Makalah Spei
Makalah Spei
AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2018
KATA PENGANTAR
Penyusun
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan?
2. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Malik bin Marwan?
3. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Umar bin Abdul Aziz?
4. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah Umayyah?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan.
2. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Malik bin Marwan.
3. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
4. Untuk Mengetahui Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah
Umayyah.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Wikipedia, “Muawiyah bin Abu Sofyan”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Muawiyah_bin_Abu_Sufyan diakses pada 06-09-2018 pukul 6.13
WIB
berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).
Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi
kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium.2
Di samping ekspansi kekuasaan Islam, Muawiyah mendirikan dinas
pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap
serta peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan
angakatan bersenjata dan mencetak mata uang. Serta juga
mengembangkan jabatan Adi ( hakim ) sebagai jabatan profesional.
Selain itu, beliau juga menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap
kepada para tentara, pembentukan tentara profesional, serta
pengembangan birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan
administrasi.3
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Diasah Islamiyah II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1994), hlm. 42
3
Ibid., hlm. 44
dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Kemudian, Yerusalem pada
masanya di jadikan tempat suci bagi orang islam
Meskipun selama menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan
banyak mengalami kemajuan, namun di sisi yang lain juga banyak
mengalami perlawanan dari para musuhnya dan setelah meninggal,
kekhalifahannya diganti oleh anaknya yang bernama Al-Walid.4
4
Wikipedia, “Abdul Malik bin Marwan”, https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Malik_bin_Marwan
di akses pada 01-09-2018 pukul 13.40 WIB
5
Ahmad Mustofa,dkk, Reorientasi Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:UII Press,2014) hlm.49-50
6
Saprida,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm.71
politik maupun ekonomi. Begitu juga dengan perak yang begitu banyak
diperoleh saat penaklukan andalusia (sekarang Spanyol), Asia Tengah dan
juga beberapa wilayah di Iran.Dan sepertiga akhir dari abad ketiga sampai
dengan abad keenam hijriyah.
Umat islam pada waktu ini merupakan kekuatan yang dominan di
bidang perdagangan. Hal ini tak bisa dilepaskan dari peranan mata uang
dinar dan dirham yang memiliki keunggulan dalam pencetakannya,
kemurnian kadar dan luasnya jangkauan peredarannya, dipadukan dengan
perkembangan di bidang kebudayaan, inovasi di bidang produksi serta
terbentang luasnya zona di sektor pertanian.
Praktis pada periode ini pemerintahan Islam merupakan
pemerintahan superpower di bandingkan dengan di bandingkan dengan
negara-negara lainnya, kususnya dibidang ekonomi, politik dan budaya.7
Selain membuat mata uang emas Islam, dan berusaha menerapkan
arabisasi pada administrasi kerajaan, Abd Al Malik juga mengembangkan
sistem pelayanan pos, dengan memanfaatkan alat transportasi kuda antara
Damaskus dan juga untuk melengkapi keperluan transportasi pejabat
pemerintah serta permasalahan surat menyurat mereka. Seluruh kepala
pos bekerja untuk mencatat serta mengirimkan surat meyurat kepada
khalifah tentang peristiwa penting yang terjadi disemua wilayah mereka
masing-masing.
Pada hakikatnya, tidak ada seorang muslim ataupun, bangsa lain
yang wajib dibebani untuk membayar pajak, selain zakat ataupun
santunan untuk membayar pajak, selain zakat ataupun santunan untuk
orang-orang miskin walaupun pada pelaksanaannya, hak istimewa kadang
diserahkan untuk segelintir orang islam-arab.
Dari teori itu banyak orang yang masuk islam, terutama
masyarakat dari irak dan Khurasan, mereka bekerja bertani, dan kemudian
pergi ke kota-kota, demi harapan dapat bergabung menjadi seorang
prajurit mawali (klien). Fenomen tersebut menimbulkan kerugian ganda
pada perbendaharaan kerajaan. Hal ini dikarenakan setelah mereka masuk
7
Mustofa, Reorientasi Ekonomi Syariah, hlm.49-50
islam, penerimaan pajak mulai berkurang dan kemudian setelah menjadi
prajurit mereka berhak memperoleh bantuan.
Al- Hajjaj selanjutnya membuat kebijakan penting supaya bisa
mengembalikan orang-orang itu ke ladang mereka masing-masing, supaya
mewajibkan mereka untuk membayar pajak seperti yang mereka kerjakan
sebelum masuk islam, diantaranya, pajak tanah (kharaj) dan pajak kepala
(jizyah). Bahkan dia mewajibkan orang-orang arab yang menguasai tanah
di wilayah wajib pajak untuk membayar pajak tanah.8
8
Saprida,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Palembang: Noer Fikri,2017 ), hlm.77-78
9
Wikipedia, “Umar bin Abdul-Aziz”, https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz
diakses pada 6-9-2018 pukul 7.35 WIB
tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah jatuh ke
tangan Islam pada zaman Bani Ummayah ini.10
Selama masa pemerintahannya, beliau menerapkan kembali ajaran
islam secara utuh menyeluruh. Ketika diangkat sebagai khalifah, beliau
mengumpulkan rakyatnya dan mengumumnkan serta menyerahkan
seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yang tidak wajar kepada
kaum muslimin melalui baitul maal.
Dalam melakukan berbagai kebijakannya, khalifah Umar Ibn
Abdul Aziz melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan. Ia mengurangi beban pajak yang di
pungut dari kaum Nasrani, menghapus pajak terhadap kaum muslim,
membuat takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa, dan
lain-lain. Berbagai kebijakan berhasil meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau menerima
zakat.
10
Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, hlm.44
pemerintah pusat akan memberikan bantuan subsidi kepada setiap
wilayah islam yang minim pendapatan zakat dan pajaknya.
Dengan demikian, masing-masing wilayah islam diberi kekuasaan
untuk mengelola kekayaannya. Jika terdapat surplus, khalifah Umar Ibn
Abdul Aziz menyarankan agar wilayah tersebut memberi bantuan kepada
wilayah yang minim pendapatannya, untuk menunjang hal ini, ia
mengangkat ibn jahdam sebagai Amil shadaqah yang bertugas menerima
dan mendistribusikan hasil shadaqah secara merata ke seluruh wilayah
islam.
Pada masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal
dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian ( pajak ini
diawal pemerintahan khalifah Umar Ibn Abdul Aziz di tiadakan,
mengingat situasi ekonomi yang belum kondusif ). Setelah stabilitas
perekonomian masyarakat membaik, pajak ini ditetapkan, dan hasil
pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas.
Akan tetapi, kondisi baitul maal yang telah dikembalikan oleh
Umar Ibn Abdul Aziz kepada posisi yang sebenarnya itu tidak dapat
bertahan lama. Keserakahan para penguasa telah meruntuhkan sendi-
sendi baitul maal, dan keadaan demikian berkepanjangan sampai masa
ke khalifahan Bani Abbasiyah.
11
Suprida, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm. 71-73
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kekhalifahan Bani Ummayah hanya berumur 90 tahun.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A