di Kabupaten Takalar hanya
menggunakan pisau tradisional sebagai alat pengiris bawang. (Survei pada
industri rumah tangga di Kabupaten Takalar, Desember 2004). Alat atau pisau
tersebut sangat tidak efisien karena dilakukan dengan secara manual, dan
produksinya rendah, lagi pula tidak aman terhadap kesehatan.
Petani bawang di Kabupaten Takalar 95 % menjual bawangnya pada pasar
tradisional, dan harganya jauh lebih murah. Hanya 10 % yang mengupayakan
industri rumah tangga bawang goreng dikemas dalam plastik lalu dijual ke pasar
tradisional, Bawang goreng ini mempunyai nilai jual yang lebih tinggi. Kurangnya
petani mengupayakan industri bawang goreng disebabkan oleh belum
PKMK-2-10-2
ditemukannya alat pengiris bawang yang lebih efisien baik dari tenaga maupun
waktu, (Informasi Tokoh Masyarakat di Kabupaten Takalar, Desember,2004).
Kenyataan yang ditemukan di lapangan (survey Desember, 2004) pada
umumnya ibu rumah tangga, baik yang ada di Ibu kota Kabupaten, Ibu kota
kecamatan, dan lebih-lebih di daerah pedalaman kabupaten Takalar menggunakan
pisau tradisional secara manual, yakni pisau dapur. Cara mengiris ini adalah cara
tradisional, kurang efisien baik waktu maupun tenaga. Terdengar pula keluhan ibiibu rumah tangga, dan para pekerja industri rumah tangga sering terluka
tangannya akibat kena pisau tersebut.
Kenyataan yang dialami oleh ibu-ibu rumah tangga petani yang membuat
bawang goreng untuk dijual yang menggunakan pisau tradisional (manual),
ternyata mengiris bawang 1 liter yang diiris dengan menggunakan waktu berjamjam. Itupun tidak seragam tebalnya, hal ini sangat tidak efisien (informasi dari
Sitti Fatimah ibu rumah tangga petani bawang) pada saat dilakukan survey bulan
Desember, 2004, hal ini sangat tidak efisien. Oleh karena itu perlu ada pengiris
bawang yang sifatnya praktis dan efisien, dan bisa seragam ketebalanya, dan
mudah dioperasikan dan dugunakan oleh ibu rumah tangga di dapur untuk
membuat berbagai macam kebutuhan konsumsi rumah tangga dan kebutuhan
rumah tangga bawang goreng.
Di Kabupaten Takalar (Survei Desember 2004) ditemukan 27 pengergajian
kayu, dan potongan-potongan papannya hanya dibiarkan begitu saja lapuk
dilokasi dan bahkan masyarakat hanya mengambilnya sebagai kayu bakar,
padahal limbah potongan-potongan papan tersebut dapat dijadikan barang yang
bisa bernilai ekonomi yaitu dibuat rangka alat pengiris bawang yang praktis dan
efisisen dengan memanfaatkan potongan-potongan papan yang banyak di lokasi,
maka masalah kami tertanggulangi.
Sebagai mahasiswa yang sementara mengikuti kuliah pada Jurusan Teknik
Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar dimana telah
kami mendapatkan mata kuliah praktek kerja kayu, praktek las, teknologi tepat
guna, serta desain perancangan merasa tertarik dan tertantang untuk
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah kami miliki,
yakni merancang alat pengiris bawang, kemudian memberikan pelatihan pada
msyarakat petani bawang untuk membuat alat pengiris bawang yang praktis dan
efisien dan dapat bernilai ekonomi, yaitu dijual pada masyarakat lain sehingga
dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Uji coba membuat alat pengiris bawang, yang dilakukan pada workshop
kerja kayu dan workshop kerja las Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar, pada Agustus 2004, alat pengiris bawang tersebut
menunjukkan hasil yang memuaskan, yaitu dapat mengiris bawang dalam 1 liter
dengan waktu 3-5 menit saja ( praktis, efisien waktu, dan tenaga ). Dengan
demikian kami dari mahasiswa Teknik Sipil dan Perencanaan, Teknik Bangunan,
dan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar bersama
dosen pendamping tepat sekali untuk memberikan perlatihan kepada masyarakat
untuk membuat alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga
dengan memanfaatkan potongan-potongan papan yang terbuang percuma di
lokasi.
Konstruksi rangka dan bodinya sangat sederhana yaitu dengan
memanfaatkan potongan-potongan papan dibentuk kotak segi empat dengan
PKMK-2-10-3
panjang 40 cm, lebar 14 cm, dan ketinggian 15 20 cm, dan dibuatkan kotak kayu
tempat bahan yang akan diiris dengan ukuran 12 x 12 cm dengan tinggi 11 cm.
pada bagian atas menggunakan tungkai penekan bahan dengan model T dengan
ukuran panjang 10 cm, lebar 8 c, dan tinggi 14 cm. kotak bahan dengan
menggunakan lahar 4 buah pada landasannya dengan memakai rel. dengan
demikian bahan yang didorong pada kotak dapat bekerja dengan cepat. Sedangkan
pada lantai rangka/bodi dilobang pada bagian tengah dengan kemiringan 45
derajat, dan dipasangkan pisau pengiris dari plat baja yang sudah ditajamkan
menggunakan alat penyetel ketebalan irisan yang diinginkan.
Jadi dengan menggunakan alat pengiris bawang dengan menggunakan rel
dari lahar yang konstruksi sederhana, aman, serta berfungsi serbaguna ini sangat
disukai dan disenangi ibu-ibu rumah tangga dan industri rumah tangga bawang
goreng karena tidak terlalu banyak menggunakan lagi tenaga manusia, dan sangat
efisien waktu.
Penggunaan alat pengiris bawang yang didesain ini sangat efisien karena
waktu yang digunakan dalam mengoperasikan tidak membutuhkan waktu yang
terlalu lama. Dapat mengiris bawang dalam 1 liter dengan waktu 3 5 menit. Jadi
dengan demikian alat pengiris bawang ini untuk kebutuhabn rumah tangga dan
industri rumah tangga bawang goreng sangat efisien dan sangat cepat
pengoperasiaannya, dengan demikian praktis, efisien waktu dan tenaga.
Harga jual diperkirakan Rp. 75.000,- sampai Rp. 100.000,- per buah. Biaya
yang dibutuhkan untuk 1 buah pengiris serba guna yaitu : (a) Harga lahar, pisau
baja, dan alat penyetel ketebalan Rp. 15.000,- , dan (b) Ongkos kerja bodi yaitu
Rp. 20.000,-. Dengan demikian dana yang dibutuhkan adalah Rp. 35.000,- . bila
mana masyarakat membuat alat pengiris bawang tersebut, dapat meraih
keuntungan Rp. 40.000 - Rp. 50.000,-. Jika masyarakat telah terampil, maka dapat
memproduksi 1 buah alat pengiris bawang perhari. Dengan demikian masyarakat
petani bawang dan yang mengusahakan bawang goreng dalam membuat alat
pengiris bawang dapat memperoleh keuntungan Rp. 50.000,- per hari, atau 30 x
Rp.50.000=Rp.1.500. 000,- per bulan.
Alat pengiris bawang yang praktis dan efisien ini mempunyai potensi
ekonomi produk sangat baik, karena dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
masyarakat. Dapat meningkatkan ekonomi masyarakat petani bawang dan industri
rumah tangga bawang goreng di pedesaan. Serta dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah, dan ekonomi nasional. Hal ini merupakan
pentingnya Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini
dilakukan.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat (PKMM) ini adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat tidak mengetahui
proses pembuatan alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga
dengan memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah
tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (2) Masyarakat tidak
terampil mendesain alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga
dengan memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah
tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (3) Masyarakat tidak
terampil membuat rangka alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan
tenaga dengan memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri
ramah tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (4)
PKMK-2-10-4
Masyarakat tidak terampil merakit rangka alat pengiris bawang yang praktis,
efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan potongan-potongan papan untuk
kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga
lainnya, (5) Masyarakat tidak terampil membuat dan memasang pisau pengiris alat
pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan
potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng
dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (6) Masyarakat tidak terampil pekerjaan
finishing alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan
memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah tangga
bawang goreng/kebutuhan rumah tangga lainnya.
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM)
ini adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat mengetahui proses pembuatan alat
pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan
potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng
dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (2) Masyarakat terampil mendesain alat
pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan
potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng
dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (3) Masyarakat terampil membuat rangka
alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan
memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah tangga
bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (4) Masyarakat terampil
merakit rangka alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga
dengan memanfaatkan potongan-potongan papan untuk kebutuhan industri ramah
tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah tangga lainnya, (5) Masyarakat
terampil membuat dan memasang pisau pengiris alat pengiris bawang yang
praktis, efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan potongan-potongan papan
untuk kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng dan kebutuhan rumah
tangga lainnya, (6) Masyarakat terampil pekerjaan finishing alat pengiris bawang
yang praktis, efisien waktu dan tenaga dengan memanfaatkan potongan-potongan
papan untuk kebutuhan industri ramah tangga bawang goreng dan kebutuhan
rumah tangga lainnya, (7) Meningkatkan kreatifitas dan inovatif masyarakat
terutama petani bawang dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang terbuang
percuma yakni potongan-potongan papan menjadi komoditas bernilai ekonomi,
seperti halnya konstruksi rangka alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu
dan tenaga, yang dapat dikomsumsi oleh setiap rumah tangga dan industri rumah
tangga bawang goreng di Kabupaten Takalar khususnya dan Sulawesi Selatan dan
Indonesia pada umumnya
Alat pengiris bawang yang dirancang menggunakan bahan rangka dari
serpihan kayu gergajian, dan alat pengiris bawang tersebut mempunyai alat
pendorong yang memakai rel dari lahar sehingga mudah digerakkan. Pisau yang
digunakan bisa diganti-ganti, dan mempunyai alat penyetel untuk mengatur
ketebalan irisan yang diinginkan. Menurut Sonny (1992) bahwa penggunaan alat
teknologi sederhana bertujuan untuk membantu manusia untuk melaksanakan
tugas-tugasnya dan untuk menambah/meningkatkan produksi. Selain dari pada itu,
penggunaan teknologi sederhana menyebabkan manusia dapat bekerja dengan
mudah, menimbulkan kenyamanan bekerja. Dengan demikian ikut meningkatkan
harkat dan martabat manusia.
PKMK-2-10-5
Salah satu tujuan perancangan suatu teknologi tepat guna adalah untuk
kenyamanan dalam melakukan pekerjaan bagi manusia. Pulat (1992) menyatakan
bahwa cara dan tempat kerja dengan posisi tertentu (duduk) yang baik adalah
memenuhi syarat sebagai berikut: (1) Semua alat dan bahan yang diperlukan
dalam bekerja mudah dijangkau sambil bekerja. Jarak maksimal 41 cm ke kiri
atau kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi dari 50 cm (duduk), (3) Tempat
bekerja sebaiknya disesuikan dengan alat yang dioperasikan.
Menurut Oborne (1992) bahwa postur tubuh duduk dalam mengoperasikan
alat (bekerja) tidak dapat menstabilkan sendi-sendi tubuh jika tangan atau lengan
mengoperasikan alat dengan kekuatan (fisik), jika berulang ulang akan
menimbulkan kelelahan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alat dan bahan yang
diperlukan dalam mengoperasikan alat sebaiknya mudah dijangkau sambil
bekerja, jaraknya 41 cm ke kiri dan kanan, tempat bekerja tidak lebih tinggi 50
cm, dan mengutamakan kenyaman. Dengan demikian alat pengiris bawang yang
praktis dan efisien dari serpihan kayu gergajian dirancang dengan konstruksi
sederhana yang digerakkan oleh tangan dengan menggunakan rel dari lahar
kapasitas kecil ini sesuai dengan apa yang dikemukakan tersebut diatas.
BAHAN DAN METODE
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan alat pengiris bawang yang
praktis, efisien waktu dan tenaga adalah sebagai berikut:
1) Bahan yaitu: limbah potongan-potongan papan, lahar kecil, pisau baja,
paku, lem fox putih, sekrup, kuas, minyak cet, pelitur/vernis dan bahan lain.
2) Peralatan yaitu: ketam, gergaji, mesin bor, mata bor, mesin roter, pahat,
parang, palu besi, palu kayu, obeng, mistar siku, pensil, amplas, dan
peralatan lain.
Khalayak sasaran antara yang strategis dalam program Kreativitas
Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini adalah sebagai berikut: (1)
Bupati Takalar, (3) Camat, Kelapa Desa serta tokoh masyarakat. Sedangkan
khalayak sasaran pada program ini adalah: masyarakat petani bawang, dan
masyarakat yang mengusahakan bawang goreng (kkalayak sasaran yang dilatih
langsung).di Kabupaten Takalar.
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan pembuatan alat pengiris bawang yang praktis,
efisien waktu dan tenaga dan desainnya metode yang digunakan adalah; metode
ceramah, diskusi, tanya jawab, dan simulasi, (2) Pada saat pelatihan membuat
alat pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga, metode yang
digunakan adalah: metode demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat alat
pengiris bawang yang praktis, efisien waktu dan tenaga, diterangkan dahulu cara
memilik bahan, langkah kerja, dimensi, bahan dan alat yang digunakan. Disini
khalayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan setiap jenis pekerjaan
bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi diskusi, terutama sekali
yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.
PKMK-2-10-6
PKMK-2-10-7
PKMK-2-11-1
PKMK-2-11-2
dan Purwaka, 2002). Masing masing elemen dalam ekosistim memiliki peran
dan fungsi yang saling mendukung. Kerusakan salah satu komponen ekosistim
(daratan dan lautan) secara langsung berpengaruh terhadap keseimbangan
ekosistim keseluruhan. Hutan mangrove merupakan elemen yang paling banyak
berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan menetralisir bahan
bahan pencemar.
Di Sulawesi Tenggara, pola eksploitasi pada wilayah pesisir dan pulau pulau
kecil sangat sering terjadi terutama pada ekosistim mangrove. Hal ini ditandai
dengan semakin berkurangnya luasan mangrove yang ada didaerah ini dimana
pada tahun 1992, luas mangrove di Sulawesi tenggara sesuai interprestasi foto
udara oleh tim yang tergabung dalam Cheicoins International Consulting Divison
bekerjasama dengan Pusat studi Lingkungan Universitas Hasanuddin adalah
96.200 Ha (Soesilo, 1996) dan pada tahun 1996 berkurang menjadi 70.840 Ha
(Siswanto, 1997). Berdasarkan hasil interprestasi Citra Landast, luas mangrove
pada tahun 1998 sekitar 26.524,4 Ha dan pada tahun 2000 mnjadi 15.326,9 Ha
(Halili, 2001). Selanjutnya dikatakan bahwa didaerah Muna tingkat kerusakan
mangrove telah mencapai sekitar 40 50 %. Banyak darah pantai dimana
sebelumnya ditumbuhi mangrove tetapi kini telkah berubah menjadi lokasi
tambak, pemukiman penduduk, industri dan jalan raya.
Dalam tinjauan siklus biomassa, hutan mangrove memberikan masukan
unsur hara terhadap ekosistim air, menyediakan tempat berlindung dan tempat
asuhan bagi anak-anak ikan, tempat kawin/pemijahan dan lain lain. Sumber
makanan utama bagi organisme air di daerah mangrove adalah dalam bentuk
partikel bahan organic (detrictus). Selama proses dekomposisi, mangrove
berangsur angsur meningkat kadar proteinnya dan berfungsi sebagai sumber
makanan bagi berbagai organisme pemakan deposit seperti moluska, kepiting dan
cacing. Konsumen primer ini menjadi makanan bagi konsumen tingkat dua yang
biasanya didominasi oleh ikan ikan buas berukuran kecil selanjutnya dimakan
oleh ikan predator besar yang mementuk konsumen tingkat tiga. Singkatnya,
hutan mangrove berperan penting dalam menyediakan habitat bagi aneka ragam
jenis jenis komoditi penting perikanan baik dalam keseluruhan maupun sebagian
siklus hidupnya.
Salah satu wilayah pesisir yang mengalami degradasi ekosistim yang
merupakan efek dari perilaku eksploitasi adalah di Kelurahan Sambuli Kecamatan
Kotamadya Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Degradasi ekosistim tersebut
telah berimplikasi negative terhadap kehidupan social ekonomi masyarakat pesisir
hingga menyebabkan abrasi pantai yang signifikan, penurunan kualitas air,
hilangnya habitat biota air dan penurunan produktivitas perairan yang ditandai
dengan menurunnya pendapatan masyarakat khususnya nelayan. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kecenderungan eksploitasi tersebut adalah kurangnya
kurangnya kesedaran dan pemahaman masyarakat tentang arti penting kelestarian
sumberdaya alam hayati, peranan ekosistim mangrove da terumbu karang dalam
kehidupan serta pertambahan penduduk yang menyebabkan terjadinya alih fungsi
dari daerah penyangga dan penyedia unsur hara bagi organisme perairan menjadi
daerah atau lokasi pembangunan. Kondisi demikian ini sebanding dengan
eksploitasi yang terus menerus tanpa ada upaya dan konservasi untuk
pelestariannya.
PKMK-2-11-3
PKMK-2-11-4
PKMK-2-11-5
PKMK-2-11-6
PKMK-2-11-7
sangatlah kurang seperti Pemerintah dan Pendidikan Tinggi dalam melihat potensi
tersebut. Oleh karena itu kiranya perlu ada kerjasama pihak Pemerintah dan
Pendidikan Tinggi dalam pengelolahan mangrove yang dengan cakupan luas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous,1967. Petunjuk Tahapan Survey (Survey Directory). Direktorat
Inventarisasi dan Perencanaan Kehutanan.
,1986. Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan Bakau. Kerjasama Antara
Badan INTAG dengan LP-IPB.
,1999. Laporan Inventarisasi Potensi Bakau di Kawasan Hutan
Produksi Terbatas Kelompok Hutan Santong Labobaron (RTK.81)
Kabupaten Daerah Tingkat II Sumbawa, Propinsi Daerah Tingkat I Nusa
Tenggara Barat. BIPHUT Wilayah VIII Denpasar.
Hadiprajitno Soedari, 1991. Inventarisasi Hutan. Bogor.
www. Lautkita.org/mangrove_ind.html.
PKMM-2-12-1
PKMM-2-13-1
PKMK-2-14-1
ABSTRAK
Perkembangan budaya Indonesia yang kian hari kian mengkhawatirkan, terbukti
dengan semakin banyaknya norma norma dan nilai nilai budaya timur yang
ditinggalkan. Jati diri Bangsa Indonesia yang dahulu sering dikumandangkan
sebagai bangsa yang masyarakatnya terkenal sopan santunnya, beradab,
berbudaya, berbudi luhur, dan memiliki lingkungan religius yang kental semakin
luntur dengan berkembangnya zaman. Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan para generasi muda tentang budaya bangsa. Oleh karena itu
diperlukan suatu usaha mengembalikan norma norma budaya indonesia pada
jiwa generasi muda serta Mengenalkan sekaligus melestarikan kembali seluruh
budaya bangsa yang mulai ditinggalkan ataupun punah baik ke seluruh Indonesia
maupun ke seluruh belahan dunia. Cerita rakyat dan permainan daerah indonesia
memiliki nilai nilai luhur budaya bangsa seperti kerja sama, gotong royong dan
nilai moral yang sangat tinggi lainnya. Dengan cerita rakyat dan permaianan
daerah dapat menjadi salah satu media pengajaran budaya nasional kepada
generasi muda. Apabila dikemas dalam bentuk web dan ensiklopedia budaya
maka diharapkan dapat mengenalkan teknologi kepada para generasi muda
tersebut.
Kata kunci : cerita rakyat, permainan daerah, website, ensiklopedia, budaya
PENDAHULUAN
Perkembangan budaya Indonesia yang kian hari kian mengkhawatirkan,
terbukti dengan semakin banyaknya norma norma dan nilai nilai budaya timur
yang ditinggalkan. Jati diri Bangsa Indonesia yang dahulu sering dikumandangkan
sebagai bangsa yang masyarakatnya terkenal sopan santunnya, beradab,
berbudaya, berbudi luhur, dan memiliki lingkungan religius yang kental semakin
luntur dengan berkembangnya zaman.
Sekarang coba kita perhatikan dengan seksama, banyak remaja dan anakanak yang menjadi korban budaya. Mereka yang notabene merupakan harapan
bangsa untuk meneruskan dan melanjutkan perjuangan bangsa ini banyak sekali
diracuni oleh berbagai budaya asing yang merusak. Hasil dari penilitian kami di
kota - kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, Semarang dan
Yogyakarta menunjukkan bahwa budaya kini tidak lagi mendasari hidup dalam
bermasyarakat, berinteraksi dengan orang lain. Banyaknya kasus asusila yang
terungkap dari kota pelajar, Yogyakarta, salah satu contoh kasus misalnya adanya
istilah sex in the kost yang dilakukan oleh pelajar universitas yang merupakan
PKMK-2-14-2
PKMK-2-14-3
Bahan
PKMK-2-14-4
PKMK-2-14-5
PKMK-2-14-6
PKMK-2-14-7
DAFTAR PUSTAKA
Ikranegara MY. 2002. Kumpulan Dongeng Rakyat Nusantara. Surabaya: Bintang
Usaha Jaya Pr.
Suparlan YB. 2002. Cerita Rakyat Maluku. Yogyakarta: Yayasan Pustaka
Nusatama Pr.
Muthalib A. 1999. Cerita Rakyat dari Sulawesi Selatan. Jakarta: Grasindo Pr.
Sulistyowati S. 1996. Cerita Rakyat dari Jawa Tengah. Jakarta: Grasindo Pr.
Adilla I. 2004. Cerita Rakyat dari AGAM. Jakarta: Grasindo Pr.
Syahbandi. 1994. Cerita Rakyat dari Kalimantan timur. Jakarta: Grasindo Pr.
Syahrudin. 1995. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Jakarta: Perpustakaan
Nasional Pr.
Sumaryono B. 1990. Ayo Bermain. Semarang: Pelita mulia Pr.
Subandono A. 1994. Mari bermain dan belajar. Surabaya: Cahaya Ilmu Pr.
Margono B. 1993. Dogeng anak Nusantara. Jakarta: Perpustakaan Nasional Pr.
PKMM-2-15-1
PKMM-2-15-2
Dari latar belakang masalah dapat diperoleh beberapa masalah pokok yang
berarti pula sebagai rumusan masalah dalam kegiatan ini. Selanjutnya akan dicari
bentuk operasionalisasi solusinya, yaitu :
1. Bagaimana membangun suatu sistem eksploitasi air tanah yang bertujuan
memberi suplai air yang cukup berarti pada masyarakat?
2. Bagaimana membangun sistem penggunaan air yang adil dan murah?
3. Bagaimana membangun norma masyarakat yang secara kongkrit berupa
pemeliharaan sistem tersebut?
4. Bagaimana mengikut sertakan masyarakat dalam operasionalisasi
pembangunan, sehingga muncul rasa handarbeni masyarakat? Hal ini
merupakan kondisi mendasar yang harus ada untuk munculnya perilaku
kongkrit yang mendukung tujuan proyek ini.
Program ini mempunyai beberapa tujuan, pertama untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar gua, setidaknya berupa terpenuhinya - paling
tidak sebagian - kebutuhan hidup yang mendasar yaitu air yang murah dan dalam
kuantitas yang lebih serta kualitas yang cukup. Selanjutnya, kedua, meningkatkan
kegiatan mahasiswa dengan kegiatan yang bersifat pengabdian sosial. Suatu misi
utama dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Serta akhirnya menjadi mitra
pemerintah dengan mengkreasi suatu kegiatan mahasiswa yang berupa kegiatan
sosial yang kongkrit.
Kegunaan program ini adalah bisa terpenuhinya kebutuhan air bagi
msayarakat sekitar Gua Galis,selain itu program ini diharapkan bisa menghasilkan
bentuk baru kegiatan UKM yang langsung dirasakan berarti positif bagi
masyarakat. Sementara pada sisi lainnya, bisa menjembatani adanya jurang yang
dalam antara masyarakat nyata dan lingkungan perguruan tinggi yang sangat
teoritis yang pada akhirnya memang dituntut untuk bisa memberi sumbangan bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat
METODE PENELITIAN
Pada tahap awal (pra operasional) survey dilakukan pada banyak hal, diantaranya:
a. Dokumentasi berupa :
PKMM-2-15-3
Tim 1 memplester bak karena masih ada yang bocor. Tim 2 mentransfer air
didalam gua, tim 3 siaga di pitch sedangkan tim 4 mentansfer air diatas mulut
gua, tim 5 mengambil air didekat SD Karang Tengah, dan masyarakat dusun
sendiri memberikan bantuan sukarela mentransfer pasir yang ada di atas
ataupun depan Puskesmas untuk ditransfer kelokasi pembuatan bak.
Tim mulai mengerjakan pondasi sedangkan yang lainnya tetap mencari batu
dan mengambil air.
PKMM-2-15-4
b. DEBIT AIR
Jumlah debit yang tertampung dalam bak penampungan yang ada di dalam gua,
dalam satu hari (86.400 detik) adalah: 4.338 liter perhari atau 4,3 m2 perhari.
c. GEOGRAFIS GUA
Vertikal
: 32 m
Harizontal
: 120 m
3.
HASIL SOSEKBUD
Kondisi perairan keluarga masyarakat Karang Tengah, Giricahyo, Purwosari,
Gunung Kidul, boleh dibilang sangat minim, masyarakat sangat tergantung pada
air hujan, hampir semua masyarakat Karang Tengah mempunyai bak
Penampungan Air Hujan (PAH), yang berfungsi untuk menampung air hujan
sebanyak mungkin, akan tetapi kapasitas bak PAH berkisar antara 1000 2000
liter, maka pada waktu musim kemarau datang kondisi perairan masyarakat
Karang Tengah sangat kekurangan, sehinggga dengan terpaksa masyarakat
Karang Tengah membeli air pada PDAM atau penjual air dengan harga yang
cukup mahal. Adapun harga air untuk 5000 liter berharga Rp. 100.000 Rp.
150.000.- .
Sedangkan penggunaan air tergantung dari jumlah anggota keluarga, ada
yang cuma menghabiskan sedikit air dan ada yang membutuhkan banyak air, tapi
rata-rata masyarakat Karang Tengah untuk 5000 liter air dihabiskan dalam waktu
lebih kurang 2 minggu, jadi dalam 1 bulan diharuskan membeli air sebanyak 2
mobil Tangki. Jadi pengeluaran masyarakat Karang Tengah untuk membeli air
dalam satu bulan saja sudah menghabiskan uang sebesar Rp. 200.000 - Rp.
300.000,-.
Gua Galis yang terdapat di dusun Karang Tengah mempunyai sumber mata
air, yang pernah dimamfaatkan ataupun pernah diambil sebagai alternatif air hujan
dan untuk mengambil air tersebut harus masuk gua dengan kedalaman 30 m
kemudian berjalan 150 m, dahulu penduduk masuk menggunakan tangga dari
bambu yang sekarang sudah hancur. Tapi sekarang masyarakat Karang Tengah
sudah tidak pernah lagi mangambil air disana karena alasan keamanan, karena
pernah kejadian ada yang mengambil air mungkin karena terpeleset dan akhirnya
jatuh kemudian meninggal dunia, sejak kejadian itu masyarakat Karang Tengah
tidak pernah lagi mengambila air disana.
SOSEKBUD yang kami lakukan di masyarakat Karang Tengah sangat
mengharapkan agar air Gua Galis untuk diangkat, sehingga mereka tidak perlu
masuk gua lagi. Akan tapi permasalahan mereka adalah dana yang untuk
keperluan keluarga saja yang sangat minimum. Masyarakat Karang Tengah
sebagian besar bermata pencaharian sebagai Petani.
Masyarakat Karang Tengah mendukung rencana yang kami tawarkan untuk
mengangkat air Gua Galis dalam bentuk bantuan tenaga. Dan mereka akan
membeli air dari Gua Galis sebagai ganti biaya operasional pengangkatan air.
Karena mereka bisa membeli air hanya sesuai dengan kebutuhan mereka, dan
dalam mengeluarkan uang untuk membeli air tidak terasa berat. Masyarakat
Karang Tengah sangat mengharapkan dan sangat mendukung untuk pengangkatan
air Gua Galis.
PKMM-2-15-5
4.
Golongan A, yaitu air yang diperuntukkan bagi air minim secara langsung
tanpa pengolahan.
Golongan B, yaitu air yang diperuntukkan bagi air baku untuk diolah
menjadi air minum dan keperluan rumah tangga.
PKMM-2-15-6
Tabel
Hasil Uji Parameter Kimia Air Gua Galis,dsn Karang Tengah, Gunung
Kidul
1
2
3
4
5
PARAMETER
KIMIA
Kekeruhan
Suspended Solid (SS)
Kesadahan (CaCO3)
BOD
COD
6
7
Besi (Fe)
Mangan (Mn)
NO
NTU
Mg/l
Mg/l
Mg/l
Mg/l
HASIL UJI
8681 K
1
8
171,02
3,7
16
Mg/l
Mg/l
0,05
< 0.05
SATUAN
METODE UJI
SNI 06-2413-1991
In House Methode
SNI 06-2430-1991
SNI 06-2503-1991
APHA 1998, Section
5220
SNI 19-1127-1989
SNI 19-1133-1989
Tabel Hasil Uji Parameter biologi Air Gua Galis, Karang Tengah, Gunung Kidul
PARAMETER
BIOLOGI
Coliform
Coli Tinja
NO
SATUAN
/100 ml
/100 ml
HASIL UJI
8680 B
600
METODE UJI
APHA 9221-B Ed 201998
APHA 9221 E Ed.
20-1998
PKMM-2-15-7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Setjadipraja, 1974. Masalah Besi(Fe) dan Mangan Dalam Air Minum.
ITB Bandung.
Alaerts & Sri Sumesti, Metoda Penelitian Air.Usaha Nasional, Surabaya.
Indonesia.
Anonim, 1990. Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia.Jakarta.
Anonim, 2004. Diktat materi DIKLATSAR MADAPALA 2004. Yogyakarta
Anonim, 2004. Diktat materi Pemantapan Caving MADAPALA 2004. Yogyakarta
Hening Darpito, 1993. Pedoman Pelatihan Water Test Kit Sistem Membran Filter,
Dirjen PPM dan PLP. Jakarta.
Sanropie, Djasio dkk, 1984. Pedoman Bidang Studi Penyehatan Air Bersih.
DepkesRI. Jakarta.
Suparmin, 2002. Kimia Untuk Analisis Air dan Limbah. Politeknik Semarang,
Jurusan Kesehatan Lingkungan. Purwokerto.
PKMM-2-16-1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Salah satu macam/jenis yang mudah dijumpai pada para pedagang kaki lima di
pinggir jalan adalah keberadaan penjual roti bakar. Pada kenyataannya jenis roti
bakar ini ada dua yaitu dengan mengusung merk roti bandung dan non roti
bandung. Hal yang membedakan antara roti bandung dengan yang bukan roti
bandung adalah lebih dititk beratkan pada bentuk bahan dasarnya yaitu bentuk roti
dan rasa khas rotinya.
UKM yang bergerak dibidang produksi roti bandung ini salah satunya adalah
milik bapak Rohmad yang berlokasi di wilayah Sukoharjo tepatnya didaerah
Kramat, Mulur, Sukoharjo.
Kapasitas produksi UKM milik bapak Rohmad ini membutuhkan 25 kg
gandum tiap paketnya, dan tiap paketnya mampu dihasilkan roti sebanyak 150
roti. Harga satu roti dijual pada para pedagang Rp. 1500.
Jadi satu paket mampu mencapai Rp. 225.000. Tiap bulannya mampu
diproduksi sekitar 25.000 sampai 30.000 roti bandung.
Untuk memproduksi roti bandung ini bapak rohmat membutuhkan peralatan
antara lain:
- Mixer konvensional (masih mempergunakan tangan)
- Oven roti
- Loyang khusus untuk roti bandung
- Meja produksi
Pangsa pasar yang sudah dicapai adalah:
- Sukoharjo dan Surakarta
Seperti yang disampaikan oleh bapak Rohmad, dikarenakan saat proses
pencampuran antara bahan baku (gandum), bumbu dan air masih
mempergunakan tangan maka ada beberapa kelemahan yang didapat:
- hasil pencampuran kurang maximal
- waktu yang dibutuhkan untuk proses lebih lama
- hasil roti setelah pengovenan tidak biasa berkembang
Dengan konsdisdi yang demikian maka tim PKM bersama sama bapak
Rohmad mencoba untuk mengatasi permasalahan yaitu dengan membuat
sebuah alat mixer denganh variasi percepatan.
Identifikasi Masalah
Permasalahan yang muncul dari UKM bapak Bodro adalah:
- Sarana pencampuran dengan media meja kayu
PKMM-2-16-2
PKMM-2-16-3
METODE PENDEKATAN
KESEPAKATAN
PERENCANAAN
KONSEP
PROSES PEMBUATAN
ALAT
UJI KINERJA ALAT
PROSES PRODUKSI
Keterangan:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
PELAKSANAAN KEGIATAN
1) Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan program PKMM adalah pada bulan Januari s/d Juli
Sedang waktu pelaksanaan proses pembuatan alat adalah pada bulan
Pebruari sampai Maret dan finishing pada bulan april termasuk setting
akhir, tempat proses pembuatan semua dilaksanakan di lab. POLSA,
hal ini bisa terlaksana sebab lab. POLSA mampu memback up
pekerjaan dari las sampai bubut.
2) Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh tim PKMM
dapat dikelompokkan menjadi dua tahap yaitu:
PKMM-2-16-4
NO
Tahap pertama
BULAN KE:
2
3
4
1.
2.
KEGIATAN YANG
TELAH DICAPAI
a. Pematangan konsep
b. Survei
c. Proses pengerjaan
alat
a.
b.
c.
d.
PELAKSANA
Tim PKMM
Finishing akhir
Setting akhir
Uji kinerja alat
Pembuatan laporan
Tim PKMM
Tahap ke dua
NO
BULAN KE:
5
6
7
RENCANA KEGIATAN
PELAKSANA
1.
a. Laporan kemajuan
program di UMS
Ska.
b. Pembuatan laporan
c. Penyerahan alat ke
UKM
Tim PKMM
2.
a. Pengiriman laporan
Tim PKMM
PKMM-2-16-5
22 02 2006
23 02 2006
24 - 02 2006
25 02 2006
27 02 2006
28 02 2006
01 03 2006
02 - 03 2006
03 03 - 2006
04 03 2006
06 03 2006
07 03 2006
08 03 2006
09 03 2006
10 03 2006
11 03 2006
13 03 2006
14 03 2006
15 03 2006
16 03 - 2006
17 03 - 2006
3) Instrumen Pelaksanaan
Instrumen alat
Mixer
Proses dengan mempergunakan peralatan sebagai berikut:
- Gorok
- Gerinda
- Bor
- Gerinda sikat
- Las listrik
- Mesin bubut
- Meteran
Penggerak
Chasis
Sama seperti pada mixer
Tune-Up
Dwell-meter
Timing Light
Jack/Dongkrak
Kunci sok, pas, kombinasi
Alat stroom accu
PKMM-2-16-6
Instrumen keberhasilan
- Mixer berputar tanpa hambatan
- Penggerak mampu hidup stasioner, gigi1 s/d gigi 4 dan gigi R
- Pengoperasian pemindahan gigi mudah
F
G
Keterangan gambar:
A. Hijet 55 (motor bensin 2 piston)
B. Rangka Engine
C. Kopling Universal (kres kopel)
D. Mur-baut penyambung rangka
E. Mixer
F. Tuas gigi
G. Tuas kopling
PKMM-2-16-7
Spesifikasi alat:
Mixer
60 cm
40
cm
55 cm
80 cm
10 cm
36
cm
3 cm
8 cm
8cm
4 cm
0.8 cm
4 cm
Jumlah sudu 5
Tebal sudu 4 mm
Bahan sudu logam
Bentuk sudu plat memanjang dengan sistem sambung baut
Dimensi 40 x 60 x 55 cm
Kapasitas pencampuran 25 kg dalam waktu 1.5 jam
Panjang total dudukan mixer 90 cm
PKMM-2-16-8
Penggerak
75
cm
120 cm
Prinsip kerja
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PKMM-2-16-9
DAFTAR PUSTAKA
1. Sularso, 1997, DASAR PERENCANAAN DAN PEMIIHAN, ELEMEN
MESIN. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
2. Popov, 1993, MEKANIKA TEKNIK, Erlangga, Jakarta
3. G. Niemann, 1990, ELEMEN MESIN Jilid II, Erlangga, Jakarta
4. Ferdinand L. Singer, 1985, KEKUATAN BAHAN, Erlangga, Jakarta
PKMM-2-17-1
PKMM-2-18-1
ABSTRAK
Kecamatan Singosari adalah salah satu wilayah di Kabupaten Malang yang
mempunyai banyak industri kecil dibidang kerajinan. Pendapatan asli Daerah
Kabupaten Malang dari sektor ini tertinggi di Jawa Timur. Family Collection
adalah salah satu usaha kecil dibidang kerajinan berbahan limbah lampu neon
yang belum mempergunakan peralatan teknologi guna menunjang proses
produksinya. Sistem perapian pada industri kecil ini masih sangat sederhana
dimana lebar perapian diatur dengan cara manual. Hal ini menyebabkan waktu
produksi untuk satu produk terlalu lama sehingga kapasitas produksi rendah dan
akibatnya tidak semua permintaan terhadap produk kerajinan ini dapat dipenuhi
(40 % yang mampu dipenuhi).
Mesin Pengatur Perapian yang bekerja secara otomatis adalah solusi tepat untuk
mengatasi masalah ini. Untuk menyempurnakan unjuk kerja dari mesin
sesungguhnya diperlukan prototipe mesin pengatur perapian. Desain prototipe
mesin yang sederhana dan ringkas memudahkan pengusaha mitra untuk
memahami dan mampu mengoperasikannya dengan maksimal. Prototipe Mesin
dilengkapi dengan Switch untuk memudahkan pekerja mengoperasikan secara
cepat dan aman.
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
a. Menghasilkan prototipe mesin pengatur perapian.
b. Memperkenalkan pada masyarakat pengrajin unjuk kerja dari prototipe
mesin pengatur perapian sehingga mudah mengoperasionalkan mesin yang
sesungguhnya.
c. Menunjukkan pada masyarakat pengrajin bahwa dengan memahami unjuk
kerja dari prototipe mesin pengatur perapian mitra menjadi yakin bahwa
dengan mesin pengatur perapian yang sesungguhnya dapat mempercepat
produksi dan meningkatkan keselamatan kerja.
Dari seluruh kegiatan yang sudah dilakukan dapat disimpulkansebagai berikut:
a. Dihasilkan Prototipe Mesin Pengatur Perapian yang mampu mengatur lebar
perapian dengan cepat dan aman
b. Prototipe mesin pengatur perapian dapat memberikan gambaran yang
diperlukan untuk lebih memahami unjuk kerja dari mesin pengatur perapian
yang sesungguhnya.
c. Dengan Prototipe Mesin Pengatur Perapian masyarakat pengerajin yakin
bahwa dengan mesin pengatur perapian yang sesungguhnya dapat
mempercepat produksi, keselamatan terjamin dan kenyamanan kerja.
Kata Kunci: Prototipe, mesin, pengatur, perapian
PKMM-2-18-2
PENDAHULUAN
Perumusan Masalah
Kecamatan Singosari adalah salah satu wilayah di Kabupaten Malang
dimana terdapat banyak industri kerajinan yang menghasilkan produk-produk
dengan kualitas tinggi dan mampu bersaing di pasar Internasional. Hal ini tentu
sangat mendukung program peningkatan potensi pariwisata yang dicanangkan
Pemerintah Kabupaten Malang untuk wilayah Singosari. Namun sebagian besar
industri kecil yang ada belum memanfaatkan teknologi terutama pada
peralatan/mesin dalam proses produksi, sehingga mengalami kesulitan dalam
peningkatan kapasitas produksi. Family Collection adalah salah satu Industri
Kerajinan (UKM) di wilayah Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang
memproduksi kerajinan dari bahan baku limbah gelas dari tabung bekas lampu TL
(lampu neon). Produk yang dihasilkan banyak diminati oleh pasar, hal ini dilihat
dari jumlah permintaan yang terus meningkat bahkan ada yang ditolak karena
kapasitas produksi tidak memadai (hanya rata-rata 40 % dari jumlah permintaan).
Hal ini disebabkan karena dalam proses produksi hanya menggunakan peralatan
apa adanya seperti tungku perapian yang sangat sederhana dengan sistem
pengaturan lebar perapian secara konvensional yaitu mengeser ke kiri dan ke
kanan dinding tungku yang kondisinya semakin lama semakin panas, .sehingga
memerlukan waktu produksi yang lama dan ditinjau dari segi ekonomi tentu hal
ini tidak menguntungkan.
Untuk itu sangat perlu diadakan perbaikan terutama dengan mesin pengatur
perapian dimana lebar tungku bisa dirubah secara cepat menggunakan panel
elektrik. Sebelum mesin yang sesungguhnya dapat direalisasi maka dilakukan
kegiatan rancang bangun prototipe mesin pengatur perapian. Dengan prototipe ini
dapat mempermudah untuk mewujudkan dan memahami mesin yang
sesungguhnya.
Dengan melihat langsung proses produksi pada industri kecil (pengrajin)
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan antara lain:
1. Belum maksimalnya upaya promosi produk. Hal ini disebabkan karena
pengrajin merasa belum mampu meningkatkan kapasitas produksi.
2. Kondisi Keselamatan dan Kenyamanan Kerja yang masih rendah. Ini
disebabkan karena radiasi panas yang cukup tinggi dari sistem perapian
lama. Kondisi ini juga menyebabkan pekerja cepat merasa lelah.
3. Waktu rata-rata untuk mengerjakan satu produk relatif lama karena pekerja
harus merubah lebar perapian berulang-ulang sedangkan kondisi sistem
perapian lama kelamaan bertambah panas.
Berdasarkan pada permasalahan di atas dan atas kesepakatan tim pelaksana
dengan industri kecil, maka dilaksanakan program ini melalui rancang bangun
prototype terlebih dahulu sebelum mesin pengatur perapian yang sesungguhnya
direalisasi.
Tujuan
Program ini bertujuan untuk:
a. Menghasilkan prototipe mesin pengatur perapian.
PKMM-2-18-3
b.
c.
Manfaat
Potensi Ekonomi Produk
Prototipe mesin pengatur perapian ini dirancang dengan konstruksi yang
sederhana sehingga biaya pembuatannya relatif murah dan mudah dalam
mengoperasiannya, tetapi tetap memiliki daya guna yang maksimal tanpa
mengurangi nilai kualitas produk untuk dapat dibuat mesin yang sesungguhnya.
Nilai Tambah Produk Dari Sisi Ipteks
a. Memperoleh teknologi tepat guna prototipe mesin pengatur perapian yang
efektif dan efisien dalam pengoperasiannya dan dapat meningkatkan
keterampilan sumber daya manusia dalam menggunakan alat teknologi.
b. Penggunaan teknologi sesederhana mungkin, sehingga mudah untuk
diaplikasikan dan dimasyarakatkan dikalangan pengrajin souvenir gelas yang
lain.
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini dilaksanakan dalam jangka waktu 5 bulan, mulai bulan Juli
2005 sampai dengan November 2005 yang meliputi kegiatan observasi, persiapan
dan pembuatan prototype, uji coba, sosialisasi, evaluasi dan penyusunan laporan.
Tempat kegiatan di laboratorium proses produksi Jurusan Teknik Mesin
Universitas Merdeka Malang dan di industri kecil Family Collection.
Pada program kreativitas mahasiswa ini mempergunakan instrumen
pelaksanaan yang meliputi peralatan laboratorium , bahan-bahan sebagai berikut:
Peralatan laboratorium
Mencakup alat-alat laboratorium yang dipergunakan dalan kegiatan ini yang
meliputi: Gergaji besi, Mesin Bubut, Peralatan Las, Gerinda , Bor , peralatan
finishing dan lain-lain.
Bahan-bahan
Bahan-bahan yang dipergunakan meliputi bahan utama untuk pembuatan
prototipe mesin pengatur perapian maupun bahan -bahan pendukung /
pelengkap.
Bahan utama:
PKMM-2-18-4
Bata tahan api dipergunakan pada kompor untuk memfokuskan nyala api dan
juga diletakkan di atas plat geser untuk mengatur lebar celah perapian
sehingga plat geser terlindung dari pengaruh panas.
PKMM-2-18-5
7. Belt
8. Motor
9. Panel Elektrik
10. Switch
11. Oven
PKMM-2-18-6
PKMM-2-18-7
Kegiatan
Membuka/menutup celah 6
cm
Membuka/menutup celah 8
cm
Membuka/menutup celah
10 cm
Prototipe
10 detik
7 detik
17 detik
13 detik
25 detik
17 detik
Dari data ini dapat dilihat bahwa dengan sistem perapian yang baru
menggunakan prototipe mesin pengatur perapian dapat mengurangi waktu untuk
mengatur lebar perapian sebanyak 30 %.
Pada sistem perapian yang lama rata-rata setelah satu jam dipergunakan
pengatur celah perapian sudah membara. Kondisi ini tentu sangat berbahaya bagi
pekerja karena efek panas yang sangat tinggi. Sedangkan pada prototipe mesin
pengatur perapian hal ini bisa dihindari karena pengatur lebar perapian hanya
dengan menekan switch (tidak bersentuhan dengan bahan yang panas). Hal ini
berarti dapat meningkatkan faktor keselamatan dan kenyamanan kerja.
Dari hasil diskusi dengan pengrajin mitra, disampaikan bahwa mitra sangat
berharap dapat diwujudkan mesin yang sesungguhnya karena sangat menghemat
waktu pengerjaan dan lebih meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kerja
sehingga mampu meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi semua
jumlah permintaan. Diharapkan ada bantuan dari pihak yang terkait melalui
Perguruan Tinggi untuk mewujudkan hal ini.
Realisasi mesin pengatur perapian yang sesungguhnya juga akan menambah
kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga mampu mengurangi
pengangguran dan merupakan solusi untuk penanganan limbah lampu neon (Neon
Bekas). Pada akhirnya dampak pencemaran lingkungan juga dapat diatasi.
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Dihasilkan Prototipe Mesin Pengatur Perapian yang mampu mengatur lebar
perapian dengan cepat dan aman
b. Prototipe mesin pengatur perapian dapat memberikan gambaran yang
diperlukan untuk lebih memahami unjuk kerja dari mesin pengatur perapian
yang sesungguhnya.
c. Dengan Prototipe Mesin Pengatur Perapian masyarakat pengerajin yakin
bahwa dengan mesin pengatur perapian yang sesungguhnya dapat
mempercepat produksi, keselamatan dan kenyamanan kerja
DAFTAR PUSTAKA
Aapold, Felier, Reinhard, Schmidt, 1982. Tehnologi of The Metal Trade.
Deutsche Gesellschaft-fur Technische Zuz sammenarbeit (GTZ) Gmbh,
Federal Republic of Germany.
Aaron D. Deutsman, Walter J. Michels and Charles E. Wilson. Machine and
Design, Theory and Practice. Maemilan Publishey. Co. Inc. New York.
PKMM-2-18-8
PKMM-2-19-1
PKMM-3-1-1
PKMM-3-1-2
liar yang banyak terdapat di kawasan yang dibiarkan begitu saja, di tepi parit, di
kebunkebun dan juga tumbuhan liar di tepi jalan ( http :// ww.dayakologi.com ).
Di kalangan masyarakat umum, alangalang merupakan sejenis tanaman liar
pengganggu yang merusak keadaan tanah dan sebagi sumber utama timbulnya
bahaya kebakaran pada tanaman budidaya dan hutan ( Dove dan Mortopo 1987 ).
Selain itu alangalang juga dianggap sebagi saingan tanaman budidaya kerana
alangalang berkembang biak dengan stolon yaitu batangbatang menjalar di
bawah tanah yang mempunyai mata tunas ada setiap buku batangnya dan tumbuh
menjadi tanaman baru lebih cepat dari tanaman budidaya ( Sukman dan Yakup
1995 ).
Keberadaan alangalang yang dianggap merugikan dan mengganggu ini
ternyata tidak seperti yang diperkirakan orang selama ini. Karena menurut
pengamatan dan penelitian yang dilakukan, alangalang mempunyai manfaat
yang banyak seperti : sebagai bahan penutup tanah yang tidak diusahakan dalam
bentuk mulsa atau serasah agar terhindar dari erosi, daun batang, dapat
dimanfaatkan sebagai makanan ternak, atap rumah, bahan pabrik kertas, bahan
kerajinan, sedangkan akarnya dapat digunakan sebagai ramuan obat-obatan secara
tradisional ( Sukman dan Yakup 1995 ).
Akar alang-alang mengandung Air (81,00714% ), Karbohidrat ( 6,3072%),
Serat (5,8580%), Abu (1,1301%), monitol, senyawa K, sakarosa, glukosa, malic
acid, citric acid, arundoin, cyllindrin, fernenol, simiarenol, anemonin yang
berguna untuk memperlacar pengeluaran air seni (diuretik), menurunkan panas
(antipiretik) dapat menurunkan tekanan darah tinggi ( Mursito 2000).
Karena banyaknya manfaat akar alang-alang menjadi produk yang lebih
bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi. Salah satu
pengolahan yang dapat dilakukan adalah dengan pembuatan sirup dari akar alangalang karena kandungan karbohidrat yang pada alang-alang telah memenuhi
syarat- syarat untuk menjadi bahan baku sirup (Jatmiko 2004). Selain rasa sirup
yang dihasilkan enak dapat juga di manfatkan sebagi bahan obat karena
kandungan senyawa- senyawa kimia yang terdapat di dalamnya berkhasiat di
dalam pengobatan. Untuk pemanfaatan akar alang-alang maka kami melakukan
kegiatan pengabdian di desa Bandar Kahalifah.
Desa Bandar Khalifah merupakan pinggiran dari ibukota propinsi Sumatera
Utara, Medan yang berada di Kabupaten Deli Serdang, di desa ini masih banyak
ditemukan padang alang- alang yang dibiarkan begitu saja, selama ini masyarakat
kurang memanfaatkan alang-alang tersebut karena tidak mengetahui
pemanfaatannya, padahal alang-alang ini sangat potensial untuk dikembangkan
menjadi produk olahan berupa sirup yang berkhasiat obat dengan menggunakan
teknologi tepat guna dan biaya yang relatif murah namun nilai ekonomi yang
tinggi dipasaraan. Limbah akar alang-alang hasil pembuatan sirup pun masih
dapat dimanfaatkan sebagai bahan campuran dalam pembuatan kertas daur ulang
yang nantinya digunakan sebagai bahan kerjinan seperti kartu ucapan, bingkai
foto, agenda dan kerajian lainnya, sehingga limbah akar alang-alang dapat
dimanfaatkan dan tidak menimbulkan pencemaran klingkungan.
Berdasarkan permasalahan diatas maka tim PKM merasa perlu
mengembangankan pemanfaatan akar alangalang menjadi produk olahan sirup
yang berkhasiat obat dan bahan campuran pembuatan kertas daur ulang untuk
mengembangkan kemandirian dan kreativitas tim sebagai mahasiswa, selain itu
juga merangsang kreativitas dan meningkatkan penghasilan tambahan masyarakat
di sekitar desa Bandar Kahlifah.
PKMM-3-1-3
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dibuat rumusan permasalahan sebagi berikut ;
1.
Banyaknya masyarakat Desa Bandar Khalifah yang tidak mengetahui
manfaat alang-alang sebgai obat.
2.
Banyaknya masyarakat Desa Bandar Khalifah yang tidak mengetahui
pemanfaatan akar alang-alang menjadi produk olahan sirup.
3.
Banyaknya masyarakat Desa Bandar Khalifah yang tidak mengetahui
pemanfaatan limbah sirup akar alang-alang menjadi campuran kertas daur
ulang.
4.
Banyaknya masyarakat Desa Bandar Khalifah yang tidak memiliki
keterampilan membuat sirup dari akar alang-alang.
5.
Banyaknya masyarakat Desa Bandar Khalifah yang tidak memiliki
ketrampilan memanfaatkan limbah pengolahan sirup akar alang-alang
menjadi bahan campuran kertas daur ulang.
Tujuan Program
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka program
ini bertujuan untuk :
1.
Memberi pengetahuan tentang manfaat dan kandungan obat akar alangalang kepada masyarakat Desa Bandar Khalifah.
2.
Memberi pengetahuan tentang pemanfaatan alang-alang menjadi produk
olahan sirup kepada masyarakat Desa Bandar Khalifah.
3.
Memberi pengetahuan tentang pemanfaatan limbah sirup akar alang-alang
menjadi bahan campuran kertas daur ulang.
4.
Memberi keterampilan membuat sirup dari akar alang-alang kepada
masyarakat Desa Bandar Khalifah.
5.
Memberi keterampilan membuat kertas daur ulang dari limbah hasil
pengolahan sirup akar alang-alang.
Luaran yang Diharapkan
Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai pengabdian ke masyarakat desa
Bandar Khalifah. Luaran yang diharapkan dari program ini adalah masyarakat
Desa Bandar Khalifah akan mampu dan terampil membuat suatu usaha industri
pembuatan sirup akar alang-alang dengan kemasan dan label yang menarik danm
mencoba memasarkannya melalui koperasi mahasiswa, toko, swalayan dan
tempat-tempat lainnya terutama tempat-tempat wisata. Selain itu masyarakat Desa
Bandar Khalifah maupun mengolah kertas daur ulang dengan campuran limbah
olahan sirup akar alang-alang, yang nantinya kertas ini dapat diolah menjadi
bahan-bahan kerajinan seperti kartu ucapan, bingkai foto, agenda dan kerajinan
lainnya yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Kegunaan Program
1.
PKMM-3-1-4
2.
3.
4.
5.
METODE PENELITIAN
1.
2.
3.
4.
Tanggal
3 Juni 2005
10 Juni 2005
29 Juni 2005
20 Juli 2005
8 Agustus 2005
9 Agustus 2005 20 Agustus 2005
26 September 2005
11 Oktober 2005
25 Oktober 2005
10
30 Oktober 2005
Kegiatan
Observasi lapangan
Penentuan lokasi
Pelaksanaan perizinan dan koordinasi
Persiapan penyusunan materi kegiatan
Persiapan alat dan bahan
Pembuatan produk sirup alang-alang dan kertas daur ulang
dari limbah alang-alang
Penyusunan laporan kemajuan
Monitoring DIKTI
Pelatihan Pembuatan Sirup Alang-alang dan Kertas Daur
Ulang dari Limbah Alang-alang serta pameran produk
yang sudah jadi.
Penyusunan Laporan Akhir
2. Instrumen pelaksanaan
Peralatan
PKMM-3-1-5
Bahan habis
Tes
Endapan
Warna
Rasa
Aroma
Hasil
sedikit
Hijau ( penambahan essens melon)
Coklat ( warna aslinya )
Melon ( penambahan essens)
Manis jambu sepereti tebu mud
(rasa aslinya )
Enak
Sirup yang dihasilkan rasanya enak dengan penambahan gula sehingga rasa
manis terasa ke lidah. Untuk tes organoleptik telah dilakukan berdasarkan rasa
dari TIM PKM dan Dosen Pembimbing. Saat pelatihan sekaligus pameran hasil,
tes orgasnoleptik yang dicoba oleh masyarakat Desa Bandar Khalifah sama
dengan tes organoleptik dari kelompok PKM baik dosen pembimbing dan
manusia.
Pelatihan berlangsung ramai dihadiri oleh bapak-bapak, ibu-ibu, remaja
putra dan putri juga anak- anak. Namun yang menjadi masalah cara mengundang
mereka untuk pelatihan sebab jadwal pelatihan tepat dengan bulan Ramadhan. Hal
ini menjadi masalah pada awalnya untuk melakukan pelatihan ke masyarakat,
namun telah terselesaikan denagn cara mengundang buka puasa bersama.
Masyarakat Desa Bandar Khalifah sangat antusias menghadiri, mendengar
dan mengetahui juga mencoba cara pembuatan sirup alang-alang dan kertas daur
ulang dari limbahnya. Setelah pelatihan selesai masyarakat Desa Bandar Khalifah
PKMM-3-1-6
Tes
Endapan
Warna
Rasa
Aroma
Hasil
sedikit
Hijau ( penambahan essens melon)
Coklat ( warna aslinya )
Melon ( penambahan essens)
Manis jambu sepereti tebu mud
(rasa aslinya )
Enak
Berdasarkan hasil yang didapat diatas maka sirup dapat dikatakan bermutu
baik walaupun hasil ini baru didapat berdasarkan uji organoleptik dari tim PKM
saja dan masyarakat Desa Bandar khalifah.
PKMM-3-1-7
Sirup alang-alang ini belum dapat diujikan ke POM atau ke Dinas Kesehatan
karena terbentur waktu perkulihan dan UNIMED tidak memiliki laboratorium
yang dapat memeriksakan mikrobiologi dan toksikologi dari bahan pangan yang
dihasilkan sedangkan apabila dimasukkan ke instansi POM atau Dinas Kesehatan
dapat mengganggu kerja mereka dan biaya yang mahal. Karena saat TIM PKM ke
sana, mereka sedang sibuk kerja sesuai tugas masing-masing sebab kemarin
liburan Lebaran. Jadi bahan tidak dapat diperiksakan namun sesuai teori sirup
telah sesui dengan standar mutu suatu sirup dari Depkes dilihat secara umum yaitu
keadaan bau dan rasa yang normal, derajat keasaman 15% normal, kadar gula
55%, kadar sari 50%, bahan pengawet 250 mg/ kg bahan, asam salisilat tidak
ditemukan dan zat warna yang digunakan telah diizinkan Depkes.
Sirup yang dihasilkan memiliki endapan sedikit karena adanya karbohidrat
yang terfermentasi dan pengaruh kerja natrium benzoat. Warna yang diambil
warna melon sebab hampir mirip dengan warna alang-alang yang hijau walaupun
warna sebenarnya coklat muda. Namun untuk menarik minat konsumen diberi
warna hijau melon dan rasa melon sebab rasanya seperti rasa tebu muda yang tak
begitu terasa di lidah, sedangkan untuk aroma juga aroma melon karena aroma
aslinya tidak terlalu terasa ke hidung yang sebenarnya aromanya seperti tebu
muda. Penambahan essens hanya untuk menarik konsumen untuk mencoba.
Pada pelatihan ke masyarakat terdapat masalah yaitu bahwa masyrakat yang
di undang untuk pelatihan selalu terbentur dengan ibadah ramadhan namun stelah
mengadakan penyesuaian jadwal dengan masyarakat akhirnya pada tanggal 25
Oktober 2005 diadakan pelatihan sesudah melaksanakan buka puasa bersama.
Pelatihan ini dilakukan di salah satu rumah TIM PKM yang dihadiri sekitar 40
orang masyarakat Desa Bandar Khalifah baik itu kaum bapak dan putra serta
kaum ibu dan remaja putrid ditambah anak-anak.
Masyrakat desa Bandar Khalifah menanyakan tentang prosedur pembuatan
sirup alang-alang yang ada di bagian hasil pada makalah ini. Untuk sirup harus
direndam dengan asam agar akar yang diambil segar dan menghilangkan sifat
yang dapat merugikan saat pengolahan. Kemudian saat penambahan essens dapat
divariasikan dengan essens yang lain yang disukai dan bila mau memberikan rasa
atau warna alami dari daun-daun seprti pandan dan suji dapat juga dilakukan
namun untuk bahan pewarna alaminya membutuhkan banyak jumlahnya.
Sehingga kami menghemat waktu hanya menggunakan essens dan jika ibu-ibu
menginginkan penggunaan warna dan rasa alami sebenarnya tidak jadi masalah
dalam pembuatn sirup.
Sirup merupakan minuman yang dikonsumsi saat berkumpul misalnya saat
lebaran yang diajukan bagi tamu yang datang. Dimana tamu tesebut tidak
diketahui mengidap penyakit gula lalu kita beri sirup alang-alang yang kadar
gulanya rendah dan jika ingin memperendahnya dapat diberi gula hanya 1 kg saja
atau dapat menggunkan bahan alami tanpa penambahan gula dan sirup yang kaya
akan vitamin C.
Sirup yang dihasilakn oleh Tim PKM dapat di terima di masyarakat walau
saat pencobaan masih ada yang ragu meminumnya karena takut memiliki efek
samping. Namun setelah TIM PKM menjelaskan senyawa obatnya dan
memberikan gambaran tentang penggunaan sebelum diolah jadi sirup, alang-alang
juga digunakan oleh nenek moyang dan orang Tionghoa dalam ramuan obatnya
untuk mengobatan obat panas dalam sebab rasanya yang segar dan dapat
mendinginkan perut serta mulut konsumennya. Setelah masyarakat itu
mencobanya, mereka tertarik dan akan mencoba membuatnya dikalangan rumah
PKMM-3-1-8
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2002 A), Alang-Alang, http:// www.dayakologi.com, diakses 24 Februari 2004.
Boedhowie dan Pranggonowati. 1983. Petunjuk Pengawasan Mutu Hasil Pertanian. Jakarta:
DEPDIKBUD RI
Dove,M.R dan Sugeng M. 1987. Manusia dan Alang-Alang di Indonesia. Yogyakarta : Gajahmada
University Press : 20- 23
PKMM-3-1-9
Jatmoko. 2003. Studi Pembuatan Sirup Akar Alang-Alang ( Imperata cylindrica). Skripsi yang
tidak dipublikasikan. Medan: Universitas Sumatera Utara : 16-25
Muljaningsih, Sri. 1999. Membuat Kertas Daur ulang Berwawasan Lingkungan. Malang: Puspa
Swara : 1-22
Mursito, B. 2000. Ramuan Tradisional untuk Kesehatan Anak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sukman,Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada: 22-24
Suryatna, E. S dan M.C Inthos. 1980. Food Crop Production and Control of Imperata cylindrica
L.( Beauv ) on Small Farms. Proceedings of the biotrof workshop on lang-alang ( biotrop
special publication no 5 ). Bogor: Biotrop : 135-147
PKMM-3-2-1
PKMM-3-2-2
PKMM-3-2-3
pendidikan aparatur pemerintahan Nagari Sikucur Kp. Dalam. Dari dua puluh (20)
orang perangkat pemerintahan nagari, hanya satu orang yang Sarjana, dua orang
tamatan SMA, empat orang lulusan SMP, dan dua belas (12) orang hanya samapi
SD saja. Sehingga kualifikasi jenjang pendidikannya secara umum tidak tepat
mengisi jabatan tersebut.survay tim, Agustus 2005.
Aparatur yang baru dalam mengisi jabatan pemerintahan itu, seolah-olah
terdesa dan terkesan dipaksakan menjalankan tugasnya karena tuntutan dari
Undang-Undang yang melegitimasinya. Sehingga, aparatur pemerintahan nagari
yang ada tidak mampu menafsirkan sejauh mana produk-produk kebijakan publik
berperan penting dalam wilayah pemrintahannnya.
Ketumpulan dari luaran produk kebijakan publik yang dihasilkan tidak
mampu menjalankan fungsi pemerintahan secara umum terhadap wilayah
administratifnya. Seperti fungsi pembangunan yang tidak mampu
merekomendasikan tuntutan rakyatnya untuk perbaikan fisik nagari. Untuk fungsi
pelayanan terhadap rakyatnya juga tidak maksimal. Kasus yang seperti ini terjadi
ketika rakyat nagari memiliki urusan kepada perangkat pemerintahan Nagari,
ternyata aparatur sering tidak berada ditempat. Pemerintahan nagari juga tidak
pernah melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah seperti penyuluhan kepada petani,
tukang kebun tentang bagaimana cara melakukan proses pertanian yang baik.
Peran serta pada kegiatan ilmiah seperti diatas adalah tugas pemerintah nagari
dalam menjalankan fungsi Pemberdayaan kepada rakyat nagari.
Semakin lama lembaga pemerintahan dilakukan dijalankan, maka semakin
banyak dan komplekslah permasalahan yang akan terjadi. Tetapi disisi lain
keterbatasan pemahaman aparatur atau perangkat pemerintahan nagari yang ada
tidak bisa memfasilitasinya karena kurangnya kemampuan sumber daya
manusianya. Jadi dikhawatirkan karena begitu besarnya tantangan yang akan
terjadi, sementara tingkat kualifikasi Sumber Daya Manusia rendah akan
terjadilah kegagalan dalam menjalankan amanah Undang-Undang. Oleh karena
itulah kami merasa sangat perlunya kegiatan ini dilakukan.
Perumusan Masalah
Ketika kami turun kelapanagna pada saat survai awal, begitu banyak
permasalahan yang ada di Nagari Sikucur kp. Dalam. Tapi kami hanya mampu
membatasi masalah pada beberapa item. Pertama ,bagaimana nagari menyusun
produk-produk kebijakan publik
yang mampu mengakomodasi sluruh
kepentingan rakayat nagarinya. Kedua, bagaimana implementasi dari UndangUndang yang melegitimasi sistem pemerintahan Nagari. Ketiga, menjalankan
sistem pemerintahan nagari yang demokratis menuju pada sistem pemerintahan
yang baik dan bersih. Untuk permasalahan yang keempat, sebenarnya pada
proposal pengusulan tidak ada kami cantumkan. Akan tetapi, pihak aparatur atau
perangkat wali nagari meminta materi tambahan yaitu tentang birokrasi dalam
sistem pemerintatahan.
Tujuan Pelaksanaan Program
Adapun yang menjadi tujuan dilaksanakan program kreativias mahasiswa
pengabdian masyarakat terhadap pemerintahan Nagari Baringin adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman aparatur pemerintah nagari
mengenai kebijakan publik (public policy) beserta produk-produknya.
PKMM-3-2-4
Pasca lokalatih
Sudah memahami
2.
menyusun
nagari
3.
Aparatur
Pemerintahan Kurang termotivasi, Termotivasi,
Nagari (Anggota BPRN, kurang professional professional
Wali
Nagari, dan stos kerja rendah bidang
BMASN,Pemuda
dan
fungsionalnya
lebih
dalam
kerja
PKMM-3-2-5
4.
5.
Bundo Kanduang
Masyarakat Nagari
Mencoba
bersamasama
meberdayakan
Nagari
Pembahasan
Dari pengalaman selama kegiatan berlangsung, ternyata apa yang
dipelajari secara teoritis bila dibandingkan dengan implementasi dilapangan bias
ditarik benang merah yang menjelaskan perbedaan yang mencolok. Sifat masalahmasalah kebijakan yang diuraikan oleh William N. Dunn dalam bukunya analisis
kebijakan publik (1991:210) adalah kebutuhan, nilai-nilai atau kesempatankesempatan yang tidak terealisir tetapi dapat dicapai melalui tindakan publik pada
kenyataanya tidak selamanya benar. Begitu juga ketika kita menggunakan analisis
kebijakan publik yang dijelaskan oleh penulis yang sama, bahwa bentuk-bentuk
analisis yang diuraikan adalah analisi kebijkan prospektif yang berupa produksi
dan transformasi informasi sebelum aksi kebijakan dimulai dan
diimplementasikan cenderung mencirikan cara beroperasinya para pelaku
pembuat kebijakan. Kemudian analisis retospektif dan analisis kebijakan yang
tersendiri. Secara teoritis itu mungkin menyangkut hal-hal yang normatif saja,
sedangkan das sein (seharusnya) dan das solen (kenyataannya) itu berbeda.
Pada bab ini kita telah mendefenisikan analisis kebijakan, menerangkan
karakteristiknya dan perannannya dalam memecahkan masalah. Dan menguraikan
elemen-elemen analisis kebijakan sebagai proses pengkajian.
Bahkan Harold D. Lasswell (1971: 1) mengatakan Dalam mendekati
analisi kebijakan sebagai proses pengkajian, kita perlu membedakan antara
metodologi, metode dan teknik.seperti diketahui, metodologi analisis kebijakan
menggabungkan standar, seleksi dan penggunaan prosedur dan penilaian kritis
terhadap hasilnya. Jadi prosedur adalah merupakan subordinate dari standar
plausibiltas dan relevansi kebijakan, dan terhadap tuntutan umum atau aturan
multipilsme kritis; peranan prosdur adalah menghasilkan informasi mengenai
maslah kebijakan, masa depan kebijakan, aksi kebijakan, hasil kebijakan, dan
kinerja kebijakan. Prosedur sendiri tidak menghasilkan pengetahuan yang relevan
dengan kebijakan. Permasalahan yang ada di nagari ternyata bias dijawab secara
teoritis ketika maslah itu dihubungkan kepada hal yang bersifat normativ.
KESIMPULAN
Melaksanakan tanggung jawab intelektual dengan cara mendedikasikan
diri pada lingkungan sosial menjadi tantangan akademik yang sangat menarik.
Nilai plus yang didapat adalah menciptakan mahasiwa yang mandiri, kreativ dan
bertanggungjawab.
PKMM-3-2-6
PKMM-3-3-1
PKMM-3-3-2
yang dimiliki oleh lansia yang tinggal di panti werdha, terutama pada mereka
yang jarang atau tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya. Selain itu, lansia
memiliki beberapa kebutuhan yaitu (1) kebutuhan akan penghargaan, yaitu
perasaan bahwa dirinya tetap berguna dan diperlukan; (2) kebutuhan untuk
bertanggung jawab; (3) kebutuhan akan kasih sayang dan persahabatan, serta (4)
kebutuhan untuk tetap berperan (Pikunas, dalam Sari, 1993).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sari (1993) mengenai kesepian
pada lanjut usia, didapatkan hasil bahwa secara umum, para lansia yang tinggal di
panti werdha lebih merasa kesepian daripada lansia yang tinggal di rumah. Hasil
penelitian tersebut juga menyatakan bahwa pada kondisi masyarakat Indonesia,
bentuk kontak sosial dan kedekatan hubungan dengan keluarga masih belum dapat
digantikan kedudukannya dengan hubungan kontak sosial yang dilakukan dengan
teman sebaya. Hal ini mungkin disebabkan oleh pandangan masyarakat Indonesia
yang masih menganggap keluarga sebagai pengayom lansia dan tempat dimana
lansia memperoleh berbagai pemenuhan kebutuhan emosional seperti rasa
penghargaan, penerimaan, tetap merasa berperan, dan sebagainya (Sari, 1993).
Sari (1993) juga menyatakan bahwa sebagian besar lansia di panti werdha
mengalami situational loneliness, yaitu perasaan kesepian yang timbul setelah
terjadinya suatu kejadian penting dalam kehidupan seperti kematian pasangan atau
berakhirnya pernikahan. Weiss (dalam Sari, 1993) mengemukakan bahwa
perasaan kesepian yang muncul karena berkurangnya atau hilangnya suatu bentuk
hubungan kedekatan dan dapat terobati dengan menjalin bentuk hubungan
kedekatan yang lain.
Hurlock (dalam Sari, 1993) menyatakan bahwa segi keuntungan yang dapat
diperoleh lansia yang tinggal di panti werdha adalah terdapatnya kemungkinan
untuk berhubungan dengan teman yang seusia dan memiliki minat serta
kemampuan yang sejenis. Dengan demikian, para lansia yang tinggal di panti
werdha memiliki kesempatan yang besar untuk dapat diterima oleh kelompoknya,
dalam hal ini teman-teman sebaya. Namun, Hurlock (dalam Sari, 1993) juga
menyatakan bahwa tinggal di panti werdha menuntut penyesuaian diri yang baik
dari para lansia karena mereka harus bisa mengikuti ketentuan atau tata tertib
yang berlaku di panti tersebut. Mereka juga harus melakukan penyesuaian diri
terhadap semua penghuni maupun petugas panti.
Meski demikian, panti werdha tidak membuat para lansia penghuni panti
merasakan panti yang mereka tinggali sebagai rumah mereka sendiri. Hal ini
disebabkan pengendali kehidupan lansia berubah dari individual menjadi institusi
total yang menyebabkan tambahan beban pada pengendalian fisik dan kimiawi
(Goffman; Mor et al. dalam Wilfrid & Zanden, 1997). Hidup dalam suatu institusi
seperti dalam panti werdha dapat menyebabkan berbagai efek. Misalnya adanya
efek fisiologis dan psikologis yang merusak, yaitu disorientasi, penarikan diri dari
masyarakat, putus asa, dan kehilangan identitas (Ebersole & Hess, 1990). Efek
tersebut diidentifikasi oleh Somer et al. (dalam Ebersole & Hess, 1990) dalam
enam gejala, yaitu
(1) deindividuasi yang merupakan peningkatan
ketergantungan, pengurangan asertivitas, menggantungkan nasib pada institusi
serta ketidakmampuan dalam membuat keputusan; (2) diskulturasi, penerimaan
nilai dan perilaku yang tidak sesuai dengan masyarakat pada umumnya; (3)
adanya kerusakan biopsikososial dari kehilangan status dan keamanan; (4) adanya
kerenggangan dengan teknologi dan perubahan lainnya dari dunia luar; (5) isolasi
PKMM-3-3-3
karena kehilangan kontak dengan dunia luar; (6) kekurangan stimulus sebagai
hasil dari mematikan indra yang dilakukan oleh institusi.
Menurut Erikson, lansia berada pada tahap generativity versus stagnation
(Santrock, 2002). Generativity adalah penyediaan kehidupan yang lebih baik bagi
generasi yang akan datang, dimana apabila tahap ini tidak dicapai maka akan
menyebabkan individu mengalami self absorption dan stagnansi. Untuk bisa
mencapai generativity, cucu memegang peranan yang penting untuk grandparents
mereka (Erikson, dalam Dacey & Travers, 2002). Untuk sebagian yang lain,
menjadi grandparent adalah sumber dari pemenuhan emosi diri, memberikan
perasaan kebersamaan dan kepuasan yang mungkin hilang pada awal hubungan
dengan anak yang telah dewasa. (Sanders & Trygstad dalam Santrock, 1999).
Banyak grandparent yang meneruskan keahlian juga nilai-nilai religius,
sosial dan vokasional (dimensi sosial) baik melalui cerita maupun nasehat, dan
mereka bisa merasakan kebanggan yang besar dan kepuasan (dimensi personal)
dari bekerja bersama dengan cucunya melalui proyek bersama (Kail &
Cavanaugh, 2000). Oleh karena itu, tidak mengherankan bila grandparenthood
berkorelasi positif dengan kesehatan mental dan moral dari orang lanjut usia
(Dacey & Travers, 2002).
Sementara itu, menurut Mudjiwati (1983), kasih sayang merupakan suatu
hal yang vital bagi seorang anak dan mutlak dibutuhkan dalam perkembangan
hidupnya. Namun, tidak semua anak memiliki kesempatan untuk mendapatkan
kasih sayang keluarga. Cukup banyak anak yang dibesarkan di panti asuhan
dengan berbagai alasan yang berbeda-beda (Sahuleka, 1977). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sahuleka (1977) ada beberapa hal positif dari panti
asuhan, antara lain panti asuhan merupakan tempat bernaung bagi anak-anak
terlantar dimana mereka mendapatkan bimbingan dalam bidang pendidikan dan
pekerjaan maupun dalam penyesuaian diri di masyarakat, dan merupakan suatu
lingkungan theurapeutic bagi anak-anak yang membutuhkan.
Akan tetapi, panti asuhan memiliki hal-hal negatif seperti kehidupan panti
asuhan memungkinkan anak mengalami penurunan emosi yang mengakibatkan
gangguan kepribadian seperti sikap menarik diri, tidak mampu membentuk
hubungan yang hangat dan dekat dengan orang lain, sehingga hubungan mereka
sifatnya dangkal dan tanpa perasaan. Dalam panti asuhan juga sering ditemui
kurangnya stimulasi emosional dan intelektual serta kehidupan yang rutin dan
kaku, juga perlakuan yang bersifat massal. Keadaan ini dapat menghambat
perkembangan emosi dan intelektual mereka serta dapat menghilangkan atau
mematikan inisiatif anak (Sahuleka, 1977).
Menurut Sahuleka (1977) pengasuh cenderung bertindak sesuai dengan
jadwal dan cara yang sudah ditentukan daripada bereaksi berdasarkan tingkah
laku anak. Pemenuhan kebutuhan anak-anak panti asuhan umumnya lebih
ditekankan pada pemenuhan kebutuhan fisik. Mereka kurang mendapat
kesempatan untuk mengalami hubungan yang erat, hangat, dan rasa keterikatan
secara khusus dengan orang dewasa tertentu. Pengasuh kurang mengenal anak
sebagai individu karena kesibukan dan bentuk hubungan yang tidak seperti orang
tua. Pertemuan anak dengan pengasuh lebih bersifat kegiatan-kegiatan rutin.
Pengasuh umumnya juga kurang sekali mempunyai waktu untuk bermain bersama
atau memberi respon terhadap ucapan-ucapan anak.
PKMM-3-3-4
PKMM-3-3-5
METODE PENDEKATAN
Sebelum pelaksanaan program, kami melakukan persiapan selama 3
minggu. Pada tahap persiapan tersebut pertama-tama kami mencari panti werdha
dan panti asuhan yang kami anggap potensial untuk menjadi peserta program.
Setelah mendapatkan kedua panti, kami melakukan proses perijinan untuk dapat
melakukan program di kedua panti tersebut. Pada saat yang bersamaan kami juga
melakukan recruitment untuk mendapatkan fasilitator dan panitia tambahan. Dari
recruitment ini, kami mendapatkan 8 orang fasilitator dan 3 orang panitia
tambahan yang bertugas di bagian konsumsi dan dokumentasi.
Program 10 Minggu Mencari Cinta dilaksanakan dalam rentang waktu 7
minggu sejak tanggal 19 Maret 2006 sampai dengan 7 Mei 2006, dengan total
pertemuan sebanyak 7 kali pertemuan yang dilakukan setiap hari Minggu. Pada
pertemuan pertama, acara dimulai sejak pukul 08.30 sampai 12.00, pertemuan
kedua sampai keenam dimulai pukul 08.30 sampai 11.30, sedangkan pertemuan
ketujuh diadakan sejak pukul 09.00 sampai 14.00. Untuk lokasinya, pertemuan
pertama sampai keenam dilakukan di panti werdha, sedangkan pertemuan ketujuh
dilakukan di pinggir danau UI sebagai acara perpisahan.
Rutinitas pelaksanaan program secara umum adalah penjemputan anakanak di panti asuhan untuk dibawa ke panti werdha, dilanjutkan dengan
pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal tiap pertemuan, kemudian mengantar anakanak kembali ke panti asuhan setelah seluruh rangkaian kegiatan hari itu selesai
dilakukan. Dalam pelaksanaannya, program ini memerlukan banyak alat bantu
yang terdiri dari peralatan bermain, sound system, LCD, VCD, dan laptop.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara umum program ini terdiri dari 6 kegiatan utama, yaitu kegiatan
perkenalan awal, ice breaking, kegiatan pembentukan kedekatan dan kerja sama,
kegiatan pembentukan attachment, kegiatan mempertahankan attachment, dan
kegiatan hiburan. Berikut adalah hasil dan pembahasannya.
1. Kegiatan Perkenalan Awal
Kegiatan perkenalan awal ini terdiri dari 3 kegiatan, yaitu Akulah Sang
Raja, Di mana Kerajaanku, dan Sharing. Pada kegiatan Akulah Sang Raja,
awalnya para peserta masih malu-malu dan ragu untuk memperkenalkan diri
sehingga MC harus aktif untuk menyemangati para peserta. Misalnya, dengan
menanyakan nama dan hobi mereka dan meneriakkan kata Semangat!.
PKMM-3-3-6
PKMM-3-3-7
sama dan tidak mau kalah dalam menyusun strategi mengatur posisi benang dan
jarum. Dengan demikian tujuan untuk membentuk kedekatan, kerja sama, dan
mengatasi kebutuhan tetap berperan pada lansia dapat tercapai.
b) Tusuk Balon: Evaluasi dari permainan ini adalah jarak antara satu anak
dengan yang lain terlalu dekat, sehingga ada kekhawatiran peserta salah
menusuk. Selain itu, lansia pun menjadi kurang terlibat dalam permainan ini.
Namun secara keseluruhan, permainan ini berlangsung dengan meriah dan
menimbulkan semangat. Selain itu, anak-anak juga belajar berpartisipasi dalam
kelompok
c) Baginda Bertitah: Dalam permainan berkelompok ini, kakek/nenek dan
anak berpartisipasi dengan baik. Mereka saling bekerja sama dalam mengatur
strategi untuk memenangkan lomba. Tujuan pembentukan kedekatan, kerja
sama, serta pemenuhan kebutuhan para lansia untuk ikut bertanggung jawab
dan tetap berperan pun dapat tercapai.
d) Bahasa Isyarat: Dalam kegiatan ini, terlihat ada beberapa anak dan kakeknenek yang cukup kreatif dalam memperagakan kalimat atau kata yang
diberikan. Mereka juga terlihat bersemangat dan penasaran ketika belum juga
berhasil menebak jawabannya. Selama permainan ini, para peserta pun
diberikan kesempatan untuk membuat dan memperagakan kalimatnya sendiri
sehingga mereka dapat lebih menunjukkan kreativitas mereka. Selama
permainan ini, tercapai pula pembentukan kedekatan dari para anggotanya.
e) Benda Pusaka: Kegiatan ini dilakukan dengan mengisi sebuah buku dengan
tulisan-tulisan ataupun gambar-gambar. Semua peserta terlihat antusias karena
mereka bebas menunjukkan kreativitas mereka dalam scrapbook tersebut. Pada
kegiatan ini terlihat adanya kerja sama dalam menghias buku, tidak jarang
terlihat anak membantu nenek/kakek untuk menggambar atau menulis dalam
buku tersebut sehingga mendekatkan mereka.
f) Pohon Kerajaan: Pada kegiatan kelompok ini, khususnya pada proses
pengecatan pot, anak-anak terlihat lebih aktif dibandingkan kakek-neneknya.
Akan tetapi, memasuki sesi menanam pohon, kakek-neneknya pun turut aktif
membantu. Dalam permainan ini, pembentukan kedekatan dan kerja sama dapat
tercapai. Selain itu, kebutuhan bagi para lansia untuk ikut berperan tetap
terpenuhi dan anak-anak juga belajar berpartisipasi dalam kelompok untuk
melatih kemampuan mereka dalam bermasyarakat.
g) Patung Manusia: Kegiatan berpasangan (lansia-anak) ini tidak berubah dari
rencana semula. Evaluasi yang ditemukan adalah cara mengkomunikasikan
permainan ini kepada peserta karena peserta tidak terbiasa dan belum paham
dengan kegiatan ini. Selain itu, karena durasi kegiatan yang terlalu lama
membuat beberapa peserta kehabisan ide dalam memberikan aba-aba kepada
peserta lain. Namun, kerja sama dan kedekatan dalam permainan ini terbentuk
dengan baik.
h) Harta Karun Kerajaan: Pada kegiatan ini setiap kelompok diajarkan
membuat origami. Kemudian anggota kelompok beserta fasilitator
mempresentasikan hasil dan cara membuat origami tersebut di hadapan peserta
lain, sementara peserta dari kelompok lain mengikuti origami yang diajarkan.
Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok besar ini diikuti oleh para peserta
dengan antusias. Seluruh peserta ikut bekerja sama memperhatikan instruksiinstruksi yang diberikan dan merasa senang ada hasil origami yang boleh
PKMM-3-3-8
PKMM-3-3-9
Dari dua kegiatan ini terlihat bahwa kegiatan Raja Yang Paling Hebat
lebih menekankan pada attachment dengan pasangannya dibandingkan kegiatan
Penobatan Raja yang lebih kepada attachment dalam kelompok. Sayangnya,
attachment yang terlihat dalam kegiatan Raja Yang Paling Hebat terlihat kurang
dapat terbentuk. Hal ini dimungkinkan karena pelaksanaan kegiatan ini pada hari
ke-3 di mana kedua peserta belum terlalu mengenal, terlebih adanya pergantian
kelompok pada hari ke-2. Jadi, pada akhirnya kegiatan ini lebih untuk
mengakrabkan peserta dengan peserta lainnya. Kegiatan Penobatan Raja pun
berlangsung ramai dan diminati peserta, terutama anak-anaknya.
2. Kegiatan Mempertahankan Attachment
Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan attachment
yaitu Kotak Jin, Surat Untuk Raja, dan Pengasuh Baginda. Untuk kegiatan
Kotak Jin, awalnya fasilitator memberikan contoh surat berisi kesan atau pesan
terhadap peserta lain yang dibacakan oleh MC. Secara umum, peserta senang
dengan kegiatan ini. Hal ini terlihat saat dibacakan nama dan isi suratnya, mereka
tersenyum dan mendengarkan MC. Begitu pula ketika mereka mencoba
menuliskan suratnya sendiri untuk peserta lainnya, mereka terlihat bersemangat.
Meskipun ada beberapa peserta kakek-nenek yang tidak bisa menulis, mereka
tetap dapat menyampaikan pendapatnya karena dibantu oleh para fasilitator.
Pada kegiatan Surat Untuk Raja, surat yang rencananya akan dibacakan
di kotak jin ini, tidak jadi dilaksanakan karena ada beberapa anak yang belum
membuat surat. Surat pun dibacakan hanya di dalam kelompok kecil, tidak dalam
kelompok besar karena pertimbangan waktu. Selain itu, kakek-nenek yang
menerima surat diminta untuk membalas surat dari anak-anak. Untuk kegiatan
Pengasuh Baginda, anak-anak dipasangkan dengan lansia yang ditutup matanya
dan anak-anak diminta untuk memenuhi kebutuhan lansia mulai dari makan,
minum, bercerita, sampai menyanyi. Awalnya, peserta agak kebingungan dengan
instruksi yang diberikan. Namun setelah dijelaskan, peserta dapat melakukan
kegiatan ini dengan baik.
Dalam kegiatan mempertahankan attachment ini lebih menekankan pada
attachment antara pasangan masing-masing (yaitu kegiatan Surat Untuk Raja dan
Pengasuh Baginda). Dengan memberikan surat yang berisi masukan, pujian,
kritik, dan saran membuat para peserta merasa diperhatikan secara personal oleh
pasangannya masing-masing. Begitu juga dengan kegiatan Pengasuh Baginda di
mana masing-masing pasangannya bisa melayani dirinya sehingga dapat
memunculkan rasa pada kakek nenek bahwa dirinya memiliki teman kecil (cucu)
yang ada saat dia membutuhhkannya.
3. Kegiatan Hiburan
Film yang dipilih dalam kegiatan Opera Kerajaan ini adalah film
berdurasi kurang lebih 90 menit yang berjudul Rindu Kami PadaMu. Film ini
menceritakan tentang kehidupan tiga anak di sebuah pasar kecil. Secara teknis,
ruangan yang digunakan untuk menonton terlalu terang sehingga gambar yang
ditampilkan kurang jelas. Begitu juga dengan suara film yang pecah. Pada
awalnya para peserta terlihat mengikuti jalan cerita dan duduk dengan tenang.
Akan tetapi, setelah beberapa lama, anak-anaknya mulai duduk berpindah-pindah.
Para peserta terlihat bosan karena pemilihan film yang terlalu serius dan jalan
cerita yang agak sulit dimengerti. Selain itu, durasinya yang terlalu lama juga
PKMM-3-3-10
membuat para kakek-neneknya tidak tahan untuk duduk dalam jangka waktu
panjang. Akan tetapi, suasana kembali ceria ketika memasuki kuis. Kuis yang
tadinya direncanakan akan diberikan kepada setiap kelompok pada
pelaksanaannya akhirnya hanya dikeluarkan satu pertanyaan, dengan
pertimbangan hanya sedikit dari peserta yang benar-benar memperhatikan film
dari awal sampai akhir. Namun dalam pelaksanaan kuis ini para peserta, terutama
anak-anaknya, tampak bersemangat dalam berebut menjawab pertanyaan yang
diajukan.
KESIMPULAN
Dari rangkaian 7 pertemuan yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan
bahwa kegiatan ini berhasil dijalankan dengan baik. Hal ini bisa dilihat dari:
Tercapainya tujuan program.
Tujuan program kami adalah membentuk attachment pada lansia yang tinggal
di panti werdha dengan anak yatim piatu yang tinggal di panti asuhan.
Berdasarkan observasi selama kegiatan berlangsung, tampak bahwa sedikit demi
sedikit terjalin kedekatan dan rasa saling memperhatikan antara pasangan
kakek/nenek dengan cucunya. Anak-anak tersebut sering terlihat bermanja-manja
di pelukan kakek-neneknya sambil mengobrol dan bercanda. Contoh lain adalah
ketika ada seorang nenek yang tidak bisa mengikuti salah satu pertemuan karena
sedang sakit, nenek tersebut hampir menangis karena tidak bisa bertemu dengan
cucu-nya. Sebaliknya, sang cucu pun meminta untuk bisa dipertemukan
dengan nenek-nya. Ketika tidak diperbolehkan, ia membuat surat untuk nenek
tersebut dan menempelkan origami buatannya di scrapbook (Benda Pusaka
Kerajaan) agar bisa diperlihatkan kepada sang nenek.
Kegiatan berjalan tepat waktu dan tepat sasaran.
Sebagian besar kegiatan dapat dilakukan tepat waktu sesuai jadwal yang telah
direncanakan, meskipun ada beberapa kegiatan yang mengalami kendala teknis
(misalnya alat permainan kurang dipersiapkan). Biasanya masalah yang ada dapat
diatasi dan tidak mengganggu jalannya kegiatan secara umum sehingga tujuan
setiap kegiatan tetap tercapai
Kegiatan berjalan dengan teratur, fasilitator dapat mengatur jalannya kegiatan
dengan baik.
Pada setiap pertemuan, para fasilitator bisa dengan baik membantu
berlangsungnya acara. Mereka bisa mencairkan kebekuan antara kakek/nenek dan
cucu di awal acara, memberi dorongan kepada para peserta untuk tetap mengikuti
acara, juga memberi semangat kepada anak yang terlihat pasif agar lebih aktif
dalam mengikuti kegiatan. Fasilitator pun mampu mengatasi kendala teknis yang
muncul di beberapa kegiatan.
Semua peserta turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan.
Meskipun ada beberapa permainan yang hanya dimainkan oleh anak-anak
karena terlalu banyak menggunakan kemampuan fisik, bukan berarti kakek/nenek
meninggalkan acara. Mereka tetap dengan setia mengikuti rangkaian kegiatan
dengan menonton dan memberi semangat kepada anak-anak yang bermain.
Terjadi hubungan timbal balik antar peserta.
Berdasarkan observasi yang kami lakukan selama kegiatan berlangsung,
lambat laun terbentuk suatu kedekatan antara anak dengan kakek/nenek. Mereka
saling memperhatikan dan menolong satu sama lain. Misalnya ketika kegiatan
PKMM-3-3-11
mengisi scrapbook, anak membantu nenek yang tidak bisa menulis. Di lain pihak,
pada kegiatan Pohon Kerajaan, nenek membantu anak menanam pohonnya.
Setelah program selesai dilaksanakan, diharapkan masih terjalin hubungan
persahabatan antar peserta, misalnya melalui surat menyurat atau saling
mengunjungi.
Sampai laporan ini selesai dituliskan, anak-anak telah mengirimkan 1-2 surat
kepada para nenek/kakek yang ada di panti werdha. Umumnya mereka
mengirimkan surat kepada lansia yang menjadi pasangan mereka selama program
dilaksanakan. Namun, sampai saat ini, kami belum mengetahui reaksi para lansia
ketika mereka menerima surat-surat tersebut. Diharapkan kegiatan surat menyurat
ini akan terus berlangsung. Kami juga memberikan nomor telepon panti werdha
kepada anak-anak panti asuhan agar mereka dapat menghubungi lansia lewat
telepon kapan pun mereka mau.
Keberhasilan program ini juga dapat dilihat dari komentar-komentar yang
diberikan oleh para peserta, antara lain:
Nenek senang, Neng. Kumpul-kumpul, rame, jadi seneng. Gak ngenes, gak
bingung, gak sedih. Pokoknya nenek seneng Neng datang. Jadi seneng,
gembira.
Saya sangat senang ikut 10 Minggu Mencari Cinta. Terus saya ingin ikut
lagi kalo ada lagi. Mudah-mudahan ada lagi, amin. Saya ikut acara ini
alhamdulillah mendapat kesenangan dan hadiah. Dan dapat teman baru,
kakak-kakak dan nenek, kakek
Adapun manfaat-manfaat yang diperoleh dari program ini diantaranya
adalah dapat membantu mengatasi masalah-masalah utama yang menjadi sasaran
intervensi.
a. Pada lansia
Masalah pemenuhan kebutuhan lansia akan penghargaan, tanggung jawab,
tetap berperan, kasih sayang, dan sense of belonging.
Masalah ini dapat dibantu diatasi melalui permainan dalam program ini
yang turut melibatkan para lansia untuk aktif di dalamnya. Mereka tidak
hanya duduk diam saja menyaksikan anak-anaknya bermain, tetapi juga
mereka ikut di dalam permainan tersebut, baik secara individu ataupun
dalam kelompok.
b. Pada anak panti asuhan
Masalah kurangnya kasih sayang dan perhatian individual pada anak yang
tinggal di panti asuhan.
Dengan adanya pasangan dan kelompok kecil ini memungkinkan anakanak untuk dapat merasakan kasih sayang baru yang lebih erat. Selain itu,
adanya permainan seperti kotak jin juga memungkinkan mereka
memperoleh kesenangan karena mereka merasa ada yang diperhatikan.
Secara umum, program ini memiliki manfaat agar terjalin kedekatan
(attachment) antara kakek-nenek dan sang anak. Dengan adanya permainan yang
lebih melibatkan pasangan-pasangan justru semakin mendekatkan mereka dengan
pasangannya. Sayangnya, kebanyakan permainan lebih bersifat permainan
kelompok bukan permainan pasangan sehingga kedekatan yang terjalin lebih
PKMM-3-3-12
bersifat kedekatan dalam kelompok kecil. Namun hal ini tidak mengurangi
kebahagiaan mereka. Kedekatan juga tidak hanya terjadi pada kedua kelompok
peserta tersebut, tetapi juga dengan para fasilitator yang seringkali menemani
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dacey, J. S. & Travers, J. F. 2002. Human Development Across The
Lifespan (5th edition). New York: McGraw Hill.
2. Ebersole, P. & Hess, P. 1990. Toward Healthy Aging: Human Needs and
Nursing Response. Missouri: C. V. Mosby Company.
3. Kail, R.V., & Cavanaugh, J.C. 2000. Human Development A Lifespan
View (2nd edition). California: Wadsworth.
4. Mudjiwati, S. R. 1983. Kehidupan Emosi Anak-anak 5-6 Tahun Dilihat
Melalui Pemilihan Warna dalam Lukisan Mereka: Suatu Studi Penjajagan
pada Anak-anak Panti Asuhan dan Non Panti Asuhan di Jakarta. Skripsi
Sarjana. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
5. Sahuleka, J. M. 1977. Panti Asuhan sebagai Suatu Lingkungan bagi
Perkembangan Anak. Skripsi Sarjana. Jakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Indonesia.
6. Santrock, J.W. 1999. Life-Span Development (7th edition). New York:
McGraw-Hill.
7. Santrock, J. W. 2002. A Topical Approach to Life-Span Development. New
York: McGraw-Hill.
8. Sari, A. 1993. Kesepian pada Lanjut Usia: Studi Perbandingan antara
Lansia yang Tinggal di Rumah dengan Lansia yang Tinggal di Panti
Werdha. Skripsi Sarjana. Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
9. Wildfrid, J. & Zanden, V. 1997. Human Development. USA: McGrawHill.
PKMM-3-4-1
ABSTRAK
Pendidikan adalah hak bagi setiap anak. Optimalisasi perkembangan anak akan
berdamapak pada pencapaian tugas perkembangannya, sehingga secara
langsung memberikan kontribusi pada kualitas pribadi anak tersebut. Namun,
dalam kenyataannya tidak semua anak memperoleh haknya tersebut, termasuk
bagi anak yang berhadapan dengan hukum. Oleh sebab itu, upaya-upaya
pendidikan harus dilaksanakan sebagai upaya pendampingan bagi pemenuhan
hak anak. Metode alternatif yang lebih menekankan pada penyeimbangan kondisi
psikologis anak, diperlukan sebagai bekal bagi pengakuan pribadi atas status
sosialnya, sehingga dapat berperan sebagaimana kondisi anggota masyarakat
lainnya. Kondisi anak yang berhadapan dengan hukum tergambarkan dari setiap
metode pembelajaran yang dilakukan. Goresan tangan diatas kertas, ekspresi
nonverbal, menggambarkan kondisi jiwa mereka yang selama ini tertekan. Pada
akhirnya, model pembelajaran bagi anak yang berhadapan dengan hukum sangat
diperlukan adanya, karena model pembelajaran konvensional tidak selamanya
dapat diterapkan di lingkungan rumah tahanan. Dengan adanya model alternatif,
diharapkan bisa menjembatani upaya pemenuhan hak anak yang berhadapan
dengan hukum, terutama hak pendidikannya.
Kata Kunci : Anak yang berhadapan dengan hukum, metode pembelajaran,
model pembelajaran dan hak anak.
PENDAHULUAN
Anak merupakan amanah dari Tuhan, sudah selayaknya kita menjaga
amanah tersebut agar jangan sampai disia-siakan. Oleh sebab itu, pelanggaran
atau ketimpangan dalam pemenuhan hak-hak anak merupakan sebuah tindakan
yang dinilai tidak sesuai dengan kodrat anak. Selain itu, anak merupakan tunas
bangsa atau generasi muda yang diharapkan bisa menjadi penerus eksistensi
bangsa kita dalam tataran dunia secara global. Dengan itu kita harus dapat
memenuhi kebutuhan mereka (memfasilitasi) agar dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal.
Perquin-Russen (1992), menyatakan sebenarnya anak dapat tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya. Namun untuk pertama kali ia mengenal dunia,
haruslah ada fihak yang memberikan pertolongan agar pertumbuhan dan
perkembangannya tidak terhambat atau terganggu yang dapat mengakibatkan
perkembangannya tersebut tidak optimal. Dari latar teori ahli di atas, maka sudah
seharusnya kita mencoba untuk memberikan fasilitas (bantuan) kepada mereka
PKMM-3-4-2
PKMM-3-4-3
PKMM-3-4-4
PKMM-3-4-5
Instrumen Input
Output
Raw Input
Process
Environmen Input
PKMM-3-4-6
PKMM-3-4-7
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. H. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Penerbit Angkasa
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta.
Sudjana, H. D. 2001. Pendidikan Luar Sekolah . Bandung: Penerbit Falah
Production.
Sulaeman, M. I. 1994. Pendidikan Dalam Keluarga . Bandung : Penerbit
Yayasan Alfabeta.
Makmun, A. S. 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung; PT. Remaja
Rosdakarya.
Eson, M.E. 1972. Psycological Foundation Of Education, Second Edition.
New York; Holt, Rinehart and Winstons, Inc.
Lickona, T. 1991. Educating For Character, How Our Schools Can Teach
Respect and Responsibility. New York : Bantam Books.
Perquin dan Russen. 1982. Pendidikan Keluarga dan Masalah Kewibawaan.
Bandung: Jemmars
Pikiran-Rakyat, Edisi Juli 2004.
Laporan Bulanan Yayasan Edukasia, September 2005
PKMM-3-5-1
PKMM-3-5-2
belajar dan belajar sambil bermain melalui bermain anak belajar mengendalikan
diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya, jadi, bermain adalah
cermin perkembangan anak ( Moeslihatoen, 2004: 32). Dibutuhkan banyak sarana
dan pra sarana untuk menciptakan suasana yang menyenangkan tersebut. Sebagai
penyelenggara TK haruslah pandai pandai memanfaatkan barang dan ruang untuk
dapat menciptakan suasana menyenangkan tersebut. Salah satu ruang yang dapat
di manfaatkan tembok luar kelas untuk bermain, dengan memberikan gambargambar yang bermanfaat dan sesuai dengan tema kegiatan yang ada pada
kurikulum TK. Sesuai dengan pandangan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1994) telah menetapkan tema untuk membantu para guru TK dalam
melaksanakan program kegiatanbagi anak TK yaitu salah satu tema tersebut
adalah tema binatang meliputi jenis binatang, makanan binatang, tempat hidup
binatang, berbiak, bahaya binatang, ciri ciri binatang, kegunaan binatang
(Moeslihatoen, 2004: 14). Di sini kita sebagai mahasiswa pendidikan seni rupa
merasa tergerak untuk memanfaatkan seni visual mural, Seni visual merupakan
salah satu dari sifat seni yang artinya hasil cipta seni yang penghayatannya dengan
mengunakan indra penglihatan, oleh karena itu seni tersebut mempunyai wujud
yang kongkrit. Hasil dari seni rupa yang bersifat visual seperti seni lukis, seni
lustrasi, dan seni rupa tri matra (Edy Tri Sulistyo, 2005: 89). Mural adalah bagian
dari seni lukis yang mengunakan media dinding untuk mengenalkan dunia
binatang pada peserta didik di taman kanak kanak. Selain itu kita dapat
memberikan, meringankan beban dalam penyelengaraan dan pengelolaan TK
Pertiwi yang terasa semakin berat bagi Yayasan Pertiwi yang nota bene dana
penyelenggaraan hanya di dapatkan dari iuran wajib siswa, sehingga besar
kecilnya dana penyelenggaraan TK tergantung dengan besar kecilnya input peseta
didik yang dapat diterima pada setiap tahunnya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat kita rumuskan
masalah yang ada, adalah
TK sebagai taman bermain sambil belajar bagi anak-anak,
dibutuhkan suasana yang menyenangkan.
Untuk menciptakan suasana menyenangkan tersebut, kita dapat memanfaatkan
tembok luar ruang bermain sambil belajar atau kelas yang ada dengan diberi
gambar sehingga menarik bagi anak-anak. Disamping itu juga untuk mengenalkan
dunia binatang sesuai dengan tema kegiatan yang ada pada kurikulum TK.
Adapun penerapan gambar-ganbar binatang tersebut kita manfaatkan seni visual
mural.Mural juga sebutan bagi lukisan monumental yang dibuat pada
dinding.Mural mengelinding bersama perkembangan peradaban manusia. Babylon
memiliki black mural. Mesir memiliki pyramid yang didalamnya terdapat mural
gambaranmanusia sebelum dan sesudah mati. Kemudian Romawi yang
mengembangkan mural mural gaya realis yanng menggambarkan pemandangan.
Di Indonesia kita dapat menjumpai lukisan dinding di gua laenng laeng daerah
Sulawesi Selatan( Endid dalam Y.S.Nurjoko ,2004:41)
Tujuan pemanfatan seni visual mural ini adalah untuk menciptakan
suasana yang menyenangkan di TK sebagai taman bermain sambil belajar, dengan
gambar-gambar yang kita torehkan didinding tembok luar ruang kelas. Sehingga
dengan suasana yan g menyenangkan tersebut akan memberikan kenyamanan bagi
peserta didik di TK untuk bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain.
PKMM-3-5-3
Disamping itu bagi kami mahasiswa program studi Pendidikan Seni Rupa
UNS Surakarta, kesempatan ini bagi kami merupakan ajang bagi kami untuk
melaksanakan salah satu Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian
masyarakat dan berkreasi guna bermanfaat bagi masyarakat luas.
Manfaat dari program ini adalah dengan suasana menyenangkan dan
visualisasi yang menarik diharapkan akan mampu dan memiliki daya tarik dalam
perekrutan peserta didik baru selanjutnya, sehingga dengan bertambahnya jumlah
peserta didik baru diharapkan akan menambah jumlah dana penyelenggaraan TK
tersebut.
METODE PENDEKATAN
Pelaksanaan PKMM ini telah dilakukan selama 3 bulan yaitu bulan Maret
sampai dengan bulan Mei 2006. Adapun pembagian waktu tersebut adalah satu
minggu perijinan, tiga minggu persiapan bahan dan alat, satu setengah bulan
pengerjaan lapangan dan dua minggu untuk penyusunan laporan.
Lokasi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan PKMM adalah di TK
Pertiwi III dan TK Pertiwi IV Ngringo, Jaten Karanganyar.
Adapun alasan yang mendasari PKMM di tenpat tersebut adalah:
1. TK Pertiwi III dan TK Pertiwi IV adalah TK yang mempunyai bermain
yang belum menarik.
2. TK Pertiwi III dan TK Pertiwi IV mempunyai permasalahan dana terhadap
. penyelenggaraan dan pengelolaan TK.
Gambar 1.
Keadaan TK Pertiwi IV sebelum dimural.
Sasaran dari program ini adalah dinding luar sebagai taman bermain TK
Pertiwi III dan TK Pertiwi IV Ngringgo, Jaten, Karanganyar.
Pelaksanaan program ini adalah upaya dalam memperkenalkan dunia
binatang kepada peserta didik di TK melalui pemanfaatan seni visual mural.
Adapun pelaksanaan program ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :
1. Pertama adalah koordinasi tim untuk memperoleh kesepakatan akan
pembagian tugas yang akan dilaksanakan.
PKMM-3-5-4
Gambar 2.
Keadaaan TK Pertiwi IV sesudah dimural
PKMM-3-5-5
Gambar 3.
Keadaan TK Pertiwi III sesudah dimural
Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan tidak lepas dari metode yang telah
ditentukan sebelumnya. Dari pelaksanaan PKMM ini diperoleh model pengerjaan
visualisasi mural, yang terbagi menjadi beberapa tahapan.
Adapun tahapan tahapan tersebut adalah :
1. Pengadaan Bahan dan Alat
Alat adalah suatu barang, peralatan yang diperlukan di dalam proses karya
seni rupa( Edy Tri Sulistyo, 2005: 107 ). Sedangkan dalam pembuatan seni visual
mural ini tembok merupakan media yang di butuhkan dalam proses karya seni
rupa.Pada tahap ini adalah tahap permulaan. Persiapan bahan dan alat sangat
penting sehingga tidak menghambat pengerjaan. Pemilihan bahan dan alat
mempengaruhi kualitas gambar yang dihasilkan. Bahan yang harus dipersiapkan
adalah : cat tembok warna putih, pigmen warna primer (biru, merah, kuning,
hitam), binder, kapur, dan pensil.
Untuk pemilihan cat tembok dipilih cat tembok yang mudah kering,
permukaan yang dihasilkan dari hasil pengecatan halus serta dapat menutup pori
pori dinding dengan cepat.
Pigmen warna yang dipilih adalah warna primer (pokok) yaitu Merah,
kuning, biru , dan hitam, sehingga untuk menghasilkan warna yang lain cukup
dengan mencampurnya, misalnya antara merah dan kuning akan menghasilkan
warna orange, kuning dengan biru akan menghasilkan warna hijau, biru dan
merah akan menghasilkan warna ungu. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi
pemborosan bahan.
Binder adalah bahan yang dipakai untuk lapisan terakhir dari hasil
pengecatan, dioleskan ketika cat sudah mengering. Hal ini dilakukan supaya
gambar yang dihasilkan tidak mudah kusam, rusak terutama tahan terhadap cuaca.
Alat yang digunakan adalah skrap, dan amplas untuk membersihkan media dari
debu, dan cat yang lama, kuas untuk mengoleskan cat pada dinding, ember untuk
menampung cat, pensil, kertas dan penghapus untuk sketsa, tangga lipat untuk
menjangkau dinding yang tinggi, deklit untuk melindungi dinding dimana catnya
masih basah dari air hujan ketika terjadi hujan.
PKMM-3-5-6
Gambar 4.
Bahan dan alat .
2. Pembersihan Media
Setelah pengadaan dahan dan alat maka selanjutnya adalah pembersihan
media,Medi adalah sesuatu bahan baku yang di butuhkan dalam proses karya seni
rupa(Edy Tri Sulistyo, 2005: 109). Tahap pembersihan dinding dari cat lama,
coretan, debu, dan kotoran lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara penyekrapan.
Kemudian pengelupasan cat tembok terakhir digosok dengan amplas supaya
permukaam dinding benar benar rata. Setelah penyekrapan dan pengamplasan
selesai maka dinding dibersihkan dengan kain yang basah agar sisa sisa kotoran
yang menutupi pori pori tembok bisa bersih, sehingga cat yang baru dapat
menyatu dengan dinding dan cat yang baru tidak mudah mengelupas.
Gambar 5.
Tahap pembersihan media.
PKMM-3-5-7
3. Pembuatan Sketsa
Tahap sketsa di mulai dari sketsa yang di lakukan di atas kertas, setelah di
atas kertas disetujui maka sketsa langsung dapat di transfer ke media dinding.
Gambar 6.
Pembuatan sketsa.
4. Pewarnaan
Setelah sketsa jadi, selanjutnya adalah percampuran cat olah menjadi
warna warna yang sesuai dengan yang diinginkan. Cat tembok dicampur dengan
seperlima binder dari masa cat tembok. Hal ini bertujuan agar warna tidak mudah
pudar serta dapat merekat kuat pada dinding.
Setelah percampuran warna selesai maka pewarnaan yang pertama adalah
pengeblokan yaitu warna dasar. Kedua pewarnaan dengan mendetailkan objek
yaitu pewarnaan agar mengesankan gelap terang objek. Ketiga pewarnaan dengan
memberi kontur hitam atau garis pinggir objek agar gambar terkesan lebih hidup
dan tegas.
Gambar 7.
Tahap pewarnaan.
PKMM-3-5-8
5. Finishing
Tahap finishing adalah pemberian lapisan terakhir pada dinding yang
telah di cat, setelah cat mengering maka selanjutnya memberikan lapisan binder
agar warna tetap cemerlang dan awet. Cara pengolesannya dengan cara
dikuaskan.
Pelaksanaan PKMM ini mengalami beberapa hambatan dalam
pengerjaanya, hambatan tersebut adalah : cuaca yang sering terjadi hujan sehingga
pengerjaan agak terganggu, yaiyi mengingat cat tidak dapat langsung kering jila
terkena air akan luruh. Adapun solusi yang dilakukan pada hambatan ini adalah
dengan memasang deklit untuk melindungi dinding dengan cat yuang masih basah
tersebut agar tidak terkena air.
Hambatan yang selanjutnya adalah harga bahan yang berubah, yaitu
mengalami kenaikan sehingga berbeda dengan yang di rencanakan sebelumnya.
Solusiterhadap permasalahan ini adalah dengan melakukan percampuran warna
sendiri, sehingga lebih efisien dalam pengunaan bahan.
Gambar 8.
Tahap finishing.
KESIMPULAN
Program dari kegiatan ini adalah upaya dalam memperkenalkan dunia
binatang pada peserta didik di TK melalui pemanfaatan seni visual mural, yang
juga sebagai media pembelajaran. TK sebagai taman bermain bagi anak haruslah
mencerminkan dunia anak anak, yaitu dunia yang menyenangkan bagi anak
anak untuk bermain. Maka dibutuhkan banyak sarana dan pra sarana untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan tersebut.
Pelaksanaan program ini di bagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap
pertama survai lapangan dalam rangka mengumpulkan data luas dinding yang
akan dikerjakan. Tahap kedua, pengadaan bahan dan alat yang dibutuhkan. Tahap
ketiga adalah pengerjaan lapangan yaitu penerapan seni visualisasi mural dengan
tema binatang sesuai dengan kurikulum TK yang ada.
Saran dari kegiatan ini adalah untuk selanjutnya dapat di tindak lanjuti lagi
dipergunakan untuk TK TK yang lain. TK yang memerlukan yang dalam tahap
pengembangan. Kerena TK tersebut membutuhkan saran dan prasarana bagi para
PKMM-3-5-9
peserta didik sesuai dengan kurikulum yang ada. Seni visual mural sangat dekat
dengan dunia anak sehingga bisa dimungkinkan untuk diterapkan pada lokasi
lokasi yang berhubungan dengan aktivitas anak misalnya sekolah atau TK bahkan
rumah sakit pada bangsal anak.
DAFTAR PUSTAKA
Edi Tri Sulistyo, H. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: UNS Press.
Moeslichatoen. R. Metode Pengajaran Taman Kanak-Kanak. Jakarta:
Rineka Cipta.
Endid Kristanto. 2006,Studi Mural Farhan fiqi. Surakarta:Skripsi FKIP UNS
PKMM-3-6-1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk terwujudnya paket senam aerobic dengan
pengiring musik gamelan yang dapat disebarluaskan dimasyarakat sebagai
program latihan senam kebugaran. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk
membuat paket senam aerobik yang berbeda dari yang sudah ada. Untuk itu
peneliti menggunakan metode kreatif dan inovatif dengan menggabungkan paket
senam aerobik dengan iringan musik gamelan. Luaran yang diharapkan dalam
kegiatan ini adalah Pengcab-pengcab Persani DIY dapat mensosialisasikan
kepada masyarakat di daerah Pengcab masing-masing bahwa jenis musik
gamelan dapat digunakan sebagai pengiring senam aerobic. Dan hasilnya adalah
Paket Senam Aerobik Gamelan dan didokumentasikan dalam bentuk VCD, kaset
dan buku panduan. Dan telah disosialisasikan dengan sasaran remaja. Hasilnya
ternyata dapat diterima oleh remaja yang telah diujicobakan.
Kata Kunci: senam aerobik, gamelan, kebugaran.
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya waktu sekarang ini banyak masyarakat kita yang
mulai sadar akan pentingnya menjaga kesehatan. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya kegiatan olahraga yang dilaksanakan di beberapa instansi, misalnya
saja diadakannya senam aerobik bersama. Hal ini membuat senam aerobik mulai
familiar dalam masyarakat. Karena tidak hanya di instansi saja namun sudah
masuk di pedesaan. Biasanya senam aerobik di desa-desa diadakan dalam rangka
program KKN oleh mahasiswa. Yang berminat pun beragam mulai dari remaja
hingga orang tua walaupun sebagian besar di dominasi oleh kaum hawa.
Oleh karena itu kami memilih senam aerobik pada tema penelitian ini yang
nantinya akan dicoba untuk di gabungkan dengan musik yang justru kurang
familiar untuk mengiringi senam aerobik yaitu musik gamelan. Dapatkah musik
jenis ini untuk mengiringi senam paket aerobik? Hal inilah yang akan kita
buktikan melalui program ini. Sebelumnya kita melihat secara umum tentang
karakter antara musik gamelan dengan senam aerobik.
1.
2.
3.
4.
PKMM-3-6-2
Senam aerobik
1. Berkesan energik dan gembira
2. Mempunyai irama gerak yang terstruktur,yaitu dari intensitas
rendah ke tinggi
3. Musik yang digunakan biasanya sudah familiar di masyarakat
4. Penikmatnya lebih beragam dari remaja hingga orang tua
Adapun tujuan dari program ini antara lain adalah:
1. Untuk mengiringi senam paket aerobik.
2. Agar masyarakat DIY mempunyai ciri khas dalam bersenam aerobik
dengan mempunyai iringan yang berasal dari budayanya sendiri
yaitu musik gamelan.
Manfaat yang didapat dari program ini adalah:
1. Membuat terobosan baru tentang jenis musik gamelan untuk
mengiringi senam paket aerobik.
2. Melestarikan Budaya Jawa dengan memanfaatkan musik gamelan
untuk iringan musik senam paket aerobik.
3. Membawa citra kota Yogyakarta sebagai pelopor dalam
memanfaatkan dan melestarikan kebudayaan daerah.
4 .Mensosialisasikan bahwa musik gamelan pun dapat dimanfaatkan
untuk iringan senam aerobik.
Aerobic adalah sebuah cara yang terbaik untuk berlatih sebab aerobic
dapat dilakukan secara spontan atau dengan persiapan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam program ini adalah jenis metode kreatif dan
inovatif. Kreatif adalah memanfaatkan sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu
yang lain atau bisa juga dengan cara menggabungkan beberapa hal yang berbeda
menjadi suatu hal yang menarik dan merupakan ciptaan sendiri. Kreatif dalam hal
ini adalah menggabungkan antara olahraga (baca: senam aerobik) dengan
kesenian daerah (baca: musik gamelan). Sedangkan inovatif sendiri mempunyai
makna sesuatu hal yang baru dan belum pernah ada. Jadi dengan program ini
peneliti membuat suatu senam paket aerobik dengan memanfaatkan musik
gamelan sebagai iringannya.
Waktu pelaksanaan dilakukan mulai bulan Maret 2005 sampai dengan
Oktober 2005. Tempat pelaksanaan ada di beberapa tempat yaitu:
1.
Di ruang senam FIK UNY dalam pembuatan senam paket aerobik dan juga
sosialisasi senam paket pada mahasiswa PKO FIK UNY 2005 semester 1.
2.
Laboratorium karawitan Fakultas Bahasa dan Seni dalam pembuatan musik
gamelan.
3.
Di Godean Sleman dalam proses sosialisasi senam paket aerobik gamelan.
PKMM-3-6-3
JENIS
KEGIATAN
WAKTU
TEMPAT
PEMBUATAN
GERAKAN
SENAM PAKET
MARET-APRIL
FIK UNY
II
PENGUJIAN
SENAM PAKET
AEROBIK
III
EVALUASI
SENAM PAKET
AEROBIK
IV
SURVEY MUSIK
DAN
PENGGABUNGAN
SOSIALISASI
MASYARAKAT
JUNI
FIK UNY
JULI
FIK UNY
AGUSTUS
SEPTEMBER
FBS UNY
OKTOBER
GODEAN
SLEMAN
PKMM-3-6-4
PKMM-3-6-5
dan penenangan yang semuanya mempunyai gerakan yang beragam sesuai dengan
kenutuhan geraknya. Gerakan yang cukup bervariasi mempunyai maksud agar
berbeda dengan senam-senam paket yang sudah ada dan mempunyai suatu cirri
tersendiri. Oleh karena itu untuk menghafalkan variasi tersebut membutuhkan
daya ingat yang kuat. Mengingat usia remaja tingkat daya ingatnya masih kuat,
maka paket senam gamelan ini memang sesuai dengan sasarannya yaitu kalangan
remaja.
Paket senam gamelan ini berdurasi waktu kurang lebih selama 20 menit.
Yang terdiri dari:
Pemanasan
53 x 8 hitungan ( 6 menit)
Gerakan ini untuk menaikkan denyut jantung dan termasuk penguluran otototot agar tidak kaget saat melakukan gerakan inti latihan.
Inti
74 x 8 hitungan ( 10 menit)
Gerakan inti terdiri dari low impact (intensitas rendah dengan benturan
rendah), mixed impact (gabungan low impact dan high impact), high impact
(intensitas tinggi dengan benturan yang kuat).
Penenangan 25 x 8 hitungan ( 4 menit)
Gerakan penenangan bertujuan untuk mengembalikan kembali suhu tubuh ke
kondisi semula dan agar tubuh tidak mengalami pegal-pegal setelah mengalami
latihan.
KESIMPULAN
Dari keseluruhan pelaksanaan program, peneliti dapat menarik kesimpulan
tentang paket senam aerobik gamelan melalui angket yang disebarkan kepada
mahasiswa yang telah diuji cobakan dan hasilnya adalah sebagai berikut:
1. Paket senam gamelan dapat diterima sebagai senam yang bertujuan untuk
kebugaran
2.
Gerakannya cukup bervariasi dan mudah dipahami dengan catatan harus
dilatihkan selama berulang-ulang.
3. Mahasiswa terbantu dengan adanya VCD, kaset dan buku panduan.
4.
Musik pengiring senam kecepatan beatnya sudah sesuai.
5.
Musik pengiring tidak monoton dan kompleks sesuai dengan iontensitas
latihan (pemanasan, inti, dan penenangan).
Jadi paket senam gamelan ini sesuai untuk remaja untuk latihan tingkat
kebugarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bompa, Tudor O..(1994). Theory and methodology of training, (third edition),
Dubuque, Iowa: Kendal/Hunt Publishing Company
Brick Lynee, 2001. Bugar dengan Senam Aerobic, Jakarta. PT Raja Grafindo
Persada
PKMM-3-7-1
PKMM-3-7-2
PKMM-3-7-3
Surveilans
Preventif
Promotif
Pendidikan
Kesehatan
Surveilans
Identifikasi tempat sarang
nyamuk
Menghitung jumlah jentik
Menghitung jumlah
kontainer
Pemberdayaan
siswa
sekolah
Preventif
Gerakan 3M
Promotif
Perilaku
hidup bersih
dan sehat
ABJ 95%
Perumusan Masalah
Pertanyaan yang akan dijawab dari penelitian ini adalah :
Apakah pemberdayaan siswa pemantau jentik berbasis sekolah dapat
mencegah terjadinya KLB DBD di Indonesia?
Sedangkan konsep dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel di halaman
berikut:
PKMM-3-7-4
PKMM-3-7-5
Pendidikan
kesehatan mengenai
pemberantasan
jentik nyamuk
(2 minggu)
Siswa pemantau
jentik (wamantik)
Surveilans
Promotif
Preventif
PKMM-3-7-6
q = 1-p (100% - p)
d = Tingkat kesalahan (d = 0,05)
Berdasarkan rumus diatas besar sampel minimal yang diperlukan adalah
100 siswa
Identifikasi Variabel
Variabel independen
Variabel dependen
pendidikan tentang
pemberantasan jentik
nyamuk
Pengetahuan
Variabel
moderator
Variabel
confounding
Tingkat
pendidikan
Sosioekonomi,
kultur,
pendidikan,
kemampuan
siswa
Definisi Operasional
Variabel
Pendidikan tentang
pemberantasan
jentik nyamuk
Pengeta
huan
Definisi
Operasional
Suatu
proses
pembelajaran
mengenai
pemberantasan
jentik
nyamuk
melalui ceramah,
pembagian leaflet,
pamflet dan diskusi
Suatu ilmu atau
wawasan
yang
didapat
setelah
seseorang
mengalami proses
pembelajaran
Parameter
Alat
Ukur
Skala
Skor
Pengetahuan
mempunyai
6
tingkat yaitu :
Tahu
Memahami
Mempraktikkan
Menggambarkan
Melakukan
Kuesio
ner
Interval
60%=
kurang
61-75%
=
sedang
76% =
baik
Keadaan
yang
menunjukkan
banyak sedikitnya
jentik di daerah
tersebut
Jumlah
jentik
yang ditemukan
dihitung dengan
rumus container
index
Observ
asi
Rasio
95% =
baik
Pengetahuan
mengenai jentik
nyamuk,
cara
identifikasi dan
pemberantasan
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penelitian ini akan dilakukan di SD wilayah kerja Kecamatan Tambaksari,
Kotamadya Surabaya. Pemilihan Kecamatan Tambaksari berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Kota Surabaya periode Januari-Maret 2006 yang menyatakan
wilayah tersebut mengalami KLB DBD. Penelitian ini diperkirakan membutuhkan
waktu 2 bulan mulai bulan Maret-April 2006.
PKMM-3-7-7
Tahapan Pelaksanaan
Pelaksanaan PKMM ini dibagi dalam beberapa tahap diantaranya :
- Klasifikasi daerah KLB di Kodya Surabaya sebagai data dasar.
Penentuan daerah KLB didapatkan dari Dinkes Kota Surabaya
- Perizinan ke berbagai institusi terkait
- Pendidikan kesehatan mengenai pemberantasan jentik nyamuk dan
pengukuran angka bebas jentik (pre post test).
Instrumen Pelaksanaan
Peralatan yang dibutuhkan dalam memberikan pendidikan kesehatan
diantaranya leaflet, pamflet, audio visual dan modul tentang jentik nyamuk.
Proses pendidikan berlangsung di ruang sekolah. Kuesioner dibutuhkan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan pre-post test pendidikan yang diberikan. Siswa
mendapatkan lembar observasi (kartu wamantik) dan alat tulis yang digunakan
sebagai alat pengumpulan data dasar. Kartu wamantik dikumpulkan untuk
dihitung ABJ oleh peneliti.
HASIL dan PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan mengenai hasil pengumpulan data yang
diperoleh sejak tanggal 24 Maret sampai 13 April 2006. Data diperoleh dari dua
Sekolah Dasar yaitu Sekolah Dasar Pacar Kembang IV dan Sekolah Dasar Pacar
Kembang VI. Penyajian dimulai dari gambaran umum lokasi penelitian, dan data
khusus yang berkaitan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Data
tersebut diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada 115 subyek penelitian
untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa mengenai penyakit DBD sebelum dan
sesudah dilakukan pelatihan siswa pemantau jentik. Data mengenai kepadatan
jentik diperoleh dengan membagikan kartu siswa pemantau jentik yang diukur
sebelum dan sesudah pelatihan. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan uji statistik parametrik uji t berpasangan menggunakan SPSS 13
dengan nilai kemaknaan p<0,05. Jika ada perbedaan yang bermakna antara
variabel maka Ho ditolak dan H1 diterima.
Hasil Penelitian
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di KecamatanTambaksari sebagai daerah yang
mengalami KLB. Berikut akan disajikan data kejadian DBD di
KecamatanTambaksari.
Pada grafik 1 dapat kita lihat angka kejadian penyakit DBD di Kecamatan
Tambaksari. Peningkatan jumlah penderita DBD terjadi pada tahun 2001 yaitu
sebesar 236 penderita. Walaupun pada tahun-tahun berikutnya jumlah penderita
cenderung turun bukan berarti tidak terjadi KLB DBD di Kecamatan Tambaksari.
Penentuan KLB DBD tidak hanya didasarkan pada jumlah penderita saja tetapi
juga angka kematian dan beberapa kriteria yang ditetapkan oleh Depkes sebagai
penyakit yang mengalami KLB DBD. Pada awal tahun 2006 (data bulan JanuariMaret) menunjukkan jumlah penderita DBD sebesar 70 orang, tetapi Dinkes Kota
Surabaya telah menyatakan wilayah tersebut sebagai wilayah yang mengalami
KLB DBD. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya penderita DBD yang
PKMM-3-7-8
meninggal dunia dan jumlah penderita DBD melebihi jumlah penderita DBD
tahun lalu pada bulan yang sama.
250
200
150
100
50
0
Kecamatan Tambaksari
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006(J
an-
158
236
119
44
123
66
70
PKMM-3-7-9
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa lebih dari 50% siswa memperoleh
informasi mengenai DBD dari televisi.
Pengetahuan Siswa Berkaitan Dengan DBD Sebelum Diberikan
Pelatihan
Skor pengetahuan siswa bervariasi mulai dari 14 sampai dengan 86; rerata
48,4; simpangan baku 13,5 dan yang paling banyak 48. Pengetahuan siswa
mengenai penyakit DBD proporsi terbanyak siswa menjawab benar tentang
definisi sebesar 66%, penyebab sebesar 35%, gejala sebesar 54%, penularan
sebesar 50%, pertolongan pertama sebesar 70% dan komplikasi sebesar 55%.
Sedangkan pengetahuan siswa mengenai vektor DBD proporsi terbanyak siswa
menjawab benar tentang ciri-ciri vektor sebesar 70%, tempat perkembangbiakkan
sebesar 72% dan tempat istirahat nyamuk dewasa sebesar 70%. Pengetahuan
siswa terhadap pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD proporsi terbanyak
siswa menjawab benar sebesar 65%.
Tabel 2. Identifikasi pengetahuan siswa mengenai penyakit DBD sebelum
diberikan pelatihan
Jumlah
Pengetahuan
Total
Baik
Cukup
Kurang
n
3
29
68
100
%
3.0
29.0
68.0
100.0
PKMM-3-7-10
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
n
18
53
29
%
18.0
53.0
29.0
Total
Angka Bebas Jentik Sebelum Diberikan Pelatihan
Angka bebas jentik (ABJ) pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
rumus kontainer indeks. Pada penelitian ini didapatkan nilai ABJ sebagai berikut:
Indeks kontainer = kontainer positif Aedes aegypti x 100%
kontainer yang diperiksa
= 406 x 100%
435
= 93%
Angka Bebas Jentik Sesudah Diberikan Pelatihan
Angka bebas jentik (ABJ) sesudah pelatihan juga diukur dengan
menggunakan rumus kontainer indeks. Pada penelitian ini didapatkan nilai ABJ
sebagai berikut:
Indeks kontainer = kontainer positif Aedes aegypti x 100%
kontainer yang diperiksa
= 22 x 100%
451
= 4,8%
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Siswa Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pelatihan maka data dianalisis secara statistik dengan menggunakan
uji t berpasangan dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil uji t berpasangan
menunjukkan nilai p=0,000 sehingga didapatkan hubungan yang bermakna antara
tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah diberikan pelatihan (Tabel 4).
Tabel 4. Hubungan antara tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah
dilakukan pelatihan
Pengetahuan
Total
CI=95%
Sebelum
n
%
Baik
3
3.0
Cukup
29
29.0
Kurang
68
68.0
50
100
Signifikansi (p) = 0,000
Sesudah
n
18
53
29
100.0
%
18.0
53.0
29.0
18
PKMM-3-7-11
80
60
40
93
95.2
20
4.8
0
Sebelum
Sesudah
PEMBAHASAN
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mengenai Pemberantasan Jentik
Nyamuk Terhadap Tingkat Pengetahuan Siswa
Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan hasil yang signifikan
terhadap tingkat pengetahuan siswa sebelum dan sesudah mendapatkan
pendidikan kesehatan mengenai jnetik nyamuk atau pelatihan wamantik. Hal ini
sejalan dengan tujuan pendidikan menurut Soekidjo N (2003) yang salah satunya
adalah menambah atau meningkatkan pengetahuan (kognitif) individu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian
terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri
orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu awareness, interest, evaluation,
trial dan adoption. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di
atas.
Pendidikan kesehatan mengenai pemberantasan jentik nyamuk diberikan
sesuia dengan Satuan Acara Pembelajaran (SAP) sebagai panduan bagi pemateri
untuk menyampaikan materi. Ada beberapa fase yang dilakukan ketika melakukan
pendidikan kesehatan diantaranya adalah fase pra interaksi, fase kerja, fase
evaluasi dan fase terminasi. Tujuan dari fase pra interaksi adalah membina
hubungan saling percaya antara siswa dengan peneliti. Fase kerja terdiri dari tiga
pertemuan yang masing-masing pertemuan memakan waktu 60 menit dengan
PKMM-3-7-12
interval 1 minggu. Fase evaluasi baik evaluasi struktur, dan proses dilakukan tiap
penyampaian pendidikan kesehatan. Sedangkan evaluasi hasil (kuesioner dan
ABJ) dilakukan pada pertemuan pertama dan terakhir. Fase terminasi dilakukan
dengan penyerahan hadiah bagi siswa pemantau jentik terbaik dari masing-masing
sekolah.
Media pembelajaran yang dipakai diusahakan lebih interaktif dan
mengandung unsur multimedia. Karena dengan begitu siswa lebih tertarik dan
tetap fokus selama pelatihan diberikan. Kegiatan praktik lapangan dilakukan di
lingkungan sekolah siswa khususnya bak mandi, WC ataupun genangan air di
sekitar kamar mandi siswa. Jentik yang ditemukan akan dianalisis dengan
menggunakan mikroskop oleh tim peneliti untuk menentukan jenis jentik tersebut.
Melalui kegiatan klasikal dan praktikal inilah diharapkan tingkat pengetahuan
siswa akan meningkat pula.
Peran Siswa Pemantau Jentik Berbasis Sekolah Terhadap
Peningkatan Angka Bebas Jentik
Peran dari siswa pemantau jentik secara garis besar dibagi menjadi 3
bagian besar yaitu peran surveilans, preventif dan promotif. Peran surveilans yang
dilakukan meliputi identifikasi tempat sarang nyamuk, menghitung jumlah jentik
dan jumlah kontainer. Peran promotif yang dilakukan adalah siswa dilatih untuk
memahami pentingnya gerakan 3M dan mampu mengaplikasikan di lingkungan
rumah khususnya dan lingkungan sekolah pada umumnya. Peran selanjutnya
adalah peran promotif yang sesuai dengan tujuan pendidikan kesehatan dimana
diharapkan siswa mampu melakukan promosi baik di keluarga, masyarakat dan
sekolah akan bahaya serta pencegahan DBD.
Peralatan yang diperlukan bagi wamantik dalam pemberantasan jentik
nyamuk diantaranya pipet plastik, kontainer, kartu wamantik serta senter. Fungsi
dari pipet plastik adalah mempermudah pengambilan jentik dari kontainer yang
positif, jentik yang diambil dimasukkan ke dalam kontainer kecil milik siswa yang
kemudian dianalisis secara mikroskopis oleh tim peneliti untuk menentukan jenis
jentik tersebut. Senter hanya digunakan sebagai alat bantu ketika lampu atau
cahaya penerangan di tempat tersebut kurang.
Adapun alur identifikasi dan verifikasi jentik Aedes aegypti dapat dilihat
pada bagan berikut ini :
wamantik
Identifikasi jentik,
jumlah jentik,
jumlah kontainer
Jentik diserahkan
kepada tim peneliti
Pengamatan
mikroskopis
PKMM-3-7-13
indeks Breteau (Srisari G et al., 2000). Pada penelitian ini digunakan rumus
indeks kontainer, yaitu :
Indeks kontainer = kontainer positif Aedes aegypti x 100%
kontainer yang diperiksa
Monitoring kepadatan populasi Aedes aegypti pada penelitian ini dengan
menggunakan kartu siswa pemantau jentik yang diukur sebelum dan sesudah
penelitian. Jenis kontainer yang pada umumnya diperiksa oleh siswa dan
mengandung jentik Aedes aegypti adalah sebagai berikut :
Grafik 3. Jenis kontainer yang mengandung Aedes aegypti positif
60
50
40
30
20
10
0
Bak mandi
WC
Vas/pot
bunga
tempayan,
gentong
lain-lain
60
11
20
Kontainer
97
90
75
Gerakan 3M
Abatisasi
tidak diintervensi
10
15
minggu I
10
0
minggu II
3 0
minggu III
PKMM-3-7-14
abatisasi. Pada minggu I ada kontainer yang tidak diintervensi oleh siswa karena
mereka menganggap bahwa jentik tersbeut tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan kerugian. Tetapi pada minggu II dan III semua kontainer sudah
dintervensi yang kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran siswa
yang meningkat pula.
Jenis jentik yang berhasil diidentifikasi pada penelitian ini dapat dilihat
pada grafik 5.
Grafik 5. Hasil identifikasi jenis jentik
4%
0%
Aedes aegypti
Culex
lainnya
96%
PKMM-3-7-15
DAFTAR PUSTAKA
1.
Biswas D, Dey S, Dutta RW, Hati AK, Jan 1997.Observations on the
breeding habitats of Aedes aegypti in Calcutta following an episode of
dengue haemorrhagic fever. Indian J Med Res:44-6.
2.
Darwis D, ( 1999 ). Kegawatan Demam Berdarah Dengue pada anak.
Dalam: Sri Rezeki HH, Hindra IS. Demam berdarah dengue. Naskah
lengkap. Pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak & dokter spesialis
penyakit dalam dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 1-12.
3.
Daryono. 2005. Demam Berdarah Berbasis Perubahan Iklim. Dalam
www.denpost.com, tanggal akses 10 Maret 2005 jam 13.00
4.
Depkes. 2004. Penyakit-penyakit yang Ditularkan Oleh Nyamuk.
www.depkes.go.id tanggal akses 20 Februari 2005 jam 11.00
5.
Depkes 2005. Bulletin Harian Tim Penanggulangan DBD Depkes RI.
www.ppmpl.depkes.go.id tanggal akses 20 Februari 2005 jam 11.00
6.
Depdiknas. 1994. Kurikulum Muatan Lokal. Depdikas : Jakarta
7.
Emery AEH, ( 1988). Immunogenetics. In : Elements of Medical
Genetics.Edited by Emery AEH, Muller R. 7th ed. Churchill-Livingstone.
Edinburgh.: 88-106.
8.
Gubler D.J, (1998). The Global pandemic of Dengue/Dengue Haemorrhagic
Fever current status and prospects for the future. Dengue in Singapore.
Technical Monograph Series no:2 WHO.
9.
Harikushartono, Hidayah N, Darmowandowo W,Soegijanto S, (2002),
Demam Berdarah Dengue: Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa dan
Penatalaksanaan, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.
10. Kompas. 2005. Permasalahan DBD di Indonesia. www.kompas.co.id,
tanggal akses 20 Februari 2005 jam 11.00
11. Putnam JL,Scott TW,1995 Apr.The effect of multiple host contacts on the
infectivity of dengue 2 virus infected Aedes aegypti.81(2):170-4.
12. Rogers. 1974. Health and Sickness, The Choise of Treatment. Tavistock
Publication : London
13. Soegeng S. 2003. Prospek Pemanfaatan Vaksin Dengue Untuk Menurunkan
Prevalensi di Masyarakat. Kumpulan Makalah Presentasi 90 Tahun
Pendidikan Dokter di FK Unair Surabaya. Tidak dipublikasikan.
14. Soedarmo. 2002. infeksi virus Dengue dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
15. Soemarmo S ,1983. Demam berdarah pada anak , edisi pertama Universitas
Indonesia.Jakarta .hal 1-138.
16. Sowandoyo E, (1998). Demam Berdarah Dengue pada Orang Dewasa,
Gejala Klinik dan Penatalaksanaannya. Makalah Seminar Demam Berdarah
Dengue di Indonesia. RS.Sumber Waras Jakarta.
17. Spira A. 1998. The Travel Medicine center Beverly hills. California,P:1-2.
18. Srisasi G et al. 2000. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI :
Jakarta.
19. Suara Karya. 2005. Pengalaman Pekalongan Eliminasi Jentik Nyamuk.
Jumat, 4 Maret 2005.
20. Suara Merdeka. 2005. 11 Puskesmas Disuplai Peralatan Fogging. Senin, 31
Januari 2005.
PKMM-3-7-16
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
PKMM-3-8-1
PKMM-3-8-2
PKMM-3-8-3
METODE PENELITIAN
Kegiatan ini meliputi 2 kegiatan, yaitu pembuatan alat pasteurisasi yang
dilaksanakan di Green House jurusan Biologi UNESA pada bulan JanuariPebruari 2005 dan pelatihan budidaya jamur kayu edibel bagi orang tua
mahasiswa yang dilaksanakan di jurusan Biologi UNESA pada 24-25 September
2005. Alat yang digunakan dalam kegiatan ini berupa drum bekas oli, kompor,
kumbung jamur, botol, plastik polyprophylene, ring, kapas, alat pengeruk dan
tempat inokulasi. Bahan yang digunakan dalam kegiatan ini berupa bibit jamur,
grajen kayu, kapur dan bekatul.
Metode kegiatan yang dilakukan meliputi pelatihan jamur berupa materi
awal tentang jamur, persiapan bahan dengan mencampur grajen kayu, bekatul dan
kapur, kemudian memasukkan ke dalam plastik polyprophylene, bagian ujung
plastik diberi ring dan ditutup kapas (lihat gambar 1), proses pasteurisasi bahan
media jamur dengan memasukkan media ke dalam alat pasteurisasi selama 5 jam
(lihat gambar 2), proses inokulasi dengan memasukkan bibit jamur ke dalam
media grajen dalam plastik polyprophylene (lihat gambar 3), proses inkubasi
dengan menempatkan media yang telah diisi bibit jamur ke dalam kumbung (lihat
gambar 4), dan pemberian materi tentang prospek jamur di masa mendatang.
Gambar 1.
PKMM-3-8-4
PKMM-3-9-1
PKMM-3-9-2
PKMM-3-9-3
3.
1.
2.
3.
METODE PENDEKATAN
Waktu pelaksanaan kegiatan PKM dibagi menjadi tiga tahapan pendekatan
yaitu :
Februari s.d. April 2006, Pembuatan Modul Antarmuka Serbaguna di
Laboratorium Fisika Lanjut Program Studi Fisika FMIPA Unlam
Banjarbaru.
April s.d Mei 2006, Pendampingan dan Tutorial ke SMA I Binuang,
meliputi sosialisasi, kuliah umum dan penjelasan teori
Mei 2006, Aplikasi, peragaan dan penggunaan modul di SMA 1 Binuang.
Pelaksanaan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa ini dibagi menjadi tiga
metode pendekatan, yaitu : Pembuatan Modul Antarmuka Serbaguna di
Laboratorium. Pendekatan pertama dalam pelaksanaan PKM pengabdian ini
adalah kerja laboratorium. Kerja di laboraturium merupakan langkah awal dalam
pelaksaan program
ini. Kegiatan dalam kerja laboratorium ini adalah
Perancangan Alat meliputi : menyeleksi komponen, layout dan etcha rangkaian
pada Printed Circuit Board (PCB) menggunakan PCB designer dan membuat
rangkaian. Untuk menguji dan kalibrasi rangkaian maka sebelum membuat
rangkaian Modul Antarmuka Sederhana, dibuat terlebih dahulu rangkaian uji.
Setelah proses pengujian rangkaian berhasil, baru rangkaian jadi dalam bentuk kit
akan dibuat. Komponen-komponen yang diperlukan dalam kerja laboratorium
adalah :
1. Catu daya.
2. Kabel-kabel penghubung dan konektor DB-25 pin male dan female.
3. Papan rangkai dan PCB (Printed Circuit Board).
4. Solder.
5. Pelarut (Fe2CL3).
6. Multitester, Penggaris dan Jangka Sorong.
7. Kertas milimeter blok, elektrosheet dan pena permanen.
8. Seperangkat komputer.
Sedangkan komponen-komponen yang digunakan dalam kerja di
laboratorium ini adalah :
1. Rangkaian sensor: Potensiometer (1), regulator 7805 (1), kapasitor 100 nF (4),
resistor 2,2 K(2), 1 K (1) LED (1) dan fototransistor (1).
PKMM-3-9-4
2.
PKMM-3-9-5
PPI8255 dan ADC0809 maka logika program dari sistem akuisisi ditunjukkan
pada Tabel 1, 2 dan 3 (Sugriwan, 2004).
Tabel 1. Logika program prosedur kaskade port-B PPI dengan kontrol logika
ADC.
Instruksi Program
PB7 PB6 PB5 PB4 PB3 PB2 PB1 PB0
X
X
OE Start A2
A1 A0 ALE
Port[$301]:= (2*1) - 2;
0
0
0
0
0
0
0
0
Port[$301]:= 31 + (2*1);
0
0
1
1
0
0
1
1
Port[$301]:= 30 + (2*1);
0
0
1
1
0
0
1
0
Port[$301]:= (2*1) - 2;
0
0
0
0
0
0
0
0
Port[$301]:= 16;
Tabel 2. Logika program prosedur kaskade port-C PPI dengan kaki EOC ADC.
Instruksi Program
PC7 PC6 PC5 PC4 PC3 PC2 PC1 PC0
X
X
X
X
X
X
X
EOC
Port[$302]:= 0;
0
0
0
0
0
0
0
0
Port[$302]:= 1;
0
0
0
0
0
0
0
1
Tabel 3. Logika program prosedur kaskade port-A PPI dengan kaki-kaki data
ADC.
Instruksi Program
PA7 PA6 PA5 PA4 PA3 PA2 PA1 PA0
D7
D6
D5 D4
D3
D2
D1
D0
J0 := Port[$300];
MSB
... Data digital ...
LSB
Pengaturan Akhir Perangkat Keras
Supaya rangkaian antarmuka serbaguna dapat beroperasi dengan baik, maka
seting secara perangkat keras dari kedua komponen ini antara lain ditunjukkan
dengan prosedur kaskade antara rangkaian ADC0809 dengan modul card
interface PPI8255 adalah sebagai berikut :
- 8 jalur port-A PPI8255 dikaskadekan dengan 8 jalur data digital dari
ADC0809 seperti ditunjukkan pada gambar 1 (Sugriwan, 2005).
PKMM-3-9-6
1 jalur port-C dihubungkan dengan kaki EOC pada ADC0809 yang ditunjukan
pada gambar 3.
PKMM-3-9-7
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
1.212
1.2618
1.172
1.2035
1.118
1.1647
1.087
1.1065
1.032
1.0676
1.000
1.0288
0.963
0.9900
0.919
0.9512
0.896
0.9318
0.847
0.8929
0.829
0.8347
0.807
0.8153
0.772
0.7959
0.752
0.7571
0.730
0.7571
Dari data pada tabel 4 menunjukkan bahwa selisih pengukuran dengan
menggunakan multitester dan menggunakan rangkaian antarmuka serbaguna
sederhana tidak lebih dari 0,0196 volt dan kalau dibulatkan menjadi 20 mV.
Hasil Pengamatan dan Visualisasi
Ketika listing program dieksekusi tampilan dalam layar PC adalah sebagai
berikut :
BCD dari phototransistor = 252
Tegangan dari phototransistor ke-2 = 4.8917647059E+00 volt
BCD dari ADC = 252
Tegangan dari ADC ke-2 = 4.8917647059E+00 volt
BCD dari ADC = 253
Tegangan dari ADC ke-3 = 4.9111764706E+00 volt
BCD dari ADC = 253
Tegangan dari ADC ke-5 = 4.9111764706E+00 volt
BCD dari ADC = 252
Tegangan dari ADC ke-4 = 4.8917647059E+00 volt
Nama file.dat penyimpan {iwan} My Document\iwan\pascal]
Jmlh cacah : 5
252 4.8918
252 4.8918
253 4.9112
253 4.9112
252 4.8918
Setelah program dieksekusi, maka hasil akuisisi disimpan dalam format
.TXT dengan cara membuka file yang tersimpan dalam pascal. Tampilan dalam
format .TXT adalah sebagai berikut :
252 4.8918
252 4.8918
253 4.9112
253 4.9112
252 4.8918
Tanggapan dari Peserta Tutorial dan Pendampingan SMA Negeri I Binuang
PKMM-3-9-8
PKMM-3-9-9
PKMM-3-9-10
PKMM-3-9-11
dalam data-data pada Tabel 4, tetapi semuanya masih dalam batas ketelitian
ADC0809.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari pelaksanaan Program Kreativitas
Mahasiswa 2006 dengan judul Pemanfaatan Modul Antarmuka Serbaguna
sebagai Media Peningkatan Pembelajaran dan Praktikum Fisika di SMA Negeri I
Binuang Kalimantan Selatan adalah :
1. Membuat Rangkaian antarmuka serbaguna yang dibangun oleh ADC0809
dan Card interface PPI8255 sebagai port komunikasi antara peralatan luar
dengan komputer relatif mudah digunakan. Rangkaian ini dapat digunakan
sebagai media peningkatan pembelajaran dan praktikum fisika di SMA.
Rangkaian antarmuka ini telah diterapkan di SMA Negeri I Binuang
Kalimantan Selatan.
2. Rangkaian antarmuka serbaguna dapat dibuat dengan cara melakukan
pendampingan kepada para pelajar SMAN I Binuang Kalimantan Selatan,
melalui tutorial materi dan peragaan praktikum konsep-konsep fisika.
3.
Dari hasil survey membuktikan bahwa pelaksanaan program ini
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelajar mengenai
pembuatan alat-alat ukur fisika sehingga menambah minat para siswa dalam
mempelajari ilmu-ilmu Fisika.
DAFTAR PUSTAKA
Fraden, J. 1996. Handbook Of Modern Sensors, Physics, Designs, and
Applications.. AIP Press. San Diego.
Sugriwan, I., 2004, Realisasi Sistem Akuisisi Data Keluaran Dari Fototransistor
Sebagai Sensor Jarak Menggunakan PPI8255 Berbasis Komputer Pribadi,
Skripsi Sarjana Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Sugriwan, I. Harnawan, A.E. 2005. Rangkaian Antarmuka Menggunakan
ADC0809 dan PPI8255 Sebagai Gerbang Komunkasi Piranti Luar
Dengan Komputer Pribadi. Jurnal Flux. ISSN 1829-796x Vol. 2 no. 3
Agustus 2005 Jurusan Fisika FMIPA UNLAM Banjarbaru
Putra, A.E. 2002. Teknik Antarmuka Komputer : Konsep dan Aplikasi. Graha
Ilmu. Jogjakarta.
Tompkins, W.J., Webster, J.G. 1988. Interfacing Sensor To The IBM PC. Printice
Hall. Englewood Cliffs
PKMM-3-10-1
ABSTRAK
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat
(PKMM) ini adalah: (1) Terciptanya Ibu-ibu istri petani memiliki pengetahuan
pembuatan kompor memasak alternatif dari abu sekam padi bahan bakar arang,.
(2) Terciptanya Ibu-ibu istri petani memiliki keterampilan pembuatan kompor
memasak alternatif dari abu sekam padi bahan bakar arang. Khalayak sasaran
dalam program ini adalah Ibu-ibu istri petani di Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru. Metode yang digunakan dalam penyampaian materi
penyuluhan adalah metode ceramah, diskusi dan tanya jawab, untuk pelatihan
digunakan metode demonstrasi. Hasil yang dicapai adalah: (1) Ibu-ibu istri
petani memiliki pengetahuan pembuatan kompor memasak alternatif dari abu
sekam padi bahan bakar arang,. (2) Ibu-ibu istri petani memiliki keterampilan
pembuatan kompor memasak alternatif dari abu sekam padi bahan bakar arang.
Kata Kunci: kompor memasak alternative, abu sekam padi, bahan bakar, arang.
PENDAHULUAN
Kabupaten Barru adalah salah satu penghasil padi utama di Propinsi
Sulawesi Selatan. Sekam padi di tiap-tiap kecamatan termasuk Kecamatan Tanete
Rilau dari usaha penggilingan padi masyarakat dibakar disekitar halaman
penggilingan. Hasil pembakaran sekam padi tersebut menghasilkan abu sekam
yang merupakan terminal terakhir pemsnahan limbah sekam padi oleh pengusaha
penggilingan padi. Kenyataan di wilayah tersebut seperti halnya yang diamati di
Kecamatan Tanete Rilau, ternyata abu sekam itu menumpuk di halaman pinggiran
lokasi penggilingan. Kemudian abu sekam tersebut juga dibuang ke sungai dan ke
tempat-tempat yang dianggap aman oleh pengusaha penggilingan padi (Survey
Desember 2004 di Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru). Dengan demikian
abu sekam ini juga masih menjadi limbah karena menempati ruang yang bukan
tempatnya.
Informasi dari Saharuddin salah seorang pengusaha penggilingan padi di
Kecamatan Tanete Rilau Kabupaten Barru mengatakan abu sekam yang ada di
halaman penggilingan (sisa pembakaran sekam) menjadi masalah karena
pemanfaatannya sangat sedikit oleh masyarakat (hanya sebagai abu gosok untuk
mencuci piring). Keluhan Saharuddin sebagai pengusaha penggilingan padi adalah
abu sekam itu menumpuk dan memerlukan tenaga untuk membuangnya. Lanjut
Saharuddin mengatakan jika seandainya ada pihak-pihak atau ada orang yang
bersedia mengambil abu sekam ini, maka dengan sukarela saya akan
memberikannya (Wawancara Desember 2004).
PKMM-3-10-2
Sifat kimia abu sekam dapat mengikat dengan baik jika dicampur dengan
tanah liat. Oleh karena itu jika abu sekam dicampur tanah liat dan dijadikan
adonan untuk membuat kompor memasak adalah sangat baik (tidak mudah pecah
dan ringan).
Potensi lain yang ada di Kecamatan Tanete Rilau adalah kayu bakar yang
ada di beberapa desa hanya bertumpuk saja, masyarakat hanya sebagian yang
mengambilnya sebagai kayu bakar, padahal kayu tersebut dapat dijadikan arang
untuk bahan bakar kompor alternative dari abu sekam padi. Jadi dengan demikian
kayu bakar untuk dijadikan arang dilokasi PKMM sangat banyak sehingga tidak
ada masalah dalam pembuatan bahan bakar arang.
Kami dari mahasiswa jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas
Teknik Universitas Negeri Maakassar, sudah pernah mempraktekkan membuat
kompor memasak alternative dengan memanfaatkan abu sekam padi dan bahan
bakar arang dan hasilnya cukup memuaskan (ringan dan tidak mudah pecah).
Masyarakat di Kecamatan Tanete Rilau kebanyakan petani penggarap
lahan sempit. Mobilitas dan aktivitas dari petani tersebut dalam memenuhi
kehidupannya hanya bertumpu pada lahan sempit tadi, sedangkan ibu-ibu istri
petani tidak mempunyai penghasilan tambahan, oleh karena itu kehidupan mereka
tergolong petani miskin.
Waktu kami survey di lokasi PKMM, kami didatangi oleh ibu-ibu petani
dan mengeluhkan yaitu: tidak bisa lagi menggunakan minyak tanah untuk
memasak, karena mahalnya harga minyak tanah sehingga istri-istri petani mencari
kompor memasak alternatif yang menggunakan bahan baku sumber daya alam
yang ada di lokasi, dan dapat dioperasikan cepat, praktis dan ekonomis.
Dengan adanya keluhan dan permintaan ibu-ibu istri petani, maka kami
mahasiswa dari Teknik Sipil dan Perencanaan sudah pernah mengujicobakan
pembuatan kompor memasak alternative dari abu sekam padi bahan bakar arang,
sehingga kami merasa terpanggil untuk melatihkan kepada ibu-ibu istri petani di
lokasi PKMM membuat kompor memasak alternative dari abu sekam padi
dengan bahan bakar arang yang banyak ditemukan dan menjadi limbah di lokasi
PKMM.
Melihat potensi abu sekam yang menumpuk pada setiap penggilingan padi
di Kecamatan Tanete Rilau, dengan memperhatikan sifat kimia abu sekam.
Sementara para petani yang mempunyai lahan sempit mempunyai pendapatan
yang tergolong rendah, sedangkan ibu-ibu istri petani tidak mempunyai
penghasilan tambahan. Olehnya itu kami dari mahasiswa ingin melatih ibu-ibu
petani membuat kompor memasak alternative dari abu sekam padi bahan bakar
arang, sehingga ibu-ibu istri petani tersebut mempunyai penghasilan tambahan
untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Adanya aktivitas ibu-ibu istri petani tersebut, yakni membuat kompor
memasak alternatif dari abu sekam padi bahan bakar arang, memungkinkan
mereka dapat membuat 6 (enam) buah ukuran kecil/minggu, jadi satu bulan dapat
dibuat 24 buah/bulan, dengan harga/buah Rp. 7.500,- , jadi 24 x Rp. 7.500 = Rp.
180.000,-. Dan dapat membuat 3 (tiga) buah ukuran besar/minggu, jadi satu bulan
dapat dibuat 16 buah/bulan, dengan harga/buah Rp. 15.000,-, jadi 16 x Rp.
15.000 = Rp. 240.000,-. Jadi dengan demikian ibu-ibu petani dapat memperoleh
penghasilan tambahan yaitu: Rp. 180.000 + Rp. 240.000 = 420.000,-/bulan..
Penghasilan tambahan ibu-ibu istri petani ini dapat meningkatkan taraf hidup
PKMM-3-10-3
PKMM-3-10-4
ekonomi, (8) Terciptanya ibu-ibu istri petani yang kreatif dan inofatif dalam
memanfaatkan sumber daya alam yaitu kayu bakar menjadi komuditas bernilai
ekonomi yaitu: arang untuk bahan bakar kompor memasak alternatif dari abu
sekam padi.
Sampah atau limbah (waste) adalah zat-zat atau benda-benda yang terlepas
dari induknya yang tidak digunakan lagi, baik berupa bahan buangan dari rumah
tangga maupun dari pabrik sebagai sisa proses industri (Apriaji, 1992).
Berdasarkan pengertian di atas, maka sekam padi merupakan sampah yag sifatnya
padat dan jika dibiarkan akan mencemari lingkungan bila tidak dikelolah dengan
baik.
Secara filosofis, sampah harus dapat kita anggap sebagai suatu bahan yang
berharga misalnya bahan baku pembuatan pupuk, gas bio, dan lain sebagainya
(Said, 1987). Selanjutnya Said menjelaskan bahwa sampah harus dikelolah
sedemikian rupa sehingga tidak mencemari lingkungan dan sampah tersebut dapat
digunakan sebagai bahan baku. Berdasarkan pengertian di atas maka sekam padi
sebaiknya digunakan sebagai bahan yang bermanfaat bagi masyarakat.
Salah satu manfaat sekam padi adalah dapat digunakan sebagai bahan
bakar untuk memasak. Sesuai kegiaan pengabdian masyarakat yang dilakukan
Ardi dkk (1998) tentang pemanfaatan sekam padi sebagai bahan bakar untuk
memasak kebutuhan sehari-hari bagi setiap rumah tangga di pedesaan. Selain
pemanfaata sekam, abu sekam juga dapat bermanfaat yaitu sebagai abu gosok.
Sekam adalah kulit buah padi (gabah) yang merupakan produk sampingan
(limbah) dari proses pengolahan padi menjadi beras.sekam tersebar di seluruh
daerah-daerah pertanian, khususnya di sentra-sentra penggilingan padi. Karena
belum dikelolah dengan baik dan dimanfaatkan secara efisien maka ia tertumpuk
dipersawahan dengan jumlah relatif banyakdan terus bertambah setiap hari yang
pada akhirnya menimbulkan gangguan bagi ligkungan pertanian.
Sekam padi yang dibakar pada suatu kondisi tertentu akan menghasilkan
abu sekam. Menurut Soematmadja (1980), abu sekam ini mengandung kadar
tinggi SiO2, berbentuk amorf yang bersifat sebagai pozolon aktif yang bisa
bereaksi dengan kapur membentuk bahan pengikat hidrolis.
Temuan Soematmodjo (1980) menunjukkan bahwa pembakaran sekam
padi di tempat terbuka menghasilkan abu sekam yang mengandung 80 90 %
silika berbentuk amorf dan 10 20 % berbentuk karbon. Silika dalam bentuk
amorf ini sangat relatif sehingga dapat dimanfaatlan sebagai bahan pengikat
hidrologis (semacam semen). Selanjutnya Djojowisastro (1981) menemukan
bahwa abu sekam memiliki sifat pozolin aktif disebabkan kemampuan dari
silikannya bergabung dengan kalsium hidroksida membentuk kalsium silika yang
merupakan semen.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka Program Kreativitas Mahasiswa
Pengabdian Masyarakat (PKMM) yang ingin menciptakan kompor memasak
alternatif dari abu sekam padi bahan bakar arang untuk kegiatan memasak
konsumsi sehari-hari bagi ibu rumah tangga di pedesaan mendesak untuk
dilakukan. Oleh karena itu penggunaan kompor memasak alternatif dari abu
sekam padi bahan bakar arang merupakan alternatif pemanfaatan limbah sekam
padi yang dibuang bebas ke lingkungan, selain itu kayu bakar dapat dijadikan
arang sebagai bahan bakarnya. Dengan demikian kompor memasak alternatif dari
abu sekam padi bahan bakar arang ini dapat berfungsi ganda yakni dapat
PKMM-3-10-5
PKMM-3-10-6
PKMM-3-11-1
PKMM-3-11-2
benua. Selanjutnya menurut Azis (1999), bulu babi hidup di karang batu, karang
mati, batu berpasir, lamun dan daerah yang ditumbuhi rumput laut.
Bulu babi memiliki alat reproduksi berupa gonad yang dapat dimanfaatkan
sebagai pangan. Pangan gonad bulu babi memiliki cita rasa yang tidak kalah
dengan bahan pangan lain, bahkan kadar proteinnya lebih tinggi daripada kadar
protein daging kerang. Selain itu gonad bulu babi mengandung lipid, glikogen,
kalsium, fosfor, vitamin A, B, B2, B12, asam nikotinik, asam pantotenik, asam
folik dan karotin (Kato dan Schroeter, 1985). Senyawa organik ini dibutuhkan
tubuh manusia untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi.
Meskipun belum populer di Indonesia umumnya, gonad jenis
Echinodermata ini biasa dimakan dan mempunyai nilai niaga penting di beberapa
negara. Hongkong, Korea, Jepang, dan Amerika Serikat telah memanfaatkan
gonad bulu babi sebagai pangan alternatif sumber protein dan merupakan
makanan mahal. Di Jepang gonad bulu babi telah lama dikonsumsi yang dikenal
dengan nama sushi dan menjadi komoditas komersial, bahkan diimpor untuk
memenuhi permintaan di dalam negerinya (Nontji, 1987). Beberapa jenis bulu
babi yang telah diusahakan perikanannya di Jepang adalah: Strongylocentrotus
intermedius, Strongylocentrotus nudus, Hemicentrotus pulcherrinus, Anthocidaris
crassispina, Pseudocentrotus depressus.
Di Papua, organisme perairan pantai ini sudah lama dikenal dan beberapa di
antaranya telah dimanfaatkan sebagai pangan (Tabel 1). Masyarakat Serui di
Papua telah lama mengkonsumsi bulu babi sebagai pengganti ikan saat musim
ombak terutama dari jenis Deadema setosum dan Tripneustes gratilla. Namun
tidak semua masyarakat mengetahui gonad bulu babi dapat dimanfaatkan sebagai
sumber pangan. Rendahnya tingkat pemanfaatan gonad terutama disebabkan oleh
masih tingginya ketergantungan masyarakat pada pangan hewani asal ikan dan
hewan darat lain serta kebanyakkan mayarakat belum mengetahui gonad bulu babi
dapat dikonsumsi. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan untuk memperkenalkan
kemasyarakat umum tentang pemanfaatan gonad bulu babi sebagai pangan
alternatif selain ikan.
Tabel 1.
Daerah
Manokwari dan Jayapura
Nama Lokal
Duri babi
Yapen Barat
Yapen Selatan
Andanyang
Andanyampa
Sorong
Sarwake,
Insarwae
Biak Numfor
Amsam dan
Insarwae
Serui
Insarwae,
Aisasini,
Asarwae
Fakfak
Sunggian dan
Saroaki
Sumber : Toha dan Syafrudin, 2004
Nama Latin
Deadema setosum, Deadema savignyi, dan
Tripneutes gratilla
Deadema setosum dan Deadema savignyi
Deadema setosum, Deadema savignyi, dan
Tripneutes gratilla
Deadema setosum, dan Tripneutes gratilla
Deadema setosum, dan Tripneutes gratilla
Deadema setosum, Deadema savignyi, dan
Tripneutes gratilla
Deadema setosum, dan Tripneutes gratilla
PKMM-3-11-3
Bahan
-
Bulu babi
Evaluasi
Pembuatan brosur
Alat
-
PKMM-3-11-4
PKMM-3-11-5
PKMM-3-11-6
mati dan busuk sebelum diolah. Biasanya semua jenis bulu babi yang diperoleh
ditampung pada satu wadah untuk mengefisienkan dalam pengumpulan.
Setelah bulu babi yang telah diperoleh, dibersihkan dari pengaruh air laut
dengan cara membilas menggunakan air tawar hingga bersih. Selanjutnya duriduri bulu babi dibersihkan menggunakan parang terutama Deadema setosum dan
Echinometra mathaei sedangkan Salmacis bicolor tidak perlu dibersihkan duridurinya (Gambar 5).
PKMM-3-11-7
PKMM-3-11-8
Gonad bulu babi juga dapat dimakan dengan nasi dan bersama-sama dengan
sayur dan lauk lainnya baik untuk sarapan pagi maupun sebagai lauk makan siang
dan malam.
Gambar 10.
KESIMPULAN
Bulu babi yang didapat yakni Deadema setosum, Echinometra mathaei dan
Salmacis bicolor
Pengumpulan bulu babi dapat diambil langsung dengan tangan maupun
menggunakan penjepit bambu (gata-gata)
Pengolahan bulu babi yakni gonadnya dapat dimakan langsung (mentah), dibakar
dan ditumis
Olahan goanad bulu babi dapat dimakan bersama sagu, nasi maupun sayur
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A. 1999. Fauna Ekhinodermata dari Rataan Terumbu Karang Teluk Saleh,
Sumbawa. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Kato, S dan Schroeter, S.C. 1985. Biologi of the Red Sea Urchin,
Strongylocentratus, and its fishery in California Marine Fisheries Review.
Lumingas, L.J.L., Boneka, F.B. Sumilat, D.A., Ompi, M., dan Kaligis, G.J.F.
1996. Distribusi, Kelimpahan dan Struktur Ukuran Bulu Babi, Desdema
savignyi, Echinometra mathaei, Tripneustes gratilla di Semenanjung
Minahasa. Materi seminar Kelautan, LPIU MSEP, Menado.
Nonjti, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta
Toha, A. H.A dan Syafrudin, R.Z. 2004. Prospek Pemanfaatan Gonad Bulu Babi
Sebagai Pangan Penyangga Ikan. Prosiding Nasional Pendayagunaan
Pangan Spesifik Lokal Papua. Universitas Negeri Papua, Manokwari.
Halaman 177-183.
PKMM-3-12-1
PKMM-3-12-2
baku mutu air minum, air yang layak dikonsumsi adalah tidak berasa, tidak
berbau, dan tak berwarna. Dari segi biologis adalah air yang tidak mengandung
bakteri kelompok Coliform dan dari segi kimia terdapat beberapa parameter
diantaranya adalah kesadahan, oksigen terlarut, kadar nitrat/nitrit, sulfat ,amoniak,
mangan , dan lain-lain.
Jika air minum yang dikonsumsi manusia tidak memenuhi standar baku
mutu air minum, maka akan berpengaruh kepada kesehatan manusia, karena air
juga bisa berperan sebagai penyebar penyakit, penyakit yang sering ditimbulkan
antara lain disentri dan diare. Kadar nitrat yang tinggi dapat menyebabkan
kerusakan pada tulang pada manusia.
Mengingat pentingnya air minum yang bersih dan sehat serta adanya
permasalahan seperti yang diatas, perlu adanya kontrol kualitas terhadap air
minum yang dikelola oleh PDAM. Untuk itu penulis melakukan pembuatan alat
penjernih air untuk PDAM yang dikonsumsi warga komplek Perumahan Politani.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah :
a.Membuat alat penjernih air
b.Memanfaatkan alat penjernih air
c.Meningkatkan kualitas air dari segi fisik PDAM Harau.
METODE PENDEKATAN
1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pekerjaan pembuatan alat penjernih air dilakukan di dalam bengkel (Work
shop) pengerjaan logam Politeknik Pertanian Universitas Andalas Tanjung Pati
Payakumbuh. Pembuatan dan pengujian alat dilasanakan dari 27 Maret sampai 4
Juni 2006.
2.Alat dan Bahan yang digunakan
Intrumen yang dipakai dalam pemuatan alat penjernih ini berupa gergaji
besi, meteran, ampelas,bor, dan matanya ukuran 3mm, pisau, spidol, kunci pipa,
dan perlatan las
Sedang bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah : Pasir
zeolit, arang batok kelapa, paralon PVC ukuran 6 inci dan inci, dop PVC
ukuran 6 inci dan inci, cleaning out (co) PVC ukuran 2 dan 4 inci, kombinasi
drat luar dan gergaji slang, Floksok drat luar dan drat dalam ukuran inci,
floksok PVC bentuk T dan bentuk L ukuran inci, kran (besi), siltif, lem PVC,
batang las, talenan yang dimodifikasikan dan baut ukuran 13.
3.Desain Fungsional
Alat penjernih air ini dibuat mempunyai fungsi fungsi sebagai berikut :
1. Pasir zeolit berfungsi sebagai penghilang bau, dan zat berbahaya seperti
amoniak .
2. Arang batok kelapa berfungsi sebagai penjernih air.
4.Desain Struktural
Untuk menjalankan fungsi fungsi pada desain struktural maka di
butuhkan desain struktural sebagai berikut :
1.Pasir zeolit 7 kg
2.Arang batok kelapa 10 kg
PKMM-3-12-3
PKMM-3-12-4
PKMM-3-12-5
PKMM-3-12-6
Sebelum
Tidak berbau
Tidak berasa
24,1
1,0
69,1
2
Sesudah
Tidak berbau
Tidak berasa
20,0
0,8
61,4
1
Efisiensi (%)
17
20
11
50
B. PEMBAHASAN
Dari tabel 1 terlihat bahwa alat penjernih air mampu menurunkan sifat
fisik air PDAM Harau dengan efisiensi warna 17 %, kekeruhan 20 % TDS 11 %
dan TSS 50 %. Penggurangan ini mampu memperbaiki estetika air PDAM Harau.
PKMM-3-12-7
PKMM-3-13-1
PKMM-3-14-1
PKMM-3-14-2
PKMM-3-14-3
Study Literatur
Survey Lapangan
PKMM-3-14-4
PKMM-3-14-5
PKMM-3-14-6
PKMM-3-15-1
PKMM-3-15-2
e.
f.
g.
h.
PKMM-3-15-3
Aplikasi EM-4
PAAS (Pakan Alami Awet dan Sehat ) untuk ternak dengan teknologi EM-4
Bahan-bahan : (untuk pembuatan 1000 kg PAAS)
EM4
: 1 liter
Gula Merah : 0.5 kg (dilarutkan dalam 1 liter air)
Air
: 100 liter
PKMM-3-15-4
Sesuai dengan rancangan awal alat pressing jerami pada proposal yang kami
ajukan tahun kemarin, pada bulan Agustus 2005 kami telah membuat rancangan
yang lebih efektif dan efisien. Tujuan dari tahap perancangan ini untuk
melengkapi penjelasan gambar alat, cara kerja, dan taksiran biaya yang lebih
murah.
Berdasarkan perhitungan yang ada, kami memutuskan untuk menghilangkan
pisau (seperti yang terdapat dalam gambar yang kami ajukan dalam bentuk
proposal tahun kemarin) sehingga mengurangi keluaran jerami, yang mula-mula
empat bagian menjadi dua bagian tetapi dengan dimensi yang lebih besar.
Tujuannya antara lain :
1. Mencegah tumpulnya pisau jika alat sudah digunakan berkali-kali
2. Mempermudah penyusunan ataupun penyimpanan jerami, karena
dimensi yang dihasilkan berbentuk balok
3. Menekan biaya produksi (saat ini harga besi meningkat hingga 20%)
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini adalah :
1. Plat besi 2 mm
2. Plat besi 5 mm
3. Besi siku 4 cm x 4 cm x 4 mm
4. Plat dudukan 5 mm
5. As besi 1,5 inchi
6. Dongkrak
PKMM-3-15-5
As pemutar
1,5 '
Dongkrak
Pintu bukaan tebal 2 mm
PKMM-3-15-6
Hasil yang dapat dicapai dalam penelitian dan pembahasan ini meliputi
ketersediaan bahan baku, hasil fermentasi jerami dengan EM-4, Output dari alat
pressing jerami, penyebab dan kendala, peran serta masyarakat.
Ketersediaan Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku yaitu jerami, para peternak Dusun Talaban, Desa Kebon
Agung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Tidak mengalami
kendala yang berarti, karena disana memiliki potensi alam yang sangat banyak
berupa areal pertaniaan cukup luas sehingga dalam mencari jerami sisa panen
dapat langsung mengambil di sawah sekitarnya.
Hasil Fermentasi Jerami dengan EM-4
Hasil Fermentasi Jerami dengan EM-4 ternyata dapat meningkatkan nafsu makan
hewanternak, berbeda dengan jerami yang tidak diberi larutan EM-4. hal ini
terbukti bahwa sapi mereka sangat menyukai pakan ternak yang telah diberikan
larutan EM-4 tersebut dan sapi-sapi tersebut memakan jerami hasil fermentasi
dengan lahapnya dan tidak tersisa. Hal ini membuktikan bahwa ada banyak
perbedaan yang secara langsung dapat dilihat antara jerami yang telah
difermentasi EM-4 dengan jerami yang diberikan langsung tanpa tambahan
apapun.
Output dari Alat Pressing Jerami
Setelah alat pressing jerami jadi, kami melakukan pengujian alat dengan
mengepress jerami tanpa melakukan pemotongan pada jerami, namun hasilnya
tidak bisa maksimal karena jerami tersebut bersifat liat sehingga ketika melkukan
penge-press-an jerami tersbut tidak bisa memberikan bentuk hasil press yang
kami inginkan. Kemudian kami melakukan fermentasi EM-4 pada jerami namun
sebelumnya kami memotong jerami tersebut terlebih dahulu, supaya pada ssat
pencampuran jerami dengan EM-4, gula, dan air mudah terserap. Sehingga system
peragian pada jerami tersebut dapat berjalan dengan baik. Disamping itu
pemotongan yang dilakukan pada jerami ( 10 15 cm ), dimaksudkan agar
mudah dipress sehingga menghasilkan keluaran sesuai yang diinginkan yaitu
berbentuk balok.
Penyebab dan Kendala
Berdasarkan hasil pengamatan kami di lapangan ternyata tidaklah mudah
memberikan motivasi pada penduduk supaya memanfaatkan jerami tersebut
secara maksimal sehingga kami membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Kami juga mengalami kesulitan dalam mengatur waktu dikarenakan masyarakat
kelompok peternak yang berjumlah 39 orang mempunyai kegiatan pokok yang
beraneka ragam seperti guru, tukang kayu, tukang batu, buruh bangunan dan
petani. Sehingga kami juga menyesuaikan dengan waktu luang yang dimiliki oleh
para peternak dalam mencari waktu yang tepat. Perlu diketahui bahwa para
peternak mempunyai pekerjaan pokok dan beternak merupakan kegiatan sambilan
yang dilakukan pada saat mempunyai waktu senggang.
Kendala lain yang juga sangat penting ketersediaan bahan baku berupa EM-4
disekitar daerah Imogiri yang sulit ditemukan. Usaha kami selanjutnya
PKMM-3-15-7
PKMM-3-15-8
Kandang ternak
PKMM-3-15-9
PKMM-3-16-1
PKMM-3-16-2
Tujuan Kegiatan
Program Pelatihan Pengelasan Plastik bagi Pemuda Pengangguran ini
adalah ;
a) Menumbuh kesadaran baru pengangguran bahwa mengharap
pekerjaan sebagai tenaga buruh hanyalah semantara waktu
b) Membekali pengangguran dengan ketrampilan praktis yang
dapat dimanfaatkan untuk mendirikan usaha baru (seperti, jasa
pengelasan plastik, daur ulang limbah plastik, sablon plastik)
c) Membekali pengangguran dengan ketrampilan manajemen
terapan mengelola dan mengembangkan usaha mandiri
d) Memberdayakan pengangguran menjadi warga masyarakat
yang mandiri
e) Mendorong penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi
pengangguran yang hanya mengandalkan pekerjaan yang
layak atau menganggur.
PKMM-3-16-3
2. Kegunaan Program
Kegunaan jangka panjang yang dapat diperoleh dari program ini adalah;
a) Ikut mengatasi masalah Pengangguran yang lambat laun
mengurangi pengangguran yang dapat mengakibatkan
meresahkan masyarakat
b) Membekali pendidikan alternatif pengangguran dengan
ketrampilan praktis yang dapat dimanfaatkan untuk
mendirikan usaha baru (seperti, jasa pengelasan plastik, daur
ulang limbah plastik, sablon plastik)
c) Memberikan kecakapan hidup life skill bagi peserta program
sebagai kelompok masyarakat yang terpinggir
d) Menanamkan kesadaran baru pengangguran bahwa mengharap
pekerjaan sebagai tenaga buruh hanyalah semantara waktu
METODE PENDEKATAN
Survai Lokasi dan Pencarian Data Desa Manggung
Peneliti melakukan survai lokasi dan mendata pengangguran di Desa
Manggung untuk diundang dan mendaftar kan sebagai peserta program pelatihan.
Sosialisasi Program
Sosialisasi dan penjelasan kepada pemuda pengangguran desa Manggung
tentang program.
Rekruitmen Peserta
Melaksanakan rekruitmen dan membuka pendaftaran melalui informasi
brosur/liflet yang disebar diseluruh desa manggung, sebanyak 20 orang sebagai
peserta program yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pelaksana
program dan peserta tersebut sama sekali tidak bisa dalam ketrampilan pengelasan
plastik.
Pelatihan Teori dan Praktek
Teori
Materi tentang penjelasan penggunaan alat dan teknik pengelasan yang
baik,benar dan laku dipasaran.
Praktek
Dalam pengelasan plastik lansung praktek di lab. ( perusahaan jasa
pengelasan plastik ). Bahan untuk pelatihan menggunakan plastik ukuran 02/03
karena dalam pengelasan lebih mudah dan tidak mudah rusak atau terbakar. Bila
peserta yang sudah mahir dapat menggunakan plastik yang lebih tipis yaitu ukuran
01atau 0 .
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Tempat
Waktu ;
Waktu pelaksanaan pelatihan pada tanggal 21 s/d 30 April 2006 dan di
mulai jam 08.00 11.00 WIB
PKMM-3-16-4
Tempat ;
Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan Pengelasan plastik di Perusahaan Jasa
Pengelasan Plastik Bapak Syahid, Dk. Beran Ds. Dibal Ngemplak Boyolali
Tahapan Pelaksanaan
Bulan Ke No
2
3
4
1
Pelaksana
Tim PKMM
Tim PKMM
Pelaksana
Tim PKMM
Tim PKMM
PKMM-3-16-5
Cara pengelasan yang baik dan benar adalah dengan kesabaran dan daya
tekan terhadap plastik tidak terlalu lama dan kuat dalam penekananya. Apabila
tekanan terlalu kuat dan lama maka plastik akan terbakar dan rusak.
Sedangkan bahan plastik yang digunakan untuk pelatihan ini plastik
berukuran 10,02 dan 10,03. Maksudnya ukuran lebar 10 cm dan ketebalan plastik
02/03.
Setelah peserta sudah baik dalam pengelasan selanjutnya proses
pengepakan, yaitu hasil pengelasan plastik para peserta pelatihan, plastik tersebut
dipilih yang baik dan diambil sejumlah 30 lembar/kantong per paknya, lalu diberi
etiket (merk) sesuai pesanan. Dan dalam pengepakan ini yang bagus adalah
selonsung pembungkus kelihatan penuh, lalu diikat sejumlah 5 pak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil Pelatihan Ketrampilan Pengelasan Plastik Bagi Pemuda Pengangguran
Desa Manggung Ngemplak Boyolali dapat diambil kesimpulan sebagai berikut ;
a. Hasil pengelasan plastik yang baik dan benar adalah semakin panas
dynamo yang digunakan semakit kuat perekat yang dihasilkan dan mudah
dalam pengelasan.
b. Ketelitian kesabaran dalam pengelasan sangat dibutuhkan bagi peserta
pelatihan karena bila tergesa-gesa dalam pengelasan akan menimbulkan
kerekatan pada plastik kurang kuat dan bila terlalu lama dalam
penekananya akan rusak atau terbakar.
c. Untuk menjaga kualitas dan kuantitas produksi plastik perlu ketrampilan
pengelasan, kecekatan dan dapat memenuhi kebutuhan konsumen
walaupun masih dilaksanakan dengan konvensional/manual.
Saran
Setelah Pelaksanaan Pelatihan ketrampilan Pengelasan Plastik dapan
menyarankan sebagai berikut ;
a. Untuk mengurangi pengangguran yang terjadi di pedesaan perlu
penanganan khusus diantaranya pembinaan dan pembimbingan model
pelatihan untuk wirausaha baru
b. Sebagai tindak lanjut program perlu pembimbingan pembuatan proposal
pengajuan modal usaha.
c. Melihat pesanan banyak dan sementara alat pemotong plastik sangat
sederhana, maka untuk meningkatkan hasil produksi kantong plastik
harus menggunakan mesin pemotong plastik secara otomatis.
Ucapan Terima Kasih
Tim Pelaksana Program Pelatihan Ketrampilan yang diselenggarakan oleh
Mahasiswa Politeknik Surakarta mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang membantu kelancaran program ini dapat berjalan dengan lancar dan selesai
tepat waktu yang diharapkan, terutama kepada Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Pada Masyarakat Ditjen DIKTI yang telah membiayai program ini
melalui Proyek Program Kreatifitas Mahasiswa (PKMM).
PKMK-3-17-1
PKMK-3-17-2
pabrik jamu Deltomed dan masih banyak lagi maupun industri jamu tradisional
lainnya.
Hasil samping dari industri jamu ini adalah berupa limbah. Industri jamu ini
setiap hari menghasilkan limbah sekitar 50 ton yang akan mencemari lingkungan
hidup, padahal limbah ini sebenarnya masih bisa dimanfaatkan di bidang pertanian
misal untuk dibuat pupuk organik.
Disisi lain masih banyak warga Wonogiri yang hidupnya masih dibawah
garis kemiskinan maupun yang menganggur. Menurut Wonogiri Dalam Angka
(2001) maupun wawancara langsung dengan Pimpinan Dinas Tenaga Kerja Kab.
Wonogiri , pencari kerja setiap bulannya di kantor Depnakertrans Kab. Wonogiri
tak kurang dari 300 orang . Dari angka ini yang bisa ditempatkan hanya sekitar
12,5%. Hal ini berarti 87,5 % diantaranya masih status pengangguran. Oleh karena
orang-orang seperti inilah yang perlu dilatih ketrampilan hidup sehingga bisa hidup
mandiri dengan memanfaatkan segala sesuatu yang ada disekitarnya, dalam hal ini
limbah industri jamu.
Oleh karena itu pada Program Kreativitas Mahasiswa Pangabdian (PKMM)
ini kami akan mencoba melatih bagi warga yang miskin dan menganggur di sentra
industri jamu (kabupaten Wonogiri) untuk memanfaatkan limbah jamu untuk
dibuat pupuk organik. Dari program ini diharapkan warga sekitar industri jamu
tidak ada yang menganggur lagi sehingga bisa membantu pemerintah dalam hal
pengentasan kemiskinan.
Di Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa tengah banyak terdapat industri
jamu naik industri jamu modern maupun industri jamu yang dikelola secara
tradisionil. Menurut pengamatan kami, limbah dari bahan baku untuk membuat
jamu tidak dimanfaatkan secara baik, hanya dibuang begitu saja ( berupa sampah ).
Limbah dari bahan baku jamu itu sebenarnya banyak mengandung unsur
hara yang berguna bagi tanaman. Sehingga apabila digunakan untuk membuat
pupuk (pupuk organik) bisa meningkatkan kesuburan tanaman. Disisi lain adanya
produksi pupuk ini bisa membuka peluang kerja bagi warga yang miskin dan masih
menganggur yang banyak terdapat di daerah setempat .
Dengan melalui pelatihan pembuatan pupuk organik dari limbah industri
jamu, diharapkan dapat membuka lapangan kerja bagi warga sekitar sentra industri
jamu yang miskin dan masih menganggur sehingga kesejahteraannya dapat
meningkat.
METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi dan bimbingan
pembuatan pupuk organik dari limbah industri jamu.
Kegiatan yang dimaksud adalah :
1.Sosialisasi tentang pentingnya berwirausaha. 2.Bimbingan peningkatan
ketrampilan dalam proses produksi dan pengemasan. 3.Bimbingan manajemen
usaha.4.Bimbingan kemitraan, promosi dan pemasaran produk. 5.Bimbingan
menggalang modal usaha.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa ( PKM ) Pengabdian ini dilaksanakan di
desa Selogiri, kecamatan Selogiri, kabupaten Wonogiri pada bulan April sampai
dengan September 2005.
PKMK-3-17-3
Tahapan Pelaksanaan
1. Kegiatan penyuluhan meliputi :
a. Penyuluhan tentang pentingnya berwirausaha.
b. Penyuluhan tentang proses produksi pupuk organik dari limbah jamu.
c. Penyuluhan tentang proses pengemasan.
d. Penyuluhan tentang pemasaran dan analisis usaha.
2. Kegiatan praktek produksi pupuk organik dari limbah jamu dengan teknologi
EM-4 Langkah-langkah pembuatan Kompos
(i) Larutkan gula / tetes pada ember yang telah diisi air secukupnya, kemudian
kita campurkan larutan EM-4nya.
(ii) Campurkan dan aduk bahan meliputi limbah jamu, kotoran ternak menjadi
satu merata.
(iii) Taburkan diatasnya butir (ii) dolomit dan bekatul secukupnya.
(iv) Siramkan larutan EM-4 dengan menggunakan gembor. Apabila adonan
kurang basah bisa ditambah air, namun jangan terlalu basah (kriteria air :
ambil segenggam adonan lalu meremasnya dan bila adonan tetap tercetak
tangan berarti air sudah cukup ).
(v) Ratakan adonan ini di atas lantai dengan ketinggian 15 20 cm, lalu tutup
dengan plastik atau terpal sampai rapat.
(vi) Minimal 1 hari sekali bukalah penutup tersebut dan gundukan diaduk-aduk
kemudian ditutup kembali. Suhu setiap hari dijaga dibawah 500C, caranya
dengan memasukkan tangan ke dalam bokhasi, bila tangan terasa terlalu
panas maka bokhasi perlu dibongkar, diaduk-aduk, diuapkan sampai suhu
turun , kemudian ditutup lagi. Apabila bahan tidak berbau dan temperatur
tidak panas berarti pembuatannya gagal.
(vii) Setelah 14 hari, bokhasi telah selesai terfermentasi, bokhasi
diangin-anginkan semalam dan siap dikemas atau digunakan.
(viii) Setelah proses pembuatan kompos selesai, selanjutnya kompos jadi tersebut
disaring (jawa = diayak ). Selanjutnya dilakukan pengemasan dengan
plastik dengan ukuran panjang 30 cm dan lebar 20 cm sebanyak 4 kg
kompos.
(ix)
Kompos yang telah dikemas plastik kemasan tersebut siap dijual dengan
harga Rp5.000,-/ kemasan.
3. Uraian tahapan kegiatan, waktu dan tempat adalah sebagai berikut :
a. Observasi awal meliputi pencarian lokasi kegiatan dan khalayak sasaran
Lokasi kegiatan PKM Pengabdian adalah desa Selogiri, Kecamatan Selogiri,
Kabupaten Wonogiri. Khalayak sasaran adalah warga yang masih
menganggur dan miskin. Observasi dilakukan pada April 2005
b. Pengurusan perijinan, bulan Mei 2005.
c. Pelaksanaan penyuluhan (ceramah) dilaksanakan hari minggu, 5 Juni 2005.
d. .Pelaksanaan praktek pembuatan pupuk organik dengan memanfaatkan
limbah jamu dilaksanakan pada hari minggu, 12 Juni 2005 di pekarangan
salah satu khalayak sasaran di desa Selogiri, kecamatan Selogiri, kabupaten
Wonogiri.
e. Pemantauan proses pengomposan dilaksanakan mulai hari senin, 13 Juni
2005 sampai dengan hari minggu, 26 Juni 2005.
PKMK-3-17-4
PKMK-3-17-5
ng
khalaya
Selogiri,
k sasaran
di
kabupaten
PKMK-3-17-6
PKMK-3-17-7
PKMK-3-18-1
PKMK-3-18-2
PKMK-3-18-3
Keterangan:
1. Batang Statip berskala
: 1 buah
2. Katrol
: 1 buah
3. Millisecon timer
: 1 set
4. Power suplly
: 1 set
5. Bola besi
: 10 buah
6. Bola karet
: 1 buah
7. Bandul
: 1 buah
8. Beban (10g, 20g, 50g)
: 1 set
9. Beban berpengait
: 2 buah
10. Piringan Aluminium
: 1 buah
11. Pegas
: 2 buah
12. Klem berkumparan
: 1 buah
13. Klem lubang bersaklar
: 1 buah
14. Klem bersaklar
: 1 buah
15. Klem berbusur derajat
: 1 buah
16. Klem berpenggaris
: 1 buah
17. Landasan keramik, kaca dan kayu: 1 buah
18. Baki plastik
: 1 buah
19. Jangka Sorong
: 1 buah
Pembuatan Modul
Pelatihan/peragaan
PKMK-3-18-4
Alat ini dibuat di laboratorium PSP Fisika FKIP Unika Widya Mandala
Surabaya. Pelatihan/peragaan penggunaan alat dilakukan di SMA YPPI I dan
SMAK St. Stanislaus Surabaya. Instrumen pengumpul data adalah kuesisoner
yang berisi pernyataan pernyataan tentang manfaat yang diperoleh dari
pemakaian alat in.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan alat percobaan mekanika Five In One ini dilakukan di
Laboratorium PSP FKIP Fisika Unika Widya Mandala Surabaya. Alat ini
dilengkapi dengan modul dengan tujuan supaya pembelajaran lebih terarah dan
mudah pelaksanaan praktikumnya. Modul dibuat berdasarkan materi yang
terdapat pada buku Kanginan (2000), Team Laboratorim Fisika (2004), Serway
(1996), dan Tyler (1975).
Hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini berupa modul, alat
praktikum mekanika Five In One dan respon dari siswa SMA YPPI I Surabaya
dan SMAK Santo Stanislaus Surabaya yang telah melakukan percobaan dengan
alat tesebut. Respon siswa didata dengan menyebarkan kuesioner.
Hasil yang berupa modul meliputi teori fisika, petunjuk praktikum, dll.
Tujuan masing-masing percobaan dan sketsa gambarnya adalah sebagai berikut:
Percobaan Pesawat Atwood
Tujuan
Agar siswa dapat menentukan :
1. Momen inersia katrol pada pesawat atwood.
2. Peristiwa GLB dan GLBB dengan menggunakan grafik v(t) serta
y(t).
PKMK-3-18-5
Percobaan Tumbukan
I.
Tujuan
Agar siswa dapat menentukan :
1. Koefisien tumbukan antara dua benda yang
bertumbukan.
2. Energi yang hilang selama tumbukan
h1
h2
(a
(b
Percobaan Pegas
Tujuan
Agar siswa dapat menentukan hubungan antara gaya yang meregangkan
sebuah pegas dengan pertambahan panjangnya (konstanta pegas).
Kedudukan setimbang
x
m
F
Ayunan Tunggal
Tujuan
Agar siswa dapat menentukan percepatan gravitasi bumi (g) dengan
menggunakan ayunan tunggal.
PKMK-3-18-6
Pernyataan
STS
TS
SS
11
10
11
14
13
10
13
14
PKMK-3-18-7
Pilihan
TS
S
1
8
2
10
2
11
2
8
4
10
1
6
12
53
STS
6
5
4
4
4
6
29
Total
Total Pernyataan
Positif
SS
11
9
5
13
8
13
59
41
112
Total
Total Pernyataan
Negatif
STS
5
6
11
TS
14
14
28
39
Pilihan
S
5
1
6
SS
2
8
10
16
PKMK-3-18-8
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004. Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional.
Kanginan, M. 2000. Fisika 2000 Jilid I. Jakarta : Penerbitan Erlangga
Kanginan, M. 2000. Fisika 2000 Jilid II. Jakarta : Penerbitan Erlangga
Kanginan, M. 2000. Fisika 2000 Jilid III. Jakarta : Penerbitan Erlangga
Team Laboratorium Fisika. 2004. Modul Praktikum Fisika. Surabaya: PSP Fisika
FKIP Unika Widya Mandala Surabaya.
Serway, RA. 1996. Physics for Scientist & Engineers with Modern Physics4th.
Philadelphia: Saunders College Publishing.
Tyler, F.1975. A Laboratory Manualof Physics-SI Unit. London: Eduard Arnold
Itd.
PKMM-4-1-1
ABSTRAK
Lalat buah merupakan hama pada tanaman buah-buahan yang merugikan petani.
Hama lalat buah khususnya di pertanian jeruk dirasakan sangat meresahkan
petani jeruk di Kabupaten Karo Khususnya di desa Ajijulu Mulai tahun 2003.
Penanggulangan hama lalat buah yang dilakukan petani jeruk dirasakan kurang
maksimal. Sehingga perlu dicari alternatif penanggulangannya. Untuk
menaggulangi permasalahan lalat buah, mahasiswa sebagai insan intelektual
turut memikirkan bagaimana cara mengatasi permasalahan hama tersebut
khususnya di desa Ajijulu, dengan membuat senyawa atraktan dari minyak
cengkeh yang berfungsi untuk menanggulangi hama lalat buah tanaman jeruk.
Minyak cengkeh mengandung tiga komponen dan eugenol merupakan komponen
terutama dapat diisolasi dan dimetilasi membentuk metileugenol. Penggunaan
metileugenol sebagai senyawa atraktan dengan menggunakan perangkap Steiner
(botol bekas minuman mineral), lalat buah jantan akan terperangkap dan mati.
Akibatnya perkawinan antar lalat buah tidak terjadi sehingga populasi lalat buah
berkurang dan akhirnya produktivitas tanaman jeruk akan meningkat kembali.
Isolasi dari minyak cengkeh menghasilkan eugenol dengan rendemen 94,12% dan
kemurniaan 100%. Metileugenol dihasilkan melalui proses metilasi eugenol
menggunakan dimetilsulfat (DMS), diperoleh hasil dengan rendemen 86,72% dan
kemurniaan 96,05%. Survei dan sosialisasi yang dilakukan, disambut dengan
sangat antusias oleh para petani dan sebagai wujud nyata ditetapkan tiga lahan
percobaan di desa tersebut. Pengamatan dilakukan selama delapan minggu, pada
minggu pertama lalat buah yang terperangkap berkisar 50-60 ekor tiap
perangkap, berkurang jauh menjadi sekitar 5-8 ekor pada minggu terakhir.
Efektivitas pemakaian produk atraktan adalah berkisar 80-90%. Dengan
demikian penggunaan produk atraktan sebagai alternatif untuk menanggulangi
hama lalat buah telah berhasil.
Kata kunci: metileugenol, lalat buah, senyawa atraktan
PENDAHULUAN
Lalat buah merupakan suatu hama pada tanaman jambu, jeruk, coklat dan
lain-lain yang sangat merugikan petan buah. Hama lalat buah telah ada sejak dulu
pada tanaman tersebut, akan tetapi jumlahnya cukup terbatas atau sedikit sehingga
permasalahan tesebut dianggap biasa saja oleh petani buah. Tetapi satu tahun
belakangan ini populasi lalat buah pada tanaman buah seperti jambu, mangga dan
khususnya jeruk semakin meningkat sehingga menimbulkan suatu kerugian pada
petani jeruk pada umumnya petani jeruk di Kabupaten Karo khususnya di desa
Ajijulu.
PKMM-4-1-2
Hasil wawancara dengan Kepala Desa dan masyarakat desa Ajijulu yang
berpenduduk sekitar 900 jiwa dengan rata-rata 5 orang per keluarga bahwa
sebagian besar warga desa (sekitar 90%) bergerak dalam sektor pertanian jeruk di
samping tanaman coklat dan tanaman muda lainnya seperti kacang tanah, jagung
dan cabe. Menurut pernyataan masyarakat (petani) bahwa pertanian jeruk
merupakan hasil pertanian yang menopang kehidupan keluarga mereka dimana
selama lebih 20 tahun sampai dengan sekarang, masyarakat desa Ajijulu hidup
dari penghasilan lahan jeruk mereka. Akan tetapi, belakangan ini tepatnya tahun
2003, mereka mulai resah akibat meningkatnya populasi lalat buah yang
menyerang atau merusak pertanian jeruk mereka. Dimana akibat hama tersebut
penghasilan mereka berkurang sekitar 15% per tahunnya. Hama lalat buah
tersebut menyerang buah jeruk sehngga lahan jeruk menurun hasil produksinya.
Dalam lahan 1 ha, petani baisanya menanam sekitar 500 batang jeruk
dimana jeruk yang telah berumur sekitar 6-7 tahun dapat menghasilkan 50 ton per
tahun akan tetapi saat ini mereka hanya menghasilkan 25 ton per tahun.
Menanggapi hal tersebut, maka para petani mengambil suatu kebijakan
untuk membasmi lalat buah tersebut dengan menggunakan pestisida dengan cara
menyemprot tanaman sekitar dua kali seminggu dengan pestisida yang beraneka
ragam. Dimana dengan cara ini para petani mengeluarkan biaya sekitar
Rp.750.000 per minggu/ha hanya untuk mengatasi hama lalat buah tersebut.
Namun hasil tersebut tidak juga membuahkan hasil sehingga para petani di desa
tersebut semakin resah akan kelanjuan pertanian jeruk mereka.
Oleh sebab itu termotivasi hati kami sebagai mahasiswa untuk turut
memikirkan bagaimana caranya mengatasi permasalahan hama lalat buah tersebut
di Kabupaten Karo dan khususnya di desa Ajijulu. Dengan cara membuat suatu
senyawa atraktan dari minyak cengkeh yang akan berfungsi untuk menanggulangi
hama lalat buah dari tanaman jeruk tersebut. Hama lalat buah ini memiliki masa
reproduksi dimana pada saat setelah terjadi perkawinan antara lalat buah jantan
dan lalat buah betina maka lalat buah betina akan mengembangkan telurnya di
luar tubuhnya yaitu pada buah jeruk karena buah jeruk merupakan tempat yang
cocok untuk mengembangkan telurnya menjadi larva dalam suasana asam.
Sehingga jeruk yang telah dirusak oleh lalat buah akan memacu pematangan yang
lebih cepat dan akhirnya busuk dan jatuh. Hal inilah yang menjadi masalah karena
lalat buah merusak banyak jeruk dan sangat penting untuk ditanggulangi.
Minyak cengkeh mengandung tiga komponen utama, yaitu eugenol, eugenol
asetat dan kariofilen. Eugenol bersifat mudah menguap, tidak larut dalam air, larut
dalam alkohol, kloroform, eter dan asam asetat glasial. Eugenol sebagai
komponen terbesar merupakan senyawa yang mengandung beberapa gugus fungsi
yaitu olefin, alil, hidroksi dan eter, yang dimungkinkan untuk diubah menjadi
senyawa lain yang lebih bermanfaat. Eugenol yang mengandung gugus hidroksi
yang dapat dimetilasi membentuk metileugenol. Metileugenol digunakan sebagai
flavor dan menarik lalat buah, sehingga dapat digunakan sebagai pengendali hama
terpadu. Metileugenol yang berfungsi sebagai senyawa atraktan yang menarik
lalat buah jantan dalam perangkap yang telah dibuat sehingga lalat buah jantan
tersebut akan mati akibatnya populasi lalat buah jantan akan berkurang dan
mengakibatkan perkawinan antara lalat buah jantan dan betina tidak terjadi maka
lalat buah betina akan mandul dan akhirnya perkembangan lalat buah akan
PKMM-4-1-3
berkurang dan hama lalat buah dalam lahan jeruk juga berkurang dan akhirnya
produktivitas tanaman jeruk akan meningkat kembali.
Rumusan Masalah dalam program ini adalah
1. Meningkatnya populasi hama lalat buah mengakibatkan produktivitas hasil
tanaman jeruk menurun sekitar 50% per tahun/ha.
2. Pencegahan lalat buah menggunakan pestisida tidak efektif, biaya opersional
tinggi.
3. Tidak adanya alternatif pencegahan lain oleh petani jeruk sehingga terjadi
kemerosotan pertanian jeruk.
Tujuan Program adalah untuk memberikan alternatif lain menanggulangi
hama lalat buah dari tanaman jeruk di desa Ajijulu. Sekaligus, untuk
meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Ajijulu.
Luaran yang diharapkan adalah produk senyawa atraktan dari minyak
cengkeh untuk menanggulangi hama lalat buah.
Kegunaan program pengabdian ini bagi kami sebagai mahasiswa adalah :
1. Ikut memberikan sumbangan pemikiran terhadap penyelesaian masalah di
masyarakat.
2. Menambah pengetahuan, wawasan dan keterampilan dalam melakukan
penanggulangan hama lalat buah.
3. Membuat suatu produk dalam menanggulangi hama lalat buah.
Kegunaan program ini bagi masyarakat adalah :
1. Memperoleh alternatif lain dalam menanggulangi hama lalat buah.
2. Meningkatkan produktivitas pertanian jeruk sekaligus menjaga kelangsungan
pertanian jeruk dari keterpurukan dan memperbaiki taraf ekonomi masyarakat.
Kegunaan program ini bagi bangsa dan negara ialah :
1. Membantu pemerintah dalam menanggulangi hama lalat buah,khususnya
pemda Karo.
2. Untuk menjaga dan mempertahankan sektor pertanian jeruk di Kabupaten
Karo.
METODE PENELITIAN
Metode pelaksanaan program secara garis besar dibagi menjadi dua metode yaitu :
Metode pembuatan produk senyawa atraktan dari minyak cengkeh
A. Metode pendekatan/penerapan produk yang dihasilkan ke lahan pertanian
jeruk
A. Metodologi penelitian pembuatan produk senyawa atraktan dari minyak
cengkeh
Metodologi penelitian pembuatan produk dapat dibagi menjadi dua yaitu :
isolasi eugenol dari minyak cengkeh dan metilasi eugenol.
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan produk senyawa
atraktan dari minyak cengkeh adalah
1. alat-alat : peralatan gelas laboratorium seperti beaker gelas dan corong pisah,
alat refluks, evaporator, alat destilasi dan untuk menganalisis hasil digunakan
GC-MS, IR dan NMR.
2. Bahan-bahan : minyak cengkeh, NaOHpa,Na2SO4anhidrous, Larutan HCl,
larutan dietileter, aquades, dimetilsulfat (DMS) dan bahan kimia lainnya.
PKMM-4-1-4
PKMM-4-1-5
a.2 Lahan pertanian jeruk Bapak T. Tarigan yang luasnya 75 x 60 m2, dimana
terdapat 350 pohon jeruk, yang lokasinya dekat dengan perkampungan.
a.3 Lahan pertanian Bapak M. Ginting yang luasnya 80 x 70 m2, dimana terdapat
400 pohon jeruk, yang lokasinya di daerah hulu.
b. Perangkap yang digunakan
Model perangkap yang digunakan adalah tipe Steiner yaitu botol bekas
minuman air mineral. Di dalam perangkap yang telah dibuat dimasukkan
segumpal kapas yang kemudian ditetesi dengan senyawa metileugenol yang telah
dihasilkan. Kemudian perangkap ini digantung pada pohon jeruk dengan posisi
membujur. Dimana dalam satu lahan digunakan 25 perangkap yang jaraknya
sekitar 20 meter dari satu perangkap ke perangkap yang lain.
3. tahap pemantauan dan evaluasi.
Pada tahap pemantauan dan evaluasi ini dilakukan sebelum dan setelah
pelaksanaan kegiatan PKM pengabdian masyarakat. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk melihat sejauh mana tujuan kegiatan dapat tercapai, terutama pada manfaat
yang dirasakan oleh petani. Pada tahap ini dilakukan pemantauan terhadap
perangkap yang telah dipasang dimana pengamatan dilakukan sekali seminggu,
hal-hal yang diamati berupa :
1. Jumlah lalat buah yang masuk ke dalam perangkap.
2. Daya uap dari produk yang digunakan masing-masing lahan, dimana hal ini
meliputi perbandingan populasi lalat buah di tiga lahan yang berbeda.
Pengamatan tersebut dilaksanakan setiap minggunya selama 8 minggu.
Dimana tiap sekali seminggu perangkap yang digunakan diganti kembali dengan
perangkap yang baru. Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 8 minggu
akan dievaluasi hasil yang diperoleh, apakah ada penurunan populasi lalat buah
yang masuk perangkap tiap minggunya yang akan dipakai sebagai ukuran
keberhasilan produk metileugenol sebagai penanggulangan hama lalat buah.
Dimana pada akhir penelitian ini yang diinginkan adanya penurunan populasi
hama lalat buah yang signifikan berarti suatu keberhasilan program pengabdian
pada masyarakat ini dapat mencapai tujuan yang telah diprogramkan sebelumnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari kegiatan Pembuatan Produk Senyawa Atraktan Metileugenol Dari
Minyak Cengkeh untuk menanggulangi hama lalat buah dari lahan pertanian jeruk
di desa Ajijulu Kabupaten Karo di peroleh hasil pada tiap-tiap tahap yang
berbeda.
A. Tahap pembuatan produk senyawa atraktan metileugenol dari minyak
cengkeh
Tahap ini dilakukan dalam dua bagian yaitu :
1. Isolasi Eugenol dari minyak cengkeh
Eugenol hasil destilasi berupa cairan jernih kekuningan dan berat jenis 1,068
gram/ml (290C). Hasil destilasi pengurangan tekanan sebanyak 200 ml dengan
suhu destilasi 105 1090C pada tekanan 3 mmHg didapat randemen 94,12%.
PKMM-4-1-6
Gambar 1. Kromatogram senyawa eugenol hasil isolasi dari minyak cengkeh. Data kromatogram
gas hasil isolasi eugenol, terbentuk satu peak dengan waktu retensi = 16,102 dan %
komposisi = 100, berarti senyawa yang dianalisa hanya satu komponen yaitu
eugenol.
PKMM-4-1-7
2. Metilasi eugenol
Metileugenol hasil destilasi pengurangan tekanan pada suhu 95 1000C
berupa cairan jernih kecoklatan, sebanyak 16 ml, diperoleh destilat dengan
randemen 86,72 %.
Gambar 3. Kromatogram senyawa metileugenol hasil sintesis. Data kromatogram gas metileugenol
hasil sintesis dari eugenol yang diisolasi dari minyak cengkeh terbentuk dua peak yaitu
Peak I : waktu retensi = 16,117 dan % komposisi = 3,95 ; adalah eugenol. Peak II :
waktu retensi = 16,715 dan % komposisi = 96,05 ; adalah metileugenol.
Pada rentang gelombang 3100 3050 cm-1 terdapat puncak yang tajam
menunjukkan adanya gugus =CH Aromatik, pada rentang gelombang antara 1600
1475 cm-1 adalah puncak khas untuk gugus Aromatik, rentang gelombang antara
1680 1600 cm-1 menunjukkan adanya gugus Alil, sedangkan pada rentang
gelombang antara 3000 2860 cm-1 terdapat puncak tajam menunjukkan adanya
gugus CH alifatis, sedangkan pada rentangan gelombang antara 1280 1200 cm-1
terdapat puncak tajam menunjukkan adanya gugus C-O-C.
PKMM-4-1-8
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa jumlah populasi hama lalat buah
yang masuk perangkap di lahan jeruk Bpk. J. Sembiring lebih banyak dari kedua
lahan yang lain, hal ini berarti bahwa populasi hama lalat buah di lahan tersebut
lebih banyak. Rata-rata hama lalat buah yang masuk perminggunya berkisar 25-30
ekor tiap perangkap.
Pada minggu I dari pengamatan populasi lalat buah yang masuk dalam
perangkap berkisar antara 50-60 ekor tiap perangkap, pada minggu ke-2 dan ke-3
telah berkurang menjadi 30-4 ekor tiap perangkap, dan begitu seterusnya tiap
minggunya. Pada pengamatan yang terakhir yaitu pada minggu kedelapan
PKMM-4-1-9
populasi lalat buah yang masuk perangkap telah berkurang sangat jauh, yaitu
hanya berkisar 5-8 ekor tiap perangkap. Dari data tersebut di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa penurunan hama lalat buah yang masuk perangkap berkisar 8090% dengan kata lain keefektifan produk senyawa atraktan sebagai pengendali
hama lalat buah memiliki efektifitas yang sangat tinggi yaitu sekitar 80-90%
dengan perhitungan sebagai berikut :
Hasil awal hasil akhir
x100%
Efektifitas
=
Hasil Awal
1. Lahan Bpk. J. Sembiring :
1532 152
Efektifitas =
x100%
1532
= 90%
2. Lahan Bpk. T. Tarigan :
1258 127
Efektifitas =
x100%
1258
= 89,9%
3. Bpk. M. Ginting :
1356 135
Efektifitas =
x100%
1356
= 90%
Hal ini berarti penggunaan senyawa atraktan sebagai cara alternatif untuk
menanggulangi hama lalat buah telah berhasil. Dan apa yang menjadi tujuan
program ini telah terwujud.
Dari pantauan di lapangan keberhasilan produk ini juga dapat dilihat dari
berkurangnya jumlah buah jeruk yang jatuh sebelum musim panen akibat hama
lalat buah. Sebelum produk ini dipakai rata-rata buah jeruk yang jatuh tiap
minggunya berkisar 100 kg, akan tetapi setelah produk ini digunakan oleh petani
jeruk setempat maka rata-rata buah jeruk yang jatuh telah berkurang yaitu sekitar
20-30 kg. Hal ini juga dibernarkan oleh pengakuan petani jeruk yang lahannya
digunakan sebagai lahan percobaan dan juga pengakuan Kepala Desa Ajijulu.
Dari hasil pengamatan dilapangan (wawancara dengan para petani) bahwa
buah jeruk yang dirusak oleh hama lalat buah adalah buah jeruk yang berumur
antara 5-8 bulan (rata-rata musim panen). Tempat berkembangnya hama lalat
buah adalah di dalam buah jeruk dan tidak memungkinkan untuk memusnahkan
secara total, maka disarankan penggunaan produk atraktan ini secara rutin ketika
buah jeruk berumur 5-8 bulan setiap minggunya, dengan demikian maka
produktivitas hasil pertanian jeruk dapat dihasilkan semaksimal mungkin dan
penghasilan petani dari pertanian jeruk dapat meningkat.
KESIMPULAN
Adapun yang menjadi kesimpulan dari kegiatan ini adalah :
1. Eugenol dapat diisolasi dari minyak cengkeh dengan rendemen 94,12 % dan
kemurnian 100%.
2. Metileugenol dapat disintesis dengan proses metilasi eugenol menggunakan
DMS (Dimetil Sulfat), hasil yang diperoleh memiliki rendemen 86,72% dan
kemurnian 96,05%.
PKMM-4-1-10
PKMM-4-2-1
PKMM-4-2-2
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan nasional dalam meningkatkan
SDM, maka hal yang paling mendasar adalah pendidikan dasar. Pendidikan dasar
untuk usia sekolah adalah melalui sekolah dasar dan sekolah mengengah,
sedangkan untuk orang dewasa melalui program keaksaraan fungsional. Program
ini berupaya melaksanakan pembelajaran dalam rangka pemberantasan buta
aksara. Dengan pemberatasan buta aksara diharapkan tidak ada lagi anak bangsa
yang terbelakang terhadap ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Berdasarkan pemahaman penulis bahwa di negara kita masih terdapat
masyarakat dalam keadaan buta aksara khususnya masyarakat yang berada di
pesisir pantai Air Tawar Barat. Sebagaimana observasi penulis lakukan. Mayoritas
masyarakat buta aksara adalah yang usia produktif yaitu antara 20-40 tahun dan
kebanyakan dari mereka adalah perempuan. Mereka tidak mempunyai kegiatan
kecuali mengerjakan pekerjaan rumah tangga, setelah pekerjanan mereka selesai
mereka tidak mempunyai pekerjaan lain, sehingga mereka tidak bisa
menghasilkan sesuatu hal yang produktif dan menggali potensi diri mereka untuk
menjadi manusia yang berkualitas dan mandiri. Artinya mereka tidak mampu
mencari penghasilan dalam bentuk ekonomi produktif disebabkan karena
kebodohan dan keterbelakangan yang mereka alami.
Dari fenomena di atas, maka penulis mengupayakan solusinya yaitu dengan
memberikan pembelajaran keaksaraan fungsional dengan metode tematik. Agar
masyarakat di daerah Pesisir Pantai Air Tawar dapat dibantu di bidang
pendidikan. Tematik adalah pokok isi atau wilayah isi dari bahasan materi yang
terkait dengan masalah dan kebutuhan lokal yang dijadikan tema atau judul dan
akan disajikan dalam proses pembelajaran dikelompok belajar (Depdiknas 2003).
Dengan demikian metode tematik adalah metode pembelajaran keaksaraan
fungsional bagi masyarakat dengan memberikan keterampilan yang dibutuhkan
dan diminati oleh warga belajar. Adapun pembelajaran yang dilaksanakan
meliputi pengetahuan menulis, membaca dan berhitung yang terintegrasi dengan
keterampilan fungsional dan potensi sumber daya alam wilayah.
Program ini bertujuan untuk (1) Memperkecil angka buta aksara yang ada di
pesisir pantai air tawar barat, agar masyarakatnya menjadi lebih berkualiatas,
berilmu dan mandiri. (2) Meningkatkan wawasan masyarakat pesisir pantai
kelurahan Air Tawar Barat dalam mempelajari makna dari kehidupan.
(3) Keterampilan fungsional masyarakat Pesisir Pantai Air Tawar Barat. Dengan
adanya program ini diharapkan warga masyarakat di pesisir pantai Air Tawar
Barat Padang dapat mengenal baca tulis, berhitung serta memiliki keterampilan
yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pendapatan keluarganya.
Luaran yang diharapkan dari program keaksaraan fungsional ini adalah (1)
bagi mahasiswa, dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dikampus
dipadukan dengan ilmu-ilmu yang relevan sesuai dengan kepedulian mahasiswa
terhadap pembangunan masyarakat khususnya dibidang pendidikan. (2) Bagi
masyarakat, dapat mengenal baca tulis, berhitung dan keterampilan yang dapat
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
PKMM-4-2-3
METODE PENELITIAN
Pelaksanaan program berjalan selama 6 bulan dari bulan Maret sampai
Agustus 2005, yang terdiri dari beberapa tahapan. Tahap perencanaan yang terdiri
dari proses identifikasi tehadap masyarakat, menjalin kerjasama dengan tokoh
masyarakat dan pejabat pemerintahan setempat dan melakukan sosialisasi
program kepada masyarakat, tahap ini dimulai minggu kedua Maret 2005 sampai
dengan minggu kedua April 2005. Tahap perumusan bahan ajar dilakukan selama
satu bulan mulai minggu ketiga April 2005 sampai minggu keempat Juli 2005,
tema yang dipilih dalam perumusan bahan ajar adalah bidang pendidikan dan
ekonomi. Berdasarkan pengamatan pelaksana perumusan tema lebih difokuskan
dibidang ekonomi karena melihat kondisi masyarakat di Pesisir Pantai Air Tawar
Barat yang berekonomi lemah. Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari acara
pembukaan, pemberian materi dan keterampilan, evaluasi dan penutup. Tahap ini
mulai minggu pertama Agustus 2005 sampai minggu pertama bulan September
2005. program keaksaraan fungsional dilakukan di Pesisir Pantai Air Tawar Barat
Padang. Dengan pemberian keterampilan pengolahan ikan menjadi makanan
ringan mereka diajarkan juga membaca, menulis dan berhitung sesuai dengan
bahan ajar keterampilan yang dipelajari.
Bahan dan alat yang digunakan dalam pelaksanaan program keaksaraan
fungsional ini adalah alat-alat tulis dan perlengkapan praktek. Selanjutnya metode
untuk memperoleh data dan informasi melalui observasi langsung dengan
wawancara dan pengamatan lingkungan.
Pendekatan pembelajaran yang akan diberikan kepada masyarakat Pesisir
Pantai Air Tawar Barat menggunakan dua pendekatan yaitu:
1. Pendekatan materi pembelajaran
Dalam pelaksanaan program ini dilakukan dengan pendekatan pemberian
materi. Materi yang diberikan yaitu materi yang berfungsi untuk menambah
wawasan para peserta sedangkan metode yang digunakan dalam pemberian
materi ini adalah dengan metode seperti ceramah dan tanya jawab dan latihan
membaca dan menulis, selanjutnya materi pembelajaran adalah mengajarkan
warga belajar untuk dapat membaca, menulis dan berhitung yang dikaitkan
dengan keterampilan fungsional yang diajarkan.
2. Pendekatan keterampilan
Pendekatan keterampilan yaitu pendekatan yang digunakan dengan
memberikan keterapilan praktis kepada sasaran belajar. Keterampilan yang
diberikan merupakan keterampilan dengan pemanfaatan potensi alam pesisir
pantai yaitu dengan mengolah bahan ikan dan udang. Adapun keterampilan
yang diberikan adalah Fish Nugget dan keripik udang melalui metode
demonstrasi dan tanya jawab.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Observasi yang telah dilaksanakan oleh tim di lapangan maka diperoleh data
sebagai berikut:
1.
Sebagian besar sasaran belajar tidak tamat Sekolah Dasar (SD).
2.
Masyarakat pesisir pantai Air Tawar Barat tergolong masyarakat yang
berekonomi lemah.
3.
Sebagian besar ibu-ibu yang berusia produktif tidak mempunyai kegiatan
setelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehingga mereka tidak bisa
PKMM-4-2-4
PKMM-4-2-5
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Nama Bahan
Ikan Tongkol
Tepung terigu
Bawang putih
Garam
Susu
Roti tawar
Telur
Merica
Tepung panir
Asam
Minyak goreng
Saus
Salada
Tomat
Jumlah satuan
1 kg
kg
kg
secukupnya
250 gram
10 lembar
5 butir
secukupnya
kg
1 buah
1 kg
1 botol
1 ons
kg
Cara pembuatan
Ikan dibersihkan dan hanya diambil dagingnya kemudian dihaluskan
Haluskan bawang merah, bawang putih, merica
Ikan yang telah dihaluskan dicampur dengan bawang merah, bawang putih,
garam, jeruk nipis, merica.
Roti tawar dibuang kulit tepinya, kemudian dihaluskan dan dicampurkan
dengan susu kental dan diamkan beberapa menit sampai rotinya lembut.
Campurkan adonan ikan dan roti, tambahkan telur dan tepung kemudian aduk
sampai kalis
Adoan dikukus lebih kurang 30 menit
Dinginkan adonan yang telah dikukus sampai dapat dibentuk sesuai selera
Oles adonan dengan telur kemudian lumuri dengan tepung panir hingga rata.
PKMM-4-2-6
Gambar 2.
2. Keripik Udang
a. Bahan-bahan yang diperlukan:
Tabel 2. Bahan-Bahan Keripik Udang.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Nama Bahan
Udang kering/ udang saiah
Tepung terigu
Mentega
Bawang merah
Bawang putih
Rayco
Telur
Seledri
Minyak goreng
Jumlah
satuan
kg
1 kg
kg
kg
kg
2 bungkus
2 buah
secukupnya
1 kg
Cara pembuatan
Haluskan bawang putih, bawang merah, daun seledri diiris
Bersihkan udang kemudian dihaluskan
Aduk tepung terigu dengan bahan-bahan yang sudah dihaluskan dan
tambahkan mentega, telur kemudian aduk adonan sampai kalis
Tipiskan adoan dengan ampia kemudian bentuk adonan sesuai selera
Adonan yang telah dibentuk digoreng hingga matang.
KESIMPULAN
Setelah melakukan proses belajar dengan memberikan keterampilan maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Pembelajaran yang diberikan sangat dibutukan oleh masyaralat karena sesuai
dengan kondisi masyarakat disekitar pesisir pantai air tawar barat padang dan
ketersediaan Sumber Daya Alam.
2. Pembelajaran yang diberikan menambah keterampilan warga belajar
PKMM-4-2-7
PKMM-4-3-1
PKMM-4-3-2
akan menjaga dan melestarikan alam ini. Kalau bukan mereka, siapa lagi yang
akan melestarikan alam ini ?
Pertanian dengan kemasan yang lebih menarik, sebagai kegiatan alternatif
untuk anak-anak sekiranya dapat mendorong kecintaan mereka terhadap dunia
pertanian. Beranjak dari hal ini diharapkan melalui tangan-tangan mereka
pertanian kita dapat maju berkembang menjadi negara terdepan dalam bidang
pertanian.
Agriculture for Kids adalah program pembelajaran dan penumbuhan
motivasi yang ditujukan untuk anak-anak usia sekolah dasar guna meningkatkan
rasa kecintaan mereka terhadap pertanian dan alam sekitar. Program ini
dilandaskan pada tiga pilar metode pembelajaran yang saling melengkapi yaitu,
pembelajaran di dalam kelas dengan berbasis multimedia, praktek budidaya di
lapang dan kegiatan observasi langsung. Ketiga pilar ini diharapkan dapat
menumbuhkan motivasi bagi anak-anak untuk terus mengasah pikiran mereka
dengan materi-materi yang menarik namun mencerdaskan.
Kondisi di lapangan menunjukkan terdapat beberapa hal yang dapat
menjadi latar belakang perlunya program Agriculture for Kids antara lain :
1. Pertanian Indonesia yang semakin terpuruk karena arus urbanisasi yang
membuat para petani meninggalkan lahannya untuk mengadu nasib di daerah
perkotaan.
2. Pertanian sering kali dianggap sebagai bidang yang kurang menguntungkan
untuk dijadikan bisnis masa depan.
3. Krisis yang terjadi memberi pengaruh yang cukup besar bagi pertanian
Indonesia. Harga bahan bakar yang tinggi membuat harga sarana produksi tani
menjadi tinggi pula, sehingga pendapatan petani menurun.
4. Ketidakpedulian masyarakat terhadap pertanian, yang salah satunya
disebabkan oleh ketidaktahuan mereka tentang pertanian, terutama masyarakat
yang tinggal di daerah perkotaan.
5. Kurangnya penghargaan masyarakat terhadap bidang pertanian dan orangorang yang bekerja di dalamnya sehingga bidang ini kurang begitu diminati.
Di antara sekian banyak masalah yang terjadi di lapangan terdapat
beberapa masalah yang menjadi pokok perhatian sehingga program Agriculture
for Kids ini diadakan, yaitu :
1. Sejauh mana pengetahuan anak-anak mengenai bidang pertanian?
2. Bagaimana ketertarikan anak-anak terhadap dunia pertanian khususnya dan
alam pada umumnya?
3. Sejauh mana keinginan anak-anak untuk mendalami dan terjun ke dalam
bidang pertanian di masa depan nanti?
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menunjukkan pada anak-anak usia
dini bahwa dunia pertanian pada khususnya dan alam pada umumnya, merupakan
dunia yang menyenangkan dan mengasyikkan. Setelah program ini selesai
diharapkan anak-anak yang mengikuti akan lebih mencintai pertanian dan alam
sekitarnya.
METODE PENDEKATAN
Kegiatan Agriculture for Kids ini dilaksanakan setiap minggu selama 7
minggu, mulai tanggal 17 April 2005 sampai tanggal 29 Mei 2005. Agriculture for
Kids dilaksanakan di beberapa tempat sekitar kampus IPB Bogor baik di dalam
PKMM-4-3-3
b. Praktek Budidaya
Dalam kegiatan ini, anak-anak diarahkan untuk terjun langsung ke dalam
pertanian, dengan mengusahakan sendiri potensi lahan untuk pertumbuhan
tanaman mulai dari menanam, memelihara hingga panen.
c. Study Tour
Adapun kegiatan study tour , dilaksanakan untuk memperluas wawasan
anak-anak tentang pertanian dengan mengajaknya melihat langsung ke lapang,
sehingga dapat melengkapi ilmu teori.
Study tour ini akan dilaksanakan pada lahan petani (persawahan), kolam
ikan di Cibanteng serta Rumah Sakit IPB Darmaga.
PKMM-4-3-4
Metode Survei
Metode ini dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang diberikan kepada
peserta pada minggu ke-6. Melalui metode ini diperoleh informasi mengenai
seberapa besar minat para peserta terhadap dunia pertanian setelah diberikan
materi oleh kakak pengajar maupun dosen tamu.
3. Modul
Modul digunakan sebagai pelengkap pengajaran agar peserta lebih
memahami materi yang diberikan. Modul diberikan dalam bentuk buku kecil
untuk setiap materi yang diberikan di kelas maupun di lapang.
4. Metode Pengembangan Kreativitas
Metode pengembangan kreativitas dilakukan untuk mengekspresikan
pemahaman para peserta tentang dunia pertanian dalam bentuk gambar dan puisi
yang mereka buat sendiri.
PKMM-4-3-5
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan Agriculture for Kids antara lain:
Metode Pengajaran, Pelatihan dan Observasi Lapang
Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah ruangan kelas, satu set
komputer dan LCD sebagai alat bantu pengajaran. Pada pelatihan (praktek di
kebun), instrumen yang digunakan adalah alat-alat berkebun seperti cangkul,
kored, tugal, tali sebagai tanda jarak tanam, polybag, pisau dan gunting. Benih
yang digunakan adalah benih tanaman bayam, kangkung dan caisin. Sedangkan
tanaman yang digunakan untuk praktek pembiakan vegetatif adalah tanaman
Sanseviera, mawar, alamanda, bawang merah, kunyit dan jahe. Untuk kegiatan
observasi lapang (Study tour) adalah alat transportasi berupa bus.
Metode survei
Untuk metode survei, instrumen yang digunakan adalah kuisioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh panitia Agriculture for Kids.
Kuisioner berisi pertanyaan-pertanyaan tentang pertanian dan kegiatan
Agriculture for Kids. Sedangkan untuk evaluasi akhir yang dilakukan pada akhir
minggu panitia kegiatan menggunakan tes evaluasi seperti ujian. Tes ini berisi
pertanyaan tentang materi yang sudah diberikan oleh para pengajar selama enam
minggu.
Modul
Modul yang diberikan berupa buku kecil yang dibuat oleh panitia
Agriculture for Kids. Modul ini diberikan agar para peserta dapat lebih memahami
materi pengajaran yang diberikan oleh para pengajar.
Metode Pengembangan Kreativitas
Pada metode pengembangan kreativitas ini, instrument yang digunakan
adalah kertas gambar, pensil dan pensil warna.
Setiap minggu pada kegiatan Agriculture for Kids para peserta harus mengisi
daftar hadir yang disediakan panitia. Para peserta dan panitia Agriculture for Kids
diwajibkan untuk mengenakan tanda pengenal (name tag) agar peserta dan panitia
dapat saling mengenal dengan akrab.
Kegiatan Agriculture for Kids (AFK) dilaksanakan mulai tanggal 17 April
hingga 5 Juni 2005. Jadwal kegiatan ini lebih cepat enam minggu dari jadwal
yang diajukan, selain itu jangka waktu pelaksanaan dipersingkat menjadi 7
minggu dari rencana awal 8 minggu.
Sekolah yang ikut serta dalam kegiatan AFK adalah SD Budi Mulia, SDN
Babakan Dramaga 01, SDN Babakan Dramaga 02, SDN Babakan Dramaga 04,
SDN Bubulak 01, SDN Bubulak 02, dan SDN Kebon Pedes atau tujuh dari 12
sekolah yang diundang. Jumlah peserta tiap sekolah bervariasi, antara lima sampai
delapan orang.
Jumlah panitia yang turut serta adalah lima orang panitia inti serta dibantu
oleh 20 orang panitia non-inti yang telah dengan sukarela membantu dalam
kegiatan ini. Pengajar berasal dari Dosen yaitu Prof. Dr. Jajah Koswara dan Dr.
Sriani Sujiprihati serta dari panitia sendiri.
Acara yang diadakan terdiri atas tiga bagian utama yaitu pengajaran atau
pemberian materi, praktikum di lapang dan study tour. Pemberian materi
dilakukan di dalam dan di luar kelas. Hal ini dilakukan agar para peserta tidak
bosan dan tetap semangat dalam menerima materi. Selain ketiga kegiatan di atas,
juga terdapat permainan, pembuatan puisi tentang pertanian, menggambar tentang
pertanian, evaluasi berupa ujian tertulis secara mendadak dan acara penutupan.
PKMM-4-3-6
Secara garis besar respon anak-anak sangat baik terhadap program-program yang
digulirkan, disamping kenakalan-kenakalan yang timbul seiring dengan keakraban
panitia dan peserta.
Dari kegiatan praktikum, peserta dapat memanen sendiri tanaman sayur
yang dihasilkan, kemudian perolehan dikumpulkan dan dibagikan untuk peserta
bawa pulang. Sedangkan melalui kegiatan study tour, peserta dapat mengetahui
lebih jauh mengenai pertanian dalam arti luas. Kegiatan ini berupa pengenalan
dunia kesehatan hewan, menunggang kuda, pengenalan jenis-jenis ikan hias, dan
pengamatan pertanian secara langsung di lapang.
Pembuatan puisi tentang pertanian dan kegiatan menggambar tentang
pertanian dimaksudkan sebagai wahana bagi para peserta untuk mengungkapkan
kecintaannya terhadap pertanian. Para peserta sangat antusias terhadap kegiatan
ini.
Pada penutupan, panitia memberikan penghargaan kepada peserta terbaik,
peserta terfavorit, peserta dengan nilai ujian terbaik, peserta dengan puisi terbaik,
dan peserta dengan gambar terbaik, secara lengkap data terdapat pada lampiran.
Panitia mengadakan evaluasi akhir berupa ujian yang berkisar mengenai
materi-materi yang telah diberikan secara mendadak, hal ini dilakukan untuk
menguji kemampuan menyerap materi yang diberikan. Hasil dari evaluasi tersebut
adalah range nilai peserta adalah 30 sampai 90.5 sedangkan nilai rata-ratanya
adalah 60, nilai tersebut kemungkinan dikarenakan oleh faktor utama yaitu
ketidaksiapan peserta untuk mengikuti ujian, disamping itu ketidakjelasan dalam
pemberian materi atau materi yang terlalu sulit mengakibatkan beberapa hal tidak
dapat diserap secara baik. Faktor individu juga turut berpengaruh pada beberapa
peserta, misalnya perhatian yang tidak terfokus pada materi yang sedang
diberikan.
Panitia juga mengadakan survei sederhana. Survei tersebut menunjukkan
minat untuk menekuni pertanian sebesar 48.4 % dari total peserta yang disurvei
dalam survei sederhana yang diadakan. Sedangkan sebanyak 45.2 % peserta
berminat menekuni sebagai hobi.
Agriculture for Kids Menurut Peserta
100
80
menyenangkan
60
biasa saja
40
bosan
20
jelek
nilai dalam %
0
kesan peserta
Dari kuisioner yang kami buat, 100 % peserta yang mengisi kuisioner
mengatakan bahwa kegiatan Agriculture for Kids ini menyenangkan. Kesukaan
peserta terhadap bagian acara ini cukup beragam. Ada yang menyukai kegiatan
budidayanya, materi pengajarannya, study tour ataupun games yang diadakan oleh
PKMM-4-3-7
100
80
nilai dalam %
Mengerti
60
Biasa Saja
40
Kurang Mengerti
20
Tidak Mengerti
0
Pemahaman Peserta
Kontinuitas Acara
100
80
Hasil Dalam %
60
Ingin Berlanjut
40
20
0
Respon Peserta
Gambar 12. Respon peserta tentang kontinuitas acara Agriculture for Kids.
PKMM-4-3-8
50
40
Ingin
30
Sebagai Hobi
nilai dalam %
20
Tidak Ingin
10
0
Jawaban Peserta
pertanian sehingga kelak generasi yang akan datang akan dapat lebih menghargai
pertanian. Kami memulai dengan sesuatu yang kecil yaitu Agriculture for Kids,
semoga kelak dapat menjadi besar.
Tindak lanjut dari kegiatan ini diusahakan dengan promosi kegiatan
sehingga pihak lain tergugah untuk mengadakan program serupa. Kegiatan
Agriculture for Kids telah dimuat dalam surat kabar Republika pada hari minggu
tanggal 22 Mei 2005, selain itu terdapat beberapa situs seperti situs Harian Pelita,
Harian Lampung Pos, JurnalNet.com, Kantor Berita Indonesia GEMARI
(GEMARI ONLINE), serta Berita Pariwara IPB (http://www.ipb.ac.id).
Tindak lanjut secara nyata dalam program ini antara lain adalah pemakaian
ide dan tema kegiatan oleh para mahasiswa dalam Kuliah Kerja Profesi (KKP)
yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian IPB di desa-desa tujuan program
untuk membina dan menanamkan kecintaan pertanian sejak dini di Sekolah Dasar
(SD) dan Tempat Pendidikan Alquran (TPA), serta Madrasah Ibtiyah (MI).
Umumnya panitia yang pernah terlibat turut serta menyebar luaskan program
AFK pada KKP di desa tempat panitia ditempatkan. Selain itu kegiatan ini
dilanjutkan dengan Agriculture for Youth (AFY) Trainee yang diadakan mulai 16
April sampai 18 Juni 2006.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari program Agriculture for Kids
(AFK) yang telah berjalan selama tujuh minggu adalah:
1. Kegiatan Agriculture for Kids (AFK) menyenangkan, berdasarkan
pendapat 100 % peserta yang mengisi kuisioner.
2. Dengan mengikuti kegiatan Agriculture for Kids semua anak dapat
mengerti dan mengenal dunia pertanian walaupun secara sederhana dan
mendasar.
3. Sebanyak 93.6 % peserta ingin menekuni bidang pertanian, dengan rincian
48.4 % peserta menjawab kalau mereka ingin menekuni bidang pertanian
secara serius. 45.2 % peserta ingin menekuni pertanian sebagai hobi.
Sedangkan 6.4 % peserta lainnya tidak ingin menjadi petani karena
dianggap terlalu sulit.
4. Terdapat berbagai masalah yang timbul dalam suatu organisasi dan dalam
suatu penyelenggaraan acara baik di dalam tim maupun segi teknis.
5. Pendidikan pertanian sejak usia dini penting untuk memupuk kecintaan
terhadap pertanian.
PKMM-4-4-1
PKMM-4-4-2
mengenai materi IPBA dalam ujian akhir nasional relatif sedikit, kurang atau tidak
adanya alat peraga yang memadai, dan lain-lain. Jika sempat pun materi IPBA
lebih banyak disajikan dalam bentuk penyampaian fakta saja tanpa dilandasi
pemahaman proses, hanya membaca tanpa melibatkan siswa untuk aktif berfikir.
Kondisi ini menyebabkan IPBA kehilangan warna fisikanya dan pada gilirannya
mengurangi minat oleh terhadap materi IPBA khususnya pada jenjang SMA.
Keadaan diatas menyebabkan siswa mendapatkan pembelajaran IPBA yang
kurang optimal. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) yang merupakan
bagian yang menarik dari mata pelajaran fisika yang termasuk kategori sulit,
menjadi tidak menarik lagi, sehingga membuat minat belajar siswa rendah yang
menyebabkan pemahamannya tentang IPBA pun rendah. Padahal wawasan bumi
dan antariksa secara sistematis perlu dikembangkan melalui pendidikan formal.
Tujuannya adalah menumbuhkan perhatian, memperluas wawasan, menumbuhkan
keinginan untuk mempelajari bumi dan antariksa lebih jauh, mengajak memahami
dengan rasionalitas, menumbuhkan pemahaman tentang sosok sains yang lain,
yaitu sains yang dikembangkan melalui pengamatan (observational science).
Menurut Mahasena (2005), Staf pengajar Departemen Astronomi ITB,
selama ini materi pengetahuan Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA)
yang sebetulnya amat berkaitan dengan realitas keseharian manusia,
termarginalkan dalam kurikulum pendidikan terutama di tingkat dasar dan
menengah. Materi IPBA yang dulu berdiri sendiri, sekarang telah dihapus,
materinya diintegrasikan pada mata pelajaran IPA dengan porsi yang minim.
Bahkan, beberapa materi tentang pengetahuan bumi dimasukkan tersendiri dalam
mata pelajaran geografi yang hanya menekankan aspek hafalan, sedangkan
tentang materi antariksa dimasukkan pada mata pelajaran fisika. Padahal secara
ephistemologi pendidikan IPBA tidak bisa dipisah-pisahkan seperti itu.
Untuk memberi alternatif model pembelajaran IPBA maka Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI Bandung melalui Kegiatan Layanan
Laboratorium yang terdiri dari Tim Dosen Fisika dan Mahasiswa yang tergabung
dalam Forum Ilmiah Fisika Cakrawala yang konsen dalam IPBA melakukan
kerjasama yang baik untuk membantu siswa dan guru. Bentuk Layanan
Laboratorium tersebut berupa pengembangan model pembelajaran IPBA.
Layanan laboratorium tersebut meliputi presentasi materi IPBA, kegiatan
semi praktikum, dan praktikum IPBA. Presentasi yang diberikan merupakan
intisari dari materi IPBA atau mengenai suatu topik materi IPBA yang disajikan
dengan menggunakan media dan pemodelan berupa simulasi komputer, kegiatan
semi-praktikum antara lain berupa pengenalan suatu alat peraga dengan
menjelaskan tujuan dan prosedur penggunaan alat tersebut, sedangkan pada
praktikum mencakup pengenalan suatu alat dan melakukan praktikum langsung
(hands on activity).
Kegiatan layanan Laboratorium IPBA didukung oleh fasilitas yang
memadai, yaitu Laboratorium IPBA Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.
Fasilitas alat dan media pembelajaran IPBA sebagian besar berupa alat pemodelan
dan praktikum ilmu bumi dan antariksa. Untuk kajian ilmu bumi terdapat alat
pemodelan seperti Tektonik Lempeng, Peta Pergeseran Lempeng Benua,dll.
Sedangkan pada antariksa terdapat alat pemodelan Helios Planetarium, Gerak
Planet, Revolusi Bumi, Teleskop Astronomi Celestron CGE 1100, dll.
PKMM-4-4-3
Persiapan
Tempat, alat, materi dan instrumen evaluasi
Kegiatan
-
Penyampaian materi
Semipraktikum & Demonstrasi
Diskusi
Evaluasi
Hasil Pengabdian
Meningkatnya minat siswa dalam pembelajaran IPBA
serta terbinanya hubungan kerjasama antara LPTK dan
sekolah
PKMM-4-4-4
PKMM-4-4-5
Video Dokumenter
1 paket
LCD
1 unit
OHP
1 unit
Layar
1 unit
Teleskop SC Celestron
1 unit
Helios Planetarium
1 unit
Peta langit
7 unit
Earth Revolution Demonstrator
1 unit
Model Tektonik Lempeng
1 unit
Model Pergerakan Lempeng Benua
1 unit
Batuan
1 paket
c. Menyiapkan dan membuat modul alat dan hand out
b. Kegiatan Pengabdian
Secara rinci tahapan pelaksanaan kegiatan pengabdian dapat diuraikan
sebagai berikut :
Hari Pertama
Pada proses awal siswa diberikan materi pendahuluan yang di dalamnya
berisikan materi keantariksaan (Tata Surya) menggunakan tehnik
presentasi menggunakan power point dan software Starry Night berupa
pemodelan Tata Surya, mencakup Kharakteristik Tata Surya, dan
Klasifikasi Planet.
Proses kedua siswa diorganisasikan kedalam empat kelompok untuk
seterusnya secara bergiliran melakukan semipraktikum dengan
menggunakan tiga model peraga ilmu antariksa yang telah disiapkan
seperti Helios Planetarium, Revolusi Bumi, Peta Langit, dan Teleskop.
Hari Kedua
Pada proses awal siswa diberikan materi pendahuluan yang di dalamnya
berisikan materi Kebumian menggunakan teknik presentasi menggunakan
power point dan cuplikan video yang berkenaan dengan materi, mencakup
lapisan Bumi, jenis dan akibat pergerakan lempeng tektonik dan medan
magnet Bumi.
Proses kedua siswa diorganisasikan kedalam tiga kelompok untuk
seterusnya secara bergiliran melakukan semipraktikum dengan
menggunakan tiga model peraga ilmu bumi yang telah disiapkan seperti
model Tektonik Lempeng, model Pergeseran Lempeng Benua, dan
Identifikasi batuan.
Hari Ketiga
Pada hari ketiga ini dilaksanakan pada malam hari. Siswa dari kedua
sekolah mendapatkan kesempatan untuk melakukan praktikum secara
langsung, yaitu peneropongan benda langit dengan menggunakan
Teleskop SC Celestron. Benda langit yang menjadi objek peneropongan
pada saat itu adalah planet Jupiter dengan empat satelit terbesarnya.
Menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan merupakan salah
satu cara untuk menumbuhkan minat dan motivasi belajar. Proses
pembelajaran harus dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa enjoy
untuk mengikuti pembelajaran. Agar pembelajaran yang kita lakukan
PKMM-4-4-6
PKMM-4-4-7
No
1
9
10
PKMM-4-4-8
ditambah. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa sangat antusias dalam mengikuti
pembelajaran.
Selain minat siswa meningkat dalam mengikuti pembelajaran, perubahan
sikap dan perkembangan kedewasaan pola pikir adalah satu hal yang diharapkan
muncul setelah mengikuti pembelajaran. Dari angket dapat disimpulkan bahwa
ada perubahan sikap dan kedewasaan pola pikir seperti apa yang diharapkan.
Setelah mengikuti pembelajaran sebagian besar siswa menjadi memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, seperti untuk mengisi dan menjawab soal latihan
yang diberikan pengajar. Hal ini sangat menggembirakan ditengah-tengah
munculnya suatu sikap yang hampir membudaya pada diri siswa yaitu penurunan
kepercayaan diri dalam menjawab soal sehingga muncul wabah kebiasaan
menyontek ketika menjawab soal seperti saat ujian.
Selain kepercayaan diri yang tinggi muncul juga kedewasaan pola pikir
siswa. Dari angket dapat dilihat bahwa siswa lebih mengedepankan daya nalar
logis dan realistis dengan menggunakan pendekatan ilmiah dalam menyikapi
fenomena-fenomena alam. Hal ini sangat menggembirakan di tengah munculnya
gejala pada masyarakat kita pada masa modern ini masih banyak orang yang
menyikapi fenomena-fenomana alam dengan pendekatan irasioanal dan berbau
mistis, seperti yang terjadi baru-baru ini masyarakat masih banyak yang
menghubung-hubungkan fenomena gempa bumi dan gunung meletus seperti di
Yogyakarta sebagai fenomena yang erat kaitannya dengan dunia gaib dan mistik.
Dari perubahan sikap dan pendewasaan pola pikir tersebut diharapkan juga
muncul peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa.
Dari angket dapat dilihat bahwa setelah mengikuti pembelajaran siswa menjadi
lebih meyakini akan keagungan penciptaan Tuhan yang Maha Esa.
Setelah minat siswa meningkat dan terjadi perubahan afektif siswa
diharapkan pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep
yang disampaikan. Dari angket dapat dilihat bahwa pembelajaran yang telah
dilakukan sangat membantu siswa dalam memahami konsep IPBA.
Hasil Wawancara
Untuk memperkuat hasil angket, kami melakukan wawancara langsung
terhadap siswa. Dan untuk memperkuatnya juga kami lakukan wawancara
terhadap guru yang meninjau secara langsung proses pembelajaran dan kepala
sekolah untuk meminta tanggapan serta pendapatnya terhadap kegiatan
pengabdian yang telah dilakukan. Hasilnya kami uraikan sebagai berikut :
Siswa
1. Apakah dengan menggunakan pembelajaran seperti ini, pembelajaran
IPBA semakin menarik dan pemahaman konsep fisika anda tentang IPBA
semakin baik ?
Jawaban :
Keseluruhan siswa yang mengikuti kegiatan Pengabdian mengatakan
bahwa kegiatan yang mereka ikuti sangat menarik, dan pemahaman
konsep IPBAnya bertambah. Semua itu terjadi karena materi yang
disampaikan dengan penggunaan multimedia dan alat peraga serta cara
penyampaian yang tidak terlalu serius dan menyenangkan membuat
materi IPBA lebih mudah dipahami.
PKMM-4-4-9
2. Melalui pembelajaran IPBA yang telah anda ikuti, apakah minat anda
terhadap IPBA semakin bertambah ?
Jawaban :
Sebagian besar minat siswa terhadap sains khususnya IPBA meningkat,
baik dari yang awalnya tidak berminat menjadi berminat maupun yang
sudah punya minat jadi lebih bertambah lagi.
3. Bagaimana menurut anda tentang pemateri, apakah mereka menyampaikan
materinya sesuai dengan yang anda harapkan ?
Jawaban :
Respon yang diberikan siswa sebagian besar merasa pemateri sudah
dapat menyampaikan materi dengan baik dan sesuai dengan yang mereka
harapkan, meskipun ada sebagiam kecil yang mengatakan penyampaian
materi yang diberikan oleh pemateri masih kurang.
4. Apakah Pembelajaran seperti ini sesuai dengan pembelajaran yang anda
inginkan ?
Jawaban :
Respon siswa terhadap terhadap proses pembelajaran sangat positif,
artinya mereka sangat menginginkan pembelajaran fisika (IPBA) seperti
ini. Pembelajaran sains bukan hanya menekankan pada transfer informasi
saja tetapi harus melibakan peran aktif siswa pada pembelajaran. Hampir
semua siswa mengatakan pembelajaran seperti inilah yang mereka
inginkan.
5. Apakah waktu yang digunakan cukup, kurang atau lebih ?
Jawaban :
Sebagian besar siswa mengatakan bahwa waktu yang diberikan masih
kurang. Hal ini mengindikasikan tingginya antusiasme siswa terhadap
kegiatan pembelajaran.
6. Bagaimana kalau pembelajaran seperti ini diterapkan pada materi fisika
lainnya ?
Jawaban :
Ketertarikan siswa terhadap proses pembelajran yang sudah diberikan
sangat tinggi. Mereka menginginkan pembelajaran seperti ini diterapakan
pada meteri yang lain, bukan hanya IPBA. Apalagi fisika harus lebih
mengedepankan aspek pemahaman dibanding hafalan. Dari jawabanjawaban siswa terhadap pertanyaan yang diajukan, jelas terlihat bahwa
peran aktif siswa sangat perlu untuk dilibatkan secara langsung dalam
proses pembelajaran.
7. Apa saran anda terhadap pembelajaran yang telah didapatkan agar lebih
baik?
Jawaban :
Saran yang diberikan sangat beragam, namun pada umumnya dapat
dirangkum ke dalam beberapa point, yaitu :
- Pembelajaran seperti ini diterapkan pada materi lainnya, khususnya
fisika
- Waktu pembelajaran ditambah
- Siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk bertanya
Saran ini berfungsi untuk perbaikan terhadap pelaksanaan program.
8. Kesannya ?
PKMM-4-4-10
Jawaban :
Semua siswa mengatakan kegiatan seperti ini sangat berkesan,menarik,
bagus, seru dan terutama bermanfaat untuk menambah pengetahuan.
Kesan kegembiraan mereka dalam mengikuti pembelajaran terlihat
dari keaktifan sebagian besar siswa ketika proses pembelajaran
berlangsung.
Guru
1. Apakah Pembelajaran yang telah dilakukan sesuai dengan harapan dan
keinginan bapak sebagai pendidik dan pengajar?
Jawaban :
Pembelajaran
yang dilakukan, telah sesuai dengan apa yang
diharapkan.
2. Apakah pembelajaran yang telah dilakukan sesuai dengan kurikulum
berbasis kompetensi?
Jawaban :
Sudah tepat, karena dalam pembelajaran siswa dibentuk kedalam
kelompok kecil, sehingga keterlibatan siswa terlihat secara langsung.
Diskusi dan keberanian mengemukakan pendapat menjadi ciri aktivitas
siswa. Keterlibatan siswa secara langsung dalam pembelajaran
merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran sains,
khususnya fisika.
3. Kira-kira apa kekurangan dan kelebihan dari pembelajaran yang telah
dilakukan?
Jawaban :
Kelebihannya adalah interaksi siswa dan guru terlihat jelas, peran aktif
siswa sangat nampak dan guru tidak terlalu mendominasi pembelajaran.
Kekurangannya adalah waktu yang tersedia masih kurang jadi perlu
ditambah agar siswa bisa memahami materi lebih lengkap dan mantap.
4. Adakah perubahan yang terjadi pada siswa setelah mengikuti kegiatan
pengabdian yang kami lakukan?
Jawaban :
Ada suasana lain setelah mengikuti kegiatan kemarin, semangat belajar
mereka menjadi meningkat. Siswa baru menyadari bahwa belajar bukan
hanya dari buku saja tetapi adanya interaksi antara siswa,pengajar dan
sumber belajar. Model pembelajaran dengan kegiatan laboratoium ini
ternyata salah satu cara memancing siswa menemukan minatnya.
5. Apakah saran bapak terhadap pembelajaran IPBA yang telah dilakukan
agar lebih bermanfaat dan bermakna?
Jawaban :
Alangkah baiknya para calon guru dibekali kemampuan dalam
pembelajaran IPBA, dan untuk guru yang sudah terjun kelapangan dan
belum mendapatkan materi IPBA ketika kuliah sebaiknya diadakan
transfer (up grade) berupa pelatihan.
Kepala Sekolah
1. Apakah kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan program sekolah
atau setidaknya membantu salah satu program sekolah?
Jawaban :
PKMM-4-4-11
Kegiatan yang telah dilakukan merupakan salah satu solusi yang dapat
membantu sekolah ketika suatu proses pembelajaran terhambat oleh
keterbatasan alat dan waktu.
2. Apakah kegiatan yang telah dilakukan mengganggu kegiatan belajar
mengajar disekolah?
Jawaban :
Ketika materi IPBA tidak dapat diberikan karena keterbatasan alat atau
waktu merupakan suatu kendala yang harus dipecahkan, dan hadirnya
kegiatan pengabdian ini merupakan solusi terbaik. Apalagi waktu
pelaksanaannya memang diluar jam pelajaran. Jadi jelas kegiatan
seperti ini tidak mengganggu proses kegiatan belajar mengajar
melainkan sangat membantu proses pembelajaran.
3. Apakah bentuk kerjasama yang sekolah harapkan dari LPTK khususnya
tentang pembelajaran IPBA sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini?
Jawaban :
Hendaknya terjalin komunikasi yang berkelanjutan antara LPTK,
khususnya UPI, dengan pihak sekolah dalam hal ini guru. Jangan
sampai ketika para calon guru lulus pihak LPTK membiarkannya
begitu saja tanpa ada komunikasi yang berkesinambungan. Alangkah
lebih baiknya jika dalam waktu yang berkala diadakan up grade
pengetahauan guru-guru, khususunya guru sains, khususunya untuk
materi IPBA yang selalu berkembang terus. Apalagi untuk IPBA banyak
sekali guru fisika yang tidak mendapatkannya ketika menempuh
pendidikan keguruan di LPTK.
4. Apa saran bapak terhadap kegiatan ini agar lebih bermakna / berkesan?
Jawaban :
Hendaknya kegiatan seperti ini ada kelanjutannya dan lebih luas lagi,
artinya kegiatan seperti ini tidak dilakukan terbatas hanya pada sekolah
tertentu, tapi lebih menjangkau pada banyak sekolah.
Jurusan Pendidikan Fisika
1. Apakah pembelajaran IPBA yang telah dilakukan sudah sesuai dengan
harapan dari LPTK khususnya Jurusan Pendidikan Fisika terhadap
tenaga pendidik (guru) ?
Jawaban :
Sesuai, penggunaan multimedia dan alat peraga oleh guru dikelas akan
membuat pembelajaran IPBA lebih memberikan dampak yang
mendalam terhadap pemahaman konsep siswa. Karena dengan hal
tersebut penyajian gejala fisis yang sulit sekalipun bisa dioptimalkan
sehingga membantu siswa dalam memahami suatu konsep yang
diberikan.
2. Kontribusi apakah yang akan diberikan Jurusan Pendidikan Fisika untuk
mengatasi beberapa kendala dalam pembelajaran IPBA disekolah,
terutama keterbatasan sarana penunjang?
Jawaban :
Jurusan Pendidikan Fisika akan lebih mengintensifkan layanan
laboratorium bagi sekolah, konsultasi atau pelatihan guru-guru sekolah
terutama yang tidak mendapatkan meteri IPBA selama perkuliahan
PKMM-4-4-12
PKMM-4-5-1
PKMM-4-5-2
Kulon Progo memang memungkinkan daerah ini menjadi sangat rentan terhadap
serangan penyakit, terutama penyakit wabah (disentri) dan penyakit tropis
(malaria dan demam berdarah dengue). Kokap memiliki keadaan geografis berupa
pegunungan dengan ketinggian 300 600 meter yang sebagian wilayahnya
(bagian selatan) merupakan tepian waduk Sermo. Di sepanjang sungai
memungkinkan tempat breeding place vektor nyamuk malaria terutama pada
kondisi curah hujan rendah (data Puskesmas Kokap II, 2005).
PKMM tidak dilaksanakan di seluruh Kecamatan Kokap, tetapi
dipersempit di Desa Hargotirto. Desa ini mendapatkan predikat HCI (High Case
Incidence) selama tahun 2000-2004. Data statistik acuan penelitian ini adalah data
dari Puskesmas Kokap II yang wilayah kerjanya Desa Hargotirto dan Desa
Hargowilis. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, Desa Hargotirto API
terendah pada tahun 2004 (API = 10.8 ) dan pada tahun 2001 menmcapai 827.8
. Di desa Hargowilis API terendah pada tahun 2004 ( API = 4.56 ) API
tertinggi pada tahun 2001 yaitu 271.32 . Di desa Hargotirto dari bulan Januari
2005 sampai dengan bulan Mei selalu ada kasus malaria rata rata 3 kasus
perbulan, dan mengalami kenaikan tertinggi di bulan Juni (18 kasus malaria ) 55
% Kasus malaria tropika. Grafik pada gambar 1.2 dapat menjelaskan
perkembangan malaria di Desa Hargotirto .
Menurut kepala Puskesmas Kokap II, wilayahnya yang bergunung-gunung
mempunyai suhu optimal untuk perkembangbiakan nyamuk malaria. Kokap juga
mempunyai hutan berkanopi sehingga daerah berhutan menjadi lembab, ini
merupakan tempat bertelur nyamuk malaria. Daerah Kokap mengalami
penyusutan debit air pada musim kering sehingga aliran air sungai menjadi tidak
lancar. Selama musim kering, sungai menggenang, dan menjadi sarang nyamuk
malaria menyebabkan daerah Kokap menjadi daerah endemis hampir sepanjang
tahun. Spesies yang berkembang di sana adalah Anopheles Balabacencies dan
Anopheles Maculatus. Nyamuk anopheles tersebut memiliki kareakteristik unik,
yaitu bila menggigit tidak menimbulkan rasa gatal seperti layaknya nyamuknyamuk lainnya.
Secara demografis-sosial-ekonomi, prosentase masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani penderes (pengambil getah aren) adalah 89%.
Penderes mengambil getah aren pada jam aktif nyamuk anopheles betina yaitu
pukul 6 sore sampai dengan pukul 6 pagi dengan mengenakan celana pendek.
Perilaku ini memperbesar resiko tertular malaria. Semua kegiatan dilakukan tanpa
menggunakan lotion anti nyamuk sehingga kemungkinan digigit nyamuk sangat
besar.
Survei dilakukan tim PKMM bersama K3M (Kuliah Kerja Kesehatan
Masyarakat) Fakultas Kedokteran UGM pada tanggal 13-15 Juli 2005 di empat
RT Dusun Menguri menghasilkan sebanyak 37% responden malas minum obat
malaria. Penyebab utamanya adalah rasa obat yang pahit. Rata-rata responden
sudah lebih dari 3 kali terkena malaria, bahkan ada yang 13 kali. Padahal setiap
minum minimal 5 obat selama seminggu berturut-turut.
Secara umum data hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa
masyarakat sudah terbiasa dengan malaria. Masyarakat Kokap tidak menganggap
malaria sebagai suatu ancaman hidup. Mereka tidak asing dengan malaria, namun
kurang kesadaran untuk mencegah malaria itu sendiri. Mereka banyak
mengandalkan bantuan pemerintah dalam penanganan malaria, seperti pemberian
PKMM-4-5-3
PKMM-4-5-4
01
02
01
02
Keterangan:
KK: Kel Eksperimen
KK: Kel Kontrol
X : Perlakuan
01: Pre Test
02 : Post test
- : Tanpa perlakuan
PKMM-4-5-5
Intervensi
Tokoh
Masyarakat
Orang Tua
Gambar 2.1 Metode Pendekatan
Dari diagram di atas dapat dilihat interaksi antar subjek dalam masyarakat.
Program Health Behavior Training for Coping Endemic ini menjangkau seluruh
tahap perkembangan agar terjadi proses imitasi dari setiap tahap terhadap tahap
perkembangan selanjutnya. Setiap kelompok diberikan perlakuan yang berbeda
sesuai dengan pamahaman dan ketersedian waktu subjek. Orang tua diberikan
FGD sebanyak tiga sesi selama tiga minggu, remaja diberikan training sebanyak
tiga sesi selama tiga hari berturut-turut, anak-anak diberikan outbond berupa Fun
Health Learning selama satu hari, dan untuk tokoh diberikan training action plan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Untuk mengetahui perbandingan dari program PKMM dilakukan analisis
hasil menggunakan pretes dan postes pada dua kelompok sasaran (orang tua).
Analisis hasil menggunakan SPSS 10.0 for Windows melaui uji Independent
sample t-test. Hasil analisis pretes menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap
pemberantasan malaria pada kedua kelompok sasaran menunjukkan nilai t sebesar
0, 252 dengan nilai p=0,801. Tidak ada perbedaan yang signifikan (p>0,05),
sedangkan hasil postes sikap dan pengetahuan setelah perlakuan menunjukkan
nilai t sebesar 8,971 dengan nilai p=0,000. Ada perbedaan yang signifikan (p<0,0)
pada subjek kelompok sasaran dalam peningkatan pengetahuan dan sikap setelah
mengalami perlakuan dibandingkan dengan kelompok lain.
Pada remaja, hasil analisis menunjukkan bahwa nilai sikap awal (pretes)
terhadap pemberantasan malaria pada kedua kelompok menunjukkan nilai t= 0,524 dengan nilai p=0,601. Sedangkan sikap dan pengetahuan remaja setelah
perlakuan (postes) menunjukkan nilai t sebesar 6,103 dengan nilai p=0,000
(p<0,01). Angka ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaaan yang signifikan pada
kedua kelompok remaja.
Data program yang diberikan untuk anak-anak dievaluasi secara kualitatif.
Data menunjukkan bahwa semua peserta (orang tua dan guru) menilai program
FHL baik dan bermanfaat baik bagi anak-anak maupun bagi orang tua. Hal
tersebut menunjukkan program FHL dibutuhkan oleh peserta. Hasil monitoring
pada bulan Juli 2006 juga menunjukkan bahwa anak-anak dan orang tua masih
menerapkan pengetahuan dan perilaku pencegahan malaria yang diberikan
melalui program PKMM.
Pendapat positif tentang pelaksanaan program FHL terlihat dari
pernyataan orang tua dan guru berikut ini :
PKMM-4-5-6
Acara itu (FHL) baik, untuk melatih kemandirian anak dan menambah
pengalaman anak tentang kesehatan (guru TK ABA Menguri)
Menurut saya ini sudah cukup baik, karena bisa memberikan wawasan orang
tua sekaligus anak mengenai penyakit malaria secara lebih mendalam, terutama
dengan diberikan lembaran brosurnya (orang tua siswa TK ABA Segajih)
Orang tua dan anak menjadi tahu tentang penyebab, pencegahan, serta
akibat dari penyakit malaria.
Sangat baik, untuk melatih anak mandiri, mengenal lingkungan alam sekitarnya
dan mengetahui penyebab , pencegahan serta akibat apabila orang terserang
penyakit malaria (orang tua siswa TK ABA Segajih)
Menurut saya acara itu baik sekali, sebab bisa memberi pengertian/penjelasan
tentang bahaya malaria (orang tua siswa TK ABA Menguri)
Selain mencapai tujuan utama yaitu mengenalkan penyakit malaria dan
perilaku pencegahan malaria, FHL juga melatih keberanian dan kemandirian
siswa.
Cukup bagus, karena bisa menambah pengetahuan bagi anak-anak bagaimana
cara menjaga kesehatan. Bisa melatih keberanian anak (guru TK ABA Segajih)
Menurut kami sangat bagus, karena dapat mendidik anak-anak tentang
kesehatan, juga dapat mendidik anak untuk mandiri dan mengenal lingkungan
(orang tua siswa TK ABA Menguri)
Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap
pengetahuan dan sikap terhadap malaria dari dua kelompok sasaran. Hal ini
menunjukkan pelatihan health behavior yang diberikan kepada remaja berhasil.
Perubahan pengetahuan dan sikap yang dihasilkan akan lebih mudah mengubah
perilaku, karena perilaku yang dihasilkan mempunyai alasan yang kuat. Hasil
studi ini didukung oleh pendapat Notoatmodjo (1997), yang menyatakan bahwa
salah satu faktor yang menentukan perilaku kesehatan seseorang adalah
pengetahuan.
Hasil PKMM sejalan dengan pendapat Azwar (2005), yaitu bahwa sikap
adalah suatu kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu objek
dalam bentuk perasaan memihak atau tidak memihak melalui proses interaksi
komponen-komponen sikap yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan) dan
konatif (kecenderungan bertindak). Anggapan-anggapan yang negatif terhadap
atau kepercayaan-kepercayaan yang keliru terhadap pencegahan malaria
cenderung untuk berkebiasaan yang kurang tepat dalam mencegah malaria.
Sesuai dengan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) dari
Fishben dan Ajzen (dalam Azwar, 2005). Dengan mencoba melihat anteseden
penyebab perilaku volisional (perilaku yang dilakukan atas kemauan sendiri),
teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia umumnya melakukan
sesuatu dengan cara-cara yang masuk akal, bahwa manusia mempertimbangkan
semua informasi yang ada, dan bahwa secara eksplisit dan implisit manusia
memperhitungkan implikasi tindakan mereka.
Variabel pengetahuan dan sikap berhubungan dengan perilaku pencegahan
malaria, tetapi bukan faktor penentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Azwar dan
Notoatmodjo yang menyatakan bahwa pengetahuan dan sikap tidak berhubungan
secara langsung dengan perilaku kesehatan, tetapi masih ada faktor lain yang
PKMM-4-5-7
PKMM-4-5-8
PKMM-4-5-9
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S., 2005. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Bapelkes., 2005. Kumpulan Materi Pelatihan P2 Malaria. Solo: Pusat
Pemberdayaan dan Analisis Sosial
Cambel. D.T. Stanley.J.C., Experimental and Quasi Experimental Designs for
Research, Rand Mc nally and Company, 1972
Creswell, J. W., 1994. Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches.
California: Sage Publication, Inc.
Gochman, D. S. 198. Health Behavior: Emerging Research Perspecties. Plenum
Press
Karmiyati, Diah. 1998. Meningkatkan Perilaku Sehat Lansia Melalui Diskusi
Kelompok, thesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Krueger, R. A., 1994. Focus Groups: A Practical Guide for Applied Research.
California: Sage Publications, Inc.
Murphy, E. M., 2005. Promoting Healthy Behavior. Washington: International
Program Population Reference Bureau
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Nur, E. 1996. Efektivitas Diskusi Kelompok dan Buku Saku terhadap Peningkatan
Frekuensi Pola Makan Sehat Mahasiswa, thesis (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Sarwono, S,. 1992. Sosiologi Kesehatan. Jakarta:
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Grasindo
PKMM-4-6-1
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya petani yang ingin meningkatkan
hasil pertanian dengan mengusir hama pertanian mereka melalui bermacam
cara yang masih konvensional seperti mengusir tikus dengan mencari tikus
sampai membongkar rumah tikus, dan juga menggunakan racun untuk
membunuhnya, selain itu juga adanya pengunaan insectisida untuk membunuh
serangga-serangga pengganggu tanpa memperhitungkan akibat yang akan
ditimbulkan setelah pemakaian insectisida tersebut bagi generasi sekarang dan
yang akan datang, dengan cara-cara yang demikian itu dianggap sangat kurang
efektif dan effisien sehingga perlu adanya alat yang bisa digunakan untuk
mengganti kekurangan dari sistem sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk membuat alat pembasmi hama multifungsi dengan pemanfaatan frekuensi
yang bisa digunakan oleh petani untuk meningkatkan hasil pertanian mereka.
Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
rancang bangun, dengan langkah-langkah sebagai berikut : Observasi kebutuhan,
gambaran masalah, syarat perancangan, informasi pemenuhan kebutuhan
perancangan, perancangan, pembahasan perbagian, pembuatan, pengujian,
evaluasi, cocok, selesai. Yang menjadi populasi sekaligus sampel adalah hasil
rancangan dan pembuatan yang berupa alat pembasmi hama multifungsi.
Pengambilan data dilakukan dengan pengujian alat yakni dengan uji fungsional,
uji kerja dan uji pelayanan. Analisis data yang digunakan adalah analisis data
deskriptif.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ; (1) Alat yang dibuat dapat menghasilkan
frekuensi ultrasonk dengan range frekuensi 15 100 KHz yang mampu
berpindah-pindah secara otomatis, (2) Respon hama terhadap pancaran frekuensi
yang telah dihasilkan tidak berlangsung secara spontan, (3) Alat mampu
dijalankan dengan tegangan arus sebesar 12 volt, baik itu menggunakan
acumulator/aki maupun dengan adaptor, sehingga dapat digunakan baik itu di
tempat terbuka maupun di dalam rumah.
Kata Kunci : Alat pembasmi hama, Frekuensi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini perkembangan teknologi sangat pesat, dan
hal itu telah banyak mengubah kondisi masyarakat khususnya di Negara kita.
Dengan teknologi yang telah ada masyarakat semakin mudah untuk melakukan
segala aktivitasnya. Semakin tinggi teknologi yang dimiliki oleh suatu bangsa
maka akan semakin tinggi pula tingkat masyarakatnya. Oleh karena itu
PKMM-4-6-2
PKMM-4-6-3
PKMM-4-6-4
METODE PENELITIAN
Observasi
Perancangan (Design)
Pengumpulan bahan
Proses Pengerjaan
ERROR
Uji Coba
O.K
Evaluasi
Penyempurnaan
Penggunaan/ aplikasi
PKMM-4-6-5
Bahan/Alat
IC
Tripod
Transistor
Kapasitor
5
6
7
8
9
10
11
12
13
PCB
Solder
Tenol
Osiloskop
Multitester
Pelarut
speaker
kabel
Led indikator
Keterangan
HEF 4013 BP
HEF 4017 BP
NE 556 N
100 K
50 K
BD 140
BD 139
470 F
1 F
331
103
ferriklorid
20 watt
-
Jumlah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
1 buah
4 buah
4 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
Secukupnya
1 buah
Secukupnya
2 buah
Secukupnya
Secukupnya
PKMM-4-6-6
a.
b.
c.
PKMM-4-6-7
PKMM-4-6-8
d.
e.
f.
Mudah dioperasikan.
Mudah dipindah tempat.
Dapat dioperasikan siapa
pendidikannya.
saja
tanpa
memandang
tingkat
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan oleh peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Alat yang dihasilkan telah mampu menghasilkan frekuensi ultrasonic dengan
rang frekuensi 15 100 KHz.
2. Respon hama terhadap pancaran frekuensi ultrasonik tidak berlangsung
secara spontan.
DAFTAR PUSTAKA
Eugene Ackerman, Eynda B.M Elliy, Lawrence Williams. 1998. Ilmu Biofisika.
Airlangga University Press.
Suharsimi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
www.Liputan6.COM
www.mamud.com/
www.basicsphp.com
www.tokobagus.com/toko/elektronik/konsumen.
www.microchip.com/downloads/device/osilator/
www.forumallabourtscircuits.com/
www.unej.ac.id/fakultasmipa pse.litbang.deptan.go.id/
www.pustakabogor.net
www.litbang.deptan.go.id.
www.libraryusu.ac.id./
PKMM-4-7-1
PKMM-4-7-2
air, menyebabkan daerah persawahan yang memiliki kandungan air yang tinggi
tidak ada penahannya sehingga jika terdapat tambahan kandungan air baik dari air
hujan maupun dari resapan air tanah itu sendiri menyebabkan tingkat resapan
fluida dalam formasi batuan ini tinggi karena memiliki tingkat porositas yang
besar.
Untuk meneliti keadaan struktur bawah permukaan daerah longsoran ini,
telah dilakukan akuisisi data di Desa Kemuninglor kec Arjasa Kab Jember yang
merupakan daerah longsor yang diakibatkan ketidakmampuan lapisan tanah
menahan resapan air, baik air hujan maupun air tanah yang ada. Terjadinya
longsoran juga ditunjang dengan sedikitnya vegetasi tanaman yang berfungsi
sebagai penahan air. Selain itu juga karena keadaan geologi tanah dimana daerah
longsoran merupakan daerah perbukitan yang digunakan sebagai persawahan
sehingga pada lapisan tanahnya cenderung memiliki kandungan air yang tinggi.
Dengan menggunakan metode VLF yang memanfaatkan komponen magnetik dari
medan elektromagnet pemancar radio yang berfrekuensi rendah (15-30 kHz)
didapatkan gambaran bawah permukaan tanah dari rapat arus yang menunjukkan
adanya fluktuasi rapat arus. Nilai fluktuasi rapat arus dapat dilihat dari gambaran
pseudhosection dari setiap lintasan. Akuisisi data dilakukan pada tanggal 25-27
Juni 2005 dengan kondisi cuaca mendung.
Metode VLF merupakan salah satu metode dalam geofisika yang
memanfaatkan komponen magnetik dari medan elektromagnet yang ditimbulkan
oleh pemancar radio yang menggunakan frekuensi sangat rendah (15-30 kHz).
Medan magnet primer yang ditimbulkan frekuensi radio, dapat menginduksi
konduktor yang berada di bawah permukaan, sehingga timbul medan magnet
sekunder. Medan primer tersebut menjalar ke dalam rongga-rangga diantara
lapisan tanah bagaian atas dan dibawahnya dan menginduksi arus dalam
konduktivitas lapisan menurut hukum-hukum induksi EM. Arus tersebut
menimbulkan medan EM sekunder, yang dapat memperkecil medan EM primer.
Secara umum, selisih medan tersebut yang akan diterima oleh alat. Perbedaan
tersebut meliputi intensitas, fase, dan arah dan menyatakan terdapatnya konduktor
di dalamnya.
Dalam proses akuisisi data, dilakukan pengambilan data VLF terbagi
dalam 3 lintasan :
Lintasan 1 mempunyai arah sejajar dengan bibir jurang. Dari hasil
pengolahan data nilai konduktivitas tanah ditunjukkan oleh citra
warna, dari citra warna tersebut dapat terlihat bahwa pada lintasan
1 mempunyai konduktivitas yang relatif tinggi, hal ini diperkuat
oleh keadaan geologi langsung yang menunjukkan tanah yang
mempunyai tingkat porositas tinggi, sehingga fluida akan dengan
mudah megisi pori dan berakibat meningkatnya konduktivitas
tanah secara keseluruhan. Dengan adanya sisipan fluida pada tanah
maka ikatan antar butir tanah semakin berkurang dan beban yang
semakin meningkat, sehingga tingkat kerawanan longsor pada
daerah ini besar.
Lintasan 2 mempunyai arah pengukuran menuju bibir jurang. Dari
kontur sebaran konduktivitas terlihat potensi bidang gelincir pada
posisi 48-55 meter dengan kedalaman 4-12 meter. Hal ini
dikarenakan tanah yang mempunyai konduktivitas tinggi (citra
PKMM-4-7-3
PKMM-4-7-4
PKMM-4-8-1
PKMM-4-8-2
PENDAHULUAN
Di Indonesia Ikan Koi merupakan ikan hias favorit dan banyak digemari
masyarakat luas, karena tubuhnya yang mempesona dan harganya yang relatif
tidak mahal. Ikan koi sampai saat ini masih menjadi salah satu komoditas
perdagangan yang cukup baik dalam bidang perikanan. Ikan koi merupakan raja
ikan hias air tawar, karena mempunyai ukuran tubuh cukup besar dan memiliki
warna sangat bervariasi. Dalam populasinya ikan koi menunjukkan kehidupan
secara damai, tidak beringas, mudah berdampingan dengan jenis lain bila berada
dalam satu tempat. Koi bersifat omnivor (pemakan segala makanan) dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan (Susanto, 2002).
Blitar merupakan salah satu sentra budidaya Koi di Indonesia. Budidaya
ikan Koi di sini sudah dimulai sejak tahun 1983, dan usahanya sangat marak dan
menjadi lahan usaha baru yang sangat menjanjikan, tidak saja bagi pembudidaya
ikan tetapi juga para investor. Lebih dari 700 petani ikan di Kabupaten Blitar
membudidayakan ikan Koi dengan luas areal 112 hektar dan tersebar di beberapa
kecamatan. Dari jumlah pembudidaya ikan yang ada di Kabupaten Blitar, setiap
tahunnya mampu memproduksi Koi ukuran 15-40 cm kurang lebih 22.031.000
ekor (Anonymous, 2001). Salah satu daerah potensial penghasil ikan Koi di
Kabupaten Blitar adalah Kecamatan Nglegok, dimana ikan Koi yang dihasilkan
mencapai 45 % dari total produksi Kabupaten Blitar (dari 7 kecamatan produsen
ikan Koi), yang tersebar di beberapa desa diantaranya Desa Kemloko.
Koi Blitar, memiliki variasi warna dan kecemerlangan yang lebih unggul
daripada koi dari daerah lain di Indonesia. Koi Blitar sebenarnya merupakan koi
impor. Pada perkembangannya, kebanyakan petani mencoba menyilangkan
generasi berikutnya dengan karper/ikan mas, sehingga terjadi pergeseran atau
mutasi gen yang menyebabkan penurunan kualitas koi (Dayat dan Sitanggang,
2004). Sehingga perlu sebuah upaya untuk mendapatkan kembali ikan koi yang
berkualitas unggunl, salah satunya adalah dengan teknik gynogenesis.
Gynogenesis merupakan salah satu teknik manipulasi genetik yang dimaksudkan
untuk menghasilkan ikan diploid yang kedua kromosomnya berasal dari induk
betina saja. Gynogenesis merupakan proses pertumbuhan embrionik dengan hanya
menyertakan maternal genom. Hal ini merupakan bentuk parthenogenesis yang
khusus dimana embrio tumbuh setelah aktivasi telur oleh sperma yang tidak
memiliki kontribusi dari genom paternal. Hasilnya adalah zygote yang haploid.
Untuk mengembalikan genom menjadi diploid atau diploidisasi dapat berlangsung
secara spontan pada gynogenesis alami atau dengan menggunakan bahan kimia
atau perlakuan kejutan suhu/tekanan termasuk kejutan dengan radiasi untuk
mengaktifasi telur (anonymous, 2001).
Gynogenesis buatan pada ikan dapat dilakukan dengan berbagai perlakuan
pada tahapan pembuahan awal dan awal perkembangan embrio. Perlakuan yang
diberikan harus meliputi dua fungsi: (1) menyebabkan meterial genetik gamet
jantan menjadi tidak aktif, (2) mengupayakan terjadinya diploidisasi untuk
menjadi zygot (Fujaya, 2002). Pada proses gynogenesis sel telur difertilisasi
dengan sperma yang secara genetik inaktif. Embrio haploid yang dihasilkan dapat
dibuat menjadi diploid dengan penghambatan pembelahan meiosis II (penahanan
peloncatan polar body atau PB II) atau pengahambatan pada pembelahan mitosis I
(endomitosis atau metode EM ). Pada anakan gynogenesis dengan menggunakan
cara pertama akan dihasilkan beberapa anakan yang heterozygot berkenaan
PKMM-4-8-3
dengan prophase meiosis sebelumnya. Pada cara kedua genom haploid pada
embrio yang diduplikasi dengan penahanan pembelahan sel yang pertama.
Anakan hasil dari metode tersebut akan 100% homozygot (komen, 1990)
PKMM-4-8-4
METODE PENDEKATAN
Kegiatan PKMM Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan kegiatan
yang terintegrasi yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu
1. Metode Informal Group Discussions yaitu salah satu metode pendidikan
penyuluhan melalui diskusi kelompok secara informal (tidak resmi).
Metode ini digunakan untuk menggambarkan dan mengenalkan teknik
gynogenesis secara teori kepada kelompok pembudidaya. Penggunaan
metode ini berdasar dari kebiasaan masyarakat desa yang sulit untuk
dipertemukan dalam sebuah forum yang resmi. Sehingga metode ini sangat
efektif digunakan dalam pelatihan teknik gynogenesis di kelompok
pembudidaya ikan koi Sumber Harapan di desa Kemloko, Kecamatan
Nglegok Kabupaten Blitar.
2. Metode Demonstrasi Cara yaitu menunjukkan bagaimana cara teknik
gynogenesis dilakukan atau dapat dikatakan sebagai praktek lapang. Dalam
demonstrasi ini disiapkan alat serta bahan-bahan yang diperlukan dalam
pelatihan. Setelah itu demostrasi dapat dilakukan.
PKMM-4-8-5
PKMM-4-8-6
garis rusuk dan tipe kaca menjadi tipe kulit (leather, ssNn) yaitu jumlah
sisiknya hampir tidak ada, biasanya hanya terdapat dipunggung mulai
kepala hingga ekor (tidak penuh). Homozygot N adalah gen lethal, larva
ikan mati sesaat setelah mati.
Tidak Ikut
43%
57%
Jumlah
8
4
12
Prosentase
66%
34%
100%
PKMM-4-8-7
Dalam grafik
Kurang
34%
66%
Prosentase
58%
42%
100%
Kurang
42%
58%
Kurang
17%
83%
PKMM-4-8-8
Dari hasil data tersebut diketahui sebanyak 43% anggota kelompok tidak
dapat ikut pelatihan, 34% respon peserta kurang baik, 42% pemahaman terhadap
materi kurang dan sebanyak 17% pemahamn terhadap praktek kurang. Hal
tersebut tidak terlepas dari beberapa faktor nyata yang mempengaruhi anggota
kelompok pembudidaya untuk dan memahami teknik gynogenesis baik secara
materi atau praktek, yaitu :
1. Tingkat pendidikan anggota pembudidaya Ikan Koi Sumber Harapan
2. Kondisi keluarga.
3. Pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan.
4. Faktor situasi pada saat itu yang tidak memungkinkan untuk ikut.
Untuk menunjang pelatihan teknik gynogenesis kepada kelompok
pembudidaya diperlukan pelatihan secara praktek lapang yaitu dengan
menggunakan metode Demonstrasi Cara. Dari hal ini didapatkan beberapa
parameter penunjang untuk keberhasilan pelatihan yaitu :
Kelulushidupan
Hatching rate atau laju penetasan telur, dihitung dengan membandingkan
larva normal dengan jumlah telur seluruhnya.
Hatching rate
= Jumlah telur yang menetas x 100%
Jumlah total telur
Dari pengamatan yang dilakukan didapatkan
Goshiki >< Koromo
Perlakuan Jumlah Telur Hidup
Meiosis
800
90
Mitosis
800
114
Showa >< Showa
Perlakuan Jumlah Telur Hidup
-
Mati
710
686
Hatching Rate
11,25%
14,25%
Mati
-
Hatching Rate
-
PKMM-4-8-9
PKMM-4-8-10
KESIMPULAN
Dari pelaksanaan kegiatan pelatihan teknik gynogenesis yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses sosialisasi atau pengenalan teknik gynogenesis terhadap
pembudidaya ikan dapat berjalan dengan lancar meskipun terdapat
perubahan metode penyampaian untuk pengenalan secara teori yaitu dari
Formal Group Discussion) ke dalam metode Informal Group
Discussion). Didapatkan hasil bahwa sebanyak 57% anggota kelompok
ikut pelatihan, 66% respon peserta terhadap pelatihan ini baik, 58%
pemahaman terhadap materi baik dan sebanyak 83% pemahaman terhadap
praktek baik. Sehingga parameter utama dapat dicapai.
2. Pelatihan praktek lapang berhasil dilaksanakan pada tanggal 1 2 April
2006 dengan didapatkan parameter penunjang keberhasilan pelatihan
yaitu : Kelulushidupan ( Hatching Rate sebesar 11,25% untuk meiosis dan
14,25% untuk mitosis) sedangkan untuk Survival Rate sebesar 0% untuk
merlakuan meiosis dan 7,01% untuk perlakuan mitosis., Pola Sisik yang
ada adalah pola sisik penuh (scaled). Prosentase Fenotif warna sebesar
62,5% untuk jenis Koromo dan 37,5% untuk jenis goshiki.
3. Monitoring dan pendampingan dilakukan pasca pelatihan dengan
mendiskusikan hasil pelatihan.
4. Faktor pendukung kegiatan diantaranya adalah sosial masyarakat yang
ramah dan kekeluargaan, saluran komunikasi dan transportasi yang mudah
serta bahan dan alat yang akan dipakai mudah untuk didapatkan.
Sedangkan faktor penghambat diantaranya adalah cuaca yan kurang
mendukung serta aktifitas pembudidaya ikan koi yang tidak bisa diganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2004. Inbreeding And Broodstock Management; Chapter 6 :
Using Inbreeding To Improve Growth And Other Phenotypes.
www.fao.org/DOCREP006
PKMM-4-8-11
PKMM-4-9-1
PKMM-4-9-2
PENDAHULUAN
Lingkungan perairan di Kota Banjarmasin ditandai oleh banyaknya anak
sungai, sehingga kota ini mendapat predikat Kota Seribu Sungai. Sejak dahulu
masyarakat Banjar telah terbiasa dengan kehidupan air, perkampungan penduduk
dibangun di sungai, baik berupa rumah panggung di sungai maupun rumah
lanting. Julukan kota seribu sungai pada tahun 2004 saat ini sulit dipertahankan.
Sungai sebagai prasarana transportasi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas di
darat menjadi dangkal, sempit, dan bahkan banyak yang tidak berfungsi
(http://www.geocities.com/Tokyo/Palace/5830/rencana.htm), seperti Gambar 1.
PKMM-4-9-3
Gambar 2. Vegetasi pada Tepi Sungai Martapura yang Hanya Didominasi Jenis Herba
Sumber: Survei lapangan
PKMM-4-9-4
PKMM-4-9-5
terjadi abrasi yang cukup parah, seperti adanya beberapa makam yang terdapat di
tengah sungai dan daratan yang semakin sempit akibat meluasnya lebar sungai.
Pada tahap penyuluhan, tim pengabdian melaksanakan curah pendapat
dengan masyarakat setempat mengenai usaha reboisasi menggunakan tumbuhan
rambai padi (Sonneratia sp.) untuk mengurangi laju abrasi sungai.
Pada tahap melakukan tindakan, Tim pengabdian masyarakat bersamasama dengan masyarakat setempat melakukan penanaman dengan menggunakan
bibit rambai padi (Sonneratia sp). Langkah-langkah dalam tindakan ini adalah:
a. Membeli bibit-bibit tumbuhan rambai padi (Sonneratia sp.) dari pihak
pengumpul.
b. Menanam bibit-bibit tumbuhan rambai padi (Sonneratia sp.) bersama-sama
dengan masyrakat secara gotong royong.
c. Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap tumbuhan rambai padi
(Sonneratia sp.) yang telah ditanam, sekurang-kurang selama 3 bulan sampai
tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan baik.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 25 April 2006 di RT.14 Kelurahan
Sungai Lulut. Penanaman Rambai Padi di Kelurahan Sungai Lulut RT.14
dilakukan pada hari Minggu tanggal 7 Mei 2006.
HASIL PROGRAM DAN PEMBAHASAN
Kegiatan observasi merupakan langkah awal untuk mengetahui lingkungan
perairan disekitar kawasan Sungai Martapura, hal ini dimaksudkan untuk melihat
kondisi Sungai Martapura yang mengalami abrasi cukup parah. Dari hasil survei
terlihat bahwa daerah Sungai Lulut mengalami abrasi yang cukup parah, vegetasi
didaerah tersebut telah hilang dan bertambah lebar tetapi makin dangkal.
Berkurangnya vegetasi dan semakin meningkatnya abrasi di kawasan
Sungai Lulut tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat yang menebang vegetasi
didaerah pinggiran sungai untuk mendirikan perumahan. Mereka tidak menyadari
akibat yang dapat ditimbulkan dari menebang atau memusnahkan vegetasi
tumbuhan rambai padi di daerah pinggiran sungai. Berdasarkan alasan ini,
kegiatan penyuluhan sangat diperlukan dalam mengubah pola pikir masyarakat
tentang perlunya memelihara tumbuhan yang dapat menahan laju abrasi sungai.
Penyuluhan dilakukan selama 2 kali pertemuan. Hasil pertemuan
menunjukan Respon dan antusias warga sangat baik, hal ini dapat dilihat dari
kuantitas warga yang hadir pada saat penyuluhan dan respon mereka terhadap halhal yang berkaitan dengan abrasi dan akibat yang ditimbulkan apabila mereka
tetap menghilangkan vegtesi didaerah pinggiran sungai seperti terlihat pada
Gambar 4
Setelah penyuluhan, tim pengabdian melakukan tindakan penanaman
rambai padi (Sonneratia sp.), hal tersebut dilakukan untuk mengubah sebuah pola
hidup yang cukup kuat mengakar tidak cukup hanya dengan menanamkan sebuah
konsep atau sebatas transfer ilmu pengetahuan, kegiatan ini dilakukan oleh tim
PKM
PKMM-4-9-6
Gambar 5. Tumbuhan Rambai Padi Sedang Ditanam Oleh Tim Pengabdi Bersama
Masyarakat
PKMM-4-9-7
PKMM-4-9-8
KESIMPULAN
Upaya mengajak masyarakat dalam gerakan reboisasi menggunakan
tumbuhan rambai padi (Sonneratia sp.) untuk mengurangi laju abrasi Sungai
Martapura dalam Wilayah Kota Banjarmasin dilakukan dengan cara menanamkan
kesadaran akan pentingnya memelihara tumbuhan yang terdapat di daerah
pinggiran sungai. Upaya ini dilakukan dengan cara penyuluhan dan melakukan
kegiatan nyata bersama-sama masyarakat dengan cara menanam pohon Rambai
Padi (Sonneratia sp.) disepanjang Rt. 14 Kelurahan Sungai Lulut.
PKMM-4-9-9
DAFTAR PUSTAKA
Bismark, M., 1997. Pengelolaan Habitat Dan populasi Bekantan (Nasalis
larvatus) Di Cagar Alam Pulau Kaget, Kalimantan Selatan. Makalah
Utama disampaikan pada Diskusi Hasil-hasil Penelitian PenerapanHasil
Litbang Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) untuk mendukung
Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Bogor, 20-21
Maret.
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kalimantan Selatan. 2000. Laporan
Pemeliharaan Tanaman dan Anakan Alam Rambai (Sonneratia
caseolaris) di Cagar Alam Pulau Kaget Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Deparhutbun. Kalimantan Selatan.
Soendjoto, dkk., 1997. Peranggasan Rambai (Sonneratian caseolaris) dan Pembinaan Cagar Alam Pulau Kaget, Kalimantan Selatan. Kerjasama Kanwil.
Dephutbun Kalimantan Selatan dengan Fakultas Kehutanan UNLAM
Banjarbaru.
PKMM-4-10-1
PKMM-4-10-2
PKMM-4-10-3
PKMM-4-10-4
PKMM-4-10-5
PKMM-4-11-1
PKMM-4-12-1
ABSTRAK
Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh masyarakat, khususnya di
kota-kota besar adalah kemacetan lalu lintas. Kemacetan ini sering terjadi di
ruas jalan yang memiliki persimpangan yang jaraknya berdekatan, terutama yang
dekat dengan pintu perlintasan kereta api. Kemacetan ini bukan dikarenakan
persimpangan jalan tidak dilengkapi dengan traffic lights atau tidak berfungsinya
traffic lights tersebut. Tetapi karena tidak adanya koordinasi antar traffic lights di
setiap persimpangan, terutama dengan jalur lintasan kereta api. Banyak usaha
yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya
program ATCS (Area Traffic Control System). System ini telah banyak berhasil
mengatasi kemacetan di persimpangan jalan. Hanya saja system ini menjadi tidak
efektif ketika persimpangannya berada di dekat jalur lintasan kereta api. Hal ini
dikarenakan oleh tidak adanya koordinasi antara traffic light persimpangan jalan
dengan jalur lintasan kereta api. Mengingat kelancaran lalu lintas merupakan
salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat, perlu dicarikan solusi
alternative untuk memecahkan permasalahan tersebut, salah satunya system
koordinasi yang menggunakan PLC Siemens LOGO sebagai controller utamanya.
Sistem ini dilengkapi dengan sensor yang akan memberikan sinyal kepada PLC.
Biaya pemasangannya murah, selain itu, rangkaiannya sederhana sehingga
mudah dalam perawatan dan perbaikannya. Berdasarkan hal tersebut, penulis
berusaha untuk membuat simulator untuk memberikan gambaran tentang cara
kerja dari rangkaian kontrolnya. Dalam simulator ini, ada beberapa komponen
yang diganti dengan komponen lain yang memiliki fungsi yang sama.
Kata kunci: traffic lights, kereta api
PENDAHULUAN
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, banyak sekali penemuanpenemuan baru untuk mengatasi kemacetan lalu lintas. Inovasi-inovasi yang
berkaitan dengan pengaturan traffic light pun semakin banyak bermunculan.
Beberapa kota besar di Indonesia pun telah banyak menerapkan system yang
canggih untuk pengaturan lalu lintasnya seperti ATCS (Area Traffic Control
System) [1], Pengontrol Lampu Lalu Lintas via SMS [2], Lampu Lalu Lintas
Tenaga Surya [3], dll. Hanya saja sistem ini belum bisa mengatasi kemacetan lalu
lintas di persimpangan jalan yang dekat dengan lintasan kereta Api. Fokus dari
setiap penelitian lebih banyak dititikberatkan pada pembenahan traffic light di
persimpangan jalan saja. Jarang sekali dijumpai penelitian-penelitian yang focus
pembahasannya menitikberatkan pada pembahasan koordinasi traffic light
persimpangan jalan dengan traffic light perlintasan kereta api. Padahal koordinasi
PKMM-4-12-2
ini penting sekali untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di persimpangan jalan
yang jaraknya dekat dengan pintu perlintasan kereta api.
Pada saat kereta api melintas, traffic light yang terletak di persimpangan
jalan tetap berjalan normal. Jalur yang menuju ke pintu perlintasan kereta api pun
tetap bekerja normal, sehingga terjadi penumpukan di jalur tersebut. Pada saat
kondisi lalu lintas normal, hal itu tidak menjadi masalah. Hanya saja ketika terjadi
peningkatan kapasitas pengguna jalan, biasanya pada jam- jam tertentu atau harihari libur, maka hal ini akan berpengaruh besar sekali. Penumpukan yang tadinya
hanya terjadi di depan pintu perlintasan saja, pada saat seperti itu akan menumpuk
sampai persimpangan jalan saja. Hal ini akan menggangu arus lalu lintas di jalur
yang lain.
Mengingat kelancaran lalu lintas merupakan salah satu kebutuhan yang
sangat vital bagi masyarakat, perlu dicarikan solusi alternative untuk memecahkan
permasalahan tersebut. Salah satu solusinya adalah system koordinasi yang
menggunakan PLC sebagai controller utamanya. Sistem ini dilengkapi dengan
sensor yang akan memberikan sinyal kepada PLC.
Programmable Logic Controller (PLC)
PLC memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan controller lainnya
[4]. Diantaranya yaitu:
Waktu implementasi proyek lebih singkat,
Modifikasi lebih mudah dilakukan,
Pelatihan penguasaan teknik lebih cepat,
Perancangan dengan mudah diubah dengan perangkat lunak,
Pengubahan dan penambahan dapat dilakukan pada perangkat lunak,
Pengguanaan control yang lebih luas,
Pemeliharaan relative mudah,
Keandalan tinggi,
Perangkat kontroler standard,
Dapat menerima kondisi lingkungan industri yang berat.
PLC memiliki 3 fungsi utama yaitu sebagai control sekual, control cerdas
dan control pengawasan. Sebagai control sekual, PLC berfungsi sebagai :
Pengganti control logic konvensional,
Pewaktu / pencacah,
Pengganti control card (PCB),
Kontrol mesin auto / semi dari berbagai proses di industri.
Sebagai control cerdas, PLC berfungsi sebagai:
Operasi aritmatik,
Penanganan informasi,
Kontrol analog (suhu, tekanan, aliran, dll),
PID (Proporsional Integrated Devirative),
Fuzzy logic,
Kontrol motor servo.
Sebagai control pengawasan, PLC berfungsi sebagai :
Proses monitor dan alarm,
Monitor dan diagnose kesalahan,
Interface dengan computer,
Interface dengan printer,
PKMM-4-12-3
PKMM-4-12-4
PKMM-4-12-5
Start
Power ON
TL bekerja
Normal
Apakah
ada KA
lewat
Tidak
Ya
Setting TL
berubah
Apakah KA
sudah lewat
Tidak
Ya
TL kembali
normal
End
Output
Deskripsi
TLHijau B
TL kuning B
TL Merah B
TL Merah C
TL Hijau C
TL Kuning C
TL Merah A
TL Hijau A
TL Kuning A
Keterangan
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Output PLC
Relay tambahan
PKMM-4-12-6
HA
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
MB
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
KB
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
HB
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
0
MC
1
1
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
KC
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
HC
0
0
1
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
Analisa
Dari program di atas dapat dianalisa bahwa :
1. Sistem akan bekerja apabila I1 telah dihidupkan,
2. Traffic light bekerja secara normal, dimana urutan kerjanya adalah hijau B
yang pertama bekerja kemudian dilanjutkan dengan traffic light bagian C,
lalu yang terakhir bagian A. Proses ini terus berlangsung selama tidaka ada
kererta api lewat.
3. Pada saat ada kereta api melintas, program secara otomatis akan berubah.
4. Pada saat bantalan di salah satu arah rel kereta api terinjak, pintu
perlintasan kereta api akan menutup, alarm akan menyala dan program
pada PLC akan berubah. Traffic light hijau C akan bekerja, sedangkan
yang menuju ke pintu perlintasan semuanya berwarna merah.
5. Setelah bantalan yang ada dia arah rel sebaliknya terinjak, pintu
perlintasan akan membuka, alarm berbunyi dan traffic light akan bekerja
normal kembali, dimana hijau A akan menyala dan yang lainnya merah
yang akan menyala.
6. Bila ada salah satu komponen yang rusak dari control otomatisnya,
tombol-tombol manual yang selama ini sudah ada bisa digunakan terus.
Otomasi ini tidaklah dimaksudkan untuk merubah seluruh rangkaian yang
sudah ada dan diganti dengan rangkaian yang baru. Akan tetapi, program
otomasi ini digunakan pada rangkaian yang sudah ada, hanya
menambahkan kontroler otomatis untuk memudahkan pengaturan saja.
PKMM-4-12-7
KESIMPULAN
Dari hasil analisa dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Simulator pengontrolan traffic light di persimpangan dengan jalur lintasan
kereta api ini dapat bekerja dengan baik sesuai dengan perancangan dan
program yang telah dibuat.
2. Dengan pengontrolan traffic light persimpangan dengan jalur lintasan kereta
api yang terkoordinasi dengan baik, kemacetan di depan pintu perlintasan
dan di tengahtengah persimpangan jalan dapat diminimalisir.
3. Proses kerja dari seluruh system dapat dikontrol dari display modul PLCnya, sehingga apabila terjadi gangguan bisa dideteksi dengan cepat.
4.
Program control dapat dimodifikasi dengan mudah tanpa harus merubah
input dan outputnya.
Penelitian ini beberapa kekurangan sehingga perlu banyak pengembangan yang
harus dilakukan, diantaranya :
1.
Pembuatan program untuk persimpangan yang memiliki 4 jalur lintasan,
2.
Program yang dibuat hanya mengkoordinasi 1 persimpangan dengan jalur
lintasan kereta api saja. Akan lebih bagus lagi apabila program ditujukan
untuk beberapa persimpangan yang berdekatan dengan persimpangan jalan
yang berdekatan dengan jalur lintasan kereta api,
3.
Program akan lebih tapat jika dilengkapi dengan program pengontrolan
secara langsung (interface) sehingga pelacakan gangguan lebih mudah lagi
untuk dilakukan.
4.
Program digabungkan dengan penemuan-penemuan baru yang sudah
ditemukan saat ini, seperti pengontrolan lampu lalu lintas via sms,
penggunaan tenaga surya untuk supply tenaganya.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
www.apeksi.or.id
www.x-phone.com
www.gatra.com
Yusuf Sofian, Diktat Pelatihan PLC, Politeknik Negeri Bandung, 2001
Siemens, LOGO! Manual, 1998
PKMM-4-13-1
PKMM-4-13-2
PENDAHULUAN
Penguasaan Bahasa Inggris adalah merupakan suatu keharusan bagi seluruh
siswa sebagai tulang punggung bangsa di masa yang akan datang. Persiapan
secara dini yang dimulai dari tingkat sekolah dasar merupakan langkah yang tepat
dan dipandang sangat mendesak mengingat era globalisasi yang kiat mendekat.
Seperti telah diketahui pada masa dulu pendidikan Bahsa Ingris dimulai pada
jenjang SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama)
Di Kabupaten Sumedang Sekolah Dasar sudah mulai mengambil pelajaran
Bahasa Inggris sebagai muatan lokal. Selain kesadaran mereka akan pentingnya
Bahasa Inggris juga merupakan tuntutan untuk mulai mengenalkan Bahasa Inggris
untuk siswa sekolah dasar.
Dari pengamatan di lapangan selama menjadi guru Bahasa Inggris di
Sekolah Dasar banyak keengganan di kalangan siswa-siswa tatkala mereka harus
berhadapan dengan pelajaran Bahasa Inggris. Ide pengembangan strategi
pembelajaran yang menyenangkan melalui strategi permainan dipandang akan
dapat menhilangkan keenggananan siswa untuk mempelajari Bahasa Inggris.
Dari perbincangan sesama guru yang kebetulan adalah rekan mahasiswa di
Sekolah tinggi Bahasa Asing Sebelas April Sumedang, kami mencoba
menawarkan soliusi dengan mengembangkan dan menggabungkan beberapa ide
permaianan agar bisa diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah
masing-masing.
Selain mendapatkan ide dari buku-buku pelajaran Bahasa Inggris untuk
Sekolah Dasar, kami juga menggunakan teknik dan strategi permaianan yang
biasa diterapkan di sekolah. Setelah materi tekumpul kami mencoba untuk
mengumpulkan rekan-rekan guru Bahasa Inggris di berbagai Sekolah Dasar di
sumedang untuk menerapkan strategi pembelajaran Bahasa Inggris ini di sekolah
masing-masing.
Tujuan yang diharapkan dari hasil kegiatan ini adalah meningkatkan hasil
pengajaran Bahasa inggris secara lebih efektif sehingga tercipta situasi yang
kondusif bagi anak-anak untuk mencintai dan menyenangi pelajaran Bahas
Inggris
Diharapkan apabila siswa sudah bisa menyenangi dan mencintai Bahasa
Inggris tidak ada lagi rasa enggan bahkan takut untuk mempelajari Bahasa Inggris
baik itu di sekolah dasar ataupun di sekolah lanjutan hingga perguruan tinggi.
METODE PENELITIAN
Berdasar pengalaman para pelaksana selama mengajar Bahasa Inggris di
Sekolah Dasar, dirasakan perlu rangsangan bagi siswa untuk mengikuti pelajaran
Bahasa Inggris dengan baik. Setelah dicoba dengan pendekatan strategi
permaianan yang diterapkan kepada siswa yang dilakukan menjelang jam
pelajaran selesai, mendapatkan respon yang baik dari para siswa.
Dari tahapan tersebut dilakukan langkah persiapan yang meliputi :
1. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan
2. Menyusun jenis-jenis permainan yang akan diberikan kepada guru
3. Mempersiapkan alat-alat peraga yang diperlukan
PKMM-4-13-3
PKMM-4-13-4
Sebelum Kegiatan
Setelah Kegiatan
3
4
5
6
46
57
42
44
50
60
49
46
Prosentase
Peningkatan
8,7%
5,2%
16,6 %
4,5%
8,75%
Dari tabel 1 tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sebesar
8,75 % dari minat belajar Bahasa Inggris di SDN Rancamulya.
Tabel 2. Data Nilai Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri Rancamulya
KELAS
Sebelum Kegiatan
3
4
5
6
7
8
7
7,5
Setelah Kegiatan
8
9
7,5
8
Prosentase
Peningkatan
14%
12,5%
7,1%
6,7%
10,1%
Dari tabel 2 tersebut di atas dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan sebesar
10,1 % dari nilai Bahasa Inggris .
Dari tabel di atas terlihat ada peningkatan baik dri minat siswa maupun kenaikan
rata-rata nilai siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris.
Pendekatan analisa yang kami gunakan berupa analisa SWOT, yaitu :
1. Kekuatan (Strenght)
- Minat siswa sekolah dasar yang tinggi untuk bermain
- Pelajaran Bahasa Inggris relatif baru dikenal oleh sebagian siswa yang
merupakan peluang untuk dimanfaatkan
- Sumber pembelajaran yang mudah dan murah di dapat
PKMM-4-13-5
2. Treat (Tantangan)
- Menjadikan keengganan belajar bahasa Inggris yang oleh sebagian siswa
dianggap sulit menjadi pelajaran yang disenangi
- Meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Bahasa Inggris
3. Kelemahan (Weakness)
- Jumlah siswa yang terlalu banyak di dalam satu kelas
- Pengetahuan siswa terhadap bahasa Inggris yang tidak sama
- Jam pelajaran bahsa Inggris yang minimum
4. Peluang (Opportunity)
- Daya tangkap siswa sekolah dasar yang masih kuat
- Pelajaran Bahasa Inggris yang pertama diperkenalkan dianggap masih
menarik
- Meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris yang bisa dibawa hingga
sekolah tingkat lanjutan atas
Grafik perkembangan siswa dilihat dari kehadiran dan nilai dalam pelajaran
Bahasa Inggris
Perkembangan Siswa Setelah Pelatihan
70
60
Nilai
50
40
30
20
10
0
1
Kelas
Minat Sebelum
Minat Sesudah
Nilai Sebelum
Nilai Sesudah
PKMM-4-13-6
KESIMPULAN
Dari kegiatan yang dilaksanakan diharpkan guru guru dapat :
1. Memahami tentang pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik melalui teknik
bermain di sekolah dasar
2. Merencanakan pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik melalui teknik
bermain di sekolah dasar
3. Mempraktkan perencanaan pembelajaran Bahasa Inggris yang menarik
melalui bermain di sekolah dasar
Sedangkan dari siswa diharapkan dapat :
1. Meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran Bahasa Inggris
2. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan Bahasa Inggris
DAFTAR PUSTAKA
Fredi Rangkuti. 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta :
Gramedia Pustaka Umum.
Mikdam Mustofa et al. 2004. Bahasa Inggris dengan Dasar Komunikatif kelas 3,
4, 5. Bandung: PT Saranan Pancakarya.
Tim Bina Karya Guru. 2004. Get Ready for Beginners 4, 5, 6. Bandung: Erlangga.
Kasihani. 2004. Learning by Doing 3, 4, 5, 6.. Bandung : PT. Grafindo Media
Pratama.
H. Dadi Permadi et al. 2004. Bahasa Inggris untuk Sekolah Dasar 2, 3, 4, 5, 6.
Bandung: PT Sarana Panca Karya.
PKMM-4-14-1
PKMM-4-14-2
dengan kerajinan kulit dan wayang kulitnya, Parangtritis dan Samas dengan
keindahan pantainya, Imogiri dengan makam raja-rajanya, di samping daerah
wisata lain. Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan daya tarik
wisatawan asing adalah dengan meningkatkan kualitas pelayanan terhadap
mereka. Kenyataan yang terjadi selama ini, meningkatnya wisatawan asing yang
berkunjung ke Kabupaten Bantul tersebut belum ditunjang oleh adanya pemandu
wisata lokal yang mampu berbahasa asing, sehingga pelayanan terhadap
wisatawan asing kurang memuaskan.
Dalam upaya turut meningkatkan pembangunan bidang pariwisata di
Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Bantul, kami mahasiswa jurusan Bahasa
Jepang Akademi Bahasa Asing YIPK Yogyakarta merasa terpanggil untuk
membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat Kabupaten Bantul
tersebut. Bantuan yang kami sampaikan berupa Pelatihan Bahasa Jepang Bagi
Para Pemandu Wisata Lokal di Daerah Tujuan Wisatanya, mengingat akhir-akhir
ini banyak wisatawan Jepang yang tertarik pada karya seni dan wisata alam.
Identifikasi Masalah
Komunikasi merupakan hal yang sangat penting. Bila komunikasi tidak
terjalin dengan baik, pesan yang ingin disampaikan juga tidak dapat diterima
dengan baik. Adanya keluhan dari para wisatawan, khususnya para wisatawan
Jepang tentang sedikitnya orang yang bisa berbahasa Jepang selama mereka
berwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di kabupaten Bantul
membuat mereka kecewa karena kurangnya informasi yang mereka peroleh.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, melalui PKMM dari DIKTI ini
kami mencoba mengatasinya dengan mengadakan pelatihan bahasa Jepang bagi
pemandu wisata lokal di Kabupaten Bantul. Melalui program ini diharapkan
masyarakat di wilayah Bantul dapat melayani wisatawan Jepang yang datang dan
memberikan kepuasan bagi mereka agar tidak kecewa setelah berkunjung ke
daerah tujuan wisata. Dengan membekali para pemandu wisata lokal dengan
bahasa Jepang sederhana mereka akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
mereka terhadap wisatawan Jepang. Dengan demikian berarti juga dapat
meningkatkan daya tarik objek wisata kerajinan bagi wisatawan asing, khususnya
wisatawan dari Jepang.
Perumusan Masalah
1. Bagaimana membekali para pemandu wisata lokal dengan bahasa Jepang
sederhana agar mereka dapat meningkatkan kualitas pelayanan mereka
terhadap wisatawan Jepang?
2. Bagaimana membantu meningkatkan daya tarik objek wisata kerajinan bagi
wisatawan asing, khususnya wisatawan dari Jepang?
Program ini bertujuan untuk:
1. Membekali para pemandu wisata lokal dengan kemampuan berbahasa Jepang
secara sederhana agar mereka dapat berkomunikasi dengan wisatawan Jepang.
2. Membantu meningkatkan daya tarik objek wisata bagi wisatawan asing,
terutama wisatawan dari Jepang di Kabupaten Bantul.
Program ini akan bermanfaat bagi:
1. Wisatawan Jepang
PKMM-4-14-3
PKMM-4-14-4
PKMM-4-14-5
Tanggal
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
6 Maret 2006
10 Maret 2006
13 Maret 2006
17 Maret 2006
20 Maret 2006
24 Maret 2006
27 Maret 2006
31 Maret 2006
3 April 2006
7 April 2006
10 April 2006
14 April 2006
21 April 2006
24 April 2006
28 April 2006
1 Mei 2006
3 Mei 2006
8 Mei 2006
12 Mei 2006
15 Mei 2006
Tutor
Asisten
PKMM-4-14-6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Tanggal
6 Maret 2006
10 Maret 2006
13 Maret 2006
17 Maret 2006
20 Maret 2006
24 Maret 2006
27 Maret 2006
31 Maret 2006
3 April 2006
7 April 2006
10 April 2006
14 April 2006
21 April 2006
24 April 2006
28 April 2006
1 Mei 2006
3 Mei 2006
Materi
Keterangan
Tinjauan
DIKTI
PKMM-4-14-7
PKMM-4-14-8
PKMM-4-14-9
PKMM-4-15-1
PKMM-4-16-1
PKMM-4-17-1
PKMM-4-17-2
tinggi.Usaha terasi ini banyak dilakukan oleh masyarakat di desa Sirnoboyo yang
merupakan salah satu desa yang terletak di kawasan pesisir pantai Selatan
Kabupaten Pacitan.Di desa ini terdapat 31 rumah tanga yang memproduksi terasi
dalam jumlah besar sedangkan usaha rumah tangga produksi yang lain masih
sedang berkembang dan jumlah produksinya masih relative kecil. Kabupaten
Pacitan yang berada di pesisir pantai selatan tepatnya di ujung selatan paling barat
Propinsi Jawa Timur ini mempunyai potensi yang tinggi untuk menjadi tempat
suksesnya industri terasi,hal ini bisa dilihat dari dekatnya lokasi industri dengan
tempat bahan baku selain itu harga bahan baku yakni rebon juga relative murah.
Hingga saat ini, pemasaran terasi masih terbatas diperdagangkan secara
langsung di daerah lokasi dan sekitarnya.Penhusaha belum mampu mangakses ke
luar daerah karena terlalu mahal untuk menjangkau daerah lain dan terbatasnya
pemahaman tentang pemasaran dan pentingnya persatuan (asosiasi) untuk
pengembangan usaha kea rah yang lebih baik.Kondisi ini dimanfaatkan oleh
pengusaha dari luar kota yang mulai membeli dalam jumlah banyak untuk dijual
kembali.Tidak adanya organisasi yang terorganisisr menjadikan posisi daya tawar
pembeli dari luar menjadi tinggi.Hal ini jika dibiarkan terus menerus akan
merugikan para pengusaha terasi itu sendiri. Selain itu, pemerintah juga dirugikan
karena disinyalir produk ini telah sampai di kota lain diganti kemasan dengan
nama merk dan kota bukan Pacitan.
Minimnya jumlah pekerja yang mereka miliki juga mendukung kurang
lancarnya dalam pemasaran produk terasi.Dalam hal ini sangat diperlukan adanya
suatu asosiasi di antaar produsen terasi yang nantinya akan dapat dijadikan wadah
dalam pengelolaan usaha,sehingga akan dapat meningkatkan kinerja usahanya.
Adanya asosiasi akan lebih memudahkan dalam pendistribusian produk
terasi bahkan akan diperoleh harga jual produk yang lebih tinggi jika
dibandingkan apabila produk tersebut dijual secara perorangan maupun apabila
produk dibeli (dikuasai) oleh distributor dari daerah lain yang hanya membeli
(tidak terlibat dalam kegiatan produksi). Melalui asosiasi diharapkan akan
mempermudah produsen terasi dalam mendapatkan pinjaman/kredit dari
bank.Selain itu, dengan adanya asosiasi produsen terasi akan dapat membeli
bahan baku dengan harga yang relative lebih murah (dengan dikoordinir dalam
jumlah yang cukup besar) jika dibandingkan apabila mereka membeli secara
perorangan sehingga akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah
pedesaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut dan adanya dukungan dari t Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Pacitan,
maka kami bermaksud mengadakan pelatihan yang terfokus pada peran asosiasi
dan pengembangan desain asosiasi dengan pengelolaan yang tepat yang
diharapkan dapat menumbuhkan semangat masyarakat produsen terasi untuk
mengembangkan usahanya.Sehingga betul-betul akan mewujudkan suatu industri
baru yang maju walaupun berasal dari industri pedesaan yang sederhana,dimana
hal tersebut sebenarnya juga merupakan salah satu program yang akan dijalankan
oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten Pacitan yang hingga saat ini belum terealisasi.
Diharapkan jika program ini terealisasi akan dapat membantu
perkembangan perekonomian di Kabupaten Pacitan, khususnya untuk usaha terasi
PKMM-4-17-3
sekaligus dapat menjadi model pengembanngan jenis usaha rumah tangga lain
yang berada di Kabupaten Pacitan.
Adapun permasalahan-permasalahan yang akan dipecahkan dalam
kegiatan ini adalah :
a) Bagaimana meningkatkan kesadaran dan komitmen produsen terasi terhadap
pentingnya pembentukan asosiasi pengusaha terasi di Desa Sirnoboyo
Kabupaten Pacitan guna meningkatkan efisiensi/kemampuan produsen terasi
untuk ke akses pemasok, akses pemasaran (distribusi) dan ke akses sumber
dana melalui pelatihan?
b) Bagaimana desain model asosiasi pengusaha terasi yang tepat dan cocok untuk
produsen terasi di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan sebagai upaya untuk
meningkatkan kinerja usaha?
c) Bagaimana model sosialisasi desain-desain asosiasi yang sudah disepakati
bagi pengusaha terasi yang ada di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan?
Kegiatan ini dilaksanakan dengan berorientasi pada dua jenis tujuan yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan Umum dimaksudkan untuk membantu dalam mewujudkan asosiasi usaha
yang nantinya dapat dijadikan sebagai proyek percontohan bagi usaha sejenis.
Tujuan umum secara terperinci dapat dijabarkan sebagai berikut :
a) Membantu pemerintah dalam meningkatkan peran Sentra Industri Kecil
khususnya industri rumah tangga sebagai salah satu pelaku ekonomi di daerah
Kabupaten Pacitan.
b) Membantu meningkatkan pendapatan pengusaha dan masyarakat di sekitar
sentra usaha terasi.
c) Mengangkat nama daerah yaitu dengan mendayagunakan terasi sebagai salah
satu produk unggulan khas Pacitan.Hal tersebut akan didukung pula dengan
dikenalnya Pacitan sebagai Kota Pariwisata sehingga akan mendatangkan
daya tarik tersensiri bagi wisatawan.
Tujuan Khusus
a) Meningkatkan pengetahuan tentang arti pentingnya membentuk asosiasi
diantara produsen terasi yang nantinya dapat dijadikan sebagai suatu
perwakilan distribusi terasi (pemasaran),dan wadah yang akan memper mudah
pengusaha terasi ke akses bahan baku dan akses sumber dana.
b) Memberikan alternative usulan desain model asosiasi yang dapat diterapkan
sehingga usaha bisnisnya akan berkembang.
Pelaksanaan dari program imi nantinya diharapkan akan memberikan manfaat
bagi beberapa pihak,antara lain :
a) Bagi Tim Program Kreativitas Mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang pengembangan usaha dan
kewirausahaan,khususnya untuk jenis usaha terasi pada daerah terpencil dan
dapat dijadikan sebagai objek dalam penerapan ilmu,khususnya Pengantar
Ilmu Mnanajemen.
b) Bagi Kelompok Industri Kecil (sasaran utama kegiatan)
Adanya alternative desain model asosiasi yang tepat dan pengelolannya untuk
diterapkan oleh produsen terasi di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan yang
PKMM-4-17-4
METODE PENDEKATAN
Metode pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan
adalah berupa j survey, pelatihan, kunjungan lapangan (konsultasi)
Survey
Survey awal
Survey dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran serta
merupakan penjajakan kemungkinan dijalankannya kegiatan penyluhan
ini.Disamping itu,survey juga dijadikan sebagai indicator untuk mengetahui
sejauh mana pemahaman produsen terasi tentang artinya membangun asosiasi
dan perluasan jaringan pemasaran produk terasi.
Survey akhir
Dilakukan dengan mendatangi peserta yang hadir dalam penyuluhan untuk
mendapatkan gambaran apakah peserta penyuluhan telah menerapkan materi
yang akan disampaikan.
Evaluasi hasil survey
Evaluasi hasil survey dilakukan agar pelaksana program lebih siap dalam
pelaksanaan programnya sehingga masyarakat benar-benar memperoleh
informasi yang actual untuk mengembangkan usahanya pada waktu
mendatang.
Penyuluhan dan Pelatihan
Pelatihan
Para peserta diberi materi tentang pentingnya pembentukan asosiasi
pengusaha terasi di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan guna meningkatkan
efisiensi/kemampuan produsen terasi untuk ke akses pemasok, akses
pemasaran dan akses sumber dana serta model asosiasi pengusaha terasi yang
tepat dan cocok untuk produsen terasi di Desa Sirnoboyo Kabupaten Pacitan.
Dalam pelatihan ini peserta diberi penjelasan dan tuntunan tentang desain
model asosiasi yang cocok,bagaimana cara menyusun asosiasi diantara
mereka serta bagaimana cara pengelolaan/manajemennya yang tepat.
PKMM-4-17-5
Kunjungan Lapangan
Setelah pelatihan dilaksanakan kunjungan lapangan. Hal tersebut dimaksudkan
agar dapat lebih mendalami dan memahami kondisi usaha mereka yang
sebenarnya. Selain itu pada kesempatan ini juga dilakukan konsultasi atas
masalah-masalah yang dihadapi pengusaha.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang diperoleh setelah melakukan observasi di Desa Sirnoboyo
Kabupaten Pacitan, antara lain :
a) Usaha terasi mempunyai potensi yang luar biasa karena selain bahan
bakunya mudah didapat juga dinilai mempunyai nilai jual yang relative
tinggi. Hal ini terutama berhubungan dengan lokasi industri yang dekat
dengan lokasi bahan baku. Dari survey yang dilakukan juga dapat
diketahui bahwa industri ini mempunyai potensi untuk berkembang lebih
baik namun belum tersentuh oleh program pembinaan padahal industri ini
dapat memberikan sumbangan besar bagi pendapatan daerah.
b) Bahwa pengusaha measih mengalami kesilitan untuk memanfaatkan
asosiasi sebagai saranan untuk meningkatkan kinerja pemasaran. Dalam
kenyatannya.produsen terasi di desa Sirnoboyo masih memasarkan terasi
secara sederhana yakni secara perorangan dan belum terkoordinir.
Kalaupun ada asosiasi masih belum dapat dimanfaatkan dengan optimal
dengan peranan yang dirasa masih kurang berpengaruh bagi usaha itu
sendiri.
Terdapat kendala dalam pengembangan usaha menyangkut keterbatasan dana
dan sumber daya manusia. Hal ini menyangkut sulitnya para produsen terasi
dalam mendapatkan pinjaman dana karena belum adanya asosiasi atau wadah
produsen terasi yang dinilai bank layak untuk diberi pinjaman/kredit,mengingat
pinjaman akan lebih mudah jika melalui wadah yang terorganisisr.Selain
itu.kurangnya pekerja yang mereka miliki juga mendukung kurang lancarnya
dalam pemasaran produk terasi.
KESIMPULAN
Secara umum, kegiatan ini telah terlaksana dengan baik. Hal ini dapat
terlihat dari meningkatnya pengetahuan para produsen terasi tentang arti
pentingnya membentuk asosiasi, selain itu mereka juga telah memulai untuk
membentuk asosiasi yang dirasa cocok bagi usaha mereka. Disisi lain, dengan
adanya kegiatan ini telah membantu meningkatkan peran serta industri terasi
dalam perekonomian daerah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan dari program ini telah
tercapai meskipun berdasarkan hasil survey lanjutan diketahui bahwa masih
terdapat hambatan-hambatan kecil dalam pelaksanaan/ pengaplikasian materi
yang disampaikan dalam penyuluhan dan pelatihan.
PKMM-4-17-6
DAFTAR RUJUKAN
1. Firdaus, C.M. 1997. Kondisi Dan Kendali Daya Saing Industri Kecil,
RUT, Jakarta: LIPI.
2. Kotler, P. 2004. Marketing Management : Analysis, Planning,
Implementation and Control, Englewood Cliffs, NJ. : Prentice-Hall
International.
3. Pelham. A.M.2000.Market Orientation And Other Potential Influences
On Performance In Small and Medium-Sized Manufacturing
Firms,Journal Of Small Business Management,January, Pp. 49-66.
4. Raymond W&Y.Kao.2000. An Enterpreneurial With Approach to
Corporate Management,Singapore:.Simon&Schuter Company.
5. Sirat,A.H., 2002. Pengaruh Kemampuan Produksi, Kemampuan
Pemasaran, Karakteristik Bisnis Terhadap Produktivitas, Modal Kerja Dan
Kinerja Keuangan Pada Industri Kecil Manufaktur Di TDI Jawa Timur,
Disertasi.Surabaya:Universutas Airlangga.
PKMM-4-18-1
ABSTRAK
Fisika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan tidak menarik
sehingga kurang diminati oleh siswa. Hal ini karena pada mata pelajaran Fisika
banyak hal-hal yang susah dimengerti karena terlalu abstrak. Salah satu bagian
dari mata pelajaran Fisika yang sangat abstrak adalah materi gelombang.
Banyak peristiwa pada materi gelombang yang memerlukan penjelasan yang
panjang lebar sehingga menjadi membosankan bagi siswa. Guru sebagai
pengajar diharapkan mampu membuat suatu media pembelajaran yang dapat
menjelaskan teori-teori Fisika secara deskriptif dan menarik.Oleh karena itu
diperlukan media yang dapat menunjukkan sifat-sifat gelombang. Salah satu
materi gelombang yang sangat menarik, yang tidak diminati oleh siswa sekolah
menengah atas adalah mengenai Hukum Bragg. Salah satu alat yang dapat
digunakan menjelaskan Hukum Bragg dengan baik dan menarik adalah Alat
Peraga Lenturan Bragg. Dengan pembuatan alat peraga Lenturan Bragg yang
sederhana ini diharapkan, guru-guru yang ada di sekolah-sekolah yang kurang
mampu untuk membeli alat, dapat membuatnya sendiri. Dengan demikian siswa
dapat mengerti dan mengetahui sifat-sifat gelombang yang ada secara grafis dan
analitis dengan benar serta mengajak siswa untuk berpikir kritis dalam
menanggapi kejadian sehari-hari di sekitarnya. Telah dilakukan pelatihan dan
peragaan alat Lenturan Bragg tersebut pada tanggal 18 November 2005 di SMA
YPPI I Surabaya. Alat Lenturan Bragg ini dapat digunakan di kelas , di
laboratorium, (sebagai media untuk penanaman konsep gelombang) dan melatih
siswa dalam hal praktikal.
Kata kunci: gelombang, media, lenturan Bragg
PENDAHULUAN
Pelajaran fisika pada sekolah menengah, pokok bahasan gelombang bersifat
sangat abstrak. Dewasa ini guru dalam mengajarkan konsep gelombang
diharapkan menggunakan metode demonstrasi dengan tujuan agar konsep fisika
pada materi tersebut dapat dipahami oleh siswa dengan jelas. Salah satu media
yang dapat digunakan untuk penanaman konsep gelombang adalah alat peraga
yang disebut Lenturan Bragg. Lenturan Bragg dapat menjelaskan dengan baik
gejala gelombang secara grafis dan analitis terutama dalam menjelaskan materi
Hukum Bragg pada sekolah menengah atas.
Pada saat ini alat peraga Lenturan Bragg belum tersedia secara nyata di
laboratorium sekolah menengah atas. Selain karena belum terdistribusi secara
umum, disinyalir bahwa harganya pun cukup mahal sehingga banyak sekolah
menengah yang tidak dapat memilikinya. Di lain pihak, sesungguhnya alat peraga
PKMM-4-18-2
Lenturan Bragg dapat dibuat sendiri dengan biaya yang relatif murah dan hanya
membutuhkan perawatan yang sederhana.
Berdasarkan uraian di atas maka dipandang perlu untuk melakukan pengabdian
masyarakat yang intinya memberi pelatihan cara pembuatan alat peraga Lenturan
Bragg sederhana ke sekolah menengah atas.
Banyak sekolah menengah yang tidak mempunyai alat peraga yang dapat
menjelaskan Hukum Bragg dengan baik karena harganya yang tidak murah dan
belum terdistribusi secara umum. Masalah yang timbul adalah: apakah sekolah
dapat memanfaatkan pelatihan pembuatan Lenturan Bragg sederhana.
Program pengabdian ini bertujuan melatih guru sekolah menengah dalam
membuat alat peraga Lenturan Bragg dengan memanfaatkan sumber gelombang
mikro untuk digunakan sebagai alat peraga dalam menyampaikan materi dan
menjelaskan konsep gelombang kepada siswa.
Dapat digunakan sebagai alat praktikum di laboratorium maupun alat
peraga di kelas pada Sekolah Menengah Atas
METODE PENELITIAN
Sinar x adalah sebuah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang kira kira 1 Ao. Gelombang mikro merupakan sebuah gelombang
elektromagnetik pula dengan panjang gelombang 3,55 cm. Secara analog,
gelombang mikro dapat digunakan untuk mempelajari lenturan kisi tiga dimensi
sekaligus untuk mengetahui struktur atom kristal kubus sederhana. Sebagai
kristalnya harus dipakai logam dan jarak antara atom-atomnya harus seorde
dengan panjang gelombang dari gelombang mikro (1,2). Dalam percobaan ini
atom di ganti dengan gotri dan jarak antara gotri-gotri ini adalah 5 cm (3).
Sebuah kristal yang sederhana terdiri dari susunan periodik gotri-gotrinya
dan digolongkan menurut susunan geometrisnya. Dalam bagian ini hanya dibahas
mengenai lenturan gelombang mikro pada struktur kristal kubus sederhana, yang
terdiri dari kubus-kubus kecil dan pada setiap sudutnya diletakkan gotri-gotrinya.
Kubus-kubus kecil ini disebut unit sel (Gambar 1 )(1,2,4,5).Jika gelombang mikro
sejajar dijatuhkan pada gotri-gotri yang terletak pada deretan permukaan dalam
kubus sederhana maka setiap gotri pada bidang pertama tersebut akan menjadi
sebuah sumber radiasi hamburan gelombang mikro yang baru (6,7,8).
PKMM-4-18-3
Gambar 2. Konstruksi beda jalan gelombang mikro yang dihamburkan bidang pertama.
PKMM-4-18-4
Pada keadaan khusus, jika = , maka persamaan (1) akan sama dengan
nol, dan persamaan (2) menjadi(1,2,4,5,6,7,8,9) :
2d sin = n .............................................................................................(3)
Dimana:
n adalah 1,2.
d adalah jarak antara bidang-bidang gotri
adalah sudut srempetan, yaitu sudut antara berkas gelombang mikro yang datang
dengan permukaan bidang gotri
Ketika = , keadaan ini sama seperti syarat pemantulan cahaya. Karena hal
inilah maka Hamburan Bragg sering disebut pula dengan Pemantulan Bragg
yang merupakan suatu kesalahan sebut (1,6). Bidang-bidang gotri dalam kristal
kubus sederhana yang memantulkan berkas gelombang mikro disebut bidangbidang Bragg. Syarat yang harus dipenuhi bagi interferensi konstruktif dari
hamburan gelombang mikro dari bidang-bidang Bragg adalah :
Sudut berkas gelombang mikro yang datang terhadap bidang-bidang gotri
a.
harus sama dengan berkas gelombang mikro yang dipantulkan
( = ).
Pantulan dari beberapa bidang-bidang Bragg harus bertemu sefase dan
b.
memenuhi persamaan (3)
Sebuah bidang kisi (gotri) yang memotong sumbu-sumbu kristal pada jarakjarak satuan dinamakan bidang referensi. Seandainya sebuah bidang kisi
memotong sumbu-sumbu kristal pada jarak a, b, dan c, maka perbandingan
potongan-potongan sumbu-sumbu itu dengan potongan-potongan sumbu oleh
bidang referensi yang sesuai merupakan perbandingan :
(a/a) : (b/b) : (c/c) = h : k : l ...... ...................................(4)
PKMM-4-18-5
Gambar 4
Bilangan-bilangan bulat terkecil h, k, dan l disebut indeks Miller. Potonganpotongan sumbu yang dibuat oleh suatu bidang kisi a, b, dan c dinamakan
parameter-parameter bidang tersebut. Jadi parameter bidang referensi adalah a, b,
dan c. Sebagai contoh, sebuah bidang kisi memotong ketiga sumbu kristal pada
1,2 dan 3 satuan. Indeks dari bidang ini adalah 1/1, 1/2, dan 1/3, bila penyebut
disamakan dengan kelipatan terkecil, yaitu 6, didapatkan (632) yang merupakan
indeks Millernya(1,2,3,4,5).
Pada gambar 4 adalah gambar kristal Orthorhombis yang akan digunakan
untuk mencari jarak antara bidan-bidang pemantul Bragg (d). Titik A, B, dan C
adalah titik potong kristal Orthorhombis dengan ketiga salib sumbu x, y, dan z.
Jarak OA = a/h, OB = b/k, dan OC = c/l, sedangkan ON adalah panjang normal
dari titik O ke bidang kristal Orthorhombis, yang sama dengan d. Bila a, b, dan
c adalah sudut-sudut antara ON dengan sumbu x, y dan z, maka cos a = ON /OA,
cos b = ON/OB dan cos c = ON/OC. Dari rumus :
cos2 a + cos2 b + cos2 c = 1
Maka :
2
d d d
+
+
=1
a/h b/k c/l
atau :
d=
(h
/ a2 + k 2 / b2 + l 2 / c2
1
2
....................................(5)
Jika kristal othorhomis itu diganti dengan kubus, maka parameter bidang
referensinya adalah sama, yaitu a = b = c
Sehingga :
a2
2
d = 2
(h + k 2 + l 2 ) ......................................................(6)
Jumlah kuadrat indeks Miller selalu bulat(1,2,4,5). Umumnya jarak-jarak
satuan pada sumbu-sumbu kristal merupakan jarak-jarak terpendek antara gotrigotri yang terdekat dalam kristal itu. Jika sinar x yang jatuh pada kristal sodium,
maka pola lenturannya seperti pada gambar 5 di bawah ini (1,5):
PKMM-4-18-6
PKMM-4-18-7
kedudukan detektor D tiap 5 derajat, bila tidak diukur secara teliti jarak
antara lensa plankonveks L2 dengan detektor D. Untuk mengatasi hal ini
sebaiknya dibuatkan jalan lintasan detektor D.
b. Kedudukan kristal kubus sederhana terhadap lensa plankonveks L1
maupun L2 cukup dekat, sehingga mengurangi gangguan yang disebabkan
oleh pantulan meja percobaan maupun medan magnet / listrik disekitarnya.
LENTURAN BRAGG
TUJUAN
1. Memahami Hukum Difraksi Bragg
2. Menentukan Sudut difraksi Bragg untuk struktur kubus sederhana
3. Menggambarkan grafik hubungan antara sudut difraksi Bragg ( ) dengan
Arus ( I )
TEORI
Sinar x adalah sebuah gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang kira kira 1 Ao. Gelombang mikro merupakan sebuah gelombang
elektromagnetik pula dengan panjang gelombang 3,55 cm. Secara analog,
PKMM-4-18-8
gelombang mikro dapat digunakan untuk mempelajari lenturan kisi tiga dimensi
sekaligus untuk mengetahui struktur atom kristal kubus sederhana.
Gelombang mikro sejajar datang pada gotri-gotri yang terletak pada
deretan permukaan dalam kubus sederhana. Bila hamburan gelombang mikro dari
bidang gotri yang berbeda maka keluarnya akan sejajar sehingga terjadi
interferensi maksimum.
Gambar. 1
PKMM-4-18-9
Gambar. 2
No
I (A)
1. Alat peraga Lenturan Bragg dibuat sedemikian rupa dengan model yang
unik dan praktis, dapat dibawa dengan mudah karena didesign dengan
sistem bongkar pasang. Oleh karena itu alat peraga Lenturan Bragg dapat
PKMM-4-18-10
digunakan pula di kelas. Maka dari itu alat peraga ini mempunyai arti
ganda, yaitu :
a. sebagai alat praktikum di Laboratorium
b. sebagai alat peraga di kelas.
Dengan demikian alat peraga Lenturan Bragg ini sudah cukup sempurna
untuk media belajar pembelajaran di kelas sekaligus sebagai alat
praktikum di laboratorium.
2. Berdasarkan pelatihan pembuatan alat dan praktek langsung yang
dilakukan oleh siswa maupun guru di SMA YPPI I Surabaya, ternyata alat
peraga Lenturan Bragg ini dapat memudahkan siswa dalam memahami
teori gelombang khususnya Hukum Bragg.
DAFTAR PUSTAKA
Enge,H.A, Wehr, M.R, Richards, J.A 1978, Introduction to Atomic Physics.
Reading Massachuachsetts: Addison-Wesley Publishing. Company
Beiser, A., 1992, Konsep Fisika Modern (terjemahan The houw Liong) Edisi ke-4,
Jakarta:Penerbit Erlangga.
Oemar, Hamalik Drs., 1982 . Media Pendidikan. Bandung: Penerbit Alumni.
Krane, S. Kenneth., 1992. FISIKA MODERN, terjemahan Hans J. Wospakrik,
Jakarta: penerbit Universitas Indonesia.
Kittel, Charles. 1996. Introduction to Solid State Physics. Singapore: John Wiley
& Sons Inc.
Young, D. Hugh dan Roger A. Freedman., 2004. University Physics with Modern
Physics, 11th Edition London: Addison Wesley.
Thomson, T. William. 1995. Teori Getaran Dengan Penerapan, alih bahasa Dra.
Lea Prasetio M.Sc, Jakarta: Penerbit Erlangga.
Tipler, A. Paul., 2001. FISIKA UNTUK SAINS DAN TEKNIK Jilid 2, alih
bahasa Dr. Bambang Soegijono, edisi ketiga, Jakarta: penerbit Erlangga.
Surya Yohanes, P. Ananta, FISIKA 3B, edisi ketiga, Klaten: penerbit PT. Intan
Pariwara.
PKMM-5-1-1
PKMM-5-1-2
Airnya yang jernih dan bebatuan yang besar-besar merupakan daya tarik
yang dapat dijual untuk meningkatkan pendapatan daerah dan warga sekitar.
Selain sebagai sarana wisata tamasya, aliran sungai bah Bolon juga dapat
dijadikan saerah wisata perkemahan. Hal ini dapat dilihat dari letaknya strategis
yang dekat dari ibukota kotamadya tebing tinggi. Sehingga dapat diperkirakan
akan banyak siswa yang tertarik untuk datang berkemah di aliran sungai Bah
Bolon.
Selain airnya yang jernih dan satwa liarnya yang bebas, sungai bah Bolon
juga memiliki hutan yang masih asri di sekitarnya. Hutan tersebut memang tidak
begitu luas, namun hutan tersebut dapat menambah keasrian aliran sungai bah
Bolon yang berkontribusi sangat besar dalam memberikan udara yang segar (fresh
air) dan kesejukan dari terik matahari.
Aliran sungai Bah Bolon yang merupakan sumber daya alam yang dapat
digunakan sebagai mata pencaharian bagi warga yang berada di sekitar aliran
sungai tersebut. Aliran sungai tersebut dan sumber daya yang terkandung di
dalamnya belum dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat sekitar aliran sungai
Bah Bolon. Oleh karena itu diperlukan sebuah penanganan yang lebih serius
dalam pemanfaatan aliran sungai Bah Bolon guna menunjang pendapatan warga
sekitar dan pendapatan daerah sebagai distribusi kas daerah yang dapat digunakan
untuk membangun daerah. Hal ini dapat dilakukan dengan mengelola objek
wisata pemandian aliran sungai Bah Bolon atau wisata perkemahan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa aliran sungi bah Bolon
merupakan tempat yang sangat potensial untuk dijadikan daerah wisata. Oleh
karena itu permasalahan yang dihadapi dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bagimana mengelola atau mendirikan/ membangun objek wisata di daerah
aliran sungai bah Bolon sehingga menambah mata pencaharian warga dan
menambah pendapatan Pemda dalam era otonomi daerah?
Program ini bertujuan untuk mengembangkan daerah wisata di aliran sungai
Bah Bolon yang terletak di Kec. Dolok Merawan Kab. Serdang Bedagai. Secara
khusus Program Kreativitas Mahasiswa ini bertujuan untuk Memanfaatkan
kekayaan (sumber daya) alam yang terdapat di aliran sungai bah Bolon,
Mendorong warga sekitar untuk berperan aktif dalam mengelola objek wisata
dengan sebaik-baiknya.Terciptanya lingkungan yang baik dan terawat karena
penjagaan cagar alam oleh warga sekitar, Terbukanya lapangan kerja dalam
bidang pariwisata, Bertambahnya pendapatan bagi daerah terutama bagi warga
sekitar daerah aliran sungai bah Bolon.
Luaran yang diharapkan dari program kreativitas mahasiswa ini adalah
dimanfaatkannya aliran sungai Bah Bolon sebagai daerah tujuan wisata di
Kecamatan Dolok Merawan, Serdang Bedagai. dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat dan daerah sekitar dalam era otonomi daerah.
Kegunaan dari program kreativitas mahasiswa ini adalah sebagai berikut (1)
Dengan memperoleh pengetahuan tentang pemanfaatan sumber daya alam, aliran
sungai Bah Bolon dapat dimanfaatkan dalam menambah penghasilan warga
sekitar. (2) Dengan memperoleh pengetahuan tentang pengelolaan daerah aliran
sungai menjadi objek tujuan wisata, warga dapat memiliki penghasilan tambahan.
(3) Dengan menerapkan pengetahuan tentang pengelolaan daerah tujuan wisata
yang baik, diharapkan dapat menambah pendapatan daerah yang berkontribusi
dalam pembangunan daerah. (4) Dengan memperoleh pengetahuan manfaat
PKMM-5-1-3
sumber daya alam warga sekitar aliran sungai bah Bolon akan menjaga kelestarian
hutan dari kerusakan yang dapat merugikan. (5) Dengan pemberian pengetahuan
tentang pemanfaatan sumber daya alam bagi warga sekitar, dapat menjadikan
warga semakin kreatif dalam membuat sesuatu yang menggunakan sumber daya
alam sebagai mata pencaharian. (6) Dengan dimanfaatkannya sumber daya alam
sebagai objek wisata, diharapkan dapat menarik tenaga kerja yang masih
menganggur untuk mengelola usaha bidang wisata. (7) Dengan dimanfaatkannya
aliran sungai Bah Bolon ini sebagai objek wisata, akan menjadikan daerah ini
dikenal oleh pengunjung lokal, nasional bahkan diusahakan dikenal oleh
pengunjung manca negara. (8) Dengan dikembangkannya ilmu dan teknologi
tentang pemanfaatan sumber daya alam diharapkan ilmu tersebut berkembang di
masyarakat sehingga berguna bagi masyarakat. Dan dengan dikembangkannya
Sungai Bah Bolon sebagai tempat wisata, maka dapat pula dengan sendirinya
mengembangkan usaha-usaha di bidang angkutan wisata, biro perjalanan,
perhotelan, kerajinan dan sebagainya.
Program Krativitas Mahasiswa ini termasuk usaha untuk memperkenalkan
tempat pariwisata yaitu sungai Bah Bolon. Daerah ini memiliki potensi sungai
yang sangat baik. Sungai berasal dari pegunungan tersebut selain airnya yang
bersih dan jernih juga memiliki varietas ikan air tawar yang cukup banyak.
Terutama jenis ikan yang hidup di air deras. dengan potensi yang cukup besar
dalam bidang pariwisata tersebut maka perlu dikembangkan ke sebuah bentuk
wisata yang nantinya menjadikan daerah sungai Bah Bolon ini menjadi terkenal
dan dikunjungi oleh banyak orang. Selama ini masyarakat pariwisata yang
memanfaatkan aliran sungai bahbolon hanya mendapat keuntungan dari menjual
makanan pada pengunjung. Dan tidak satupun sumber daya manusia yang
menguasai hal-hal tentang kepariwisataan.
Dengan dibukanya areal aliran sungai bah bolon sebagai lokasi wisata maka hal
ini tentu saja memberikan dampak positif bagi masyarakat seperti, menjadikan
sektor lain semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pariwisata ini,
memberikan peluang bagi masyarakat sekitar untuk membuka usaha di tempat
pariwisata tersebut baik usaha berjualan, dagang, hiburan, pelayanan jasa, dan
sebagainya dan pemeliharaan lingkungan semakin meningkat karena sebenarnya
pembinaan dan pemeliharaan lingkungan beriringan dengan perkembangan
pariwisata yang justru merupakan syarat mutlak yang saling membantu.
Bagaimana cara mengelola tempat pariwisata dan sumber daya manusianya
sehinga mampu menciptakan kepariwisataan yang handal. Salah satu faktor yang
menyebabkan tempat pariwisata banyak dikunjungi oleh pengunjung adalah
karena keindahan alam tempat pariwisata tersebut. Selain itu disebabkan juga
karena ciri khas kebudayaan daerah tersebut, dan juga kerajinan tangan para
penduduk yang bagus-bagus.
Pengelolaan pariwisata dilakukan dengan cara : (1) berusaha sejauh
mungkin untuk memelihara kebudayaan serta tata lingkungan yang indah. (2)
mengarahkan perbaikan-perbaikan terutama pada Upgrading dan rehabilitasi
berdasarkan skala perioritas yang telah ditentukan baik dari objek-objek wisata
maupun prasarana dan sarana yang menunjang sektor kepariwisatan di daerah
tertentu. (3) menyelenggarakan suatu pemasaran kepariwisataan (promosi) yang
terkoordinasi dan sistematis serta terarah secara terus-menerus. (4) mengadakan
bimbingan, pembinaan serta pengawasan pengadaan tenaga kerja yang terdidik
PKMM-5-1-4
PKMM-5-1-5
Wisata yang cocok untuk dikembangkan dan dikelola di tempat ini adalah
arena/ lokasi perkemahan. Karena syarat utama dari perkemahan adalah daerah
yang memiliki sungai dan hutan. Daerah ini memiliki keduanya dan kelebihan
aliran sungai yang jernih dan bersih. Camping ground yang dibentuk nantinya
akan mengakomodir pendatang dari sekitar daerah aliran sungai Bah Bolon ini.
Selain faktor alam yang baik, faktor kedekatan dari daerah ramai juga
sangat baik untuk dimanfaatkan sebagai arena refreshing remaja. Camping yang
syarat akan remaja ini, merupakan potensi yang sangat baik untuk dikembangkan.
Selain karena camping dapat membantu mental remaja dalam menghadapi
masalah juga dapat memberikan relaksasi terhadap kepenatan / stress yang selama
ini dialami baik secara langsung dan tidak langsung.
Di Serdang Bedagai bisa dikatakan belum ada daerah yang dijadikan
andalan sebagai tempat berkemah. Oleh sebab itu hal ini merupakan peluang yang
sangat baik untuk digunakan oleh masyarakat sekitar untuk melakukan
pembenahan di semua sisi. Dan dengan Program Kreativitas Mahasiswa ini,
diberikan sebuah bantuan solusi berupa iklan/ promosi di media elektronik dan
cetak.
Berdasarkan uraian di atas, ditawarkan pemecahan masalah dengan
malakukan pemanfaatan aliran sungai Bah Bolon sebagai daerah objek wisata
sehingga pendapatan masyarakat sekitar sungai meningkat sehingga mampu
mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut: (1) memberikan penjelasan tentang manfaat pengelolaan aliran
sungai Bah Bolon sebagai objek pariwisata, upaya meningkatkan pendapatan
masyarkat sekitar khususnya masyarakat penjual, perajin dan pemberi jasa,
memberikan gambaran ke depan tentang bagaimana mengembangkan dan
melestarikan aliran sungai Bah Bolon sebagai salah satu objek wisata. (2)
merencanakan promosi dan publikasi Sungai Bah Bolon sebagai objek wisata
yang tidak kalah indah dan menarik dari objek wisata lainnya. (3) merancang alat
publikasi dan cara mempromosikan Bah Bolon. (4) mengadakan penyuluhan
kepada masyarakat sekitar tentang cara melestarikan objek wisata. Meskipun
sebenarnya tidak mendapatkan bantuan dana dari pemerintah. (5) membuat Plank
Merk, Penunjuk arah dan spanduk di gerbang pintu masuk daerah wisata sungai
Bah Bolon. (6) melakukan pemantauan apakan pada hari-hari libur, pengunjung
sungai Bah Bolon bertambah banyak. Dan melakukan promosi ulang jika
dirasakan promosi pertama kurang berhasil.
Lokasi kegiatan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah di
Kabupaten Serdang Bedagai, tempat sungai Bah Bolon mengalir dengan
jernihnya. Yaitu di Kec. Dolok Merawan dan Kec. Sipispis (dua kecamatan ini
dipisah oleh aliran sungai Bah Bolon) tepatnya di desa Buluh Duri. Pada awalnya
mitra yang akan dipilih adalah masyarakat sekitar sungai Bah Bolon, terutama
masyarakat penjual dan perajin. Namun setelah dilakukan survey tidak banyak
masyarakat yang memiliki keterampilan untuk membuat cindera mata khas daerah
tersebut. Maka mitra yang dipilih adalah seorang yang dapat bertanggung jawab
dalam mengawasi lokasi camping ground.
Kegiatan PKM ini direncanakan selama 6 bulan. Namun karena alasan
teknis PKM ini dipercepat menjadi berlangsung selama 5 (lima) bulan yaitu dari
bulan Pebruari 2006 sampai dengan Juni 2007.Secara umum tahapan pembuatan
PKMM-5-1-6
PKMM-5-1-7
PKMM-5-1-8
trend pengunjung ini adalah iklan yang dibuat radio dan stiker juga plang
penunjuk arah. Kebanyakan pengunjung yang datang merasa penasaran akan
camping ground yang dibuat.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari kegiatan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa camping
ground sangat cocok untuk dikembangkan di daerah ini. Karena syarat-syarat
yang diperlukan untuk menjadikan camping ground terdapat di aliran sungai Bah
Bolon ini. Hal ini dapat dilihat seperti adanya sungai yang tidak tercemar untuk
sumber air minum dan memasak, adanya pepohonan sebagai pelindung terhadap
terik matahari dan adanya lokasi untuk mendirikan tenda.
Dan untuk mendapatkan perhatian calon pengunjung diperlukan promosi
yang baik dan efisien. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan imajinasi
dengan kreativitas sehingga dihasilkan sebuah karya dalam bentuk iklan yang
menarik dan tidak membosankan. Untuk pengembangan promosi ini diperlukan
pengalaman dan waktu yang cukup lama. Tetapi jika promosi yang dilakukan
telah dilaksanakan dengan baik maka akan didapat hasil berupa pengunjung
camping ground yang banyak/ ramai.
Dan untuk pengembangan areal ini menjadi areal Ancol camping ground
membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu diperlukan seorang investor
yang mau menanamkan modalnya untuk pengembangan areal camping ground ini.
Dari kegiatan ini tim menyarankan agar warga sekitar dapat menjaga
kelestarian lingkungan aliran sungai Bah Bolon agar tidak tercemar. Sehingga
airnya dapat digunakan oleh pengunjung dalam memenuhi kebutuhan akan air
pada saat berkemah/ camping di Ancol Camping Ground ini. Dan kepada
pemerintah daerah agar konsisten untuk melanjutkan prakarsa yang telah
ditempuh oleh tim PKM. Hal ini dapat dilakukan dengan mencari investor yang
bersedia untuk menanamkan modalnya di bisnis pariwisata ini. Tentu saja dengan
diberikan kemudahan perizinan dan pelayanan.
Dan tim PKM pemanfaatan aliran sungai bahbolon bersedia jika dijadikan mitra
dalam pengembangan objek wisata ini. Karena Tim merasa memiliki kemampuan
dan ide-ide kreatif dalam pengembangan objek wisata ini nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwipriyanti, B. Prihatin. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian. PT. Gramedia: Jakarta.
I Gst. Ketut Gede Arsama, Dkk. Si Luh Swarsi (Ed) 1996. Kesadaran Budaya
Tentang Tata Ruang. Depdikbud: Jakarta.
Koendjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Anthropologi. Rineka Cipta: Jakarta.
Ross, Glenn F. 1998. Psikologi Pariwisata. Yayasan Obor Indonesia: Jakarta.
Spillane, James J. 1990. Ekonomi Pariwisata (Sejarah dan Prospeknya).
Kanisius: Yogyakarta.
PKMM-5-2-1
PENDAHULUAN
Otonomi daerah yang sudah bergulir sejak Januari 2001 akan terus
berproses menuju kemantapan dan kemapanan yang diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tentunya dalam hal ini memerlukan
keberadaan SDM yang mampu untuk mengali, mengolah dan memanfaatkan SDA
yang ada di lingkungannya. SDA yang kaya raya itu tidak akan berarti tanpa di
dukung manusia yang berkemampuan dan berkemauan. Hal ini berarti bahwa
apabila kita menginginkan pelaksanaan otonomi daerah bermakna, maka salah
satu kunci utama adalah peningkatan kualitas SDM yakni melalui pendidikan.
Bertitik tolak dari peningkatan SDM melalui pendidikan, maka kita sangat
menyadari betapa pentingnya pendidikan untuk wanita. Hal ini bukan karena
adanya istilah kesetaraan gender, namun karena kesadaran akan pentingnya peran
wanita dalam keluarganya.
PKMM-5-2-2
PKMM-5-2-3
segar nata de coco yang sangat disukai oleh banyak orang dan bernilai ekonomi
yang cukup tinggi.
Dari fenomena-fenomena diatas, maka penulis merasa perlu untuk
melakukan usaha-usaha pembelajaran pada wanita melalui berbagai program,
salah satu diantaranya adalah program pembinaan peranan wanita sebagai
pendidik dan pendamping suami dalam membantu menambah pendapatan
keluarganya di daerah Tanjung Merawa Padang.
Bertitik tolak dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut : bagaimanakah pembinaan peranan wanita
sebagai pendidik dalam keluarga di daerah Tanjung Merawa Padang,
bagaimanakah pembinaan peranan wanita sebagai pendamping suami dalam
membantu menambah pendapatan keluarganya di daerah Tanjung Merawa Padang
dan keterampilan apakah yang dapat diberikan pada wanita di daerah Tanjung
Merawa Padang untuk dapat membantu suaminya dalam hal ekonomi.
Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat ini
bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada wanita tentang
peranannya sebagai pendidik bagi anaknya dan sebagai pendamping suami dalam
keluarga. serta memberikan suatu keterampilan tambahan yang bersifat fungsional
yakni pengolahan air kelapa menjadi minuman segar nata de coco yang dapat
membantu menambah penghasilan suaminya dalam keluarga.
Dari program kegiatan ini, diharapkan memberikan manfaat bagi wanita
sebagai peserta program PKMM ini yakni memiliki pemahaman dan pengetahuan
yang baik akan peranannya sebagai pendidik bagi anaknya dan sebagai
pendamping suami di dalam keluarga, serta keterampilan tambahan dalam
mengolah air kelapa menjadi minuman segar nata de coco yang dapat diperoleh
dari potensi alam yang dimiliki di lingkungan sekitarnya.
METODE PENDEKATAN
Metode yang digunakan dalam kegiatan PKMM ini disesuaikan dengan
tahap-tahap kegiatan. Untuk tahap pengumpulan data maka metode yang
digunakan adalah metode survey. Suhartono (2004) mengatakan bahwa metode
survey dilakukan untuk memperoleh data yang ada pada saat penelitian dilakukan.
Data dikumpulkan melalui beberapa teknik yaitu teknik observasi atau
pengamatan dan teknik wawancara. Observasi dilakukan lebih kurang tiga minggu
yakni mulai dari minggu kedua sampai minggu ke empat bulan Maret 2006 yang
bertempat di daerah Tanjung Merawa Padang.
Bahan dan alat yang digunakan dalam melakukan observasi dan
wawancara diantaranya adalah pedoman umum observasi dan pedoman umum
wawancara yang berisi tentang kosep-konsep yang diamati dan diwawancarai.
Selain itu tim pelaksana juga mengunakan alat dokumentasi berupa kamera untuk
memperoleh gambar wilayah tempat kegiatan PKMM dilakukan.
Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul baik melalui
observasi atau pengamatan maupun wawancara. Adapun langkah-langkah yang
dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut : (1) mengumpulan
semua data yang diperoleh; (2) mengklasifikasikan atau mengelompokkan datadata; (3) menganalisis hasil data yang diperoleh, baik melalui observasi maupun
wawancara.; (4) membuat kesimpulan
PKMM-5-2-4
PKMM-5-2-5
PKMM-5-2-6
PKMM-5-2-7
wiraswasta dan keterampilan pengolahan air kelapa menjadi minuman segar nata
de coco.
Identifikasi yang dilakukan selanjutnya adalah mencari narasumber atau
orang yang akan memberikan pembinaan, yang dalam istilah pendidikan luar
sekolah disebut sumber belajar. Menurut Syamsu Mappa (1994) sumber belajar
adalah seseorang yang memiliki pkb, (p = pengetahuan, pengalaman dan
pengertian, k = keterampilan dan kemahiran, dan b = budi pekerti, budi bahasa
dan budi akal). Jadi, sumber belajar adalah segala apa yang bisa mendatangkan
manfaat atau mendukung dan menunjang individu untuk berubah ke arah yang
lebih positif, dinamis atau menuju perkembangan. Dengan peran sumber belajar,
memungkinkan individu berubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan dari tidak trampil menjadi trampil.
Di dalam pelaksanan kegiatan pembinaan yang dilakukan tim pelaksana
diantaranya adalah melakukan temu ramah dengan tokoh masyarakat khususnya
dari kalangan wanita. Kegiatan ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 30 April
2006 yang bertempat di Mesjid Baitul Makmur. Di sini tim pelaksana
menjelaskan secara panjang lebar tentang program yang akan dilaksanakan di
daerah tersebut, siapa yang menjadi sasaran, tujuan program dan sampai
pengrekrutan peserta serta penetapan jadwal kegiatan yaitu setiap hari Minggu di
bulan Mei 2006 dan setiap pukul 14.00 wib. Hasil yang diperoleh dari pertemuan
tersebut diantaranya adalah (1) masyarakat telah jelas tentang gambaran program
yang akan dilaksanakan, (2) pengrekrutan sasaran atau peserta yakni wanita yang
telah beruah tangga dan memiliki anak, (3) penetapan hari, waktu dan tempat
belajar berdasarkan kesepakatan calon peserta dengan tim pelaksana PKMM
yakni setiap hari minggu, pukul 14.00 wib sampai selesai, dan bertempat di
Mesjid Baitul Makmur Malvinas.
Setelah kegiatan temu ramah, maka untuk minggu selanjutnya
dilakukanlah pembinaan-pembinaan kepada wanita sebagai sasaran dari program
ini. Untuk pertemuan pertama dilakukan pada hari minggu tanggal 07 Mei 2006
pukul 14.00 17.00 wib. Pada kesempatan ini diberi materi pembinan tentang
peranan wanita sebagai pendidik dan pendamping suami di lihat dari segi agama
yang disampaikan oleh narasumber yang bernama Dra. Miswati Ibrahim. Isi dari
materi ini secara garis besar lebih mengarah kepada bagaimana wanita membina
keluarganya menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah (dalam arti
keluarga yang bahagia lahir bathin) yang tentunya disini dilihat dari perannya
sebagai pendidik dan sebagai pendamping suami dalam keluarga.
Kemudian dilanjutkan dengan materi pembinaan tentang peranan wanita
sebagai pendidik dan pendamping suami dilihat dari segi pendidikan secara umum
oleh Dra. Setiawati, M.Si. Isi materi ini lebih mengarah tentang bagaimana wanita
yang berperan sebagai pendidik memberikan pendidikan sejak dini kepada anakanaknya, bagaimana orang tua mengetahui tugas dan perkembangan anak. Selain
itu wanita juga diberi materi pembinaan tentang perannya sebagai pendamping
suami yang turut membantu dalam memenuhi atau mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya.
Untuk minggu selanjutnya yaitu 14 Mei 2006 diberikan materi
keterampilan pengolahan air kelapa menjadi minuman segar nata de coco oleh
Zahratul Azizah dan Hidayati. Dalam hal ini digunakanlah metode demonstrasi
atau peragaan bagaimana cara pengolahan air kelapa tersebut dan metode tanya
PKMM-5-2-8
PKMM-5-2-9
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, R. 1992. Perencanaan Mengajar. Jakarta : Depdikbud Dikti
Mappa, Syamsu. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Depdikbud
Sihombing, Umberto. 2001. Pendidikan Luar Sekolah : Masalah, Tantangan dan
Peluang. Jakarta : Wirakarsa
Soehartono, Irawan. 2004. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Soelaiman, M.I. 1994. Pendidikan dalam Keluarga. Bandung : Alfabeta
Sudjana, HD. 1993. Strategi Pembelajaran dalam Pendidikan Luar Sekolah.
Bandung : Nusantra Pers
PKMM-5-3-1
ABSTRAK
Kerang hijau merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki potensi
yang besar, karena kerang hijau murah harganya, diminati orang, mudah dalam
pembudidayaannya serta kandungan gizinya cukup baik. Keberadaan kerang
sebagai makanan yang lezat telah lama dikenal, salah satu area
pembudidayaannya adalah Kecamatan Cilincing Kotamadya Jakarta Utara yang
telah menjadi sentra industri pengolahan kerang. Bersamaan dengan hal itu,
perkembangan industri lain yang berkembang di Jakarta Utara ternyata juga
memberikan dampak negatif, dengan adanya pabrik-pabrik dan industri besar
yang tidak memiliki instalasi pengolahan limbah dan dialirkan ke sungai yang
bermuara ke teluk Jakarta Utara. Hal tersebut mengakibatkan area
pembudidayaan kerang hijau tercemar limbah diantaranya logam berat terutama
Hg, Cd, dan Pb yang dapat terakumulasi didalam tubuh kerang hijau karena sifat
kerang hijau filter feeder. Keberadaan karapas udang yang diketahui
mengandung konstituen utama khitin yang dapat digunakan sebagai media
pereduksi logam berat yang terkandung pada kerang hijau, sehingga hal ini
diharapkan mampu menjadi solusi terhadap masalah yang dihadapi para
pengelola kerang hijau di Cilincing, Jakarta Utara. Kegiatan pengabdian
masyarakat ini dilaksanakan di daerah pembudidayaan kerang hijau, kecamatan
Cilincing Jakarta Utara pada bulan Juni hingga November 2005. Berbagai
kegiatan yang dilaksanakan diantaranya pengamatan langsung ke industri dan
tempat budidaya kerang hijau di daerah Cilincing Jakarta Utara, pemanfaatan
khitosan pada proses penjernihan air, aplikasi khitosan di daerah industri kerang
hijau Cilincing Jakarta Utara, pemanfaatan teknik depurasi. Dan kegiatan PKM
Pengabdian Masyarakat yang dilakukan telah memberikan pemahaman tentang
pentingnya teknik depurasi dengan penambahan zat pengabsorbsi yaitu khitosan
untuk membersihkan kerang hijau dari logam berat sebelum dipasarkan dan
dikonsumsi masyarakat.
Kata kunci: kerang hijau, limbah, Hg, khitosan, depurasi
PENDAHULUAN
Di Indonesia, keberadaan kerang hijau sebagai sumber makanan masyarakat
memiliki potensi tinggi. Hal ini dikarenakan kerang hijau murah harganya,
diminati orang, mudah dalam pembudidayaannya serta kandungan gizinya cukup
baik. Dan salah satu wilayah yang telah berkembang menjadi sentra industri
pengolahan kerang adalah Cilincing. Saat ini budidaya kerang hijau menjadi
primadona masyarakat Kali Baru. Darja mengatakan, pendapatan dari usaha
PKMM-5-3-2
kerang hijau bisa mencapai 122 ton per bulan. Menurut Ilham (53 tahun), peternak
kerang hijau di Kamal Muara, Jakarta Utara, ternak kerang mulai diperkenalkan
kepada nelayan di pesisir utara Jakarta sekitar tahun 1987.
Masyarakat Cilincing mendapatkan penghasilan dengan membudidayakan
kerang hijau di perairan sekitar Cilincing, karena kerang hijau memiliki ketahanan
yang tinggi. Namun dibalik kelezatan kerang hijau tersebut mengandung bahaya
yang cukup potensial, yaitu adanya kandungan logam berat terutama Hg, Cd, dan
Pb yang terakumulasi didalam tubuh kerang hijau. Logam berat tersebut berasal
dari industri-industri yang ada di wilayah Jabotabek (Hutabarat 2003).
Secara umum teknologi pengolahan kerang hijau yang ada di Cilincing
sangat sederhana, yaitu dengan melakukan proses penanganan berupa teknik
pembersihan dan pencucian. Teknik ini juga dilakukan dengan cara tradisional,
yaitu dengan melibatkan banyak tenaga kerja, sedangkan untuk pengunaan
berbagai mesin pengolah modern masih belum banyak dilakukan. Melihat
permasalahan tersebut perlu adanya suatu upaya yang dapat memecahkannya,
terutama menurunkan kandungan logam berat yang terdapat pada kerang hijau.
Berbagai upaya telah dilakukan, seperti penataan wilayah Teluk Jakarta misalnya.
Selain perkembangan kota yang demikian pesat, pengembangan perikanan
di Cilincing juga cenderung meningkat. Hal ini terlihat dari adanya pabrik
pengolahan udang PT Centra Pertiwi Bahari (PT S & D Food) yang berdiri sejak
tahun 2003. Keberadaan industri ini juga memberikan dampak negatif pada
kehidupan masyarakat disekitarnya. Selain makin meningkatnya tenaga kerja yang
ada, usaha pengolahan udang juga memberikan limbah kepala udang yang cukup
besar. Suptijah et al. (1992) menyatakan bahwa limbah udang dikategorikan
menjadi tiga jenis berdasarkan jenis pengolahannya, yaitu : kepala udang, kulit
udang, dan campuran keduanya.
Meningkatnya jumlah limbah udang selama ini belum termanfaatkan secara
optimal. Limbah kulit udang mengandung konstituen utama yang terdiri dari
protein, kalsium karbonat, khitin, pigmen, abu, dan lain-lain (Anonim 1994).
Melalui reaksi pengikatan (chelating), khitosan ini mampu menarik atau
menyerap limbah beracun dari logam berat seperti Merkuri, Plumbum, dan logam
berat lainnya. Hal ini dimungkinkan antara lain dengan adanya gugus CH2OH dan
NHCOCH3 yang merupakan tangan (gugus) yang dapat mengikat racun logam
berat tersebut (Hirano 1986). Khitosan mudah mengalami degradasi secara
biologis, tidak beracun, tidak larut dalam air, asam anorganik encer, dan asamasam organic tetapi larut dalam larutan dimetil asetamida dan lithium klorida.
Mengingat besarnya manfaat dari senyawa khitosan serta tersedianya bahan
baku yang banyak dan mudah didapatkan maka perlu pengkajian dan
pengembangan dari limbah ini sebagai bahan penyerap terhadap logam-logam
berat diperairan.
METODE PENDEKATAN
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai November 2005 di
Industri Pengolahan kerang hijau Cilincing, Jakarta utara dan Laboratorium
Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
PKMM-5-3-3
PKMM-5-3-4
Bulan
Juli
Agustus
Sept
Oktober
Nov
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
1. Persiapan survei ke
Cilincing
2. Survei industri kerang hijau
Cilincing
3. Pembuatan Khitosan dari
kulit udang
4. Penerapan khitosan pada
kerang hijau
5. Sosialisasi mengenai teknik
depurasi 1
6. Sosialisasi mengenai
khitosan
7. Sosialisasi mengenai
teknik depurasi dan
pemanfaatan khitosan
8. Rekomendasi kepada pihak
terkait
9. Pembuatan laporan akhir
PKMM-5-3-5
Pemberangkatan kapal
Proses pemanenan
Dijual langsung
Pendaratan di lapak
Proses pemisahan
Penjualan
Penempatan di palka
Proses pengumpulan
Proses sortasi
Pengupasan
Perebusan
PKMM-5-3-6
PKMM-5-3-7
KESIMPULAN
Kerang hijau merupakan salah satu sumber protein dan keberadaannya
sangat melimpah terutama di sekitar Teluk Jakarta. Berdasarkan hasil penelitian,
daerah teluk Jakarta telah mengalami pencemaran, khususnya pencemaran logam
berat. Kerang hijau mempunyai kemampuan yang lebih besar dalam
mengakumulasi logam berat. Unsur logam berat dalam jumlah yang berlebihan
dapat bersifat racun dalam tubuh manusia. Maka jika mengkonsumsi kerang hijau
yang tercemar logam berat dapat menjadi toksik dalam tubuh. Karenanya sebelum
dikonsumsi perlu dilakukan pembersihan logam berat dari tubuh kerang hijau.
Kegiatan PKM Pengabdian Masyarakat yang dilakukan telah memberikan
pemahaman tentang pentingnya teknik depurasi dengan penambahan zat
pengabsorbsi yaitu khitosan untuk membersihkan kerang hijau dari logam berat
sebelum dipasarkan dan dikonsumsi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1994. Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Hasil Perairan Seri I.
Jakarta: . Dirjen Perikanan.
Hirano S. 1986. Chitin and Chitosan. Ulmanns Encyclopedia of Industrial
Chemistry. Republicka of Germany. 5th . ed. A 6: 231 232
Hutabarat B. 2003. Kepulauan Seribu sebagai Kawasan Wisata. Kompas 10
Maret 2003
Suptijah P, Salamah E, Sumaryanto H, Purwaningsih S, Santoso J. 1992.
Pengaruh Berbagai Metode Isolasi Khitin Kulit Udang Terhadap Mutunya.
[Laporan Penelitian]. Bogor: . Jurusan Pengolahan Hasil Perikanan.
Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor.
PKMM-5-4-1
ABSTRAK
Sebagian besar siswa SMA masih sulit memahami model atom Rutherford yang
didasarkan pada eksperimen Ernest Rutherford pada tahun 1911. Hal ini
dikarenakan siswa tidak melakukan eksperimen secara langsung. Oleh karena itu
diperlukan alat peraga yang dapat membantu mengatasi kesulitan siswa tersebut
yaitu dengan Prototipe Percobaan Rutherford. Prototipe Percobaan Rutherford
merupakan hasil utama pada pelaksanaan Program kreativitas ini. Prototipe ini
berukuran panjang 120 cm, lebar 80 cm dan tinggi 28 cm. Setelah pembuatan
Prototype Percobaan Rutherford selesai dilakukan, maka tim pelaksana
melakukan uji coba di beberapa SMA di kota Semarang dan kota Kendal Jawa
Tengah. Berdasarkan hail uji coba ternyata Prototipe percobaan Rutherford
dapat memberikan pemahaman siswa pada model atom Rutherford, hal ini
dibuktikan hasil belajar siswa yaitu 70% siswa mendapat nilai di atas 65.
Prototipe percobaan Rutherford juga memberikan kemudahan bagi guru dalam
menjelaskan model atom rutherford, hal ini dibuktikan 100% guru yang menjadi
responden tidak mengalami kesulitan apapun dalam menggunakan Prototipe
Percobaan Rutherford ini.
Kata Kunci: Prototipe, Model Atom, Pembelajaran, Hasil Belajar.
PENDAHULUAN
Selama ini ada suatu kesan pada sebagian besar siswa SMA terhadap
pelajaran kimia pada materi pokok struktur atom, khususnya tentang model atom
Rutherford yang merupakan materi pokok yang sangat sulit dan menjemukan.
Hal ini dikarenakan antara lain: masih sulitnya sebagian besar siswa SMA berpikir
atom yang bersifat abstrak, masih sedikitnya media pembelajaran tentang struktur
atom yang dipakai selama ini, metode penyampaian materi oleh pendidik (guru)
yang monoton dan kurang menarik serta tidak dikaitkan dengan kemajuan
teknologi yang ada atau tidak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari membuat
siswa bosan dan jemu, Belum optimalnya keterlibatan siswa dalam proses belajar
mengajar atau masih sedikitnya penciptaan pengalaman belajar (learning
experience) dalam pembelajaran materi pokok struktur atom. Hal ini berakibat
rendahnya nilai mata pelajaran kimia materi pokok struktur atom pada sebagian
siswa. Padahal materi pelajaran tentang atom khususnya tentang model atom
Rutherford merupakan pijakan atau dasar bagi siswa untuk mempelajari tentang
struktur atom, spektrum, konfigurasi elektron, dan lain-lain.
PKMM-5-4-2
PKMM-5-4-3
Pada model atom Rutherfrod, atom tersusun dari inti yang bermuatan positif
dikelilingi oleh elektron-elektron yang bermuatan negatif. Massa atom terpusat
pada inti dan sebagian besar volume atom merupakan ruang hampa. Sebagian
besar siswa SMA masih sulit memahami eksperimen tersebut hingga diperoleh
model atom Rutherford seperti pada gambar 2. Berdasarkan survey yang telah
kami lakukan di beberapa SMA di kota Semarang ternyata hanya 10 % siswa yang
mampu memahami model atom Rutherford yang juga berarti lebih dari 70 %
siswa masih mengalami kesulitan dalam memahami model atom Rutherford. Hal
ini terlihat dari hasil survey yaitu lebih dari 70 % siswa mendapat nilai di bawah
tujuh. Survey yang kami lakukan yaitu dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai model atom Rutherford. Menurut Depdiknas (2003) konsep
materi mengenai model atom Rutherford merupakan bagian dari materi pokok
struktur atom kelas X SMA.
Apabila keadaan ini tidak segera diatasi dikhawatirkan konsep dasar
mengenai atom yang merupakan materi dasar ilmu kimia tidak dikuasai dengan
matang oleh siswa sehingga berdampak sulitnya siswa mengikuti pelajaran kimia
selanjutnya misalnya konfigurasi elektron, struktur atom, radioaktivitas, dan lainlain. Dampak yang lebih parah adalah menurunnya minat belajar terhadap mata
pelajaran kimia sehingga hasil belajar menjadi rendah.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar siswa dapat memahami konsep
model atom Rutherford adalah dengan menggunakan alat peraga pada saat proses
pembelajaran di kelas, salah satunya menggunakan Prototipe Percobaan
Rutherford. Prototipe Percobaan Rutherford merupakan alat peraga pembelajaran
kimia khususnya mengenai materi model atom Rutherford. Sejauh pengetahuan
penulis Prototipe Percobaan Rutherford belum pernah ada di tempat manapun.
Pembelajaran dengan menggunakan Prototipe Percobaan Rutherford diharapkan
dapat mengatasi kesulitan siswa mengenai model atom Rutherford, meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran karena keterlibatan emosi siswa
sangat besar (learning experience) sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar. Selain itu dengan Prototipe Percobaan Rutherford siswa
diajak mempraktikkan percobaan yang merupakan dasar penetapan model atom
Rutherford dan menyimpulkan hasil percobaan secara mandiri di bawah arahan
guru. Dengan demikian alat peraga ini sangat bermanfaat baik bagi guru maupun
siswa.
Permasalahan yang dihadapi yaitu bagaimana cara pembuatan Prototipe
Percobaan Rutherford sebagai media pembelajaran ilmu kimia pada materi pokok
struktur atom dan bagaimana pengaruh penggunaan Prototipe Percobaan
Rutherford terhadapa pemahaman siswa SMA di Semarang dan Kendal Jawa
Tengah mengenai materi pokok struktur atom.
Tujuan dari program kreativitas mahasiswa ini yaitu melatih guru dan siswa
dalam pembuatan Prototipe Percobaan Rutheford yang sebelumnya telah
dilakukan oleh pelaksana. Kegiatan ini dapat bermanfaat dalam menambah media
pembelajaran kimia di SMA agar siswa lebih tertarik dalam mempelajari kimia
yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
PKMM-5-4-4
METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan program kreativitas
mahasiswa ini aatara lain :
1. Teknik trial and error
metode ini pelaksana gunakan pada pelaksanaan pembuatan prototipe
percobaan rutherford sehingga dihasilkan prototipe percobaan rutherford yang
benar-benar pelaksana harapkan. Pelaksana menggunakan teknik trial and
error karena prototype percobaan rutherford ini adalah prototipe pertama yang
pelaksana buat dan sejauh pengetahuan pelakasana, prototipe ini belum pernah
ada di tempat lain.
2. Metode diskusi informasi dan ceramah bermakna
metode diskusi informasi dan ceramah bermakna pelaksana gunakan pada saat
pelaksanaan uji coba prototipe percobaan rutherford di SMA. metode ini
sanagt tepat karena dapat meningkatkan keaktifan siswa sehingga suasana
belajar mengajar berlangsung menarik.
3. Pendekatan SETS
pendekatan SETS pelaksana gunakan pada uji coba prototipe percobaan
rutherford di SMA. Melalui pendekatan SETS diharapkan memiliki pemikiran
yang utuh mengenai unsur-unsur SETS yaitu Science, Environment,
Technology dan Society serta dapat mengaitkan antara ilmu pengetahuan yang
dipelajari dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.
HASIL PROGRAM
Hasil utama Program Kreativitas Mahasiswa ini adalah satu unit Prototipe
Percobaan Rutherford dengan ukuran panjang 120 cm, lebar 80 cm, dan tinggi 28
cm yang dapat dilihat pada gambar 3.
PKMM-5-4-5
Sekolah
SMA 1 Kendal
Jumlah Guru
2 orang
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SMA 2 Kendal
SMA 1 Semarang
SMA 5 Semarang
SMA 9 Semarang
SMA Teuku Umar Semarang
SMA IT Hidayatullah Semarang
Jumlah
2 orang
2 orang
1 orang
2 orang
1 orang
1 orang
11 orang
Kelas
XA
XB
XC
XD
XE
XF
XG
XC
XB
XA
XA
XC
XA
Jumlah Siswa
40 siswa
40 siswa
39 siswa
39 siswa
40 siswa
35 siswa
40 siswa
40 siswa
40 siswa
40 siswa
40 siswa
35 siswa
40 siswa
508 siswa
PKMM-5-4-6
Ganbar 5.
Pada tahap ujicoba ini dilakukan penyebaran angket terhadap peserta ujicoba
(siswa) untuk mengetahui tingkat penerimaan siswa mengenai prototype
Percobaan Rutherford. Hasil dari angket tersebut dapat dilihat pada tabel 2, 3, 4
dan 5.
Tabel 2. Tingkat kesulitan siswa dalam memahami model atom Rutherford.
Jawaban
Tidak sulit
Sulit
Sulit sekali
Jumlah
Jumlah siswa
86
365
57
508
% responden
16.9 %
71.9 %
11.2 %
100%
Tabel 4.
Jumlah siswa
24
409
75
508
% responden
4.7 %
80.5 %
15.8 %
100%
Jawaban
Tidak paham
Paham
Paham sekali
Jumlah
Jumlah siswa
203
202
103
508
% responden
30 %
39.8 %
20.2 %
100%
PKMM-5-4-7
Tabel 5.
Jawaban
Tidak kesulitan
Kesulitan
Kesulitan sekali
Jumlah
Jumlah siswa
508
0
0
508
% responden
100 %
0%
0%
100%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa sangat tertarik dan
merasa senang pada proses pembelajaran dengan menggunakan Prototipe
Percobaan Rutherford sebagai alat peraganya. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya
persentase responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju tentang media
yang digunakan pada pembelajaran yang telah dilakukan. adapun hasil dari
ketuntasan belajar siswa mngenai materi atom Rutherford dapat dilihat pada
grafik 1.
30 %
nilai < 65
70 %
nilai > 65
PKMM-5-4-8
PKMM-5-4-9
PKMM-5-4-10
Gambar 6.
PKMM-5-5-1
PKMM-5-5-2
PKMM-5-5-3
PKMM-5-5-4
PKMM-5-5-5
Pretest
Sedih dengan tidak ada
teman-temannya
Menangis
Posttest
Merasa bangga
bangga
PKMM-5-5-6
dan izin dari pemerintah jika ingin melakukan perubahan dalam kegiatan belajar
mengajar. Berikut kutipan hasil diskusi bersama orangtua dan guru.
Setuju bahwa anak-anak tidak dapat mengikuti kurikulum yang sama
(dengan anak normal). Taraf materi sangat berat. Total communication belum
digunakan di sekolah ini, mohon diperjuangkan.. Bapak Sukardal-notulensi
diskusi
...Sekolah tidak boleh membuat kurikulum sendiri. Kekurangan fasilitas
dan alat peraga sehingga sulit mengembangkan kemampuan anak-anak. Bapak
Tri Surata-notulensi diskusi
Hasil diskusi mengarah pada diperlukannya suatu kurikulum yang lebih
sesuai untuk siswa tunarungu. Selain itu guru juga mengharapkan adanya
keleluasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar serta kemudahan
memperoleh fasilitas yang lebih memadai untuk pendidikan remaja tunarungu.
Komunikasi total juga mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan, yaitu suatu
bentuk komunikasi yang menggabungkan bahasa isyarat dan bahasa lisan. Remaja
tunarungu dapat memahami materi dengan lebih mudah jika menggunakan bahasa
isyarat. Hal ini tampak dari hasil posttest yang menunjukkan pemahaman terhadap
materi yang disampaikan, seperti bangga pada diri sendiri atau yakin bahwa
dirinya bisa sukses.
Hal lain yang ditemukan dalam program The Power of The Deaf adalah
hambatan bahasa tulisan remaja tunarungu. Menurut Fuhrman (dalam
Widyastuti,1995), perkembangan bahasa tunarungu memang mengalami
hambatan. Susunan kalimat peserta terbalik-balik dan kosakatanya sangat sedikit.
Contoh tulisannya adalah sebagai berikut.
Senang, kalau berani sendiri, besok tapi harus bekerja semangat kuat
tetapi bapak ibu sungguh beritahu aku sungguh bekerja dapat untung. Syenapretest.
Tulisan tersebut merupakan jawaban pertanyaan posttest yang disajikan
dalam
bentuk
melengkapi
kalimat
Sebagai
tunarungu
aku
merasa ............................. Terdapat kesalahan tata bahasa dan tata kalimat dalam
tulisan tersebut seperti penggunaan kata sambung tapi dan peletakan kata
sungguh yang berulang-ulang. Dalam kalimat tersebut juga tidak memberi
informasi yang jelas bagi pembaca, khususnya pembaca mendengar, karena tidak
sesuai kaidah tata bahasa Indonesia, dimana terdapat struktur kalimat seperti
subjek, predikat, objek, dan sebagainya. Hambatan bahasa tulisan ini dapat
menjadi perhatian bagi perancang program selanjutnya mengingat kemampuan
berbahasa merupakan kemampuan yang sangat penting untuk mempelajari
kemampuan lainnya.
KESIMPULAN
Program The Power of The Deaf telah membantu remaja tunarungu untuk
memiliki pandangan yang positif terhadap dirinya dengan melihat adanya potensi
dan cita-cita dalam diri remaja tunarungu. Peserta program memang menunjukkan
adanya perubahan konsep diri ke arah yang positif. Akan tetapi perubahan ini baru
berada pada taraf kognitif. Untuk mengimplementasikan dalam perilaku,
PKMM-5-5-7
PKMM-5-6-1
PKMM-5-6-2
disimpulkan bahwa budidaya tanaman akar wangi adalah salah satu langkah
yang tepat sebagai upaya konservasi tanah longsor di kecamatan Gedangsari
Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta.
Kata Kunci : Tanaman Akar Wangi, Konservasi Tanah longsor, Gedangsari
PENDAHULUAN
Latar belakang dalam pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini
adalah sering terjadinya bencana tanah longsor (landslide) di Indonesia dengan
membawa kerugian baik secara materiil, moril, dan seringkali disertai banyak
korban jiwa. Kecamatan Gedangsari, yang terletak di Kabupaten Gunungkidul
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah yang rawan terjadinya
bencana tanah longsor.
Menurut data statistik hasil penelitian yang dilakukan tim Pusat Kajian
Hutan Rakyat (PKHR), Kecamatan Gedangsari pada tahun 1998 terjadi bencana
longsor 15 kali, 1999 terjadi 7 kali, 2000 sebanyak 20 kali, 2002 terjadi longsor
16 kali, dan tahun 2003 terjadi 11 kali. Sedangkan untuk tahun 2006 ini juga
sudah beberapa kali terjadi seperti yang dialami oleh 2 warga Desa Tegalrejo. Dua
rumah penduduk milik Sunardi (48) warga Dusun Trembono dan rumah milik
Anggono (40) warga Hargosari, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari ambruk
karena tertimbun longsoran tanah dan batu, Rabu (1/3). Tidak ada korban jiwa,
namun kerugian ditaksir mencapai Rp 7 Juta. Menurut Ketua RT 02/10 Dusun
Trembono Triyono dan Dukuh Trembono Wantoro ketika ditemui KR Kamis
(2/3) disela-sela gotong royong memperbaiki rumah Sunardi yang terkena tanah
longsor, mengatakan bahwa sejak beberapa hari terakhir ini hujan deras terus
mengguyur wilayah ini. Penduduk sudah mengkhawatirkan akan terjadi tanah
longsor, karena beberapa rumah penduduk berada di daerah rawan. (Kedaulatan
Rakyat. 3 Maret 2006)
Secara administratif Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul,
Propinsi DIY ini terbagi menjadi 7 desa yaitu Ngalang, Hargomulyo, Mertelu,
Tegalrejo, Watugajah, Sampang, dan Serut. Secara morfologi daerah ini
merupakan perbukitan yang berlereng cukup curam. Batuan yang menyusun
daerah ini terdiri atas batu pasir tufaan, batu lempung, dan breksi volkanik.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Kajian Hutan Rakyat
(PKHR) yang dipaparkan oleh Wahyu Wilopo dalam seminar Komuniti
Forestry: Alternatif Yang Menjanjikan Masa Depan Pengelolaan Hutan
Indonesia. yang digelar oleh Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada,
batuan tersebut telah mengalami struktur geologi yang cukup kompleks seperti
retakan maupun kekar dan juga ditemui adanya pergeseran batuan. Selain itu
curah hujan merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya longsoran di daerah
ini.
Dari data statistik tahun 1995-2005 menunjukkan curah hujan lebih dari
250 mm/bulan dijumpai pada bulan Januari, Februari, Maret, dan Desember,
sehingga pada bulan-bulan ini rawan terhadap terjadinya tanah longsor.
Berdasarkan atas pemetaan zona kerentanan, gerakan tanah di daerah ini yang
dilakukan awal 2005 menunjukkan daerah Gedangsari dapat dibedakan menjadi 4
zona kerentanan gerakan tanah. Antara lain zona kerentanan rendah, sedang,
tinggi, dan zona kerentanan sangat tinggi.
PKMM-5-6-3
PKMM-5-6-4
Pembibitan
Tanaman Akar
Wangi
Sosialisasi/Penyuluhan
- Potensi Akar Wangi
- Pola Pembibitan
- Pola Penanaman
Penanaman
Tanaman Akar Wangi
Evaluasi Program
Gambar.1. Skema pelaksanaan Program
PKMM-5-6-5
PKMM-5-6-6
PKMM-5-6-7
PKMM-5-6-8
PKMM-5-6-9
PKMM-5-6-10
PKMM-5-6-11
PKMP-5-7-1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan air bersih melalui proses penjernihan
air kali Jagir menjadi air yang layak untuk dikonsumsi dengan harga yang
terjangkau bagi warga stren kali Jagir. Mengingat kebutuhan yang meningkat
dan sangat sulit untuk diperoleh terutama di daerah-daerah yang padat
penduduknya, kami berusaha mencari alternative untuk mengatasi masalah
tersebut. Pengadaan air bersih bagi warga kota saat ini berasal dari suplai
PDAM, untuk memperolehnya masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tidak
sedikit. Untuk mengatasi krisis air bersih bagi warga stren kali Jagir, kami
berupaya untuk memanfaatkan air sungai menjadi air yang layak untuk
dikonsumsi dengan biaya yang terjangkau. Air sungai yang masih mengandung
limbah akan mengalami suatu proses penjernihan sehingga akan dihasilkan air
bersih. Proses penjernihan ini menggunakan bahan alami berupa biji kelor,
selain itu juga digunakan karbon aktif. Alasan digunakannya biji kelor sebagai
bahan penjernih karena biji kelor mudah didapat, ekonomis, sebagai koagulan
yang efektif, anti bakteri dan pengolahannya tidak rumit. Terdapat proses
absorpsi dalam cara kerja bahan. Absorpsi merupakan suatu proses dimana
suatu partikel terperangkap kedalam struktur suatu media dan seolah-olah
menjadi bagian dari keseluruhan media tersebut. Proses ini dijumpai terutama
dalam media karbon aktif. Karbon aktif memiliki ruang pori sangat banyak
dengan ukuran tertentu. Pori pori ini dapat menangkap partikel-partikel yang
sangat halus (molekul) dan menjebak didalamnya. Dengan berjalannya waktu,
pori-pori ini pada akhirnya akan jenuh dengan partikel-partikel sangat halus
sehingga tidak akan berfungsi lagi. Secara umum karbon/arang aktif biasanya
dibuat dari arang tempurung dengan pemanasan pada pada tekanan tinggi. Pada
kondisi ini akan terbentuk rekahan-rekahan (rongga) sangat halus dengan jumlah
yang sangat banyah sehingga luas permukaan arang tersebut menjadi besar. Satu
gram karbon aktif sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat
halus. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut, baik dari air maupun di udara. Dalam waktu 60 jam
biasanya karbon aktif tersebut menjadi jenuh dan tidak aktif lagi oleh karena itu
biasarrya arang aktif dikemas dalam kemasan yang kedap udara. Kendala yang
dihadapi adalah bagaimana mendapatkan biji kelor secara berkesinambungan.
Selain itu air dari penjernihan ini tidak dapat bertahan lama dan harus segera
digunakan. Karena biji kelor bersifat organik
Kata kunci: biji kelor, karbon akn'f, absorbsi.
PKMP-5-7-2
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber utama kehidupan manusia, untuk itu kebutuhan akan
air bersih sangat penting. Air bersih di daerah perkotaan sangat sulit diperoleh,
terutama di daerah-daerah yang padat penduduknya. Hal ini disebabkan air yang
tersedia sudah tercemar oleh limbah pabrik maupun limbah rumah tangga.
Pengadaan air bersih bagi warga kota saat ini berasal dari suplai PDAM, untuk
memperolehnya masyarakat harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Air
bersih hanya dapat dinikmati oleh sebagian warga saja, sedangkan bagi penduduk
yang menempati stren kali, memperoleh air bersih merupakan hal yang sulit. Hal
ini disebabkan tingkat ekonomi mereka yang masih rendah.Warga stren kali Jagir
biasanya memanfaatkan sungai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Untuk mengatasi krisis air bersih bagi warga stren kali Jagir, kami berupaya
untuk memanfaatkan air sungai menjadi air yang layak untuk dikonsumsi, tentu
saja dengan biaya yang terjangkau. Air sungai yang masih mengandung limbah
akan mengalami suatu proses penjernihan sehingga akan dihasilkan air yang
bersih. Proses penjernihan ini menggunakan bahan alami berupa biji kelor, selain
itu juga digunakan karbon aktif. Biji kelor digunakan sebagai penjernih karena
mudah didapat, ekonomis, sebagai koagulan yang efektif, anti bakteri dan
pengolahannya tidak rumit.
Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhakan
puluhan liter air bersih per hari untuk minum, mencuci, memasak dan kebutuhan
lainnya. Dalam sebulan akan dibutuhkan beribu-ribu air bersih untuk keperluan
tersebut. Untuk wilayah kota besar seperti Surabaya, pada musim kemarau curah
hujan sangat sedikit sehingga sulit sekali untuk mendapatkan air bersih. Pada
musim kemarau sungai menjadi kering, aliran sungai besar menjadi kecil dengan
air yang keruh, mengakibatkan timbulnya penyakit yang menuntut banyak koban.
Masalah kebutuhan air bersih ini dapat ditanggulangi dengan memanfaatakan
sumber air lain ( Asril 1981 ).
Tanaman kelor memiliki nama latin Moringa oleifera, berasal dari Sudan.
Tanaman ini dapat tumbuh di daerah tripis. Strukturnya kecil, mudah tumbuh,
tinggi pohonnya 5-12 meter, diameter daunnya 1-2 cm, bunganya berwarna putih
atau krem, dalam satu tahun Moringa oleifera dapat memproduksi 50-70 kg biji,
bila lingkungannya sesuai. Dengan system penyaringan sederhana, ditambah
dengan bahan pengendap air sungai dapat diolah sehingga layak digunakan
dengan cara yang ramah lingkungan. Biji kelor berperan sebagai pengendap atau
koagulan dan berhasiat pula sebagai anti bakteri ( Soetjipto 1998 ).
Proses penjernihan air dengan biji kelor ini tidak rumit, bias meliputi fisik (
pengadukan dan penyaringan ) dan biologis ( penggumpalan atau proses
pengendapan ), bahkan juga proses penyerapan. Dari segi biaya, pengolahan cair
dengan bioflokulan berupa larutan biji kelor jelas ekonomis dan efisien, lebih
ramah lingkungan dan aman dibandingkan pemakaian bahan kimia ( Republika,20
April 2006 )
Keuntungan menggunakan biji kelor antara lain :
a.
Murah dan metodenya mudah untuk negara berkembang ( khususnya
pada tingkat
rumah tangga )
b.
Efisiensi biji kelor tidak bergantung pada pH air
c.
Prosesnya tidak mengubuh air
PKMP-5-7-3
d.
PKMP-5-7-4
Tujuan Program
Tujuan dari program Pengadaan Air Bersih Warga Stren Kali Jagir dengan
Pemanfaatan Biji Kelor dan Karbon Aktif, adalah :
1.
Untuk menyediakan air bersih di stren Kali Jagir.
2.
Untuk mengetahui keefektifan biji kelor dan karbon aktif dalam proses
penjernihan air sungai stren Kali jagir.
3.
Untuk mengetahui nilai ekonomi penggunaan biji kelor dan karbon aktif
dalam proses penjernihan air.
4.
Untuk mengetahui cara merawat alat penjernih air dengan menggunakan biji
kelor dan karbon aktif.
Luaran yang Diharapkan
Luaran yang diharapkan dari program Pengadaan Air Bersih Warga Stren
Kali Jagir dengan Pemanfaatan Biji Kelor dan Karbon Aktif, adalah penyajian
teknologi tepat guna melalui pemanfaatan biji kelor dan karbon aktif.
Kegunaan Program
Kegunaan dari program Pengadaan Air Bersih Warga Stren Kali Jagir
dengan Pemanfaatan Biji Kelor dan Karbon Aktif, adalah masyarakat dapat
memanfaatkan dan merawat alat penjernih sesuai dengan kebutuhan.
METODE PENELITIAN
1.
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Pelaksanaan Program Kreativitas Mahasiswa di bidang Pengabdian
Masyarakat ( PKMM ) dengan judul Pengadaan Air Bersih Warga Stren
Kali Jagir dengan Pemanfaatan Biji Kelor dan Karbon Aktif ini dilaksanakan
mulai bulan Desember 2005 hingga Maret 2006. Tempat pelaksanaan
program ini adalah di stren kali Jagir, Wonokromo, Kotamadya Surabaya,
Jawa Timur.
2.
Tahapan Pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan program ini dimulai dari bulan Desember sampai
Maret 2005, secara lengkap terdapat pada tabel 4.
3.
Mekanisme Pelaksanaan Program
Mekanisme pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Melakukan studi literatur meliputi :
2.
Pengumpulan data.
3.
Analisa bahan
a.
Uji Biological Oxigen Demand ( BOD )
b.
Analisa Kekeruhan ( Turbiditas )
Jar Tes
Turbidimetri
Mekanisme pelaksanaan program secara lengkap pada lampiran 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kali Jagir berada di daerah Wonokromo yang bermuara pada Pantai
Kenjeran. Kali Jagir ini juga merupakan sumber air PDAM. Di sepanjang stren
PKMP-5-7-5
kali tersebut terdapat warga ekonomi menengah ke bawah. Air stren Kali Jagir
mempunyai tingkat pencemaran sedang dimana airnya berwarna kuning
kecoklatan.Pencemaran ini disebabkan oleh :
1.
Limbah rumah tangga
Yaitu berasal dari warga stren Kali Jagir yang sebagian besar berprofesi
sebagai pedagang.
2.
Limbah industri
Yaitu limbah yang berasal dari industri-industri yang mengalirkan buangan /
limbahnya di sepanjang aliran Kali Jagir.
Proses penjernihan air dengan biji kelor ini tidak rumit, bias meliputi fisik (
pengadukan dan penyaringan ) dan biologis ( penggumpalan atau proses
pengendapan ), bahkan juga proses penyerapan. Dari segi biaya, pengolahan cair
dengan bioflokulan berupa larutan biji kelor jelas ekonomis dan efisien, lebih
ramah lingkungan dan aman dibandingkan pemakaian bahan kimia ( Soetjipto
1981 )
Biji kelor dapat digunakan sebagai koagulan alami ( primer ) dalam sistem
penjernihan air. Biji kelor mengandung sejumlah protein yang mempunyai muatan
positif ketika serbuk biji kelor ditambahkan dalam air maka protein akan
menghasilkan muatan yang berprilaku seperti magnet dan mengikat partikelparikel bermuatan ( seperti bakteri, clay, silk, dan partikel beracun dalam air).
Floks ini mudah untuk disingkirkan dengan filtrasi. Material yang dapat
dijernihkan tidak hanya pada turbiditas tinggi tetapi juga air dengan turbiditas
sedang dan rendah. Tingkat turbiditas mempengaruhi waktu flokulasi. Serbuk biji
kelor mampu membersihkan 90 persen dari total bakteri E.Coli dalam seliter air
sungai dalam waktu 20 menit. Biji kelor bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bioflokulan (koagulan) sewaktu mengolah limbah cair pabrik tekstil. Hasilnya
terjadi degradasi warna hingga 98 persen, prnurunan BOD 62 persen, dan
kandungan lumpur 70 ml per liter. Di Surabaya sulit mendapatkan biji kelor
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama dalam pelaksanaan program.
Biji kelor dibuat larutan dengan cara menghaluskan 5 gram biji kelor tanpa
kulit dalam 100 mL air. Untuk menentukan dosis larutan biji kelor maka
digunakan jar test, dosis koagulan ini diperlukan untuk menghasilkan tingkat
removal kekeruhan yang optimal yang biasa disebut sebagai dosis optimal.
Konsentrasi kekeruhan yang berbeda dalam air baku akan menghasilkan dosis
optimal yang berbeda pula. Berdasarkan pada hal inilah, maka pada pelaksanaan
jar test dilakukan pada konsentrasi kekeruhan yang berbeda.
Pada percobaan ini dibuat dosis yang berbeda yaitu dalam masing-masing
sampel ditambah larutan biji kelor masing-masing 0,5 mL ; 0,4 ml, 0,3 ml dan
PKMP-5-7-6
0,2 ml. Kemudian diaduk dengan menggunakan jar test. Pengadukan dilakukan
dengan kecepatan berbeda-beda, yaitu untuk pengadukan cepat dilakukan selama
1 menit dengan kecepatan 100 rpm, pengadukan lambat dilakukan 15 menit
dengan kecepatan 40 rpm. Setelah itu dilakukan proses sedimentasi yaitu larutan
didiamkan selama 1 jam. Dalam proses ini serbuk biji berperan sebagai koagulan
yang efektif. Bisa begitu karena adanya zat aktif 4-alfa- 4 rhamnosyloxy- benzylisothiocyanate yang terkandung dalam biji kelor. Zat aktif itu berfungsi
mengabsorbsi sekaligus menetralkan tegangan permukaan dari partikel-partikel air
limbah.
Kemudian masing-masing larutan diukur kekeruhannya dengan
turbidimeter. Berdasarkan data percobaan dapat dilihat bahwa turbiditas air
sampel berkurang dengan penambahan larutan biji kelor. Dari data tersebut dapat
diketahui bahwa dosis yang tepat untuk 500 ml sampel adalah 0,4 ml larutan biji
kelor dalam 500 ml air sampel. Pengukuran kekeruhan ini dilakuakn dengan
variasi konsentrasi dari larutan biji kelor. Pengukuran ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan biji kelor terhadap pengurangan tingkat
kekeruhan air sungai. Alat yang digunakan adalah turbidimeter. Dengan alat ini
dapat diperoleh angka kekeruhan air sungai.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat
air buangan penduduk atau industri, dan untuk mendesain sistem-sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik
adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat organis bakteri
dapat menghabiskan oksigen yang terlarut dalam air selama proses oksidasi
tersebut sehingga dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan
menjadi anaerobik serta menimbulkan bau busuk pada air.
Karbon aktif berperan sebagai adsorben. Istilah karbon aktif digunakan
untuk suatu karbon amorf setelah diolah secara khusus untuk memperbesar daya
serapnya. Proses aktivasi tersebut akan memperluas permukaan dari karbon amorf
dan membentuk struktur semacam jaringan yang sangat halus sehingga karbon
aktif tersebut mempunyai kemampuan untuk menyerap zat-zat terlarut dalam
liquid maupun gas yang lebih besar. Karbon aktif dapat dibuat dari bahan-bahan
seperti tempurung kelapa, seruk gergaji, sekam padi, batu bara dan sebagainya.
PKMP-5-7-7
Yaitu pori-pori pada karbon aktif yang mempunyai ukuran lebih besar dari
1000 A.
Karbon aktif yang merupakan karbon amorf akan membentuk struktur
semacam jaringan yang sangat halus sehingga karbon aktif tersebut mempunyai
kemampuan untuk menyerap zat-zat terlarut dalam liquid maupun gas yang lebih
besar ( Hartoyo 1978 ).
Cara kerja dari alat penjernih air adalah sebagai berikut, air yang berasal
dari sungai dipompa dalam tong ( mempunyai kapasitas 1000 L ) kemudian
dimasukkan larutan biji kelor yaitu 0,4 mL tiap 500 mL ( 800 ml ) kemudian
pengaduk dinyalakan. Pengadukan ini dilakukan selama 1 menit untuk
pengadukan cepat dan 15 menit untuk pengadukan lambat. Setelah itu dilakukan
proses sedimentasi yaitu larutan didiamkan selama 1 jam. Setelah satu jam air
tersebut dialirkan melalui pipa dimana dalam pipa tersebut terdapat karbon aktif.
Air yang berada dalam pipa siap untuk digunakan tetapi karena kelor merupakan
bahan organik sehingga mudah jenuh maka air ini hanya untuk satu kali
pemakaian ( begitu selesai dijernihkan langsung dipakai). Batas kejenuhan air
adalah 2 jam setelah penjernihan. Kelemahan dari proses penjernihan air ini, air
tidak dapat bertahan lama karena menjadi bau yang berasal dari biji kelor. Selain
itu, dalam penjernihan air ini tidak dilakukan analisa kandungan- kandungan
logam dari air sampel.
PKMP-5-7-8
a.
b.
c.
d.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari program ini, antara lain :
1.
Penyediaan air bersih bagi warga stren Kali Jagir dapat diupayakan dengan
memanfaatkan biji kelor dan karbon aktif.
2. Biji kelor berfungsi sebagai koagulan dengan dosis yang tepat adalah 0,4 mL
larutan biji kelor untuk 500 mL air sampel.
3. Penggunaan biji kelor dan karbon aktif dalam penjernihan air sungai lebih
mudah dibandingkan air PDAM.
4.
Perawatan alat penjernih air relative mudah.
SARAN
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Asril, Lutan. 1981. Penjernihan Air Menggunakan Arang Sekam Padi Skala
Keluarga untuk Daerah Pedesaan. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan.
Hartoyo, Ando, J dan H. Roliadi. 1978. Pembuatan Briket Arang. No. 103.
Jakarta: Pusat Penelitian Hasil Hutan.
PDII-LIPI. 1991. Buku Panduan Air dan Sanitasi. Jakarta: Pusat Informasi Wanita
dalam Pembangunan.
Republika. 20 April 2006. Biji Kelor Untuk Penjernih Air.
Soetjipto, TH. 1998. Pengolahan Air Bersih dengan Biji Kelor. Universitas
Negeri Malang.
Solomon. 1990. Organic Chemistry. Third Eddtion. Singapore: John Willey and
Son.
PKMP-5-7-9
LAMPIRAN 1
N(%)
6,1
5
C(%)
54,8
53,3
H(%)
8,5
7,7
N(%)
C(%)
H(%)
36,7
0,9
29,3
34,6
0,8
50,3
5,0
7,7
27,1
0,3
26,4
21,1
0,4
27,3
5,5
-
PKMP-5-7-10
LAMPIRAN 2
1. Tahapan Pelaksanaan
Tabel 4. Pelaksanaan Program
Bulan
o
Progr
am
Desem
ber
Studi
Literatur
Surv
ei awal
Uji
sample
Anali
sa bahan
Pem
buatan alat
Uji
alat
Penu
lisan
laporan
Januar
i
Febru
ari
Maret
PKMP-5-7-11
Pengumpulan data.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah :
a. data air sample ( air kali Jagir )
b. data penduduk stren kali Jagir
c.
kebutuhan air bersih warga stren kali Jagir
d.
data geografi stren kali Jagir
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan kunjungan dan
pengamatan langsung di stren kali Jagir, selain itu dilakukan juga
wawancara secara langsung kepada warga di sepanjang stren kali.
3. Analisa bahan
Pada tahap ini dilakukan analisa terhadap bahan-bahan yang akan
digunakan dengan cara menguji efektifitas bahan. Tahapan ini dilakukan
di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia ITS dan Laboratorium
Teknik Lingkungan ITS, di bawah bimbingan dan pengawasan dosen
pembimbing.
a.
Uji Biological Oxigen Demand ( BOD )
Alat dan Bahan :
- Alat : 1. Labu takar 500mL
2. Botol Winkler 300mL dan 100mL
3. Erlenmeyer 250mL
- Bahan : 1. Air sample
2. Mangan Sulfat
3. Larutan pereaksi oksigen
4. Asam sulfat pekat
5. Natrium tiosulfat 0,0125 N
- Prosedur kerja
Disiapkan satu buah labu takar 500mL, sample dituangkan
dan ditambahkan air pengencer sampai batas. Air dalam labu takar
dituangkan dalam botol Winkler sampai tumpah. Air pengencer
dituangkan ke dalam botol Winkler yang lain sebagai blanko sampai
tumpah, dimasukkan dalam incubator selama lima hari. Air dalam
botol dianalisa dengan cara ditambahkan 1 mL larutan mangan
sulfat, ditambahkan 1 mL larutan pereaksi oksigen, botol ditutup
dengan hati-hati agar tidak ada gelembung udara, gumpalan
dibiarkan mengendap selama 5-10 menit. Kemudian ditambahkan 1
mL asam sulfat pekat, ditutup dan dibalik-balikkan, dituangkan
sebanyak 100 mL dalam Erlenmeyer 250 mL dan dititrasi dengan
larutan natrium tiosulfat 0,0125 sampai warna menjadi merah muda,
PKMP-5-7-12
2. Turbidimetri
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan biji kelor terhadap pengurangan tingkat kekeruhan
air sungai.
Alat dan Bahan
- Alat : 1. Satu set alat turbidimetri
2. Beker glass 100mL ( 4 buah )
3. Pengaduk
- Bahan : 1. Biji kelor
2. Aquades
3. Air sungai
- Prosedur Kerja
Biji kelor yang telah kering dikupas kulitnya,
ditimbang massanya kurang lebih 0,5 gram. Biji kelor
ditumbuk halus, dilarutkan dalam 500 mL aquades. Dibuat
variasi konsentrasi 0,5M; 0,4M; 0,3M; 0,2M dalam 500 mL air
sungai, dimasukkan dalam kuvet kemudian diukur nilai
turbiditasnya.
PKMP-5-7-13
LAMPIRAN 3
1.Analisa Biological Oksigen Demand (BOD)
No
1
2
3
No
1
2
PKMP-5-7-14
= mL sampel /
P
Volume hasil pengenceran ( 500
mL )
a. Sampel I BOD
} X ( 1 0,5 ) }
= 2,8
b. Sampel II BOD
} X ( 1 0,5 ) }
= 2,6
P
250 mL
500 mL
= 0,5
3.
o
13,3
13,8mL
13,7mL
41,0mL
LAMPIRAN 4
Tabel 3.1. Biaya Pengeluaran untuk Tahun Pertama ( 1 Alat untuk 3
keluarga )
Keterangan
Biaya ( Rp )
1.
Alat Penjernih
- Tong
200.000
- Kayu Penyangga
100.000
- Pipa Paaralon
a.
Pipa
50.000
besar, d = 15 m dan t
2.000
=1m
5.000
b.
Pipa
300.000
kecil, d = 3 m
- Kassa saringan
- Pompa Air + motor
PKMP-5-7-15
listrik
Sub Total
2. Biaya Operasional Alat
- Listrik
Total
655.000
306.000
961.000
masing
keluarga
PKMP-5-7-16
LAMPIRAN 5
FOTO FOTO
PKMM-5-8-1
PKMM-5-8-2
PKMM-5-8-3
Arjosari sebagai tempat pembukaan dan penutupan pelatihan dan rumah salah
seorang warga sebagai tempat pelatihan. Dipilihnya rumah warga untuk
mempermudah peserta pelatihan dalam menggunakan fasilitas mesin jahit karena
keberadaan mesin jahit berada dimasing-masing rumah warga penerima bantuan..
Tahapan pelaksanaan program kegiatan penyuluhan di Kelurahan Arjosari
ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: tahap pra pelaksanaan, tahap pelaksanaan dan
tahap pasca pelaksanaan.
Tahap pra pelaksanaan dimulai dengan survey langsung kelokasi sasaran
dan pelaksanaan negosiasi dengan pihak terkait. Setelah itu, dilaksanakan
pembuatan disain produk pelatihan, lalu melakukan persiapan alat dan bahan
( untuk pembuatan media pelatihan dan peserta pelatihan). Alat dan bahan
tersebut, yaitu:
1. Alat yang dibutuhkan, antara lain: pensil, spidol/pensil warna, penghapus,
gunting kertas, gunting kain, jarum pentul, jarum jahit, penggaris siku/pola,
pendedel.
2. Bahan yang dibutuhkan, antra lain: kertas pola, karbon jahit, benang jahit,
jarum jahit, limbah kain perca, kapur jahit dan bahan utama (kain belacu).
3. Bahan tambahan (disesuaikan dengan kebutuhan), antara lain: busa angin,
renda, kain keras dan viselin.
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan media sebagai alat peraga pada waktu
penyuluhan, lalu dilaksanakn pembuatan modul untuk acuan peserta pelatihan.
Pada modul berisi keterangan tentang disain, ukuran, alat dan bahan yang
dibutuhkan dan langkah kerja pembuatan. Berikut ini langkah kerja secara umum
pembuatan lenan rumah tangga dengan teknik patchwork:
1. Menetapkan jenis lenan yang akan dibuat.
2. Membuat disain produk lenan dengan motif patchwork.
3. Membuat disain motif patchwork pada kertas pola seukurtan benda jadi.
4. Menggambar motif patchwork.
5. Memberi tanda pada motif pola sesuai motif bahan.
6. Memotong pola patchwork.
7. Memotongkan potongan pola pada kain sesuai tanda.
8. Menggunting bahn sesuai motif dan merader.
9. Menyambung motif dengan bantuan tusuk jelujur.
10. Menyetrika.
11. Melekatkan busa angin dengan cara ditindas pada sambungan patchwork.
12. Penyelesaian.
Setelah keseluruhan tahap pra pelaksanaan selesai, tiba pada tahap
pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan ini, dilakukan beberapa kegiatan yang dapat
dituliskan secara urut, sebagai berikut:
1. Acara pembukaan oleh Lurah Arjosari.
2. Pemberian materi teori dan praktik I meliputi pembuatan alas dan tutup gelas
berkaki dan sarung bantal kursi.
3. Pemberian materi praktik II yaitu pembuatan alas telepun, tudung saji dan bed
cover.
4. Pemberian materi praktik III finishing.
5. Penutupan.
Tahapan pelaksanaan secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
PKMM-5-8-4
Sabtu
15 April 2006
Minggu
16 April 2006
Uraian Kegiatan
Pembacaan susunan acara
Sambutan Lurah Arjosari
Sambutan Dosen Pembimbing
Sambutan Ketua Pelaksana
Acara pembukaan pelatihan
Materi teori patchwork
Materi praktik:
Pembuatan alas dan tutup gelas
Pembuatan sarung bantal kursi
Rumah
ketua
penerima
mesin
Rumah
ketua
penerima
mesin
Materi I
Materi II
Materi praktik:
Pembuatan tudung saji
Pembuatan alas telepun
Pembuatan bed cover
Rumah
ketua
penerima
mesin
Materi III
PKMM-5-8-5
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
No
1
2
3
4
5
SEMUA PRODUK
Keterangan
Hasil kelompok
Hasil individu
Hasil kelompok
Hasil Individu
Hasil kelompok
PKMM-5-8-6
TUDUNG SAJI
ALAS TELEPUN
BED COVER
PKMM-5-8-7
PKMM-5-8-8
Peserta pelatihan yang berjumlah 10 orang ternyata ada 2 orang yang tidak
dapat menjalankan mesin jahit, namun tidak mengganggu jalannya pelatihan.
Minat peserta sangat tinggi, hal ini ditengarai dengan absensi kehadiran peserta
serta terselesaikannya tugas yang diberikan. Semua materi pelatihan dikerjakan
dengan benar dan tepat waktu.
Bentuk produk yang merupakan luaran dari hasil penyuluhan adalah
tudung saji, alas dan tutup gelas berkaki, bed cover, sarung bantal kursi dan alas
telepun. Produk ini dipilih karena memiliki tingkat kesulitan mulai yang paling
mudah sampai dengan yang paling sulit dikerjakan dan unsur produk ini banyak
dibutuhkan oleh masyarakat. Variasi penggunaan bahan bantu selain perca juga
dimaksudkan untuk memenuhi unsur seni dan keindahan. Sehingga produk yang
dibuat meskipun menggunakan perca atau limbah tetap memiliki nilai jual dan
daya tarik bagi konsumen.
Untuk mengarahkan masyarakat penerima bantuan mesin jahit ke arah
wirausaha tampaknya masih ada kendala, yaitu belum diberikan materi packing
serta pemasaran. Dari kendala ini, tim mencoba memberikan sedikit wawasan
tentang bagaimana dan kepada siapa produk ini harus dijual. Solusi sasaran
adalah: ibu rumah tangga di lingkungan sekitar, seperti kelompok dasa wisma,
kelompok RT atau RW. Sedangkan metode pemasarannya dengan cara
mengadakan bazar setiap ada acara atau kegiatan di Kelurahan.
Persepsi masyarakat sebelum dan setelah dilaksanakan pelatihan dapat
dijabarkan sebagai berikut: sebelumnya peserta belum mengenal pemanfaatan
limbah perca, setelah dilaksanakan pelatihan peserta memperoleh wawasan baru;
peserta telah memiliki ketrampilan menjahit, namun setelah pelatihan lebih
mengenal ketrampilan yang baru yaitu memanfaatkan limbah perca; motivasi
peserta setelah melihat hasil karyanya tertarik untuk melanjutkannya; ada upaya
untuk berwirausaha setelah mengetahui bahwa produknya layak jual.
Dari hasil pelatihan yang telah dilaksanakan, diharapkan peserta pelatihan
mampu mengembangkan kreatifitasnya untuk menciptakan karya seni patchwork
yang lebih baik. Sebab menurut Komairawati (2003) pada saat ini seni dan pecinta
seni yang ingin mewujudkan ciri khas dari cita rasa masing-masing dalam bentuk
karya seni perca semakin berkembang, maka daya daya kreatifitas pun semakin
berkembang, sehingga yang semula seni perca tidak terstruktur dengan baik
misalnya dari bentuk, ukuran serta warna maka dibuatlah pola atau acuan agar
hasil lebih maksimal.
Seni patchwork berpotensi untuk merambah pasar yang luas. Mc. Kie
(1975) menerangkan bahwa masyarakat Amerika Utara sendiri sangat senang
dengan karya seni tersebut sampai akhirnya menjadi kerajinan dan ketrampilan
rakyat. Bentuk yang diterapkan semula hanyalah berupa potongan-potongan kain
yang dijahit sehingga membentuk lembaran yang lebar dan bersifat rambang,
karena bentuk, warna dan ukurannya belum terpola. Sehingga, apabila lenan
rumah tangga yang dibuat dapat menjadi produk yang bernilai seni tinggi. Maka,
tidaklah sulit untuk memasarkan produk tersebut.
KESIMPULAN
Setelah pelaksanaan program kegiatan ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: semangat dan motivasi peserta dalam mengikuti pelatihan sangat
tinggi; pelatihan ini memberi nilai tambah pada limbah yang tidak dimanfaatkan;
PKMM-5-8-9
lima macam produk yang direncanakan selesai dikerjakan tepat waktu; produk
yang diajarkan layak jual, terbukti adanya masyarakat yang berani menawar
produk bed cover dengan harga Rp. 150.000, padahal modal hanya Rp. 98.250;
peserta merasa waktu pelatihan terlalu singkat, karena peserta masih
mengharapkan diberi pengetahuan yang mendukung, seperti packing dan
pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Komairawati, Siti. 2003. Teknik Hias Patchwork pada Busana Pria
dengan Motif Alam. Malang: Universita Negeri Malang.
PKMM-5-9-1
ABSTRAK
Sosialisasi penyelesaian sengketa keperdataan melalui jalur Non Litigasi sangat
penting dilakukan dalam upaya mencari solusi atas berbagai permasalahan
hukum demi penegakan hukum yang efisien dan efektif di Indonesia. Arti penting
sosialisasi penyelesaian sengketa keperdataan melalui jalur non litigasi dititik
beratkan pada pemikiran upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat
bahwa masih ada alternatif penyelesaian sengketa keperdataan yang lain selain
melalui jalur pengadilan. Kota Pare-Pare sebagai kota Niaga memiliki mobilitas
yang tinggi khususnya bidang bisnis dan perdagangan .hal ini dibuktukan dari
pendapatan asli daerah (PAD) kota pare-pare yang berasal dari perniagaan dan
jasa. Disatu sisi memberikan dampak posisitf bagi perkembangan daerah namun
disisi lain menimbulkan kekhawatiran terjadinya konflik / pertentangan ataupun
sengketa dibidang keperdataan sebagai akibat dari dampak hubungan bisnis yang
tidak sehat. Atas pertimbangan tersebut, maka sosialisasi penyelesaian sengketa
keperdataan melalui jalur Non Litigasi sebagai solusi alternatif dirasa perlu
dilakukan yang bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat tentang
adanya jalur penyelesaian sengketa Non Litigasi. Pada akhirnya diharapakan
dapat memberikan solusi atas keluhan masyarakat yang menginginkan proses
penyelesaian sengketa dengan murah, cepat, kedua belah pihak tidak saling
bermusuhan dan menempatkan kedua belah pihak sebagai pemenang yang selama
ini tidak didapatkan pada proses penyelesaian sengketa keperdataan melalui
jalur Litigasi.
Kata Kunci : Penyelesaian Sengketa Perdata Jalur Non Litigasi
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Secara umum ada dua model masyarakat jika dilihat dari sudut kultur
hukumnya, Pertama adalah masyarakat yang Litigasi, yaitu masyarakat yang
memiliki kecenderungan menyelesaikan masalahnya melalui jalur formal
pengadilan sebagai fasilitas yang disediakan oleh negara. Dan model masyarakat
kedua adalah masyarakat Anti Litigasi atau Non Litigasi yang memiliki
kecenderungan menyelesaikan masalahnya secara non formal. Tentu saja model
hukum ini sangat dipengaruhi oleh kultur masyarakatnya. Model Litigasi
biasanya ditemukan pada negara-negara barat seperti negara-negara Eropa dan
Amerika. Dan sebaliknya model Anti Litigasi dapat ditemukan pada negaranegara timur seperti Jepang. Pertanyaannya kemudian, Indonesia berada pada
kecenderungan dan model hukum seperti apa ? Pertanyaan ini kemudian dijawab
oleh Prof. Sutjipto Rahardjo dengan mengatakan bahwa Indonesia berada
diantara dua
alam. yaitu memiliki kecenderungan Litigasi namun tidak
didukung oleh kultur masyarakatnya, yaitu masih memegang teguh prinsip
PKMM-5-9-2
ketimuran (hukum adat) yang tentunya Anti Litigatif karena sifat khasnya yang
kekeluargaan. Penyebab dari ketidakjelasan model dan kiblat hukum masyarakat
Indonesia adalah secara historis Indonesia pada mulanya adalah masyarakat
hukum adat dan mengalami perubahan setelah masuknya Agama Islam yang
membawa sumber-sumber hukum Islam dan pada periode berikutnya, Indonesia
mengalami serangan budaya akibat penjajahan Belanda selama 350 tahun yang
menimbulkan pluralisme Hukum yaitu bertemunya Hukum Barat, Adat dan
Hukum Islam.
Manfaat lain yang diperoleh dengan penyelesaian sengketa dengan jalur
Non Litigasi agar kita tidak kehilangan identitas budaya. Sebab jalur Non
Litigasi ini akan memberikan peran yang besar pada tokoh-tokoh masyarakat
dan pemangku adat daerah setempat serta lembaga hukum Non Litigasi yang lain.
Hal lain yang dapat diperoleh adalah tatanan masyarakat yang lebih baik, karena
jalur Non Litigasi juga memungkinkan semakin eratnya hubungan sosial.
Kesadaran akan kekurangan penyelesaian sengketa Litigasi pun diakui
oleh mereka yang bersalah di masyarakat litigatif, seperti pernyataan Abraham
Lincoln perkecillah peran pengadilan, bujuklah para tetangga anda untuk
berkompromi sepanjang yang anda dapat lakukan. Tunjukkan pada mereka
orangorang yang hanya namanya saja yang jadi pemenang, tapi sering dalam
kenyataannya lebih merupakan pihak yang nyata-nyata kalah, yaitu kalah dalam
biaya, pembayaran dan pemborosan waktu . Mengapa demikian ? hal ini
disebabkan sistem hukum kita didesain lebih untuk menyelesaikan kasus berat
dan abstrak.
Mungkin kita dapat bercermin kepada Negara tetangga kita yaitu
Singapura yang dalam sistem peradilannya mengatur apabila ada sebuah kasus
perdata ataukah sesuatu masalah di dalam keluarga, pihak yang bersengketa
terlebih dahulu diajak untuk berdamai demi menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan lebih lanjut dalam putusan pengadilan nantinya. Nah hal inilah yang
lebih lanjut diatur oleh lembaga Arbitrase sebagai lembaga pendamai. Nanti
setelah kedua belah pihak yang bersengketa sudah tidak bisa berdamai lagi,
barulah perkara yang dipermasalahkan diajukan di pengadilan.
Melihat fenomena akan kekurangan penyelesaian sengketa secara Litigasi
dan kebutuhan akan informasi penyelesaian sengketa Non Litigasi, maka kami
berinisiatif mengadakan sosialisasi kepada masyarakat khususnya masyarakat
kota Pare-Pare. Alasan dipilihnya daerah tersebut, sebab kota Pare-Pare
merupakan daerah yang memiiliki mobilitas tinggi di Sul-Sel setelah Makassar
ditambah lagi pendapatan asli daerah kota Pare-Pare (PAD) bersumber dari
perniagaan dan hasil bisnis sehingga interaksi dalam masyarakat tergolong padat.
Hal ini menyebabkan semakin banyaknya peluang terjadi konflik, khususnya
masalah keperdataan. Penyelesaian sengketa Non Litigasi yang akan
disosialisasikan adalah jenis tahapan dan manfaat yang diperoleh. Sosialisasi
yang kami rencanakan pun tidak terbatas pada golongan masyarakat tertentu saja
melainkan pada semua lapisan masyarakat, khususnya para pelajar yang dari
awal haruslah telah mengenal sistem ini. Agar dampak program ini kemudian
dapat dirasakan dalam jangka waktu yang lama.
PKMM-5-9-3
Perumusan Masalah
Penyelesaian
sengketa
melalui jalur Litigasi memiliki
banyak
kekurangan dan tidak sesuai dengan kultur masyarakat Indonesia. Sehingga
Ada beberapa rumusan masalah yang ditemukan :
1. Bagaimana memberikan informasi kepada masyarakat tentang adanya
jalur penyelesaian sengketa Non Litigasi
2. Bagaimana formulasi konkrit penyelesaian masalah melalui jalur Non
Litigasi
3. Bagaimana proses dan tahapan penyelesaian sengketa melalui jalur Non
Litigasi
4. Bagaimana hasil yang diharapkan dari penyelesaian masalah melalui
jalur Non Litigasi.
Tujuan Program
Tujuan yang diharapkan dari program ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang adanya
penyelesaian sengketa melalui jalur Non Litigasi.
2. Menguraikan Formulasi hukum yang tepat guna dari penyelesaian
sengketa memulai jalur Non Litigasi
3. Memberikan gambaran yang jelas tentang jenis, tahapan dalam
penyelesaian sengketa melalui jalur Non Litigasi
4. Memberikan informasi tentang hasil yang akan diperoleh jika
menggunakan jalur penyelesaian sengketa Non Litigasi
5. Masyarakat mengetahui arti penting dari penyelesaian sengketa
melalui jalur Non Litigasi sehingga sebelum memperkarakan kasus
ke pengadilan terlebih dulu diproses melalui jalur damai seperti
Arbitrase, Mediasi, Konsiliasi dan lain-lain
Luaran yang diharapkan
1. Terbinanya masyarakat yang mau menyelesaikan kasus perdata yang
dihadapi dengan bantuan jalur Non Litigasi (Lembaga Arbitrase,Mediasi )
2. Mengenalkan lebih jauh bahwa ada lembaga selain pengadilan yang
mampu menyelesaikan kasus keperdataan selain lembaga pengadilan.
3. Merangsang tumbuhnya lembaga-lembaga Non Litigasi (Arbitrase,
Mediasi) yang dapat berperan aktif membantu masyarakat dalam
menyelesaikan kasus keperdataannya.
4. Memaksimalkan peran siswa daerah dalam proses pengenalan, dan
sosialisasi penyelesaian sengketa jalur Non Litigasi.
5. Adanya solusi alternatif penyelesaian sengketa yang lebih murah, cepat,
memuaskan dan kasus yang dipersengketakan tidak diketahui oleh
khalayak banyak.
6. Terjadinya kesatuan yang sinergis antara Lembaga Arbitrase, lembaga
hukum, masyarakat dengan mahasiswa.
Kegunaan Program
1. Diharapkan memberi solusi atas keluhan masyarakat yang selama ini
cenderung menyelesaikan masalahnya secara Litigatif
PKMM-5-9-4
METODE PENDEKATAN
Melalui sosialisasi penyelesaian sengketa Non Litigasi, observasi yang kami
lakukan dengan langsung turun ke lapangan dengan menjadikan kota Pare-Pare
sebagai tempat dilaksanakannya observasi yaitu menempatkan masyarakat kota
Pare-Pare sebagai objek dari observasi yang kami lakukan.. Bahan dan alat yang
kami lakukan dalam observasi adalah dengan meggunakan alat kuesioner
(Questionnaire), dan Pengamatan atau Observasi. Metode yang kami lakukan
untuk memperoleh data/informasi adalah dengan tiga cara. Yang pertama melalui
Telaah Pustaka (Library Research) yaitu dengan cara membaca berbagai buku
ataupun jurnal dan sumber bacaan lain yang menjelaskan mengenai penyelesaian
sengketa jalur Non Litigasi. Yang kedua dengan cara Penganmatan tak Terlibat
(Nonparticipant Observation) yaitu dengan langsung turun kelapangan dengan
mengunjungi kantor Pengadilan Negeri, Dinas Perindag, kantor usaha kecil dan
menengah. sehingga kami dapat
melihat kebutuhan masyarakat dengan
menjadikan tim bukan merupakan bagian dari masyarakat. setelah mendapatkan
data/informasi yang kami butuhkan, kami mengolah dan menganalisis data
melalui Content Analysis yaitu dengan menarik kesimpulan yang sahih dan
raplikatif dari dari sebuah buku atau dokumen. menemukan karakteristik pesan,
dan dilakukan secara objektif dan sistematis. selain melalui content Analysis,
Teknik pengolahan data yang kami lakukan adalah melalui Kuesioner
(Questionnaire) untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
proses penyelesaian sengketa Non Litigasi. nah dari hasil yang kami peroleh
kemudian kami mengklasifikasikan masyarakat dengan membedakan latar
belakang pendidikan, jenis kelamin, umur dan pekerjaan sehingga dapat kami
simpulkan bahwa latar belakang pendidikan, umur dan pekerjaan berpengaruh
terhadap pengetahuan mengenai proses penyelesaian sengketa melalui jalur Non
Litigasi sedangkan Jenis kelamin tidak memberikan pengaruh yang berarti..
Rentang waktu yag kami lakukan dalam melakukan kegiatan ini berjalan selama
tiga bulan, yaitu dimulai dari akhir bulan Februari, dan berakhir pada bulan Mei
2006. Pelaksanaan sosiaslisasasi penyelesaian sengketa keperdataan melalui jalur
Non Litigasi sebagai solusi alternatif di kota Pare-Pare kami lakukan dengan
membagi dua tahapan garis besar. Yaitu sosialisasi dengan mengunjungi sekolah
(SMA NEGERI 1) Pare-Pare, dan seminar yang kami lakukan di hotel Delimasari
dengan menghadirkan pemateri yang berkompeten
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari kegiatan sosialisasi penyelesaian sengketa keperdataan melalui jalur
Non Litigasi sebagai solusi Alternatif, dengan mengunjungi Pengadilan negeri
Pare-Pare dan membuat Database kasus yang terjadi pada kurun dua tahun
PKMM-5-9-5
PKMM-5-9-6
PKMM-5-9-7
PKMM-5-9-8
LAMPIRAN
Tabel 1. Ruang Lingkup Penyelesaian Sengketa Perdata
PENYELESAIAN
SENGKETA PERDATA
PROSES
ADJUDIKASI
PROSES
KONSENSUS
PENYELESAIAN
LITIGASI
PENYELESAIAN
NON-LITIGASI
MELALUI
PENGADILAN NEGERI
ARBITRASE
DI LUAR
PENGADILAN NEGERI
NEGOSIASI
MEDIASI
KONSILIASI
URAIAN
NEGOSIASI
Pertemun
Langsung
POINTER
JUMLAH HARI
14
D 6 (6)
E 6 (7)
F 6 (8)
Uraian
Mediasi
Melalui Mediator
independen
Penunjukan
Mediator Oleh
Lembaga Arbtrase
Melalui Mediator
yang ditunjuk oleh
lembaga arbitrase
Pendaftaran
kesepakatan di PN
Pelaksanaan
Kesepakatan
Pointer
Jumlah hari
A + 14
14
B+7
C + 30
30
A/B/D+30
30
F + 30
30
PKMM-5-9-9
Uraian
Arbitrase
Pointer
JANGKA WAKTU
PENYELESAIAN
SENGKETA MELALUI
LEMBAGA ALTERNATIF
PENYELESAIAN
SENGKETA DAN
PELAKSANAAN
PUTUSAN ARBITRASE
ARBITRASE
G
H 14 (3)
I 15 (3)
J 15(4)
K 15 (2)
L 24 (3) & 24(4)
M 38
N 39
O 41 & 40(2)
P 44(2)
Q 44(2)
R 48 (1)
Persetujuan untuk
melaksanakan
penyelesaian sengketa
melalui arbitrase dan
penunjukan arbiter
Pengangkatan Arbiter
Tunggal
Pengangkatan arbiter
dalam majelis arbitrase
Pengangkatan arbiter
ketiga dalam majelis
arbitrase
Peneerimaan atau
penolakan oleh arbiter
Tuntutan Ingkar terhadap
arbiter
Pemasukan surat
permohonan gugatan
jawaban oleh termohon
arbitrase
Jawaban Oleh Termohon
Arbitrase
Panggilan untuk
menghadap di depan
sidang arbitrase
Panggilan ke-2 untuk
mengahadap di depan
sidang arbitrase
Pemeriksaan Sidang
tanpa kehadiran termohon
arbitrase
JANGKA WAKTU
PENYELESAIAN
SENGKETA MELALUI
ARBITRASE
Jumlah Hari
125
G + 14
14
G+30
30
I + 14
14
H/J + 14
14
H/I + 14
14
M+14
14
N + 14
14
P + 10
10
180
PKMM-5-9-10
S 57
T 58
U 59 (1)
V 62 (1)
Putusan Diucapkan
Koreksi putusan
Pendaftaran di PN
Eksekusi Oleh PN
R + 30
S + 14
S + 30
U + 30
PELAKSANAAN
PUTUSAN ARBITRASE
W 71
X 72 (3)
Y 72 (4)
Z 72 (5)
AA 74 (2)
AB 75 (2)
JANGKA
WAKTU
TAMBAHAN
TOTAL
JANGKA
WAKTU YANG
DIPERLUKAN
Permohonan pembatalan
putusan
Putusan permohonan
pembatalan putusan
arbitrase oleh MA
Pengajuan Banding ke
MA
Putusan oleh MA atas
banding putusan
pembatalan
Penundaan tugas Arbiter
(48)
Pengangkatan Arbiter
pengganti
30
14
30
30
270
U+30
30
W+30
30
W+30
30
Y+30
30
R+60
60
R+30
30
150
455
PKMM-5-10-1
PKMM-5-10-2
PKMM-5-10-3
hiasan vas kembang yang berbentuk artistik dan bernilai seni dan bisa bernilai
ekonomi untuk peruntukan berbagai kebutuhan ruang.
Oleh karena itu masalah Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian
Masyarakat (PKMM) ini adalah sebagai berikut: (1) Kulit jagung dibuang ke
lingkungan lalu dibakar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat, (2) Kulit jagung
ternyata tidak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk manjadi barang yang berharga
atau bernilai ekonomi seperti halnya dibuat menjadi hiasan vas kembang berbagai
model dan bentuk dan berbilai seni untuk berbagai peruntukan, (3) Adanya
pengalaman mata kuliah rupa dasar dan nirmana ruang telah kami alami yaitu
membuat pohon-pohon dan kembang berbagai ukuran danskala dengan
memanfaatkan tekstur alam sehingga tidak menyulitkan bagi kami untuk
mendesai dan membuat hiasan vas kembang dengan memanfaatkan kulit jagung
berbgai model dan bentuk, (4) Adanya pengalaman mata kuliah merencana ruang
dalam (interior), dan kerja maket sehingga kami berkeinginan untuk
memanfaatkan kulit jagung menjadi hiasan vas kembang berbagai model dan
bentuk dan berbilai seni untuk peruntukan ruang, (5) Adanya pengalaman mata
kuliah merangkai bunga dan kami sudah praktekkan berbagai macam model
kembang dari tekstur alam sehingga tidak ada kesulitan untuk membuat hiasan vas
kembang dengan memanfaatkan kulit jagung, (6) Remaja putri di Desa Kulo
Kabupaten Sidrap tidak memiliki pengetahuan tentang pemanfaatan kulit jagung
untuk dijadikan hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk yang bernilai
ekonomi, (7) Remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap tidak memiliki
keterampilan mendesain hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (8) Remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap tidak memiliki
keterampilan membuat hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (9) Remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap tidak memiliki
keterampilan merakit hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (10) Remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap tidak memiliki
keterampilan pekerjaan finishing hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk
dari kulit jagung.
Tujuan Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM)
ini adalah sebagai berikut: (1) Meningkatkan pengetahuan remaja putri di Desa
Kulo Kabupaten Sidrap memanfaatkan kulit jagung menjadi hiasan vas kembang
berbgai model dan bentuk yang berbilai ekonomi, (2) Meningkatkan keterampilan
remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap memanfaatkan kulit jagung menjadi
hiasan vas kembang berbgai model dan bentuk yang berbilai ekonomi, (3)
Meningkatkan keterampilan remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap
mendesain hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk yang berbilai ekonomi
untuk berbagai peruntukan ruang, (4) Meningkatkan keterampilan remaja putri di
Desa Kulo Kabupaten Sidrap membuat hiasan vas kembang berbagai model dan
bentuk yang berbilai ekonomi untuk berbagai peruntukan ruang, (5)
Meningkatkan keterampilan remaja putri di Desa Kulo Kabupaten Sidrap merakit
hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk yang berbilai ekonomi untuk
berbagai peruntukan ruang, (6) Meningkatkan keterampilan remaja putri di Desa
Kulo Kabupaten Sidrap tentang pekerjaan finishing hiasan vas kembang berbagai
model dan bentuk yang berbilai ekonomi untuk berbagai peruntukan ruang.
Kulit jagung ternyata menjadi masalah lingkungan. Tongkol jagung yang
dibuka kulitnya dibuang kelingkungan dan menjadi sampah yang mengotori
PKMM-5-10-4
PKMM-5-10-5
Metode utama yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah: (1) Pada saat
pemberian materi penyuluhan pembuatan rangka hiasan vas kembang berbagai
model dan bentuk dari kulit jagung dan desainnya metode yang digunakan adalah;
metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan simulasi, (2) Pada saat pelatihan
membuat rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, metode yang digunakan adala: metode demonstrasi, dan tanya jawab.
Metode demonstrasi digunakan untuk mendemonstrasikan membuat
rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung,
diterangkan dahulu cara memilik bahan, langkah kerja, dimensi, bahan dan alat
yang digunakan. Disini khalayak sasaran ikut langsung melakukan, mengerjakan
setiap jenis pekerjaan bersama dengan mahasiswa. Pada saat itu juga terjadi
diskusi, terutama sekali yang menyangkut sistimatika pekerjaan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil yang dicapai adalah: (1) Kelompok remaja putri putus sekolah memiliki
pengetahuan dalam hal pembutan rangka hiasan vas kembang berbagai model dan
bentuk dari kulit jagung, yaitu: (a) Memiliki pengetahuan tentang pemilihan
bahan untuk rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (b) Memiliki pengetahuan tentang pembuatan rangka hiasan vas kembang
berbagai model dan bentuk dari kulit jagung yaitu: mendesain dan gambar kerja,
membuat hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung,
merakit hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung,
pekerjaan finishing hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (2) Kelompok remaja putri putus sekolah memiliki keterampilan membuat
rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung, yaitu:
(a) Memiliki keterampilan pemilihan bahan untuk rangka hiasan vas kembang
berbagai model dan bentuk dari kulit jagung, (b) Memiliki keterampilan
pembuatan rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung yaitu: mendesain dan gambar kerja, membuat hiasan vas kembang
berbagai model dan bentuk dari kulit jagung, merakit hiasan vas kembang
berbagai model dan bentuk dari kulit jagung, pekerjaan finishing hiasan vas
kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung. Selain itu motivasi
khalayak sasaran bersama anggota tim PKMM cukup tinggi mengikuti
penyuluhan dan pelatihan dari awal sampai selesai.
Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKMM) ini
dianggap juga berhasil karena: (1) Khalayak sasaran tidak menemukan kesulitan
dalam memahami materi penyuluhan dan pelatihan yang diberikan, (2) Khalayak
sasaran berkeinginan menerapkan membuat rangka hiasan vas kembang berbagai
model dan bentuk dari kulit jagung pada rumahnya masing-masing, (3) Khalayak
sasaran berkeinginan untuk menyampaikan penerapan membuat rangka hiasan vas
kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung kepada khalayak sasaran
yang lain (yang tidak sempat ikut penyuluhan dan pelatihan).
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan penyuluhan dan pelatihan dilapangan, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut: (1) Remaja putri memiliki pengetahuan tentang
pembuatan rangka hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit
jagung, (2) Remaja putri memiliki keterampilan membuat rangka hiasan vas
PKMM-5-10-6
kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung. Hal ini didukung oleh
adanya masukan-masukan dan diskusi dari mahasiswa dan dosen pendamping
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka disarankan bahwa program PKMM
seperti ini hendaknya dilanjutkan sehingga menciptakan remaja putri dapat: (1)
Memiliki pengetahuan tentang pembuatan rangka hiasan vas kembang berbagai
model dan bentuk dari kulit jagung, (2) Memiliki keterampilan membuat rangka
hiasan vas kembang berbagai model dan bentuk dari kulit jagung
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Negara KLH. (1992). Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia.. Jakarta:
Menteri Negara KLH
Sastra Wijaya, A.T. (1991) Pencemaran Lingkungan. Jakarta: Rineka Cipta
Soejani dkk, (1991). Lingkungan: Sumber Daya Alam dan Kependudukan
dalam Pembangunan, Jakarta: Universitas Indonesia
Soemarwoto(1985) Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:
Jambatan
Srikandi (2004), Pelatihan Merangkai Daun Jagung untuk Pembuatan Hiasan
Berbagai Bentuk pada Ibu-ibu Dasa Wisma di Kecamatan Pangkajene
Kapupaten Pangkep, Makassar, Laporan PPM LPM UNM
Supriadi . et.al. 1991. Profil Teknologi Padat Karya. Jakarta: Pengembangan
Sumber daya Manusia
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (1993). Bumi Wahana. Jakarta: PT.
Garamedia Putama.
Wilkening, F. 1987. Tata Ruang. Pendidikan Industri Kayu. Semarang : Kanisius
PKMM-5-11-1
PKMM-5-11-2
PKMM-5-11-3
PKMM-5-11-4
antara semen keramik, cat tembok, dan air yang tepat agar efektif untuk
melindungi permukaan bangunan yang terbuat dari campuran semen dan pasir
dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor biologis dan non biologis. Adapun
dosis campuran yang digunakan yaitu 1 : 3 : 1, artinya satu kilogram semen
kermik, dicampur dengan tiga liter air, dan satu kilogram cat tembok. Pemilihan
warna pelapis dapat divariasikan dengan memvariasikan warna cat tembok sesuai
dengan warna semen keramik, dan 2) cara menggunakan campuran semen
keramik dan cat tembok untuk melindungi bagian-bagian bangunan yang dibuat
dengan campuran semen keramik dan pasir dari kerusakan yang diakibatkan oleh
faktor biologis dan non biologis. Adapun cara menggunakan campuran tersebut
adalah dengan menggunakan kuas sebanyak dua kali pelapisan.
Metode diskusi dan tanya jawab digunakan untuk mendapatkan balikan
dari peserta pelatihan mengenai materi yang disampaikan. Dengan metode ini,
diharapkan peserta termotivasi untuk memikirkan peluang kendala yang dihadapi
ketika pelaksanaan kegiatan dilaksanakan (praktik langsung). Pelaksana kegiatan
PKMM juga mendapat masukan lebih awal terkait dengan kendala dan hambatan
yang dihadapi oleh peserta pelatihan maupun peluang yang cocok ketika produk
kegiatan telah dilaksanakan, khususnya dalam pemasaran produk bangunan
gapura tersebut. Hasil diskusi dan tanya jawab tersebut diharapkan dapat semakin
menyempurnakan pelaksanaan pelatihan.
Metode demonstrasi yang dilakukan yaitu demonstrasi yang dilakukan
oleh pelaksana PKMM mengenai cara mencampur semen keramik dan cat
tembok, sekaligus menginformasikan alat yang diperlukan. Selain itu juga
didemonstrasikan cara melakukan pelapisan campuran pada bangunan gapura
seperti yang telah disampaikan secara lisan pada tahap ceramah. Kegiatan
demonstrasi dilakukan dengan tujuan agar peserta pelatihan mendapat
pengalaman awal sebelum mereka mencoba sendiri, sehingga pada tahap praktik,
peserta pelatihan dapat melakukan kegiatan pencampuran dan pelapisan dengan
lebih sempurna.
Metode praktik dilaksanakan dengan tujuan memberikan kesempatan
kepada peserta pelatihan agar dapat lebih memahami teknik dan prosedur
penggunaan campuran semen keramik, cat tembok, dan air untuk melindungi
bangunan gapura dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor biologis dan non
biologis. Dalam hal ini dilakukan pelatihan atau praktik langsung oleh peserta
pelatihan dengan bimbingan pelaksana PKMM. Praktik yang dilakukan oleh
seluruh peserta pelatihan dimulai dari menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan, melakukan kegiatan pencampuran dengan dosis yang tepat, sampai
pada praktik melakukan kegiatan pelapisan campuran yang telah dibuat pada
bangunan gapura. Dengan praktek tersebut, masyarakat mendapatkan pengalaman
langsung dalam melaksanakan kegiatan pelapisan campuran semen keramik dan
cat tembok pada bangunan gapura, baik mengenai alat dan bahan yang diperlukan,
dosis campiran serta teknik pelapisan yang terbaik untuk mendapatkan hasil yang
terbaik pula.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pelatihan penggunaan campuran semen keramik dan cat tembok
untuk melindungi bangunan gapura hasil kerajinan masyarakat desa Kapal,
kecamatan Mengwi, kabupaten Badung-Bali ini diawali dengan persiapan berupa
PKMM-5-11-5
permohonan surat pengantar dari lembaga IKIP Negeri Singaraja yang kemudian
dibawa ke Kepala desa Kapal sekaligus minta ijin melaksanakan kegiatan dan
mohon kerja sama dalam kegiatan pelatihan. Selanjutnya pelaksana PKMM
mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan juga mempersiapkan peserta
pelatihan. Pada tahap pelaksanaan, kegiatan pelatihan diawali dengan sambutan
oleh staf desa Kapal, dilanjutkan oleh pemilik UD Sudana tempat dilakukannya
pelatihan. kegiatan selanjutnya yaitu presentasi dan demonstrasi oleh pelaksana
PKMM mengenai tujuan dan manfaat pelatihan, alat dan bahan yang diperlukan,
teknik dan dosis pencampuran serta teknik pelapisan campuran pada bangunan
gapura. Selanjutnya dilakukan diskusi dan tanya jawab terkait materi pelatihan,
yang kemudian dilanjutkan dengan praktik langsung yang dilakukan oleh seluruh
peserta pelatihan. Pada tahap evaluasi, dilakukan evaluasi mengenai antusias
peserta mengikuti pelatihan dan kualitas hasil pelapisan yang dilakukan oleh
peserta pelatihan.
Peserta pelatihan berjumlah 40 orang yang berasal dari kelompokkelompok pengerajin yangada di lingkungan desa Kapal. Nama dan asal peserta
terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Data Peserta Pelatihan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
Nama Peserta
Made Sudana
Ketut Wage
Kawi Jaya
Nyoman Gelgel
Ketut Cipta
Wayan Konten
Darmawan
Sudarma
Darmika
Wayan Sari
Ni Nengah Minten
Anggreni
Suartini
Ni Ketut Ari
Kusumayanti
Luh Ayu
Toni
Nyoman Pasek
Luh Darsini
Nyoman Catrini
Ni Ketut Sudiati
Komang Wardani
Nanik Selyati
Luh Sarmini
Desak Made
Komang Lodri
Gusti Alit
Alamat
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
PKMM-5-11-6
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Gede Lecir
Wayan Kuat
Made Cingak
Ketut Lipur
Wayan Mona
Made Pageh
Made Deden
Putu Winasta
Ari Sudani
Sumini
Nengah Sulastri
Ni Ketut Siring
Nyoman Koti
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
Br. Cepaka
PKMM-5-11-7
KESIMPULAN
Berdasarkan kegiatan pelatihan, dapat dikemukakan beberapa kesimpulan,
yaitu: 1) perbandingan dosis antara semen keramik, cat tembok, dan air yang tepat
agar efektif untuk melindungi permukaan bangunan yang terbuat dari campuran
semen dan pasir dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor biologis dan non
biologis adalah adalah 1 : 1 : 3 (1 kg semen keramik : 1 kg cat tembok : 3 liter
PKMM-5-11-8
air), dan 2) cara menggunakan campuran semen keramik, cat tembok, dan air
untuk melindungi bagian-bagian bangunan yang dibuat dengan campuran semen
dan pasir dari kerusakan yang diakibatkan oleh faktor biologis dan non biologis
yaitu dengan memoleskan campuran semen keramik, cat tembok, dan air
sebanyak dua kali pelapisan.
PKMM-5-12-1
PENDAHULUAN
Peran Puskesmas di Indonesia berada di urutan pertama dalam upaya
pemerintah untuk menjamin kesehatan seluruh masyarakat bagi semua golongan.
Secara umum wilayah kerja Puskesmas meliputi kecamatan padat penduduk,
PKMM-5-12-2
PKMM-5-12-3
Kualitas Udara
Kriteria udara yang baik dalam suatu ruangan diantaranya adalah:
Udara harus bebas dari debu, kotoran, bau, dan polutan (zat pengotor)
kimia dan radioaktif.
Udara masuk dari luar (outside air intakes) harus ditempatkan jauh
dari cerobong asap tempat pembakaran, keluaran pembuangan
ventilasi, tempat parkir atau gas beracun lainnya
Exhaust Outlets, pemasangan lokasi exhaust minimum 3 meter di atas
permukaan tanah dan jauh dari pintu, lokasi kerja, dan jendela yang
terbuka.
Pemasangan filter udara :
9 HEPA filter yang memiliki efisiensi tinggi digunkan untuk
ruang - ruang yang sensitive terhadap infeksi, leukemia, luka
baker, transplant organ, dll
9 Filter harus dipasang secara benar untuk mencegah terjadinya
kebocoran
9 Manometer dipasang pada sistem filter untuk mengetahui drop
tekanan keluaran filter
9 Aliran udara untuk ruang operasi dan ruang ruang yang
sensitive terhadap infeksi adalah aliran udara laminar searah.
Fungsi utama sistem tata udara bersih di Puskesmas adalah mengatur
aliran/ pola udara di dalam ruangan untuk meminimalisasi penularan penyakit.
Untuk mengatasi hal ini, pada sistem perlu ditambahkan komponen-komponen
penapis udara. Dari sudut pandang sistem tata udara, faktor yang paling
menentukan adalah efisiensi penapis dan frekuensi pertukaran udara. Untuk
perancangan, filter yang digunakan adalah jenis low efficiency air filter dan
middle efficiency air filter dengan efisiensi 50-60 % dan 80-90 %.
Pengaturan Tekanan Udara Di Puskesmas
Puskesmas khususnya ruang tunggu dan ruang pemeriksaan kesehatan,
memerlukan udara yang bersih, oleh karena itu harus diberi tekanan yang relatif
positif terhadap kamar yang berdampingan dan lingkungan sekitarnya. Tekanan
positif berfungsi untuk menghambat udara dari luar ruangan masuk, contohnya
pada saat buka-tutup pintu.
Tekanan positif diperoleh dengan pengaliran udara yang lebih banyak ke
dalam ruangan dibanding dengan udara yang dikeluarkan dari ruangan tersebut.
Perbedaan tekanan dapat dijaga hanya dengan ruangan yang benar-benar tertutup.
Pola Aliran Udara Dan Pergantian Aliran Udara Ruangan
Aliran udara laminar di dalam ruangan didefinisikan sebagai aliran udara
sejajar ke satu arah jika tidak diberi penghalang. Pola aliran udara laminar ini
biasanya dicapai pada kecepatan 90 fpm 20 fpm atau 0.46 m/s 0.1 m/s
(ASHRAE Hand Book. 1987).
PKMM-5-12-4
PKMM-5-12-5
1 bh
1 bh
1 bh
1 bh
1 set
1 bh
1 set
1 bh
1 bh
1 bh
2 lbr
1 bh
PKMM-5-12-6
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Fan Axial
Penyiku Stainless 3/8
Penyiku Stainless U
Penyiku Besi 4cm
Penyiku 1inc
Lem Acrilic
Lem Penyiku
Cat Putih
Plat Bolong
Penyiku Stainless
1 bh
30 m
6m
18 m
1m
5 btl
10 btl
600 ml
1 Set
3m
1
2
Nama
Keluara
han
Gegerka
long
Sukaras
a
Luas
Wilayah
KM2
167,766
ha
128,021
ha
Jumla
h
RW/
RT
Pembagian Luas
Wilayah
08/56
Dataran
165,50
ha
07/38
127 ha
Perbu
kitan
2,266
ha
1,02
ha
Jarak
Terjauh
ke
Puskes
mas
5 KM
4 KM
Roda
4
20
mnt
15
mnt
Jalan kaki
1 jam
50 mnt
PKMM-5-12-7
Penyebab
Kematian
Jenis
Kelamin
Kelompok Umur
< 1 th
1 - 4 th
Jumlah
5 -15 th
15 - 45 th
46 - 64 th
> 65 th
Kelurahan Gegerkalong
1
Hipertensi
Asma
Gastritis Kronik
Jantung
DM
Stroke
Leukimia
10
15
Hipertensi
10
12
18
Jantung
11
Ginjal
Hepatitis
Asma
Ca
BPH
Stroke
11
DM
Jumlah
30
25
20
32
55
Total
40
30
28
38
70
Jumlah
Kelurahan Sukarasa
1
b) Data Bangunan
Dimensi
PKMM-5-12-8
Konstruksi bangunan
PKMM-5-12-9
Pada perancangan ini digunakan dua jenis filter yaitu pre filter yang
diletakkan pada masukan udara luar yaitu inlet fan suplai dengan
efisiensi 30 % dan medium filter yang diletakkan pada masukan udara
ruangan dengan efisiensi 85 %.
d) Perhitungan
Perhitungan yang dilakukan meliputi perhitungan ducting, perhitungan
atap, perhitungan lantai, perhitungan fan supply dan exhaust, perhitungan
pemasangan filter udara.
e) Penentuan Bahan
Ducting pada simulator terbuat dari Acrylic 2mm dengan
pertimbangan agar terlihatnya arah aliran/ pola aliran udara serta
untuk memudahkan dalam proses pengujian.
Plafon pada simulator terbuat dari plat besi bolong dengan lebar
39cm dan panjang 67cm.
Lantai
Sebagian lantai terbuat dari bahan acrylic, dan sisanya terbuat dari
plat besi bolong. Penggunaan plat besi berongga untuk
memudahkan proses pengeluaran udara dari ruangan ke luar.
Fan Supply dan Exhaust
Fan supply yang digunakan dalam pembuatan simulator ini adalah
jenis fan sentrifugal, dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk : Chuan Chyi Machine
Jenis : Motor Induksi 3 Fasa
Model : HFED 01
Daya : Hp
Tegangan
: 220 V / 380 V
Frekuensi
: 50 Hz / 60 Hz
Putaran
: 2850 rpm / 3450 rpm
Fan exhaust yang digunakan dalam pembuatan simulator
ini adalah jenis fan axial, dengan spesifikasi sebagai berikut
:
Merk : San Ace
Jenis : Motor Induksi 1 Fasa
Model : 109S025
Daya : 14 watt / 12 watt
Tegangan
: 230 V
: 50 Hz / 60 Hz
Frekuensi
Arus : 0.08 A / 0.07 A
Produksi
: Sanyo Denki
Pemasangan Filter Udara
Filter Udara yang digunakan dalam pembuatan simulator ini
terdiri dari 2 tingkatan yaitu :
a. Pre Filter
Pre filter yang digunakan tersebut diletakkan pada masukan udara
luar yaitu inlet fan suplai dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk
: ACS
Type
: T-10/250
Konstruksi Rangk : Karton 4 mm
PKMM-5-12-10
Diameter (mm) : 17
Kelas
: Pre Filter
Warna
: Putih
Tebal
: 8 mm
Effisiensi
: 30 %
P
: 10 Pa
b. Medium Filter
Medium filter yang digunakan tersebut diletakkan pada masukan
udara ruangan dengan spesifikasi sebagai berikut :
Merk
: ACS
Type
: T-15/350
Konstruksi Rangka: Karton 4 mm
Ukuran (mm)
: 200 x 86
Kelas
: Medium Filter
Warna
: Putih
Tebal
: 20 mm
Effisiensi
: 85 %
P
: 25 Pa
Sistem Kelistrikan
f)
ANALISIS
KURVA KEMAJUAN PELAKSANAAN PROGRAM
120
Persentase (%)
100
100
85,2
80
74,2
60
52,2
40
33,2
20
44,8
40,6
14,8
11
22,2
17
49,5
53,2
38,5
31,1
28,1
24,4
49,5
Pengujian
Simulator
Sistem
Pembuatan
Laporan
Jenis Kegiatan
Pembuatan
Simulator
Sistem
Perancangan
Simulator
Sistem
Evaluasi
Analisa Data
Perancangan
Sistem
Sirkulasi
Pengumpulan
Data
Studi
Literatur
PKMM-5-12-11
solusi yang kami lakukan untuk mengatasi kendala tersebut selama proses
pengerjaan kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Kegiatan Berlangsung
No
Kegiatan
Studi Literatur
Kendala
Terbatasnya referensi
yang berkaitan dengan
Sistem Sirkulasi Udara
Bersih di Puskesmas
Solusi
Menggunakan standar yang telah ada
dengan pertimbangan kesamaan dalam
fungsi
Mencari referensi dengan browsing ke
Internet dan ke Perpustakaan
Konsultasi dengan Arsitek mengenai
standar bangunan di Indonesia
2
Pengumpulan
Data
Perancangan
Sistem Sirkulasi
Udara
Terbatasnya referensi
yang berkaitan dengan
Sistem Sirkulasi Udara
Bersih di Puskesmas
sehingga proses
perancangan terhambat
Perancangan
pembuatan
Simulator Sistem
Sirkulasi Udara
Bersih
Kurang efektifnya
mengunakan sarana
dan prasarana yang
tersedia
PKMM-5-12-12
PKMM-5-13-1
PKMM-5-14-1
PKMM-5-15-1
PKMM-5-15-2
PKMM-5-15-3
PKMM-5-15-4
jiwa yang menjadi kesatuan pribadi, sehingga mampu menentukan tingkah laku
individu. Karyawan yang memiliki kepribadian qurani (berpedoman Al-quran)
mampu menunjukkan sikap kerja dan perilaku kerja dalam menghasilkan sesuatu
secara sungguh-sungguh dan tidak mengerjakan sesuatu dengan setengah hati,
sehingga dalam mengekspresikan sesuatu berdasarkan semangat untuk menuju
perbaikan (improvement) dan berusaha untuk menghindari kerusakan (dalam
Tasmara, 2002).
Semangat yang dimiliki karyawan dalam menunaikan setiap tugas dan
kewajiban dapat muncul dengan adanya suatu harapan yang lebih baik. Karyawan
berusaha meraih harapan dengan menggunakan segala kekuatan dan potensi yang
ada pada dirinya tanpa pantang menyerah, sehingga mampu mengasah mata
pikiran (head), melatih ketabahan dan ketajaman intuisi (heart), serta
membuktikan dengan ketrampilan (hand) (dalam Tasmara, 2002).
Semaraknya persaingan yang terjadi menuntut setiap karyawan untuk
melakukan upaya peningkatan dan pengembangan kualitas diri. Menurut Tasmara
(2002), peran pendidikan dan pelatihan yang terus menerus merupakan cara
organisasi untuk menanamkan investasi sumber daya manusia berkualitas yang
mampu memperkuat kualitas organisasi tersebut. Suatu organisasi yang
berkualitas memperhatikan dengan seksama perkembangan performansi kerja dari
setiap karyawan, sehingga terdapat suatu keseimbangan antara kualitas diri
karyawan yang bersifat pengetahuan, emosional atau hati, spiritual, dan
ketrampilan yang sejalan dengan kemajuan teknologi yang semakin bersaing
dalam kualitas.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (dalam Poerwodarminto, 1976),
pelatihan adalah pelajaran untuk membiasakan atau memperoleh suatu kecakapan.
Jewell dan Siegall (dalam Wahyono, 2001) menjelaskan pelatihan sebagai
pengalaman belajar yang terstruktur dengan tujuan untuk mengembangkan
kemampuan (fisik dan mental), ketrampilan khusus, dan pengetahuan atau sikap
tertentu. Bernardin dan Russel (dalam Wahyono, 2001) menyatakan bahwa untuk
meningkatkan kualitas diri perlu pelatihan yang terpadu dan efektif sebagai
pengalaman belajar, serta pelatihan yang dirancang sebagai aktivitas organisasi
untuk merespon kebutuhan organisasi.
Tasmara (2002) menyatakan bahwa kualitas diri merupakan gambaran
dari proses yang secara terus menerus melalui jalan yang terarah dilandasi oleh
panggilan qalbu (hati). Kualitas qalbu (afeksi) melahirkan sikap konsisten dan
teguh pendirian untuk menegakkan dan membentuk sesuatu menuju arah
kesempurnaan atau kondisi yang lebih baik.
Qalbu (hati) yang memiliki kualitas cahaya keimanan perlu dikelola
dengan baik agar tetap terjaga dan sehat. Upaya untuk mengelola dan
mengembangkan potensi qalbu, yaitu potensi fuad, potensi shadr, dan potensi
hawaa, sehingga mampu menghasilkan seseorang yang dapat memunculkan
performansi yang semakin baik dalam menjalankan setiap tanggung jawab
pekerjaannya dinamakan Olah Qalbu (hati).
Qalbu senantiasa secara kontinu atau berkelanjutan dan konsisten dilatih
dengan baik, sebagaimana sabda Nabi SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari
(dalam Az-Zabidi, 2002) bahwa Amal yang paling utama adalah perbuatan yang
dawam (berkelanjutan) walaupun sedikit. Qalbu dilatih agar memiliki kesadaran
ke-Tuhan-an (Illahiyah). Pelatihan tersebut membutuhkan ketekunan,
PKMM-5-15-5
PKMM-5-15-6
bekas yang mendalam, sehingga pada dirinya terdapat perasaan ruhaniah yang
menyerukan pada hal kebenaran.
Pada karyawan yang mampu mengelola potensi qalbu secara proporsional
dapat terlihat melalui cara dalam pengambilan keputusan yang berdasarkan pada
informasi yang diterima dilandasi oleh nilai kebenaran dan objektivitas. Setiap
pengambilan keputusan memiliki konsekuensi atau akibat yang dapat timbul di
kemudian hari, baik berupa kegagalan maupun keberhasilan. Karyawan yang
mengalami kegagalan atau keberhasilan akibat dari keputusannya menjadi sebuah
perenungan diri (muhasabah) untuk perubahan dan peningkatan kualitas diri,
sehingga dalam diri karyawan memiliki sikap optimis dalam meraih tujuannya.
Sikap optimis yang dibangun tersebut mampu mengarahkan karyawan untuk
melakukan berbagai tindakan secara dinamis (jihad) dan sungguh-sungguh
(mujahadah) dalam melaksanakan pekerjaan.
Karyawan yang memiliki kesungguhan dan rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan mampu mendorong karyawan untuk memberikan kontribusi atau
partisipasi secara aktif dan secara suka rela terlibat dalam kegiatan organisasi
untuk mencapai tujuan organisasi. Keterlibatan, tanggung jawab terhadap
pekerjaan, dan merasa menjadi bagian dari organisasi yang ada pada diri
karyawan menandakan bahwa karyawan memiliki komitmen terhadap organisasi
(dalam Meyer dan Allen, 1991).
Meyer dkk. (dalam Luthans, 1995) menyatakan bahwa tingginya
komitmen karyawan pada organisasi dipengaruhi oleh komponen normatif yaitu
kesadaran terhadap tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan, dan komponen
afektif yaitu kehangatan dan hubungan secara emosional di dalam organisasi,
identifikasi terhadap nilai-nilai organisasi, dan keterlibatan di dalam organisasi.
Kesadaran tanggung jawab terhadap pekerjaan yang kuat tertanam di dalam hati
nurani (qalbu) mampu menghalangi seseorang untuk melakukan penyimpangan
secara moral dan menambah kualitas komitmen terhadap pekerjaan (dalam
Tasmara, 2002).
Berdasarkan hal tersebut, karyawan yang melaksanakan Pelatihan Olah
Qalbu (hati) secara konsisten atau terus menerus mampu menghasilkan
peningkatan kualitas diri, terutama karyawan memiliki komitmen yang kuat
terhadap tanggung jawab pekerjaan di organisasi. Pentingnya meningkatkan
komitmen karyawan pada organisasi mendorong upaya pelaksanaan Pelatihan
Olah Qalbu (hati) untuk meningkatkan komitmen terhadap organisasi pada
pegawai Badan Kepegawaian Negara (BKN) Pusat.
Pelatihan Olah Qalbu (hati) bertujuan untuk mengoptimalisasikan kinerja
karyawan pada instansi, sehingga dalam menjalankan setiap tugas dan
kewajibannya berlandaskan pada tanggung jawab. Pelatihan tersebut diharapkan
mampu memberikan manfaat dari sisi ekonomi yaitu berkurangnya tindakan
korupsi melalui kesadaran bahwa penyimpangan terhadap tugas dan kewajiban
dapat merugikan jalannya kegiatan organisasi, serta mampu meningkatkan
kualitas moral pada aparatur negara dalam menjalakan setiap tugasnya, sehingga
dapat menjadi panutan bagi masyarakat luas.
METODE PENDEKATAN
Kegiatan dilakukan menggunakan pendekatan instrumentasi atau
perlakuan terhadap subjek dalam bentuk Pelatihan Olah Qalbu (hati) sebagai
PKMM-5-15-7
PKMM-5-15-8
45 menit
40 menit
45 menit
50 menit
40 menit
Kegiatan
Sesi Ice Breaker
tujuan
Memberikan kesan pertama yang
menyenangkan kepada peserta
untuk
kenyamanan
dan
memberikan informasi tentang
tujuan dari pelatihan.
Sesi
Kenali
Pencitamu Memberikan pemahaman tentang
(Marifatullah)
pentingnya mengenal Allah Swt.
Secara baik dan benar berdasarkna
ayat-ayat kauniyah dan qauliyah.
Sesi
Kenali
Dirimu Memberikan pengetahuan dan
(Marifatulinsan)
pemahaman
tentang
hakikat
penciptaan manusia.
Sesi Touch Your Heart
Memberikan pemahaman tentang
kandungan qalbu manusia dan
berusaha menyentuh sisi terdalam
dari qalbu (hati) peserta.
Sesi Pengendalian Hati
Memberikan
pemahaman
dan
ketrampilan dalam melakukan
pengendalian qalbu dari berbagai
penyakitnya.
Sesi Perenungan Hati
Agar peserta dapat memaknai
secara mendalam setiap sesi
pelatihan yang telah dilalui
bersama.
PKMM-5-15-9
N Subjek Rerata
Standar Min.
Deviasi
Maks.
Sebelum/Pretest
10
135,70
16,44
107
160
Setelah/Posttest
10
165,20
23,75
121
203
29,50
7,31
14
43
Selisih
PKMM-5-15-10
PKMM-5-15-11
PKMM-5-16-1
PKMM-5-17-1
PKMM-5-17-2
UTARA
*20 cm *
*
*
*15 cm *
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
40 cm
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
SELATAN
Keuntungan dari penggunaan teknologi jarak tanam jajar legowo dibanding
jarak biasa adalah:
1. Peningkatan jumlah rumpun sebesar 50.000 hingga 100.000 per ha.
2. Pemanfaatan sinar matahari secara optimal oleh barisan tanaman tanpa
tertutup oleh kanopi tanaman lain sejak pagi hingga sore hari.
3. Terbentuknya iklim mikro yang lebih baik disekitar tanaman.
4. Memudahkan perawatan tanaman.
Dengan kelebihan tersebut teknologi ini layak terus disosialisasikan kepada
petani karena secara teknis mudah dilakukan, tidak merusak ling-kungan, dapat
meningkatkan produksi dan secara ekonomis menguntungkan. Penelitian
Prayuginingsih (2002), di Desa Klathakan menunjukkan bahwa produktivitas
lahan padi jajar legowo per ha sebesar 9,304 ton sedangkan dengan jarak tanam
biasa sebesar 6,717 ton.
Dinas Tanaman Pangan Kabupaten Jember terus menganjurkan jajar legowo
sebagai teknologi alternatif guna meningkatkan produksi padi. Kenyataan di
lapang menunjukkan tingkat penerapan jajar legowo di kalangan masih rendah.
Beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab adalah:
1. Enggan merubah kebiasaan lama dalam mengatur jarak tanam/larikan.
2. Takut menambah biaya pemupukan sebagai konsekuensi dari lebih banyak
populasi yang ditanam.
3. Kurang banyaknya contoh konkrit tentang penerapan dan hasil jajar legowo.
Penyuluhan oleh PPL sudah banyak dilakukan, namun demikian agar
sosialisasi, penyebaran informasi dan contoh penerapan teknologi jarak tanam
jajar legowo lebih luas dan cepat maka mahasiswa bekerjasama dengan PPL
setempat turut berperan serta melalui program kreativitas mahasiswa.
Adapun tujuan dari program ini adalah:
1. Menyebarluaskan dan mencontohkan teknologi tepat guna, jajar legowo pada
petani.
2. Meningkatkan penggunaan pupuk berimbang.
3. Meningkatkan produktivitas lahan petani melalui teknologi jajar legowo.
4. Melatih mahasiswa untuk berpartisipasi dalam pembangunan pertanian,
melalui usaha peningkatan produksi padi.
PKMM-5-17-3
Jenis Kegiatan
Persiapan
2
3
4
5
6
Penyuluhan
Penanaman jajar legowo
Pengamatan tanaman
Pengamatan panen
Penyusunan laporan
Bulan ke
1
2
X
X
X
X
X
Target Kegiatan
1. Penerapan Teknologi Jajar Legowo
2. Penerapan pupuk Urea sesuai anjuran
3. Penerapan pemupukan berimbang
4. Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang) pada pertanaman padi
5. Peningkatan produktivitas tanaman padi sawah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Potret, Profil dan Kondisi Kalayak Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para petani padi di
wilayah Unit Pelaksana Teknis Daerah Pertanian Kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Pemilihan daerah ini didasarkan pada pertimbangan bahwa:
PKMM-5-17-4
1.
2.
PKMM-5-17-5
Pencapaian
60 %
66.66 %
3. Pupuk kandang/
organik
50 %
4. Penggunaan Pupuk
kimia (Urea) yang
sesuai anjuran
50%
5. Penggunaan pupuk
berimbang
0%
PKMM-5-17-6
Tabel 2.
Rata- rata Perubahan per ha yang Terjadi Dari Penerapan Jajar Legowo
Perubahan
Uraian
1. Hasil panen
2. Penggunaan bibit
3. Penggunaan urea
4.Upah Tenaga kerja
Mula-mula
3.000 kg
Rp 240.000,00
300 kg/ha
Rp 510.000,00
Jajar Legowo
3.600 kg
Rp 280.000,00
300 kg/ha
Rp 612.000,00
Unit
600 kg
Rp 40.000,00
0
Rp102.000,00
20,00
16,66
0,00
20,00
Penambahan Penerimaan
600 kg @ Rp 1700 = Rp 1.020.000,00
Penambahan Biaya
Rp 142.000,00
Penambahan Pendapatan dengan jajar legowo :
1. dalam Rp sebesar Rp 878.000
2. dalam % sebesar 17,21%
Pembahasan
Dari hasil pengamatan terhadap petani yang mengikuti program, terlihat
bahwa terjadi peningkatan produktivitas lahan sebesar 20% dan kenaikan
pendapatan rata-rata sebesar Rp 878.000,00 atau 17,21% per hektar. Kenaikan
produksi ini masih lebih rendah dari peningkatan yang terjadi di Desa Klathakan
pada tahun 2002 (Prayuginingsih, 2002), yang kemungkinan disebabkan oleh
tidak digunakannya pupuk organik (pupuk kandang) serta tidak adanya
pemupukan berimbang. Namun demikian hasil ini cukup menggembirakan bagi
petani, mengingat tidak banyak biaya tambahan yang harus dikeluarkan petani,
praktis petani hanya membeli bibit yang lebih banyak, yang disesuaikan dengan
jarak tanam yang dipilih. Obat-obatan yang digunakan relatif tidak berubah.
Demikian juga dengan biaya pajak dan pengairan.
Meskipun terjadi kenaikan biaya tenaga kerja, tetapi biaya ini tidak
dikeluarkan secara langsung. Hal ini terkait dengan kebiasaan petani setempat,
biasanya sawah seorang petani sejak tanam hingga panen, dikerjakan oleh
sekelompok pekerja yang akan dibayarkan upahnya setelah panen sebesar 1/10
hasil panen. Dengan demikian kenaikan biaya tenaga kerja tidak terlalu menjadi
beban bagi petani.
Apabila dibandingkan dengan rata-rata produktivitas di Kabupaten Jember,
yaitu sebesar 6,13 ton/ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Jember,
2003) maka hasil yang dicapai petani di Desa Ajung masih jauh di bawah rata-rata
produktivitas lahan tanaman padi di Kabupaten Jember. Beberapa hal yang
mungkin menjadi penyebab rendahnya produktivitas di Desa Ajung adalah:
1. Pemakaian pupuk Urea yang tidak sesuai anjuran.
2. Tidak dipakainya pupuk KCI dan TSP sebagai penyeimbang.
3. Tidak dipakainya pupuk kandang dalam pertanaman padi.
Dengan adanya contoh konkrit tentang pengaruh jajar legowo yang dapat
meningkatkan produktivitas lahan, diharapkan semakin banyak petani yang mau
menggunakan teknologi ini untuk meningkatkan pendapatan usahatani padinya.
PKMM-5-17-7
KESIMPULAN
PKMM-5-18-1