Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PRAKTEK EKONOMI MASA BANI UMAYYAH


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM”
Dosen Pengampu:
Nina Indah Febriana, M.Sy

Disusun oleh : Kelompok 3

1. Aprilia Trianingsih (12403173055)


2. Habib Fatoni (12403173063)
3. Nur Laily Zam Zam Firdaus (12403173079)
4. Widya Pangestika Oktaviyani (12403173107)

AKUNTANSI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) TULUNGAGUNG
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat,
taufik, serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, sehingga penyusunan makalah Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam yang berjudul Praktek Ekonomi Masa Bani Umayyah.

Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan


dan selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak
lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
yaitu :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor IAIN Tulungagung,
2. Nina Indah Febriana, M.Sy, selaku dosen pembimbing,
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak
dapat disebutkan satu-satu, kami mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 5 September 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... i


DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
C. Tujuan Pembahasan .................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 2


A. Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan ........................................... 2
B. Khalifah Malik bin Marwan ........................................................ 3
C. Khalifah Umar bin Abdul Aziz ................................................... 5
D. Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah Umayyah

BAB III PENUTUP ............................................................................... 13


A. Kesimpulan ................................................................................. 13
B. Saran ............................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 14


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian ekonomi Islam sebagai studi ilmu pengetahuan modern baru
muncul pada tahun 1970-an, tetapi pemikiran tentang ekonomi Islam telah
muncul sejak Islam diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW yang
kemudian dilanjutkan pada masa kepemimpinan Kulafaur Rasyidin. Saat
itulah Islam mulai memberi pengaruh kepada dunia, karena para khalifah
sudah melakukan perluasan wilayah keluar daerah Arab. Setelah masa
Kulafaur Rasyidin muncullah daulah Bani Umayyah.
Berdasakan catatan sejarah, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat
saat kepemimpinan bani Umayyah. Sehingga peradaban Islam memberi
pengaruh yang besar kepada dunia saat itu. Islam mengalami kemajuan yang
sangat pesat di berbagai bidang peradaban, ilmu pengetahuan, politik dan
pemerintahan, sains dan teknologi termasuk di bidang Ekonomi.
Berangkat dari uraian tersebut di atas, yang menyatakan bahwa pada masa
Umayyah mengalami kemajuan di beberapa bidang peradaban, maka
dimakalah ini akan disajiakan sedikit tentang masa daulah bani Umayyah
yang menitik beratkan pada pemikiran-pemikiran ekonominya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan?
2. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Malik bin Marwan?
3. Bagaimana Praktek Ekonomi Khalifah Umar bin Abdul Aziz?
4. Bagaimana Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah Umayyah?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan.
2. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Malik bin Marwan.
3. Untuk Mengetahui Praktek Ekonomi Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
4. Untuk Mengetahui Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah
Umayyah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Khalifah Muawiyah bin Abi Sofyan


1. Biografi

Muawiyah bin Abu Sufyan (602 – 680 H) bergelar Muawiyah


I adalah khalifah pertama dari Bani Umayyah dan juru tulis Nabi
Muhammad.

Muawiyah diakui oleh kalangan Sunni sebagai salah


seorang Sahabat Nabi, walaupun keislamannya baru dilakukan
setelah Mekkahditaklukkan. Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa
Muawiyah masuk Islam pada 7 H. Kalangan Syi'ah sampai saat ini tidak
mengakui Muawiyah sebagai khalifah dan Sahabat Nabi, karena dianggap
telah menyimpang setelah meninggalnya Rasulullah SAW. Ia diakui
sebagai khalifah sejak Hasan bin Ali, yang selama beberapa bulan
menggantikan ayahnya sebagai khalifah, berbai'at padanya. Dia menjabat
sebagai khalifah mulai tahun 661 (umur 58–59 tahun) sampai dengan 680.

Terjadinya Perang Shiffin makin memperkukuh posisi Muawiyah


dan melemahkan kekhalifahan Ali bin Abu Thalib, walaupun secara
militer ia dapat dikalahkan. Hal ini adalah karena keunggulan saat
berdiplomasi antara Amru bin Ash (kubu Muawiyah) dengan Abu Musa
Al Asy'ari (kubu Ali) yang terjadi di akhir peperangan tersebut. Seperti
halnya Amru bin Ash, Muawiyah adalah seorang administrator dan
negarawan ulung. Muawiyah adalah sahabat yang kontroversial dan
tindakannya sering disalahartikan.1

2. Praktek ekonomi pada masa Muawiyah bin Abi Sofyan


Memasuki masa kekuasaan Muawiyah yang menjadi awal
kekuasaan Bani Ummayah, pemerintahan yang bersifat demokratis

1
Wikipedia, “Muawiyah bin Abu Sofyan”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Muawiyah_bin_Abu_Sufyan diakses pada 06-09-2018 pukul 6.13
WIB
berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun).
Kekhalifahan Muawiyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak. Suksesi
kepemimpinan secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyah
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
Yazid. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan
Bizantium.2
Di samping ekspansi kekuasaan Islam, Muawiyah mendirikan dinas
pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap
serta peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan
angakatan bersenjata dan mencetak mata uang. Serta juga
mengembangkan jabatan Adi ( hakim ) sebagai jabatan profesional.
Selain itu, beliau juga menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap
kepada para tentara, pembentukan tentara profesional, serta
pengembangan birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan
administrasi.3

B. Khalifah Malik bin Marwan


1. Biografi
Bernama lengkap Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul
Aas bin Umayyah bun Abd Shams bi Abdi Manaf bin Qussai bin Kilab.
Beliau lahir pada bulan Ramadhan tahun 23 H dan meninggal
tahun 86 H atau 685-705 Masehi. Abdul Malik diangkat sebagai khalifah
oleh kaum muslim setelah terbunuhnya Abdullah bin Zubair.
Sebelum menjabat sebagai khalifah, dia adalah seorang yang ahli
ibadah dan zuhud. Muawiyah pernah menugaskannya untuk mengurus
Madinah pada waktu Abdul Malik bin Marwan masih berusia 16 tahun.
Pada masa pemerintahannya, gerakan penerjemahan buku-buku
berbahasa Persia dan Romawi ke bahasa Arab mengalami perkembangan
yang pesat. Selain itu, pada masa kepemimpinannya pula, bahasa Arab

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Diasah Islamiyah II, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1994), hlm. 42
3
Ibid., hlm. 44
dijadikan sebagai bahasa resmi negara. Kemudian, Yerusalem pada
masanya di jadikan tempat suci bagi orang islam
Meskipun selama menjadi khalifah, Abdul Malik bin Marwan
banyak mengalami kemajuan, namun di sisi yang lain juga banyak
mengalami perlawanan dari para musuhnya dan setelah meninggal,
kekhalifahannya diganti oleh anaknya yang bernama Al-Walid.4

2. Praktek ekonomi pada masa Malik Bin Marwan


Pembukaan jalur perdagangan di laut dengan bangsa china yang
terjadi sekitar abad ke sembilan, memungkinkan dibangunnya armada-
armada laut. Seiring dengan pesatnya perdagangan yang dilakukan,maka
kebutuhan terhadap transaksi keuangan menjadi semakin besar.
Karena itulah maka khalifah malik bin marwan menggagas untuk
memiliki mata uang sendiri yang salah satu tujuannya adalah untuk
memback-up kebutuhan akan transaksi perdagangan yang semakin
membesar. 5
Pencetakan di mulai pada tahun 695 M, yang berupa uang dinar
emas dan dirham perak yang asli hasil dari karya orang Arab. Wakilnya di
wilayah irak, yaitu Al-Hajjaj berusaha mencetak uang perak di kufah pada
tahun selanjutnya.6
Uang yang dicetak pada periode ini sebetulnya bukan uang baru,
melainkan uang yang sudah berabad-abad diterima dan digunakan sebagai
media transaksi yaitu dinar (emas) yang berasal dari Romawi dan dirham
(perak) yang berasal dari bangsa Persia.
Menurut sebagian sejarawan, bahwasannya emas hasil dari
rampasan perang (ghanimah) saat dilakukannya penaklukan di sekitar
wilayah-wilayah islam, maupun emas yang berasal dari daerah-daerah
pertambangan di wilayah Islam merupakan faktor utama yang
mempengaruhi kedigdayaan pemerintahan Islam saat itu baik di bidang

4
Wikipedia, “Abdul Malik bin Marwan”, https://id.wikipedia.org/wiki/Abdul_Malik_bin_Marwan
di akses pada 01-09-2018 pukul 13.40 WIB
5
Ahmad Mustofa,dkk, Reorientasi Ekonomi Syariah, (Yogyakarta:UII Press,2014) hlm.49-50
6
Saprida,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm.71
politik maupun ekonomi. Begitu juga dengan perak yang begitu banyak
diperoleh saat penaklukan andalusia (sekarang Spanyol), Asia Tengah dan
juga beberapa wilayah di Iran.Dan sepertiga akhir dari abad ketiga sampai
dengan abad keenam hijriyah.
Umat islam pada waktu ini merupakan kekuatan yang dominan di
bidang perdagangan. Hal ini tak bisa dilepaskan dari peranan mata uang
dinar dan dirham yang memiliki keunggulan dalam pencetakannya,
kemurnian kadar dan luasnya jangkauan peredarannya, dipadukan dengan
perkembangan di bidang kebudayaan, inovasi di bidang produksi serta
terbentang luasnya zona di sektor pertanian.
Praktis pada periode ini pemerintahan Islam merupakan
pemerintahan superpower di bandingkan dengan di bandingkan dengan
negara-negara lainnya, kususnya dibidang ekonomi, politik dan budaya.7
Selain membuat mata uang emas Islam, dan berusaha menerapkan
arabisasi pada administrasi kerajaan, Abd Al Malik juga mengembangkan
sistem pelayanan pos, dengan memanfaatkan alat transportasi kuda antara
Damaskus dan juga untuk melengkapi keperluan transportasi pejabat
pemerintah serta permasalahan surat menyurat mereka. Seluruh kepala
pos bekerja untuk mencatat serta mengirimkan surat meyurat kepada
khalifah tentang peristiwa penting yang terjadi disemua wilayah mereka
masing-masing.
Pada hakikatnya, tidak ada seorang muslim ataupun, bangsa lain
yang wajib dibebani untuk membayar pajak, selain zakat ataupun
santunan untuk membayar pajak, selain zakat ataupun santunan untuk
orang-orang miskin walaupun pada pelaksanaannya, hak istimewa kadang
diserahkan untuk segelintir orang islam-arab.
Dari teori itu banyak orang yang masuk islam, terutama
masyarakat dari irak dan Khurasan, mereka bekerja bertani, dan kemudian
pergi ke kota-kota, demi harapan dapat bergabung menjadi seorang
prajurit mawali (klien). Fenomen tersebut menimbulkan kerugian ganda
pada perbendaharaan kerajaan. Hal ini dikarenakan setelah mereka masuk

7
Mustofa, Reorientasi Ekonomi Syariah, hlm.49-50
islam, penerimaan pajak mulai berkurang dan kemudian setelah menjadi
prajurit mereka berhak memperoleh bantuan.
Al- Hajjaj selanjutnya membuat kebijakan penting supaya bisa
mengembalikan orang-orang itu ke ladang mereka masing-masing, supaya
mewajibkan mereka untuk membayar pajak seperti yang mereka kerjakan
sebelum masuk islam, diantaranya, pajak tanah (kharaj) dan pajak kepala
(jizyah). Bahkan dia mewajibkan orang-orang arab yang menguasai tanah
di wilayah wajib pajak untuk membayar pajak tanah.8

C. Khalifah Umar bin Abdul Aziz


1. Biografi
Umar bin Abdul-Aziz bergelar Umar II (63 H / 682 – Februari 720)
adalah khalifah Bani Umayyah yang berkuasa dari tahun 717 (umur 34–
35 tahun) sampai 720 (selama 2–3 tahun). Tidak seperti khalifah
sebelumnya, ia bukan merupakan keturunan dari khalifah sebelumnya,
tetapi ditunjuk langsung, di mana ia merupakan sepupu dari khalifah
sebelumnya, Sulaiman.
Umar menjadi khalifah menggantikan Sulaiman yang wafat pada
tahun 716. Ia di bai'at sebagai khalifah pada hari Jumat setelah salat
Jumat. Hari itu juga setelah ashar, rakyat dapat langsung merasakan
perubahan kebijakan khalifah baru ini. Khalifah Umar, masih satu nasab
dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab dari garis ibu.9

2. Prektek Ekonomi pada Masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz


Di zaman Umar bin Abdul Azizi, serangan dilakukan ke Prancis
melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Abd Al-
Rahman ibn Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau,
Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al- Ghafiqi terbunuh dan
tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Di samping daerah-daerah

8
Saprida,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Palembang: Noer Fikri,2017 ), hlm.77-78
9
Wikipedia, “Umar bin Abdul-Aziz”, https://id.wikipedia.org/wiki/Umar_bin_Abdul-Aziz
diakses pada 6-9-2018 pukul 7.35 WIB
tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah jatuh ke
tangan Islam pada zaman Bani Ummayah ini.10
Selama masa pemerintahannya, beliau menerapkan kembali ajaran
islam secara utuh menyeluruh. Ketika diangkat sebagai khalifah, beliau
mengumpulkan rakyatnya dan mengumumnkan serta menyerahkan
seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yang tidak wajar kepada
kaum muslimin melalui baitul maal.
Dalam melakukan berbagai kebijakannya, khalifah Umar Ibn
Abdul Aziz melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan. Ia mengurangi beban pajak yang di
pungut dari kaum Nasrani, menghapus pajak terhadap kaum muslim,
membuat takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa, dan
lain-lain. Berbagai kebijakan berhasil meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara keseluruhan hingga tidak ada lagi yang mau menerima
zakat.

Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz juga menetapkan kebijakan


dengan mengurangi beban pajak atas penganut kristen najran dari 2000
keping menjadi 200 keping. Kebijakan ini dikeluarkan karena ternyata
masyarakat kristen khususnya Bani Najran merasa berat. Beban meraka
dirasakan terlalu berat untuk dipikul. Karena kebanyakan mereka bukan
orang-orang kaya. Karena itu mereka menuntut Khalifah Umar Ibn
Abdul Aziz untuk mengurangi beban pajak tersebut. Dan Khalifah Umar
Ibn Abdul Aziz menetapkan kebijakan untuk melarang pembelian tanah
non-muslim kepada umat islam, langkah ini diambil khalifah karena
banyak tanah orang kristen yang sudah menjadi milik orang islam.
Sehingga banyak umat kristen yang tidak memiliki lahan untuk digarap.
Lebih jauh lagi, khalifah Umar Ibn Abdul Aziz menerapkan kebijakan
otonomi daerah. Setiap wilayah islam mempunyai wewenang untuk
mengelola zakat dan pajak sendiri-sendiri dan tidak diharuskan
menyerakan upeti kepada pemerintahan pusat. Bahkan sebaliknya

10
Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, hlm.44
pemerintah pusat akan memberikan bantuan subsidi kepada setiap
wilayah islam yang minim pendapatan zakat dan pajaknya.
Dengan demikian, masing-masing wilayah islam diberi kekuasaan
untuk mengelola kekayaannya. Jika terdapat surplus, khalifah Umar Ibn
Abdul Aziz menyarankan agar wilayah tersebut memberi bantuan kepada
wilayah yang minim pendapatannya, untuk menunjang hal ini, ia
mengangkat ibn jahdam sebagai Amil shadaqah yang bertugas menerima
dan mendistribusikan hasil shadaqah secara merata ke seluruh wilayah
islam.
Pada masa pemerintahannya, sumber-sumber pemasukan negara berasal
dari zakat, hasil rampasan perang, pajak penghasilan pertanian ( pajak ini
diawal pemerintahan khalifah Umar Ibn Abdul Aziz di tiadakan,
mengingat situasi ekonomi yang belum kondusif ). Setelah stabilitas
perekonomian masyarakat membaik, pajak ini ditetapkan, dan hasil
pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas.
Akan tetapi, kondisi baitul maal yang telah dikembalikan oleh
Umar Ibn Abdul Aziz kepada posisi yang sebenarnya itu tidak dapat
bertahan lama. Keserakahan para penguasa telah meruntuhkan sendi-
sendi baitul maal, dan keadaan demikian berkepanjangan sampai masa
ke khalifahan Bani Abbasiyah.

D. Pemikiran Ekonomi Ulama dan Fuqoha Daulah Umayyah


Pada era sebelum Islam, uang dari Romawi dan Persia banyak dipakai di
wilayah Hijaz, di samping itu di pakai juga beberapa uang perak Himyar yang
bergambar burung hantu Attic. Umar, Muawiyah dan para khalifah lainnya
yang terdahulu sudah merasa cukup dengan memakai mata uang asing yang
sudah beredar di masyarakat, dan mungkin pada beberapa kasus, terdapat
kutipan ayat Al-Quran tertentu pada koin-koin itu. Bermacam-macam uang
emas dan perak sudah pernah dicetak sebelumnya pada masa Abd Al-Malik,
namun pencetakan itu hanya sebuah tiruan dari mata uang Bizantium dan
Persia. Pada tahun 695 M, Abd Al-Malik mulai mencetak dinar emas dan
dirham perak yang asli hasil dari karya orang Arab. Wakilnya di wilayah Irak,
Al-Hajjaj, selanjutnya berusaha mencetak uang perak di Kufah pada tahun
selanjutnya.
Selain membuat mata uang emas Islam, dan berusaha menerapkan
arabisasi pada administrasi kerajaan, Abd Al-Malik juga mengembangkan
sistem pelayanan pos, dengan memanfaatkan alat trasnfortasi kuda antara
Damaskus dan juga untuk menjangkau ibukota provinsi lainnya. pelayanan
itu dibuat untuk melengkapi keperluan transportasi pejabat pemerintah serta
permasalahan surat-menyurat mereka. Seluruh kepala pos bekerja untuk
mencatat serta mengirimkan surat menyurat kepada khalifah tentang peristiwa
penting yang terjadi disemua wilayah mereka masing-masing. Ketika
berkaitan dengan pergantian mata uang, kita perlu mengingatkan perbaikan
sistem keuangan dan administrasi yang dialami pada masa ini. Pada
hakikatnya, tidak ada seorang muslim ataupun, bangsa lain yang wajib
dibebani untuk membayar pajak, selain zakat ataupun santunan untuk orang-
orang miskin walaupun pada pelaksanannya, hak istimewa kadang diserahkan
untuk segelintir orang Islam-Arab. dari teori itu, banyak orang yang berusaha
masuk Islam, terutama masyarakat dari Irak dan Khurasan, mereka
meninggalkan desa sebagai tempat mereka bekerja bertani, dan kemudian
pergi ke kota-kota, demi harapan dapat bergabung menjadi seorang prajurit
mawali (klien). Fenomena tersebut menimbulkan kerugian ganda pada
perbendaharaan kerajaan. Hal ini dikarenakan setelah mereka masuk Islam,
penerimaan pajak mulai berkurang dan kemudian setelah menjadi prajurit
mereka berhak memperoleh bantuan. Al-Hajjaj selanjutnya membuat
kebijakan penting supaya bisa mengembalikan orang-orang itu ke ladang
mereka masing-masing, supaya mewajibkan mereka unruk membayar pajak
seperti yang mereka kerjakan sebelum masuk Islam, diantaranya, pajak tanah
(kharaj) dan pajak kepala (jizyah). bahkan dia menwajibkan orang-orang
Arab yang menguasai tanah di wilayah wajib pajak untuk membayar pajak
tanah.106
Ketidakpuasan yang merebak di kalangan Muslim baru Khalifah Umar II
717 M-720 M berusaha menghentikan dengan menata ulang prinsip lama para
pendahulunya bahwa seorang muslim, baik Arab maupun mawla, tidak perlu
membayar pajak Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam apa pun, akan tetapi dia
menyatakan bahwa tanah kharaj adalah milik bersama komunitas Islam. Jadi,
setelah 100 H/718 M-719 M, dia melarang penjualan tanah kharaj kepada
orang Arab dan orang Islam, serta menyatakan bahwa jika pemilik tanah itu
masuk Islam, maka tanah miliknya wajib diserahkan kepada komunitas
kampung dan ia bisa terus menggunakannya dengan posisi sebagai pemilik
tanah.
Sekalipun berdasarkan atas niat yang sangat baik, kebijakan Umar tidak
berjalan dengan baik. Kebijakan itu mengurangi pemasukan negara dan
meningkatkan jumlah klien (mawla) di perkotaan. Bahkan banyak orang
Barbar dan Persia yang mencoba masuk Islam berusaha untuk menikmati
keistimewaan finansial dari pemerintahan. Pelaksanaan selanjutnya kembali
kepada sistem yang dibuat oleh Al-Hajjaj, dengan sedikit perbedaan. Sejak
itulah, akhirnya dibuat perbedaan antara jizyah, kewajiban karena “tidak
menerima agama Islam”, dan kharaj. dikarenakan jizyah diambil cuma dari
beberapa jenis barang saja, kantor bendahara negara melanjutkan kebijakan
untuk mendapat pemasukan dari kharaj, supaya dalam jangka yang panjang
pemerintah tidak akan mengalami kekurangan dana. Perbaikan budaya dan
pertanian juga dihubungkan pada kreativitas dan kecerdasan yang dilakukan
Al-Hajjaj. dia menggali sejumlah kanal dan memperbaiki kanal besar antara
Tigris dan Efrat. Dia juga bahkan mengeringkan dan membajak tanah
persawahan dan tanah terlantar.11

11
Suprida, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, hlm. 71-73
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kekhalifahan Bani Ummayah hanya berumur 90 tahun.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A

Anda mungkin juga menyukai