Pedoman Penulisan Skripsi PSIK 2010
Pedoman Penulisan Skripsi PSIK 2010
KATA PENGANTAR
1
Salah satu persyaratan akademik untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin adalah lulus
ujian akhir skripsi. Skripsi merupakan karya tulis ilmiah karena disusun berdasarkan kaidah
kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi jenjang strata satu
berdasarkan penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data, menggunakan metodologi
penelitian yang relevan dan terarah pada pokok permasalahan yang berkaitan dengan bidang
studi mahasiswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, tim dosen dari Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin telah menyusun Panduan Penulisan Skripsi yang
diharapkan membantu para mahasiswa keperawatan dalam proses penyusunan skripsi. “Tak Ada
Gading Yang Tak Retak”, sebagai sebuah pegangan bagi mahasiswa, panduan ini tidak lepas dari
kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang
berkepentingan, guna penyempurnaan panduan ini.
Kami atas nama tim penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan panduan
penulisan skripsi ini.
BAB I
PENDAHULUAN
2
Skripsi disusun dengan tujuan untuk menunjukkan kemampuan berpikir ilmiah secara
mandiri oleh setiap mahasiswa. Karya ilmiah tersebut dilaksanakan oleh mahasiswa dengan
melakukan kajian dan penelitian untuk memperoleh jawaban atas suatu pokok permasalahan
yang ditemukan dalam bidang keperawatan maupun kesehatan secara umum. Sebelum
melaksanakan pengkajian dan penelitian, mahasiswa wajib membuat proposal penelitian dan
kemudian harus diseminarkan. Setelah proposal penelitian tersebut disetujui, mahasiswa harus
melaksanakan penelitian dan hasilnya disusun menjadi skripsi. Semua kegiatan tersebut
ditunjang oleh kemahiran menulis secara ilmiah.
Penulisan karya tulis ilmiah harus memperhatikan seperangkat norma yang disebut kode
etik. Norma ini berkaitan dengan pengutipan (quoting) dan perujukan (referencing), perijinan
terhadap bahan yang digunakan, dan penyebutan sumber data. Penulis karya ilmiah harus
menghindarkan diri dari tindak kecurangan yang lazim disebut Plagiarisme.
Pedoman penulisan proposal penelitian dan penulisan skripsi diperlukan sebagai acuan dalam
penulisan. Buku ini menyajikan garis-garis besar cara penulisan proposal dan skripsi serta tata
cara penulisan yang disertai beberapa contoh. Isi panduan ini dibagi menjadi empat bagian,
yaitu:
1. Proposal penelitian
2. Skripsi
3. Tata cara penulisan, dan
4. Lampiran Contoh-contoh
A. Definisi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang menunjukkan hasil penelitian yang disusun dengan
cara dan bentuk yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dan dilakukan oleh mahasiswa,
serta diarahkan oleh dosen pembimbing skripsi. Sebagai salah satu prasayarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Keperawatan, isi skripsi harus mampu memberikan kontribusi pagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang keperawatan.
B. Tujuan
Penyusunan skripsi bertujuan memberikan kemampuan kepada mahasiswa agar dapat:
1. Menghayati prinsip-prinsip keilmuan sehingga dapat berpikir, bersikap dan bertindak
kritis sebagai ilmuwan sesuai dengan bidang keilmuannya.
2. Menguasai dasar dan ilmu metodologi penelitian sehingga penyusun skripsi mampu
mengorganisasikan pelaksanaan penelitian ilmiah di bidang keperawatan dan kesehatan
3. Memperluas dan memperdalam wawasan mahasiswa dalam bidang dan materi penelitian.
4. Mengkomunikasikan gagasan dan temuan ilmiah secara lisan dalam forum ilmiah dan
secara tertulis dalam bentuk laporan yang sesuai dengan ketentuan yang ada.
BAB II
TATA CARA PEMBIMBINGAN DAN PENYUSUNAN PROPOSAL
3
A. PROSES BIMBINGAN
4
2. Tata tertib bimbingan selama pelaksanaan penelitian
Setiap mahasiswa diwajibkan mempunyai buku perkembangan pelaksanaan penelitian
(Buku Kontrol Penelitian). Buku tersebut dibawa oleh mahasiswa setiap kali menemui
pembimbing dan ditandatangani oleh pembimbing bila pembimbing mnyetujui data yang
dilaporkan tersebut, khususnya pada akhir minggu pertama pengumpulan data.
2. Hak Pengarang
5
Laporan penelitian yang disusun dapat dipublikasikan dalam majalah atau jurnal ilmiah
setelah melalui uji kelayakan untuk diterbitkan oleh penanggungjawab jurnal ilmiah.
Penerbitan ini dilakukan dengan mengacu kepada ketentuan penulisan bahwa karya tulis
merupakan salah satu hak cipta yang harus dilindungi. Dalam penerbitan laporan
penelitian, hak kepengarangan berada pada peserta didik. Apabila mahasiswa ingin
memanfaatkan laporannya untuk menjadi naskah yang akan dipublikasikan, maka
mahasiswa menjadi penulis pertama, sedangkan pembimbing menjadi penulis kedua.
BAB III
FORMAT SKRIPSI
Proposal penelitain untuk skripsi terdiri atas tiga bagian, yaitu Bagian Awal, Bagian
Utama dan Bagian Akhir.
6
A. BAGIAN AWAL
Bagian awal terdiri proposal dimulai dengan sampul luar sampai dengan daftar arti
dan lambang (bila ada). Untuk semua jenis skripsi, susunan bagian awal dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Halaman sampul depan
2. Halaman pengajuan skripsi
3. Halaman persetujuan
4. Lembar pernyataan keaslian penelitian
5. Prakata
6. Abstrak
7. Daftar isi
8. Daftar tabel
9. Daftar gambar
10. Daftar lampiran
11. Daftar arti lambang dan singkatan
B. BAGIAN UTAMA
BAB 1 Pendahuluan
BAB 2 Tinjauan Pustaka
BAB 3 Kerangka Konsep dan Hipotesis
BAB 4 Metode Penelitian
BAB 5 Hasil Penelitian dan Pembahasan
BAB 6 Penutup (Kesimpulan dan Saran)
C. BAGIAN AKHIR
Daftar Pustaka
Lampiran - Lampiran
Penjelasan secara terinci dari struktur penulisan skripsi dapat dilihat sebagai berikut :
A. BAGIAN AWAL
1. Halaman Sampul Depan
Halaman sampul luar untuk proposal maupun skripsi berwarna merah. Halaman
sampul dalam dibuat pada kertas berwarna putih. Pada halaman sampul luar dan
dalam berisi komponen (lampiran 1):
a. Judul penelitian
b. Logo UNHAS (Tinggi 6 cm dan lebar 5 cm)
c. Nama peneliti (tanpa titel apapun)
d. Nomor Mahasiswa
e. Nama program studi
f. Nama Fakultas
g. Nama Universitas
h. Nama Kota
i. Tahun penelitian
7
b. Dibuat dalam kalimat yang sederhana, tidak terlalu panjang, meskipun tidak
dapat ditentukan batas jumlah katanya. Tidak jarang sifat dan isi penelitian
memerlukan judul panjang; bila perlu dibuat subjudul. Sebaiknya tidak lebih
dari 20 kata.
c. Judul seyogyanya tidak menggunakan singkatan, kecuali yang sudah baku.
d. Sebaiknya dalam bentuk kalimat positif atau kalimat netral (pernyataan),
bukan kalimat tanya.
e. Tidak selalu harus mencantumkan nama tempat dan waktu penelitian,
tergantung pada tujuan penelitian.
f. Halaman sampul luar tidak dibubuhi nomor halaman, sedangkan halaman
sampul dalam dibubuhi nomor halaman dengan menggunakan angka Romawi
(eg: i, ii, iii, iv….dst)
2. Lembar Pernyataan
Yakni merupakan halaman yang berisi pernyataan bahwa penulisan skripsi ini
merupakan hasil karya sendiri bukan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap hasil
karya orang lain (lampiran 4).
3. Halaman pengesahan
Halaman pengesahan berisi pertanyaan persetujuan dengan kalimat yang
menyatakan bahwa pembimbing telah menyetujui laporan penelitian. Adapun
komponennya adalah sebagai berikut (lampiran 3):
a. Tempat, bulan dan tahun disetujui
b. Nama pembimbing dan tanda tangan
4. Abstrak
Abstrak merupakan bentuk mini karangan ilmiah yang terdiri dari 150-250 kata.
(lampiran 5).
Abstrak yang digunakan adalah abstrak terstruktur (structured abstract), yang
terdiri dari 4 paragraf, yaitu:
1. Latar Belakang (Background): alasan utama mengapa penelitian dilakukan,
atau Tujuan (Objective): tujuan penelitian
2. Metode (Methods): Bagaimana bagian utama penelitian dilakukan.
3. Hasil (Result): Hasil utama yang diperoleh
4. Simpulan (Conclusions) dan saran: Simpulan utama penelitian yang disertai
saran praktis yang ditujukan secara umum dari hasil penelitian
8
7. Daftar tabel
Halaman daftar tabel berisi urutan tabel yang terdapat pada laporan penelitian.
Nomor tabel tidak perlu menyertakan nomor bab. Contoh: Tabel 1, Tabel 2….dst.
8. Daftar gambar
Halaman daftar gambar berisi urutan gambar (misalnya: grafik, foto, animasi)
yang terdapat pada laporan penelitian. Nomor gambar tidak perlu menyertakan
nomor bab.
9. Daftar lampiran
Halaman daftar lampiran berisi urutan lampiran yang terdapat pada laporan
penelitian. Daftar lampiran ini tidak meneruskan urutan halaman laporan
penelitian. Masing-masing lampiran mempunyai urutan halaman tersendiri.
10.Daftar lainnya
Misalnya: Daftar skema; Halaman daftar skema berisi urutan skema yang terdapat
pada laporan penelitian. Nomor skema mengikuti ketentuan yang sama sengan
nomor tabel atau grafik.
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. …
B. …
C.
Dst
BAB III
Kerangka Konsep dan Hipotesis
A. Kerangka konsep
B. Hipotesis
BAB IV
Metode Penelitian
A. Rancangan penelitian
9
B. Tempat dan waktu penelitian
C. Populasi dan sampel
1. Kriteria inklusi dan ekslusi
2. Besar sampel
D. Alur penelitian
E. Variabel penelitian
1. Identifikasi variable
2. Defenisi operasional dan kriteria obyektif
F. Pengolahan dan analisa data
G. Masalah etika
BAB V
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
C. Keterbatasan Penelitian
BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
2. Penjelasan Singkat Bagian Utama
a. Pendahuluan
Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian dan manfaat penelitian. Halaman ini harus singkat, jelas dan
Padat informasi (max. 3 halaman).
1) Latar Belakang Masalah Penelitian
2) Rumusan Masalah
10
Rumusan masalah dalam suatu penelitian diharapkan dapat memperjelas dan
melokalisir permasalahan penelitian yang telah diidentifikasi dalam latar belakang
masalah.
Syarat-syarat rumusan masalah yang baik, antara lain:
a) Dikemukakan dalam bentuk kalimat tanya; rumusan dalam kalimat tanya sangat
dianjurkan, karena dapat lebih khas dan tajam.
b) Substansi yang dimaksud harus bersifat khas, tidak bermakna ganda.
c) Bila terdapat banyak pertanyaan penelitian, sebaiknya dipertanyakan secara
terpisah, sehingga lebih mudah dimengerti dan dapat diuji dengan uji hipotesis
yang sesuai. Akan tetapi bila pertanyaan penelitian sangat banyak, tentu
berlebihan juga jika diuraikan satu persatu. Oleh karena itu, diperlukan
penggabungan menjadi kelompok-kelompok pertanyan, tetapi diterangkan
komponen-komponennya.
d) Berikan kalimat yang mengawali rumusan masalah; misalnya: Uraian singkat
dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
3) Tujuan Penelitian
Perlu disebutkan secara eksplisit; karena satu materi penelitian yang sama dapat
digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang berbeda.
Dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
a) Tujuan Umum (Ultimate goal, ultimate objective); dinyatakan secara kategoris
apakah tujuan akhir dari penelitian yang hendak dilaksanakan tersebut, yang
mungkin merupakan aspek yang lebih luas atau tujuan jangka panjang.
b) Tujuan Khusus (Spesific objectives); disebutkan dengan tajam hal-hal yang akan
langsung diukur, dinilai, atau diperoleh dari penelitian.
Contoh:
Tujuan umum:
Menurunkan angka kematian pasien DHF.
Tujuan khusus:
(a) Memperoleh data faktor risiko untuk timbulnya renjatan
berulang pada pasien DHF.
(b) Mengetahui efektifitas pemberian cairan X untuk mencegah
renjatan berulang pada pasien DHF.
Tujuan umum dan tujuan khusus yang hanya terdiri dari satu atau dua butir saja,
cukup ditulis secara naratif di dalam satu kalimat. Misalnya: Dari penelitian ini
akan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi penghentian pemberian
ASI pada masyarakat urban., yang pada gilirannya dapat dipakai sebagai
masukan untuk upaya penggalakan pemakaian ASI. Pada contoh tersebut secara
implisit tujuan khusus ditulis terlebih dahulu, diikuti tujuan umum yaitu
menunjang program penggalakan pemakaian ASI.
Pada penulisan proposal penelitian tujuan khusus ditulis dalam bentuk kalimat
aktif (eg: mengetahui, menentukan, menggambarkan, dll), namun pada penulisan
skripsi, tujuan khusus diubah dalam bentuk kalimat pasif (eg: diketahuinya,
ditentukan, digambarkan, dll).
11
4) Manfaat Penelitian
Berisi uraian mengenai manfaat apa yang diharapkan diperoleh dari penelitian yang
dilakukan nanti. Manfaat di dalam bidang akademik atau ilmiah (perkembangan ilmu
keperawatan), pelayanan masyarakat (pelayanan keperawatan), serta pengembangan
penelitian itu sendiri.
b. Tinjauan Pustaka
Berisi uraian mendalam mengenai berbagai aspek teoritis yang mendasari penelitian.
Tinjauan pustaka merinci hal-hal yang telah diuraikan dengan singkat di dalam latar
belakang masalah, juga mengenai hubungan antar variabel. Merupakan analisis dan
sintesis terhadap sumber-sumber literatur yang diperlukan untuk menggambarkan suatu
fenomena yang diketahui atau belum diketahui yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan, juga berasal dari ramuan pendapat atau mosaic hasil penelitian
terdahulu yang mendukung penelitian yang akan dilakukan.
Beberapa catatan yang perlu diperhatikan:
1) Harus dicerna dan diintrepretasi sebaik mungkin, diberi pengantar yang baik untuk
memberikan informasi yang komprehensif dan akurat.
2) Perlu kajian yang cermat (analisis dan sintesis) dalam merangkum beberapa hal,
terutama hal-hal yang kontroversi. Pendekatan meta-analysis teknik terbaik dan
paling sahih untuk mengambil kesimpulan akhir dari hal-hal yang bersifat
kontoversi, khususnya uji klinis yang kontroversial.
3) Tinjauan pustaka bukan buku ajar yang memerlukan pembahasan seluruh aspek
secara seimbang. Penekanan pertama dalam tinjauan pustaka adalah tinjauan yang
komprehensif terhadap aspek yang diteliti dengan penekanan khusus pada hubungan
antar variabel yang dipermasalahakan, serta variabel-variabel lain yang mungkin
berperan. Pengertian-pengertian dasar tetap perlu dikemukakan, tetapi tidak seperti
menulis buku ajar.
4) Seyogyanya menggunakan sumber pustaka yang terbaru (5 – 7 tahun terakhir), agar
informasi yang digunakan tidak kadaluarsa. Biasanya artikel asli dan tinjauan
pustaka dalam majalah ilmiah atau makalah dalam pertemuan ilmiah.
5) Pada pemaparan rujukan yang diambil dari penelitian lain, perlu disebutkan: area
yang diteliti, sampel dan tempat serta waktu penelitian.
6) Alur pikiran yang logis harus tetap terjaga, disamping bahasa yang taat azas, tidak
menggunakan kalimat yang terlalu panjang, kalimat yang tidak bersubyek atau ejaan
yang tidak taat azas. Begitupula dengan penulisan rujukan sangat perlu diperhatikan
dan harus taat azas.
7) Tinjauan pustaka bukan merupakan hasil copy – paste dari literatur yang
ditemukan melainkan hasil ramuan dari berbagai sumber informasi yang diramu
secara apik menggunakan bahasa peneliti sendiri sesuai kaidah bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Hal ini termuat dalam surat pernyataan keaslian atau
originalitas dari skripsi Anda yg ditempeli materai Rp. 6000 (Lampiran 4).
8) Kelalaian dalam menuliskan kutipan atau melakukan referensi dapat berakibat pada
pembatalan nilai skripsi, pemberian sanksi akademik maupun pelaporan pada
pihak yang berwajib!!!
12
9) Detail dari cara menulis referensi pada penelitian dapat dilihat pada BAB IV dari
panduan ini.
c. Kerangka Konsep
Kerangka konsep bukan alur penelitian atau kerangka desain penelitian. Kerangka
konsep berasal dari ringkasan berbagai aspek teoritis (kerangka teori) yang telah
disajikan dalam tinjauan pustaka. Biasanya dibuat dalam bentuk diagram yang
menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti dalam batas-batas ruang
lingkup penelitian. Kerangka konsep yang baik dapat memberikan informasi yang jelas
khususnya hipotesis penelitian dan bagaimana usaha mengatasi hipotesis tandingan
dalam suatu penelitian, serta mempermudah peneliti untuk memilih disain penelitian.
Diagram tidak menunjukkan populasi terjangkau, sampel, randomisasi interverensi, dan
urutan kronologis dari kegiatan penelitian.
Langkah-langkah membuat kerangka konsep:
1) Identifikasi dan klasifikasi variabel penelitian; variabel yang diteliti maupun yang
tidak diteliti, variabel utama dan klasifikasi variabel lainnya.
2) Uraikan konsep masing-masing hubungan variabel penelitian.
3) Kaitkan masalah penelitian dengan konsep yang telah diuraikan.
4) Buat beberapa diagram dan pilih diagram yang informatif dan efisien.
d. Hipotesis Penelitian
13
landasan teoritisnya ini, kemampuan analisis peneliti, termasuk di dalamnya cara
berpikir secara logis dan sistematis, baik yang diwujudkan secara lisan maupun tulisan,
merupakan hal yang amat membantu kemampuan metodologis peneliti.
Petunjuk praktis yang sederhana untuk mengembangkan landasan teori adalah
sebagai berikut:
1) Identifikasi variabel-variabel dari rumusan permasalahan penelitian,
2) Cari informasi sedalam dan seluas mungkin dari teori dan fakta penelitian yang telah
ada, yang berkaitan dengan variabel-variabel diatas,
3) Hubungkan kenyataan yang ada dengan informasi tersebut, sehingga peneliti dapat
“mereka-reka” konsep atau hubungan imajinatifnya, sehingga antara kenyataan, teori
dan permasalahan terdapat juga hubungan yang jelas.
Apabila informasi ilmiah yang ada tidak cukup tersedia, misalnya permasalahan
penelitian menyangkut suatu hal yang sama sekali baru (baik dalam substansi maupun
dalam konteks kondisonalnya), maka tidak perlu peneliti mengembangkan hipotesis.
Misalnya, pada penelitian eksploratif atau deskriptif murni. Sebaliknya, apabila cukup
tersedia informasi ilmiah, maka peneliti perlu mengembangkan hipotesis. Untuk itu
peneliti dapat mempersiapkan suatu penelitian analitik, misalnya berbagai model survey
analitik. Survey deskriptif, reviu program, penelitian sejarah, dan penelitian grounded
tidak perlu hipotesis. Dalam penelitian analitik, hipotesis merupakan suatu keharusan
mutlak.
Hipotesis kerja (hipotesis penelitian, hipotesis alternative, H1), yaitu hipotesis yang
akan dibuktikan kebenarannya dengan penelitian yang akan dilakukan Hipotesis ini
mengekspresikan macam hubungan antar variabel, yang secara klasik dirumuskan
sebagai:
14
jauh dapat menjawab permasalahan penelitian yang diajukan, dan seberapa lengkap
informasi teoritis maupun fakta penelitian terdahulu digunakan dalam
mengembangkan landasan teori bagi penyusunan hipotesis tersebut.
e. Metode Penelitian
Di bawah ini akan diuraikan komponen-komponen metode penelitian, sebagai berikut:
1) Desain Penelitian
Merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kesahihan
hipotesis. Dikemukakan dengan satu kalimat desai penelitian apa yang dipergunakan.
Desain penelitian dibagi menjadi 2 kelompok besar, termasuk dalam penelitian
keperawatan; yaitu: a) desain kualitatif, dan b) kuantitatif.
(1) Disain eksperimental merupakan desain yang umum digunakan dalam ilmu
pengetahuan alam atau ilmu dasar. Disain ini memungkinkan peneliti untuk
menegakkan hubungan sebab-akibat secara akurat dan selanjutnya
digunakan untuk meramalkan dan menjelaskan fenomena. Disain ini
ditandai oleh suatu perbandingan antara kelompok-kelompok yang sama,
manipulasi variabel bebas, pengukuran setiap variabel terikat, penggunaan
statistic inferensial, dan control ketat terhadap variabel-variabel
pengganggu.
Menurut Campbell & Stanley, disain penelitian eksperimental dapat dibagi 4
kategori, yaitu: (1) Pre-experimental designs, (2) True experimental design,
(3) Quasi-experimental design, dan (4) Correlational and ex post facto
designs.
Pre-experimental design, dapt dibagi menjadi 3 bentuk desain: (1) One-
shot case study, (2) One-group pretest posttest design, dan (3) Static group
comparison design. True-eksperimental designs, dapat dibagi menjadi 3
bentuk design: (1) Pretest-posttest control group design, (2) Solomon four-
group design, (3) Posttest-only control group design. Quasi-experimental
design, dapat dibagi 4 desain: (1) Nonrandomized pretest-posttest contol
15
group design, (2) Time-series experimental design, (3) Control group, time
series experimental design, dan (4) Equivalent time-sampling design. Disain
mana yang dipilih sangat tergantung pada tujuan penelitian dan
keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi pada saat penelitian ini
dilaksanakan.
(3) Disain cross sectional, dapat digunakan untuk studi deskriptif maupun
untuk studi eksplanatoris. Untuk studi deskriptif, hana digunakan untuk
mendeskripsi fenomena yang ditemukan, baik yang berupa faktor risiko
maupun efek atau hasil. Fenomena hasil penelitian disajikan secara apa
adanya, peneliti tidak mencoba menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut dapat terjadi, tidak perlu hipotesis dan tidak dilakukan
analisis statistic mengenai hubungan antara variable; misalnya studi
prevalens (prevalence study). Sebaliknya, untuk studi eksplanatoris
(penelitian analitik), peneliti mencoba mencari hubungan antar variable.
Dilakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan untuk menguji
hipotesis. Disini, variable bebas, variable tergantung dan variable lainnya
dinilai atau diukur pada saat yang sama.
16
(4) Disain kasus-kontrol (Case-control study) merupakan bagian dari studi
observasional analitik, yang menganalisis hubungan antara variable. Sering
pula disebut dengan nama lain, misalnya : case-comparison study, case
compeer study, case referent study atau retrospective study. Dapat dibagi
menjadi 2 bentuk, yaitu : studi kasus-kontrol dengan matching dan tanpa
matching. Pada desain ini, penelitian dimulai dengan mengidentifikasikan
subyek dengan efek (kelompok kasus), dan mencari subyek yang tidak
mengalami efek (kelompok kontrol). Selanjutnya, faktor risiko yang diteliti
ditelusuri secara retrospektif pada kedua kelompok. Dalam urutan kekuatan
hubungan sebab-akibat, desain kasus-kontrol berada di bawah desain
ekspermental dan studi kohort, akan tetapi lebih kuat daripada studi cross
sectional, karena pada studi kasus-kontrol mempunyai dimensi waktu
(sebab dan akibat mencoba diukur/dinilai pada saat yang berbeda),
sedangkan pada studi cross sectional tidak mempunyai dimensi waktu.
(5) Desain studi kohort (Cohort Study) merupakan bagian dari studi
observasional analitik, yang menganalisis hubungan antara variable. Pada
disain ini, digunakan pendekatan waktu secara longitudinal atau time period
approach, kausa (sebab) dan faktor resiko diidentifikasi terlebih dahulu,
kemudian subyek diikuti sampai periode waktu tertentu untuk melihat
terjadinya efek (akibat) atau penyakit yang diteliti. Dapat dibagi menjadi 4
bentuk, yaitu : Studi kohort prosfektif dengan pembanding internal, studi
kohort prosfektif dengan kelompok pembanding eksternal (studi kohort
ganda), studi kohort retrosfektif, dan nested case control study.
Contoh 1 :
Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol untuk menilai peran gen
ACE terhadap terjadinya hipertropi ventrikel pada penderita hipertensi.
Contoh 2 :
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan disain uji klinis
acak buta ganda untuk mengetahui pengaruh penambahan kapsul ekstrak
bawang putih pada pengobatan standar penderita preeklampsia.
Tidak jarang dalam satu penelitian diperlukan 2 atau lebih disain; untuk itu
diperlukan penjelasan disain apa yang digunakan pada setiap bagian.
Contoh 1 :
Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama merupakan studi
cross sectional untuk menentukan prevalens miokarditis pada pasien demam
tifoid. Bagian kedua merupakan suatu uji klinis acak tersamar ganda untuk
mengetahui manfaat obat X dalam pengobatan miokarditis pada pasien anak
dengan demam tifoid.
Contoh 2 :
17
Penelitian ini merupakan studi cross sectional untuk mengetahui prevalensi
kejang demam di masyarakat desa, dilanjutkan dengan studi kohort untuk
menemukan faktor risiko terjadinya epilepsy pada penderita tersebut.
18
Setiap usulan penelitian harus mencantumkan perkiraan besar sampel (bukan
jumlah sampel) minimal yang diperlukan. Rumus perkiraan besar sampel dan
perhitungannya sebaiknya disertakan.
d) Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target
dan populasi terjangkau. Kriteria ini harus relevan dengan masalah penelitian.
Kriteria eksklusi adalah kriteria untuk mengeluarkan subyek yang telah
memenuhi kriteria inklusi karena berbagai sebab, antara lain : (a) terdapat suatu
keadaan atau penyakit lain yang dapat mengganggu pengukuran maupun
interpretasi; (b) terdapat suatu keadaan yang mengganggu kemampulaksanaan; (c)
hambatan etis; dan (d) subyek menolak berpartisipasi.
4) Izin Subyek Penelitian
Semua penelitian dengan subyek manusia, baru dapat dilakukan apabila telah
diperoleh persetujuan subyek atau orang orang-orang yang bertanggungjawab atas
responden. Formulir persetujuan disertakan pada lampiran skripsi di bagian akhir.
5) Cara Kerja
Beberapa hal yang perlu dijelaskan pada cara kerja penelitian, antara lain : (a) alokasi
subyek; (b) pengukuran dan intervensi; dan (c) criteria penghentian penelitian.
Pada setiap penelitian harus disebutkan secara jelas subyek mana yang menjadi
kelompok yang diteliti dan subyek mana yang menjadi kelompok kontrol (bila ada).
Pada penelitian observasional (non-eksperimental) peneliti tidak mengalokasi subyek
terpajan dan yabg tidak terpajan, melainkan hanya mengobservasi pajanan yang
terjadi secara alamiah. Pada studi intervensional (eksperimental) peneliti
mengalokasikan subyek yang mendapat perlakuan dan mana yang tidak dapat
perlakuan. Cara alokasi tersebut harus disebutkan secara eksplisit. Cara randomisasi
(simple randomization, block randomization, stratified randomization), atau bukan
randomisasi, misalnya dengan matching.
6) Identifikasi dan Definisi Operasional
a) Identifikasi Variabel
Semua variable yang diteliti harus diidentifikasi, mana yang termasuk variabel
bebas, variabel tergantung, variabel perancu (confounding), variabel antara,
variabel moderator, variabel kendali (control) dan lain-lain.
Diagram kerangka konsep sangat membantu dalam mengidentifikasi variable.
Perlu diingat bahwa identifikasi variabel sangat tergantung pada konteksnya.
Suatu variabel dapat merupakan variabel bebas pada konteks tertentu, dan
menjadi variabel tergantung pada konteks yang lain. Identifikasi variabel
merupakan hal yang sangat penting yang menyangkut seluruh bagian penelitian,
terutama dalam pengelolaan data serta analisisnya.
19
b) Definisi Operasional Variabel
Semua konsep yang ada dalam penelitian harus dibuat batasan dalam istilah yang
operasional, agar tidak ada makna ganda. Harus didefinisikan dengan tegas
supaya kerancuan dalam pengukuran, analisis, serta kesimpulan dapat dihindari.
7) Rencana Pengelolaan dan Analisis Data
Disebutkan secara ringkas bagaimana data yang terkumpul akan diolah, dianalisis,
dan disajikan. Sebutkan jenis analisis statistika yang akan digunakan. Apabila
terdapat beberapa set variabel yang akan dianalisis, dirinci cara analisis yang akan
digunakan untuk setiap set variabel tersebut. Tentukan batas kemaknaan yang
digunakan. Program computer yang direncanakan dipakai juga perlu disebut.
f. Hasil Penelitian
1) Teknik Penulisan
Hasil merupakan bagian sentral pada laporan penelitian. Ia biasanya disajikan dalam
bentuk narasi yang dapat diperjelas dengan tabel atau gambar.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a) Dalam mengemukakan hasil tidak perlu diberikan ulasan atau komentar dan lain-
lain. Agar terdapat alur pemikiran yang mudah diikuti, diperlukan kalimat
pengantar.
b) Tidak perlu mengulang dalam naskah hal yang telah disajikan dalam tabel atau
gambar, kecuali menyebut sebagian diantaranya untuk memberi penekanan,
misalnya yang paling menonjol, controversial, dan lain-lain.
2) Bagian Deskriptif
Meskipun yang dilaporkan merupakan penelitian analitik, akan tetapi laporan tentang
hasil penelitian selalu didahului dengan penyajian deskriptif tentang pasien yang
diteliti. Oleh karena itu Tabel 1 pada makalah hasil penelitian berisi deskripsi pasien
dengan variabel-variabelnya. Variabel yang diteliti dijelaskan paling rinci. Biasanya
deskripsi tersebut mencakup jenis kelamin, umur, dan variabel lain yang relevan
dengan penelitian. Rincian dapat diperjelas dengan tabel, grafik, atau gambar.
Bila penelitian merupakan perbandingan, misalnya uji klinis, akan sangat bermanfaat
bila dilakukan tabulasi variabel sebelum terapi antara kelompok yang
diperbandingkan, apakah kedua kelompok memang benar sebanding. Hal ini tetap
dianjurkan walaupun telah dilakukan randomisasi, sebab randomisasi tidak menjamin
kedua kelompok mempunyai karakteristik yang sama, khususnya bila jumlah subyek
terbatas. Dalam perbandingan tesebut tidak perlu mencantumkan nilai uji hipotesis
(nilai p); dengan menyajikan secara deskriptif umumnya pembaca tahu apakah ada
keseimbangan yang serius antara kedua kelompok. Dalam keadaan ini, perhitungan
nilai p untuk membuktikan bahwa antara kedua kelompok tidak terdapat perbedaan
20
bermakna adalah berlebihan, bahkan mungkin keliru. Sebab, perhitungan nilai p
harus selalu mempertimbangkan nilai serta besar sampel. Bila yang dianalisis
adalah subgroup, dengan yang besar (tetapi tidak dihitung), maka nilai p > 0,05
tidak berarti apa-apa.
3) Bagian Analitik
Bagian analitik pada hasil penelitian dikemukakan dengan urutan yang logis. Analisis
bersifat lebih umum dikemukakan terlebih dahulu, disusul dengan analisis yang lebih
rinci.
Berikut ini akan dikemukakan beberapa patokan yang lazim, antara lain :
a) Bilangan yang terdiri dari satu digit (angka 9 atau kurang) yang tidak diikuti oleh
satuan (unit) dapat ditulis dengan huruf.
b) Bilangan satu digit yang diikuti dengan satuan (unit) ditulis dengan angka.
c) Bilangan yang terdiri dari 2 digit atau lebih ditulis dengan angka.
d) Bilangan pada awal kalimat tidak ditulis dengan angka, tetapi dengan huruf.
5) Statistik
a) Ketepatan Numerik
Ketepatan numerik yang terlalu rinci (misalnya 27,334%; 2560,346 gram) tidak
menambah informasi, tidak menambah nilai makalah, bahkan mungkin dapat
menyebabkan makalah menjadi tidak nyaman dibaca. Hasil yang diperoleh dari
kalkulator atau computer biasanya perlu dibulatkan. Berikut ini beberapa patokan
pembulatan :
1. Dalam menyajikan nilai rerata, SD, dan statistic lainnya harus dilihat
ketepatan data aslinya. Nilai rerata hanya perlu diberi satu decimal lebih
dari data aslinya.
2. Standard deviation (SD) dan standard error (SE) ditulis dengan satu atau
dua desimal lebih dari nilai asli.
3. Nilai t, x2 dan r hanya memerlukan dua desimal.
4. Untuk menulis persentase, jarang diperlukan lebih dari satu desimal,
kecuali bila jumlah subyek sangat besar. Bila jumlah subyek sangat kecil,
maka penulisan persen tidak diperkenankan, cukup dituliskan angka yang
diobservasi. Tidak ada kesepakatan berapa penyebut minimal agar sesuatu
21
fraksi dapat dinyatakan dalam persen, namun penyebut di atas 100 pasti
layak, dan di bawah 20 pasti tidak layak. Sebagian mengambil jalan
tengah, yakni penyebut minimal adalah 40 – 50.
b) Nilai p
Nilai p seringkali diperlukan dalam penulisan hasil penelitian.
1. Notasi p ditulis dengan huruf kecil miring.
2. Dalam menyajikan hasil uji hipotesis hendaknya dicantumkan nilai uji
statistiknya (missal t, x2), bukan hanya p saja.
3. Karena sudah menggunakan computer hendaknya mencantumkan nilai p
berdasarkan hasil perhitungan, bukan p < 0,05 atau p < 0,01 tetapi bila kecil
dari 0,0001 tidak perlu ditulis angkanya, cukup p < 0,0001.
4. Nilai p yang sudah tercantum dalam table tidak perlu diulang dalam naskah.
e) Tabel
Tabel diperlukan di semua bagian, namun yang paling sering adalah pada Bab
Hasil. Dalam penggunaan table ini perlu dipertimbangkan beberapa hal, sebagai
berikut :
1. Tabel hendaknya dibatasi untuk yang penting saja. Sebagai patokan kasar
yang sering dianggap layak adalah 1 tabel untuk tiap 1000 kata.
22
2. Tabel (juga gambar) dimaksudkan untuk memperjelas presentasi. Bila data
dapat disajikan dalam kalimat dengan singkat dan jelas, tidak perlu dibuat
tabel.
3. Tabel yang sangat rumit sering tidak memperjelas penyajian. Upayakan untuk
memecahnya menjadi dua table atau lebih.
4. Jangan menulis lengkap hasil yang telah disajikan dalam tabel. Cukup dikutip
hasil yang penting sebagai pengantar.
1. Judul tabel diletakkan ditengah (center), ukuran 10, ditulis dengan huruf
kecil, tiap awal kata dimulai dengan huruf kapital.
3. Catatan kaki dituliskan di bawah tabel sebelah kiri, dengan tanda seperlunya.
Jika menyebutkan sumber data, cantumkan jenis data, bulan dan tahun
pengambilan data. Bila ada singkatan dalam tabel, kepanjangan singkatan
harus diberikan dalam catatan-kaki, walaupun dalam naskah sudah dijelaskan.
g) Ilustrasi
Sama halnya dengan tabel, ilustrasi juga seringkali dibatasi oleh editor Cropping,
tanda-tanda, singkatan dan legenda gambar harus benar-benar diperhatikan.
Jangan sampai ada ketidaksesuaian antara naskah dengan gambar, sehingga
ilustasi yang seharusnya memperjelas naskah bahkan membuat pembaca menjadi
bingung.
g. Diskusi (Pembahasan)
Dalam tahap ini peneliti mengemukakan atau menganalisis secara mendalam
makna penemuan penelitian yang telah dinyatakan dalam tahap hasil dan
menghubungkannya dengan pertanyaan penelitian. Tidak hanya sekedar
memindahkan data yg ada pada hasil!!!! Peneliti menjelaskan apa saja hasil
temuannya dilapangan yg dijabarkan secara detail dan runut lalu dibandingkan dengan
temuan-temuan peneliti-peneliti sebelumnya. Apakah memperkuat, berlawanan, atau
sama sekali baru. Tiap pernyataan harus dijelaskan dan didukung oleh literatur yang
memadai.
h. Keterbatasan Penelitian
Dalam pembahasan ini perlu pula dikemukakan juga keterbatasan penelitian, baik dalam
disain maupun dalam eksekusinya. Tidak jarang disain suatu penelitian secara inheren
mengandung kelemahan, dan pelaksanaan penelitian tidak selalu sesuai dengan dengan
yang direncanakan, misalnya banyak data yang tidak lengkap karena kehilangan jejak.
Hal-hal tersebut harus dinyatakan dan dibahas dampaknya terhadap hasil. Peneliti harus
23
jujur bila dia mengetahui terdapat kelemahan dalam penelitiannya, dia harus menyebut
dan membahasnya, bukan membiarakan dengan harapan orang lain tidak melihatnya.
24
hal yang berupa simpulan harus yang benar-benar didukung oleh data yang
diperoleh dalam penelitian. Saran, usul atau perkiraan dapat dikemukakan,
namun bukan sebagai simpulan. Apabila cukup alasan untuk menganjurkan
pembaca agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu, maka penelitian
harus mengemukakannya dengan wajar. Bila masih terdapat hal-hal yang
controversial, maka dapat diusulkan untuk dilakukan penelitian lanjutan.
Kemampuan peneliti untuk menyatakan makna penemuannya tidak kalah
pentingnya dengan kemampuannya merancang dan melaksanakan penelitian.
1. Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan cermat, sesuai dengan system referensi
APA (American Psychology Association). Kesesuaian antara kutipan dalam naskah dengan
daftar pustaka, mutlak adanya. Semua literature yang tercantum baik pada penadhuluan,
tinjauan pustaka, maupun pembahasan, harus dituliskan pada daftar pustaka. Kadang-
kadang penulis mengemukakan 16 kutipan di dalam naskah proposal atau skripsi, namun di
daftar pustaka hanya ada 7; atau sebaliknya, kutipan dalam naskah hanya 8 di dalam daftar
pustaka ada 23. Hindari praktek seperti ini karena akan mempengaruhi penilaian skripsi.
Daftar pustaka tidak hanya yang bersangkutan dengan substansi yang diteliti,
melainkan juga dapat metodologi dan teknik statistika yang dipergunakan. Lebih lanjut
mengenai cara penulisan atau sistem referensi APA yg digunakan, dapat dilihat pada BAB
IV dari buku panduan ini.
3. Lampiran
Data dasar, rumus sampel dan perhitungannya, rumus statistika, tabel prosedur
dan lain-lain yang relevan dapat disertakan. Daftar nama repsonden, baik inisial
maupun nomor rekam medis, alamat jelas atau identitas lain yang dapat memberi
informasi ttg siapa sebenarnya responden tidak boleh dituliskan!!!
Bidang pengetikan berjarak 4 cm dari tepi atas kertas, 4 cm dari tepi kiri, 3 cm tepi kanan,
dan 3 cm dari tepi bawah kertas. Setiap halaman hendaknya tidak berisi lebih dari 26 baris
(untuk teks dengan spasi ganda). Sebuah paragraph hendaknya tidak dimulai pada halaman
yang hanya memuat kurang dari tiga baris. Hendaknya dicetak dengan printer deskjet,
inkjet atau laser.
2. Jenis huruf
25
Hendaknya diketik dengan komputer, menggunakan program Windows, dengan jenis huruf
(font) Times New Roman atau Arial. Jenis huruf ini disebut huruf proporsional, karena
jarak antar huruf tergantung pada besar kecilnya huruf tersebut.
3. Ukuran huruf
Judul bab, judul sub bab, teks induk, abstrak, lampiran, daftar rujukan menggunakan
ukuran huruf 12 point.
Kutipan blok, abstrak makalah dan artikel, judul tabel, judul bagan/gambar, teks
tabel, teks bagan/gambar, catatan akhir, catatan kaki, indeks, header, footer menggunakan
ukuran huruf 10 point.
4. Modus huruf
Penggunaan huruf normal, miring (italic) tebal (bold) dan garis bawah (underline)
sebagai berikut:
a) Normal
Teks induk, abstrak, kata-kata kunci, tabel, gambar, bagan, catatan, lampiran.
b) Miring
Kata non Indonesia (bahasa asing atau bahasa daerah). Istilah yang belum lazim.
Bagian penting (untuk bagian penting tidak boleh digunakan bold-normal, tetapi
boleh italic-bold). Contoh yang disajikan pada teks utama. Judul subbab peringkat 4
pada alternative 1. Judul buku, jurnal, majalah dan surat kabar dalam teks utama
dalam daftar rujukan.
c) Tebal
Judul bab, judul subbab (heading). Bagian penting dari suatu contoh dicetak bold-
italic.
d) Garis bawah
Garis bawah tidak boleh dipergunakan, kecuali dalam hal-hal yang amat khusus.
Garis bawah dipergunakan untuk teks yang dicetak dengan huruf mesin ketik. Pada
teks yang dicetak dengan Times New Roman, garis bawah diganti dengan huruf
miring (italic).
5. Spasi
a. Antarbaris. Dicetak dengan spasi 2 (ganda), kecuali keterangan gambar, grafik,
lampiran, tabel, dan daftar rujukan dicetak dengan spasi tunggal. Judul bab dicetak
turun 4 spasi dari garis tepi atas bidang ketikan. Jarak antara akhir judul bab dan awal
teks adalah 4 spasi. Jarak antara akhir teks dengan subjudul 3 spasi dan jarak antara
subjudul dengan awal teks berikutnya 2 spasi. Jarak antara paragraf sama dengan jarak
antarabaris, yaitu 2 spasi. Jarak antara satu macam bahan pustaka dengan bahan pustaka
lain dalam daftar rujukan menggunakan spasi ganda (2 spasi).
b. Antarkata. Spasi antara dua kata tidak boleh terlalu renggang. Spasi yang dibolehkan
maksimal sama dengan satu huruf. Tepi kanan boleh rata (full justification) atau tidak
rata. Jika tepi kanan rata harap diupayakan spasi antarkata cukup rapat. Agar spasi antar
kata cukup rapat, kata yang terletak di pinggir jika perlu diputus menurut suku katanya
(fasilitas hypernation diaktifkan: on) mengikuti kaidah bahasa Indonesia yang baku.
26
Tanda pisah (dash) dalam huruf proporsional (seperti Times New Roman)
dinyatakan dengan satu garis panjang (_). Tanda pisah hendaknya rapat (tidak diberi
spasi) dengan kata yang mendahului dan megikutinya.
Tanda butir nonhierarkis dengan garis pendek (-) tidak boleh digunakan, dan hendaknya
dinyatakan dengan tanda built (berbentuk bulat atau persegi).
Contoh:
Hal-hal berikut yang perlu diperhatikan dalam memilih kertas untuk tugas akhir:
Jenis
Ukuran
Bobot
Bukan (X)
- Jenis
- Ukuran
- Bobot
1. Penggunaan Bahasa
Hendaknya menggunakan bahasa yang jelas, tepat, formal, dan lugas. Kejelasan dan
ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas dan
tepat, kalimat yang tidak berbilit-belit, dan struktur paragraf yang runtut.
Kelugasan dan keformalan gaya bahasa diwujudkan dengan menggunakan kalimat pasif,
kata-kata yang tidak emotif, dan tidak berbunga-bunga. Hindarilah penggunaan seperti
saya atau kami atau kita. Jika terpaksa menyebutkan kegiatan yang dilakukan oleh
penulis sendiri, istilah yang dipakai bukan kami, atau saya, melainkan penulis atau
peneliti. Namun, istilah penulis atau peneliti seyogyanya digunakan sedikit mungkin.
27
Penulisan tanda baca, kata, dan huruf mengikuti Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan, Pedoman Pembentukan Istilah, dan Kamus (keputusan
Mendikbud, Nomor 0543a/487, tanggal 9 September 1987).
Beberapa kaidah berikut ini perlu diperhatikan:
1. Titik (.), koma (,) titik dua (:), tanda seru (!), tanda tanya (?), dan tanda persen (%)
diketik rapat dengan huruf yang mendahuluinya.
2. Tanda kutip (“….”) dan tanda kurung ( ) diketik rapat dengan huruf dari kata atau
frasa yang diapit.
3. Tanda hubung (-), tanda pisah (__), dan garis miring (/) diketik rapat dengan huruf
yang mendahului dan mengikutinya.
4. Tanda sama dengan (=), lebih besar (>), lebih kecil (<), tambah (+), kurang (-), kali
(x), dan bagi (:) diketik dengan spasi satu ketukan sebelum dan sesudahnya.
5. Tanda bagi (:) yang dipakai untuk memisahkan tahun penerbitan dengan nomor
halaman pada rujukan diketik rapat dengan angka yang mendahului dan
mengikutinya.
1. Penulisan Tabel
Penggunaan tabel dapat dipandang sebagai salah satu cara yang sistematis untuk
menyajikan data statistic dalam kolom-kolom dan jalur-jalur, sesuai dengan
klasifikasi masalah. Dengan menggunakan tabel, pembaca akan dapat memahami
dan menafsirkan data secara cepat, dan mencari hubungan-hubungannya.
Tabel yang baik seharusnya sederhana dan dipusatkan pada beberapa ide.
Memasukkan terlalu banyak data dalam suatu tabel dapat mengurangi nilai penyajian
tabel. Lebih baik menggunakan banyak tabel daripada menggunakan sedukit tabel
yang isinya terlalu padat. Tabel yang baik hasur dapat menyampaikan ide dan
hubungannya secara efektif.
Jika suatu tabel cukup besar (lebih dari setengah halaman), maka tabel hasrus
ditempatkan di halaman tersendiri; dan jika tabell cukup pendek (kurang dari
setengah halaman) sebaiknya diintegrasikan dengan jelas.
Tabel harus diberi identitas (berupa nomor dan nama tabel) dan ditempatkan di atas
tabel. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah perujukan. Bila tabel lebih dari satu
halaman, maka bagian dari kepala tabel (termasuk teksnya) harus diulang pada
halaman berikutnya, tuliskan Lanjutan Tabel … pada tepi kiri, tiga spasi dari garis
horizontal teratas tabel. Hanya huruf pertama kata tabel ditulis dengan menggunakan
huruf besar. Kata “Tabel” ditulis di pinggir, diikuti nomor dan judul tabel. Judul tabel
ditulis dengan huruf besar pada huruf pertama setiap kata kecuali kata penghubung.
Jika judul tabel lebih dari satu baris, baris kedua dan seterusnya ditulis sejajar dengan
huruf awal judul dengan jarak satu spasi. Judul tabel yanpa diakhiri tanda titik.
Berilah jarak 3 spasi antara teks sebelum tabel dan teks sesudah tabel. Nomor tabel
ditulis dengan angka Arab sebagai identitas tabel.
28
2. Penyajian Gambar
Istilah gambar mengacu pada foto, grafik, chart, peta, sket, diagram, bagan, dan
gambar lainnya. Gambar dapat menyajikan dalam bentuk-bentuk visual yang dapat
dengan mudah dipahami. Gambar tidak harus dimaksudkan untuk membangun
deskripsi, tetapi dimaksudkan untuk menekankan hubungan tertentu yang signifikan.
Gambar juga dapat digunakan untuk menyajikan data statistic berbentuk grafik.
BAB IV
CARA MENULIS REFERENSI DAN DAFTAR PUSTAKA
Contoh:
Smith (2000) dalam studi terbarunya menuliskan bahwa, peletak dasar gerakan
keperawatan modern adalah Florence Nightingale.
atau
Disebutkan dalam sebuah studi keperawatan terbaru (Smith, 2000), gerakan keperawatan
modern pertama kali dicetuskan oleh Florence Nightingale.
30
Kutipan langsung adalah anda mengcopy-paste (maksimum 40 kata saja!!!) apa yang
ditulis oleh penulis asli yang anda rasa sangat penting dimasukkan ke dalam tulisan Anda.
Untuk penulisan ilmiah, maksimal anda hanya boleh melakukannya tidak lebih dari 5
kali kutipan langsung. Kalimat yang dikutip sama persis diberi tanda satu kutip (”.......”)
pada bagian awal dan akhir kutipan. Nama belakang penulis, tahun publikasi serta nomor
halaman harus dicantumkan.
Contoh:
”Program Studi Ilmu Keperawatan pertama kali dibuka pada tahun 1985 di Universitas
Indonesia”(FIK UI, 2002, p.3).
atau
”Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil menjalankan program keluarga
berencana” (Hudson & Bolton, 1997, p. 9).
3. Merangkum secara keseluruhan isi sebuah karya tulis (hanya ide atau konsep)
Dalam hal ini anda tidak perlu mencantumkan nomor halaman karena Anda
menyimpulkan secara keseluruhan isi dari penulis tersebut.
Contoh:
Larsen dan Greene (2005) melakukan studi tentang efek polusi udara pada tiga kota
besar...
Teori relativitas dijabarkan secara gamblang oleh Einstein (1930) dalam bukunya yang
berjudul.......
4. Mengutip dari sebuah artikel dalam jurnal (baik jurnal cetak maupun online)
Jika anda melakukan kutipan secara langsung, maka harus tetap mencantumkan nomor
halaman.
Contoh:
Jika hanya ide secara keseluruhan saja, maka tidak perlu mencantumkan nomor halaman.
Contoh:
(Malarangeng, 2004).
5. Jika merujuk lebih dari satu karya tulis dengan penulis berbeda tapi memiliki ide
yang sama.
31
Pisahkan nama penulis tersebut menggunakan tanda titik koma (;) atau menggunakan
kata dan. Nama penulis disusun menurut tahun.
Contoh:
Anh (2001), Julia (2003) dan Dinosius (2007) ketiganya mendemosntrasikan bahwa...
(Catatan: Nama penulis ditulis lengkap maksimal tiga orang penulis saja. Jika lebih
dari tiga orang penulis, maka gunakan hanya nama penulis pertama diikuti et al.)
Contoh:
8. Jika satu penulis memiliki lebih dari satu karya tulis ditahun yang berbeda-beda:
Susun kutipan menurut tahun dipublikasikan (terlama ke terbaru):
Contoh:
9. Jika ada dua penulis yang memiliki nama belakang sama dan tahun publikasi yang
sama:
Gunakan inisial nama pertama mereka untuk menunjukkan penulis yang berbeda:
Contoh:
Teori ini pertama kali dikembangkan di abad ini (Kalla, J, 2002) akan tetapi dalam
perkembangan selanjutnya ditolak dengan beberapa alasan mendasar (Kalla, Z, 2002).
10. Jika penulis mempublikasikan lebih dari satu karya tulis pada tahun yang sama
Tambahkan huruf a, b, c, d setelah tahun publikasi.
32
Contoh:
Litteaur (2004a, 2004b, 2004c) melengkapi jumlah tulisan tentang jenis-jenis karakter
individu. Atau
Karakter individu dijelaskan Litteaur (2004a) dalam bukunya yang berjudul Personality
Plus. Oleh Litteaur (2004b) buku ini kemudian direvisi dan mengalami perubahan secara
signifikan terutama pada bagian karakter Sanguin. Tidak lama berselang, terjadi lagi
revisi pada buku ketiga Litteaur (2004c) yang menambahkan kelemahan dari karakter
Melankolik.
Sebuah penelitian tentang biokimia molekuler oleh Bradford (n.d) menunjukkan bahwa....
atau
Catatan: Jika tidak terdapat tahun penerbitan, lebih baik dihindari sebagai sumber
referensi!!
12. Jika tidak ada nama penulis maupun nama organisasi yang bertanggungjawab
Diusahakan untuk mencari tahu nama penulis atau organsisasi yang bertanggung jawab
jika anda ingin menggunakan sumber referensi untuk mendukung tulisan anda. Catatan:
Jika Anda tidak dapat menemukan siapa yang bertanggungjawab mengeluarkan
informasi tersebut, ada baiknya Anda tidak menggunakannya sebagai bahan
referensi.
Contoh:
Kemajemukan suatu bangsa bisa menjadi pemecah belah persatuan jika pemerintah tidak
mampu mengelola perbedaan tersebut (Universitas Hasanuddin, 2006).
(Catatan: Smith adalah penulis asli, sedangkan Basset adalah penulis kedua yang
mengutip pernyataan Smith).
atau:
Penelitian yang dilakukan oleh Smith (dikutip dalam Basset, 2007) menemukan bahwa...
Referensi dalam bentuk konteks kalimat, harus mencantumkan nama penulis, tahun dan
halaman untuk mempermudah pembaca mengklarifikasi data anda.
Contoh:
Jika sumber data adalah bukan milik si penulis, maka itu berubah menjadi sumber
sekunder dan harus mengikuti kaidah berikut:
Contoh:
Jika ada nama penulisnya, maka kutip seperti halnya mengutip sebuah buku:
(Manggabarani, 2008).
Contoh:
34
In text citatation idealnya memiliki nomor halaman, tetapi dokumen dari internet jarang
memiliki nomor halaman. Oleh karena itu, maka informasi yang harus dicantumkan
adalah nama penulis atau nama organisasi yang bertanggung jawab untuk website
tersebut dan tahun dibuat/direvisi dari dokumen tersebut.
Contoh:
(Waskito, 2008).
atau
Jika nama penulis tidak ada, maka cantumkan URL website resmi saja (bukan
website lengkap):
Contoh:
Catatan: Sumber dari internet harus dipilah-pilah, tidak diperkenankan mengutip dari
sumber website pribadi ataupun blog pribadi seseorang yang tidak sahih karena bukan
merupakan bidang keilmuannya masing-masing. Website yang perlu dihindari sebagai
sumber referensi adalah: blogspot, wordpress, wikipedia, facebook, friendster, multiply,
etc.
Contoh:
35
1. Daftar pustaka disusun secara alfabet menurut nama belakang penulis.
2. Jika sebuah informasi sumber melebihi satu baris kalimat, maka baris berikutnya harus
diberi jarak satu tab space (barisnya agak masuk kedalam).
3. Judul buku harus menggunakan huruf miring. Untuk judul atau subjudul dan nama kota
ataupun orang menggunakan minimal kapitalisasi (huruf besar hanya pada kata pertama,
kata-kata selanjutnya menggunakan huruf kecil).
4. Judul artikel diberi tanda ’satu kutip’ dan juga minimal kapitalisasi (hanya kata pertama
yang diberi huruf besar).
5. Nama jurnal harus dalam huruf miring. Menggunakan maksimal kapitalisasi (semua
huruf awal pada setiap kata dimulai dengan huruf kapital).
6. Jika nama penulis lebih dari tiga orang, cantumkan semua nama belakang penulis secara
lengkap bukan hanya sekedar et al.
Buku
Tampilkan informasi detail menurut urutan berikut:
Penulis, Inisial., (Tahun). Judul buku (tidak perlu menggunakan huruf capital pada setiap
kata). Edisi. Penerbit: Tempat.
Curthoys, A. (2007). ’History and identity’ dalam Hudson, W. & Bolton, G. (editor),
Creating Australia; Changing Australian history. Allen & Unwin Press: Australia.
36
Elektronik Book (E-book)
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
Penulis, Tahun, Judul buku, [tipe media], Tanggal akses, <website lengkap>
Contoh:
Donaghy, B. (2004). ’National meeting set to review tertiary admissions’, Campus News,
3-9 Maret, p. 3.
atau:
Rahardjo, S. (15 Maret 2008). ‘Laju inflasi perekonomian Indonesia kembali terpuruk’,
Tribun Timur, p.23.
Nama penulis tidak dicantumkan dalam artikel surat kabar (ganti dengan judul)
Contoh:
Indonesia mendapat posisi terhormat di bidang olahraga sepak takraw. (30 February,
2004) Tribun Timur, p.21.
37
(Catatan: Jika tidak ada nama penulis, maka judul artikel koran yang ditempatkan
pertama)
Sumber yang diambil dari film, video, televisi dan program radio
Contoh:
Silalahi, R. (Executive Producer). (11 Oktober, 2003). Liputan 6 Siang [Siaran Televisi].
SCTV: Jakarta.
Contoh:
Format:
Penulis, Inisial nama pertama. (Tahun). Judul artikel, Nama dan Sponsor Website,
diakses tanggal, URL <alamat situs secara lengkap>.
Contoh:
Atau:
Format:
Penulis, Inisial Tahun, ’Judul makalah’, Materi dipresentasikan dalam Nama seminar,
Tanggal dan tahun seminar, Institusi Pelaksana, Tempat, page.
Contoh:
Sirajuddin, I.A. (2008). ’Peran pemerintah kota Makassar dalam pelaksanaan layanan
kesehatan gratis bagi masyarakat miskin’, Materi dipresentasikan dalam Seminar
nasional keperawatan komunitas, 11-12 Januari 2008, Ikatan Perawat Kesehatan
Komunitas, Makassar, p. 12-19.
Karya Terjemahan
Contoh:
Ary, D., Jcobs, L.C.& Razavieh, A. (2008). Pengantar Penelitian Pendidikan.
Terjemahan oleh Arief Furchan. Usaha Nasional: Surabaya.
Contoh:
Pangribuan, T. (2002). Perkembangan Kompetensi Kewacanaan Pembelajar Bahasa
Inggris di LPTK. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Program Pascasarjana IKIP
MALANG.
39
Lampiran 1: Contoh halaman sampul proposal penelitian
Proposal Penelitian
Oleh:
40
ALISHA NADIA MUSTIKA
C12106032
Halaman Persetujuan
Oleh
ALISHA NADIA MUSTIKA
C12106032
Dosen Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
41
Nurhaya Nurdin, S.Kep.,Ns.,MN Inchi Kurniati Kusri, SRN.,S.Kep.Ns
Diketahui,
Halaman Pengesahan
Pada
Oleh
ALISHA NADIA MUSTIKA
C12106032
LULUS
Tim Penguji Akhir:
42
Penguji I : Takdir Tahir, S.Kep.,Ns.M.Kes .............................................................
Mengetahui,
Nama :
Nomor mahasiswa :
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi
ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus
bersedia menerima saknsi yang seberat-beratnya atas perbuatan tidak terpuji tersebut.
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan sama sekali.
Makassar,
43
Lampiran 5: Contoh Abstrak (Times New Roman ukuran 10)
ABSTRAK
Latar belakang: Memberikan ASI Ekslusif adalah kewajiban setiap ibu terhadap bayinya. Namun, pada
kenyataannya masih banyak ibu yang melalaikan tanggung jawab dikarenakan kurangnya informasi yang memadai
mengenai apa itu ASI Eksklusif dan pentingnya ASI Eksklusif bagi kecukupan nutrisi bayi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian edukasi kesehatan promotif terhadap
peningkatan pengetahuan ibu hamil trimester ketiga dalam hal pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Kassi-Kassi, Makassar.
Metode: Desain penelitian menggunakan metode Pre-Experimental Design, dalam bentuk One Group Pretest-
Posttest Design. Intervensi berupa edukasi kesehatan promotif selama 40 menit tentang ASI Eksklusif, yang
dilakukan dengan didahului pre test dan diakhiri dengan post test untuk mengevaluasi pencapaian intervensi
edukasi. Sampel pada penelitian ini berjumlah 45 orang ibu hamil trimester ketiga (7-9 bulan) yang memeriksakan
kehamilannya di PKM Kassi-Kassi, Makassar.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh hasil yaitu terjadi peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang ASI Eksklusif
setelah pemberian intervensi edukasi kesehatan promotif, dimana terjadi peningkatan pengetahuan pada 87% sampel
dari total sampel yang diteliti.
44
Kesimpulan & Saran: Disimpulkan bahwa pemberian edukasi kesehatan promotif dapat meningkatkan level
pengetahuan ibu hamil dalam bidang kesehatan. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan transfer
informasi tersebut ditinjau dari aspek petugas kesehatan, peserta didik, instrumental (media dan metode edukasi),
timing, serta lingkungan fisik tempat dimana edukasi kesehatan dilaksanakan. Oleh karena itu strategi edukasi
kesehatan yang ampuh perlu digalakkan dengan memperhatikan beberapa aspek tersebut diatas, sehingga
penyebarluasan dan edukasi mengenai pentingnya ASI Eksklusif dapat menjadi lebih efektif dan tepat sasaran.
45