PERCOBAAN LEACHING
(SOLID – LIQUID EXTRACTION)
kondensat
Siklus detik
F cond (ml/s) T cond °C
2 1519 0,016458 28
1 1,333 27,9
2 1,328 28
3 1,327 27,8
4 1,327 27,9
5 1,327 28,1
6 1,326 28,2
7 1,326 28,3
BAB 2
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
2120
1537
2.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan padat-cair (Leaching). Percobaan
kali ini memiliki tujuan untuk memahami fenomena perpindahan massa, menghitung
efisiensi tahap percobaan dan hasil ekstraksi (yield) dan menghitung kalor dan steam
yang terpakai oleh pemanasan terlarut. Bahan padatan yang digunakan pada
percobaan ini adalah kemiri (Aleurites moluccana) sebanyak 1,5 kg. Penggunaan
kemiri dikarenakan kemiri mengandung kurang lebih 60–66% minyak yang mudah
menguap pada inti bijinya (Rosman dan Djauhariya, 2010). Pelarut pada percobaan
kali ini menggunakan etanol sebanyak 25 Liter. Etanol digunakan karena memiliki
sifat mudah menguap dengan titik didih yang rendah, dan merupakan salah satu
pelarut yang dapat melarutkan minyak atau lemak dengan baik sehingga cocok
digunakan pada isolasi lemak yang terkandung di dalam biji kemiri.
Leaching (ekstraksi padat-cair) memiliki 3 mekanisme. Pertama, perubahan
fasa zat terlarut yang dalam hal ini yaitu minyak yang ada pada padatan karena
adanya perubahan kondisi lingkungan akibat adanya pelarut di sekitarnya. Kedua,
difusi (perpindahan massa) dari minyak yang terkandung didalam biji kemiri melalui
pori-pori padatan yaitu biji kemiri yang kemudian keluar dari partikel padatan dengan
bantuan pelarut. Ketiga, perpindahan zat telarut yaitu minyak dari sekitar partikel
kedalam pelarut etanol, hal ini dapat terjadi karena konsentrasi di partikel padatan
relatif tinggi dibanding pelarut di luar padatan yang konsentrasinya masih relatif
lebih rendah (Wahyuni B., 2016).
Pada praktikum yang dilakukan metode pengisolasian lemak yang digunakan
adalah metode soxhletasi. Soxhletasi adalah metode penyaringan secara berulang-
ulang senyawa bahan alam dengan menggunakan alat soklet. Prinsip kerja soxhletasi
adalah penyaringan yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyaringan lebih
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan telah selesai
maka pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya berupa ekstrak yang
mengandung komponen tertentu. Penyaringan dihentikan bila pelarut yang turun
melewati pipa kapiler sudah tidak berwarna (Nisa N., 2016).
Sebelum dimasukkan kedalam alat Leaching kemiri terlebih dahulu di
hancurkan. Kemiri dihancurkan agar pelarut (etanol) dapat mengekstraksi lemak atau
minyak pada kemiri dengan baik karena apabila ukuran partikel kemiri semakin kecil
akan memudahkan terjadinya kontak antara partikel dan pelarut (Fajriati dkk, 2011).
Pada alat leaching juga digunakan sifon yang berfungsi untuk memperluas bidang
kontak sehingga satu siklus saja dibutuhkan waktu 1187-1537 detik untuk
mendapatkan hasil ekstrak yang optimal. Minyak kemiri dari hasil ekstraksi
kemudian di murnikan dengan metode destilasi.
Pada praktikum ini dilakukan 10 kali siklus namun pada siklus ke-7 pelarut
sudah tidak berwarna lagi. Dalam setiap siklus, warna pelarut akan semakin memudar
yang berarti bahwa semakin lama siklus maka komponen kimia dalam pelarut
semakin berkurang. Dari data yang didapatkan keseluruhan dari ke-7 siklus densitas
campuran yang dihasilkan mengalami penurunan, hal ini sesuai dengan literatur yakni
densitas campuran mengalami penurunan karena zat terlarut dalam kemiri akan
berkurang. Pada setiap siklus dilakukan pengambilan sampel untuk didistilasi.
Distilasi dilakukan sebanyak 4 kali.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat diketahui bahwa densitas minyak yang
𝑔𝑟
dihasilkan sebesar 0,64 ; 0,875 dan 0,9 𝑚𝑙, hampir mendekati dari besar densitas SNI
𝑔𝑟
yaitu sebesar 0,9240−0,9290 dan dari hasil perhitungan yang dilakukan juga
𝑚𝑙
didapatkan data massa minyak kemiri akhir sebesar 1222 gram, sehingga didapatkan
efisiensi sebesar 81,47%. Hal ini menunjukkan bahwa praktikum ini sudah berjalan
dengan optimal yang ditunjukkan dengan besarnya efisiensi yang dihasilkan.
Dari percobaan leaching yang dilakukan ini juga dapat disimpulkan bahwa
semakin lama (banyak) siklus maka semakin besar kebutuhan panasnya (Q), pada
percobaan yang dilakukan didapatkan data Q sebesar 0,0528-0,1007 kWh.