Anda di halaman 1dari 15

PENGENALAN ILMU FALAKIYAH

Paper

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Pada mata kuliah Ilmu Falak

Dosen pengampu :
Krisna Satrio Perbowo, M.Pd

Disusun Oleh :

Alma Dwijayanti 1601105057


Amalia Maghfirani 1601105087
Annis Fitriyah 1601105075
Oktavia Sekar Kinasih 1601105062
Zahratul Fauziah 1601105120

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
SEPTEMBER 2018
Pengenalan Ilmu Falakiyah
1. Pengenalan Imu Falak, Ilmu Hisab dan Ru’yatul Hilal
1) Ilmu Falak
Menurut bahasa, “Falak” berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti orbit
atau lintasan benda-benda langit (madar al-nujum) oleh karena itu ilmu falak
diartikan sebagai ilmu yang mepelajari lintasan benda-benda langit
diantaranya bumi, bulan dan matahari. Ilmu Falak disebut ilmu astronomi
karena membahas tentang bumi dan benda-benda antariksa lainnya.
Perhitungan Ilmu Falak berkaitan dengan perhitungan benda-benda langit
walaupun hanya sebagian kecil dari bagian benda-benda langit yang menjadi
objek perhitungan. Benda langit yang dijadikan bahan perhitungan bagi umat
muslim hanya sebatas untuk keperluan penentuan waktu ibadah dengan benda
langitnya yaitu bumi, matahari dan bulan yang ditinjau dari posisinya akibat
adanya pergerakan.
2) Ilmu Hisab
Kata Al-Hisab artinya hitungan, perhitungan, sebagaimana firman Allah
irman Allah “lita’lamu ádada al-sinin wa al-hisab” (agar kamu mengetahui
bilangan tahun dan perhitungan (waktu) QS. Yunus [10]:5. Ilmu Hisab ialah
ilmu yang mempelajarai perhitungan posisi benda-benda langit secara
matematis dan astronomis khususnya untuk keperluan Ibadah.
3) Ru’yatul Hilal
Rukyatul hilal adalah suatu kegiatan atau usaha melihat secara langsung hilal
atau bulan sabit dilangit (ufuk) sebelah barat sesaat setelah matahari terbenam
menjelang awal bulan baru khususnya menjelang bulan Ramadhan, Syawal
dan Dzulhijjah adalah untuk menentukan kapan bulan baru itu dimulai.
Rukyah yang dapat dijadikan dasar penetapan awal bulan Ramadhan, Syawal
dan Dzulhijjah adalah Rukyah yang mu’tabar, yakni Rukyah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum dan ilmiah.
Istilah-istilah ru’yah (rukyat) yang sudah dikenal di kalangan kaum muslimin,
antara lain sebagai berikut :

1
a. rukyat al hilal : melihat hilal dengan mata, atau dengan teleskop pada saat
matahari terbenam menjelang awal bulan qamariyah. Dalam istilah bahasa
Inggris disebut Observation atau Observasi.
b. rukyat al hilal bi al fi’li, atau rukyatul hilal bil fi’li: Istilah ini sangat
dikenal di kalangan umat Islam. Pengertiannya sama dengan rukyatul hilal
c. hadd imkan al rukyat : Batas kemungkinan hilal dapat dilihat
d. irtifa’u al hilal : ketinggian hilal, dalam istilah bahasa Inggris disebut
Altitude
e. istilahah al rukyat : hilal tidak dapat dilihat
f. imkan al rukyat : kemungkinan hilal dapat dilihat
g. al qath’u bi al rukyat : pasti hilal dapat dilihat
2. Pentingnya Mempelajari Ilmu Falak dan Hisab Ru’yat
Ilmu Falak penting untuk dipahami oleh umat manusia untuk menentukan arah
dan waktu ibadah seorang muslim, sebagi berikut:
1) Penentu arah kiblat
2) Penentuan awal waktu sholat
3) Penentuan awal puasa atau awal bulan Ramadhan dan akhir bulan Ramadhan
serta penentuan awal bulan qomariyah lainnya
4) Penentu pelaksanaan sholat gerhana bulan dan gerhana matahari
3. Peranan Ilmu Falak dan Hisab Ru’yat
1) Ilmu Falak berperan untuk menentukan waktu sholat fardhu. Ilmu Falak
memudahkan bagi seseorang untuk mengetahui awal waktu sholat dimana
saja tanpa harus melihat posisi matahari terlebih dahulu.
2) Ilmu Falak berperan untuk menentukan arah kiblat. Ilmu Falak memudahkan
bagi seorang muslim untuk menentukan posisi sholat sesuai arah kiblat yang
benar, perhitungannya dibantu dengan alat seperti kompas.
3) Ilmu Falak berperan untuk membantu umat islam dalam menentukan ru’yat
hilal atau melihat hilal dengan mata atau teleskop saat terbenam matahari
menjelang awal bulan qomariyah, khususnya awal bulan Ramadhan, Syawal
dan Dzulhijjah.

2
4) Ilmu Falak berperan untuk menentukan kapan terjadinya gerhana matahari
atau gerhana bulan agar umat islam dapat segera melaksanakan sholat
gerhana secara berjamaah.
4. Kegunaan Ilmu Falak dan Hisab Ru’yat
1) Mengetahui berbagai konsep tentang dasar-dasar Astronomi yang
berkaaitan dengan penentuan waktu-waktu ibadah
2) Melakukan penghitungan awal waktu sholat dengan benar
3) Menyusun jadwal waktu sholat dan imsyakiah
4) Menghitung sekaligus mengukur arah Kiblat
5) Menghitung sekaligus memprediksikan kapan waktu-waktu ibadah seperti
awal dan akhir puasa itu tiba
6) Membuat kalender Masehi atau Hijriyah dan kalender Miladiyah
7) Untuk mengetahui terjadinya gerhana bulan dan gerhana matahari
8) Menumbuhkan sifat toleran bila dari hasil hisab diprediksi akan terjadi
perbedaan dalam berhari raya
9) Mengetahui arah dan waktu sholat secara tepat dan akurat agar menambah
keyakinan dalam beribadah
5. Pengenalan Bola Dunia
Earth, al-ardh dalam istilah bahasa Indonesia dikenal dengan bola dunia atau
bumi.

3
Gambar 1 Bola Dunia
6. Lintang dan Bujur Tempat
Garis lintang itu adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari arah
barat hingga ke timur atau sebaliknya, sejajar dengan equator (garis
khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke bagian
kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut penamaannya, kelompok garis
yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (S). Sedangkan
kelompok garis yang berada di sebelah utara equator disebut Lintang Utara (U).
Jarak antar garis dihitung dalam satuan derajat. Garis lintang yang tepat berada
pada garis khatulistiwa disebut sebagai 0º (nol derajat). Makin ke utara atau ke
selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 90º (Sembilan puluh
derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan.
Garis Bujur adalah garis maya yang ditarik dari kutub utara hingga ke kutub
selatan atau sebaliknya. Dengan pengetahuan seperti itu berarti derajat antar
garis bujur semakin melebar di daerah khatulistiwa dan makin menyempit di
daerah kutub. Jika pada Garis Lintang, daerah yang dilalui garis khatulistiwa

4
(equator) dianggap sebagai nol derajat, untuk Garis Bujur, tempat yang dianggap
sebagai nol derajat adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang tepat
melintasi kota Greenwich di Inggris. Jadi, garis bujur yang berada di sebelah
barat Greenwich disebut Bujur Barat dan garis yang berada disebelah timur
disebut Bujur Timur. Jarak kedua garis bujur itu dari Greenwich hingga pada
batas 180º (seratus delapan puluh derajat). Pada jarak itu, Bujur Barat dan Bujur
Timur kembali bertemu. Garis bujur inilah yang pada perkembangannya
dijadikan sebagai patokan dalam menentukan waktu di berbagai belahan dunia.
7. Pengenalan istilah Matahari yang digunakan
a. Ecliptic Longitude
Ecliptic Longitude, Thul al-Syams atau Bujur astronomis Jarak dari titik Aries
dengan arah yang sama terhadap peredaran tahunan matahari, sampai pada
titik proyeksi benda angkasa di ekliptika searah jarum jam (positif ke arah
Timur, negatif ke arah Barat) dari 0 – 360 derajat. Jika nilai Bujur Astronomis
Matahari sama dengan nilai Bujur Astromonis Bulan, maka terjadi
Ijtimak/Konjungsi. Data ini diperlukan antara lain dalam penentuan Awal
bulan Qomariyah dan gerhana.
b. Ecliptic Latitude (lintang Astronomis)
Ecliptic Latitude ,’Ardl al-Syams atau lintang Astronomis ialah Jarak pusat
Matahari dari Lingkaran Ekliptika. Dalam sistem koodinat ekliptika
geosentrik maupun heliosentrik, merupakan sudut yang diukur dari ekliptika,
mulai dari -90 sampai dengan 90 derajat. Bernilai positif jika ke Utara, dan
bernilai negatif jika ke Selatan. gerakannya tidak sama persis, maka ada
sedikit pergerseran. Keadaan seperti itu dapat kita lihat dari nilai Ecliptic
Latitude yang selalu mendekati nol. Data ini diperlukan antara ain untuk
keperluan gerhana.
c. Ecliptic Latitude (lintang Astronomis)
Ecliptic Latitude ,’Ardl al-Syams atau lintang Astronomis ialah Jarak pusat
Matahari dari Lingkaran Ekliptika. Dalam sistem koodinat ekliptika
geosentrik maupun heliosentrik, merupakan sudut yang diukur dari ekliptika,
mulai dari -90 sampai dengan 90 derajat. Bernilai positif jika ke Utara, dan

5
bernilai negatif jika ke Selatan. gerakannya tidak sama persis, maka ada
sedikit pergerseran. Keadaan seperti itu dapat kita lihat dari nilai Ecliptic
Latitude yang selalu mendekati nol. Data ini diperlukan antara ain untuk
keperluan gerhana.
d. Apparent Declination
Apparent Declination, Mail Syams atau yang dikenal Deklinasi matahari
adalah jarak posisi matahari dengan ekuator (katulistiwa) langit diukur
sepanjang lingkaran deklinasi sebelah utara ekuator di beri tanda positif (+),
dan di sebelah selatan diberi tanda negatif (-). Deklinasi matahari positif
artinya matahari sedang berada di daerah utara khatulistiwa, panjang siang di
daerah utara akan lebih lama dari 12 jam Demikian juga jika deklinasi
matahari negatif artinya matahari sedang berada di daerah selatan
khatulistiwa, panjang siang di daerah selatan akan lebih lama dari 12 jam. Jika
deklinasi matahari 0 derajat, artinya matahari tepat berada di atas khatulistiwa,
pada kasus ini panjang siang hari di semua tempat di bumi ini (kecuali daerah
kutub) adalah tepat 12 jam.
e. True Geosentric Distance
True Geosentric Distance atau Jarak Geosentris yaitu jarak antara Bumi
dengan Matahari dalam satuan AU (1 AU= 150 juta km), maka karena itu
Bumi mengelilingi Matahari tidak tetap setiap saat. jarak terjauh pada saat
Bumi menempati titik Perigee. Jarak terjauh pada saat bumi menempati titik
terjauh. yaitu Apogee.
f. Semi Diameter
Semi Diameter, Nisf al-Quthri al-Syams atau disebut juga dengan jari-jari
merupakan jarak titik pusat Matahari dengan piringan luarnya. Data ini
diperlukan untuk mengitung secara tepat saat matahari terbenam, matahari
terbit, tinggi hilal dan sebagainya
g. True Obliquity
True Obliquity, Mail Kulli atau disebut juga Kemiringan Ekliptika dalah
kemiringan ekliptika dari Ekuator.
h. Equation of Time

6
Equation of Time, Ta’dil al-Waqti atau perata waktu adalah selisih antara
waktu kulminasi Matahari hakiki dengan waktu kulminasi Matahari ratarata.

Gambar 2 Pembagian wilayah waktu

7
8. Pengenalan istilah Bulan yang digunakan
a. Bujur Astronomi Bulan
Data ini adalah jarak antara titik Aries ( Adalah titik yang terletak di langit
dan ‘bergerak’ pada lintasan perpanjangan ekuator bumi pada bola langit,
terbit tepat di Timur dan terbenam tepat di Barat) diukur sepanjang Lingkaran
Eliptika ( lingkaran yang dibentuk oleh lintasan semua matahari dalam
mengelilingi bumi selama satu tahun). Data ini diperlukan dalam menghitung
ijtima dan gerhana.
b. Lintang Astronomis Bulan
Data ini adalah jarak antara bulan dengan lingkaran Ekliptika diukur
sepanjang lingkaran Kutub Ekliptika. Nilai maksimum dari Lintang
Astronomis Bulan adalah 5° 8’ (lima derajat delapan menit). Nilai positif (+)
berarti bulan berada di sebelah Utara Ekliptika, dan nilai negatif (-) berarti
Bulan berada di sebelah Selatan Ekliptika. Jika pada saat ijtima nilai Lintang
Astronomis Bulan sama atau hampir persis sama dengan nilai Lintang
Astronomis Matahari, maka akan terjadi Gerhana Matahari. Data ini
diperlukan dalam menghitung ijtima dan gerhana.

8
c. Panjatan Tegak (Asensio Rekta)
Data ini adalah jarak titik pusat bulan dari titik Aries diukur sepanjang
lingkaran Equator. Data ini diperlukan antara lain dalam perhitungan ijtima,
ketinggian hilal dan gerhana.
d. Deklinasi Bulan
Data ini adalah jarak Bulan dari Equator. Nilai Deklinasi positif (+) jika Bulan
disebelah utara Equator, dan negatif (-) jika di sebelah selatan equator. Data
ini diperlukan dalam perhitungan ketinggian hilal dan gerhana.
e. Benda Lihat
Data ini adalah sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ketitik pusat
bumi dan garis yang ditarik dari benda langit ke mata si pengamat. Sedangkan
Horizontal Parallax adalah Parallaks dari Bulan yang sedang berada persis di

garis ufuq. Nilai parallaks berubah‑ubah tergantung kepada jarak benda langit

itu dari garis ufuq. Semakin mendekati titik Zenith (adalah titik di angkasa
yang berada persis di atas pengamat. Posisi zenit di angkasa tergantung pada
arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat berada.) nilai parallax suatu
benda langit semakin kecil. Benda langit yang sedang berposisi pada titik
Zenith, nilai parallax adalah nol; sedangkan benda langit yang sedang
berposisi pada garis ufuq, nilai Parallaxnya paling besar. Disamping itu
Parallax tergantung pula kepada jarak benda langit tersebut dari mata si
pengamat (Bumi). Semakin jauh suatu benda langit nilai Paralaxnya semakin
kecil. Nilai Parallax Matahari sangat kecil bahkan dapat diabaikan sebab jarak

Matahari‑Bulan sangatlah jauh, berbeda dengan jarak Bulan‑Bumi. Nilai

Horizontal Parallax ini diperlukan untuk melakukan koreksi perhitungan


ketinggian hilal, dari ketinggian hakiki menjadi ketinggian Mar'i (visible
altitude).
f. Semi Diameter (jari-jari)
Data ini adalah jarak sudut antara titik pusat Bulan dengan piringan luarnya.
Nilai Semi Diameter Bulan adalah tertinggi sekitar 15’ (lima belas menit)
sebab piringan bulatan Bulan penuh adalah sekitar 30’ (1/2 derajat). Data ini

9
diperlukan untuk melakukan perhitungan ketinggian piringan atas (upper
limb) hilal, sebab semua data bulan adalah data titik pusatnya.
g. Sudut Kemiringan hilal
Data ini adalah sudut kemiringan piringan hilal yang memancarkan sinar
sebagai akibat arah posisi hilal dari Matahari. Sudut ini diukur dari garis yang
menghubungkan titik pusat hilal dengan titik Zenith ke garis yang
menghubungkan titik pusat hilal dengan titik pusat Matahari dengan arah
sesuai dengan perputaran jarum jam.
h. Fraction Illum
Fraction Illum adalah besarnya piringan Bulan yang menerima sinar Matahari
dan menghadap ke Bumi. Jika seluruh piringan Bulan yang menerima sinar
Matahari terlihat dari Bumi, maka bentuknya akan berupa “bulatan penuh”.
Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction Illum (besarnya Bulan) adalah satu,
yaitu persis pada saat puncaknya Bulan Purnama (full moon) Sedangkan jika
Bumi, Bulan dan Matahari sedang persis berada pada satu garis lurus, maka
akan terjadi Gerhana Matahari Total. Dalam keadaan seperti ini nilai Fraction
Illumination Bulan adalah nol. Setelah Bulan Purnama, nilai Fraction
Illumination akan semakin mengecil sampai pada nilai yang paling kecil,
yaitu pada saat ijtima dan setelah itu nilai Fraction Illumination ini akan
kembali membesar sampai mencapai nilai satu, pada saat Bulan Purnama.
Dengan demikian, data Fraction Illumination ini dapat dijadikan pedoman
untuk menghitung kapan terjadinya ijtima dan kapan bulan purnama ,
demikian pula saat first quarter dan last quarter dari bulan dapat dihitung,
yaitu dengan mencari nilai Fraction illum sebesar setengah (0,5). Data ini
diperlukan untuk membantu pelaksanaan Rukyatul hilal sekaligus melakukan
pengecekannya mengenai besarnya hilal.
9. Penggunaan Interpolasi atau Mencari Penyisipan Data
a. Masalah Data Matahari dan Bulan
Data matahari dan bulan tersebut disajikan berdasarkan waktu Greenwich/
Greenwich Mean Time (GMT). Mengubah GMT menjadi waktu-waktu
daerah di Indonesia, digunakan rumus-rumus sebagai berikut:

10
I. Waktu Indonesia Barat = GMT +7 jam
II. Waktu Indonesisa Tegah = GMT +8 jam
III. Waktu Indonesia timur = GMT +9 jam
Atau sebaliknya:
I. GMT = WIB - 7 jam
II. GMT = WITA – 8 jam
III. GMT = WIT - 9 jam
Untuk mencari data matahari dan Bulan bagi wilayah Indonesia, waktu-
waktu didaerah Indonesia terlebih dahulu harus diubah menjadi GMT.
Deklinasi adalah 'ketinggian' atau jarak dari ekuator langit ke benda langit.
Ekuator langit adalah perpanjangan ekuator Bumi ke bola langit. Jadi mirip
dengan bola Bumi, ketinggian tertinggi dari ekuator adalah Kutub Utara (90
derajat Lintang Utara) dan Kutub Selatan (-90 derajat lintang selatan). Maka
saja deklinasi terbesar adalah +90 derajat (di Kutub Langit Utara - titik tepat
di atas Kutub Utara) atau -90 derajat (di Kutub Langit Selatan - titik tepat di
atas Kutub Selatan).
Matahari dalam periode semu hariannya selalu memiliki deklinasi yang
berubah-ubah di langit, hal ini dikarenakan kemiringan ekliptika (garis edar
matahari tahunan) dengan ekuator langit adalah 23,5 derajat. Karena itu
lintasan matahari tahunan miring terhadap ekuator langit sehingga matahari
dapat mencapai deklinasi sebesar +23,5 derajat atau -23,5 derajat.
Jika deklinasi matahari positif artinya matahari sedang berada di daerah
utara khatulistiwa, panjang siang di daerah utara akan lebih lama dari 12 jam.
Demikian juga jika deklinasi matahari negatif artinya matahari sedang berada
di daerah selatan khatulistiwa, panjang siang di daerah selatan akan lebih
lama dari 12 jam. Jika deklinasi matahari 0 derajat, artinya matahari tepat
berada di atas khatulistiwa, pada kasus ini panjang siang hari di semua tempat
di bumi ini (kecuali daerah kutub) adalah tepat 12 jam.
Cooper membuat suatu rumus pendekatan untuk menentukan nilai
deklinasi Matahari jika diketahui tanggal tertentu, yaitu :

11
360
𝛿 = 23,45 sin [ (284 + 𝑁)]
365
atau bisa juga dengan rumus pendekatan Cooper yang lain :
360
𝛿 = 23,45 sin [ (𝑁 − 81)]
365
N adalah bilangan hari dalam satu tahun, misalnya :
tanggal 1 Januari memiliki nilai N = 1,
tanggal 2 Januari memiliki nilai N = 2,
tanggal 26 Juli memiliki nilai N = 207
tanggal 31 Desember memiliki nilai N = 365
Meskipun hanya pendekatan, tetapi kedua rumus tersebut sangat baik
untuk mencari deklinasi matahari dengan tingkat kesalahan di bawah 1
derajat.

Contoh :
Mencari deklinasi matahari dan bulan pada pukul 17.00 WIB tanggal 26 juli
2016
Mengubah WIB menjadi GMT, dengan rumus :
GMT = WIB – 7 jam, maka
GMT = 17.00 WIB – 7 jam = 10.00 GMT, jadi jam 17.00 WIB = jam 10 GMT
Lalu mencari deklinasi matahari
26 Juli memiliki nilai N sebesar 207,
yaitu dari N = 31 + 28 + 31 + 30 + 31 + 30 + 26
Maka masukkan ke dalam rumus Cooper :
360
𝛿 = 23,45 sin [ (284 + 𝑁)]
365
Atau
360
𝛿 = 23,45 sin [ (𝑁 − 81)]
365
Maka akan diperoleh deklinasi sebesar 19,378 derajat.
b. Membuat Penyisipan Data atau Interpolasi

12
Oleh karena data Malahari dan Bulan dalam buku Ephemeris atau
Almanak atau Al Falakiyah ini disajikan pada setiap jam, maka untuk
memperoleh data pada pecahan jam, diperlukan langkah langkah
penyisipan/interpolasi.
Rumus : Interpolasi = A – (A – B ) x C / I
Contoh :
Mencari Deklinasi Bulan pada pukul 18:10:12.45 WIB pada tanggal 7 Mei
1993
Langkah 1 :
Mengubah WIB menjadi GMT dengan rumus :
GMT = WIB – 7 jam
GMT = 18:10:12.45 WIB – 7 jam = 11 : 18 : 3.45 GMT
Langkah 2 :
Data yang diketahui jam 11:10:12.45 GMT (pedoman jam 11.00,
sedangkan selebihnya 0:10:12.45 sebagai nilai C). Interpolasi yang
dilakukan antara jam 11.00 dan jam 12.00, berarti berjalan/selisih 1 jam
sebagai nilai I.
Mencari Deklinasi Bulan sebagai berikut :
Jam 11.00 GMT = - 21° 43’ 32” (sebagai nilai A)
Jam 12.00 GMT = - 21° 46’ 51” (sebagai nilai B)
Jadi :
Interpolasi = A – ( A – B ) x C / I
- 21° 43’ 32” – (- 21° 43’ 32” - -21° 46’ 51” ) x 0° 10’ 12.45” / 1
= - 21° 44’ 05.85”. Hasilnya – 21° 44’ 05.85”.

13
Daftar Pustaka

Iman Ma’rifat M., “Modul Istilah Falakiyah”, Jakarta : Uhamka.

Budyks., 18 Juni 2015, “Mengenal Hisab & Rukyatul Hilal”, [online],


(http://teknosains.com/i/mengenal-hisab-rukyatul-hilal, diakses pada tanggal
09 September 2018)

Yandi, Debu., 2012, “Pengenalan Istilah Falakiyah”, [online],


(https://www.bloggerkalteng.id/2012/10/pengenalan-istilah-falakiyah.html,
diakses pada tanggal 10 September 2018)

Shofiyulloh., 09 Mei 2007, “Mengenal Data Empiris”, [online],


(http://www.nu.or.id/post/read/8927/mengenal-data-ephemeris, diakses pada
tanggal 10 September 2018)

“Hisab dan rukyat”, (https://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat, diakses pada


tanggal 11 September 2018)

A.Y. Sunaryo., 22 September 2016, “Pengertian Hisab dan Rukyatul Hilal”,


[online], (http://hajisunaryo.com/pengertian-hisab-dan-rukyatul-hilal/, diakses
pada tanggal 11 September 2018)

[pdf], (http://eprints.walisongo.ac.id/2550/8/125212004_Tesis_Glosarium.pdf,
diakses pada tanggal 12 September 2018)

14

Anda mungkin juga menyukai