Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini membahas (1) latar belakang (2) rumusan masalah (3) tujuan masalah, berikut ini
penjelasan tiap butir pokok bahasan tersebut.

1.1. Latar Belakang


Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknoidea dan
piameter). Meningitis adalah penyakit yang sangat serius karena letaknya dekat
dengan otak dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali
gerak, pikiran, bahkan kematia. Kebnyakan kasus meningitis disebabkan oleh
mikroorganisme seperti virus, bakteri, jamur, atau parasityang menyebar dalam darah
dan cairan otak. Pada tahun 1996 terjadi wabah meningitis dimana 250.000 orang
menderita penyakit ini dengan 25.000 korban jiwa.meningitis bakterial terjadi kira-
kira 100.000 orang setipa tahunnya di negara barat. Bahakan untuk penyebab
meningitis virus lebih sering terjadi sekitar 10,9 per 100.000 orang, dan lebih sering
terjadi pada musim panas. Di Brasil, angka meningitis bacterial lebih tinggi yaitu
45,8 per 100.00 orang setiap tahun.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan pada pasien meningitis?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien meningitis?
1.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui laporan pendahuluan pada pasien meningitis
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien meningitis.

1
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERWATAN

2.1.Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknoidea dan
piamater). (Riyadi & Sukarmin, 2012:143). Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Meningitis adalah radang dari
selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab utama
dari meningitis. Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokokus, Meningokokus,
Stafilokokus, Streptokokus, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long,
1996). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan
spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi &
Rita, 2001).
2.1.2 Etiologi
Etiologi meningitis adalah mikroorganisme yang tidak spesifik (satu jenis
tertentu seperti penyakit typus). Mikroorganisme yang sering menyebabkan
adalah:
a. Pneumokokus
b. Haemofilus Influenzae
c. Stapilokokus
d. Streptokokus
e. Escherichia coli
f. Meningokokus
g. Salmonela
Bakteri tersebut di atas dikenal sangat toksik karena dapat mengakibatkan
jaringan cepat rusak dan menghasilkan pustula sehingga sering disebut
penyakitnya dengan meningitis purulenta.
Biasanya mikroorganisme tersebut diatas sampai menginfeksi otak setelah
didahului infeksi pada penyakit lain seperti bronkitis, tonsilitis, pneomonia.

2
Perpindahan tersebut yang banyak melalui sistem hematogen. Ada pula yang
disebabkan oleh virus.
2.1.3 Tanda dan Gejala
Gambaran tanda dan gejala yang sering muncul pada anak dengan meningitis
antara lain:
a. Pada fase akut gejala yang muncul antara lain:
 Lesu
 Mudah terangsang
 Hipertermia
 Anoreksia
 Sakit kepala
b. Peningkatan tekanan intrakranial. Tanda-tanda terjadinya tekanan intrakranial:
 Penurunan kesadaran
 Muntah yang sering proyektil (menyembur)
 Tangisan yang merintih
 Sakit kepala
c. Kejang baik secara umum maupun lokal
d. Kelumpuhan ekstremitas (paresis atau paralis)
e. Gangguan frekuensi dan irama pernafsan (cepat dengan irama kadang dangkal
dan kadang dalam)
f. Munculnya tanda-tanda rangsangan meningial: kau kuduk, regiditas umum,
refleksi kernig dan burdzinky positif).
Ada juga menurut Gray & Dodge, 1994:76, biasanya didahului infeksi
pernafasan ringan selama 1-7 hari sebelumnya dan malaise dengan demam yang
menetap. Demam tidak menurun sebagaimana diharapkan, tetapi sebaliknya
meningkat disertai muntah dan anak bertambah letargis serta kesadaran semakin
menurun.
Gejala yang akan ditemukan pada pemeriksaan klinis tergantung pada
umumnya anak, cepatnya onset dan jenis kuman penyebab.
Dibawah 1tahun: ubun-ubun besar menonjol, sutura melebar dan tanda
cracked pot adalah tanda-tanda yang membantu diagnosis. Pada anak yang kurang
dari 6 bulan sukar menentukan adanya kaku kuduk, tetapi pada umur

3
selanjutnyatanda ini sangtat membantu diagnosis. Reflek tendon meningkat dan
dapat timbul gejala neurologis lainnya, seperti juling dan hemiplegia.
2.1.4 Patofisiologi
Infeksi mikroorganisme terutama bakteri dari golongan kokus seperti
streptokokus, stapilokokus, meningokokus, pnemokokus dan dari golongan lain
seperti tersebut diatas menginfeksi tonsil, bronkus, saluran cerna. Mikroorganisme
tersebut mencapai otak mengikuti aliran darah.
Di otak mikroorganisme berkembangbiak membentuk koloni. Koloni
mikroorganisme itulah yang mampu menginfeksi lapisan otak meningen.
Mikroorganisme menghasilkan toksik dan merusak meningen. Kumpulan toksik
mikroorganisme, jaringan meningen yang rusak, cairan sel berkumpul menjadi
satu membentuk cairan yang kental yang disebut pustula.karena sifat cairannya
tersebut penyakit ini populer disebut meningitis purulenta.
Toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme melalui hematogen sampai ke
hipotalamus. Hipotalamus kemudian menaikkan suhu sebagai tanda adanya
bahaya. Kenaikan suhu dihipotalamus akan diikuti dengan peningkatan mediator
kimiawi akibat peradangan seperti prostaglandin, epinefrin, norepinefrin.
Kenaikan mediator tersebut dapat merangsang peningkatan metabolisme sehingga
dapat terjadi kenaikan suhu diseluruh tubuh, rasa sakit kepala, peningkatan respon
gastrointestinal yang memunculkan rasa mual dan muntah.
Volume pustula yang semakin meningkat dapat mengakibatkan peningkatan
desakan didalam intrakranial. Desakan tersebut dapat meningkatkan rangsangan di
korteks serebri yang terdapat pusat pengaturan sistem gastrointestinal sehingga
merangsang munculnya muntah cepat, juga dapat terjadi gangguan pusat
pernafasan. Peningkatan tekanan intrakranial tersebut juga dapat mengganggu
fungsi sensorik maupun motorik serta fungsi memori yang terdapat pada serebrum
sehingga penderita mengalami penurunan respon kesadaran terhadap lingkungan
(penurunan kesadaran). Penurunan kesadaran ini dapat menurunkan pengeluaran
sekresi trakeobronkial yang berakibatpada penumpukan sekret di trakea dan
bronkial. Kondisi ini berdampak pada penumpukan sekrat di trakea dan bronkus
sehingga bronkus dan trakea menjadi sempit.
Peningakatan tekanan intrakranial juga dapat berdampak pada munculnya fase
eksitasi yang terlalu cepat pada neuron sehingga memunculkan kejang. Respon
saraf perifer juga tidak bisa berlangsungsecara kondusif, ini yang secara klinis

4
dapat memunculkan respon yang patologis pada jaringan tersebut seperti
munculnya tanda kernig dan Brundonsky. Kejang yang terjadi pada anak dapat
mengakibatkan spasme pada otot bronkus. Spasme dapat mengakibatkan
penyempitan jalan nafas.
2.1.5 Penatalaksanaan (secara medis dan keperawatan)
Penatalaksanaan secara umum yang dilakukan dirumah sakit adalah:
 Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang sering bersifat isotonic
seperti asering atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan
melalui penurunan berat badan anak atau tingkat dehidrasi. Ini diberikan
karena anak yang menderita meningitis sering datang dengan penurunan
kesadaran karena kekurangan cairan akibat hipertermia dan intake cairan
yang kurang akibat kesadaran yang menurun.
 Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang. Pada dosis awal
diberikan diazepam 0,5mg/Kg BB/kali pemberian secara intravena.
Setelah kejang dapat di atasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis
awal pada neonatus 30 mg, anak kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan
yang lebih 1 tahun 75 mg,. Untuk rumatannya diberikan fenobarbital 8-10
mg/KgBB/ dibagi dalam 2 kali pemberian diberikan selama 2 hari.
Sedangkan pemberian fenobarbital 2 hari berikutnya dosis turun menjadi
4-5 mg/KgBB dibagi dalam 2 kali pemberian. Pemberian diazepam selain
untuk menurunkan kejang juga diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh
karena selain hasil toksik kuman peningkatan suhu tubuh juga berasal dari
kontraksi otot akibat kejang.
 Penempatan pda ruangan yang minimal rangsangan seperti rangsangan
suara, cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
meningkatkan kejang anak karena peningkatan rangsangan depolarisasi
neuron yang dapat berlangsung cepat.
 Pembebasan jalan nafas dengan menghisap lendir maelalui section dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan nafas dipadu dengan pemberian oksigen untuk
mensupport kebutuhan metabolisme yang meningkat selain itu mungkn
juga terjadi depresi pusat pernafasan karena peningkatan tekanan
intrakranial sehingga perlu diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang

5
lebih mudah masuk ke saluran pernafasan. Pemberian oksigen pada anak
dengan meningitis dianjurkan konsentrasi yang masuk bisa tinggi melalui
masker oksigen.
 Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab.
Antibiotik yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400
mg/KgBB dibagi dalam 6 dosis pemberian secara intravena
dikombinasikan dengan kloramfenikol 50mg/KgBB dibagi dalam 4 dosis
pemberian. Pemberian antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur
dari pengambilan cairan serebrospinal melalui lumbal fungtio.
Ada pula penatalaksanaan yang dapat dilakukan dirumah antar lain:
 Tempatkan anak pada ruangan dengan sirkulasi udara baik, tidak terlalu
panas dan tidak terlalu lembap. Sirkulasi udara yang baik berfungsi
mensupport penyedian oksigen lingkungan yang cukup karena anak
menderita demam terjadi peningkatan metabolisme aerobik yang praktis
membutuhkan masukan oksigen yang cukup. Selain itu ruangan yang
cukup oksigen juga berfungsi menjaga fungsi saluran pernafasan dapat
berfungsi dengan baik.
 Tempatkan anak pada tempat tidur yang rata dan lunak dengan posisi
kepala miring hiperektensi. Posisi ini diharapkan dapat menghindari
tertekuknya jalan nafas sehingga menggangu masuknya oksigen ke saluran
pernafasan.
 Berikan kompres hangat pada anak untuk membantu menurunkan demam.
Gunakan juga pakaian tipis sehingga suhu panas anak mudah berpindah ke
lingkungan.
 Berikan anak obat penurun panas (dosis disesuaikan dengan umur anak).
Untuk patokan umum dosis dapat diberikan anak dengan usia sampai 1
tahun 60-120 mg, 1-5 tahun 120-150 mg, 5 tahun ke atas 250-500 mg yang
diberikan rata-rata 3 kali sehari.
 Anak diberikan minum yang cukup dan hangat dengan patokan rata-rata
kebutuhan 30-40 cc/KgBB perhari. Cairan ini selain secara volume untuk
mengganti cairan yang hilang karena peningkatan suhu tubuh juga
berfungsi untuk menjaga kelangsungan fungsi sel tubuh yang sebagian
besar komposisinya adalah unsur cairan. Sedangkan minuman hangat

6
dapat membantu mengencerkan sekret yang kental pada saluran
pernafasan.
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningitis antara lain:
 Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini
muncul karena adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga
memungkinkan lolosnya cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
 Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada
meningen dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan
langsung maupun hematogen termasuk ke ventrikuler.
 Hedrosepalus.peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan
produksi Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis labih
kental sehingga memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS
yang menuju medula spinalis. Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di
intrakranial.
 Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak
karena meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang
tepat.
 Epilepsi.
 Retardasi mental. Retardasi mental mungkin terjadi karena meningitis
yang sudah menyebar ke serebrum sehingga menggagu gyrus otak anak
sebagai tempat menyimpan memori.
 Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang
tidak tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik
yang digunakan untuk pengobatan.
2.1.7 Pencegahan
Cara mencegah meningitis adalah:
a. Mencuci tangan
b. Berlatihhidup higenis
c. Pola hidup sehat
d. Menutup mulutsaat bersin atau batuk
e. Jika sedang hamil, berhati-hati dalam memilih makanan
f. Vaksinasi MMR (campak, gondok, dan campak jerman)

7
g. Vaksin pneumokokus (PCV)
2.2.Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian fokus yang memungkinkan muncul pada anak dengan meningitis yang
sedang dirawat dirumah sakit antara lain:
a. Riwayat kesehatan
Anak yang menderita meningitis mengalami gejala awal seperti peradangan
pada jaringan tubuh umumnya yaitu munculnya peningkatan suhu tubuh
beberapa hari. Anak dengan peningkatan suhu tubuh oleh orang tua biasanya
diberi obat penurun panas (parasetamol) akan tetapi selang 3-4 jam pemberian
biasanya suhu anak sudah naik lagi sehingga ini yang mendorong orang tua
untuk memeriksakan anak ke dokter praktek atau pelayanan kesehatan yang
terdekat (orang tua masih banyak yang menghindari ke rumah sakit). Setelah
obat yang diperoleh diminumkan ternyata anaknya belum membaik baru
dibawa kerumah sakit.
b. Keluhan utama
Anak yang dibawa kerumah sakit biasanya sudah
mengalamipeningkatan suhu tubuh yang kadang diikuti dengan penurunan
kesadarn dan kejang.
c. Kondisi fisik
Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma dengan nilai
GCS berkisar antar 3 sampai dengan 9. Kondisi ini diikuti dengan peningkatan
denyut jantung yang terkesan lemah dengan frekuensi >100x/menit.
Frekuensi pernafasan juga meningkat > 30x/menit dengan irama kadang
dangkal kadang dalam, suara pernafasan mungkin terdengar ronkhi basah
karena penumpukan sekret. Peningkatan denyut jantung dan pernafasan
sebagai kompensasi peningkatan metabolisme tubuh anak. Nadi anak teraba
lemah karena penurunan cairan tubuh dan penurunan volume cairan darah
akibat muntah yang dialami oleh anak.
Munculnya muntah kalau kita kaji akan relevan dengan meningkatkan
peristaltik usus dan gerakan gaster. Dalam satu menit peristaltik usus anak
mungkin mencapai 25 kali.
Pada pengkajian persyarafan dijumpai kaku kuduk dengan reflek
kerniq dan brundinsky positif

8
Turgor kulit anak mungkin juga amengalami penurunan akibat
peningkatan kehilangancairan melalui proses evaporasi. Kualitas penurunan
cairan juga dapat dibuktikan dengan mukosa bibir yang kering dan penurunan
berat badan anak.
d. Kebutuhan fungsional
Kebutuhan fungsional yang mungkin akan terganggu pada anak
dengan meningitis antara lain:
 kebutuhan rasa aman dan nyaman
kebutuhan rasa aman terganggu karena meningitis dapat membuat anak
mengalami penurunan kesadaran yang berakibat penurunan respon
terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi trakeobronkial
maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa panas, nyeri maupun
rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat anak beresiko cidera fisik
sehingga terganggu rasa amannya. Sedangkan rasa nyamannya mengalami
gangguan karena anak mengalami peningkatan suhu tubuh rata-rata di atas
37,5 derajat celsius.
 kebutuhan oksigenasi
peningakatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial dapat
menjadikan jalan napas sempit sehingga asupan oksigen mengalami
penurunan. Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak
 kebutuhan cairan dan elektrolit
anak yang menderita meningitis mengalami peningkatan rangsangan
pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf pusat.
Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat muntah yang dapat bersifat
proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial. Penderita dapat
mengalami defisit cairan tubuh yang dapat dilihat pada pemantauan
balance cairan, jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada yang
masuk. Jumlah muntah mungkin juga cukup banyak dapat mencapai
kurang lebih 500 cc dalam sehari. Pada saat kesadaran masih baik anak
yang sudah dapat berbicara dengan baik akan mengatakan haus. Untuk
kebutuhan fungsional yang lain saat dilakukan pengkajian mungkin ada
juga yang terganggu tergantung banyak sekali faktor lain yang terlibat.

9
e. Pengkajian pertumbuhan dan perkembangan anak
Karena organ yang mengalami gangguan adalah organ yang berdekatan
dengan fungsi memori, fungsi pengaturan motorik dan sensorik dan
pengaturan yang lain maka anak kemungkinan besar dapat mengalami
masalah ancaman pertumbuhan dan perkembangan seperti retardasi mental,
gangguan kelemahan atau ketidakmampuan menggerakkan tangan maupun
kaki (paralis). Karena gangguan tersebut anak dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan sesuai dengan tahapan usia misalnya usia 4
tahun sudah bisa menggosok gigi ternyata ketika diberi sikat gigi anak masih
bingung. Karena dampak yang cukup besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak itulah asuhan kepada anak dan perkembangan anak itulah
asuhan kepada anak dengan meningitis.
2.2.2. Rumusan masalah
rumusan masalah pada anak dengan meningitis adalah:
a. tidak efektif jalan nafas karena sekret
b. resiko gangguan perfusi jaringan
c. gangguan cairan dan elektrolit tubuh
d. hipertermi
e. risiko cidera fisik
f. risiko gangguan perkembangan
2.2.3. Diagnosa keperwatan (PES)
Berdasarkan perjalanan patofisiologi penyakit masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada anak dengan meningitis antara lain:
a. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
sekret di trakeobronkial.
Data yang mendasari adalah suara pernafasan pada bronkus terdengar
ronkhi basah, pada faring sekret kental, frekuensi pernafasan meningkat
misalnya (32x/menit).
b. Risiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan asupan
oksigen.
Data yang mendukung adalah anak terlihat pucat atau kebiruan, akral
teraba dingin, pernafasan anak terlihat cepat dan dangkal, kadang dalam
frekuensi > 30x/menit.

10
c. Ganngguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan.
Data yang mendasari adalah intake cairan lebih kecil dari output cairan
(misalnya jumlah cairan masuk 1200 cc/24 jam sedangkan yang keluar
1400 cc/24 jam), turgor kulit jelek, akral teraba dingin, mukosa bibir
kering, terjadi penurunan berat badan (misalnya 0,25 kg), nadi teraba
lemah dengan frekuensi > 115 kali permenit misalnya kesadaran anak
apatis (mungkin juga sampai koma). Nilai elektrolit untuk plasma dibawah
normal (nilai normal elektrolit plasma Na+ 140 mEq/l, K+ 5 Meq/l, Ca+
+5 Meq/l, Mg + + 4 mEq/l).
d. Hipertermi berhubungan dengan toksemia
Data yang mendasari adalah suhu anak 38° C, dahi teraba panas, nadi
meningkat dengan frekuensi 108 kali permenit. Misalnya angka leukosit
1300 mg/dl, terdapat kaku kuduk pada anak, pada kultur cairan
serebrospinal dijumpai koloni bakteri jenis kokus (misalnya koloni yang
berebentuk buah anggur berarti streptokokus).
e. Risiko cidera fisik berhubungan dengan kejang, penurunan kesadaran.
Data yang mendukung adalah kesadaran anak apatis atau kesadaran
dibawahnya, terdaapat kaku kuduk, terdapat spasme pada otot skstremitas.
f. Risiko gangguan perkembangan (retadasi mental) berhubungan dengan
kurasakan memori pada otak anak.
Data yang mendukung adalah sudah 3 hari dirawat panas tubuh anak
belum juga turun, menurut ibu anak, penyakit anaknya sudah kambuh 2
kali, setelah serangan yang pertama anaknya terlihat kurang aktif saat
diajak bermain.
2.2.4. Intervensi
Rencana tindakan:
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
atau sputum di trakeobronkial.
Renacana tindakan:
a. Kaji frekuensi dan jalan nafas anak
Rasional: frekuensi pernafasan yang meningkat sebagai kopensasi
menurunnya diameter lumen bronkus dan trakea menyediakan jalan masuk
oksigen dari luar.

11
b. Atur posisi anak dengan kepala miring hiperekstensi
Rasional: membuat jalan nafas lurus sehingga memudahkan oksigen
masuk. Posisi miring dapat mencegah aspirasi benda asing seperti
muntahan ke saluran nafas.
c. Keluarkan lendir yang ada pada faring, trakea dengan manual atau section.
Rasional: mengurangi penumpukan sputum dalam faring atau trakea yang
menjadi salah satu penyebab penyempitan jalan nafas.
d. Anjurkan orang tua untuk memberi minum anak (bila tingkat kesadaran
memnungkinkan) dengan minuman yang hangat.
Rasional: membantu mengencerkan dahak (terjadi vasodilatasi pada dahak
karena terkena air hangat) supaya mudah dikeluarkan.
e. Kolaburasi pemberian obat mukolitik dan bronkodilator melalui inhalasi
atau nebulizer seperti perpaduan flexotid dan ventolin dengan perbandinga
1: 1.
Rasional: pemeberian inhalasi dapat mempercepat reaksi di saluran
pernafasan. Mukolitik membantu mengencerkan dahak supaya mudah
keluar. Bronkodilator membantu penambahan diameter bronkus.
2. Risiko gangguan jaringan berhubungan dengan penurunan asupan oksigen dari
luar.
Hasil yang diharapkan adalah anak tidak terlihat pucat atau kebiruan, akral
teraba hangat, irama pernafasan anak teratur (reguler) dengan frekuensi 26-
30x/menit. Hasil AGD; PH darah 7,35-7, 45, PO2 80-104 MmHg, PCO2 35-
45 mmHg, HCO₃ 21-25.
Rencana tindakan:
1. Kaji tingakat pemenuhan oksigen jaringan melalui pemantauan kapiler,
frefil, warna kulit, tingkat kesadaran, produksi urin dan AGD (analis gas
darah).
Rasional: penurunan oksigen jaringan dapat berakibat pada penurunan
respirasi aerobik jaringan yang berfungsi untuk memproduksi energi
metabolik yang memungkinkan terjadinya aktifitas sel.

12
2. Tempatkan anak pada ruangan dengan ventilasi yang cukup (kurang lebih
¼ dari total luas ruangan).
Rasional: ruangan dengan ventilasi yang baik akan membantu jumlah
penyediaan oksigen ruangan yang dapat diambil oleh anak meningkatkan
tekanan oksigen ruangan sehingga mudah masuk ke saluran pernafasan.
3. Berikan oksigen dengan masker oroonasal atau canule atau tenda
(pemberian dengan canule 3 liter permenit dapat mencapai konsentrasi
35%, pemberian masker 4 liter/menit dapat memberikan konsentrasi 24-
28% sedangkan untuk 8 liter/menit dapat mencapai konsentrasi 35%).
Rasional: oksigen murni terdapat pada tabung mempunyai tekanan relatif
tinggi daripada oksigen ruangan sehingga lebih mudah masuk ke saluran
pernafasan.
4. Batasi aktifitas anak
Rasional: menurunkan kebutuhan oksigen jaringan untuk memproduksi
energi. Semakin anak banyak bergerak semakin tinggi kebutuhan oksigen
jaringan.
5. Kolaburasi pemberian obat penenang (bila dianggap sangat perlu) seperti
diazepam atau barbiturat.
Rasional: menekankan depolarisasi persarafan yang juga bermanfaat
menekan aktifitas sehingga kebutuhan oksigen jaringan terpenuhi.
3. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan
pengeluaran yang berlebihan.
Hasil yang diaharapkan adalah intake cairan dan output seimbang contohnya:
hasil penjumlahan intake cairan 1000 ml/24 jam dan jumlah total yang keluar
975 ml/24 jam), turgor kulit baik, akral teraba hangat, mukosa bibir lembap,
berat badan pasien normal, nadi teraba kuat (dengan frekuensi 110 kali
permenit pada usia 2-5 tahun, 90-110 kali permenit pada usia 5-10 tahun),
kesadaran anak komposmentis, nilai elektrolit tubuh dalam plasma normal
(seperti nilai dibagian diagnosa keperwatan).
Rencana tindakan:
a. Kaji intake dan output cairan melalui pemantauan balance cairan selama
24 jam.

13
Rasional: untuk mengetahui pendekatan secara konkrit kebutuhan cairan
tubuh.
b. Kaji penurunan kesadaran, tanda-tanda vital terutama nadi, tekanan darah,
pernafasan.
Rasional: kesadaran yang menurun salah satunya dapat diakibatkan
penurunan elektrolit seoerti natrium dan kalium. Nadi yang lemah dan
cepat mengindikasikan penurunan cairan ekstraselluler terutama yang
terdapat pada pembuluh darah, tekanan darah yang menurun sebagai tanda
penurunan tekanan pembuluh darah, pernafasan yang cepat dan dangkal
dapat sebagai pertanda munculnya gangguan asam basa oleh elektrolit
tubuh yang dapat berdampak pada osidosis atau alkolosis.
c. Berikan rehidrasi secara terintegrasi melalui oral, parental (memperhatikan
intake dan output cairan). Rehidrasi awal yang diharuskan untuk
meningkatkan volume darah dengan plasma, darah atau normal.
Rasional: mengganti cairan yang terdapat pada darah, cairan intraseluler
dan interstitial yang mengalami penurunan untuk keperluan transpotasi zat.
4. Hipertermi berhubungan dengan toksemia.
Hasil yang diharapkan adalah suhu tubuh anak 35,8°C – 37,3°c, nadi < 115
kali permenit, angka leukosit 5.000-10.000 µ/dl, tidak terdapat kaku kuduk
pada anak, kesadaran anak komposmentis.
Rencana tindakan:
a. Monitor suhu tubuh anak
Rasional: makin meningkatnya suhu tubuh sebagai tanda peningkatan
toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme
b. Lakukan kompres hangat atau dingin pada anyaman kelenjar limfe dan
pembuluh darah yang besar seperti daerah ketiak, lipatan paha, leher.
c. Bedrestkan pasien untuk menghambat perjalanan toksik.
Rasional: aktifitas fisik dapat meningkatkan kontraksi otot dan menaikkan
kecepatan aliran darah yang dapat berdampak pada menyebaran toksik.
Kontaksi otot juga menaikkan produksi panas tubuh.
d. Kolaburasi pemberian antipiretik seperti parasetamol. Dosis rata-rata yang
dianjurkan adalah usia 1 tahun 60-120 mg, usia 1-5 tahun 120-150 mg,
usia 6-12 tahun 250-500 mg.

14
Rasional: antipiretik menghambat kenaikan suhu tubuh pada jalur pusat
persarafan yang berperan terhadap suhu tubuh yaitu hipotalamus.
d. Kolaburasi pemberian antibiotik
Rasional: antibiotik dapat merusak dinding mikroorganisme sehingga tidak
mampu berkembang dan menghasilkan toksik yang dapat berakibat
toksemia
5. Risiko cidera fisik berhubungan dengan kejang, penurunan kesadaran.
Hasil yang diharapkan adalah anak tidak mengalami luka lebam maupun jenis
luka yang lain akibat terjatuh
Rencana tindakan:
a. Kaji tingkat kesadaran anak melalui Gloscow Coma Scale (GCS).
Rasional: nilai GCS yang kurang dari 10 terjadi fase kesadaran di bawah
kompomentis sehingga anak berisiko jatuh.
b. Tempatkan anak pada bed dengan pengaman disemua sisinya
Rasional:mencegah anak terjatuh
c. Tempatkan anak pada bed dengan pangalas lunak dan garis lurus.
Rasional: mencegah injuri kulit dan hambatan jalan nafas.
d. Pantau posisi dan keadaan umum anak setiap jam
Rasional: posisi leher yang fleksi juga dapat berisiko cidera jalan nafas.
Keadaan umum yang memburuk sebagai indikasi peningkatan cidera
seluler.
e. Diskusikan dengan keluarga tentang perkembangan tingkat kesadaran dan
jadwal pemantauan pasien.
Rasional: meningkatkan partisipasi keluarga untuk mencegah
kemungkinan timbulnya injury.
6. Risiko gangguan perkembangan (retardasi mental) berhubungan dengan
kerusakan memori pada otak.
Data yang mendukung adalah sudah 3 hari di rawat panas tubuh anak belum
juga turun (misalnya suhu antara 37,5°C-38°C), menurut ibu anaknya sudah
kambuh sebanyak 2 kali, setelah serangan yang pertama anaknya terlihat
kurang aktif saat diajak bermain.
Rencana tindakan:
1. Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak melalui kartu KMS dan
DDST (denver II)
15
Rasional: KMS yang berada pada zona merah merupakan indikasi
gangguan pertumbuhan. Anak yang tidak melalui tahapan perkembangan
pada DDST sebagai tanda keterlambatan perkembangan.
2. Bantuan anak selama sakit dan kondisi memungkinkan untuk mencapai
tumbang sesuai umur dengan bermain
Rasional: bermain sebagai sarana yang tidak memaksakan anak dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan.
3. Anjurkan orang tua untuk berpartipasi merangsang perkembangan yang
baik tergantung pada kemauan anak, dukungan orang tua dan kondisi yang
tidak menakutkan.
4. Anjurkan keluarga untuk rutin menjalankan program pengobatan dan
tercapai bermain.
Rasional: pengobatan rutin dapat mencegah kekambuhan meningitis
karena mikroorganisme penybab dapat betul-betul dimatiakan. Terapi
bermain dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak.

16
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknoidea dan
piamater). (Riyadi & Sukarmin, 2012:143). Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus,
bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001). Penyebab terjadinya meningitis
adalah Pneumokokus, Haemofilus influenzae, stapilokokus, Streptokokus, Escherichia
coli, Meningokokus, Salmonela.
Intervensi meningitis adalah tidak efektifnya bersih jalan napas berhubungan
dengan penumpukan sekret atau sputum di trakeobronkial, risiko gangguan perfusi
jaringan berhubungan dengan penurunan asupan oksigen dari luar, gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan, hipertermi berhubungan dengan toksemia, risiko cidera fisik berhubungan
dengan kejang, penurunan kesadaran, risiko gangguan perkembangan berhubungan
dengan kerusakan memori pada anak.

17

Anda mungkin juga menyukai