Anda di halaman 1dari 7

Kontribusi Fisika Indonesia

Vol. 13 No.1, Januari 2002

Studi Pembentukan Superkonduktor Ba1-xKxBiO3 Melalui Proses Elektrokimia


Rahmat Hidayat1,2,*) , Darminto3), M.O. Tjia1)
1)
Laboratorium Fisika Material Organik Terkonjugasi dan Superkonduktor (FISMOTS),
Departemen Fisika ITB, Jl. Ganesa 10, Bandung 40132
2)
Jurusan Ilmu dan Teknik Material ITB, Jl. Ganesa 10, Bandung 40132
3)
Jurusan Fisika FMIPA ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111
E-mail : Rahmat_Hidayat@app.co.id

Abstrak
Telah dibuat film superkonduktor Ba1-xKxBiO3 melalui proses elektrokimia potensiostat yang dilengkapi
dengan proses aniling. Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengukuran kurva resistivitas-suhu untuk
menentukan suhu kritis bahan, serta karakterisasi struktur yang dilakukan dengan pengukuran difraksi
sinar-X, dan pengamatan pola Scanning Electron Microscopy (SEM). Pengukuran kurva transisi resistif
menunjukkan suhu kritis Tc0 yang bervariasi antara 10K dan 11K dan Tcon yang berkisar antara 13K dan
18K, bergantung pada tegangan elektroda yang digunakan dalam proses sintesis. Tc0 tertinggi 11K dicapai
pada sampel hasil sintesis dengan tegangan 0,65 V. Hasil analisis data lebih jauh menunjukkan adanya
kemungkinan untuk meningkatkan kualitas sampel dengan tegangan sintesis lebih tinggi dan proses anil
yang lebih tepat.
Kata kunci: Superkonduktor, BaKBiO, Elektrokimia, Potensiostat, tegangan

Abstract
Superconducting films of Ba1-xKxBiO3 have been synthesized by means of potentiostatic electrochemical
method incorporating a post annealing process. The critical temperature was determined from resistivity
characterization, while structural characterization was carried out by X-ray diffraction and Scanning
Electron Microscopy (SEM) measurements. The resistive transition curves show that Tc0 varies between 10K
and 11K and Tcon varies between 13K and 18K depending on the electrode voltage used in the synthesis
process. The highest Tc0 of 11K was attained in the sample prepared with electrode voltage of 0,65 V.
Further analysis of the data reveals that higher quality sample may result from the synthesis by employing
higher electrode voltage and more appropriate annealing process.
Keywords: Superconductor, BaKBiO, Electrochemical, potentiostatic, voltage

sebelumnya1). Dalam cara ini campuran serbuk


1. Pendahuluan
oksida KO2, Bi2O3 dan BaO diletakkan dalam
Berbeda dari hampir semua sistem tabung perak yang dialiri gas oksigen selama
superkonduktor Tc tinggi (SKST) yang memiliki proses sintering. Karena masalah stabilitas fase
lapisan senyawa oksida tembaga (kuprat) dalam dan volatilitas oksida kalium pada suhu tinggi,
struktur kristalnya, senyawa Ba1-xKxBiO3 dengan maka sintesis superkonduktor sistem Ba1-xKxBiO3
komposisi x ≅ 0,4 dapat mencapai Tc setinggi 32 memerlukan penanganan khusus yang tidak
K walaupun tidak memiliki lapisan kuprat dalam sederhana4). Dengan kata lain sintesis
kristalnya, sebagaimana dilaporkan dalam tahun Ba1-xKxBiO3 secara konvensional melalui oksida-
19881,2). Di pihak lain, superkonduktor Ba1- oksidanya tidak mudah menghasilkan bahan yang
3)
xKxBiO3 memiliki struktur perovskite yang juga memiliki sifat superkonduktivitas. Cara lain yang
merupakan ciri struktur pokok dari SKST. Sistem telah dikembangkan adalah proses elektrokimia
ini memiliki rapat arus kritik sebesar 2 x 105 dengan lelehan KOH sebagai elektrolit, dan
A/cm2 dengan Hc1 = 0,0045 T, Hc2 = 14,8 T, oksida Bi2O3 serta BaO atau Ba(OH)2.8H2O
kedalaman penetrasi 1060 Å, dan panjang sebagai bahan pereaksinya3-12). Proses
koherensi 52 Å1). elektrokimia ini tetap harus dilakukan dalam
Pembuatan superkonduktor Ba1-xKxBiO3 aliran gas argon atau gas nitrogen untuk
telah dilakukan dengan berbagai cara, di mencegah terjadinya oksidasi pada suhu tinggi.
antaranya adalah reaksi padat pada suhu 675oC Dalam penelitian ini akan dilakukan
selama 3 hari seperti yang digunakan sintesis superkonduktor sistem Ba1-xKxBiO3

*)
Alamat tetap : Product and Development, Asia Pulp and Paper, Jl. M.H Thamrin No. 51, Jakarta 10350

30
KFI Vol. 13 No. 1, 2002 31

secara elektrokimia melalui proses potensiostat 3. Hasil dan Pembahasan


dengan menambahkan air dan ZnO dalam larutan Hasil pengukuran ρ – T pada sampel hasil
elektrolit. Metoda serupa dengan menggunakan sintesis dengan tegangan elektroda 0,60 V - 0,75
proses galvanostat telah dilaporkan sebelumnya6). V diperlihatkan dalam Gambar 2. Dari perangkat
Dengan kehadiran air yang akan melarutkan KOH kurva ini didapatkan bahwa Tc0 berkisar antara 10
secara langsung, tidak lagi diperlukan suhu tinggi dan 11 K dan Tcon bervariasi antara 13 dan 18 K,
untuk pelelehan KOH. Kehadiran ZnO dalam bergantung pada tegangan sintesis yang
lelehan KOH dimaksudkan untuk mempercepat digunakan. Hasil pengukuran tersebut dirangkum
proses pertumbuhan kristal dengan dalam Tabel 1. Jelas dari tabel ini bahwa Tc0 dan
mempermudah reaksi reduksi yang terjadi pada Tcon tertinggi dicapai oleh sampel yang dihasilkan
katoda. Proses yang baru diperkenalkan dalam dengan tegangan 0,65 V. Perlu diperhatikan
literatur ilmiah internasional ini mempunyai bahwa kurva ρ(T) keempat sampel yang
berbagai keuntungan dibandingkan dengan cara ditampilkan dalam Gambar 2 memperlihatkan ciri
konvensional yang memerlukan suhu lebih tinggi yang sama, yaitu bersifat non-metalik pada suhu
dengan peralatan yang lebih khusus. Keberhasilan di atas Tcon dan bersifat superkonduktor pada suhu
eksperimen ini akan membuka peluang baru bagi di bawah Tc0. Perubahan ini paling menonjol pada
sintesis bahan superkonduktor dengan cara yang sampel yang dihasilkan dengan tegangan 0,60 V,
relatif mudah dan murah. dan makin berkurang dengan peningkatan
2. Eksperimen tegangan sintesis. Ini diduga berkaitan dengan
peralihan sifat listrik sampel yang mengarah
Sintesis superkonduktor Ba1-xKxBiO3 kepada sifat metalik dengan meningkatnya
diawali dengan mempersiapkan bahan campuran tegangan sintesis. Lebih lanjut, rentang nilai Tc
dalam komposisi berat Ba(OH)2.8H2O : Bi2O3 : yang dihasilkan dari eksperimen ini secara umum
KOH = 1 : 1,2 – 1,5 : 10 – 100. Berdasarkan tampak lebih rendah dibandingkan nilai Tc = 16,5
perbandingan tersebut, berat masing-masing - 27 K dari sampel yang dilaporkan oleh oleh
bahan dasar yang digunakan dalam eksperimen Zhao, dkk. melalui proses galvanostat6).
ini adalah sebagai berikut: 60 g KOH; 4,5 g
Bi2O3; 4 g Ba(OH)2.8H2O dan 1,2 g ZnO.
Selanjutnya suhu dan waktu dalam proses Tabel 1. Hasil pengukuran resistivitas – suhu
elektrolisis diambil tetap, sedangkan parameter pada tegangan sintesis yang berbeda
yang divariasi adalah tegangan elektroda. Proses
potensiostat didahului dengan memasukan KOH Tegangan Tc nol (K) Tc onset (K)
dan 25 mL air bidest dalam krusibel alumina (volt)
yang dilanjutkan dengan pemanasan hingga 0,60 tidak tercapai 18
210oC dan diiringi dengan pengadukan. Setelah 0,65 11 18
tercapai suhu tersebut, bahan-bahan lain berupa 0,70 10 17
Ba(OH)2.8H2O, Bi2O3 dan ZnO dimasukkan 0,75 tidak tercapai 13
kedalam krusibel, dan larutan elektrolit yang
terbentuk siap digunakan untuk proses sintesis Hasil pengukuran XRD diperlihatkan
elektrokimia dalam krusibel dengan konfigurasi dalam Gambar 3 untuk masing-masing sampel
elektroda yang diperlihatkan oleh Gambar 1. secara terpisah. Untuk keperluan analisis data
Proses elektrokimia tersebut dilaksanakan dengan tersebut telah dilakukan simulasi pola difraksi
tegangan 0,6; 0,65; 0,70 dan 0,75 V secara XRD superkonduktor Ba1-xKxBiO3 menggunakan
terpisah, dan masing-masing proses sintesis bantuan program RIETAN dan PDP-11
berlangsung selama 45 jam. berdasarkan data mengenai posisi masing-masing
Film yang terbentuk pada akhir proses atom serta perangkat data lainnya13) seperti yang
sintesis dibersihkan dengan menggunakan air tercantum dalam Tabel 2. Hasil simulasi ini
hasil destilasi. Semua film yang diperoleh diberi ditunjukkan oleh Gambar 4. Dari gambar ini
perlakuan anil pada suhu 400oC selama 24 jam. tampak kehadiran puncak difraksi pada 2θ ≈
Karakterisasi Tc dari hasil tersebut dilakukan 20,55o; 29,13o; 36,43o; 42,31o; 47,59o; 52,67o;
dengan pengukuran kurva ρ-T, dan karakterisasi 61,38o; 65,55o; 68,35o; 73,52o dan 77,38o dengan
struktur dilakukan dengan pengukuran ciri paling menonjol yang ditandai intensitas
difraktometri sinar-X (XRD) dan perekaman foto tertinggi pada 2θ ≈ 29,13o.
scanning electron microscopy (SEM).
32 KFI Vol. 13 No. 1, 2002

Arus

Hambatan

Krusibel alumina
Elektroda pembanding (RE)
Platina

Katoda (WE) Anoda (CE)


Platina Platina

Batang Pengaduk

Pengatur Kecepetan Pengatur Suhu


Pengadukan

Gambar 1. Konfigurasi elektroda dan rangkaian listrik bagi proses potensiostat

0.034 (a) 0.035 (b)


0.032
0.030
0.030
Resistivitas (ohm cm)

Resistivitas (ohm cm)

0.028 0.025

0.026
0.020
0.024

0.022 0.015

0.020
0.010
0.018
0.005
0.016

0.014 0.000
0 50 100 150 200 250 300 350 0 50 100 150 200 250 300 350
Suhu (K) Suhu (K)

0.020 0.010
(c) (d)
0.018

0.016 0.008

0.014
Resistivitas (ohm cm)

Resistivitas (ohm cm)

0.012 0.006

0.010

0.008 0.004

0.006

0.004 0.002

0.002

0.000 0.000
0 50 100 150 200 250 300 350 0 50 100 150 200 250 300 350
Suhu (K) Suhu (K)

Gambar 2. Kurva hubungan resistivitas terhadap suhu Ba1-xKxBiO3 hasil sintesis secara potensiostat pada
tegangan elektroda (a) 0,60 V, (b) 0,65 V, (c) 0,70 V, (d) 0,75 V
KFI Vol. 13 No. 1, 2002 33

110

310
(a )

211
100

300/221
220
210

222
110
100

(b )

211
200

220

310
210

300/221
111

222
100

110

(c )
211
200

310
220
210

300/221

222
111
100

110

211
200

(d )
310
220

300/221
210

222
111

20 30 40 50 60 70 80
2 T h e t a ( d e g)

Gambar 3. Spektrum XRD sampel hasil sintesis dengan tegangan (V):(a) 0,6 V (b) 0,65 V (c) 0,7 V (d) 0,75 V

Gambar 4. Hasil Simulasi Pola difraksi XRD superkonduktor Ba1-xKxBiO3 menggunakan Pdp11 dan
RIETAN
34 KFI Vol. 13 No. 1, 2002

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 5. Pola SEM dari Sampel Ba1-xKxBiO3 yang dihasilkan dengan tegangan elektroda (a) 0,60 V, (b)
0,65 V, (c) 0,70 V, (d) 0,75 V
KFI Vol. 13 No. 1, 2002 35

Tabel 2. Data kristalografi BKBO8) yang digunakan dalam simulasi pola difraksi

Posisi Sel Satuan


No Atom Posisi B Occupancy
x y z (Å2)
1 K 1a 0 0 0 0,81 0,374
2 Ba 1a 0 0 0 0,81 0,626
3 Bi 1b 0,5 0,5 0,5 0,412 1,0
4 O 3c 0,5 0,5 0 1,79 1,0

Perbandingan Gambar 3 dengan Gambar 4 menentukan nilai Tc seperti telah disebutkan di


menunjukkan bahwa pada umumnya posisi atas.
puncak difraksi sampel yang diukur
memperlihatkan pola dasar difraksi yang sesuai 4. Kesimpulan
dengan hasil simulasi di atas, walaupun berbeda Dalam eksperimen ini telah berhasil dibuat
dalam rincian distribusi intensitasnya. Secara empat film superkonduktor Ba1-xKxBiO3 dengan
khusus dapat disebutkan adanya pelebaran menggunakan metode elektrokimia melalui proses
difraksi pada 2θ ≈ 22o dalam Gambar 3 untuk potensiostat dengan tegangan 0,6 – 0,75 V dan
semua sampel. Selain itu intesitas utama pada 2θ proses anil pada 400oC. Masing-masing sampel
≈ 29o tampak sedikit menurun dengan tersebut dikarakterisasi dengan pengukuran ρ(T)
meningkatnya tegangan sintesis di atas 0,65 V, dan pola difraksi XRD serta pengamatan foto
bersamaan dengan tumbuhnya puncak baru dari SEM. Dari hasil karakterisasi yang dilakukan
bidang difraksi (111) pada 2θ ≈ 36o dan puncak dapat disimpulkan bahwa bahan yang memiliki Tc
dari bidang difraksi (200) pada 2θ ≈ 42o. Ini tertinggi yaitu Tc0 = 11 dan Tcon = 18 K
berarti bahwa pola difraksi sampel-sampel didapatkan dari hasil sintesis dengan tegangan
tersebut makin mendekati pola hasil simulasi 0,65 V. Sampel tersebut juga menunjukkan
untuk tegangan sintesis lebih tinggi. Hasil sekilas adanya orientasi koloni butiran yang membentuk
terkesan agak bertentangan dengan hasil susunan berlapis-lapis. Sebaliknya peningkatan
karakterisasi Tc, dan memerlukan penjelasan lebih tegangan lebih lanjut tampak merusak struktur
lanjut dalam hubungannya dengan pembahasan butiran yang terorientasi secara berlapis tersebut,
hasil perekaman foto SEM. menimbulkan "celah" dengan isian bahan
nonsuperkonduktif yang makin besar pula.
Dalam Gambar 5 disajikan hasil
Namun dari pola difraksi XRD diperoleh indikasi
karakterisasi SEM untuk sampel yang diperoleh
bahwa kualitas sampel yang lebih baik masih
dengan berbagai tegangan sintesis. Dari Gambar
mungkin diperoleh dengan tegangan sintesis lebih
5(a) tampak adanya pola butiran yang teratur
tinggi dari 0,65 V apabila digunakan proses anil
berbentuk agak bulat dengan ukuran butir sekitar
yang lebih tepat.
15 μm, dan pada bagian lain terlihat adanya
susunan butir yang berlapis, dengan sisipan Ucapan Terima Kasih
"rongga" secara agak merata. Dari Gambar 5(b)
Salah satu penulis (R.H.) mengucapkan
terlihat bahwa batas butiran yang tidak jelas, dan
terima kasih kepada Tim URGE atas beasiswa
bentuk butiran bulat seperti yang tampak dalam
yang diterimanya untuk mengikuti program S-2 di
Gambar 5(a) sudah menghilang. Sebagai gantinya
Jurusan Ilmu dan Teknik Material ITB. Penulis
dalam gambar ini tampak terjadinya pola lapisan
juga mengucapkan terimakasih kepada
yang bertumpuk. Pola ini tidak terlihat lagi pada
Laboratorium Geologi Kuarterner PPGL Bandung
Gambar 5(c). Pola yang tampak dalam gambar ini
untuk penggunaan SEM, dan kepada M. Diantoro
mirip dengan sekumpulan kepingan yang pecah
atas bantuannya dalam analisis data XRD.
akibat tekanan antara sesamanya, ditandai oleh
"celah" atau "rongga" (bahan isian Daftar Pustaka
nonsuperkonduktif) di antara serpih pecahan
tersebut. Pola SEM pada Gambar 5(d) tidak 1. L.F Schneemeyer, J.K Thomas, T. Siegrist,
menunjukkan adanya perbedaan yang berarti dari B. Batlogg, L.W. Rupp, R.L. Opila, R.J.
Gambar 5(c), hanya "celah" atau "rongga" yang Cava and D.W. Murphy, Nature Vol. 335
terbentuk dalam sampel ini terlihat semakin besar. (1988) 421-423.
Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa keadaan dan
tekstur butir ini merupakan salah satu faktor yang
36 KFI Vol. 13 No. 1, 2002

2. S. Kondoh, M. Sera, K. Fukuda, Y.Ando and 9. S.N. Barilo, S.V. Shiryaev, V.I Gatalskaya,
M. Sato, Solid State Commun. Vol. 67, No. 9 D.I. Zhigunov, A.V. Pushkarev, V.V.
(1988) 879-881. Fedotova, H. Szymczak, R. Szymczak, M.
3. P.D. Han, L. Chang and D.A. Payne, J. Baran, J.W. Lynn, N. Rosov, S.
Cryst. Growth 128 (1993) 798-803. Skanthakumar, J. Cryst. Growth 198-199
4. Michael L. Norton and Horng –Yi Tang. (1999) 636-641.
Chem. Mater. 3 (1991) 431-434. 10. S.V. Shiryaev, S.N. Barilo, D.I. Zhigunov,
5. W.D. Moesley, J.Z. Liu, A. Matsushita, Y.P. V.V. Fedotova, V.I Gatalskaya, H.
Lee, P. Klavins and R.N. Shelton., J. Cryst. Szymczak, R. Szymczak, M. Baran, J. Cryst.
Growth 128 (1993) 804-807. Growth 211 (2000) 471-475.
6. L.Z. Zhao, B. Yin, J. B. Zhang, J. W. Li, C. 11. S.V. Shiryaev, S.N. Barilo, S.N. Ustinovich,
Y. Xu, S. H. Liu, M. Xie, Y. Li, X. A. Chen V.V. Fedotova, A.V. Pushkarev, L.A.
and B. M. Chen, Physica C 282-287 (1997) Kurochkin, A.G. Soldatov, J.Cryst.Growth
721-722. 198/199 (1999) 631-635.
7. L.Z. Zhao, J.B. Zhang, C.Y. Xu and S.H. Liu, 12. M.S Martin-Gonzalez, J. Garcia-Jaca, E.
Solid State Commun. Vol. 108, No. 1 (1998) Moran, M.A. Alario-Franco, Physica C 297
69-62. (1988) 185-191.
8. S.N. Barilo, S.V. Shiryaev, V.I. Gatalskaya, 13. J.M. Newsam, S.K. Sinha, D. Vaknin and
J.W Lynn, M. Baran, H. Szymczak, R. A.J. Jacobson, Phys. Rev. B Vol. 41 No. 7
Szymczak and D. Dew-Hughes, Phys. Rev. B (1990) 4126 – 4144.
Vol. 58, No. 18 (1998) 12335-12366.

Anda mungkin juga menyukai