Anda di halaman 1dari 9

Dekomposisi Spektral Continuous Wavelet Transform

Dekomposisi spektral merupakan salah satu atribut waktu-frekuensi dari seismik dimana sinyal
seismik dalam domain waktu diubah menjadi domain frekuensi yang bertujuan untuk
mengkarakterisasi respon frekuensi pada lapisan bawah tanah dan reservoir. Selain itu, analisis
atribut ini berguna untuk mengidentifikasi fitur geologi, memetakan perangkap stratigrafi, dan
mengestimasi ketebalan reservoar.

Peta waktu-frekuensi dihasilkan dari sebuah proses yang tidak unik, karena sudah banyak
metode-metode yang digunakan, salah satunya metode Continuous Wavelet Transform (CWT).
Metode ini tidak memerlukan pemilihan panjang window dan tidak perlu menetapkan resolusi
waktu-frekuensi pada ruang waktu-frekuensi. Metode ini menggunakan dilatasi dan translasi
untuk menghasilkan peta skala waktu (scalogram) didefinisikan sebagai :


1 𝑡−𝜏
𝐹𝑤(𝜎, 𝜏) = 〈𝑓(𝑡), 𝜓(𝑡)〉 = ∫ 𝑓(𝑡) 𝜓∗ ( ) 𝑑𝑡
−∞ √𝜎 𝜎

Persamaan di atas terdiri atas  merupakan parameter skala,  merupakan parameter translasi,
dan  konjugasi merupakan mother wavelet. Wavelet merupakan suatu fungsi gelombang yang
ukurannya kecil dan dijadikan sebagai jendela korelasi terhadap data seismik. Parameter translasi
berhubungan dengan lokasi jendela yang bergeser secara kontinyu sepanjang sinyal seismik.
Kemudian parameter skala merupakan ukuran korelasi frekuensi yang tepat antara wavelet
dengan sinyal seismik. Mother wavelet memiliki frekuensi tubuh (body frequency) dan sinyal
seismik juga memiliki frekuensi dalam rentang waktu tertentu. Apabila ingin melihat fitur
geologi tertentu, maka harus memilih frekuensi yang tepat. Frekuensi yang berbeda-beda, maka
skala juga berbeda-beda. Hubungan tersebut dinyatakan dalam :

𝐹𝑐
𝐹𝑎 =
𝜎. Δ

Fa = Frekuensi pseudo yang terkait pada skala (Hz)


Fc = Frekuensi pusat pada wavelet (Hz)
 = Skala
 = Sampling waktu (ms)

Pemilihan frekuensi berdasarkan tuning frekuensi di reservoar. Untuk studi ini, frekuensi tuning
pada top M dan top N adalah 25 Hz.

348800
348800 349600
349600 350400
350400 351200
351200 352000
352000 352800
352800 353600
353600
Amplitude

9811200
9811200

9811200
9811200

3E+6

-13 2.8E+6
-13 6 0
75 2.6E+6
5
-136
-1370

2.4E+6
3 60 -1385 -1345 2.2E+6
-1

9810400
9810400

90

9810400
9810400

-1340
3

2E+6
-1

-138
0
-1 -1335
375
0 1.8E+6
-1 36
1.6E+6
-1
-1340

1.4E+6
55
-1345

-1 1.2E+6

9809600
9809600

33

9809600
9809600

0
SGC-04 1E+6
Y, [m]

-1350

SGC-06 800000
-13

-13
SG-06 2 5
4

SGC-07 SG-04 600000


5

SGC-03 SGD-01
SGC-08 -1320
-1315 400000
SGC-12
SGC-05 -1310

9808800
9808800

200000
-135

9808800
9808800

-1305-138700
5
-1 36
-1385 0
0

SGC-10
SGC-09
SGC-11
-1375
-1370
3 15
-1

9808000
9808000

9808000
9808000

-1-1325
-1
-1320

-13405 -13350
-133405
-1333
55

348800
348800 349600
349600 350400
350400 351200
351200 352000
352000 352800
352800 353600
353600
0 250 X, [m]
500 750 1000 1250m

1:25000

Gambar 1. Frekuensi 25 Hz pada Top-M (Seismik 3D)

Pada Top-M, tampak penyebaran reservoar pada frekuensi ini berada di sekitar sumur SGC-06,
SGD-01, SG-04, SGC-12. Ini menandakan kemungkinan adanya karakter yang sama dari tiap-
tiap sumur tersebut, baik parameter fisika batuannya maupun kualitas reservoarnya. Untuk sumur
SGC-08 dan SGC-09 kemungkinan memiliki karakter reservoar yang sama, begitu pula dengan
sumur SGC-05, SGC-10, dan SGC-11.
348800
348800 349600
349600 350400
350400 351200
351200 352000
352000 352800
352800 353600
353600
Amplitude

9811200
9811200

9811200
9811200

3E+6
2.8E+6
--1
14465 -14
60 2.6E+6
15
-1 -14 440 5
45 50 2.4E+6
5
-1
445
-1 143

-1410 2.2E+6
-

9810400
9810400

9810400
9810400

-1430 -1405
-14 2E+6
0 0
-14-1
540-1445 1.8E+6
0
-143

40
1.6E+6
1.4E+6

-1
4
00
1.2E+6

9809600
9809600

9809600
9809600

-13
SGC-04 1E+6

80
Y, [m]

-1405
SGC-06 800000
SG-06 -13
95
SGC-07

0
SG-04 600000

40
SGC-03 SGD-01 -139

-1
SGC-08 0
-1385 400000
SGC-12 -1380
SGC-05 -1375

9808800
9808800

200000

9808800
9808800

-1390 -1370
-1385 5 -1443350 05
4-14
SGC-10 80 -136 -1 0
-13 75
-1435

3 SGC-09
-1 SGC-11
-13

0
146
475605- 50

55
-14 -1445
7

-1-4-141847-1485
0

4
-1430

-1
-142 5
0

-1
0
05
-142
-14411

9808000
-1455
9808000

0 00

9808000
9808000

-1

-1440

-1450
05 -14
-1415 -1-1420
425
-141
-145
39
-1

348800
348800 349600
349600 350400
350400 351200
351200 352000
352000 352800
352800 353600
353600
0 250 X, [m]
500 750 1000 1250m

1:25000

Gambar 2. Frekuensi 25 Hz pada Top-N (Seismik 3D)

Pada Top-N, terlihat adanya perbedaan karakter reservoar dibandingkan dengan dengan
Top-M pada sumur yang sama. Disini terlihat sumur SGD-01, SG-04, SGC-06, dan SGC-08
kemungkinan memiliki karakter reservoar yang sama. Daerah dekat sesar kearah Timur tampak
adanya semacam diskontinyuitas reservoar yang disebabkan oleh adanya sesar utama. Selain itu
ada juga amplitudo tinggi arah SE, dimana terjadi juga diskontinyuitas reservoar yang dipisahkan
oleh sesar. Amplitudo tinggi juga menggambarkan porositas reservoar yang baik.
Dekomposisi spektral dilakukan juga pada penampang seismik line 73JA-20, 75JA-17A,
78JA-10, 73JA-17B dengan pemilihan frekuensi 25 Hz sesuai dengan frekuensi pada data
seismik 3D. Gambar di bawah merupakan penampang Continuous Wavelet Transform (CWT)
dengan frekuensi 25 Hz pada masing-masing top formasi.
A B

Top-M

Top-N

Gambar 3. Frekuensi 25 Hz pada Top-M dan Top-N (Line 73JA-20)

C D

Top-M

D
Top-N

Gambar 4. Frekuensi 25 Hz pada Top-M dan Top-N (Line 75JA-17A)


E F

Top-M

Top-N

Gambar 5. Frekuensi 25 Hz pada Top-M dan Top-N (Line 78JA-10)

G H

Top-M

H Top-N

Gambar 6. Frekuensi 25 Hz pada Top-M dan Top-N (Line 73JA-17B)


Pada masing-masing penampang frekuensi 25 Hz menunjukkan adanya amplitudo tinggi
pada posisi masing-masing sumur kecuali pada line 73JA-17B. Pada penampang seismik 73JA-
17B, posisi sumur berada pada tepi sehingga sulit memunculkan atributnya. Amplitudo tinggi
lebih dominan berada pada Top-N dan dari seismik 3D pun memunculkan hal yang sama.
Dengan adanya distribusi reservoar yang baik arah SE (Formasi N), memungkinkan untuk
mengembangkan wilayah prospek di daerah tersebut.

Atribut RGB
Aribut jenis ini lebih dikenal dengan RGB (Red Green Blue) dimana basisnya tetap
menggunakan CWT. Metode ini berfungsi untuk meningkatkan visualisasi dan melihat
perubahan bentuk geologi akibat perubahan frekuensi dimana frekuensi yang digunakan lebih
dari satu (non-single frequency). Cara kerja atribut ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

Data seismik 3D

Analisis spektrum

Dekomposisi spektral
3 bagian frekuensi

Frekuensi rendah Frekuensi sedang Frekuensi tinggi

RED GREEN BLUE

Komposit

Gambar 7. Flow chart analisis atribut RGB


Analisis spektrum dilakukan pada window target antara 1000 ms - 1500 ms dan hasilnya seperti
pada gambar di bawah.

Gambar 8. Sepktrum frekuensi

Dari kurva di atas terlihat bahwa frekuensi dominan berada pada frekuensi 15 Hz. Kemudian
dilakukan pemilihan batas frekuensi rendah 15 Hz, frekuensi sedang 30 Hz dan frekuensi tinggi
50 Hz. Pemilihan ini didasari oleh energi spektrum yang relatif tinggi pada frekuensi rendah,
sedang, dan tinggi.

Gambar 9. Pemilihan frekuensi rendah (RED), sedang (GREEN), dan tinggi (BLUE)
a b c

SGC-04
SG-04 SGC-06
SG-06
SGC-03 SGD-01
SGC-08
SGC-07
SGC-05 SGC-12

SGC-10 SGC-11 SGC-09

SGC-04
SG-04 SGC-06
SG-06
SGC-03 SGD-01
SGC-08
SGC-07
SGC-05 SGC-12

SGC-10 SGC-11 SGC-09

Gambar 10.(a) Frekuensi rendah (15 Hz), (b) Frekuensi sedang (30 Hz)
(c) Frekuensi tinggi (50 Hz), (d) Penampang lateral komposit pada Top-M
(e) Penampang lateral komposit pada Top-N
Tinggi rendahnya frekuensi menunjukkan hubungan kualitatif tebal tipisnya reservoar.
Apabila suatu reservoar memiliki tuning di frekuensi tinggi, maka reservoar tersebut tipis.
Demikian juga sebaliknya, bila reservoar memiliki tuning di frekuensi rendah, maka reservoar
tersebut tebal. Untuk mengetahui hubungan warna dengan tinggi rendahnya frekuensi dapat
ditunjukkan gambar di bawah :

Frekuensi rendah Frekuensi tinggi

Gambar 11 Spektrum warna dan hubungannya terhadap frekuensi

Pada penampang komposit Top-M, tampak warna biru muda pada sumur SG-04 dan
SGD-01, artinya reservoar tersebut relatif tipis dibandingkan dengan reservoar pada sumur
lainnya. Distribusi reservoar yang tipis ini juga terlihat kearah sumur SGC-06. Namun pada
sebelah Utara relatif lebih tebal dan sebelah Tenggara ketebalannya relatif hampir sama (warna
hijau).
Pada penampang komposit Top-N, reservoar sumur SG-04 dan SGD-01 relatif lebih tebal
bila dibandingkan dengan reservoar di Formasi M. Demikian juga reservoar di sumur lain
kecuali sumur SGC-12 dimana reservoar pada Formasi N lebih tipis dibanding pada Formasi M.
Hal ini dapat dibuktikan juga dengan data ketebalan di sumur. Pada bagian Utara juga tetap
menunjukkan relatif tebal dibandingkan sekitar sumur. Untuk sumur SGC-10 dan SGC-11,
visualisasinya agak sulit mengingat posisinya berada pada tepi data seismik.
Atribut RGB membantu menentukan karakter reservoar secara kualitatif dan dapat
dibuktikan secara kuantitatif pada sumur. Selain itu, dapat memvisualisasikan adanya struktur
patahan dan juga arah pengendapan.

Anda mungkin juga menyukai