BAB 6 Malino Geo Metodologi
BAB 6 Malino Geo Metodologi
BAB VI
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
Sesuai dengan acuan yang telah digariskan dalam Dokumen Tender dan Kerangka
Acuan Pekerjaan (KAK) maka dalam Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino
Seluas 1200 Ha di Kabupaten Morowali pendekatan teknis dan metodologi
pelaksanaan yang mantap, ekonomis, tepat guna dan solusinya dapat diandalkan. Oleh
karena itu dalam melaksanakan pekerjaan ini PT Geodinamik Konsultan akan
menyiapkan pendekatan teknis dan metode-metode yang akan digunakan yang
dituangkan dalam Pendekatan Teknis dan Metodologi Pelaksanaan. Bagian ini
merupakan penjelasan umum tentang metoda pelaksanaan pekerjaan secara
keseluruhan, yang memberikan arahan kualitatif terhadap cara-cara pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan. Dalam penjelasan metodologi pelaksanaan, dibahas lingkup
tahapan kegiatan secara umum, yang dimulai dari tahap awal hingga penyelesaian
akhir pekerjaan. Rencana kerja merupakan penjelasan lebih rinci dari metoda
pelaksanaan, yang memuat arahan-arahan kuantitatif kegiatan, sehubungan dengan
tahapan yang telah ditetapkan sebelumnya.
VI.1. UMUM
Metodologi Pelaksanaan yang dimaksud di sini adalah suatu pendekatan penyelesaian
pekerjaan yang didasarkan pada kenyataan, bahwa tiap item pekerjaan mempunyai
keterkaitan dengan item pekerjaan lainnya. Hasil dari suatu item pekerjaan menjadi
variabel masukan pada pekerjaan lain.
Oleh karenanya proses penyelesaian seluruh item pekerjaan disusun sesuai dengan
tahapan-tahapan yang telah disesuaikan dengan keperluan pekerjaan studi.
Dari hasil Pengumpulan data, Orientasi Lapangan dan Penelaahan awal, maka dapat
disusun suatu rencana kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan.
BAB VI - 1
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 2
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 3
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 4
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 5
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 6
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 7
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 8
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
d. Penggambaran
- Garis silang untuk grid dibuat setiap 10cm
- Gambar draft harus dilakukan di atas kertas milimeter (grafik) kalkir yang
telah disetujui Direksi
- Semua BM dan titik triangulasi (titik pengikat) yang ada di lapangan harus
digambarkan dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan
elevasi dan koordinat
- Pada setiap interval 5 (lima) garis kontur dibuat tebal dan ditulis angka
elevasinya
- Legenda pada gambar harus sesuai dengan apa yang ada di lapangan
- Penarikan kontur lembah/alur data sadel bukit harus ada data elevasinya
- Garis sambungan (overlap) peta sebesar 5 cm
- Titik pengikat/referensi peta harus tercantum pada peta dan ditulis bawah
legenda
- Gambar/peta situasi sakala 1 : 5.000 dan perkecilannya skala 1 : 2.000 dan 1 :
5.000 digambar diatas kertas kalkir dengan ukuran A1
- Pada peta situasi 1 : 5.000 jalur pengukuran polygon utama dan cabang harus
diukur
- Gambar kampung dan sungai harus diberi nama yang jelas
- Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 digambar pada kertas kalkir
- Pada peta ikhtisar harus tercantum nama kampung, nama sungai, BM, jalan,
jembatan, rencana bendung dan lain-lain kenampakan yang ada di daerah
pengukuran
- Interval kontur tiap 0,25 m untuk daerah datar, dan 0,50 m untuk daerah
miring serta 1,00 m untuk daerah berbukit
- Grid peta ikhtisar 1 : 10.000 tiap 10 cm
- Lembar peta harus diberi nomor urut yang jelas dan teratur yang dimulai dari
kiri berurut ke kanan
- Format gambar etika peta harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan
Sebelum pelaksanaan penggambaran dimulai disarankan untuk asistensi dahulu
kepada Direksi (bagian pengukuran).
BAB VI - 9
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dari hasil pengukuran situasi trace saluran tersebut dapat diketahui elevasi serta
bentuk penampang saluran sehingga slope (kemiringan) alur saluran baik arah
memanjang maupun melintang dapat diketahui sehingga dapat dibuat suatu rencana
yang paling optimal yaitu pemilihan alur yang memenuhi persyaratan teknis yang
dapat dipertanggung jawabkan serta ekonomis dalam biaya pelaksanaannya.
Rincian pelaksanaan pekerjaan pengukuran dalam rangka pembuatan peta situasi trace
saluran adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran Polygon
Maksud pengukuran polygon adalah untuk mendapatkan koordinat titik
polygon (X, Y) untuk setiap Bench Mark dan Patok kayu (IP) dimana poligon
domulai dari titik referensi yang sudah ditentukan dan berakhir pada titik yang
sudah diketahui koordinatnya.
Dalam pengukuran polygon ini jalur yang digunakan adalah sejajar alur
saluran yang dianggap perlu dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
lapangan.
Methoda yang digunakan adalah pengukuran polygon yang kedua ujungnya
tertutup atau terikat (diikat pada titik tetap yang ada) dengan menggunakan alat
jenis Theodolite dengan ketelitian setingkat Wild T0
Pengamatan matahari dilakukan pada setiap jarak ± 5 km (titik simpul
poligon) juga pada tiap BP dan EP. Pengamatan dilakukan pagi dan sore pada
kemiringan matahari ≤ 30 .
Ketelitian sudut dan ketelitian linier polygon sedapat mungkin diusahakan
sama dengan ketelitian yang sudah ada.
BAB VI - 10
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Alat ukur yang digunakan adalah jenis automatic level yang termasuk Orde
2 (NAK 0)
Setiap hari sebelum dan setelah pengukuran dilakukan pengecekan garis
bidik (visir).
Bila garis visir mencapai 0.02 mm/m, maka alat tersebut tak boleh dipakai.
Pelaksanaan pengukuran dilakukan dengan system pergi pulang.
Jarak bidik maksimum agar tak lebih dari 50 m.
Pembacaan dilakukan 3 benang (atas, tengah dan bawah).
Salah penutup pengukuran 10 D m (D = jumlah jarak waterpas dalam
km).
Kontrol bacaan benang
BT = ( BA- BB ) / 2
Bacaan harus memperoleh selisih 2 mm, bila > 2 mm maka harus diulang.
BAB VI - 11
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
penting yang perlu diambil maka lebar penampang > 75 m begitu pula pada
bagian yang berbelok.
Jarak penampang melintang diamil secara optis dengan sistim pembacaan 3
benang (atas, tengah dan bawah) atau dengan pita ukur baja sampai pembacaan
dalam cm
Sketsa pengukuran dibuat dengan rapi dan jelas untuk membantu dalam
proses penggambaran
5. Penggambaran
Pengeplotan koordinat grid titik polygon mempunyai ketelitian + mm peta
terhadap koordinat sebenarnya
Interval kontur adalah 0,5 m untuk daerah datar, 1,0 m untuk daerah berbukit
dan 5 m untuk daerah terjal.
Skala detail 1: 500
Skala melintang horizontal 1: 2000
Skala memanjang horizontal 1: 2000
BAB VI - 12
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap BM
akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan koordinat (x, y, z)
BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon dan sipat datar. Pada
setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping untuk memudahkan
pemeriksaan. Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang
terdekat.
Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark besar berukuran (20x20x100) cm. Bench
Mark besar dipasang seperti berikut :
BM harus dipasang pada jarak setiap 2,5 km sepanjang jalur poligon utama
atau cabang. Patok beton tersebut harus ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang
lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada
daerah yang lebih aman dan mudah dicari. Pembuatan tulangan dan cetakan BM
dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM dilakukan dilokasi pemasangan.
Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi. Pemotretan BM dalam posisi "Close
Up", untuk lembar deskripsi BM.
Baik patok beton maupun patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang aman dan mudah pencariannya.
Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar
patok diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran
(3x5x50) cm3 ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya
serta diberi kode dan nomor yang teratur.
2. Pengukuran Polygon
Maksud pengukuran polygon adalah untuk mendapatkan koordinat titik
polygon (X, Y).
Dalam pengukuran polygon ini jalur yang digunakan adalah jalur sepanjang
batas areal pengembangan ditambah beberapa jalur yang dianggap perlu dilakukan
yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lapangan.
BAB VI - 13
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
3. Pengukuran Waterpass
Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada
titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran
dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double
stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka
pengukuran) telah diikatkan terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik
kerangka dasar dilakukan dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik
terhadap bidang referensi (BM) seperti digambarkan pada Gambar berikut.
BAB VI - 14
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu
belakang menjadi rambu muka.
Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan
rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi/paku yang ada
di patok.
Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,
benang atas dan benang bawah.
Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang
bawah (BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.
Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
Toleransi salah penutup beda tinggi (T).
T = 10mm √D mm dimana:
D = Jarak dalam kilo meter.
BAB VI - 15
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran. Syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu :
Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.
Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” √n, dimana n = banyaknya titik
sudut.
Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk
topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan
lapangan.
Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
Sudut poligon raai dibaca satu seri.
Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm√D (D dalam km).
BAB VI - 16
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
7. Penggambaran.
Pengeplotan koordinasi Grid dan titik polygon mempunyai ketelitian ± 50
mm pada peta terhadap koordinat sebenarnya
Interval kontur tiap 1 m untuk daerah yang datar dan 2 m untuk daerah yang
berbukit
Kertas gambar harus mempergunakan sejenis codactrade dengan ukuran Al
dan dilengkapi dengan legenda topografi dan etiket gambar seperti yang sudah
ditentukan oleh Direktorat Irigasi
Skala yang dibutuhkan:
- Situasi sungai : 1: 200
- Profil melintang: Jarak (D) = 1: 200
Tinggi (H) = 1: 100
- Profil memanjang : Jarak (D) = 1 : 200
Tinggi (H) = 1: 200
- Situasi Bendung : 1: 500
BAB VI - 17
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Setiap penyimpangan dari kriteria tersebut diatas supaya secara jelas diuraikan dalam
suatu laporan yang disampaikan dan didiskusikan dengan pemberi pekerjaan.
Secara singkat kegiatan yang akan dilakukan konsultan dapat diuraikan di bawah ini :
a. Pengumpulan data Jaringan Irigasi yang telah ada dan data kebutuhan air petani.
b. Pengumpulan data keadaan Daerah Irigasi.
c. Melaksanakan pengukuran dan pemetaan situasi jaringan tersier dengan skala 1 :
2.000
d. Pembuatan lay out jaringan pembawa dan pembuang (tersier dan kwarter)
e. Melaksanakan pengukuran trase saluran tersier dan kwarter pembawa dan
pembuang
f. Pembuatan perencanaan detail saluran dan bangunan pembawa dan pembuang
(tersier dan kwarter)
g. Melaksanakan perhitungan dan penjelasan rotasi pemberian air, pada petak yang
bersangkutan dengan mengaju kepada system planning dan Manual O&P yang
sudah ada.
h. Pembuatan program pelaksanaan serta rencana anggaran biaya untuk pelaksanaan
pembangunan tersier.
j. Laporan - laporan.
Pekerjaan pemetaan situasi secara garis besar meliputi beberapa sub pekerjaan sebagai
berikut :
Pemasangan patok beton dan kayu
Pengukuran kontrol horizontal dan vertikal
Pengukuran detail situsi, elevasi dan keadaan topografi
BAB VI - 18
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
a. Dasar survey
Peta teknis jaringan irigasi skala 1:5.000
Catatan khusus dari Direksi Pekerjaan
Data untuk kontrol horizontal dan vertikal juga ditunjukan dalam catatan
khusus
Titik referensi yang akan digunakan baik untuk koordinat (X,Y) maupun
untuk titik tinggi (z) harus menggunakan titik referensi yang telah ada sehingga
didapatkan peta satu sistem dengan peta lama
Sistim grid yang digunakan ialah sistim proyeksi U.T.M
Data Bench Mark yang dipakai harus baik dan dikontrol dengan Bench
Mark yang lain
Semua alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan baik dan memenuhi
syarat ketelitian yang diminta
BAB VI - 19
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
b. Survey (Pengukuran)
Pendahuluan
Kerangka acuan berikut ini untuk membimbing pelaksana dalam pelaksanaan
pengukuran untuk pembuatan peta situasi yang akan digunakan untuk pembuatan
lay out detail desain baik untuk perencanaan jaringan tersier, maupun untuk
perencanaan pencetakan sawah.
Bench Mark
Lokasi Bench Mark harus ditunjuk pada gambar skala 1 : 2.000 dan skala 1 :
1.000 dalam setiap lembar peta lengkap dengan koordinat (x,y,z).
Hasil pengukuran digambar pada kertas berukuran A1. Over dan side lap sesuai
dengan petunjuk buku Standard Perencanaan Irigasi (KP 07) dan interval grid
setiap 10 cm (200 m) untuk skala 1 : 2.000, dan setiap 10 cm (100 m) untuk skala
1 : 1.000.
c. Kontrol horizontal
Pengukuran kontrol horizontal dilakukan dengan cara poligon, poligon harus
tertutup dan melingkupi daerah yang ditetapkan, jika daerahnya cukup luas
poligon utama dibagi dalam beberapa kring tertutup, maksimum sisi poligon 2,50
km.
Diusahakan sisi poligon sama panjangnya, poligon cabang harus terikat
kepada poligon utama dan titik referensi yang digunakan harus mendapat
persetujuan dari Direksi pekerjaan. Diusahakan pula jalur poligon baik cabang,
maupun utama melalui rencana saluran atau saluran yang sudah ada demikian juga
jalur jalur inspeksi atau drainase.
Bench Mark dipasang di tempat yang aman dari gangguan manusia atau
binatang, BM dipasang setiap 250 Ha dan perpotongan jalur poligon diikat.
Dibuatkan diskripsinya dan diberi nomor urut yang teratur (lihat lampiran).
BAB VI - 20
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
d. Kontrol vertikal
Semua titik poligon harus diukur ketinggiannya. Titik referensi untuk
kontrol vertikal harus mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan
Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pulang pergi, alat ukur yang
digunakan sipat datar Automatic Level Ni 2, Nak 1, Nak 2, atau sejenis
e. Pengukuran situasi
Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang
telah dipasang, dengan melakukan pengukuran keliling secara pengukuran di
dalam daerah survey.
Bila perlu jalur poligon dapat ditarik lagi dari kerangka utama dan cabang
untuk mengisi detail planimetris, berikut spot heigt yang cukup, sehingga
diperoleh penggambaran kontur yang dapat menyajikan informasi ketinggian yang
memadai, titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 1 cm pada peta
skala 1 : 2.000, interval ini eqivalen dengan jarak 20 m tiap penambahan satu titik
spot height atau 36 titik spot height untuk 1 ha diatas tanah.
Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kerancuan dan
ketidak teraturan terrain. Kerapatan titik-titik spot height yang dibutuhkan dalam
daerah pengukuran tidak hanya daerah sawah tetapi juga kampung, kebun, jalan
setapak, tanaman sepanjang jalan dan sungai, akan tetapi dengan kerapatan yang
berbeda.
BAB VI - 21
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
f. Isi peta
Peta situasi skala 1 : 2.000 tersier harus mencakup antara lain :
Jaringan kerangka dasar, garis kontur, titik ketinggian dan lain-lain
Batas pemerintahan, kampung, desa, kecamatan termasuk nama kampung,
desa dan lain-lain
Batas tata guna tanah atau lahan/vegetasi lahan (misalnya : alang-alang,
ladang, tegal, kebun, sawah, rawa dan lain-lain)
Tata letak jalan, jalan desa, jalan setapak dan lain-lain
Saluran alur sungai (dasar sungai terendah dan lebar sungai digambar supaya
terlihat jelas)
Tata letak saluran dan bangunan Irigasi dan drainase serta bangunan lainnya
(seperti : jembatan, sekolah, mesjid, kantor pemerintah)
Batas petak tersier, lokasi pencetakan sawah dan lahan yang tidak dapat
dicetak menjadi sawah
Pohon besar berdiameter > 20 cm ketinggian sekitar 12 m diatas tanah bila
pepohonan ini berada disawah (khusus untuk skala 1 : 1.000)
Petak-petak sawah (kecuali bila luas petak kurang dari 50 x 50) petak sawah
diperoleh dari titik-titik spot height dan diukur dari batas pertemuan sawah (tanah
yang lapang bukan diatas tanggul, sket berperan penting, lihat contoh di bawah
(gambar memperlihatkan ketinggian petak-petak sawah berikut lay out titik-titik
detail).
BAB VI - 22
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Tiap petak sawah digambar berdasarkan sistim koordinat yang disepakati, peta
situasi digambar setelah kerangka dasar tergambar.
Potongan Melintang
Untuk daerah datar
Pada rencana trase saluran potongan melintang harus diukur tiap 50 m
Untuk daerah bergelombang / pegunungan
Potongan melintang trase saluran harus diukur tiap 25 meter
Lebar potongan melintang yang harus diukur ditetapkan 7,5 meter ke kiri
dan ke kanan dihitung dari as saluran ( total 15 meter ).
Potongan Memanjang
Bila trase saluran yang direncanakan berimpit dengan trase saluran lama
(yang telah ada), maka yang harus diukur ialah ketinggian dasar saluran serta
diberi jarak 7 cm untuk digambar ketinggian tanggul sebelah kiri dan kanan
BAB VI - 23
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Bila trase saluran yang direncanakan merupakan trase baru, maka yang
harus diukur adalah ketinggian muka tanah pada saluran.
BAB VI - 24
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Bor inti akan dilakukan dengan total kedalaman 50 meter yang akan
didistribusikan menjadi 5 titik (3 titik pada as bendung, 1 titik pada upstream
bendung dan 1 titik pada downstream bendung) dengan masing-masing
kedalaman sekitar 10 m dan distribusinya akan disesuaikan dengan kondisi
lapangan dan lay out bendungan.
Pekerjaan bor inti ini dilaksanakan dengan menggunakan mesin bor inti NX
berdiameter 76 mm. Tujuannya yaitu untuk mengambil contoh tanah/batuan
dengan menggunakan Core Barrel tipe double dan tripple serta shelby tube.
Bersamaan dengan kegiatan pemboran ini, akan dilakukan pula Uji Kelulusan air
serta SPT. Standar Penetration Test (SPT) akan dilakukan pada setiap lubang bor
dengan interval jarak 3,00 m.
Disamping itu, untuk mengetahui harga Koefisien Permeabilitas (K) akan
dilakukan juga pengujian kelulusan air pada setiap interval 3,00 M dengan metoda
Open Head Test serta Lugeon Test (Pressure Test).
Deskripsi tanah/batuan yang terambil akan dilakukan oleh seorang Geologist
lapangan yang berpengalaman, bersamaan dengan kegiatan pemboran.
Contoh inti bor akan ditempatkan pada kotak inti bor dengan ukuran kotak 40 x
100 cm, yang dapat memuat Inti sepanjang 5,00 M.
b. Pemboran Tangan (Hand Auger)
Pemboran tangan dilakukan untuk mengetahui jenis lapisan tanah secara jelas dan
terperinci, pemboran tangan dilakukan dengan kedalaman maksimum 10 meter
mengunakan mata bor type Iwaan dengan diameter antara 12 - 15 cm, sehingga
pada saat pengambilan tube sample mudah terambil. Pemboran tangan akan
mengalami kesulitan pada waktu pelaksanaannya, misalnya antara lain apabila :
Menembus lapisan lembek dan mudah longsor, sehingga dinding lubang
bor akan selalu runtuh, agar contoh jenis tanah tersebut dapat terambil
diusahakan dengan memakai casing
Menembus boulder/bongkah batuan keras, akan tetapi pemboran harus
dilanjutkan dengan mengadakan pemboran ulang pada jarak 1 - 3 meter disisi
lokasi pemboran pertama.
BAB VI - 25
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Pemboran tangan bisa dihentikan sebelum mencapai batas maksimum (10 meter)
apabila telah menembus atau hal-hal lain sehingga pemboran tangan tidak mampu
dilanjutkan lagi.
Hal-hal yang perlu dicatat pada waktu pemboran tangan dilaksanakan adalah
mencatat jenis-jenis tanah pada setiap lapisan yang berbeda, juga dicatat
ketinggian muka air tanah, elevasi serta hal-hal lain yang dianggap perlu.
c. Sumuran Uji (Test Pit)
Pekerjaan penyelidikan sumuran uji (Test Pit) ini gunanya untuk mengetahui jenis
dan ketebalan serta urut-urutan lapisan tanah bawah permukaan dengan lebih
jelas, baik pada lokasi bangunan akan dibuat maupun pada daerah " Borrow area "
sehingga akan diketahui jenis penyebaran dan ketebalan tanahnya.
Dalam pelaksanaan tersebut dicatat tentang uraian jenis dan warna tanah,
kedalaman dan elevasinya.
Ukuran sumur uji 1 x 1,5 meter dengan kedalaman maksimum 5,0 meter dan
difoto untuk semua test pit. Pembuatan sumuran uji (Test Pit) bisa dihentikan
bilamana :
Telah dijumpai lapisan keras, baik pada lokasi maupun di daerah
sekelilingnya
Bila dijumpai rembesan air tanah yang cukup besar sehingga sulit untuk
diatasinya
Bila dinding galian mudah runtuh., sehingga pembuatan galian mengalami
kesulitan, meskipun sudah diatasi dengan memasang papan penahan.
d. Sondir
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui nilai perlawanan konus dari variasi
kedalaman pada lapisan-lapisan tanah. Alat sondir yang digunakan berkapasitas
sedang, dan dapat membaca nilai maksimum perlawanan konus sebesar 250
kg/cm2.
e. Pengambilan Contoh Tanah.
Untuk mengadakan penelitian tanah dilaboratorium pengambilan contoh tanah
harus dilakukan, hal ini diperlukan untuk mengetahui sifat fisik dan parameter
tanahnya. Dalam pengambilan contoh tanah isi dilakukan 2 (dua) cara yaitu :
Pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample)
BAB VI - 26
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Agar data parameter dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah dan dapat
digunakan, maka harus diperhatikan pada saat pengambilan, pengangkutan
dan penyimpanan contoh tanah agar :
- Struktur tanahnya dan sifat-sifat tanahnya tidak berubah sehingga
mendekati keadaan yang sama dengan keadaan lapangan
- Kadar air asli masih dianggap sesuai dengan mata tabung 0 minimal 6,8
cm dan panjang minimal 50 cm
- Sebelum pengambilan contoh tanah dilakukan dinding tabung sebelah
dalam diberi pelumas agar gangguan terhadap contoh tanah dapat
diperkecil, terutama pada waktu mengeluarkan contoh tanahnya
- Untuk menjaga kadar asli contoh tanah ini, maka pada kedua ujung tabung
harus ditutup dengan parafin yang cukup tebal dan tabung diberi simbol
lokasi, nomor sample serta kedalaman contoh diambil
- Pada waktu pengangkutan dan penyimpanan tabung sample supaya
dihindarkan dari getaran yang cukup keras dan dihindarkan penyimpanan
pada suhu yang cukup panas
- Pada waktu pengambilan contoh tanah ini diusahkan dengan memberikan
tekanan centris sehingga struktur tanahnya sesuai dengan di lapangan.
BAB VI - 27
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
2. Pengukuran Debit
Pengukuran debit dilakukan pada pos duga muka air atau lokasi yang direncanakan
akan dibangun bangunan pengendali banjir dengan memasang papan duga muka air
yang diikatkan terhadap BM yang ada, sehingga membentuk satu sistem ketinggian
dengan topografi.
Tujuan dan pengukuran ini adalah untuk mendapatkan hubungan antara tinggi muka
air dan besarnya debit. Hubungan ini lazim disebut “Rating Curve”.
BAB VI - 28
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Secara umum pengukuran debit secara langsung dapat dilakukan dengan 2 macam
cara yaitu :
a) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat “Current Meter”
b) Pengukuran kecepatan aliran menggunakan alat pelampung.
Pada pekerjaan ini akan digunakan cara pertama, cara kedua hanya akan digunakan
bila pengukuran dengan cara pertama secara teknis tidak mungkin dilakukan.
Mengingat bahwa distribusi kecepatan pada awal vertikal dalam aliran laminer
merupakan distribusi parabola, maka pengukuran kecepatan dapat dilakukan pada
kedalaman berikut :
a) Satu titik pengukuran pada kedalaman 0,6 H dari permukaan air.
b) Dua titik pengukuran pada kedalaman 0,2 H dan 0,8 H dari permukaan
air.
c) Tiga titik pengukuran pada kedalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 H dari
permukaan air
Kecepatan rata-rata pada satu vertikal dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V = V0,6H
V = (V0,2H + V0,8H )/2
V = ( V0,2H + 2 . V0,6H + V0,8H ) / 4
Bila kedalaman air H < 0,6 m, maka pengukuran dilakukan pada kedalaman 0,6 H
dari permukaan air, sedangkan apabila H > 0,6 m, pengukuran akan dilakukan pada 2
titik atau 3 titik.
BAB VI - 29
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
menyangkut aspek industri di lingkungan studi yang berkaitan dengan adanya rencana
pengembangan daerah irigasi ini.
Dengan adanya data-data tersebut selanjutnya dianalisa baik dari sisi positif maupun
negatif, yang selanjutnya akan dijadikan sebagai parameter dalam penentuan hasil
studi kelayakan pengembangan daerah irigasi ini.
Survey sosial ekonomi dan pertanian ini sebagian besar berupa pengumpulan data
sekunder dari instansi terkait kemudian dilanjutkan survey lapangan baik dengan
wawancara maupun kuestioner.
Data yang dikumpulkan antara lain jumlah penduduk, mata pencaharian, sarana dan
prasarana sosial, data hasil dan produksi berbagai jenis tanaman pangan dan tanaman
keras, data luas tanam dan luas panen, serta produktifitas per satuan luas, ketersediaan
saprotan (sarana produksi pertanian), pemasaran hasil pertanian serta sarana dan
prasarana transportasi, kegiatan pengembangan industri pertanian baik yang telah
berjalan maupun yang masih dalam skala rencana dan data - data lainnya yang
berkaitan langsung dengan studi kelayakan ini.
Survey lapangan dilakukan secara acak terhadap kepala keluarga di areal studi. Data
yang dikumpulkan dari instansi-instansi (Dep. Pekerjaan Umum, Pertanian,
Transmigrasi, Industri dan Perdagangan dan lain-lain) serta data hasil wawancara
(melalui kuestioner) selanjutnya dianalisa untuk mengetahui secara garis besar
tentang kondisi sosial ekonomi dan pertanian serta aspek lainnya di areal studi, yang
kemudian akan digunakan sebagai dasar bagi upaya-upaya peningkatan produksi
pertanian dan peningkatan pendapatan para petani.
BAB VI - 30
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 31
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
2. Atterberg Limit
- Liquit Limit (LL)
Batas cair/liquit limit ini adalah nilai kadar air yang dinyatakan proses dari contoh
tanah yang dikeringkan dalan oven pada batas antara keadaan cair ini dapat
ditentukan dengan cara penentukan nilai kadar air pada contoh tanah yang
mempunyai jumlah ketukan sebanyak 25 kali dijatuhkan setinggi 1 cm pada
kecepatan ketukan 2 kali setiap detiknya, dan panjang lereng saluran percobaan ini
adalah 12, 7 mm. Prosedurnya dapat mengikuti ASTM.D.423
- Plastic Limit (PL)
Batas plastic ini adalah nilai kadar air pada batas daerah plastic. Kadar air ini
ditentukan dengan menggiling-giling tanah yang melewati ayakan No. 40 (4255
m) pada alat kaca sehingga membentuk diameter 3.2 m dan memperlihatkan retak-
retak Prosedur dapat mengikuti ASTM.D.424.
- Shrinkage Limit
Shrinkage limit adalah nilai maksimum kadar air pada keadaan dimana volume
dari tanah ini tidak berubah, prosedur penentuan nilai batas susut ini dapat
mengikuti ASTM.D.427.
BAB VI - 32
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
7. Permeability Test
Percobaan kerembesan ini dimaksudkan untuk mengetahui nilai koefsien
rembesan dari suatu jenis tanah sebutir kasar yang dapat dilakukan dengan cara
constant head, sedangkan pada tanah cohesive soil yang mempunyai nilai
BAB VI - 33
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
koefisien rembesan cukup rendah dapat dilakukan dengan cara falling head. Agar
waktu yang ada pada filling head ini tidak terlalu lama, penambahan tekanan
dapat dilakukan.
8. Compaction Test
Salah satu contoh untuk memperoleh hasil pemadatan yang maximal telah banyak
digunakan metode proctol (1983) di laboratorium. Dengan cara ini maka
pengangan sebagai dasar-dasar pemadatan di lapangan dapat dilakukan seperti
penentuan kadar air optimum (Wopt). Perkiraan kepadatan di lapangan, jumlah
tanah bahan proctor berkisar 30 kg, tanah ini akan dikenakan percobaan
Standart/Modified ASSHO, sehingga akan diperoleh nilai maximum depadatan
cukup baik, maka minimal 5 titik lengkung pemadatan perlu diperoleh dengan
kadar air berkisar + 3 % di daerah optimum. Prosedur dapat dilakukan dengan
menggunakan cara ASSHO T.180 dan ASTM.D.698.
BAB VI - 34
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
D. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tergantung dari sifat-sifat tanah. Pada tanah lempung berat
dengan karakteristik pengolahan tanah baik laju perkolasi dapat mencapai 1
BAB VI - 35
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
sampai 3 mm/hari, dan pada tanah yang lebih ringan laju perkolasi bisa lebih
tinggi.
E. Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah gabungan dari evaporasi dan transpirasi. Evaporasi adalah
penguapan air tanah dari permukaan tanah, sedang transpirasi adalah penguapan
air tanah melalui proses pertumbuhan tanaman.
Jadi Evapotranspirasi disini adalah jumlah air yang terpakai pada saat penguapan
dari permukaan air, permukaan tanah dan tumbuhan tanaman.
Parameter dari Evapotranspirasi adalah :
1. Suhu
2. Kelembaban relatif
3. Lamanya penyinaran matahari
4. Kecepatan angin
dimana :
Eto = Evapotranspirasi (mm/hari)
w = Weighting faktor, yang tergantung dari temperatur dan efek
radiasai matahari
Rn = Radiasi netto/tahun ekivalen avaporasi
(1-w) = Weighting faktor yang tergantung dari temperatur, elevasi, efek
kecepatan angin dan kelembaban.
(ea - ed) = Selisih dari tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata udara
BAB VI - 36
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Kebutuhan air irigasi (water requirement), adalah besarnya kebutuhan air yang
diperlukan mulai dari pengolahan tanah sampai menjelang panen.
Besarnya kebutuhan air ini, ditentukan oleh besarnya kebutuhan air efektif,
evaporasi, perkolasi, pengolahan tanah, macam tanah, efisiensi irigasi dan
sebagainya.
Secara umum perkiraan banyaknya air irigasi yang diperlukan tanaman padi dan
palawija didekati dengan rumus :
- Kebutuhan air irigasi untuk padi :
IR = NFR/e
NFR = ETc + P - Re + WLR
- Kebutuhan air untuk palawija
IR = (ETc - Re)/e
dimana :
ETc = Penggunaan konsumtif
P = Kehilangan air akibat perkolasi
Re = Curah hujan efektif
e = Efisiensi irigasi
WLR = Penggantian lapisan air
Sedangkan penyiapan lahan untuk padi selama jangka waktu penyisipan lahan
dihitung dengan metode yang dikembangkan oleh Van De Goor dan Zijlstra)
dimana metode ini didasarkan atas laju air konstan dalam lt/det selama periode
penyiapan lahan dengan menghasilkan rumus :
IR = (M.ek)/(ee-1)
dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi ditingkat persawahan (mm/hari)
M = Kebutuhan air untuk mengkonpensasi air yang hilang akibat
evaporasi dan perkolasi disawah yang telah dijenuhkan,
M = Eo + P (mm/hari)
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan
lahan (mm/hari)
k = M.T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
BAB VI - 37
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
2. Efisiensi Irigasi
Efisiensi Irigasi (e) adalah merupakan prosentase jumlah air yang sampai
disawah dari pintu pengambilan.
Efisiensi timbul karena kehilangan air yang disebabkan dan rembesan,
bocoran eksploitasi dan lain-lain.
Tabel Efisiensi Irigasi
Saluran Efisiensi Efisiensi total
Saluran tersier 0,80 0,80 0,80
Saluran sekunder 0,90 0,80 x 0,90 0,72
BAB VI - 38
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dimana :
BAB VI - 39
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
m = n/2 + 1
Dimana :
m = Rangking dari urutan curah hujan terkecil merupakan data
curah hujan rata-rata bulanan
n = Jumlah tahun pengamatan
IR = (m . ek)/(ek - 1)
Dimana :
IR = Kebutuhan air irigasi tingkat persawahan, mm/hari
m = Kebutuhan air untuk penggantian/mengkonpensasi air yang hilang
akibat evaporasi, perkolasi, disawah yang telah dijenuhkan, dengan
m = Eo + P
BAB VI - 40
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
dimana :
Eo = Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x ETo selama penyiapan
lahan, mm/hari.
k = M . T/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S = Air yang diperlukan untuk menjenuhkan ditambahkan lagi dengan
50 mm, jadi 250 + 50 mm = 300 mm
(3) Jangka Waktu Untuk Penyiapan Lahan (LP)
Jangka waktu untuk penyiapan lahan (LP) yang diterapkan pada lokasi
proyek DI Modo adalah 45 hari. Kebutuhan air selama waktu penyiapan
lahan meliputi penjenuhan dan penggunaan sawah serta persemaian, pada
transplantasi ditambah lapisan air 50 mm (KP-01, 1986, hal 107)
(4) Kebutuhan Air untuk Menjenuhkan Air
Kebutuhan air pada saat penjenuhan tanaman (S) untuk setiap jenis
tanaman dibedakan untuk keadaan kering (setelah panen padi). Dalam hal
ini S = 250 mm untuk keadaan kering.
(5) Hubungan (Eo + P) dengan LP
Hubungan antara (Eo + P) dengan harga (LP) pada keadaan basah dan
keadaan kering, diuraikan pada Tabel sebagai berikut :
Tabel Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan (LP) Eo + P
Eo + P T = 30 Hari
mm/hari S= 250 mm S= 300 mm
5,0 11,1 12,7
5,5 11,4 13,0
6,0 11,7 13,3
6,5 12,0 13,6
7,0 12,3 13,9
7,5 12,6 14,2
8,0 13,0 14,5
8,5 13,3 14,8
9,0 13,6 15,2
9,5 14,0 15,5
10,0 14,3 15,8
10,5 14,7 16,2
11,0 15,0 16,5
Sumber : Standard Perencanaan Irigasi 1986 (KP-01, hal 161)
BAB VI - 41
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
G. Neraca Air
Luas areal yang dapat diairi tergantung dari debit andalan yang tersedia serta
kebutuhan air irigasi pada saat yang bersamaan. Apabila air yang tersedia tidak
mencukupi luas areal irigasi yang ada, maka ada tiga alternatif yang perlu
dipertimbangkan, yaitu :
- Luas daerah irigasi dikurangi, bagian tertentu dari daerah irigasi yang bisa
diairi, tidak diairi.
- Melaksanakan Modifikasi Pola Tanam.
- Teknik Rotasi/Golongan
Untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi, dapat dilakukan dengan
sistim rotasi atau golongan, namun hal ini akan mengakibatkan sistim
eksploitasi yang kompleks.
Luas areal yang dapat diairi berdasarkan debit andalan, dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
A = (Qandalan /DR) . 100
Dimana :
A = Luas areal yang dapat diairi (ha)
Qandalan = Debit andalan, m3/det
DR = Kebutuhan pengambilan (Lt/dt/ha)
BAB VI - 42
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
kemudian hasil yang didapat dari metode tersebut digunakan Metode Thiesen. Cara
perhitungan adalah sebagai berikut:
An .Rn
RDPS
An
dimana:
RDPS : Curah hujan daerah pengaliran sungai
An : Luas daerah pengaruh stasiun i
Rn : Curah hujan maksimum stasiun i
Dari data hujan harian maksimum dilakukan analisa curah hujan rencana
maksimum. Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir
rencana. Curah hujan rencana diambil untuk periode ulang 5, 10, 20, 50 dan 100
tahun.
Metode Gumbel
Untuk curah hujan rencana yang dihitung dengan menggunakan Distribusi
Gumbel, Persamaan yang digunakan adalah:
X T X K T .S X
SX
X xi 2
n 1
KT
6 0.5772 ln ln T
π T 1
dimana:
XT = Curah hujan maksimum dalam periode ulang T
X = Curah hujan rata-rata
KT = Koefisien dispersi
Sx = Standar Deviasi
T = Periode Ulang
Dengan memasukkan nilai-nilai tersebut, maka didapat harga curah hujan
maksimum untuk beberapa periode ulang yang diperlukan.
BAB VI - 43
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
SlogX
LogX LogX 2
n 1
G
n LogX LogX 3
n 1. n 2.SLogX 3
dimana:
X = Curah hujan (mm)
X = Curah hujan rata-rata
TR = Perioda ulang
k = Faktor frekuensi tertentu f(G,TR) lihat tabel
G = Koefisien kemencengan
n = Jumlah data
Dengan memasukkan data-data curah hujan yang ada ke dalam persamaan-
persamaan tersebut akan diperoleh data curah hujan rencana untuk periode
ulang yang dicari.
(log x log x ) i
2
Slogx = (n 1)
log x i
log x = n
dimana:
XTR = Besarnya curah hujan dengan periode ulang t
BAB VI - 44
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
n = Jumlah data
log x = Curah hujan harian maksimum rata-rata dalam harga logaritmik
k = Faktor frekuensi dari Log Normal 2 parameter, sebagai fungsi dari
koefisien variasi, Cv dan periode ulang t
Slogx = Standard deviasi dari rangkaian data dalam harga logaritmiknya
Cv = Koefisien variasi dari log normal 2 parameter
x 2 ln
Ei Oi 2
Ei
dimana :
Ei = data hasil perhitungan dari sebaran teoritik untuk masing-masing
kelas interval
Oi = data hasil pengamatan dari sebaran empiris
X2ln = t (l, Dk) dibaca dari table distribusi x2
d = derajat kepercayaan
Dk = derajat kebebasan = k – h – l
BAB VI - 45
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
J. Modulus Pembuang
Yang dimaksud dengan modulus pembuang adalah besarnya debit air yang harus
dibuang pada suatu areal irigasi pada waktu tertentu untuk menghindari genangan.
modulus pembuang atau modul drainase digunakan untuk merencanakan hidrolis
saluran atau bangunan drainasi, ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Dm = D(n) / (n * 8.64) (lt/dt/ha)
D(n) = R(n)T + n (IR - ET - P) - S
dimana :
BAB VI - 46
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 47
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 48
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 49
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 50
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Ada empat aspek topografi yang sangat mempengaruhi kesesuaian lahan untuk
irigasi, yaitu :
a. Lereng
Faktor lereng antara lain kecuraman, panjang dan bentuk lereng. Lereng yang
lebih curam selain memerlukan tenaga dan ongkos yang lebih besar dalam
penyiapan dan pengelolaan, juga lebih sulit dalam pengaturan air dan lebih
besar dalam masalah erosi yang dihadapi.
b. Relief mikro
Relief mikro menunjukan permukaan yang tidak rata dengan perbedaan tinggi
antara puncak dan lembah maksimum 5 meter. Untuk keperluan irigasi lahan
tersebut perlu diratakan.
c. Relief makro
Dengan sistem irigasi permukaan (grafitasi), relief makro ini sangat penting
sekali untuk menentukan apakah suatu lahan dapat diairi atau tidak. Daerah
perbukitan dengan banyak puncak akan lebih sulit dirancang untuk irigasi dari
BAB VI - 51
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Untuk menetukan kelas/sub kelas kesesuaian lahan maka setiap unit lahan yang ada
perlu dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang ada, dalam studi ini penilaian kelas
kesesuaian lahan akan dilakukan terhadap tanaman pangan, palawija dan tanaman
tahunan. Kriteria secara Lengkap dari kedua keperluan tersebut disajikan dalam
Lampiran . Klasifikasi Kesesuan Lahan untuk dibedakan ke dalam 6 kelas, yaitu :
Kelas S1 = Sangat Sesuai
Kelas S2 = Cukup Sesuai
Kelas S3 = Sesuai Marginal
Kelas N1 = Sementara Tidak Sesuai
Kelas N2 = Tidak sesuai Selamanya
BAB VI - 52
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Lahan kelas S1 dan S2 merupakan lahan yang sesuai untuk pengembangan tanaman
yang diusulkan dengan dengan kelas kesesuaian lahan yang berturut-turut semakin
rendah karena besarnya faktor penghambat yang semakin meningkat. Lahan Kelas S3
merupakan lahan yang sesuai untuk tanaman yang diusulkan dengan pengelolaan
khusus. Hambatan-hambatan yang ditemukan pada lahan ini untuk penggunaan
khusus, secara ekonomis masih dapat diatasi. Lahan Kelas N1 merupakan
pengkelasan sementara, dimana pada saat survai dilakukan lahan tidak sesuai untuk
jenis tanaman yang diusulkan, tetapi dengan usaha-usaha tertentu diperkirakan dapat
menjadi lahan yang sesuai. Perlu penelitian lebih lanjut apakah usaha-usaha perbaikan
tersebut secara ekonomis masih dapat diatasi. Lahan Kelas N2 merupakan lahan yang
tidak sesuai selamanya untuk pertanian irigasi. Hambatan-hambatan yang ditemukan,
secara ekonomis dan fisik tidak dapat diatasi. Kelas-kelas lahan selanjutnya dibagi
kedalam subkelas yang menunjukan jenis faktor penghambat terberat sehingga
dimasukan ke dalam sub kelas tersebut. Sub kelas ditunjukan dengan menambahkan
huruf kecil di belakang kelas yang masing-masing menunjukan jenis faktor
penghambat terberat tersebut.
4. Analisis Geologi
Analisis geologi wilayah hanyalah sebatas pada tinjauan geologi permukaan yang
terutama ditujukan untuk keperluan geologi perencanaan ditinjau dari aspek yang
lebih luas (misalnya adanya daerah sesar, patahan dan lain-lain). Dari tinjauan geologi
ini diharapkan dapat mengetahui gambaran atau informasi detail mengenai kondisi
Geologi setempat. Dalam tinjauan geologi ini harus mencakup pembahasan yang
meliputi :
- Keadaan geomorfologi
- Penyebaran satuan-satuan batuan (litologi) yang termasuk batu maupun tanah
harus jelas dibedakan, seperti batuan dasar, over burder, tingkat pelapukan, sifak
fisik, tekstur, cementing dan lainnya.
- Strike dip dari perlapisan, system joint dan patahan.
- Stratigrafi yang berupa urut-urutan dari satuan batuan secara vertikal berdasarkan
pembentukan sesuai dengan sejarah geologinya.
BAB VI - 53
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
5. Analisis Lingkungan
Analisa lingkungan dilakukan dengan cara mengunakan Matriks yang
membandingkan antara parameter-parameter lingkungan yang di survey dengan
dampak yang akan ditimbulkan oleh adanya aktifitas proyek, yaitu pra-konstruksi,
konstruksi serta pasca konstruksi.
BAB VI - 54
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Pra Konstruksi
- Fisik-Kimia V V V V
- Biologi V V V V
- Sosial Ekonomi V V V V
- Budaya V V V V
Konstruksi
- Fisik-Kimia V V V V
- Biologi V V V V
- Sosial Ekonomi V V V V
- Budaya V V V V
Pasca Konstruksi
- Fisik-Kimia V V V V
- Biologi V V V V
- Sosial Ekonomi V V V V
- Budaya V V V V
Keterangan :
+ = Dampak Positip
- = Dampak Negatif
V = Dilakukan analisa
BAB VI - 55
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Apabila yang diketahui hanya laju pertumbuhan penduduk per tahun dan jumlah
penduduk pada tahun awal maka rumus pendekatan yang digunakan adalah :
Pt = Po (1 + r) (t-to)
Dimana :
Pt = Jumlah penduduk pada tahun ke t
P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal perhitungan
r = Laju pertumbuhan penduduk pertahun (%)
t0 = Tahun awal perhitungan
t = Tahun perhitungan ke-t
Hal lain yang perlu ditinjau adalah penilaian potensi ekonomi yang ada. Potensi
ekonomi sangat dibutuhkan untuk tahapan pembuatan strategi pembangunan baik
ditingkat Kabupaten maupun di tingkat Kecamatan. Adapun langkah awal dalam
penilaian potensi ekonomi adalah menentukan indikator penilaian sektor ekonomi
Kabupaten maupun Kecamatan sehingga hasil yang didapat cukup dapat
menggambarkan keadaan potensi dan masalah yang dihadapi.Penentuan indikator
analisis ekonomi wilayah didasarkan pada kekontinuan data dan keakuratan data
yang dipakai. Hal ini disebabkan dengan adanya kekontinuan data dapat diketahui
kecenderungan dan potensi yang ada tersebut dari waktu ke waktu.
2. Analisis Sektor Lain
BAB VI - 56
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Sektor-sektor lain yang dimaksud disini adalah juga yang mencakup semua sektor
yang ada ataupun yang akan ada kaitannya dengan proyek pengembangan daerah
irigasi. Sektor-sektor tersebut diantaranya adalah seltor transmigrasi, perkebunan
dan kehutanan.
Analisis terhadap sektor tansmigrasi ini cukup penting, karena lokasi yang akan
dikembangkan dalam studi adalah mencakup wilayah transmigrasi yang sudah
menjadi program Pemerintah dalam proses pemerataan penduduk. Selain itu ,
adanya pembauran masyarakat transmigrasi dengan penduduk setempat akan
mewujudkan perpaduan sosial atau lingkungan yang baru yang berperan dalam
proses pengembangan daerah ini selanjutnya.Sektor kehutanan perlu pula ditinjau
dengan menganalisa proyeksi pengembangan darah irigasi yang akan dilakukan di
wilayah ini. Karena sebagaimana diketahui batas-batas wilayah ini pada umumnya
adalah masih berupa hutan.
BAB VI - 57
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
pembagian petak, sistim pemberi dan pembuang serta jalan inspeksinya, supaya
disesuaikan dengan pedoman yang telah diberikan oleh Direktorat Irigasi dalam hal
ini Standard Perencanaan Irigasi KP.05.
Tujuan membuat System Planning adalah untuk menilai kondisi daerah terairi dari
sistem jaringan irigasi termasuk didalamnya bangunan bendung guna menemukan
kendala-kendala serta masalah yang merintanginya dan untuk mendapatkan
pemecahan yang tepat.
BAB VI - 58
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Apabila data debit sungai tidak tersedia, untuk mendapatkan data debit perlu dibuat data
debit sintetik. Data debit sintetik ini diperkirakan berdasarkan data hujan wilayah DPS
sungai yang bersangkutan. Salah satu metode yang dapat menjawab kebutuhan tersebut
adalah model simulasi hujan – debit Nreca. Model NRECA merupakan model hidrologi
menerus, dan digunakan untuk kejadian yang memiliki data hujan dengan periode yang
panjang.
dimana,
c > 0,2 bila cekungan mengalami hujan terus-menerus sepanjang tahun
c < 0,2 bila cekungan mengalami hujan musiman
PSUB, yaitu prosentase dari limpasan yang bergerak keluar dari daerah aliran
melalui permukaan limpasan. Nilai PSUB ditentukan dengan cara coba-coba.
BAB VI - 59
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
GWF, yaitu prosentase besarnya aliran yang berasal dari air tanah. Nilai GWF
juga ditentukan dengan cara coba-coba, dengan menggunakan kurva analisis
kepekaan.
Simpanan kelengasan tanah (Soil moisture storage/ SWStor).
Simpanan kelengasan tanah adalah cadangan air yang besarnya ditentukan oleh
selisih dari tampungan akhir dan tampungan awal. Besarnya tampungan ini
ditentukan oleh hujan, evapotranspirasi dan kelebihan kelengasan yang menjadi
limpasan langsung dan imbuhan air tanah.
Simpanan kelengasan tanah awal (initial) ditentukan secara coba-coba.
Simpanan kelengasan tanah bulan selanjutnya ditentukan dengan persamaan :
SM i = SM i – 1 + Stor i – 1
dimana :
SM i = simpanan kelengasan tanah bulan ke i
SM i – 1 = simpanan kelengasan tanah bulan ke i - 1
i = 1,2,3, …….
SM 0 = simpanan kelengasan awal, yang ditentukan dengan coba-coba
Stor i – 1 = perubahan simpanan kelengasan bulan ke i – 1
Dimana :
QTr = debit banjir rancangan dengan periode ulang t tahun (m3/det)
BAB VI - 60
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
= koefisien pengaliran
1 0.012 A 0.7
=
1 0.75 A 0.7
= koefisien reduksi
1 t 3.7 10 0.41 F 0.75
1
b t 2 15 12
dimana :
QTr = debit banjir rancangan dengan periode ulang Tr tahun (m3/det)
f = koefisien pengaliran
BAB VI - 61
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
= Rn 24 3
24 T
dimana :
QTr = debit banjir rancangan pada periode ulang t tahun (m3/det)
= koefisien pengaliran
= koefisien pengurangan daerah untuk curah hujan daerah aliran sungai
q = curah hujan maksimum (m3/det/km2)
A = luas daerah aliran sungai (km2)
F = luas elips yang mengelilingi DAS (km2)
Metode ini hanya berlaku untuk daerah yang mempunyai curah hujan perharinya
lebih dari 200 mm, dan luas DAS > 100 km².
BAB VI - 62
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dimana :
QTr = debit banjir rancangan pada periode ulang Tr tahun (m3/det)
4.1
= koefisien pengaliran = 1 q 7
BAB VI - 63
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Penggunaan rumus-rumus diatas dilakukan dengan cara trial and error. Cara yang
terbaik adalah dengan mengambil dahulu harga t, dan kemudian dengan harga q,
, , dapat dihitung. Selanjutnya hasil perhitungan ini disubstitusikan ke
persamaan untuk t, begitu seterusnya hingga didapat nilai t yang sama dengan
nilai t yang kita ambil.
BAB VI - 64
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Lengkung naik kurva hidrograf untuk 0 < 1 < Tp didekati dengan rumus:
BAB VI - 65
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
2.4
t
Qt Qp
Tp
BAB VI - 66
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
3. Lokasi bendung harus sedemikian rupa sehingga trase saluran primer bisa dibuat
sederhana dan ekonomis.
4. Beda tinggi energi di atas bendung dibatasi sampai 6 m.
5. Lokasi kantong lumpur dan kemudahan pembilasan (bilamana perlu).
6. Topografi pada lokasi bendung yang diusulkan untuk mengetahui secara detail
letak bendung dan bangunan pelengkap.
7. Kondisi geologi dan subbase untuk keperluan pondasi bangunan.
8. Metode pelaksanaan, dengan perencanaan bangunan dan saluran pengelak.
9. Angkutan sedimen untuk perencanaan kantong lumpur dan pembilas.
10. Panjang dan tinggi tanggul banjir berdasarkan perhitungan aliran balik.
11. Jalan masuk ke lokasi bendung, sehingga mudah dicapai.
B. Lokasi Bendung
Evaluasi keadaan dan kriteria perencanaan di atas akan menghasilkan perkiraan lokasi
bendung. Keadaan-keadaan setempat akan lebih menentukan lokasi ini.
1. Alur sungai
Untuk memperkecil masuknya sedimen kedalam jaringan saluran, dianjurkan agar
pengambilan dibuat pada ujung tikungan luar sungai yang stabil. Apabila pada
titik dimana pengambilan diperkirakan bisa dibuat ternyata tidak ada tikungan
luarnya, maka bisa dipertimbangkan untuk menempatkan pengambilan itu pada
tikungan luar yang lebih jauh ke hulu. Dalam beberapa hal alur sungai dapat
diubah untukm mendapatkan posisi yang lebih baik. Ini lebih menguntungkan.
BAB VI - 67
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
pertemuan sungai dengan alur saluran primer akan tetapi bendung lebih tinggi,
adapun antara keduanya. Lokasi diamana alur saluran primer bertemu dengan
sungai belum tetntu merupakan lokasi terbaik untuk bendung. Lokasi-lokasi hulu
juga perlu dievaluasi lebih lanjut.
3. Tinggi tanggul penutup
Tinggi tanggul penutup di lokasi bendung sebaiknya dibuat kurang lebih sama
dengan bagian atas tumpuan (abutment) bendung. Ini memberikan penyelesaian
yang murah untuk pekerjaan tumpuan.
Tanggul penutup yang terlalu tinggi atau terlalu curam menjadi mahal untuk
membuat pengambilan, tumpuan bendung dan saluran primer atau kantong
lumpur. Tanggul penutup yang terlalu rendah memerlukan tanggul banjir yang
mahal dan mengakibatkan banjir.
4. Keadaan geologi teknik dasar sungai
Keadaan geologi teknik pada lokasi bendung harus cocok untuk pondasi, jadi
kelulusannya harus rendah dan daya dukungnya harus memadai. Keadaan tanah
ini bisa bervariasi di ruas sungai dimana terletak bangunan utama. Lebih disukai
lagi kalau lokasi yang dipilih itu terdapat batu singkapannya dengan tebal yang
cukup memadai.
5. Anak sungai
Lokasi titik temu sungai-sungai kecil dapat mempengaruhi pemilihan lokasi
bendung. Untuk memperoleh debit andalan yang baik mungkin bendung terpaksa
harus di tempatkan di sebelah hilir titik temu kedua sungai. Hal ini berakibat
bahwa bendung harus dibuat lebih tinggi.
6. Peluapan banjir
Dalam memilih lokasi bendung hendaknya diperhatikan akibat-akibat meluapnya
air akibat konstruksi bendung. Muka air banjir akan naik disebelah hulu akibat
dibangunnya bendung, untuk itu kontruksi bangunan bangunan utama akan
dilengkapi dengan sarana perlindungan. Evaluasi letak bendung mencakup
pertimbangan-pertimbangan mengenai ruang lingkup dan besarnya lindungan
terhadap banjir.
BAB VI - 68
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
D. Tinggi bendung
Tinggi bendung harus dapat memenuhi dua persyaratan, yaitu :
1. Bangunan pengambilan.
Untuk membatasi masuknya pasir, kerikil dan batu, ambang pintu pengambilan
perlu dibuat dengan ketinggian minimum berikut di atas dasar rata-rata sungai.
a. 0.50 m untuk sungai yang hanya mengangkut lumpur
b. 1.00 m untuk sungai yang juga mengangkut pasir dan kerikil
c. 1.50 m untuk sungai yang juga mengangkut batu-batu bongkah.
2. Pembilas sedimen.
Apabila dibuat kantong lumpur, maka perlu diciptakan kecepatan aliran yang
diinginkan guna membilas kantong lumpur. Kehiangan tinggi energi antara pintu
pintu pengambilan dan sungai di ujung saluran bilas harus cukup. Bagi daerah-
daerah datar ini memerlukan bendung yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk
pengambilan air irigasi saja. Eksploitasi pembilas juga memerlukan beda tinggi
energi minimum di atas bendung.
BAB VI - 69
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 70
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 71
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 72
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dimana :
Ln = Panjang creep line yang diperlukan
C = Creep ratio, dalam hal ini tergantung jenis batuan dasar sungai.
H = Perbedaan tinggi muka air di udik dan hilir bendung.
Kontrol dengan metode Lane
LV + 1
3 Lh CL x H
Dimana :
LV = Panjang creep line vertikal
Lh = Panjang creep line horizontal
CL = Creep line ratio ; 4
H = Perbedaan tinggi muka air di hulu dan hilir bendung
6. Back water curve
Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai dimana pengaruh kenaikan muka
air setelah adanya pengempangan akibat bendung. Perkiraan kurva pembendungan
yang cukup akurat dan aman adalah :
Untuk h 2h
a 1 maka L = I
ah
Untuk h 1 maka L =
a I
Dimana :
a = kedalaman air sungai sebelum dibendung, m
h = tinggi air setelah adanya bendung
L = panjang total dimana kurva pengempangan terlihat, m
Z = kedalaman air pada jarak x dari bendung, m
X = jarak dari bendung, m
I = kemiringan sungai
BAB VI - 73
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Bangunan pengambilan berfungsi untuk mengelakan air dari sungai dalam jumlah
yang diinginkan dan bangunan pembilas berfungsi untuk mengurangi sebanyak
mungkin benda-benda terapung dan fraksi-fraksi sedimen kasar yang masuk
kejaringan satuan irigasi.
Pengambilan dibuat sedekat mungkin dengan pembilas dan as bendung atau bendung
gerak. Jika keadaan memungkinkan pengambilan ditempatkan diujung tikungan luar
sungai atau pada ruas luar guna memperkecil masuknya sedimen.
1. Bangunan pengambilan.
Pembilas pengambilan dilengkapi denga pintu dan bagian depannya terbuka
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir, besarnya bukaan pintu
bergantung kepada kecepatan aliran masuk yang diijinkan . kecepatan ini
bergantung ukuran butir bahan yang dapat diangkut. Perencanaan kapasitas
pengambilan diambil 120 % dari kebutuhan pengambilan guna menambah
fleksiilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur
proyek.
Untuk dimensi bangunan pengambilan didasarkan pada kebutuhan debit air untuk
mengairi areal yang telah direncanakan.
Q = .b.a. 2.g.z
Dimana :
Q = debit, m3/dt
= koefisien debit ; 0,80.
b = lebar bersih bukaan, m.
BAB VI - 74
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 75
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 76
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
1. Kriteria Perencanaan
Kecepatan normal (Vn) harus > 0,3 m/dt, agar tidak mengakibatkan
tumbuhnya tumbuhan air.
Untuk memperhitungkan periode pembilasan, maka volume sedimen yang
diendapkan diandaikan 0,5 % dari volume air yang mengalir melalui kantong
lumpur.
Untuk mencegah aliran agar tidak mengakibatkan ‘meander’ di dalam
kantong, maka L/B > 8
Pengecekan terhadap berfungsinya kantong lumpur meliputi cek terhadap
efisiensi pengendapan dan efisiensi pembilasan.
2. Dimensi Kantong Lumpur
Air yang dielakkan mengandung 0,5 % sedimen, waktu pembilasan 3 minggu
sekali, maka:
V = 5 . 10-4 . Qn . T
dimana :
V = volume kantong lumpur (m3)
Qn = debit di intake
T = jarak waktu pembilasan (dt)
3. Luas Rata-rata Permukaan Kantong Lumpur
Dari grafik hubungan diameter dan suhu (di Indonesia) akan didapat harga w.
Maka : L . B = Qn / w
Kontrol :
L/B =….> 8 (Aman !!)
4. Kemiringan Normal (in)
Vn biasanya diambil 0,4 m/dt untuk mencegah timbulnya vegetasi dan agar
partikel-partikel yang lebih besar tidak langsung mengendap di hilir pengambilan.
Harga k (koefisien Strickler)
An = Qn / Vn
Harga Hn dapat dihitung :
Diambil nilai L dan B
Sehingga hn = An / B
Lebar dasar saluran untuk kemiringan 1 : 2 :
BAB VI - 77
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
B = B – 2 ( m .hn )
Keliling Basah (Pn)
Pn = b + 2.hn.m2+1
Jari-jari hidrolis (Rn)
Rn = An / Pn
Slope untuk kondisi normal :
V = k . Rn2/3 . Sn1/2
in = ((V)/(k.Rn2/3))0,5
5. Kemiringan Dasar Pembilas (is) Kondisi Kosong
Qs = 1,2 . Qn
Vs = 0,6 m/dt (asumsi)
As = Qs / Vs
B
As = b . hs hs = As / b
Rs = As / Ps
Vs = k . Rs2/3 . is1/2
is = ((Vs)/(k.Rs2/3))0,5
Agar pembilasan dapat dilakukan dengan baik, maka kondisi aliran harus sub
kritis, yaitu Fr < 1
Fr = Vs / (g . hs)
6. Panjang Kantong Lumpur
V = 0,5 . b . L1 + 0,5 (is – in ) . L12 . b
L2 . b = Qn / w
Jadi nilai L diambil harga rata-rata :
L = (L1 + L2) / 2
7. Pengecekan Efisiensi Pengendapan
Wo = (hn . Vn) / L
W/wo
W / Vo
Maka dari grafik Camp (KP 02 Bangunan Utama hal 151 ) diperoleh efisiensi
pengendapan 100 %.
BAB VI - 78
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
A
II
a. Peninjauan stabilitas bendung, yang ditinjau adalah potongan yang terlemah, yaitu
potongan I – I dan potongan II – II.
b. Titik guling pada peminjaman tersebut adalah titik A
c. Bagian muka pelimpah akan penuh terisi sedimen berupa lumpur setinggi mercu.
d. Peninjauan stabilitas , ditinjau dalam dua keadaan yaitu keadaan muka air normal
dan keadaan muka air banjir.
W3
W7
W1 W2
W5 W6
BAB VI - 79
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
W4
Tekanan Berat Bangunan
W = V . bangunan
Wt = W1 + W2 + …..+ Wn
Akibat Gempa
Koefisien gempa = 0,11
Gempa yang diperhitungkan ialah gaya yang ke arah horizontal sebesar :
K =ExG
ad
E = g
ad = n( ac x z)m
dimana :
K = gaya gempa
G = berat sendiri konstruksi
ad = percepatan gempa rencana
n, m = percepatan kejut dasar, cm/dt2
E = koefisien gempa
g = percepatan grafitasi, (m/dt2 (9,80))
z = faktor yang bergantung kepada letak geografis
BAB VI - 80
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Vw
Hw
Vw
Hw
Ps
Tekanan lumpur
BAB VI - 81
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 82
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
X D
Ud
VI.6.2.1.1.1 Ux
adalah :
Uxd = 0,50 . b . (Ux + Ud)
Dan bekerjanya di titik berat trapesium, untuk tanah dasar yang baik disertai drain
yang baik pula, maka uplift dapat dianggap bekerja 67 % nya. Gaya Uplift ditinjau
pada kondisi Air Normal dan Air banjir.
B. Kontrol Stabilitas Bendung
Kontrol stabilitas pelimpah akan ditinjau dalam 2 (dua) kondisi, yaitu pada saat muka
air normal dan muka air banjir.
Stabilitas pelimpah akan dikontrol dalam 5 (lima) aspek terkait, baik dengan pengaruh
gempa maupun tanpa gempa, yang terdiri dari :
1. Kontrol terhadap guling.
2. Kontrol terhadap eksentrisitas.
3. Kontrol terhadap daya dukung tanah.
4. Kontrol terhadap geser.
5. Kontrol terhadap erosi bawah tanah (piping).
BAB VI - 83
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
SF =
Mt
Mg
Kontrol terhadap guling dalam dua keadaan:
a Kondisi Muka Air Normal
- Dengan Gempa
- Tanpa Gempa
b. Kondisi Muka Air Banjir
- Dengan Gempa
- Tanpa Gempa
BAB VI - 84
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Berdasarkan hasil studi dan kajian kondisi mekanika tanah, daya dukung tanah yang
diijinkan untuk lokasi bangunan adalah sebesar 38 t/m2.
Tekanan atau daya dukung tanah di bawah tubuh bendung, dihitung dengan rumus :
V 6.e
1,2 = 1,0
B B
Kontrol terhadap daya dukung tanah dalam dua keadaan:
a. Kondisi Muka Air Normal
- Dengan Gempa
- Tanpa Gempa
b. Kondisi Muka Air Banjir.
- Dengan Gempa
- Tanpa Gempa
Perhitungan ijin :
Sudut geser tanah ( )
Void ratio (e)
Spesific Gravity (Gs)
Koefisien kohesi
aK
1 sinφ 1 sinφ
Kp = 1 / Ka
f = tg
t = [( 1 / ( 1 + e)]. w. Gs
sat = [w . (Gs + e)] / (1+e)
ijin = 1/Fk * (c*Nc + 0,5 sat*B*N + sat*D* Nq)
BAB VI - 85
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
S
s 1 a
s
hs
dimana :
S = Faktor keamanan, diambil sama dengan
s = Kedalaman tanah;
a = Tebal lapisan lindung;
BAB VI - 86
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Perencanaan Bangunan
a. Bangunan Bagi/ Sadap
Bangunan bagi/sadap direncanakan dengan konstruksi yang permanen,
dilengkapi dengan pintu-pintu air dan bila perlu dilengkapi dengan
skimmingwall
BAB VI - 87
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 88
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 89
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Dalam penelitian lay out tersier di lapangan para petani dan pengamat pengairan
akan ikut dilibatkan. Desain lay out tersier dilaksanakan sesuai dengan petunjuk
Direksi.
Diusahakan satu blok tersier terletak pada satu desa atau dihindari bahwa satu
blok ada dalam dua desa. Luas blok tersier diusahakan antara (8 - 50) ha dan luas
satu blok kwarter antara (8 -15) ha.
Desain lay out untuk jaringan pembawa tersier dan untuk jaringan pembuang
tersier digambarkan secara terpisah dan dituangkan pada gambar ukuran A1.
Potongan memanjang digunakan untuk perencanaan saluran tersier dan kwarter,
desain didasarkan pada titik-titik ketinggian dalam peta topografi skala 1: 2.000.
Diusahakan saluran tersier/kwarter melalui batas kemilikan lahan atau batas petak
sawah.
BAB VI - 90
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
b. Kecepatan aliran V diambil 0,20 - 0,60 m/dt Khusus untuk saluran kwarter bila
terpaksa dapat diambil V minimum = 0,10 m/dt. Pembuatan linning saluran
(pelindung talud) yang dibuat karena kecepatan aliran rencana V = 0,60 m/dt
sedapat mungkin dihindari.
Khusus untuk saluran kwarter pembuatan linning saluran sama sekali tidak
diperkenankan, karena harus dapat mengairi langsung ke petak-petak sawah di
sebelahnya.
c. Dalam menentukan dimensi saluran agar diusahakan supaya i saluran = i medan
lapangan (i rencana = i lapangan) dengan mengingat kecepatan aliran V masih
dalam batas-batas seperti tersebut pada bagian (b) di atas. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari pembuatan bangunan-bangunan terjun dan sebagainya.
d. Apabila harus dibuat bangunan terjun, maka bangunan terjun yang bersangkutan
harus digambar (boleh memakai gambar standart). Khusus untuk saluran kwarter
bila terdapat terjunan = 0,30 m diperkenankan tanpa bangunan terjun.
e. Agar dihindarkan adanya saluran-saluran pembawa yang sejajar berdampingan.
Kalau keadaan topografis hal ini tak dapat dihindari, agar diusahakan saluran yang
berdampingan tersebut dipisahkan oleh satu petak sawah.
f. Pada daerah datar harus diusahakan agar saluran pembuang tersebut terpisah
dengan saluran pembawa, tetapi daerah pegunungan bila terpaksa boleh tidak
terpisah (saluran pembawa atau sebaliknya)
g. Untuk tiap petak tersier dibuat skema saluran pembawa dan saluran pembuang
dilengkapi dengan ketinggian muka air yang direncanakan dan panjang masing-
masing strook saluran serta kemiringan.
h. Saluran pembawa
Bila penelitian water requirement belum dilakukan, maka untuk daerah normal
kebutuhan ini, untuk dimensi saluran agar dihitung berdasarkan q = l/dt/ha.
Koefisien kekasaran, sesuai dengan kriteria Perencanaan (KP.05).
Untuk saluran pembawa ditetapkan b = h diambil angka-angka bulat kelipatan 5 cm.
- Saluran tersier dan saluran sub tersier
BAB VI - 91
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
Oleh karena saluran tersier dan sub tersier tidak boleh diambil airnya langsung
ke petak-petak sawah di kanan kirinya maka harus diusahakan agar maksud
tersebut dapat tercapai, bila mungkin agar diusahakan supaya ketinggian muka
air di saluran tersier dan sub tersier masih lebih rendah dari pada ketinggian
muka tanah sawah di kanan kirinya.
Tinggi jagaan (W) = 0,30 m
Kemiringan tebing (m) = 1V:1H
Koefisien kekasaran (K) = 35
Lebar tanggul (d) = 0,50 m, sebaliknya salah satu tanggul
diperbesar dari 1-2 m untuk jalan
petani/farm road.
- Saluran kwarter
Karena air dalam saluran kwarter akan diambil langsung ke petak sawah di
sebelahnya, maka ketinggian airnya ditetapkan 0,15 m di atas muka tanah
sawah tertinggi yang akan diairi dan 0,10 m di atas muka tanah sawah yang
terjauh.
Lebar dasar (b) minimum = 0,30 m
Tinggi jagaan (W) = 0,20 m
Lebar talud (d) = 0,40 m
Kemiringan tebing (m) = 1 V : 1 H,
Koefisien Kekasaran (K) = 30
- Saluran Pembuang
Untuk perhitungan kapasitas saluran pembuang besarnya q harus dihitung dan
koefisien kekasaran K = 35.
Saluran Pembuang Kwarter
Lebar dasar minimum 0,30 m, dasar saluran minimum 0,30 m di bawah
permukaan tanah, rata-rata kemiringan talud saluran 1V : 1H
BAB VI - 92
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
2. Desain Bangunan
a. Bangunan pembagi air (box tersier / kwarter)
- Untuk memudahkan eksploitasinya maka box tersier/kwarter harus
diusahakan agar dapat membagi air secara proposionil sesuai dengan areal
yang diairi. Untuk memudahkan maka dalam satu box ketinggian drempel
harus sama, sedangkan lebarnya sebanding dengan luas areal yang diairi.
Perhitungan lebar pintu dan tinggi air diatas ambang dipakai tabel yang
telah disediakan dalam buku pedoman perencanaan jaringan tersier.
- Khusus pada daerah yang sangat datar, box tersier/kwarter agar didesain
tanpa memakai drempel, tapi tetap harus dapat membagi air secara
proporsionil sesuai dengan areal yang diairi.
- Box tersier harus dilengkapi dengan pintu-pintu air yang dapat diatur
membuka/menutup, sehingga memungkinkan pelaksanaan rotasi pembagi-
an air mampu memperkecil/memperbesar jumlah air yang dialirkan sesuai
dengan kebutuhan tanaman.
- Box kwarter tidak perlu dilengkapi dengan pintu-pintu air karena tidak
diperlukan rotasi pembagian air secara petak kwarter. Namum diperlukan/
disediakan lubang untuk schot balk (stop-log) untuk memungkinkan
menutup aliran air bila diperlukan adanya perbaikan saluran.
- Tiap-tiap bangunan pembagi air (box tersier/ kwarter) harus digambar satu
persatu, tidak boleh memakai gambar standar.
b. Alat / bangunan pengukur debit
- Bila headloss terbatas (di daerah datar) pengukuran debit air cukup
dilakukan pada pintu penyadap tersier saja. Bila sewaktu-waktu diperlukan
pengukuran debit pada salah satu strook saluran, dapat dipakai alat ukur
portable (yang dapat dipindah pindahkan).
- Bila headloss tersedia (cukup), sebaiknya tiap saluran kwarter dilengkapi
BAB VI - 93
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
dengan alat ukur (misalnya type thomson) yang dapat berfungsi juga
sebagai bangunan terjun.
c. Bangunan akhir (end control)
Bangunan ini ditempatkan pada ujung dari saluran kwarter dan berfungsi
untuk membuang kelebihan air. Bangunan akhir berupa bangunan pelimpah
yang sesuaikan dengan muka air rencana.
Untuk membilas endapan, bangunan ini dilengkapi skot balok.
d. Bangunan lain-lain
Yang dimaksud di sini adalah :
Gorong-gorong, jembatan, talang syphon, bangunan terjun, got miring dan
sebagainya. Bangunan-bangunan ini dibuat hanya bila benar-benar diperlukan
saja. Jumlahnya harus diusahakan sesedikit mungkin.
e. Pondasi bangunan-bangunan
Sedapat mungkin diusahakan pondasi bangunan-bangunan dengan pondasi
langsung. Untuk tanah yang baik dasar pondasi haruslah minimum 0,40 m di
bawah dasar saluran dan 0,60 m di bawah muka sawah. Untuk tanah-tanah
yang kurang baik dilakukan perbaikan tanah pondasi.
Untuk tanah jelek (humus, tanah organis yang lain), dipasang cerucuk bambu
atau jenis pondasi yang lain sesuai dengan petunjuk Direksi.
BAB VI - 94
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
4. Gambar-gambar Desain
Gambar-gambar desain yang akan dibuat dibuat dalam perencanaan ini adalah
sebagai berikut :
a. Peta situasi petak tersier
Dibuat dalam tiga macam, yaitu:
1. Situasi rencana
2. Situasi pengukuran
3. Skala ditetapkan untuk daerah bergelombang /pegunungan dan datar skala
1:2.000
b. Gambar saluran
Potongan memanjang:
Untuk daerah datar dengan
- Skala panjang 1 : 2000
- Skala tinggi 1 : 50
Untuk daerah tidak datar dengan :
- Skala panjang 1 : 2.000
- Skala tinggi 1 : 100
Potongan Melintang untuk setiap 100 m (nomor profil genap) dan pada
bangunan skala 1 : 20. Khusus untuk daerah datar, jika trase saluran
merupakan saluran baru, cukup dibuat satu gambar penampang melintang rata-
rata untuk tiap satu ruas saluran.
Situasi skala 1:2.000, peta ini biasanya disatukan dengan gambar penampang
memanjang.
c. Gambar Bangunan
Seluruh gambar bangunan dibuat dengan skala 1:50, baik untuk denah maupun
penampang-penampangnya .
- Gambar bangunan bagi (box tersier dan kwarter) digambar satu persatu
tiap bangunan .
- Gambar bangunan lain dan bangunan akhir dapat dipakai gambar standar.
BAB VI - 95
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
5. Nota Penjelasan
Setiap rencana petak tersier harus diberi nota penjelasan, isinya adalah penjelasan
mengenai perencanaan petak tersier yang berkenaan dengan :
Lokasi
Lay out
Penggunaan dan perbaikan jaringan yang ada
Saluran dan bangunan yang baru
Jalan petani
Persediaan air dan sistem pembagian airnya/rotasi
Dimensi dan elevasi saluran dan bangunan
Rincian volume dan biaya (bill of quantities)
BAB VI - 96
Dokumen Usulan Teknis
“Pekerjaan Detail Desain Daerah Irigasi Malino Seluas 1200 Ha
di Kabupaten Morowali Sulawesi Tengah”
BAB VI - 97