Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOFARMASI

“SEDIAAN SECARA PERKUTAN”

Disusun oleh:

Kelompok : II (Dua)

Kelas :A

Anggota : 1. Jeril R. Malara (16101105012)

2. Lady Lombogia (16101105025)

3.Clarencia A. Kojongian (16101105048)

4. Yunita A. P. Damapolii (16101105045)

5. Dwi A. K. Naue (16101105051)

6. Evander R. Lomboan (16101105061)

7. Grafland Langkay (16101105062)

8. Repatri A. Bawotong (16101105067)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat karunia-
Nya kami boleh menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sediaan Secara Perkutan”. Kami
sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah pengetahuan juga wawasan
ilmu pengetahuan.

Kami menyadari bahwa didalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan dibuat selanjutnya.

Mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Manado, 27 Oktober 2018

Penyusun kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1. 1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1. 2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
1. 3 Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
2. 1 Pengertian Perkutan ..................................................................................... 2
2. 2 Susunan Anatomi dan Fisiologi Perkutan ................................................... 2
2. 3 Pembuluh Darah yang melewati Tiap Lapisan Perkutan............................. 4
2. 4 Komponen dan Karakteristik Tiap Komponen Perkutan ............................ 5
2. 5 Absorbsi Secara Perkutan ............................................................................ 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10
3. 1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
3. 2 Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
2. 1 Latar Belakang

Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap pengaruh luar, baik
pengaruh fisik maupun kimia. Kulit merupakan sawar fisiologik yang penting karena ia mampu
manahan penembusan bahan gas, cair maupun padat baik yang berasal dari lingkungan luar
tubuh maupun dari komponen organisme. Meskipun kulit relatif permeable terhadap senyawa-
senyawa kimia, namun dalam keadaan-keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat
atau bahan berbahaya yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik, baik yang
bersifat setempat maupun sistemik (Yusriadi, 2014).

Kulit memiliki fungsi sebagai ; perlindungan awal dari tubuh dengan lingkungan luar
tubuh, melindungi jaringan yang lebih dalam dari kerusakan fisik, kimia, dan mencegah
masuknya mikroorganisme, melindungi tubuh dari kehilangan cairan tubuh dengan mencegah,
penguapan air yang berlebihan, bertindak sebagai pengatur panas, tempat penyimpanan pro
vitamin d dan pembentukan vitamin D.

Kulit, organ terbesar dalam tubuh manusia, terdiri dari dua lapisan: epidermis dan dermis.
Di bawah dermis terletak subkutan, yang sebagian besar terdiri dari sel lemak. Epidermis
membentuk lapisan luar. Di dasar lapisan ini, sel-sel terus menerus terbagi, membentuk sel-sel
baru. Dermis terutama terdiri dari serat kolagen dan elastin. Hal ini juga berisi pembuluh darah,
saraf, organ-organ sensorik, kelenjar sebaceous, kelenjar keringat, dan folikel rambut.
Subkutan, lapisan ini terletak di bawah dermis dan terdiri dari sel-sel lemak (Shai, A., dkk.,
2009).

2. 2 Rumusan masalah
1. Apa Definisi dari Perkutan?
2. Apa saja Anatomi dan Fisiologi dari Perkutan?
3. Apa saja Pembuluh Darah yang melewati Perkutan?
4. Apa saja Komponen dan Karakteristik dari Perkutan?
5. Bagaimana Absorpsi Obat melalui Perkutan?
2. 3 Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Perkutan
2. Mengetahui Anatomi dan Fisiologi dari Perkutan
3. Mengetahui Pembuluh Darah yang melewati Perkutan
4. Mengetahui Komponen dan Karakteristik dari Perkutan
5. Mengetahui cara Absorpsi Obat melalui Perkutan

1
BAB II

ISI
2. 1 Definisi

Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dari tubuh manusia. Luas kulit
orang dewasa adalah 1,7 m2 dengan berat sekitar 10% berat badan. Kulit merupakan organ
tubuh yang paling kompleks untuk melindungi manusia dari pengaruh lingkungan.

Kulit dikatakan sehat dan normal apabila lapisan luar kulit mengandung lebih dari 10%
air. Hal itu disebabkan oleh karena adanya regulasi keseimbangan cairan di dalam kulit. Kulit
tersusun oleh banyak macam jaringan, termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar
keringat, saraf, jaringan ikat, otot polos dan lemak

2. 2 Susunan Anatomi Dan Fisiologi Kulit

Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, menutupi seluruh
permukaan tubuh dan terdiri dari 5% berat tubuh. Kulit juga berperan dalam pengaturan suhu
tubuh, mendeteksi adanya rangsangan dari luar serta untuk mengeluarkan (ekresi) kotoran sisa
metabolism.

Susunan kulit manusia sangat kompleks dan untuk lebih mudah memahami efek proses
absorbs pada kulit maka dibatasi hanya menguraikan bagian kulit yang berperan dalam hal
tersebut. Kulit secara umum terdiri dari 3 bagian utama, secara berurutan dari luar kedalam
adalah epidermis, dermis, dan hypodermis.

Kulit juga memiliki bagian lain yaitu kelenjar keringat dan kelenjar sebum yang
berasal dari lapisan hypodermis atau dermis dan bermuara kepermukaan dan membentuk
daerah yang tak berkesinambungan pada epidermis.

a. Struktur Kulit
1. Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
2. Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
3. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)

2
Sumber : Shai, A., dkk., 2009

b. Fisiologi Kulit

Menurut Anonim, (2011), fisiologi kulit berdasarkan anatominya, terbagi atas 3 lapisan yaitu :

1. Kulit Ari (epidermis)


Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-
zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis.
a. Lapisan tanduk (stratum corneum),
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari
memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri.
b. Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembuscahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas
pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam
protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit
telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan
jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin.

3
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih
terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen
melanin kulit.
2. Kulit Jangat (dermis)
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan
berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu,
seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin.
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan
dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-
obat tertentu.
b. Kelenjar palit
Pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
Kepala.
3. Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-
organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

2. 3 Pembuluh Darah Yang Melewati Tiap Lapisan Kulit

Mekanisme suplai darah di kulit terdiri atas arteri dan vena yang berasal dari jaringan
bawah kulit dan naik ke atas menuju kelenjar dan akar rambut. Penelitian yang lebih luas
masih dijalankan untuk mengungkapkan pola, kelengkapan dan sifat mekanisme suplai darah
ke kulit. Yang pasti, suplai darah ke kulit merupakan sumber suplai nutrisi ke kulit serta alat
transportasi untuk bahan lainnya bagi kulit, seperti oksigen, hormon, dan enzim.

Menurut Elizabeth J., Corwin, (1975), pembuluh darah yang berada di tiap lapisan kulit :

1. Epidermis

Epidermis tidak memperoleh suplai darah secara langsung. Sel-sel dipelihara hanya
dengan difusi nutrisi dari jaringan pembuluh darah yang terdapat dalam dermis.

4
2. Dermis
Diseluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe,
folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit (sebasea). Pembuluh darah didermis
menyuplai makanan dan oksigen dermis dan epidermis, dan membuang produk sisa.
Pembuluh darah di dermis. Fungsi utama darah adalah untuk mengangkut nutrisi dan
oksigen ke setiap organ dalam tubuh, termasuk kulit, dan untuk menghilangkan produk-
produk limbah dan karbon dioksida yang dihasilkan dalam berbagai sel tubuh. Perhatikan
bahwa tidak ada pembuluh darah di epidermis. epidermis menerima nutrisi dan oksigen
langsung dari dermis, yang kaya dengan pembuluh darah (Avi Shai, 2009). Dalam dermis,
pembuluh darah (kelanjutan dari pembuluh darah yang lebih besar lebih dalam tubuh)
cabang yang kecil dan pembuluh darah yang lebih kecil yang menutupi seluruh area kulit.
Pelebaran dan penyempitan (dilatasi dan penyempitan) pembuluh darah terjadi sebagai
respon terhadap perubahan suhu, untuk membentuk suatu mekanisme penting untuk
mengendalikan suhu tubuh. Dilatasi hasil pembuluh darah dalam kulit menjadi merah
jambu, atau bahkan merah seperti merona atau ketika suhu naik (Avi Shai, 2009).
2. 4 Komponen dan Karakteristik Tiap Lapisan Kulit
Menurut Anonim, (2011), komponen dan karakteristik tiap lapisan kulit adalah sebagai
berikut :
1. Epidermis
Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh
zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum),
Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut
dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny.
Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan sel baru
setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit
terasa sedikit kasar. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri.
Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai
sekitar 60-tahunan, proses keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya
lapisan tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak putih karena
melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan
lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih

5
dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya
serap air yang cukup besar.
b. Lapisan bening (stratum lucidum)
Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah
lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir.
Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat
translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas
pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk
kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti
mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang
saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus.
Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,
tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak
(polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel
taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler
dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak
yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan lapisan taju mempunyai
susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol,
asam amino dan glutation.
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan lapisan terbawah
epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di
bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis.
Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan
fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui
mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.
Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit)
pembuat pigmen melanin kulit.

6
2. Kulit Jangat (dermis)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung
rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut
yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang
rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak
yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut
kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit
jangat diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang
paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk
oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Pada dasarnya dermis
terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali
ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut
juga jaringan penunjang, karena fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan kulit yang
menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit
menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang
menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak
bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu
diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal
ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang
dimiliki kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar
keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran
semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua
bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan
telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu
badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
b. Kelenjar palit
Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan
telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka. Pada
umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea
yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit menghasilkan

7
minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan
bahwa kelenjar palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil.
Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan
timbulnya jerawat.
3. Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf
yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan
saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan
atau penyangga benturan bagi organorgan tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan
sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang
kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian tubuh yang
sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan akibatnya kulit akan
mengendur serta makin kehilangan kontur.

2. 5 Absorpsi Secara Perkutan

Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan di
bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif (Chien,
1987). Mengacu pada Rothaman, penyerapan (absorpsi) perkutan merupakan gabungan
fenomena penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan
fenomena penyerapan dari struktur kulit ke dalam peredaran darah dan getah bening. Istilah
perkutan menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan
dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda (Aiache, 1993).

Fenomena absorpsi perkutan (atau permeasi pada kulit) dapat digambarkan dalam tiga
tahap yaitu penetrasi pada permukaan stratum corneum, difusi melalui stratum corneum,
epidermis dan dermis, masuknya molekul kedalam mikrosirkulasi yang merupakan bagian dari
sirkulasi sistemik.

Obat yang dioleskan secara topikal akan mengalami absorpsi atau penetrasi melalui
stratum korneum, epidermis, papila dermis dan ke dalam vaskuler (Aieska et al, 2012: 2643)
Penetrasi perkutan terdiri dari beberapa tahap, yaitu penetrasi secara transepidermal; obat
melalui lapisan permukaan dari stratum korneum melalui ruang antar sel pada lapisan lipid di
sekeliling sel korneosit, berdifusi hingga viable epidermis, dan terakhir melalui papila dermis

8
kemudian molekul mencapai mikrosirkulasi darah., dan penetrasi secara transfolikular yaitu
obat masuk kedalam folikel rambut yang selanjutnya berdifusi melalui celah folikel rambut dan
kelenjar sebasea dan selanjutnya berdifusi menembus epitel folikel hingga mencapai epidermis
(Schaefer et al, 2012: 2653).

Berbeda dengan obat oral yang hampir sepenuhnya diabsorpsi dalam beberapa jam.
Obat topical memiliki penetrasi yang sangat lambat, misal: kortikosteroid topical seperti
hidrokortison diabsorpsi setelah aplikasi 12-24 jam. Untungnya penetrasi penetrasi yang rendah
tidak berarti efikasi rendah.

9
BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
 Perkutan atau Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dari tubuh
manusia. Luas kulit orang dewasa adalah 1,7 m2 dengan berat sekitar 10% berat badan.
Kulit merupakan organ tubuh yang paling kompleks untuk melindungi manusia dari
pengaruh lingkungan.
 Kulit secara umum terdiri dari 3 bagian utama, secara berurutan dari luar kedalam adalah
epidermis, dermis, dan hypodermis. Dan tiap lapisan mempunyasi fungsinya masing-
masing sesuai lapisan dan kelenjar yang terdapat pada ketiga struktur kulit.
 Pada lapisan Epidermis tidak memperoleh suplai darah secara langusung, sedangkan
diseluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh
limfe, folikel rambut, serta kelenjar keringat dan palit (sebasea). Pembuluh darah
didermis menyuplai makanan dan oksigen dermis dan epidermis, dan membuang produk
sisa. Pembuluh darah di dermis. Fungsi utama darah adalah untuk mengangkut nutrisi
dan oksigen ke setiap organ dalam tubuh, termasuk kulit, dan untuk menghilangkan
produk-produk limbah dan karbon dioksida yang dihasilkan dalam berbagai sel tubuh.
Perhatikan bahwa tidak ada pembuluh darah di epidermis. epidermis menerima nutrisi
dan oksigen langsung dari dermis, yang kaya dengan pembuluh darah.
 Komponen dan karakteristik dari Perkutan pada tiap lapisan misalnya Epidermis
melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat
makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit,
yaitu Lapisan tanduk (stratum corneum), Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas
keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny. Kedua, Lapisan bening (stratum
lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan
dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening
terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen
sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. Ketiga Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun
oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam
protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit
telapak tangan dan kaki. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan

10
malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-
jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka
seakan-akan selnya bertaju. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Berikutnya Kulit Jangat
(dermis) menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut,
kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh
darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Di dalam
lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar
palit. Terakhir yaitu Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis).
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-
pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit
berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organorgan tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
 Absorpsi Obat melalui subkutan terjadi beberapa tahapan yaitu, penetrasi secara
transepidermal; obat melalui lapisan permukaan dari stratum korneum melalui ruang
antar sel pada lapisan lipid di sekeliling sel korneosit, berdifusi hingga viable epidermis,
dan terakhir melalui papila dermis kemudian molekul mencapai mikrosirkulasi darah.,
dan penetrasi secara transfolikular yaitu obat masuk kedalam folikel rambut yang
selanjutnya berdifusi melalui celah folikel rambut dan kelenjar sebasea dan selanjutnya
berdifusi menembus epitel folikel hingga mencapai epidermis. Proses absorpsi
berlangsung sangat lambat, misal: kortikosteroid topical seperti hidrokortison diabsorpsi
setelah aplikasi 12-24 jam.

3. 2 Saran

Disarankan kepada mahasiswa farmasi agar lebih mengetahui dengan jelas tentang
sediaan secara perkutan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Buku Ajar ; Anatomi dan Fisiologi Kulit, [file.upi.edu], Diakses Tanggal
30/04/2014, Pukul 21.11 WITA.

Elizabeth J., Corwin, 1975, Handbook Of Phatophysiology, 3rd Ed, Lippincott Williams &
Wilkins, USA.
Shai, A., dkk., 2009, Handbook Of Skin Care, Second Edition, Replika Press Pvt Ltd, India.

Yusriadi, 2014, Materi Kuliah Biofarmasetika.

12

Anda mungkin juga menyukai