Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN KERUANGAN PASAR TRADISIONAL DI KOTA BENGKULU

MENGGUNAKAN ANALISIS TETANGGA TERDEKAT (NEAREST NEIGHBOUR


ANALYSIS ), MODEL GRAVITASI DAN INTERAKSI DALAM RUANG DAN
ANALISIS TEORI TITIK HENTI (BREAKING POINT)

Rizky Amalia
Universitas Negeri Malang
Email: amaliarizlyrlk@gmail.com

Amalia, Rizky. 2017. Kajian Keruangan Pasar Tradisional di Kota Bengkulu Menggunakan
Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis ), Model Gravitasi dan
Interaksi dalam Ruang dan Analisis Teori Titik Henti (Breaking Point). Artikel, Jurusan
Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Dosen Pembimbing
Matakuliah: Dra. Yuswanti Ariyani Wirahayu

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola persebaran pasar tradisional di Kota
Bengkulu melalui software Google Maps dengan kajian keruangan menggunakan metode analisis
tetangga terdekat (Nearest Neighbor Analysis), interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point).
Dengan menggunakan metode analisis ini kita dapat membedakan pola penyebaran pasar tradisional yang
ada di Kota Bengkulu menjadi tiga macam, yaitu pola bergerombol (cluster pattern), tersebar tidak merata
(random pattern), dan tersebar merata (dispersed pattern). Melalui analisis interaksi antar titik dan titik
henti (Breaking Point), kita dapat menentukan lokasi yang semakin besar nilai interaksi antar lokasi maka
semakin besar pula mobilitas penduduknya. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai interaksi antara
lokasi juga mempengaruhi nilai mobilitas yang ada lokasi tersebut dan titik henti di setiap lokasi yang
membutuhkan fasilitas.

Kata Kunci: Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbor Analysis), Interaksi antar Titik dan Titik
Henti (Breaking Point)

PENDAHULUAN
Kota merupakan wilayah yang memiliki perkembangan dinamis dan kekhasan baik dari
segi fisik kota maupun sosial ekonomi. Pembangunan perkotaan merupakan kegiatan sektoral
yang dilaksanakan pemerintah dengan dukungan masyarakat baik dalam penyelenggaraan
maupun pengendalian pembangunan menjadi tugas serta tanggung jawab pemerintah daerah
dengan melibatkan masyarakat. Faktor-faktor potensial pertumbuhan suatu kota dapat
dipengaruhi oleh dinamika perkembangan penduduk (Hadi Sabari Yunus, 2001).
Pasar menjadi salah satu sektor perdagangan yang berperan penting dalam
perekonomian nasional. Pasar yang selalu berperan dalam kehidupan masyarakt setiap harinya
adalah pasar tradisional. Pasar tradisional ini merupakan wadah utama penjualan produk-
produk berskala ekonomi rakyat seperti petani, nelayan, pedagang barang kerajinan tangan dan
produksi industri rumah tangga. Pasar tradisional menjadi sandaran hidup bagi banyak orang
dan interaksi sosial yang menjadi sangat kental di dalam pasar, mulai dari tata cara penjualan
(sistem tawar menawar). Pasar tradisional merupakan kumpulan para wirausaha yang memiliki
modal usaha sendiri dan kekuatan sendiri.
Selain itu, setiap wilayah memiliki pusat kegiatan yang merupakan tempat konsentrasi
aktivitas ekonomi, sosial, budaya, politik maupun kemanusiaan. Pusat kegiatan ini menjadi ciri
denyut kehidupan wilayah tersebut zona pusat kegiatan ini dapat dianggap sebagai lokasi yang
mendominasi wilayah sehingga mewakili wajah wilayah tersebut (Burgess dalam Hadi Sabari
Yunus, 1994).
Di Kota Bengkulu terdapat sejumlah pasar tradisional yang tidak setiap kecamatan
memiliki pasar tradisional. Di Kota Bengkulu terdapat 9 kecamatan, dan hanya 5 kecamatan
yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pasar tradisional. Kecamatan yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut yakni Kecamatan Kampung Melayu, Kecamatan Selebar, ,
Kecamatan Singaran Pati, Kecamatan Ratu Samban, dan Kecamatan Teluk Segara. Setiap
Kecamatan rata-rata memiliki 2 pasar tradisional yang jaraknya tidak terlalu jauh. Sehingga
diperlukan perkiraan interaksi antar pasar agar dapat di perhitungkan analisisnya.
Untuk dapat menegtahui interaksi antara pasar tradisional di Kota Begkulu, di perlukan
analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analisys), interkasi antar titik (tempat), serta
analisis titik henti (Breaking Point). Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar
interaksi yang diperlukan setiap lokasi ke lokasi lainnya.
Analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) memerlukan data tentang jarak
antara satu permukiman dengan permukiman yang paling dekat yaitu permukiman tetangganya
yang terdekat. Analisa ini dikenalkan oleh Clark dan Evans yang merupakan suatu metode
analisa kuantitatif geografi yang digunakan untuk menentukan pola persebaran permukiman.
Selain analisis tetangga terdekat (Nearest Neighbour Analysis) digunakan pula analisis
interkasi antar titik (tempat) yang dikemukakan oleh W. J Reilly (1929) yaitu untuk mengukur
kekuatan interaksi keruangan antara dua wilayah atau lebih. Berdasarkan hasil penelitiannya,
Reilly berpendapat bahwa kekuatan interaksi antara dua wilayah yang berbeda dapat diukur
dengan memperhatikan faktor jumlah penduduk dan jarak antara kedua wilayah tersebut.
Sedangkan William J Reilly (1931) mengungkapkan teori titik henti adalah teori yang
digunakan untuk mengetahui jarak maksimal daerah hinterland perdagangan sebuah kota.
Reilly menemukan sebuah konsep yang menunjukkan bahwa jika kedua kota memiliki jumlah
penduduk sama maka batas area perdagangan mereka tepat ditengah-tangah jarak yang
memisahkan keduanya. Jika salah satu kota memiliki jumlah penduduk yang lebih besar maka
jarak area pemasaran akan semakin kecil.
METODE
Untuk mengetahui jenis sebaran pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu penelitian
menggunakan metode gabungan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif, menggunakan Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis) untuk
menentukan jenis sebaran pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu. Selain itu, analisis yang
digunakan yaitu interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point). Tujuan penggunaan
analisis interaksi antar titik dan titik henti (Breaking Point) untuk mengukur interaksi
keruangan. Sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan
menggambarkan secara tertulis data-data yang telah didapat dan diolah yang berupa informasi
pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu, kemudian menguraikan dan menafsirkan data-
data tersebut untuk menjelaskan jenis sebaran objek wisata yang ada di Kota Bengkulu. Teknik
analisis yang digunakan adalah analisis data primer dan data sekunder.

1. Analisis Tetangga Terdekat


Analisis tetangga terdekat merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk
menjelaskan pola persebaran dari titik-titik lokasi tempat dengan menggunakan perhitungan
yang mempertimbangkan jarak, jumlah titik lokasi dan luas wilayah. Analisis ini memiliki
hasil akhir berupa indeks (T), Nilai indeks penyebaran tetangga terdekat sendiri diperoleh
melalui rumus (Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, 1979) :
𝐽𝑢
𝑇=
𝐽ℎ
Keterangan:
𝑇 : Indeks penyebaran tetangga terdekat.
𝐽𝑢 : Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat.
𝐽ℎ : Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola acak.

Rumus yang digunakan untuk mencari nilai 𝐽ℎ, yaitu:


1
𝐽ℎ =
2√𝑝
Keterangan:
𝐽ℎ : Jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola acak.
𝑃 : Kepadatan penduduk atau kepadatan titik dalam kilometerpersegi.
Sedangkan, untuk mendapatkan nilai 𝑃 terlebih dahulu harus dicari dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑁
𝑃=
𝐴
Keterangan:
𝑃 : Kepadatan penduduk atau kepadatan titik dalam kilometer persegi.
𝑁 : Jumlah titik.
𝐴 : Luas wilayah dalam kilometer persegi.

Dalam melakukan analisis tetangga terdekat, perlu diperhatikan beberapa tahapan


penting sebagai berikut :
a. Menentukan batas wilayah yang akan diteliti .
b. Mengubah pola sebaran unit amatan dalam peta topografi menjadi pola sebaran titik.
c. Memberi nomor urut untuk tiap titik, untuk mempermudah analisis.
d. Mengukur jarak terdekat pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang
merupakan tetangga terdekatnya.
e. Menghitung besar parameter tetangga terdekat.

Setelah melakukan perhitungan maka didapatkan nilai indeks (𝑇), selanjutnya nilai
𝑇 diinterpretasikan dengan Continum Nearest Neighbour Analysis yang berkisar antara 0
sampai 2,15.
 Jika 𝑇 = 0, pola persebarannya dikatakan acak.
 Jika 𝑇 = 1 pola persebarannya dikatakan mengelompok.
 Bila 𝑇 = 2,15 persebarannya dikatakan seragam.
Kategori Indeks Persebaran (𝑇): I : Nilai 𝑇 dari 0–0,7 adalah pola acak atau tersebar
(random pattern) II : Nilai T dari 0,7 – 1,4 adalah mengelompok atau bergerombol (cluster
pattern) III : Nilai T dari 1,4 – 2,1491 adalah pola seragam atau tersebar merata
(uniform/dispersed pattern).
0 0,7 1,4 2,1491
1-----------------------1-------------------------1----------------------1----------
Mengelompok Tidak merata Tersebar merata
Gambar 1 Matriks Indeks Tetangga Terdekat
2. Analisis Interaksi
Pada dasarnya, setiap wilayah berbeda dengan wilayah yang lain. Selain itu, tidak
ada satu pun wilayah yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan bebas dari pengaruh
dari wilayah lain. Karena adanya perbedaan dan kebutuhan inilah, terjadilah interaksi
wilayah. Untuk mengukur interaksi keruangan, dapat digunakan model gravitasi interaksi
sosial dan model teori titik henti (breaking point theory).

a. Model Gravitasi Interaksi Sosial


Model gravitasi digunakan untuk melihat hubungan antar daerah yang
memiliki potensi sumber daya alam, penduduk, pemusatan kegiatan, dan lainnya yang
dianggap memiliki daya tarik. Dalam perencanaan wilayah, model ini sering dijadikan
alat untuk melihat apakah lokasi berbagai fasilitas kepentingan umum telah berada
pada tempat yang benar.
𝑃1. 𝑃2
𝐼12 = 𝑎
𝐽𝑏 12
Keterangan:
I1.2 = interaksi antara lokasi 1 dan tempat 2
P1 = jumlah penduduk di lokasi 1
P2 = jumlah penduduk di lokasi 2
J1.2 = jarak antara lokasi 1 dan lokasi 2
a = suatu konstatnta empirik
b = suatu eksponen jarak (pada model gravitasi yang asli nilai b ini adalah 2)

b. Model Breaking Point


Secara umum, dapat dikatakan bahwa teori gravitasi interaksi sosial di atas
menyatakan bahwa adanya kekuatan yang berkaitan dengan ekonomi di antara dua
tempat berbanding lurus dengan beberapa eksponen dari perkalian penduduk
penduduknya dan berbanding terbalik dengan beberapa eksponen dari jarak.
Modifikasi terhadap teori interaksi itu adalah teori titik henti. Hal ini digunakan untuk
kegiatan ekonomi dengan cara meramalkan lokasi garis perbatasan yang memisahkan
wilayah-wilayah perdagangan di sekitar dua kota yang berbeda besarnya. Formula
yang digunakan untuk mengukur titik henti (breaking point), menurut Bintarto (1983),
sebagai berikut.
𝐽𝑎𝑏
𝐽𝑏 =
1 + √𝑃𝑎. 𝑃𝑏
Keterangan:
Jb = breaking point antara tempat a dan tempat b (dalam kilometer atau mil dihitung
dari tempat b)
Jab = jarak antara tempat a dan tempat b
Pa = jumlah penduduk di tempat a
Pb = jumlah penduduk di tempat b

HASIL
1. Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis)
Analisis tetangga terdekat memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi yang
paling dekat yaitu lokasi tetangganya yang paling dekat. Dari penelitian ini didapatkan 17
titik lokasi terdekat dari pasar tradisional yang ada di Kota Bengkulu.

Tabel 1. Titik Ukur Jarak Pasar Tradisional Kota Bengkulu


No. Titik Ukur Jarak (Km)
1. 1-2 5,4
2. 2-3 2,9
3. 3-4 0,7
4. 4-5 4,7
5. 5-6 5,6
6. 6-7 0,3
7. 7-8 3,4
8. 8-9 0,85
Rata-rata 2,98

Keterangan:
1 = Pasar Bahari 6 = Pasar Tradisional Modern
2 = Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya 7 = Pasar Minggu Baru
3 = Pasar Kaget Pagar Dewa 8 = Pasar Ikan Malabro
4 = Pasar Ordeldil Second Bengkulu 9 = Pasar Baru Koto 2
5 = Pasar Panorama

Berdasarkan data pada tabel 1 diperoleh 8 pengukuran data jarak terdekat.


a. Perhitungan dengan menggunakan (Nearest Neighbour Analysis)
 Jarak rata-rata lokasi terdekat = 2,98
 Jumlah Pasar tradisional (N) = 9
 Luas daerah kota Bengkulu (A) = 144,52 Km2
 Jumlah jarak antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat = 0,3 Km
 Jumlah banyaknya pengukuran data = 8
𝐽𝑢
𝑇=
𝐽ℎ
Penyelesaian:
Langkah 1:
jumlah jarak antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat
𝐽𝑢 = Jumlah banyaknya pengukuran data

0,3
𝐽𝑢 = = 0,033
9
Langkah 2 : Hitung nilai Jh
𝑁 9
𝑃= = = 0,062
𝐴 144,52
1 1
𝐽ℎ = 2 = 2 = 4,0161
√𝑃 √0,062
Langkah 3 : Hitung nilai T
𝐽𝑢 0,033
𝑇= = = 0.0082
𝐽ℎ 4,0161

2. Jarak dan Interaksi dalam Ruang


Tabel 2. Jumlah Penduduk Kota Bengkulu Tahun 2015
No. Kecamatan Jumlah Penduduk
1. Selebar 63.701 jiwa
2. Kampung melayu 37.486 jiwa
3. Gading cempaka 43.987 jiwa
4. Ratu agung 50.619 jiwa
5. Ratu samban 25.306 jiwa
6. Singgaran pati 41.563 jiwa
7. Teluk segara 23.644 jiwa
8. Sungai serut 23.544 jiwa
9. Muara bangkahulu 42.448 jiwa
Jumlah 351.298 jiwa
Sumber: BPS Kota Bengkulu Tahun 2016
Berdasarkan hasil penggunaan software Google Maps maka dapat diketahui
jarak terdekat antar pasar-pasar di Kota Bengkulu tersebut (yaitu jarak terdekat melalui
jalan kendaraan bermotor) adalah sebagai berikut:
Pasar Bahari - Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya = 5,4 km
Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya - Pasar Kaget Pagar Dewa = 2,9 km
Pasar Kaget Pagar Dewa - Pasar Ordeldil Second Bengkulu = 0,7 km
Pasar Ordeldil Second Bengkulu - Pasar Panorama = 4,7 km
Pasar Panorama - Pasar Tradisional Modern = 5,6 km
Pasar Tradisional Modern - Pasar Minggu Baru = 0,3 km
Pasar Minggu Baru - Pasar Ikan Malabro = 3,4 km
Pasar Ikan Malabro - Pasar Baru Koto 2 = 0,85 km

Tabel 3. Jarak dan Interaksi dalam Ruang Pasar Tradisional Kota Bengkulu
No. Pasar Tradisional Lokasi Pasar Jumlah Penduduk
1. Pasar Bahari Kecamatan Kampung 37.486 jiwa
Melayu
2. Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya Kecamatan Kampung 37.486 jiwa
Melayu
3. Pasar Kaget Pagar Dewa Kecamatan Selebar 63.701 jiwa
4. Pasar Ordeldil Second Bengkulu Kecamatan Selebar 63.701 jiwa
5. Pasar Panorama Kecamatan Singaran Pati 41.563 jiwa
6. Pasar Tradisional Modern Kecamatan Ratu Samban 25.306 jiwa
7. Pasar Minggu Baru Kecamatan Ratu Samban 25.306 jiwa
8. Pasar Ikan Malabro Kecamatan Teluk Segara 23.644 jiwa
9. Pasar Baru Koto 2 Kecamatan Teluk Segara 23.644 jiwa

Berdasarkan data pada tabel 2 diperoleh jumlah penduduk Kota Bengkulu pada
Tahun 2015.
a. Perhitungan menggunakan model gravitasi dan interaksi dalam ruang
𝑃1. 𝑃2
𝐼12 = 𝑎
𝐽𝑏 12
(37.486)(37.486) 74.972
𝐼12 = 1 = = 2,57
(5,4)2 29,16
37.486.63.701 2.387.895.686
𝐼23 = 1 2
= = 283.935.277,76
(2,9) 8,41
63.701.63.701 4.057.817.401
𝐼34 = 1 = = 8.281.260.002
(0,7)2 0,49
(63.701)(41.563) 2.647.604.663
𝐼45 = 1 = = 119.855.349,16
(4,7)2 22,09
(41.563)(25.306) 1.051.793.278
𝐼56 = 1 = = 33.539.326,467
(5,6)2 31,36
(25.306)(25.306) 640.393.636
𝐼67 = 1 = = 7.115.484.844,4
(0,3)2 0,09
(25.306)(23.644) 598.335.064
𝐼78 = 1 = = 51.759.088,581
(3,4)2 11,56
(23.644)(23.644) 559.038.736
𝐼89 = 1 = = 773.756.035,99
(0,85)2 0,7225

3. Model Breaking Point


Secara umum, dapat dikatakan bahwa teori gravitasi interaksi sosial di atas
menyatakan bahwa adanya kekuatan yang berkaitan dengan ekonomi di antara dua tempat
berbanding lurus dengan beberapa eksponen dari perkalian penduduk penduduknya dan
berbanding terbalik dengan beberapa eksponen dari jarak. Modifikasi terhadap teori
interaksi itu adalah teori titik henti. Hal ini digunakan untuk kegiatan ekonomi dengan cara
meramalkan lokasi garis perbatasan yang memisahkan wilayah-wilayah perdagangan di
sekitar dua kota yang berbeda besarnya. Formula yang digunakan untuk mengukur titik
henti (breaking point), menurut Bintarto (1983), sebagai berikut.
𝐽12
𝐽2 =
𝑃1
1 + √𝑃2

Keterangan:
J2 = breaking point antara tempat 1 dan tempat 2 (dalam kilometer atau mil dihitung dari
tempat 2)
J12 = jarak antara tempat 1 dan tempat 2
P1 = jumlah penduduk di tempat 1
P2 = jumlah penduduk di tempat 2
Berdasarkan formula Breaking Point di atas kita dapat menentukan titik mana saja
yang harus ditempatkan melalui perhitungan sebagai berikut:
a. Perhitungan Model Breaking Point (Titik Henti)
5,4
𝐽2 = = 2,7
37.486
1 + √37.486

2,9
𝐽3 = = 1,641
37.486
1 + √63.701

0,7
𝐽4 = = 0,35
63.701
1 + √63.701

4,7
𝐽5 = = 2,1
63.701
1+√
41.563
5,6
𝐽6 = = 2,454
41.563
1+√
25.306
0,3
𝐽7 = = 0,15
25.306
1+√
25.306
3,4
𝐽8 = = 1,671
25.306
1 + √23.644

0,85
𝐽9 = = 0,425
23.644
1 + √23.644

PEMBAHASAN
1. Analisis Tetangga Terdekat (Nearest Neighbour Analysis)
Berdasarkan perhitungan titik ukur jarak tiap pasar pada tabel 1 menunjukkan bahwa
jarak terjauh adalah antara Pasar Panorama dengan Pasar Tradisioanl Modern yaitu 5,6 km.
Kemudian, dilanjutkan antar Pasar Bahari dengan Pasar Sriwijaya Perumdam II yang
jaraknya mencapai 5,4 km. Keempat pasar ini berada di kecamatan yang berbeda, seperti
Pasar Panorama berada di Kecamatan Singaran Pati, Pasar Tradisional Modern berada di
Kecamatan Ratu Samban, namun berbeda dengan Pasar Bahari dan Pasar Pagi Perumdam
II Sriwijaya, walaupun jarak antara kedua pasar ini berjauhan akan tetapi pasar ini berada
di lokasi atau kecamatan yang sama yaitu Kecamatan kampung Melayu dengan jumlah
penduduk 37.486 jiwa.
Kemudian Pasar terbentuk dari letak atau lokasi yang ditunjang dengan adanya
aksesibilitas dan konektifitas yang menghubungkan dengan daerah sekitar. Persebaran pasar
pola persebaran pasar yang terbentuk terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu pola persebaran
mengelompok, acak, seragam. Dalam menentukan pola persebaran pasar dilakukan dengan
analisis tetangga terdekat (nearest neighbor analysis), menghitung besaran skala T. Analisis
tetangga terdekat dilakukan dengan mengetahui bentuk pola persebaran pasar berdasarkan
ukuran baku skala T, dimana dengan nilai 0,0082 adalah pola acak atau tersebar (random
pattern), nilai T dari 0,7 sampai 1,4 adalah mengelompok atau bergerombol (cluster pattern)
dan 1,4 sampai 2,15 pola seragam dapat diketahui dengan rumus pengukuran skala T
(tetangga terdekat). Pengukuran pola persebaran pasar menggunakan jarak tetangga terdekat
(skala T). Sumber data berasal dari software Google Maps yang dilengkapi persebaran titik
lokasi atau letak pasar. Hasil perhitungan skala T (tetangga terdekat) yakni 0,0082.
Dengan nilai tersebut memperlihatkan bahwa pola persebaran pasar di kota
Surakarta, dengan skala T sekitar 0,0082 menunjukkan pola persebaran acak dapat dilihat
dari gambar 1 matriks indeks tetangga terdekat dengan skala 0 hingga 0,7 yaitu acak.
Persebaran pasar disini hanya membahas pasar tradisional saja yang merupakan bagian dari
retail dan diantaranya pusat perbelanjaan. Pola persebaran pasar dengan pengukuran
menggunakan software Google Maps dan perhitungan skala T (Nearest Neighbour
Analisys).

2. Model Gravitasi dan Interkasi dalam Ruang


Tabel 4. Hasil Perhitungan Model Gravitasi dan Interaksi dalam Ruang
No. Interaksi Hasil Perhitungan
1. I12 2,57
2. I23 283.935.277,76
3. I34 8.281.260.002
4. I45 119.855.349,16
5. I56 33.539.326,467
6. I67 7.115.484.844,4
7. I78 51.759.088,581
8. I89 773.756.035,99

Interaksi ini dibuat dengan suatu anggapan bahwa kondisi jalan dan fasilitas
kendaraan yang menghubungkan kesembilan pasar tradisional di Kota Bengkulu. Dari
perhitungan menggunakan persamaan model gravitasi dan interaksi dalam ruang diketahui
bahwa mobilitas penduduk antara Pasar Ikan Malabro dan Pasar Baru Koto 2 adalah yang
paling besar yakni dengan nilai 773.756.035,99, sedangkan antar Pasar bahari dan Pasar
Pagi Perumdam II Sriwijaya adalah yang paling kecil dengan nilai 2,57.
Dilihat dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai interaksi antar
lokasi maka semakin besar pula mobilitas penduduknya. Begitu pula sebaliknya, semakin
kecil nilai interaksi antara lokasi juga mempengaruhi nilai mobilitas yang ada lokasi
tersebut.

3. Analisis Teori Titik Henti (Breaking Point)


William J Reilly (1931) mengungkapkan teori titik henti adalah teori yang
digunakan untuk mengetahui jarak maksimal daerah hinterland perdagangan sebuah kota.
Reilly menemukan sebuah konsep yang menunjukkan bahwa jika kedua kota memiliki
jumlah penduduk sama maka batas area perdagangan mereka tepat ditengah-tangah jarak
yang memisahkan keduanya. Jika salah satu kota memiliki jumlah penduduk yang lebih
besar maka jarak area pemasaran akan semakin kecil.
Teori titik henti (Breaking Point) merupakan hasil modifikasi dari model gravitas
Reilly. Teori ini memberikan gambaran tentang perkiraan posisi garis batas yang
memisahkan wilayah-wilayah perdagangan dari dua kota atau wilayah yang berbeda
jumlah dan komposisi penduduknya. Teori titik henti juga dapat digunakan dalam
memperkirakan penempatan lokasi industri atau pusat pelayanan masyarakat.penempatan
dilakukan di antara dua wilayah yang berbeda jumlah penduduknya agar terjangkau oleh
penduduk setiap wilayah.
Penentuan penempatan lokasi industri dan pusat pelayanan juga dapat dilakukan
dengan perhitungan persamaan analisis titik henti dan dilihat dari hasil perhitungan
diketahui bahwa lokasi ideal dalam penempatan adalah antara
 Pasar Bahari dan Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya berada pada jarak 2,7 km dari
Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya.
 Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya dan Pasar Kaget Pagar Dewa berada pada jarak
1,614 km dari Pasar Kaget Pagar Dewa
 Pasar Kaget Pagar Dewa dan Pasar Ordeldil Second Bengkulu berada pada jarak 0,35
km dari Pasar Ordeldil Second Bengkulu
 Pasar Ordeldil Second Bengkulu dan Pasar Panorama berada pada jarak 2,1 dari
Pasar Panorama berada pada jarak
 Pasar Panorama dan Pasar Tradisional Modern berada pada jarak 2,454 dari Pasar
Tradisional Modern
 Pasar Tradisional Modern dan Pasar Minggu Baru berada pada jarak 0,15 dari Pasar
Minggu Baru
 Pasar Minggu Baru dan Pasar Ikan Malabro berada pada jarak 1,671 dari Pasar Ikan
Malabro
 Pasar Ikan Malabro dan Pasar Baru Koto 2 berada pada jarak 0,425 dari Pasar Baru
Koto 2

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Analisis Tetangga Terdekat
Berdasarkan perhitungan titik ukur jarak tiap pasar pada tabel 1 menunjukkan bahwa
jarak terjauh adalah antara Pasar Panorama dengan Pasar Tradisioanl Modern yaitu 5,6 km.
Kemudian, dilanjutkan antar Pasar Bahari dengan Pasar Sriwijaya Perumdam II yang
jaraknya mencapai 5,4 km. Sumber data berasal dari software Google Maps yang dilengkapi
persebaran titik lokasi atau letak pasar. Hasil perhitungan skala T (tetangga terdekat) yakni
0,0082. Dengan nilai tersebut memperlihatkan bahwa pola persebaran pasar di kota
Surakarta, dengan skala T sekitar 0,0082 menunjukkan pola persebaran acak dapat dilihat
dari gambar 1 matriks indeks tetangga terdekat dengan skala 0 hingga 0,7 yaitu acak.
2. Model Gravitasi dan Interkasi dalam Ruang
Dari perhitungan menggunakan persamaan model gravitasi dan interaksi dalam
ruang diketahui bahwa mobilitas penduduk antara Pasar Ikan Malabro dan Pasar Baru Koto
2 adalah yang paling besar yakni dengan nilai 773.756.035,99, sedangkan antar Pasar bahari
dan Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya adalah yang paling kecil dengan nilai 2,57. Dilihat
dari hasil diatas dapat dinyatakan bahwa semakin besar nilai interaksi antar lokasi maka
semakin besar pula mobilitas penduduknya. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil nilai
interaksi antara lokasi juga mempengaruhi nilai mobilitas yang ada lokasi tersebut.
3. Analisis Teori Titik Henti (Breaking Point)
 Pasar Bahari dan Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya diberikan fasilitas berupa angkutan
umum yang berada pada jarak 2,7 km dari Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya.
 Pasar Pagi Perumdam II Sriwijaya dan Pasar Kaget Pagar Dewa diberikan fasilitas
berupa angkutan umum berada pada jarak 1,614 km dari Pasar Kaget Pagar Dewa
 Pasar Kaget Pagar Dewa dan Pasar Ordeldil Second Bengkulu diberikan fasilitas berupa
angkutan umum berada pada jarak 0,35 km dari Pasar Ordeldil Second Bengkulu
 Pasar Ordeldil Second Bengkulu dan Pasar Panorama diberikan fasilitas berupa
angkutan umum berada pada jarak 2,1 dari Pasar Panorama berada pada jarak
 Pasar Panorama dan Pasar Tradisional Modern diberikan fasilitas berupa angkutan
umum berada pada jarak 2,454 dari Pasar Tradisional Modern
 Pasar Tradisional Modern dan Pasar Minggu Baru diberikan fasilitas berupa angkutan
umum berada pada jarak 0,15 dari Pasar Minggu Baru
Dilihat dari hasil pembahasan di atas, setiap pemerintah seharusnya memnuat ataupun
menyediakan fasilitas berupa angkutan umum agar kegiatan perdagangan maupun
perhubungan lainnya dapat berjalan secara optimal. Hal ini dikarenakan rata-rata jarak lokasi
yang cukup jauh sehingga memerlukan beberapa perlakuan dari pihak pemerintahan.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Kota Bengkulu. 2016. Bengkulu Dalam Angka 2016. Bengkulu: BPS Kota Bengkulu dan
BAPPEDA Kota Bengkulu.
Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Yogyakarta: Gmalia.
Bintarto R, dan Surastopo Hadisumarmo. 1979. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES UI.
Reilly, W. J. 1929. Methods For The Study Of Retail Relationship. University Of Texas
Bulletin, Monograph 4, n. 2944.
W J, Reilly. 1931. The Law Of Retail Gravitation. The University Of California.
Yunus, Hadi S. 1994. Teori dan Model Struktur Keruangan Kota. Yogyakarta: Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada.
Yunus, Hadi S. 2001. Struktur Tata Ruang Kota.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN

Gambar lokasi pasar tradisional Kota Bengkulu menggunakan software Google Maps

Anda mungkin juga menyukai