Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SUMBER DAYA INSANI

“TRANSAKSI FOREX EXCHANGE MELALUI AKAD SYARI’AH”

Disusun Oleh :
Kelompok 9
Dita Indah Wahyuni (16510043)
Dedy Gunawan (16510075)

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN


MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI
FAKULTAS STUDI ISLAM
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 2
A. Latar Belakang ...............................................................................................................2
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
A. Definisi dan Seluk-beluk Foreign Exchange ................................................................3
B. Landasan Hukum dan Solusi Akad Syari’ah dalam Praktik Foreign Exchange ....9
BAB III PENTUP ...................................................................................................................................... 14
A. KESIMPULAN .............................................................................................................14
B. SARAN ..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16

i
BAB I
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Allah SWT menurunkan ajaran Islam sebagai tuntunan hidup yang senantiasa
mengakomodir kebutuhan umat manusia dari segala aspek kehidupan, yang juga
mengatur mengenai prinsip-prinsip dasar norma dalam berbisnis. Yakni di antaranya
dilarang akan bisnis dengan tujuan spekulasi, yang mendorong aktivitas bisnis yang tidak
produktif dan transaksi ribawi yang mengakibatkan eksploitasi ekonomi oleh para
pemilik modal (riba nasi’ah dan jahiliyah) atau yang tidak menumbuhkan sektor riil
melalui perdagangan dan pertukaran barang sejenis yang ribawi (riba fadhl). Hal ini
sebagaimana yang dewasa ini terjadi pada trading instrumen derivatif di pasar sekunder
terutama dengan underlying valas yang berpotensi memandulkan pertumbuhan ekonomi
yang hakiki.
Permasalahan ekonomi yang di akibatkan oleh inflasi keuangan karena adanya
permainan dalam jual beli valas, telah banyak sekali menimbulkan permasalahan
sehingga justru menjatuhkan nilai mata uang negara kita. Dengan iming-iming
keuntungan yang besar dengan jangka waktu yang singkat, sehingga tak jarang berbagai
cara untuk menempuh kebahagian individu ataupun keluarga di lakukan, tanpa
memperhatikan aspek hukum yang terkandung di dalamnya. Segala profit berusaha untuk
di dapatkan. Bahkan yang haram pun di halalkan akan tetapi yang halal pun malah di
tinggalkan. Oleh karena itu para pakar-pakar pemikir islam pun berusaha keras untuk
meninju kembali segala nash yang telah di wariskan oleh para leluhur akan tetap
balancekah dengan keadaan dan permasalahan kontemporer yang ada. Salah satunya
yang berkaitan dengan permasalahan forex trading yang menjadi bahan pembicaraan
dewasa ini. Maka kamipun akan mengulas lebih lanjut permasalahan ini pula untuk
memperkaya kazanah ke’arifan kita.

2. Perumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan transaksi Foreign Exchange?
b. Permasalahan apa saja yang terdapat dalam praktik Foreign Exchange dalam
pandangan syari’ah?
c. Bagaimana solusi akad syari’ah dalam menanggapi transaksi Foreign Exchange?

2
BAB II
Pembahasan

A. Definisi dan Seluk-beluk Foreign Exchange


Pasar valuta asing (valas) atau sering disebut foreign exchange market merupakan
pasar dimana transaksi valuta asing dilakukan baik antara Negara maupun dalam suatu
Negara.1 Pasar valas adalah suatu mekanisme dimana orang dapat mentransfer daya beli
antar Negara, memperoleh atau menyediakan kredit untuk transaksi perdagangan
internasional, dan meminimalkan keungkinan risiko kerugian (exposure of risk) akibat
terjadinya fluktuasi kurs suatu mata uang.2
Forex exchange atau transaksi pertukaran mata uang asing, hampir sama dengan
aktivitas pertukaran barang, dimana pemilik barang menyerahkan barangnya kepada
pembeli, kemudian pembeli akan menyerahkan uang sebagai penukar barang yang di
dapatkannya. Dalam hal perdagangan mata uang, kedua belah pihak (penjual dan
pembeli) sama-sama menukarkan uang, sebagai objek yang ditukar, tetapi uang tersebut
berbeda asalnya.
Sebagai contoh, kita di Indonesia memiliki mata uang Rupiah, dan kemudian kita
ingin membeli dollar AS atau ditulis dengan USD atau US$, maka kita menyerahkan
Rupiah kita untuk mendapatkan dollar Amerika Serikat (AS). tentu nilai pertukaran
tersebut harus sesuai dengan nilai pasar yang berlaku. Jika di pasar forex, harga atas
dollar AS adalah Rp 11.810, maka kita harus menyerahkan Rp 11.810 untuk
mendapatkan 1 USD, atau Rp 23.620 untuk mendapatkan 2 USD.
Dalam setiap kali melakukan transaksi valas, Nilai tukar yang berlaku dapat berubah
sesuai kondisi dari waktu ke waktu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Terjadinya
fluktuasi nilai tukar pada dasarnya tergantung pada kekuatan pasar yang memengaruhi
sisi permintaan dan penawaran suatu valuta atau mata uang asing. Dari berbagai teori
disimpulkan bahwa pergerakan nilai tukar di pasar dipengaruhi oleh factor fundamental
tercermin dari variable-variable ekonomi makro seperti pertumbuhan ekonomi, laju
inflasi, perkembangan ekspor impor, dan sebagainya. Sedangkan faktor nonfundamental

1
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 214.
2
Eitman Stonehill dalam Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta : Lembaga Penerbit
FEUI, 2004), hlm.228.
3
4

dapat berupa sentiment pasar terhadap perkembangan social politik, factor psikologi para
pelaku pasar dalam membaca informasi dan rumor-rumor yang berkembang.3
Perberdagangan valas mempunyai sisi yang berbeda dengan perdagangan barang
yang pada umumnya terjadi secara spot, atau dalam istilah lain cash and carry,
perdagangan forex dapat dilakukan dengan adanya jangka waktu dimana pembayaran hari
ini dan penyerahan barang terjadi dikemudian hari, sesuai dengan kesepakatan.
Perbedaan antara pembayaran dan penyerahan barang inilah yang menyebabkan
perbedaan harga dan yang menjadi sumber keuntungan dari perdagangan forex ini namun
semuanya kembali lagi pada ketergantungan perubahan kurs yang berfluktuatif. Apabila
pada hari ini kurs dinilai menguntungkan, maka pembeli dapat menutup transaksinya hari
ini dan mengambil keuntungannya saat ini juga, akan tetapi apabila ternyata kurs hari ini
masih belum dianggap menguntungkan dan berdasarkan prediksi nilai kurs akan naik,
maka pembeli dapat menunda penutupan transaksinya pada waktu yang ia inginkan
sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar. Permainan waktu ini lah yang
seringkali dilakukan para pelaku perdagangan forex agar memperoleh keuntungan yang
diinginkan.
Pada umumnya mata uang yang diperdagangkan di perusahaan yang menawarkan
jasa pialang untuk transaksi valas adalah mata uang yang disebut sebagai mata uang kuat
(hard currency). Sebab mata uang ini lah yang pergerakannya sangat fluktuatif, sehingga
memungkinkan terjadinya perdagangan. Berikut ini adalah daftar beberapa mata uang
kuat yang lazim dipergunakan dalam perdagangan forex :4

Kode Nama Resmi Negara Pemilik


US$ US Dollar Amerika Serikat
JPY Japanese Yen Jepang
GBP Great Britain Pound Sterling Inggris
EUR EURO Uni Eropa
CHF Swiss Franc Swiss
AUD Australian Dollar Australia
CAD Canada Dollar Kanada

3
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Jakarta : Kencana, 2010), hlm.235.
4
Lie Ricky Ferlianto dan Joni Rizal, Forex Online Tren Investasi Masa Kini (Jakarta : Kompas Gramedia,
2012), hlm.18.
5

Dalam hal perbedaan mata uang yang digunakan, seringkali terjadi kerumitan dikarenakan mata
uang acuan yang digunakan adalah US$, maka apa bila pembeli (contohnya pembeli dari
Indonesia) ingin menggunakan mata uang Yen misalnya, maka pembeli asal Indonesia itu harus
melakukan tiga kali transaksi (arbitrage triangular) maka transaksi pertama adalah pembeli
tersebut harus membeli Dollar AS dengan Rupiah, setelah mendapatkan Dollar AS, maka
selanjutnya pembeli tersebut menggunakan Dollar AS-nya untuk membeli mata uang Yen, dan
pada saat penutupan transaksi mata uang Yen digunakan untuk kembali membeli Rupiah.
Pada dasarnya perdagangan forex yang terjadi di pasar valuta asing, dapat
menjalankan fungsi sebagai berikut:5
a. Transfer daya beli, yaitu biasanya terjadi dalam perdagangan internasional dan
transaksi modal yang melibatkan mata uang yang berbeda. Bursa valas
menyediakan mekanisme untuk melaksanakan transfer daya beli tersebut.
b. Penyediaan pembiayaan/kredit, yaitu berhubungan dengan pengiriman barang
antar Negara dalam perdagangan internasional yang membutuhkan waktu. Oleh
karena itu, dibutuhkan adanya pembiayaan barang-barang dalam perjalanan
pengiriman, termasuk setelah barang sampai ke tempat tujuan yang biasanya
membutuhkan beberapa waktu untuk kemudian dijual kepada pembeli instrument
khusus seperti L/C dapat digunakan.
c. Mengurangi resiko valas, yaitu melindungi dari kemungkinan perubahan kurs
secara tiba-tiba yang dapat mempengaruhi besarnya keuntungan yang telah
dipengaruhi.
Pelaku perdagangan forex pada awalnya adalah para importir dan eksportir. Seperti
kita ketahui, untuk mengimpor barang dari suatu Negara, importer tidak mungkin
membayarkannya dengan mata uang negaranya. Misalnya, importir dari Indonesia yang
mengimpor susu dari Australia, tidak mungkin membayar biaya impor tersebut dengan
mata uang Rupiah. Sebab, importir tidak dapat menggunakan Rupiah di negaranya seperti
untuk membeli bahan baku.
Oleh karena itu, importir Indonesia harus membeli Dollar Australia di pasar uang
yang kini sudah cukup banyak jumlahnya, sehingga semua orang bisa membeli dan

5
Veithzal Rivai, dkk. Bank and Financial Intitution Management (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2007), hlm.900-901.
6

menjual mata uang yang diinginkan. Termasuk bukan importir sekalipun. Justru yang
terakhir inilah yang mempercepat frekuensi perdagangan forex.
Para individu membeli dan menjual mata uang bukan untuk membiayai impor,
melainkan hanya untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga dari waktu ke waktu,
seperti yang sudah kita bahas sebelumnya. Jadi, kini harga mata uang bukan lagi
ditentukan oleh aktivitas impor dan ekspor, tetapi juga dari aktivitas perdagangan mata
uang itu sendiri.
Peserta yang aktif dalam transaksi valas, terdiri dari 4 golongan :
a. Dealer valas bank dan non bank
Dealer bank-bank dan non bank bermain di pasar valas memperoleh keuntungan
dengan membeli valas pada harga “bid” (penawaran awal) dan menjualnya
kembali pada harga sedikit lebih tinggi pada harga “offer” (penawaran kedua).
Persaingan antar dealer di seluruh bursa valas mengakibatkan spread semakin
mengecil dan efisien. Dealer hanya secara insiden mencari keuntungan sesuai
spread. Dealer berkewajiban melayani klien dan memastikan kontinuitas pasar.
b. Perusahaan dan individu
Perusahaan dan individu terdiri dari importir, investor portofolio internasional,
perusahaan multinasional yang menggunakan pasar valas untuk mempermudah
pelaksanaan transfer investasi/komersial.
c. Spekulator dan arbitrase
Motif speculator dan arbitrase hanya untuk memperoleh keuntungan dari
perubahan harga secara simultan untuk kepentingan mereka sendiri tanpa suatu
kebutuhan untuk melayani klien atau memastikan kontinuitas pasar. Arbirase pada
prinsipnya merupakan suatu bentuk spekulasi dimana mereka membeli suatu
valas di pusat keuangan kemudian menjualnya kembali di pusat keuangan lain
untuk memperoleh keuntungan. Spekulasi dan arbitrase dalam jumlah besar pada
umumnya dilakukan oleh para trader. Bank-bank dapat bertindak sebagai dealer,
speculator dan arbitrase.
d. Bank sentral
Bank sentral menggunakan pasar valas untuk memperoleh cadangan devisa dan
memengaruhi harga dimana mata uangnya diperdagangkan. Bank sentral
7

melakukan langkah-langkah yang dimaksudkan untuk mendukung atau


mendongkrak nilai mata uang sendiri.

Perkembangan saat ini, transaksi valas untuk mengambil keuntungan dari selisih kurs,
dapat dilakukan dari rumah sebab saat ini telah tersedia Forex Online Trading atau FOT
(Perdagangan forex online). Perdagangan forex generasi millennium ini lebih banyak
diminati, yaitu dengan mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan teknologi
internet. Perdagangan forex secara online ini, mengurangi kontak fisik antar para pelaku
perdagangan forex. Banyak perusahaan pialang telah membuka situs untuk melayani
investornya. Dengan internet, deal dan instruksi jual beli berada dalam satu platform situs
internet.
Biaya menjadi lebih murah sehingga FOT sangat digemari baik oleh para investor
maupun trader. Ini disebabkan karena mudahnya melakukan transaksi dengan cara online
dibandingkan dengan transaksi forex yang dulunya harus bertemu secara fisik di dealing
room dan trading room. Selain itum harga yang digunakan dalam FOT adalah real price.
Juga masih dilengkapi fasilitas-fasilitas penunjang transaksi yang dapat menjaga posisi
dari kerugian yang lebih besar, juga transaksinya dapat dilakukan di mana saja.
Dengan menggunakan FOT investor juga dapat mendapatkan segala informasi secara
real time kapan saja dan di mana saja, asal tersedia fasilitas internet. Hal ini jelas
menurunkan cost berinvestasi. Sementara dengan real time information bahkan juga
analisis, kesempatan para investor dalam memetik keuntungan menjadi semakin besar.
Dampak dari kelebihan itu telah menyebabkan banyak perusahaan pialang berjangka,
baik yang berasal dari dalam negeri maupu luar negeri menawarkan fasilitasnya agar
investor bergabung pada perusahaan mereka. Fasilitas-fasilitas tersebut pada intinya
menawarkan kemudahan investasi bagi investor. Namun, investor perlu berhati-hati
dalam menanamkan uangnya. Tidak semua perusahaan pialang berjangka yang
menawarkan FOT memiliki izin dari Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka
Komoditi).6
Jika sampai investor melakukan investasi melalui pialang berjangka yang tidak
memiliki izin, maka jika terjadi sesuatu tindakan yang merugikan investor, tidak ada
tempat untuk mengadukan kecurangan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memutuskan

6
Ibid, hlm.70.
8

untuk memilih pialang berjangka sebagai tempat melakukan FOT, persoalan legalitas ini
perlu dipertanyakan dulu.
Untuk transaksi valas yang dilakukan dalam perdagangan inernasional, sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya, tidak selamanya penyerahan dapat
dilakukan pada saat transaksi, mengingat jarak yang relative jauh, perbedaan waktu serta
volume transaksi yang besar walaupun pada akhirnya semua transaksi ditutup secara
tunai (spot). Oleh karena itu, ada 3 jenis transaksi yang dapat dilakukan di bursa valas,
yaitu:7

a. Transaksi Tunai (Spot Transaction)


Dalam transaksi tunai, biasanya penyerahan valas ditetapkan 2 hari kerja
berikutnya. Misalnya kontrak jual beli valas ditutup tanggal 10, maka penyerahan
dilakukan pada tanggal 12, namun apabila tanggal 12 adalah hari Minggu atau
hari libur Negara asal, maka penyerahan dapat dilakukan pada hari berikutnya.
Tanggal penyerahan transaksi seperti ini disebut tanggal valuta atau value date.
Penyerahan dana dalam transaksi tunai pada dasarnya dapat dilakukan dalam 3
cara:
1) Value today disebut juga cash settlement, yaitu penyerahan dilakukan pada
tanggal (hari) yang sama dengan tanggal (hari) dilakukannya transaksi.
2) Value tomorrow disebut juga one day settlement, yaitu penyerahan dilakukan
pada hari kerja berikutnya.
3) Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal
transaksi.
b. Transaksi Berjangka (Forward Transaction)
Dalam transaksi berjangka penyerahan dilakukan beberapa hari mendatang baik
secara mingguan atau bulanan. Kurs ditetapkan pada waktu kontrak dilakukan,
akan tetapi pembayaran dilakukan beberapa waktu yang akan datang sesuai
dengan jangka waktunya. Akibatnya rate yang digunakan dalam transaksi
berjangka lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi tunai. Transaksi seperti ini
disebut premium dan apabila sebaliknya disebut discount. Transaksi berjangka ini
sering dilakukan untuk pemagaran risiko terhadap fluktuasi tingkat pertukaran

7
Andri Soemitra, Op.cit., hlm.232-234.
9

(Exchange Rate) dan menjamin nilai tagihan di masa yang akan datang dan juga
untuk tujuan spekulasi.
Sebagai contoh, misalkan harga satu unit rumah di Yordania adalah USD 10 ribu.
Harga rumah yang sama di Indonesia adalah Rp 60 Juta. Dari harga rumah itu,
maka harga spot USD terhadap rupiah adalah (Rp 60 Juta : $ 10 juta = Rp 6.000
per 1 USD. Lalu A menukarkan rupiah (IDR) dengan US dollar (USD) kepada B
dengan tanggal penyerahan 30 hari kemudia. Jika tingkat bunga di pasar IDR
adalah 20% pertahun, sedangkan tingkat bunga di pasar USD adalah 8% pertahun,
maka B akan memperoleh bunga sebesar 12% lebih rendah dari pada yang
diterima oleh A. perbedaan tingkat bunga itulah yang mendasari penetapan nilai
tukar USD terhadap IDR berjangka karena B kehilangan kesempatan
mendapatkan bunga 12% kepada A. sebaliknya karena A memperoleh bunga 12%
dari B, maka A memberikan diskon kepada B.
c. Transaksi Barter (Swap Transaction)
Transaksi barter dalam transaksi antar bank adalah pembelian dan penjualan
secara bersamaan sejumlah tertentu mata uang dengan dua tanggal valuta
(penyerahan) yang berbeda. Dengan demikian transaksi barter merupakan
kombinasi antara pembeli dan penjual untuk dua mata uang secara tunai yang
diikuti membeli dan menjual kembali mata uang yang sama secara tunai dan
berjangka secara simultan dalam batas waktu yang berbeda. Transaksi barter
seringkali disebut transaksi tukar pada suatu mata uang selalu sama dengan
jumlah penjualannya, oleh karenanya tidak mengubah proses pertukaran
keuntungan. Tujuan dari transaksi barter adalah untuk menjaga kemungkinan dari
kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs.
B. Landasan Hukum dan Solusi Akad Syari’ah dalam Praktik Foreign Exchange

Landasan pokok untuk mengetahui bagaimana hukum perdagangan valas, adalah


dengan terlebih dahulu kita fahami mengenai perbedaan konsep uang antara ekonomi
konvensional dan ekonomi Islam. Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan
tegas bahwa uang adalah uang, uang bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang
dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam
10

perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik (interchangeability), yaitu


uang sebagai uang dan uang sebagai capital.8
Dalam hukum syari’ah, foreign exchange atau pertukaran valuta asing, dapat
dipersamakan dengan akad sharf. Sharf secara bahasa adalah penambahan, penukaran,
penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Sedangkan secara istilah, sharf berarti
perjanjian jual beli suatu mata uang asing, dapat dilakukan dengan sesama mata uang
sejenis (misalnya Rupiah dengan Rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya Rupiah
dengan Dollar atau sebaliknya).9
Ulama fiqih mendefinisikan sharf adalah sebagai memperjualbelikan uang dengan
uang yang sejenis maupun tidak sejenis. Dalam literatur fiqih klasik, pembahasan ini
ditemukan dalam bentuk jual-beli Dinar dengan Dinar, Dirham dengan Dirham, atau
Dinar dengan Dirham. Satu Dinar, menurut Syauqi Isma’il Syahatah (ahli fiqih Mesir),
bernilai 4,51 gram emas. Menurut jumhur ulama, 1 Dinar adalah 12 Dirham dan menurut
ulama Madzhab Hanafi, 1 Dinar sama dengan 10 Dirham. Perbedaan harga Dinar tersebut
terjadi karena fluktuasi mata uang pada zaman mereka masing-masing.
Ulama fiqih menyatakan bahwa dasar dibolehkannya penjualan mata uang ini adalah
sabda Rasulullah SAW :

‫الملحِ ِمث ًل‬ ِ ‫ش ِعي ِر َو الت َّم ُر ِبالت َّم ِر َو‬


ِ ‫المل ُح ِب‬ َّ ‫ش ِعي ُر ِبال‬ َّ ‫ضةُ ِبال ِف‬
َّ ‫ض ِة َو البُر بِالبُ ِر َو ال‬ ِ ‫َب ِبالذَّ َه‬
َّ ‫ب َو ال ِف‬ ُ ‫الذَّه‬
.‫ف ِشئت ُم ِإذَا َكانَ َيدًا ِبيَد‬ ُ َ‫ فَإ ِذَا اخت َلَفَت َه ِذ ِه ال َصن‬,‫ َيدًا ِب َيد‬,‫س َواء‬
َ ‫اف فَبِيعُوا َكي‬ َ ‫س َوا ًء ِب‬
َ ,‫ِب ِمثل‬

“(Juallah) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir
dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus)
sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika
dilakukan secara tunai.” (Hadits Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i, dan
Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit)10

.... ‫ق ِربًا ِإ َّّل َها َء َو َها َء‬


ِ ‫الو ِر‬ ُ ‫الذَّ َه‬
َ ‫ب ِب‬

8
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001),
hlm.185.
9
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia
(Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005), hlm.87.
10
Fatwa DSN MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang, (Jakarta : DSN MUI, 2002),
hlm.2.
11

“(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.” (Hadits
Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar
bin Khatthab).11
Hadits pertama menekankan bahwa syarat pertukaran mata uang yang jenisnya sama
adalah kualitas dan kuantitanya sama serta dilakukan secara tunai. Hadits kedua juga
demikian, bahkan di dalamnya terdapat keterangan tambahan, yaitu bahwa pertukaran
mata uang harus dilakukan dengan tunai. Dalam riwayat Abu Sa’id Al-Khudri (w. 84 H)
ditekankan juga bahwa apabila nilai tukar yang diperjualbelikan itu dalam jenis yang
sama, maka tidak boleh ada penambahan pada salah satu jenisnya (H.R. Bukhari, Muslim
dan Ahmad bin Hanbal).12
Menurut ulama fiqih, persyaratan yang harus dipenuhi dalam jual beli mata uang
adalah sebagai berikut:13

a. Nilai tukar yang diperjualbelikan harus telah dikuasai, baik oleh pembeli maupun
oleh penjual, sebelum keduanya berpisah badan. Penguasaan itu dapat berbentuk
penguasaan material maupun secara hukum. Penguasaan secara material,
misalnya pembeli langsung menerima dollar Amerika Serikat yang beli dan
penjual langsung menerima uang rupiah. Adapun penguasaan secara hukum,
misalnya pembayaran dengan menggunakan cek. Menurut para ahli fiqh, syarat
ini diperlukan untuk menghindari terjadinya riba An-Nasi’ah (penambahan pada
salah satu alat tukar).
b. Apabila mata uang atau valuta asing yang diperjualbelikan itu dari jenis yang
sama, maka jual beli mata uang itu harus dilakukan dalam mata uang sejenis yang
kualitas dan kuantitasnya sama.
c. Dalam sharf tidak boleh dipersyaratkan dalam akadnya adanya hak khiyar syarat
bagi pembeli. Yang dimaksudkan dengan khiyar syarat itu adalah hak pilih bagi
pembeli untuk dapat melanjutkan jual beli mata uang asing tersebut setelah selesai
berlangsungnya jual beli yang terdahulu. Alasannya adalah selain untuk
menghindari riba, hak khiyar membuat akad hukum jual beli menjadi belum
tuntas.

11
Ibid.
12
Op.cit., Sutan Remi Sjahdeini, hlm.89.
13
Ibid., hlm.89-91.
12

d. Dalam akad sharf tidak boleh terdapat tegang waktu antara mata uang yang
dipertukarkan, karena bagi sahnya sharf penguasaan objek akad harus dilakukan
secara tunai.

Dalam Fatwa DSN MUI14 dikatakan bahwa Transaksi jual beli mata uang pada
prinsipnya boleh dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tidak untuk spekulasi (untung-untungan)


b. Ada kebutuhan transaksi atau untuk berjaga-jaga (simpanan)
c. Apabila transaksi dilakukan terhadap mata uang sejenis maka nilainya harus sama
dan secara tunai ( at- taqabudh ).
d. Apabila berlainan jenis maka harus dilakukan dengan nilai tukar (kurs) yang berlaku
pada saat transaksi dilakukan dan secara tunai.

Dengan demikian, dalam praktiknya kegiatan transaksi dan perdagangan valuta asing
harus terbebas dari unsur riba, maysir (Spekulasi gambling) dan gharar (ketidakjelasan,
manipulasi dan penipuan). Oleh karena itu, jual beli maupun bisnis valas harus dilakukan
secara kontan (spot) atau kategori kontan. Motif pertukaran itu pun tidak boleh untuk
spekulasi yang dapat menjurus kepada judi/gambling (maysir) melainkan untuk
membiayai transaksi-transaksi yang dilakukan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah
guna memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi, ekspor impor, atau komersial baik
barang maupun jasa (transaction motive). Di samping itu perlu dihindari jual beli valas
secara bersyarat dimana pihak penjual mensyaratkan kepada pembeli harus mau menjual
kembali kepadanya pada periode tertentu di masa mendatang, serta tidak diperkenankan
menjual lagi barang yang belum diterima secara definitive (Bai’ fudhuli).
Demikian halnya, dunia perbankan termasuk bank syari’ah sebagai lembaga
keuangan yang memfasilitasi perdagangan internasional maupun kebutuhan masyarakat
terhadap penukaran valuta asing tidak dapat terhindar dari keterlibatannya di pasar valuta
asing (foreign exchange). Hukum transaksi yang dilakukan oleh sebagian bank syari’ah
dalam mu’amalah jual beli valuta asing tidak dapat dilepaskan dari ketentuan syari’ah
mengenai sharf. Bentuk trenasaksi pertukaran valuta asing yang biasa dilakukan bank

14
Fatwa DSN MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang, (Jakarta : DSN MUI, 2002),
hlm.3.
13

syari’ah dapat dikategorikan sebagai naqdan (spot) meskipun menyerahkan dan


penerimaan tersebut tidak terjadi pada waktu transaksi diputskan (dealing), melainkan
penyelesaiannya (settlement –nya) baru tuntas dalam 48 jam (dua hari kerja). Fenomena
transaksi ini sudah bisa dikenal dalam dunia perdagangan internasionaldan tetap disebut
transaksi valas spot antarbank. Bahkan jika kebetulan bertepatan dengan libur akhir
pekan, serah terima itu baru dapat terlaksana setelah 96 jam kerja.
BAB III
Penutup
1. Kesimpulan

Pasar valuta asing (valas) atau sering disebut foreign exchange market merupakan
pasar dimana transaksi valuta asing dilakukan baik antara Negara maupun dalam suatu
Negara. Dalam perdagangan forex konvensional, terdapat beberapa praktik yang
menyimpang dari ketetapan syari’ah sebagaimana ketentuannya yang telah tertuang
dalam hadits Rasulullah SAW dan menjadi dasar dari Fatwa DSN-MUI. Ketentuan
syari’ah mengenai foreign exchange itu sendiri merupakan prinsip Islam yang
memandang mata uang hanya sebagai alat transaksi atau pertukaran, bukan sebagai stock
atau komoditi yang diperdagangkan untuk kembali menghasilkan uang lagi.

Dalam Islam Foreign Exchange boleh dilakukan dengan beberapa syarat yaitu:
apabila mata uang yang di pertukarkan harus sama baik kuantitas maupun kuantitasnya,
sedangakan apabila pertukaran dengan mata uang yang tidak sejenis, maka pertukaran
tersebut harus berdasarkan kurs yang berlaku saat itu terhadap mata uang yang ditukar
dan pertukaran tersebut hanya diperbolehkan secara spot.
2. Saran
Uang merupakan sebuah alat transaksi yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
kaya raya, namun itu semua merupakan milik Allah SWT yang diberikan kepada kita
sebagai amanat untuk mendistribusikannya kepada masyarakat yang membutuhkan, agar
tidak terjadinya suatu ketimpangan pendapatan. Dengan kita mempelajari konsep foreign
exchange, kita telah mendapatkan gambaran bahwasannya dari uang tersebut dapat saja
menjadi alat perjudian dengan mempermainkan kurs yang berselisih tiap waktunya.
Untuk itu penulis hanya ingin memberikan saran kepada para pembaca, untuk berhati-
hati untuk tidak terjermus pada pemanfaatan mata uang sebagai alat spekulasi, yang pada
intinya adalah untuk memperkaya diri sendiri. Namun dalam keuntungan dari spekulasi
yang sangat besar juga terdapat resiko yang sangat besar, layaknya seperti permainan judi
yang membeli nomor lotre untuk memperoleh keuntungan, namun jika tidak maka uang
yang dikeluarkan akan hilang seketika.

14
15

Untuk itu mari kita pergunakan mata uang tersebut selayaknya fungsi yang telah
agama Islam tunjukkan, yaitu untuk transaksi sehingga uang itu akan terus berputar
sehingga dapat menjadikan suatu pemerataan pendapatan dalam perekonomian.
16

DAFTAR PUSTAKA

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah (Jakarta : Kencana, 2010).
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan (Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI, 2004).
Fatwa DSN MUI No. 28/DSN-MUI/III/2002 Tentang Jual Beli Mata Uang, (Jakarta : DSN MUI, 2002)
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010)
Lie Ricky Ferlianto dan Joni Rizal, Forex Online Tren Investasi Masa Kini (Jakarta : Kompas
Gramedia, 2012)
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001)
Sutan Remi Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia
(Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti, 2005).
Veithzal Rivai, dkk. Bank and Financial Intitution Management (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007).
http://belajarforex.com/sitting-duck/4-mekanisme-dan-legalitas-forex.html, Mekanisme dan Legalitas
Forex (Jakarta : Diakses 20 Oktober 2018).

Anda mungkin juga menyukai