Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia

adalah kementerian dalam pemerintahan Indonesia yang membidangi

urusan komunikasi dan informatika. Pada dasarnya Undang-undang

Negara Republik Indonesia bahwa setiap orang berhak berkomunikasi dan

memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki dan

menyimpan informasi dengan mengunakan segala jenis saluran yang

tersedia. Seiring dengan perkembangannya teknologi muncul berbagai

media baru (media sosial) yang sering digunakan oleh sejumlah orang

untuk berkomunikasi.

Jejaring sosial atau media sosial mempermudah kita dalam hal

berkomunikasi dengan banyak orang dari banyak kalangan. Mulai dari

berkenalan dengan teman baru, bertemu kawan lama, berkawan lintas usia

bahkan lintas daerah.. awalnya hanya menggunakan aplikasi chatting di

era tahun 2000-an, yang kemudian berkembanglah menjadi sebuah situs

sosial seperti Facebook, Twitter, Path, BBM dan masih banyak lagi.

Saat ini perkembangan tidak hanya berada di situs internet saja,

Banyak sekali penggunaan aplikasi di handphone dan smartphone yang

fungsinya untuk media sosial di internet. Sehingga batas dalam kehidupan

sosial pun seakan-akan hambar atau tidak terlihat ada batasnya.

1
2

Penggunaan internet yang tiap tahunya semakin melonjak naik

data terakhir yang bersumber dari BCG REPORT : The internet’s New

Billon, presentasi penggunaan internet di Indonedia yang pada tahun 2009

berjumlah 33 juta dan pada tahun 2015 naik hingga 100 juta. Dengan

adanya presentasi penggunaan internet dengan media sosial yang paling

banyak digunakan, pihak komunikasi dan informtika sebagai lembaga

yang menggontrol penggunaan media massa sering kali melakukan

penyuluhan tentang tata cara penggunaan media, penggunaan media

sosial sendiri yang awalnya sering dipakai oleh remaja dan dewasa kini

penggunaannya mulai dipakai oleh semua kalangan karena media

massadan internet sangat memudahkan pemakainya.

Di dalam bermedia sosial kita harus memahami bahwa tidak semua

hal yang kita alami harus dibagikan kepada khalayak atau cukup di simpan

sebagai privasi. Etika sosial media tidak jauh berbeda dengan etika di

dunia nyata, dan kebanyakan norma-norma yang berlaku dalam sosialisasi

sehari-hari harus juga diterapkan dalam dunia maya.

Pada akhir tahun 2009 dari Kasus Prita Mulyasari terpidana akibat

kasus dugaan pencemaran nama baik dengan mengkritik manajemen RS

Omni Internasional Serpong, melalu media online. membuatnya dijerat

dengan UU ITE, Pasal 27 ayat 3 serta Pasal 310 dan 311 K UHP. Pada 29

Desember 2009, Prita akhirnya divonis bebas oleh Pengadilan Negeri (PN)

Tangerang. Prita tidak terbukti melakukan pencemaran nama baik RS

Omni Internasional. Meskipun akirnya dia dinyatakan bebas namun dari


3

kasus tersebut kita harus banyak belajar bahwa harus lebih berhati-hati

dalam penggunaan media.

Jangan sampai sosial media dianggap kehidupan seluruhnya,

apalagi di jadikan sarana satu-satunya untuk mengekspresikan diri kita

masing-masing. Sosial media sebaiknya digunakan sebagai pendukung

aktivitas keseharian dan bukan sebagai media substitusi.

Masih ingatkah kita tentang Kasus Florence didunia online

khususnya, karena telah memaki – maki warga dan kota Yogyakarta

melalui status di akun Path miliknya. Status Florence tersebut

menghebohkan dunia online pada hari Kamis 28 Agustus 2014, tersangka

di jerat pasal 27 ayat 3 diatur di Pasal 45 ayat 1: Setiap Orang yang

memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2),

ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu

miliar rupiah).

Maupun Kasus M. Arsyad ditangkap setelah dilaporkan tim kuasa

hukum Jokowi karena mengedit gambar Jokowi dan Megawati kemudian

ditempelkan ke sejumlah foto model porno lalu disebarkan melalui media

sosial Facebook, tersangka melanggar UU Pornografi dengan Pasal

Pornografi sesuai UU Nomor 44 Tahun 2008 dengan ancaman 12 Tahun

Penjara, Jakarta, Rabu (29/10/2014).

Kasus Ahmad fauzi yang dilaporkan oleh Arif Pamungka selaku

Koordinator Bidang Media FIUS, yang dikarenakan melecehkan Nabi

Muhammad Saw dan Nabi Adam AS melalui akun twitternya


4

@samarra79. pada tanggal 23 September 2015 terjadi mediasi antara

perwakilan FUIS, namun ketika ditanya tentang dalil postingannya dalam

alquran dia tidak mampu menjawab sehingga pihak FUIS meresa tidak

puas sehingga FUIS melaporkan Ahmad Fauzi ke polda Jateng, tertanggal

09 Oktober 2015 yang disangkakan pada pasal 28 ayat (2) UU ITE dan

pasal 45 ayat (2) UU ITE dengan ancaman penjara paling lama 6 tahun dan

denda paling banyak 1.000.000.000.00 (satu miliar rupiah)

Dari contoh kasus di atas, hendaknya kita selektif dan bijak dalam

menggunakan media sosial, jangan sampai mengalami kecanduan,

merugikan diri sendiri, terlebih orang lain.

Menurut hasil wawancara sementara dengan pegawai kementerian

komunikasi dan informatika yang telah penulis lakukan mengenai strategi

komunikasi adalah sebagai berikut:

Pak Teguh (48), salah satu pegawai di bidang humas mengatakan


bahwa yang dilakukan kemkominfo dalam strategi komunikasi tidak
hanya melalui iklan layanan masyarakat melainkan banyak media yang
sering digunakan, namun diantara semua media yang dipakai, iklan
layanan masyarakatlah yang dianggap paling sesui dan paling cepat
penyebaran informasinya karena setiap masyarakat yang melihat dan
menonton televisi pasti akan dapat melihat iklan tersebut, beliau juga
mengatakan bahwa pembuatan kampanye tentang santun bermedia sosial
maupun etika dalam berkomunikasi dikarenakan banyak kasus-kasus yang
sering terjadi dan melibatkan penggunaan media sosial seperti yang terjadi
dijogja, penghinahan suatu kota bahkan tidak hanya itu dia juga memaki-
maki orang yang tinggal disana, itu menandakan bahwa lemahnya
pengetahuan tentang tatacara bermedia sosial, ketidak pemahaman dia soal
etika jurnalistik pemakaian kata-kata yang harus dipakai, apa saja yang
harus dia gunakan kata-katanya kan kalo lagi memposting, maka dari itu
5

kemkominfo ingin menciptakan masyarakat yang cerdas, yang bisa santun


berkomunikasi dan seperti yang sering dibaca di bawa logo kemkominfo
menuju masyarakat informasi Indonesia.

Maraknya khasus tentang pelanggaran ITE yang sering terjadi

dimasyarakat membuat resah pengguna media sosial. upaya yang

dilakukan oleh kementerian komunikasi dan informatika sebagai lembaga

pemberintah yang bergerak di bidang komunikasi dan informatika melalui

Pusat Informasi dan Humas dalam memberitahukan informasi kepada

khalayak pengguna media sosial melalui iklan layanan masyarakat “Etika

Dalam Bermedia Sosoal” iklan tersebut bertujuan untuk mensosialisasikan

kepada masyarat bertapa pentingnya mengunakan media massa dalam

konteks pribadi, sehingga privasi menggenai diri kita tidak di ketahui oleh

orang lain, pintar dalam penggunaan kata-kata dan berbahasa yang sopan

dan juga beretika, serta hindari konten unsur sara dan pornografi sehingga

dapat terjuwudnya santun bersosial media.

Gambar 1
Gambar tersebut merupakan kata bagian akhir dari iklan layanan
masyarakat “etika dalam bermedia sosial”, yang mengatakan bahwa santun
bermedia sosial.
6

Agar masyarakat lebih bijak dalam memposting atau menggungah apapun

ke media sosial dan lebih selektif dalam penggunaan kata-kata agar terhindar dari

yang sifatnya isu sara, selain merugukan kita, penggunaan kata-kata yang kurang

baik juga dapat menjerumuskan kita kedalam pelaku tindak pidana dan dapat

dihukum sesuai dengan peraturan, seperti yang terjadi pada contoh kasus

sebelumnya.

Gambar 2.
Gamabar penutup pada iklan layanan masyarakat “etika dalam bermedia
sosial” menggunakan Tagline Menuju masyarakat informasi Indonesia

Upaya yang ada pada kementerian komunikasi dan informatika

sebagai lembaga komunikasi dan informatika ingin menciptakan dan

meberikan pemahaman dalam cara berkomunikasi yang baik, ketika kita

mengunakan media sosial agar kita bisa terhindar dari tindak tindakan

yang tidak kita inginkan. Kebijakan yang di buat Kementerian Komunikasi

dan Informatika dalam memberikan pelayanan masyarakat, agar masyarakat

tidak terjerumus dalam hal-hal yang bisa di pidanakan, dalam memposting

hal-hal yang melanggar etika dalam berkomunikasi sehingga dapat

menghindari UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi


7

Elektronik (ITE) yang dapat menyebarkan Isu sara, dan mencemarkan

nama baik seseorang, daerah, maupun suatu produk tanpa didukung

dengan bukti-bukti yang otentik. Selain itu Kementerian Komunikasi dan

Informatika juga membuka forum penggaduan yang bertujuan untuk

melaporkan apabila terdapat postingan atau pemberitaan yang ditampilkan

pada media sosial tidak sesuai dengan kode etik dan menggangu ketertiban

bersama dalam bermedia sosial.

Terkait dengan penggunaan strategi komunikasi Kementerian

Komunikasi dan Informatika, mengunakan media iklan layanan masyarakat

terdapat berbagai teknik dan pendekatan yang digunakan dengan konsep

perancangan skenario penyampaian pesan iklan, serta penentuan jumlah

frekuensi yang tepat. Menurut Cannon, et al (2009).

Iklan merupakan bentuk komunikasi langsung, yang di dasari pada

informasi tentang keunggualan atas keuntungan suatu produk, yang di

susun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang

akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. Pesan

iklan yang ideal menurut Kotler (2000), pesan iklan juga harus menarik

perhatian (attention), mempertahannkan ketertarikan (interest),

membangkitkan keinginan (desire) dan menggerakan tindakan (action).

Pemahaman masyarakat terhadap pesan sangat kompleks karena

tidak mudah menyampaikan sesuatu pesan agar diterima oleh seluruh

khalayak. oleh karena itu pengiklan harus mengetahui informasi yang

dibutuhkan dan mengetahui cara terbaik untuk menyampaikannya.


8

Meskipun terdapat penelitian yang hampir serupa mengenai

strategi komunikasi melalui iklan layanan masyarakat, penulis

memastikan bahwa penelitian yang penulis lakukan berbeda. Berikut

adalah penelitian terdahulu yang telah penulis pilih untuk perbandingan.

Dilihat dari penelitian F. Brian Rangga K, peneliti berusaha untuk

menganalisis apa dan bagaimana strategi kreatif yang dipakai oleh

Lembaga Penyiaran Publik RRI Yogyakarta dan membuat iklan layanan

masyarakat. Dari hasil penelitian bahwa pembuatan iklan layanan

masyarakat di Lembaga Penyiaran Publik RRI Yogyakarta, didasarkan

pada kalender event dan atas pesanan dari pihak klien yang bukan lembaga

atau instansi yang bersifat komersial.

Penelitian kedua Ahmad Bayhaqi dari Institut Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Jakarta yang berjudul “ Strategi Komunikasi Humas

Departemen kesehatan RI dalam Mensosialisasikan Program Pekan

Imunisasi Nasional (PIN) tahun 2002 Melalui Iklan Layanan Masyarakat

di Televisi. Hasil penelitian tersebut bahwa iklan layanan masyarakat akan

berhasil apa bila mempunyai spokesperson, pesah juga harus mengandung

5W+1H, agar mudah diingat bagi masyarakat yang menjadi kelompok

sasaran selain itu pemilihan stasiun televisi yang memiliki jangkauan luas

dan memiliki rating program acara yang baik sehingga dalam

pelaksanaanya menunjang keberhasilan pesan yang akan disosialisasikan

kepada masyarakat tentang program PIN 2002.

Meskipun dua penelitian terdahulu mempunyai tujuan penelitian

yang sama, ingin mengetahui strategi komunikasi melalui iklan layanan


9

masyarakat. Namun, penelitian ini terdapat perbedaan penelitian yaitu

untuk menganalisis bagaimana Strategi Komunikasi Kementerian

Komunikasi dan Informatika dalam memberikan informasi melalui Iklan

Layanan Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial. Karena didalam setiap

penyampaian iklan layanan masyarakat pasti mempunyai cara dan strategi

yang berbeda dalam pembuatan dan penyajiannya.

1.2 Masalah Pokok dan Pertanyaan Penelitian

Di dalam Undang-undang Negara Republik Indonesia bahwa setiap

orang berhak berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk

mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk

mencari, memperoleh, memiliki dan menyimpan informasi dengan

mengunakan segala jenis saluran yang tersedia.

Kelemahan dalam penerimaan iklan layanan masyarakat ini

terletak pada ketidak pemahaman tentang penggunaan media dan tidak

sejalan dengan fungsi yang diinginkan, banyaknya kasus tentang

pelanggaran etika dalam berkomunikasi, kurangnya pemahaman atau

minimnya pengetahuan tentang fungsi media sosial yang membuat

masyarakat banyak salah mengunanakan media sosial.

Untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam mengunakan

media sosial maka Kementrian komunikasi dan informatika sebagai

lembaga yang membidangi urusan komunikasi dan informatika.

Mengeluarkan iklan yang ditujukan kepada masyarakat dengan

mengunakan bahasa yang santun dan spokesperson berupa anak muda agar

lebih bisa dipahami dan diharapkan dapat membantu mengurangi hal-hal


10

yang melanggar etika dalam berkomunikasi sehingga dapat menghindari

UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Berdasarkan penjelasan diatas timbul pertanyaan bagi penulis:

1. Bagaimana Strategi Komunikasi Kementerian Komunikasi dan

Informatika dalam memberikan informasi melalui Iklan Layanan

Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial?

2. Faktor-faktor apasaja yang dihadapi Kementerian Komunikasi dan

Informatika dalam memberikan informasi melalui Iklan Layanan

Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial?

Dari permasalahan yang muncul diatas, penulis menetapkan

rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

Bagaimana Strategi Komunikasi Kementerian Komunikasi

dan Informatika dalam memberikan informasi melalui Iklan Layanan

Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial?

Berdasarkan rumusan masalah pokok penelitian tersebut, maka

judul penelitian ini adalah:

“STRATEGI KOMUNIKASI KEMENTERIAN

KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DALAM MEMBERIKAN

INFORMASI MELALUI IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

ETIKA DALAM BERMEDIA SOSIAL”


11

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengetahui Strategi Komunikasi

Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam memberikan informasi

melalui Iklan Layanan Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial dan dan

diharapkan dapat membantu mengurangi hal-hal yang melanggar etika

dalam berkomunikasi sehingga dapat menghindari UU No. 11 Tahun 2008

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

1.4. Sistematika Penulisan

Dalam makalah ini, terdiri dari lima bab. Secara umum bab-bab tersebut

membicarakan pokok-pokok bahasan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi latar belakang masalah beserta masalah-

masalah pokok penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II Berkaitan dengan kerangka teori, terdiri dari tinjauan pustaka,

kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III Metodologi Penelitian yang berisi paradigm penelitian,

pendekatan, metode penelitian, sifat penelitian, bahan penelitian dan unit analisis,

populasi dan sampel, hipotesis riset, model analisis, operasional variable, teknik

pengumpulan data, uji reliabilitas, uji validitas, teknik analisis data, analisis dan

interpretasi data hipotesis statistik.


12

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui bagaimana Strategi

komunikasi Kementerian Komunikasi dan Informatika Dalam Memberikan

Informasi Melalui Iklan Layanan Masyarakat Etika Dalam Bermedia

Sosisal. Untuk memahami dan memecahkan permasalahan penelitian ini,

konsep-konsep yang diuraikan adalah:

1. Iklan Layanan Masyarakat

2. Strategi Komunikasi

3. Media Sosial

4. Kementerian Komunikasi Dan Informatika

2.2.1 Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat (public service announcement) adalah

iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk

membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah yang

harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keselarasan dan

kehidupan umum. Iklan layanan masyarakat adalah salah satu upaya untuk

mempersuasi masyarakat dengan cara mengajak dan menghimbau mereka

untuk mengerti, menyadari, turut memikirkan serta menempatkan posisinya

agar tidak larut dan terjerumus dengan permasalahan.

Penulis memahami pengertian diatas, jika dikaitkan dengan

penelitian ini, maka iklan layan sangat berperan penting dalam mempersuasi
13

masyarakat dengan cara mengajak dan menghimbau mereka untuk mengerti,

menyadari, turut memikirkan serta menempatkan posisinya dalam

penggunaan media sosial, sehingga masyarakat bisa menjaga etika

berkomunikasi dan menjadi masyarakat informasi media.

Menurut David L. Rados (dalam Soehartami, 2006), iklan layanan

masyarakat adalah iklan yang mempromosikan kegiatan organisasi non

profit dimana iklan tersebut tidak dikenakan biaya. Iklan layanan masyarakat

merupakan seatu memberitahuan yang tidak dikenakan biaya dan untuk

mempromosikan program, aktifitas atau pelayanan dari Negara, atau

pemerintah lokal serta program-program kegiatannya.

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang bermanfaat untuk

menggerakan solidaritas masyarakat ketika menghadapi sesuatu masalah

sosial. Iklan tersebut menyajikan pesan-pesan sosial yang dimaksudkan

untuk membangkitkan kepedulian masyarakat terhadap sejumlah masalah

yang harus mereka hadapi, yakni kondisi yang bisa mengancam keserasisan

dan kehidupan umum (Kasali,1992).

Iklan layanan masyarakat merupakan ajakan atau himbawan kepada

masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi

kepentingan umum melalui perubahan kebiasaan atau perilaku masyarakat

yang tidak/kurang baik menjadi lebih baik. Tugas utama suatu iklan layanan

masyarakat adalah menginformasikan pessan sosial kepada masyarakat agar

tertarik dan mengikutinya/menjalankannya.

Jika dikaitkan dengan penelitian ini, iklan layanan masyarakat yang

disebarkan kepada khalayak merupakan sebuah ajakan dan himbawan


14

kepada masyarakat agar merubah kebiasaan dan perilaku mereka dalam

menggunakan media sosial untuk kepentingan umum. Iklan layanan

msasyarakat digunakan untuk menginformasikan pesan agar masyarakat

tertarik dalam mengikuti dan menjalankannya.

Agar iklan layanan masyarakat diterima masyaraka, tentunya perlu

konsep yang baik dan diperlukan pengetahuan yang luas, yaitu kemampuan

mengkaji dan memilih data tentang audience dan tema yang hangat

dimasyarakat, serta ilmu yang berhubungan dengan kemanusiaan

(antropologi, sosiologi, psikologi), ilmu komunikasi, pengetahuan bahasa

(verbal dan visual), kemampuan merancang dan mengatur elemen-elemen

desain dalam karya iklan layanan masyarakat.

Rhenald kasali (1995) mengatakan bahwa sebelum menciptakan

iklan layanan masyarakat perlu melakukan langkah-langkah indentifikasi

masalah serta pemilihan analisis kelompok sasaran, yaitu :

1. Menganalisis kebutuhannya, suasana psikologi dan sosiologi yang

melingkupinya, bahasanya, jalan pikirannya, serta symbol-simbol

yang dekat dengannya.

2. Menentukan tujuan khusus iklan layanan masyarakat tentang apa

yang harus dicapai dalam kampanye tersebut. Tujuan menyangkut

penambahan jumlah yang dilayani klien sampai peningkatan

kesadaran masyarakat terhadap adanya oraganisasi atau program-

program khusus.

3. Menentukan tema iklan layanan masyarakat. Tema dari iklan layanan

masyarakat adalah topik pokok atau selling points yang ingin dituju
15

oleh iklan layanan masyarakat. Suatu tema iklan layanan masyarakat

harus berpusat pada topik atau dimensi program yang sangat penting

bagi klien.

4. Menentuka anggaran iklan layanan masyarakat yang diperlukan

untuk suatu kampanye selama priode tertentu.

5. Perencanaan media yang meliputi identifikasi media yang ada dan

tersedia, memilih media yang cocok yang dapat digunkan, dan

menentukan waktu dan frekuensi pemublikasian.

6. Menciptakan pesan-pesan iklan layanan masyarakat. komponen-

komponen suatu iklan layanan masyarakat termasuk headline,

subline, bodycopy, artwork, dan tanda/logo yang menarik dan

memelihara perhatian sasaran.

7. Menilai keberhasilan kampanye tersebut melalui serangkaian

evaluasi. Evaluasi ini dilakukan sebelum, selama, dan sesudah

kampanye dipublikasikan.

Philp kotler dalam Durianto (2003), menyebutkan bahwa tujuan periklanan

yakni iklan cukup efektif untuk melaksanakan fungsi-fungsi komunikasi yang

kritikal, fungsi-fungsi tersebut antara lain :

1. Memberikan informasi (informing)

Iklan dapat membuat konsumen aware terhadap merek, terutama merek

baru, mengedukasikan fitur dan benefit suatu merek dan memfasilitasi

pembentukan brand image yang positif.

2. Membujuk (Persuading)
16

Iklan yang efektif ialah yang dapat membujuk calon konsumen untuk

mencoba produk atau jasa yang diiklankan.

3. Mengingatkan (reminding)

Iklan dapat membuat suatu merek tetap segar dalam ingatan konsumen dan

memberikan nilai tambah (adding value). Nilai tambah atas produk atau

jasa dapat diperoleh melalui inovasi, perbaikan mutu atau dengan

mengubah persepsi konsumen.

Iklan layanan masyarakat yang di buat oleh kementerian komuniksi

dan informatika sejalan dengan Philp kotler dalam Durianto (2003) karena

penggunaan iklan cukup efektif untuk melaksanakan fungsi-fungsi

komunikasi yang kritikal, kementrian komunikasi dan informatika

memberikan informasi, membujuk dan mengingatkat masyarakat melalui

iklan layanan masyarat etika dalam bermedia sosial agar masyarat dapat

terhidar dari UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik (ITE) yang meliputi menyebarkan Isu sara, pornografi dan

mencemarkan nama baik seseorang, daerah, maupun suatu produk tanpa

didukung dengan bukti-bukti yang otentik.

Iklan layanan masyarakat adalah media yang digunakan untuk

menyampaikan informasi persuasive kepada masyarakat agar masyarakat

mendapat tambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku

terhadap masalah yang diinformasikan, Ciri-ciri Iklan Layanan Masyarakat

adalah:

 Diangkat dari permasalahan yang ada dimasyarakat.


17

 Ada rasa kemanusiaan

 Berbagi untuk semua manusia

 Bersifat penyadaran atau menghasut.

 Tidak menawarkan suatu produk

 Tidak semata-mata komersial.

 Tidah memihak salah satu golongan, atau agama.

 Tidak memihak salah satu partai politik.

 Targetnya adalah seluruh lapisan masyarakat.

 Berwawasan nasional.

 Dikomunikasikan oleh organisasi yang telah diakui dan diterima oleh

masyarakat atau Negara.

 Tema bisa diiklankan atau dipublikasikan.

 Berdampak positif untuk kepentingan bersama sehingga memperoleh

sambutan dan dukungan media massa lokal maupun nasional.

Fungsi iklan layanan masyarakat sebagai pengawas/pemantau

terhadap keadaan Negara.

Iklan layanan masyarakat (ILM) merupan proses penyampaian

informasi yang bersifat persuasif atau mendidik khalayak malalui media

periklanan agar pengetahuannya bertambah, menimbulkan kesadaran sikap

dan perubahan perilaku masyarakat terhadap masalah yang disampaikan,

serta mendapatkan citra yang baik dibenak masyarakat.

Iklan Komersial (commercial Adversting) adalah iklan yang

bertujuan untuk mendukung kampanye permasaran suatu produk atau jasa.

Iklan komersial juga merupakan iklan yang menawarkan barang dan jasa.
18

Iklan komersial dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

- Iklan strategis.

Digunakan untuk membangun merek. Hal ini dilakukan dengan

mengkomunikasikan nilai merek dan manfaat peroduk

- Iklan Tektis.

Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong

konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu, pada

umumnya iklan ini memberikan penawaran khusus jangka pendek yang

memacu konsumen memberikan respon pada hari yang sama.

Perbedaan antara iklan Layanan Masyarakat dan iklan Komersil

Iklan Layanan Masyarakat sering disebut iklan sosial yang tidak bertujuan untuk

menawarkan barang dan jasa, sedangkan Iklan komersial juga merupakan iklan

yang menawarkan barang dan jasa.

Iklan layanan masyarakat yang dilakukan oleh institusi publik semacam

departemen pemerintahan bertujuan memberikan informasi dan penerangan serta

pendidikan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan dengan mengajak

masyarakat untuk berpartisipasi, bersikap positif terhadap pesan yang

disampaikan.

penyampain pesan yang dibuat melalui iklan ini bertujuan untuk mengajak

masyarakat Indonesia agar bijak dalam penggunaan kata-kata, tidak menyalah

gunakan media sebagai tempat menyebarkan isu sara, sehingga terciptanya tagline

yang dibuat oleh Kementrian komunikasi dan informatika yaitu menuju

masyarakat informasi Indonesia.


19

2.2.2 Stratetgi komunikasi

Strategi adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen

(management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mecapai tujuan

tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah

saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya

(Effendi, 2013:32).

Penilis memahami bahwa suatu perencanaan untuk tercapainya sebuah

tujuan dan didalam perencanaannya strategi tidak berfungsi sebagai penunjuk

jalan saja melainkan harus mampu mengetahui dimana titik persoalannya.

Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton (1980) (Cangara,

2013:61) membuat definisi strategi komunikasi, dengan menyatakan bahwa

strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi

mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima sampai pada pengaruh (efek)

yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.

Menurut Harold D Lasswell (1948) (Cangara, 2013:36), komunikasi

adalah siapa yang berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa

akibatnya (who, says what, through what channel, to whom, and what effect).

Model ini banyak dikenal sebagai Formula Laswel yang merupakan model

komunikasi yang dipengaruhi oleh model dasar komunikasi Aristoteles. Formula

Lasswell dapat digambarkan sebagai berikut :


20

Model ini termasuk model mekanistis. Menurut perspektif mekanistis,

komunikasi secara umum memiliki 5 (lima) unsur, yaitu:

a. Komunikator atau sumber.

Dalam komunikasi antarmanusia, komunikator dapat berupa individu, bisa

juga sekelompok orang misalnya organisasi atau suatu lembaga.

b. Pesan.

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara

tatap muka atau melalui media komunikasi massa.

c. Media atau saluran

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan

pesan dari sumber kepada penerima.

Media tersebut bisa berupa pancaindra (komunikasi antarpribadi), maupun

media massa.

d. Komunikan atau khalayak

Komunikan atau khalayak adalah pihak yang menjadi penerima pesan yang

dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa pula

dalam bentuk kelompok. Komunikan adalah elemen penting dalam proses

komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi.

e. Efek.

Efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan

oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan.

Dari penjelasan diatas tentang Unsur sumber (siapa) mengandung

pertanyaan mengenai pengendalian pesan. Unsur pesan (mengatakan apa)


21

merupakan bahan untuk analisis isi. Yaitu Kementerian komunikasi dan

informatika sebagai sumber dalam mengendalikan pesan.

Saluran komunikasi (melalui apa) menarik untuk dikaji mengenai analisi

media. Yaitu Iklan layanan masyarakat sebagai media yang digu

nakan dalam penyapain etika dalam bermedia sosial.

Unsur penerima (kepada siapa) banyak digunakan untuk analisis

khalayak.yaitu target sasaran dari pembuatan iklan layanan masyarakat yang

ditujukan kepada Masyarak pengguna media sosial dari berbagai kalangan.

Unsur pengaruh (bagaimana efeknya) berhubungan erat dengan kajian

mengenai efek pesan pada khalayak. Yaitu apakah dampak dari pembuat iklan

layanan masyarakat tersebut kepada masyarakat luas dan bagaimana tanggapan

mereka mengenai iklan layanan masyarakat tersebut.

Dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan

komponen-komponen yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan yang

dirumuskan oleh Harold D. Lasswell (Formula Laswell). Formula itu tampaknya

sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan”

secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama,

yaitu :

1. When ( Kapan dilaksanakannya).

2. How ( Bagaimana melaksanakannya).

3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian).

Strategi yang dilakukan oleh Komunikasi Kementerian Komunikasi dan

Informatika dalam memberikan informasi melalui penyebaran di berbagi media


22

massa melalui saluran komunikasi. Saluran komunikasi Media Massa di bagi

mejadi dua golongan, yaitu :

- Saluran Komunikasi Langsung Tatap Muka

- Saluran Komunikasi dengan Media dibagi menjadi dua bagian :

 Media Massa dibagi menjadi 2 :

 Media massa periodik (elektronik : TV, Radio dan Film) dan (Cetak :

Surat Kabar, Majalah, Poster, Folder, Booklet, Baliho, Billboard, Papan

Penggumuman, Spandauk dan Surat Selebaran dan Leaflet)

 Saluran Komunikasi Non Media Massa yaitu Manusia dan Benda (telpon

dan Surat)

Terdapat Empat faktor penting yang harus diperhatikan menyusun strategi

komunikasi (Arifin, 1984:74), sebagai berikut:

1. Mengenal Khalayak

Mengenal khalayak adalah langkah pertama bagi komunikator dalam usaha

komunikasi yang efektif. Memahami target sasaran kegiatan komunikasi

merupakan hal yang sangat penting sebab semua aktivitas komunikasi

diarahkan kepada mereka. Merekalah yang menentukan berhasil tidaknya

suatu program.

2. Menyusun pesan

Setelah mengenal khalayak maka langkah selanjutnya dalam perumusan

strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi. Syarat

utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu

menarik perhatian khalayak.

3. Menetapkan Metode
23

Untuk mencapai efektivitas komunikasi maka tidak hanya bergantung padaa

kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak namun juga

dipengaruhi oleh metode-metode dalam menyampaikan pesan kepada

sasaran. Dalam dunia komunikasi, metode penyampain pesan dapat dilihat

dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk

isinya. Aspek pertama (menurut cara pelaksaannya) dapat diwujudkan dalam

dua bentuk, yaitu mentode redundancy (repitition) dan canalizing. Sementara

aspek yang kedua (menurutbentuk isinya) dikenal metode-metode informatif,

persuasi, edukatif dan kursif.

4. Seleksi dan penggunaan Media

Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada

masyarakat perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran

yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung

(face to face) dan media massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa

orang saja dan lokasinya dapat dijangkau maka digunakan komunikasi

langsung, termaksud jika sasarannya internal publik maka biasanya

digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar

dimana-mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.

Strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang

tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi

komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama

memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.


24

2.2.3 Media Sosial

Media Sosial adalah sebuah media online, dengan para

penggunaanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan

isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki forum dan dunia virtual.

Ciri-ciri media sosial adalah pesan yang disampaikan tidak

hanya untuk satu orang contohnya pesan melalui intrnet, pesan-pesan yang

disampaikan bebas, lebih cepat disbanding media lainnya dan penerima

pesan yang menentukan waktu interaksi. Media sosial terdiri berbagai

jenis seperti facebook, twitter, Path, instagram, youtube bolgger, dan dari

semua jenis media sosial mempunyai karakter dan berbeda dan berda pula

dalam cara penggunannya.

2.2.4 Kementerian Komunikasi Dan Informatika

Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett

dalam bukunya Techniques for Effective Communication, ada empat

tujuan dalam strategi komunikasi (Ruslan, 2008:37), sebagai berikut :

1) To secure understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu

pengertian dalam berkomunikasi.

2) To establish acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus

dibina

3) To motivate action yaitu penggiat untuk memotivasinya.

4) To goals which communicator sought to achieve yaitu bagaimana

mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari

proses komunikasi yang berlangsung tersebut.


25

Untuk mencapai tujuan di atas maka strategi komunikasi harus

dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan,

dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda, bergantung kepada

situasi dan kondisi.

Media yang digunakan salah satunya dalam penyebaran informasi

mengenai Etika dalam bermedia sosial yaitu Iklan Layanan Masyarakat.

Ridhoannova (2009) menyatakan keuntungan sosial yang

merupakan tujuan dari iklan layanan masyarakat yaitu berupa pertambahan

pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku masyarakat terhadap

masalah yang di iklankan. Secara normatif, keuntungan sosial tersebut

sangat penting bagi peningkatan kualitas kehidupan masyarakat, karena

masyarakat akan diarahkan pada situasi yang lebih baik.

Tujuan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam

penggunaan iklan dalam memberikan informasi tentu agar lebih menarik

perhatian masyarakat dan memudahkan untuk dipahami oleh semua

kalanggan yang sering mengunakan media sosial.


26

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN

KEMENTRIAN KOMUNIKASI DAN


INFORMATIKA

STRATEGI KOMUNIKASI KEMENTERIAN


KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

MEDIA MASSA

ETIKA DALAM BERMEDIA SOSIAL

IKLAN LAYANAN MASYARAKAT

- Tidak komersil
- Tidak bersifat keagamaan
- Tidak bersifat politis
- Berwawasan nasional
- Diperuntukan untuk semua lapisan
masyarakat

MASYARAKAT
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian dengan Pendekatan Kualitatif

3.1.1. Desain Penelitian

Menurut Yin (2008:27), “Desain penelitian adalah suatu rencana


tindakan untuk berangkat dari sini ke sana, dimana “disini” biasa diartikan
sebagai rangkaian pertanyaan awal yang harus dijawab, dan “disana”
merupakan rangkain konklusi (jawaban) tentang pertanyaan-pertanyaan
tersebut.”
Dari penjelasan di atas penulis memahami, bahwa desain penelitian

merupakan suatu rencana tindakan untuk memulai rangkaian pertanyaan

awal dan dari menghasilkan jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut.

Selanjutkan Robet K. Yin berpendapat : “karakteristik umum desain

penelitian berperan sebagai tahapan untuk memikirkan desain yang

sprsifik bagi studi kasus”

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulakan bahawa desain

penelitian mempunyai karakteristik umum yang dijadikan latar untuk

desain yang lebih terinci.


28

Mengenai desain penelitian pada studi kasus, Robet K. Yin

menjelaskan sebagai berikut :

Desain- desain Desain- desain

Kasus Tunggal Kasus Tunggal

Holistik
Type 1 Type 3
(unit analisis tunggal)
Terpancang
Type 2 Type 4
(unit multi analisis)

Keterangan :

Type 1 : Satu kasus dengan satu unit analisis

Type 2 : Satu kasus dengan dua unit analisis

Type 3 : Dua kasus dengan satu unit analisis

Type 4 : Dua kasus dengan dua unit analisis

Bersadarkan rumusan masalah yang peneliti buat, maka desain

penelitian yang digunakan adalah type 1 (satu), dimana jumlah kasus

tunggal dimana strategi komunikasi kementerian komunikasi dan

informatika memberikan informasi melalui iklan layanan masyarakat

etika dalam bermedia sosoal. Dengan Unit analisis satu yaitu

Kementerian Komunikasi Dan Informatika.

3.1.2. Pendekatan Penelitian

Menurut Yin (2008:1), “Studi kasus merupakan startegi yang


lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan
“how” atau “why”, bila penelitian hanya memiliki sedikit peluang
untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan
29

bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kotemporer


(masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata.”

Penulis memahami definisi tersebut diatas bahwa metode studi

kasus dengan pendekatan kualitatif sangat cocok dengan penelitian yang

berkenan dengan “bagaimana” dan “mengapa”. Dan hanya memiliki

sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki

dan fokus penelitian terletak pada fenomena kontroporer yang ada di

dalam kehidupan yang nyata.

Penulis memahami pendapat diatas bahwa sudi kasus merupakan

suatu penelitian untuk mengetahui dan mempelajri secara intensif latar

belakang suatu keadaan dan hubungan suatu organisasi dengan kelompok,

lembaga, atau masyarakat.

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas dalam kaitannya dengan

masalah pokok penelitian yang ada, maka penulis memutuskan untuk

mengunakan metode studi kasus, yaitu untuk mengungkapkan strategi

komunikasi kementerian komunikasi dan informatika dalam memberikan

informasi melalui iklan layanan masyarakat etika dalam bermedia sosial.

3.1.3. Metode Penelitian

Untuk menjawab masalah pokok penelitian dibutuhkan suatu metode

untuk mengupas dan memahami pemasalahan yang sedang diteliti, untuk itu

dibutuhkan metode penelitian yang tepat dan sesuai agar apa yang diteliti

dapat dikaji dengan baik dan relevan dengan tujuan penelitian. Metode
30

penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Study Kasusu dengan

Pendekatan Kualitatif.

Menurut ardianto (2010) menjelaskan bahwa :

“Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang

menelaah suatu khasus secara intensif, mendalam, mendetail dan

komperhensif.”

Dari pendapat diatas penulis memahami bahwa, studi kasus

merupakan metode penelitian dengan menelaan suatu kasus secara intensif,

mendalam, mendetail dan komperhensif.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Maleong (2006) :

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk


memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian, misalnya perilaku, presepsi, dan tindakan, secara holistik,
dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks husus yang dialamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah”

Penulis memahami bahwa peneliatian kuntitatf mempunyai maksud

untuk memahami fenomena yang dialami subyek penelitian dengan

mendeskripsikan kedalam kata-kata dan bahasa dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah.

3.1.4. Sifat penelitian


31

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan

dengan mengunakan cara deskriptif melalui penggumpulan data yang

sedalam-dalamnya .

Menurut Pawito (2007, h. 84) “penelitian deskriptif merupakan


salah satu ciri dari pendekatan kualitatif. Bodgan menyatakan
bahwa prosedur-prosedur penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan data deskriptif yang ditulis atau yang diucapkan
orang dan perilaku-perilaku yang dapat diamati”.

Berdasarkan definisi di atas, penulis memahami bahwa

metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

yang terkait. Dengan menggunakan penelitian deskriptif peneliti ingin

mengembangkan tentang strategi komunikasi kementerian

komunikasi dan informatika dalam memberikan informasi melalui

Iklan Layanan Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial

3.1.5. Unit analisis

Menurut Yin (2008:30) “ Unit analisis berkaitan dengan masalah

penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus” dalam penelitian

sesuatu problem yang telah banyak menggangu penelitian di awali

studi kasusnya.”
32

Dari kutipan di atas penulis memahami, bahwa unit analisis

merupakan hal yang berkaitan dengan penentuan “kasus” atau

permasalahan dalam sesuatu penelitian.

Selanjutnya Yin (2008:32) mengemukakan pendatnya mengenai unit


analisis adalah, “sebagi pedoman umum” devinisi unit analisis (dan
karna juga kasus) hendak nya di kaitkan dengan cara penentuan
pertanyaan-pertanyaan awal penelitiannya “

Dari kutipan di atas penulis memahami, bahwa sebagi pedoman

umum, definisi unit analisis hendaknya dikaitkan dengan cara penentuan

pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.

3.1.6. Alasan Pemilihan Informan

Moleong (2007:132) berpendapat bahwa, “Informan adalah orang

ysng dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.”

Dari pendapat di atas penulis memahami, bahwa informan adalah

orang yang dimanfaatkan dalam pemberian informasi tentang kondisi latar

belakang penelitian.

Penentuan pihak yang menjadi infoeman dalam penelitian

berdasarkan kelayakan pengetahuan mereka terhadap objek penelitian.

Kedua, peneliti menunjuk atau menemukan orang tertentu sebagai subjek

dan informan penelitian, dan peneliti mengetahui orang tersebut memiliki

pengetahuan yang luas terhadap objek penelitian.


33

Berdasarkan unit analisis yang digunakan untuk menjadi informan dalam

penelitian ini, penulis mendapatkan informasi dari Divisi PPID pejebat pengelolah

informasi dan dokumentasi kementerian komunikasi dan informatika yang paling

mengetahui dan memahami permasalahan berkaitan dengan penelitian dan dapat

memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

3.1.7. Teknik Penggumipulan Data

Kriyantono (2010:95) menjelaskan, “Teknik pengumpulan data

adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan periset untuk

mengumpulkan data.”

Selanjutnya Maleong (2007), “Bila dilihat dari sumber datanya, maka

penggumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data

sekunder”

1. Data Primer

Kriyanto (2010) “Data primer adalah data yang diperoleh dari

sumber data pertama dilapangan. Sumber data ini bisa responden

atau subyek riset, dari pengisian koesioner, wawancara dan

observasi”

Berdasarkan penjelasan diatas maka teknik pengumpulan

data, penulis mengunakan data primer berupa wawancara secara

mendalam kepada pihak Kementerian Komunikasi Dan

Informatika. dalam memberikan informasi, selaku unit analisis

dan yang membuat iklan layanan masyarakat selaku unit analisis


34

individu, serta melakukan observasi langsung mengamati kegiatan

yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi Dan Informatika.

dalam memberikan informasi melalui Iklan Layanan Masyarakat

Etika Dalam Bermedia Sosial

2. Data Sekunder

Kriyanto (2010) menjelaskan “Data sekunder adalah data

yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder”

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

data sekunder peneliti mendapatkan data melalui dokumen-

dokumen arsip dan dokumentasi yang berisi data yang dibutuhkan

penulis sebagai data pelengkap untuk penelitian.

Data sekunder dalam penelitian penulis adalah melihat studi

kepustakaan, serta dokumen berupa foto-foto dan dokumnetasi

yang berkaitan dengan cara pembuatan iklan dan mengenai

kegiatan-kegiatan yang dilakukan Kementerian Komunikasi Dan

Informatika. Dalam perencanan pembuatan iklan layanan

masyarakat sebagai alat pelengkap penelitian.

3.1.8. Teknik Analisis Data

Menurut Kriyantono (2010:196), “Analisis data kualitatif digunakan


bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif. Data
kualitatif dapat berupa kata-kata, kalimta-kalimat atau narasi-narasi,
baik yang diperoleh dari wawancara maupun melalui observasi.”
35

Dari kutipan di atas penulis memahami, bahwa analisis data

kualititaif digunakan bila data tang terkumpul dalam riset kualitatif

merupakan data yang berupa kata-kata, kalimat-kalimat, dan uraian-

uraian yang diperoleh dari wawancara maupun melalui observasi.

Selanjutnya Moleong (2007:247) menjelaskan:

“Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang


telah tersedia dari berbagai sumber wawancara, pengamatan yang
sudah dilukiskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen
resmi, gambar, foto dan sebagainya, setelah dibaca, dipelajari dan
ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan induksi data
yang dilakukan dengan jalan membuat observasi. Abstraksi
merupakan usaha membuat rangkuman inti, proses dan pernyataan-
pernyataan yang dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah
selanjutnya adalah menyusunnya dalam satuan-satuan, satuan itu
kemudian dikategorikan pada langkah selanjutnya. Kategori itu
dilakukan sambil membuat koding. Tahap akhir dan analisis data ini
adalah mengadakan pemeriksaan absahan data. Setelah selesai tahap
ini, mulai kini tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara
menjadi teori substansif dengan menggunakan beberapa metode
tertentu.”

Berdasarkan uraian diatas, proses analisis data dimulai dari

menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, baik dari

wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dipelajari dan ditelaah

selanjutnya melakukan induksi dengan cara membuat observasi.

Langkah selanjutnya menyusun satuan yang akan dikategorikan.

Kategori itu dilakukan menbuat koding, kemudian tahap akhir dari

analisis data mengadakan pemerikasaan keabsahan data. Setelah tahap

ini,tahap akhir dari analisis data adalah memeriksa penafsiran data.


36

Jika diaplikasikan kedalam penelitian ini yaitu :

1. peneliti akan melakukan tahap wawancara dengan key

informan dan informan yanh telah penulis perkirikan dapat

memberikan data yang berkaitan dengan penelitian penulis.

Setelah itu peneliti melakukan observasi sebagi data

pendukung yang diperlukan, setelah itu penulis

mengumpulkan data sekunder berupa dokumen pribadi,

gambar file-file dan sebagainya.

2. Penulis akan melakukan induksi data yang berkaitan dengan

Strategi Komunikasi Kementerian Komunikasi Dan

Informatika. dalam memberikan informasi melalui Iklan

Layanan Masyarakat Etika Dalam Bermedia Sosial, yaitu

dengan membuat rangkuman inti, proses dan pertanyaan-

pertanyaan yang diperlukan.

3. Data-data yang diperoleh baik dari wawancara , observasi

maupun data dokumen akan diuraikan secara deskriptif dalam

hasil penelitian dan pembahasan. Dan kemudian dikuatkan

pada kerangka konseptual.

Anda mungkin juga menyukai