Rizky Amalia
Universitas Negeri Malang
Email: amaliarizlyrlk@gmail.com
Amalia, Rizky. 2017. Kajian Keruangan Pasar Tradisional di Kota Bengkulu Menggunakan
Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis ), Model Gravitasi dan
Interaksi dalam Ruang dan Analisis Teori Titik Henti (Breaking Point). Artikel, Jurusan
Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing
Matakuliah: Dra. Yuswanti Ariyani Wirahayu
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran pasar tradisional di Kota
Bengkulu melalui software Google Maps dengan kajian keruangan menggunakan metode analisis
tetangga terdekat (Nearest Neighbor Analysis), interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point).
Dengan menggunakan metode analisis ini kita dapat membedakan pola penyebaran pasar tradisional yang
ada di Kota Bengkulu menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster pattern), tersebar tidak merata
(random pattern), dan tersebar merata (dispersed pattern). Melalui analisis interaksi antar titik dan titik
henti (Breaking Point), kita dapat menentukan lokasi yang semakin besar nilai interaksi antar lokasi maka
semakin besar pula mobilitas penduduknya. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai interaksi antara
lokasi juga mempengaruhi nilai mobilitas yang ada lokasi tersebut dan titik henti di setiap lokasi yang
membutuhkan fasilitas.
Kata Kunci: Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbor Analysis), Interaksi antar Titik dan Titik
Henti (Breaking Point)
PENDAHULUAN
Kota merupakan wilayah yang memiliki perkembangan dinamis dan kekhasan baik dari
segi fisik kota maupun sosial ekonomi. Pembangunan perkotaan merupakan kegiatan sektoral
yang dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat baik dalam penyelenggaraan
maupun pengendalian pembangunan menjadi tugas serta tanggung jawab pemerintah daerah
dengan melibatkan masyarakat. Faktor-faktor potensial pertumbuhan suatu kota dapat
dipengaruhi oleh dinamika perkembangan penduduk (Hadi Sabari Yunus, 2001).
Pasar menjadi salah satu sektor perdagangan yang berperan penting dalam
perekonomian nasional. Pasar yang selalu berperan dalam kehidupan masyarakt setiap harinya
adalah pasar tradisional. Pasar tradisional ini merupakan wadah utama penjualan produk-
produk berskala ekonomi rakyat seperti petani, nelayan, pedagang barang kerajinan tangan dan
produksi industri rumah tangga. Pasar tradisional menjadi sandaran hidup bagi banyak orang
dan interaksi sosial yang menjadi sangat kental di dalam pasar, mulai dari tata cara penjualan
(sistem tawar menawar). Pasar tradisional merupakan kumpulan para wirausaha yang memiliki
modal usaha sendiri dan kekuatan sendiri.
Selain itu, setiap wilayah memiliki pusat kegiatan yang merupakan tempat konsentrasi
aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun kemanusiaan. Pusat kegiatan ini menjadi ciri
denyut kehidupan wilayah tersebut zona pusat kegiatan ini dapat dianggap sebagai lokasi yang
mendominasi wilayah sehingga mewakili wajah wilayah tersebut (Burgess dalam Hadi Sabari
Yunus, 1994).
Di Kota Bengkulu terdapat sejumlah pasar tradisional yang tidak setiap kecamatan
memiliki pasar tradisional. Di Kota Bengkulu terdapat 9 kecamatan, dan hanya 5 kecamatan
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pasar tradisional. Kecamatan yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut yakni Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Selebar, ,
Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Ratu Samban, dan Kecamatan Teluk Segara. Setiap
Kecamatan rata-rata memiliki 2 pasar tradisional yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga
diperlukan perkiraan interaksi antar pasar agar dapat di perhitungkan analisisnya.
Untuk dapat menegtahui interaksi antara pasar tradisional di Kota Begkulu, di perlukan
analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analisys), interkasi antar titik (tempat), serta
analisis titik henti (Breaking Point). Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
interaksi yang diperlukan setiap lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) memerlukan data tentang jarak
antara satu permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya
yang terdekat. Analisa ini dikenalkan oleh Clark dan Evans yang merupakan suatu metode
analisa kuantitatif geografi yang digunakan untuk menentukan pola persebaran permukiman.
Selain analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) digunakan pula analisis
interkasi antar titik (tempat) yang dikemukakan oleh W. J Reilly (1929) yaitu untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya,
Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur
dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
Sedangkan William J Reilly (1931) mengungkapkan teori titik henti adalah teori yang
digunakan untuk mengetahui jarak maksimal daerah hinterland perdagangan sebuah kota.
Reilly menemukan sebuah konsep yang menunjukkan bahwa jika kedua kota memiliki jumlah
penduduk sama maka batas area perdagangan mereka tepat ditengah-tangah jarak yang
memisahkan keduanya. Jika salah satu kota memiliki jumlah penduduk yang lebih besar maka
jarak area pemasaran akan semakin kecil.
METODE
Untuk mengetahui jenis sebaran pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu penelitian
menggunakan metode gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif, menggunakan Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis) untuk
menentukan jenis sebaran pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu. Selain itu, analisis yang
digunakan yaitu interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point). Tujuan penggunaan
analisis interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point) untuk mengukur interaksi
keruangan. Sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan secara tertulis data-data yang telah didapat dan diolah yang berupa informasi
pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu, kemudian menguraikan dan menafsirkan data-
data tersebut untuk menjelaskan jenis sebaran objek wisata yang ada di Kota Bengkulu. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis data primer dan data sekunder.
Setelah melakukan perhitungan maka didapatkan nilai indeks (𝑇), selanjutnya nilai
𝑇 diinterpretasikan dengan Continum Nearest Neighbour Analysis yang berkisar antara 0
sampai 2,15.
Jika 𝑇 = 0, pola persebarannya dikatakan acak.
Jika 𝑇 = 1 pola persebarannya dikatakan mengelompok.
Bila 𝑇 = 2,15 persebarannya dikatakan seragam.
Kategori Indeks Persebaran (𝑇): I : Nilai 𝑇 dari 0–0,7 adalah pola acak atau tersebar
(random pattern) II : Nilai T dari 0,7 – 1,4 adalah mengelompok atau bergerombol (cluster
pattern) III : Nilai T dari 1,4 – 2,1491 adalah pola seragam atau tersebar merata
(uniform/dispersed pattern).
0 0,7 1,4 2,1491
1-----------------------1-------------------------1----------------------1----------
Mengelompok Tidak merata Tersebar merata
Gambar 1 Matriks Indeks Tetangga Terdekat
2. Analisis Interaksi
Pada dasarnya, setiap wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Selain itu, tidak
ada satu pun wilayah yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan bebas dari pengaruh
dari wilayah lain. Karena adanya perbedaan dan kebutuhan inilah, terjadilah interaksi
wilayah. Untuk mengukur interaksi keruangan, dapat digunakan model gravitasi interaksi
sosial dan model teori titik henti (breaking point theory).
HASIL
1. Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis)
Analisis tetangga terdekat memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi yang
paling dekat yaitu lokasi tetangganya yang paling dekat. Dari penelitian ini didapatkan 17
titik lokasi terdekat dari pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu.
Keterangan:
1 = Pasar Bahari 6 = Pasar Tradisional Modern
2 = Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya 7 = Pasar Minggu Baru
3 = Pasar Kaget Pagar Dewa 8 = Pasar Ikan Malabro
4 = Pasar Ordeldil Second Bengkulu 9 = Pasar Baru Koto 2
5 = Pasar Panorama
0,3
𝐽𝑢 = = 0,033
9
Langkah 2 : Hitung nilai Jh
𝑁 9
𝑃= = = 0,062
𝐴 144,52
1 1
𝐽ℎ = 2 = 2 = 4,0161
√𝑃 √0,062
Langkah 3 : Hitung nilai T
𝐽𝑢 0,033
𝑇= = = 0.0082
𝐽ℎ 4,0161
Tabel 3. Jarak dan Interaksi dalam Ruang Pasar Tradisional Kota Bengkulu
No. Pasar Tradisional Lokasi Pasar Jumlah Penduduk
1. Pasar Bahari Kecamatan Kampung 37.486 jiwa
Melayu
2. Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya Kecamatan Kampung 37.486 jiwa
Melayu
3. Pasar Kaget Pagar Dewa Kecamatan Selebar 63.701 jiwa
4. Pasar Ordeldil Second Bengkulu Kecamatan Selebar 63.701 jiwa
5. Pasar Panorama Kecamatan Singaran Pati 41.563 jiwa
6. Pasar Tradisional Modern Kecamatan Ratu Samban 25.306 jiwa
7. Pasar Minggu Baru Kecamatan Ratu Samban 25.306 jiwa
8. Pasar Ikan Malabro Kecamatan Teluk Segara 23.644 jiwa
9. Pasar Baru Koto 2 Kecamatan Teluk Segara 23.644 jiwa
Berdasarkan data pada tabel 2 diperoleh jumlah penduduk Kota Bengkulu pada
Tahun 2015.
a. Perhitungan menggunakan model gravitasi dan interaksi dalam ruang
𝑃1. 𝑃2
𝐼12 = 𝑎
𝐽𝑏 12
(37.486)(37.486) 74.972
𝐼12 = 1 = = 2,57
(5,4)2 29,16
37.486.63.701 2.387.895.686
𝐼23 = 1 2
= = 283.935.277,76
(2,9) 8,41
63.701.63.701 4.057.817.401
𝐼34 = 1 = = 8.281.260.002
(0,7)2 0,49
(63.701)(41.563) 2.647.604.663
𝐼45 = 1 = = 119.855.349,16
(4,7)2 22,09
(41.563)(25.306) 1.051.793.278
𝐼56 = 1 = = 33.539.326,467
(5,6)2 31,36
(25.306)(25.306) 640.393.636
𝐼67 = 1 = = 7.115.484.844,4
(0,3)2 0,09
(25.306)(23.644) 598.335.064
𝐼78 = 1 = = 51.759.088,581
(3,4)2 11,56
(23.644)(23.644) 559.038.736
𝐼89 = 1 = = 773.756.035,99
(0,85)2 0,7225
Keterangan:
J2 = breaking point antara tempat 1 dan tempat 2 (dalam kilometer atau mil dihitung dari
tempat 2)
J12 = jarak antara tempat 1 dan tempat 2
P1 = jumlah penduduk di tempat 1
P2 = jumlah penduduk di tempat 2
Berdasarkan formula Breaking Point di atas kita dapat menentukan titik mana saja
yang harus ditempatkan melalui perhitungan sebagai berikut:
a. Perhitungan Model Breaking Point (Titik Henti)
5,4
𝐽2 = = 2,7
37.486
1 + √37.486
2,9
𝐽3 = = 1,641
37.486
1 + √63.701
0,7
𝐽4 = = 0,35
63.701
1 + √63.701
4,7
𝐽5 = = 2,1
63.701
1+√
41.563
5,6
𝐽6 = = 2,454
41.563
1+√
25.306
0,3
𝐽7 = = 0,15
25.306
1+√
25.306
3,4
𝐽8 = = 1,671
25.306
1 + √23.644
0,85
𝐽9 = = 0,425
23.644
1 + √23.644
PEMBAHASAN
1. Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis)
Berdasarkan perhitungan titik ukur jarak tiap pasar pada tabel 1 menunjukkan bahwa
jarak terjauh adalah antara Pasar Panorama dengan Pasar Tradisioanl Modern yaitu 5,6 km.
Kemudian, dilanjutkan antar Pasar Bahari dengan Pasar Sriwijaya Perumdam II yang
jaraknya mencapai 5,4 km. Keempat pasar ini berada di kecamatan yang berbeda, seperti
Pasar Panorama berada di Kecamatan Singaran Pati, Pasar Tradisional Modern berada di
Kecamatan Ratu Samban, namun berbeda dengan Pasar Bahari dan Pasar Pagi Perumdam
II Sriwijaya, walaupun jarak antara kedua pasar ini berjauhan akan tetapi pasar ini berada
di lokasi atau kecamatan yang sama yaitu Kecamatan kampung Melayu dengan jumlah
penduduk 37.486 jiwa.
Kemudian Pasar terbentuk dari letak atau lokasi yang ditunjang dengan adanya
aksesibilitas dan konektifitas yang menghubungkan dengan daerah sekitar. Persebaran pasar
pola persebaran pasar yang terbentuk terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu pola persebaran
mengelompok, acak, seragam. Dalam menentukan pola persebaran pasar dilakukan dengan
analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis), menghitung besaran skala T. Analisis
tetangga terdekat dilakukan dengan mengetahui bentuk pola persebaran pasar berdasarkan
ukuran baku skala T, dimana dengan nilai 0,0082 adalah pola acak atau tersebar (random
pattern), nilai T dari 0,7 sampai 1,4 adalah mengelompok atau bergerombol (cluster pattern)
dan 1,4 sampai 2,15 pola seragam dapat diketahui dengan rumus pengukuran skala T
(tetangga terdekat). Pengukuran pola persebaran pasar menggunakan jarak tetangga terdekat
(skala T). Sumber data berasal dari software Google Maps yang dilengkapi persebaran titik
lokasi atau letak pasar. Hasil perhitungan skala T (tetangga terdekat) yakni 0,0082.
Dengan nilai tersebut memperlihatkan bahwa pola persebaran pasar di kota
Surakarta, dengan skala T sekitar 0,0082 menunjukkan pola persebaran acak dapat dilihat
dari gambar 1 matriks indeks tetangga terdekat dengan skala 0 hingga 0,7 yaitu acak.
Persebaran pasar disini hanya membahas pasar tradisional saja yang merupakan bagian dari
retail dan diantaranya pusat perbelanjaan. Pola persebaran pasar dengan pengukuran
menggunakan software Google Maps dan perhitungan skala T (Nearest Neighbour
Analisys).
Interaksi ini dibuat dengan suatu anggapan bahwa kondisi jalan dan fasilitas
kendaraan yang menghubungkan kesembilan pasar tradisional di Kota Bengkulu. Dari
perhitungan menggunakan persamaan model gravitasi dan interaksi dalam ruang diketahui
bahwa mobilitas penduduk antara Pasar Ikan Malabro dan Pasar Baru Koto 2 adalah yang
paling besar yakni dengan nilai 773.756.035,99, sedangkan antar Pasar bahari dan Pasar
Pagi Perumdam II Sriwijaya adalah yang paling kecil dengan nilai 2,57.
Dilihat dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai interaksi antar
lokasi maka semakin besar pula mobilitas penduduknya. Begitu pula sebaliknya, semakin
kecil nilai interaksi antara lokasi juga mempengaruhi nilai mobilitas yang ada lokasi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Bengkulu. 2016. Bengkulu Dalam Angka 2016. Bengkulu: BPS Kota Bengkulu dan
BAPPEDA Kota Bengkulu.
Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Gmalia.
Bintarto R, dan Surastopo Hadisumarmo. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES UI.
Reilly, W. J. 1929. Methods For The Study Of Retail Relationship. University Of Texas
Bulletin, Monograph 4, n. 2944.
W J, Reilly. 1931. The Law Of Retail Gravitation. The University Of California.
Yunus, Hadi S. 1994. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Yunus, Hadi S. 2001. Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
Gambar lokasi pasar tradisional Kota Bengkulu menggunakan software Google Maps