Anda di halaman 1dari 3

BIMBINGAN SPIRITUAL MENJELANG AJAL

Berbagai semangat dan motivasi sangat diperlukan untuk membangun rasa kepercayaan diri,
kepasrahan, ketenangan dan kebahagian lahir batin bagi pasien-pasien di rumah sakit baik itu pasien
dengan penyakit kronis, terminal maupun pasien menjelang ajal. Bimbingan spiritual ternyata
berdampak kepada peningkatan kesembuhan dan motivasi pasien.

Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan spiritual jelas dapat memberikan nilai tambah dalam
hal pelayanan bagi pasiennya. Manfaat yang akan diperoleh:

1. Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang sedang
sakit.
2. Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan kepercayaan
pasien.
3. Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi pasien di
tempat kerjanya.
4. Rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat.

Dukungan spiritual yang diberikan pada pasien dengan kondisi tersebut sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan spiritualnya. Bantuan spiritual itu meliputi :

1. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana klien


selanjutnya menjelang kematian.
2. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan agama dalam hal untuk memenuhi kebutuhan
spiritual.
3. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.

Klien dengan kondisi penyakit terminal mungkin mencari untuk menemukan tujuan dan makna
hidup sebelum menyerahkan diri kepada kematian. Klien mungkin minta pengampunan baik dari yang
maha kuasa atau dari anggota keluarga.

Perawat dan keluarga memberikan ketenangan spiritual dengan menggunakan ketrampilan


komunikasi, empati, berdoa dengan klien, membaca kitab suci, atau mendengarkan musik.
Memberikan ketenangan spiritual mempunyai arti lebih besar dari sekedar kunjungan rohaniawan.
Perawat dapat member dukungan kepada klien dalam mengekspresikan filosofi kehidupan. Ketika
kematian mendekat, klien sering mencari ketenangan dengan menganalisis nilai dan keyakinan yang
berhubungan dengan hidup dan mati. Perawat dan keluarga dapat membantu klien dengan
mendengarkan dan mendorong klien untuk mengekspresikan tentang nilai dan keyakinan.

Bimbingan spiritual pada kondisi pasien menjelang ajal tidak jauh berbeda dengan kondisinya saat
mengalami fase penyakit terminal. Pasien tetap diberikan dukungan spiritual untuk meningkatkan
kekuatan spiritualnya. Klien pada fase ini membutuhkan dukungan spiritual yang dapat berupa love
(kasih sayang), trust (kepercayaan), hope (harapan), forgiveness (permohonan maaf), dan meaning
(pengertian).

Pemberian bimbingan rohani diberikan secara khusus pada pasien khusus yang menganut agama
tertentu. Dalam pemberian bimbingan rohani tersebut terdapat prosedur khusus yang dilakukan pada
kepercayaan tertentu. Jika kondisi pasien kritis, dokter akan secara resmi menuliskan namanya
di daftar kritis. Kemudian keluarga dan pemuka agama akan diberitahu.

Jika pasien Katolik tampak sedang menyongsong ajal, seorang pendeta harus dipanggil untuk
melakukan sakramen orang sakit. Akan lebih baik jika keluarga hadir dan meninggalkan ruangan pada
saat dilakukan pengakuan dosa. Penganut agama Katolik dan keluarga menganggapnya sebagai suatu
keistimewaan karena memiliki kesempatan untuk mengaku dosa ketika masih memiliki kemampuan.
Sementara hampir semua agama lainnya tidak memiliki ritual khusus seperti sakramen ini, oleh sebab
itu pemberian privasi pada pasien dan keluarga adalah hal yang penting. Pembacaan kitab suci, jika
diminta, dapat menjadi bantuan spiritual untuk melalui saat-saat kritis ini.

Peran Perawat dalam Mendampingi Pasien Sakaratul Maut atau Menjelang Ajal

Karena batapa sakitnya proses sakaratul maut itu, maka perawat muslim memiliki peran dalam
mendampingi pasien muslim dalam proses sakaratul maut, antara lain sebagai berikut :
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Tuhan.
Pada sakaratul maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Tuhan.
2. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut
Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau
minuman. Kemudian juga membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air. Karena bisa
saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya, sehingga sulit untuk
berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit
yang dialami orang yang mengalami sakaratul maut.
3. Mengajarkannya atau mengingatkannya untuk mengucapkan doa-doa
Perawat dapat membimbing mengucapkan doa-doa dilakukan pada pasien terminal menjelang
ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang terakhir. Dalam keadaan yang
seperti itu peran perawat disamping memenuhi kebutuhan fisiknya juga harus memenuhi
kebutuhan spiritual pasien agar diupayakan meninggal dalam keadaan tenang.
4. Mendoakannya agar dosanya diampuni dan dimudahkan keluarnya roh.
Di samping berusaha memberikan sentuhan, perawat perlu berkomunikasi terapeutik untuk
membantu menenangkan pasien yang sedang skaratul maut.

Anda mungkin juga menyukai