Anda di halaman 1dari 5

Benokraitis (2015) menambahkan bahwa pacaran adalah proses dimana seseorang

bertemu dengan seseorang lainnya dalam konteks sosial yang bertujuan untuk menjajaki
kemungkinan sesuai atau tidaknya orang tersebut untuk dijadikan pasangan hidup.
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan pengertian pacaran adalah serangkaian
aktivitas bersama yang diwarnai keintiman (seperti adanya rasa kepemilikan dan keterbukaan
diri) serta adanya keterikatan emosi antara pria dan wanita yang belum menikah dengan tujuan
untuk saling mnengenal dan melihat kesesuaian antara satu sama lain sebagai pertimbangan
sebelum menikah.
Penyebab Pacaran di Usia Remaja terbagi atas 3
1. Globalisasi
Globalisasi pada masa sekarang ini tidak dapat lagi dibendung. Globalisasi yang paling
mempengaruhi para remaja sekarang adalah globalisasi akibat berkembangnya internet. Dari
situlah para remaja mendapat dorongan untuk mencontoh budaya bangsa barat yang tidak
sesuai diterapkan di Indonesia seperti konsuntif, hedonisme dan gonta-ganti pasangan hidup.
Sehingga mendorong para remaja untuk berpacaran di usia dini.
2. Membuktikan diri cukup menarik
Pada saat ini, para remaja sudah melewati batas bergaul yang telah di tetapkan oleh
orang tua. Mereka sudah mengenal pacaran sejak awal masa remaja. Pacar, bagi mereka
merupakan salah satu bentuk gensi yang membanggakan. Selain itu, pacar merupakan sesuatu
yang dapat membuktikan bahwa mereka cukup menarik dan patut untuk mendapat perhatian
dari lingkungan sekelilingnya.
3. Adanya pengaruh kawan
Di kalangan remaja, memiliki banyak kawan merupakan salah satu bentuk prestasi
tersendiri. Makin banyak kawan, makin tinggi nilai mereka di mata teman-temannya.
Akan tetapi, jika tidak dapat dikendalikan, pergaulan itu akan menimbulkan
kekecawaan. Sebab kawan dari kalangan tertentu pasti juga mempunyai gaya hidup tertentu
pula seperti halnya berpacaran. Apabila si remaja berusaha mengikuti tetapi tidak sanggup
memenuhinya maka remaja tersebut kemunginan besar akan di jauhi oleh teman-temannya.

Dampak Pacaran Di Usia Remaja ditinjau dari dampak positif dan negatif
1. Dampak Positif
a. Belajar bersosialisasi
Dengan berpacaran kita akan mampu bersosialisasi dengan pasangan kita, sehingga kita
mampu mengetahui karakteristik seseorang dan membuat kita tidak canggung dalam
bersosialisasi dengan orang asing yang baru kita jumpai. Karena kita telah belajar bersosialisasi
dengan pasangan kita.
b. Mempelajari karakteristik berbagai macam orang
Namun, kalau kita perhatikan apa yang dapat remaja lakukan ketika dia mendapati
bahwa pasangannya itu tidak cocok dengannya? Kata yang keluar adalah ‘putus’! Bukannya
mencoba untuk bisa mengerti satu sama lain, para remaja hanya mempelajari untuk bercerai.
Bagaimana tidak? Karena faktor usia yang dibawakan dalam diri hanya emosi sesaat.
Jika dikatakan alangkah lebih menyenangkan untuk mempelajari diri sendiri dulu,
membenahi diri, dan berupaya untuk bisa beradaptasi dengan banyak orang. Ketimbang
mengikatkan diri dengan satu orang yang kadang kala membuat sakit hati, lebih baik seorang
remaja mencoba untuk berbaur dengan yang lainnya. Di situ dia bisa ‘mempelajari karakteristik
orang lain’. Dan, dia juga sedang mempelajari dirinya sendiri tentunya.
Setelah dia bisa mengendalikan emosinya – ini merupakan saat yang tepat untuk
berpacaran – tentunya dia sudah berani berkomitmen. Jadi, berpacaran bukan hanya untuk
having fun. Tidaklah pantas menurut penulis jika seseorang mempermainkan perasaan orang
lain. Lagipula, masa remaja yang penuh gejolak ini akan sangat memberikan keragu-raguan
dalam hal berpacaran. Maka dari itu, beberapa orang tua melarang anaknya untuk berpacaran
(walau ada juga yang tidak).

2. Dampak Negatif
a. Kekerasan fisik
Koalisi Antikekerasan di Alabama menyebutkan bahwa satu dari tiga anak mengalami
kekerasan fisik selama pacaran usia dini. Bentuknya seperti mendorong, memukul, mencekik,
dan membunuh. Kejahatan tersebut sangat tertutup karena pihak korban ataupun pelaku tidak
mengakui adanya masalah selama hubungan kencan. Penyebab kekerasan fisik pada remaja di
antaranya kecemburuan, sifat posesif, dan temperamen dari pasangan si anak remaja. Pelaku,
misalnya, mengontrol cara berpakaian si anak. Hal itu sebenarnya adalah bentuk kekerasan,
yang sering kali dilihat oleh si anak sebagai bentuk perhatian.
b. Kekerasan seksual
Pemerkosaan dalam pacaran adalah bentuk kekerasan seksual dalam pacaran. Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) Indonesia mengategorikan
kekerasan jenis itu sebagai kekerasan dalam pacaran (KDP). KDP secara seksual terjadi ketika
seseorang diserang secara seksual oleh orang lain yang dikenal dan dipercaya, seperti teman
kencan. Kekerasan seksual dapat juga terjadi saat korban mabuk di suatu pesta, misalnya. Pesta
menjadi ajang yang paling mudah bagi pelaku untuk mengincar remaja dengan lebih dahulu
memberikan narkoba, kemudian menjadikannya korban kekerasan seksual.
c. Cenderung menjadi pribadi yang rapuh
Anak remaja yang mulai pacaran sejak usia dini lebih banyak mengalami sakit kepala,
perut dan pinggang. Mereka juga lebih banyak depresi dibanding rekan seusianya yang belum
pernah pacaran.Seseorang, yang mengenal cinta lebih dini cenderung menjadi pribadi yang
rapuh, sakit-sakitan, merasa tidak aman dan mudah depresi, contohnya remaja, akan memiliki
alarm rasa sakit yang lebih tinggi, terutama jika remaja itu menjalin hubungan yang buruk
dengan pasangannya.
Mereka punya kecenderungan tingkat rasa sakit yang lebih mendalam. Mereka benar-
benar meresapi perasaan buruk seperti sedih atau kesal karena secara psikologi mereka sudah
mengenalnya ketika berhubungan dengan pasangannya. Akibat terlalu mendalami perasaan
sedih dan emosional itu adalah depresi dan penyakit lainnya. Karena terlalu sedih atau marah,
perasan depresi pun bisa muncul. Akibatnya mereka jadi tidak mau makan, kurang tidur atau
tidak mau melakukan apa-apa. Dari situlah muncul penyakit-penyakit seperti pusing, sakit
perut dan lainnya
Mereka yang mengenal cinta dan mengalami masalah dalam berhubungan dengan
pasangan lebih dulu memiliki pandangan yang lebih serius dan sikap yang lebih tertutup. Hal
itu memicu perasaan stres dan penyakit fisik lainnya.
d. Kehamilan dan penularan penyakit menular seksual
Anak yang berpacaran di usia dini mengarah pada kemungkinan yang lebih besar untuk
melakukan hubungan seksual. Hal itu sangat memungkinkan terjadinya kehamilan dan
penularan penyakit menular seksual (PMS). Menurut The Centers for Disease Control (CDC),
kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang memiliki risiko
paling tinggi untuk tertular PMS.
Sekedar mengingatkan bahaya kehamilan pada remaja:
1. Hancurnya masa depan karena tidak bisa melanjutkan sekolah.
2. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa
dan fisiknya belum siap.
3. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena
terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
4. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun bayi,
tenaga tradisional) sering mengalami kematian karena mengalami sakit dan pendarahan yang
hebat.
5. Pengguguran kandungan yang diperbolehkan oleh undang-undang, kecuali indikasi medis
(misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul
kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum berat .
6. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami kecacatan dan gangguan
kejiwaan saat ia dewasa.
7. Jadi bahan pembicaraan dan ejekan masyarakat sekitar .
8. Stress berkepanjangan dan bisa jadi GILA.

e. Menurunkan konsentrasi
Hal ini terjadi jika remaja telah mengakhiri hubungan dengan pacarnya sehingga
emosinya menjadi labil, konsentrasi menjadi buyar karena terus memikirkan pacarnya
sehingga remaja tersebut tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan kepadanya
dan mengerjakan ulangan dengan baik sehingga dapat menurunkan prestasi remaja tersebut.
f. Menguras harta
Akan menguras harta, karena orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk
pacarnya, bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk membelikan hadiah
untuk pacarnya.
D. Dampak Berpacaran Terhadap Prestasi Belajar
Bagi remaja (siswa) pacaran merupakan sesuatu yang sudah biasa dilihat atau juga
dilakukan oleh para remaja (siswa), secara langsung maupun tidak langsung hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka menjadi menurun atau semakin giat belajar,
Berpacaran dapat membuat prestasi belajar seorang siswa menurun antara lain contoh-contoh
tersebut adalah sebagai berikut, ketika belajar seorang siswa yang berpacaran pasti akan
terganggu konsentrasinya untuk belajar karena pasanganya selalu mengirim SMS kepadanya
dan siswa tersebut pasti hanya fokus untuk membalas SMS pasangan dan melupakan waktu
belajarnya, kemudian siswa yang berpacaran juga dapat membuat malas untuk masuk sekolah
di saat bertengkar dengan pasangan atau berpisah dengan pasangan karena malas bertemu
denganya di sekolah, mungkin beberapa contoh tadi dapat mewakili dampak negative yang
ditimbulkan berpacaran pada saat usia remaja mesi masih banyak contoh-contoh lainya.
Berpacaran dapat pula membuat prestasi belajar seorang remaja (siswa) meningkat dan
semakin giat belajar antara lain contoh-contoh tersebut adalah sebagai berikut, pada saat
seorang siswa yang sedang berpacaran mereka dapat merasa tidak ingin kalah dari pasanganya
dalam hal apapun karena di saat dia kalah dari pasanganya maka dia akan merasa malu dan
ingin melebihi apa yang di raih pasanganya itu terutama dalam hal pelajaran teradang mereka
membuat suatu permainan kecil dimana apabila salah satu seorang pasangan mendapat nilai
yang jelek dari pasanganya maka pasangan yang menang dia dapat meminta apa saja pada
pasanganya tetapi dalam batas kewajaran seperti dibelikan coklat,snack dll. Hal tersebut juga
dapat membuat mereka menjadi giat belajar dan apabila seoarang siswa yang sedang
berpacaran maka mereka akan selalu ingin masuk sekolah setiap hari karena ingin bertemu
pasanganya hal ini juga dapat mempengaruhi absensi siswa dapat juga menjadi dorongan
semangat untuk lebih giat belajar.
Dari beberapa hal diatas seorang remaja (siswa) yang berpacaran hendaknya mendapt
bimbingan dari guru terutamanya adalah orang tua sehingga mereka dapat mendapat sisi positif
dan terhindar dari sisi negative yang di timbulkan.

E. Kiat-Kiat Menghindari Dampak Negatif Dalam Pacaran Di Usia Remaja


a) Hati-hati berpacaran
Setelah melalui fase “ketertarikan” maka mulailah pada fase saling mengenal lebih jauh
alias berpacaran. Saat ini adalah saat paling tepat untuk mengenal pribadi dari masing-masing
pasangan. Sayangnya, tujuan untuk mengenal pribadi lebih dekat, sering disertai aktivitas
seksual yang berlebihan. Makna pengenalan pribadi berubah menjadi pelampiasan hawa nafsu
dari masing-masing pasangan. Ungkapan kasih sayang tidak seharusnya diwujudkan dalam
bentuk aktivitas seksual. Saling memberi perhatian, merancang cita-cita serta membuka diri
terhadap kekurangan masing-masing merupakan bagian penting dalam masa berpacaran.
Aktivitas fisik seperti saling menyentuh, mengungkapkan perasaan kasih sayang, ciuman kasih
sayang adalah hal tidak terlalu penting, namun sering dianggap sebagai bagian yang indah dari
masa berpacaran. Pada batas-batas tertentu hal ini dapat diterima, namun lebih dari aktivitas
tersebut, apalagi pada hal-hal yang menjurus pada hubungan seksual tidak dapat diterima oleh
norma yang kita anut. Karena justru aktivitas seksual akan mengotori makna dari pacaran itu
sendiri.
b) No Seks
Katakan “tidak pada seks”, jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi
batas. Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai “bukti cinta”, jangan dipenuhi,
cuma ngapusi ! Karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat, sekali wanita kehilangan
kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita, karena norma yang dianut dalam masyarakat
kita masih tetap mengagungkan kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak
pernah bisa dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat ditentukan
apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak. Kepuasan cuma sesaat ,
penderitaan akan selalu menghantui . Ingat !!!
c) Rem Keimanan
Iman, merupakan rem paling pakem dalam berpacaran. Justru penilaian kepribadian
pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut hal-hal yang melanggar norma-
norma yang dianut, tentunya tidak dapat diharapkan menjadi pasangan yang baik. Untuk itu,
“Say Good Bye” sajalah…! Masih banyak pria dan wanita lain yang mempunyai iman dan
moral yang baik yang kelak dapat membantu keluarga bahagia.
d) Kiat Sadar Diri
1. Niatkan bahwa tujuan berpacaran adalah untuk saling mengenal lebih dekat dan belajar untuk
memahami karakter lawan jenis.
2. Hindari pacaran di tempat yang terlalu sepi atau tempat yang mengandung atau mendukung
untuk aktivitas seksual.
3. Hindari makan dan minuman yang merangsang sebelum/selama pacaran.
4. Hindari bacaan/film porno yang merangsang sebelum/selama pacaran.
5. Jangan dituruti kalau pasangan menuntut aktivitas pacaran yang berlebihan.
Oleh karena itu bahwa gaya pacaran yang sehat merupakan sesuatu yang perlu
diperhatikan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Gaya pacaran yang sehat
mencakup berbagai unsur yaitu sebagai berikut:
1. Sehat Fisik.
Tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar ataupun
menendang.

2. Sehat Emosional.
Hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus
mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan
mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat Sosial.
Pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap
dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh
bersama dengan pacar.
4. Sehat Seksual.
Dalam berpacaran kita harus saling menjaga, yaitu tidak melakukan hal-hal yang
beresiko. Jangan sampai melakukan aktivitas-aktivitas yang beresiko, seperti berciuman hebat
(kissing), berpelukan hebat (petting), meraba-raba bagian sensitif wanita dan apalagi
melakukan hubungan seks. ” SAY NO TO SEKS “

A. Kesimpulan
Pada dasarnya berpacaran saat remaja merupakan hal yang tidak baik karena secara usia
dan psikologi seorang remaja belum siap, tetapi apabila hanya untuk mengenal satu-sama lain
dan dalam batas sewajarnya hal tersebut tidak apa-apa dilakukan terutama untuk meningkatkan
prestasi belajar mereka sendiri selain itu peran orang tua dan guru sangat penting agar mereka
tidak terjerumus dalam prilaku-prilaku tidak biak yang ditimbulkan.

Anda mungkin juga menyukai