Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG SOAL


CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS V SD N 1 KEDUNGWINANGUN
TAHUN AJARAN 2015/2016

Bagus Santoso1, Wahyudi2, Kartika Chrysti Suryandari3


PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer Kebumen
e-mail: bagussantos1897@gmail.com
1 Mahasiswa, 2,3 Dosen PGSD FKIP UNS

Abstract: The Application of Problem Based Learning Model in Improving


Mathematics Learning about Fraction Problem for the Fifth Grade Students of
SD Negeri 1 Kedungwinangun in the Academic Year of 2015/2016. The
objective of this research is to improve Mathematics learning about fraction
problem through the application of Problem Based Learning for the fifth grade
students of elementary schools. This research is a collaborative Classroom Action
Research (CAR) conducted within three cycles. Each cycle consisted of planning,
action, observation, and reflection. Techniques of collecting data were
observation, interview, documentation, and test. The results of this research show
that: the application of Problem Based Learning model can improve Mathematics
learning about fraction problem for the fifth grade students of SD Negeri 1
Kedunfwinangun in the academic year of 2015/2016.

Keywords: learning model, Problem Based Learning, fraction

Abstrak: Penerapan Model Problem Based Learning dalam Peningkatan


Pembelajaran Matematika tentang Soal Cerita Pecahan pada Siswa Kelas V
SD N 1 Kedungwinangun Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini bertujuan
untuk meningkatkan pembelajaran tentang soal cerita pecahan dengan
menerapkan model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD. Penelitian
ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif yang dilaksanakan dalam tiga
siklus. Masing-masing siklus mencakup tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
wawancara, dan dokumentasi, dan tes. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan model Prblem Based Learning dapat meningkatkan pembelajaran
tentang soal cerita pecahan pada siswa kelas V SD N 1 Kedungwinangun tahun
ajaran 2015/2016.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Problem Based Learning, Pecahan.

PENDAHULUAN menjadi individu yang berkualitas dan


Pendidikan dapat dikatakan dapat mengembangkan potensi
sebagai salah satu kebutuhan manusia dirinya agar dapat menjadi individu
yang harus diperoleh sejak dini. yang berguna bagi masyarakat,
Dengan memperoleh pendidikan, bangsa dan negara. Pendidikan
manusia dapat meningkatkan dirinya Nasional Undang-Undang No. 20
713
714 Penerapan Model Problem Based Learning

Tahun 2003 bertujuan untuk memfasilitasi penyelidikan dan dialog


mengembangkan potensi peserta didik (Hamdani, 2011: 87).
agar menjadi manusia yang beriman Model pembelajaran yang
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang sesuai dengan uraian di atas salah
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, satunya adalah dengan menggunakan
berilmu, cakap, kreatif, man- model Problem Based Learning atau
diri, dan menjadi warga negara yang pembelajaran berbasis masalah
demokratis serta bertanggung- dimana guru memberikan contoh
jawab. Terutama pada pembelajaran masalah yang dialami oleh siswa
Matematika. sehari-hari, sehingga terjadi proses
Matematika merupakan bidang pembelajaran yang bermakna dan
studi yang berguna dan memban- perubahan paradigm dimana biasanya
tu dalam menyelesaikan berbagai dalam pembelajaran hanya ter-
masalah dalam kehidupan sehari-hari pusat pada guru (teaching centered)
yang berhubungan dengan hitung- berubah menjadi pembelajaran
menghitung atau yang berkaitan yang terpusat pada siswa (teaching
dengan urusan angka-angka berbagai centered). Amir (2015: 24)
macam masalah, yang memer- menjelaskan pelaksanaan model
lukan suatu keterampilan un- Problem Based Learning (PBL)
tuk memecahkannya (Susanto, 2015: antara lain: (1) mengklarifikasi ist-
95). Oleh karena itu, pembelajaran ilah dan konsep yang belum
Matematika menuntut guru untuk jelas, (2) merumuskan masalah, (3)
dapat melaksanakan pembelajaran menganalisis masalah, (4) menata
sesuai dengan karakteristik siswa SD gagasan dan secara siste-
yang Masih dalam tahap operasional matis menganalisisnya dengan
konkret. dalam, (5) memformulasikan tujuan
Siswa kelas V SD rata-rata pembelajaran, (6) mencari informasi
berusia 9-12 tahun, tergolong pada tambahan dari sumber yang lain, (7)
masa belajar yang memiliki rasa ingin mensintesa (menggabungkan) dan
tahu besar dengan cara ber- menguji informasi baru, dan membuat
fikir yang konkret. Siswa mampu ber- laporan.
fikir logis secara sistematis untuk Berdasarkan pengamatan pada
dapat memecahkan masalah yang ada, kegiatan pembelajaran, dan dokumen
dengan tetap memperhatikan kondisi data nilai siswa maka diperoleh
fisik dan persepsi siswa. Maka dari informasi bahwa pembelajaran
itu, idealnya pembelajaran Matema- Matematika yang dilakukan, guru
tika pada kelas V SD meng- belum menggunakan model
gunakan model dan media yang dapat pembelajaran yang menarik dan
memunculkan minat untuk mencapai inovatif, guru hanya menggunakan
tujuan belajar yang diharapkan. Salah metode ceramah dan tanya jawab.
satu model yang dapat memunculkan Metode tersebut didominasi oleh guru
minat yaitu model Problem Based (single actor) dan didominasi oleh
Learning menekankan masalah latihan soal tanpa adanya aktivitas
kehidupan yang bermakna bagi siswa belajar yang menyenangkan.
dan peran guru dalam menyajikan Pembelajaran yang dilaksana-
masalah, mengajukan pertanyaan, dan kan dengan tanpa menggunakan
KALAM CENDEKIA, Volume 4, Nomor 6.1, hlm. 713 – 718 715

model menyebabkan siswa merasa Data yang digunakan dalam


sulit menerima materi pelajaran penelitian ini berupa data kuantitatif
karena pembelajaran yang kurang (data hasil belajar siswa pada
bermakna (meaningful), siswa kurang pembelajaran pecahan) dan data
berperan aktif dalam pembelajaran, kualitatif (data hasil observasi, hasil
siswa kurang antusias terutama wawancara, dan dokumen yang
ketika pembelajaran Matematika terkait dengan penerapan model
berlangsung. Seringkali siswa terli- pembelajaran Problem Based
hat jenuh dan mengantuk saat Learning pada pembelajaran soal
pembelajaran. Permasalahan terse- cerita pecahan). Sumber data yaitu
but berdampak pada hasil belajar guru kelas V SD, siswa kelas V SD,
Matematika yang rendah. observer, peneliti, dan dokumen.
Berdasarkan kenyataan dan Teknik pengumpulan data
permasalahan yang ada, peneliti menggunakan teknik tes dan nontes
mencoba mengadakan penelitian tin- (observasi, wawancara, dan
dakan kelas dengan judul “Penerapan dokumentasi). Hal tersebut sesuai
Model Problem Based Learning dengan pendapat Arifin (2012:
dalam Peningkatan Pembelajaran 117). Teknik uji validitas data
Matematika tentang Soal Cerita menggunakan triangulasi sumber dan
Pecahan pada Siswa Kelas V SD N 1 triangulasi teknik. Analisis data
Kedungwinangun Tahun Ajaran dilakukan menggunakan tiga tahapan
2015/2016”. Penelitian ini diharapkan yaitu reduksi data, penyajian data dan
dapat meningkatkan hasil belajar penarikan kesimpulan. Penelitian ini
siswa pada mata pelajaran direncanakan selama 3 siklus. Setiap
Matematika. siklus terdiri dari 2 pertemuan.
Tujuan dilaksanakan penelitian Penelitian yang akan dilaksanakan
ini yaitu: untuk meningkat- terdiri dari empat tahapan yakni
kan pembelajaran matematika tentang perencanaan, pelaksanaan, observasi,
soal cerita pecahan menggunakan dan refleksi. Tahapan tersebut sesuai
model Problem Based Learning pada dengan pendapat Arikunto (2010:
siswa kelas V SD Negeri 1 137). Peneliti berkolaborasi dengan
Kedungwinangun tahun ajaran guru kelas dalam menentukan
2015/2016. tindakan, kemudian pelaksanan
tindakan dalam penelitian ini adalah
METODE PENELITIAN guru kelas.
Penelitian ini akan dilaksanakan Sebagai dasar untuk mengetahui
di SD Negeri 1 Kedungwinangun, keberhasilan tindakan serta pedoman
Kecamatan Klirong, Kabupaten analisis data maka diperlukan adanya
Kebumen. Penelitian dimulai pada indikator kinerja dalam penelitian
bulan November 2015 sampai bulan yaitu: (1) Pelaksanaan langkah-
Mei 2016. Subjek penelitian ini langkah pembelajaran pecahan
adalah siswa kelas V SD Negeri 1 dengan menerapkan model Problem
Kedungwinangun tahun ajaran Based Learning mencapai persen-
2015/2016, jumlah siswa sebanyak 29 tase 85%, (2) Keterlibatan dan
siswa dengan rincian 14 siswa laki- keantusiasan siswa secara aktif dalam
laki dan 15 siswa perempuan. proses pembelajaran Matematika
716 Penerapan Model Problem Based Learning

mencapai persentase 85%, (3) 85% Based Learning terhadap guru dan
siswa mencapai KKM yang siswa telah mencapai indikator
ditetapkan yakni 70. kinerja penelitian.
Selain mengamati kinerja guru
HASIL DAN PEMBAHASAN dan respon siswa terhadap
Pembelajaran Problem Based pembelajaran menggunakan model
Learning dilaksanakan dengan Problem Based Learning, peneliti
langkah-langkah: (1) orientasi masa- juga mengambil data berupa hasil
lah (identifikasi pokok permasa- evaluasi siswa. Berikut hasil evaluasi
lahan), (2) mengorganisasikan siswa siswa pada siklus I, II dan III.
untuk belajar, (3) pembimbingan
individual maupun kelompok, (4) Tabel 2. Perbandingan hasil evaluasi
analisis masalah, (5) pengembangan siswa pada siklus I, II, dan
hasil penyelidikan, (6) penyajian hasil III
penyelidikan, (7) evaluasi hasil Perolehan Hasil
pemecahan masalah. Pendapat Rata-
Tindakan Belajar Siswa
tersebut sesuai dengan Amir (2015: rata
BT (%) T (%)
24), Suprijono (2011: 74). Siklus I 83,25 12,07 87,94
Data hasil observasi yang Siklus II 87,93 8,62 91,38
diperoleh dari pengamatan terhadap Siklus III 87,21 5,18 94,83
guru menggunakan model Problem
Based Learning pada siklus I, II, dan Berdasarkan tabel 2 tersebut,
III, yaitu: dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata
hasil belajar siswa pada siklus I
Tabel 1. Perbandingan Hasil Obser- adalah 83,25 dengan persentase siswa
vasi Penerapan Model yang tuntas yaitu 87,94%, sedangkan
Problem Based Learning persentase siswa yang belum tuntas
Guru (%) Siswa (%) yaitu 12,07%. Pada siklus II, nilai
Siklus I 74,52 70,75 rata-rata hasil belajar siswa adalah
Siklus II 81,37 83,02 87,93 dengan persentase siswa yang
Siklus III 86,55 87,44 tuntas yaitu 91,38%, sedangkan
persentase siswa yang belum tuntas
Berdasarkan tabel 1 dapat yaitu 8,62%. Pada siklus III nilai rata-
dijelaskan bahwa persentase langkah rata hasil belajar siswa adalah 94,83
penggunaan model Problem Based dengan persentase siswa yng tuntas
Learning terhadap guru pada siklus I yaitu 94,83%, sedangkan persentase
mencapai 74,52% pada siklus II siswa yang belum tuntas yaitu 5,18%.
mencapai 81,37%, dan pada siklus III Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
mencapai 86,55%. Sedangkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa
persentase langkah penerapan model dan persentase siswa yang tuntas
Problem Based Learning terhadap meningkat. Hal tersebut sejalan
siswa pada siklus I mencapai 70,75%, dengan pendapat Arrends (Trianto,
pada siklus II mencapai 83,02%, dan 2012: 92) menyatakan bahwa
pada siklus III mencapai 87,44%. Problem Based Learning (PBL)
Maka, dapat disimpulkan bahwa merupakan suatu pendekatan
langkah penggunaan model Problem pembelajaran di mana siswa
KALAM CENDEKIA, Volume 4, Nomor 6.1, hlm. 713 – 718 717

mengerjakan permasalahan yang Dalam penerapan model


autentik dengan maksud untuk pembelajaran Probl.em Based
menyusun pengetahuan mereka Learning masih terdapat kendala
sendiri, mengembangkan inkuiri, dan dalam pelaksanaan pembe-lajaran
keterampilan berpikir tingkat lebih Problem Based Learning, yaitu: (a)
tinggi, mengembangkan kemandirian sulitnya memilih bahasa dalam
dan percaya diri. Penelitian yang mengidentifikasi masalah agar mudah
relevan dengan penelitian ini yaitu dipahami siswa, (b) dalam
penelitian oleh Liyandari (2012: 1). menganalisis masalah siswa belum
Hasil penelitian tersebut menjelaskan berdiskusi secara maksimal, dan (c)
bahwa penerapan model Problem siswa belum dapat menganalisis
Based Learning dapat meningkatkan masalah dengan baik. Sejalan dengan
pembelajaran pecahan yaitu Shoimin (2014: 132) yang
peningkatan dalam melaksanakan menjelaskan tentang kekurangan
proses dan hasil belajar siswa. model Problem Based Learning,
Kelebihan model Poblem Based antara lain: (1) Problem Based
Learning diungkapkan oleh Amir Learning (PBL) tidak dapat
(2015: 32), berpendapat, “Kelebihan diterapkan untuk setiap materi
PBL terletak pada perancangan pelajaran, dan (2) dalam suatu kelas
masalahnya.” Masalah yang diberikan yang memiliki tingkat keragaman
haruslah dapat merangsang dan siswa yang tinggi akan terjadi
memicu pebelajar untuk dapat kesulitan dalam pembagian tugas..
berpikir dengan baik. Kelebihan Trianto (2012: 97) berpendapat
Problem Based Learning bahwa salah satu kekurangan model
diungkapkan pula oleh Shoimin Problem Based Learning yaitu (1)
(2014: 132) yang menyatakan persiapan pembelajaran (alat,
kelebihan Problem Based Learning problem, konsep) yang kompleks, (2)
(PBL), yaitu (1) siswa didorong sulitnya mencari problem yang
memiliki kemampuan memecahkan relevan, (3) sering terjadi miss-
masalah dalam situasi nyata, (2) siswa konsepsi, (4) konsumsi waktu, di
memiliki kemampuan membangun mana model ini memerlukan waktu
pengetahuannya sendiri melalui yang cukup dalam proses
aktivitas belajar, (3) pembelajaran penyelidikan
berfokus pada masalah, (4) terjadi
aktivitas ilmiah pada siswa melalui SIMPULAN DAN SARAN
diskusi kelompok, (5) siswa terbiasa Berdasarkan hasil penelitian
menggunakan sumber- sumber dan pembahasan penelitian tindakan
pengetahuan, (6) siswa memiliki kelas yang berjudul “Penerapan
kemampuan menilai kemajuan Model Problem Based Learning
belajarnya sendiri, (7) siswa memiliki dalam Peningkatan Pembelajaran
kemampuan untuk berkomunikasi, (8) Matematika tentang Soal Cerita
kesulitan belajar siswa secara Pecahan pada Siswa Kelas V SD N 1
individual dapat diatasi melalui kerja Kedungwinangun Tahun Ajaran
kelompok dalam bentuk peer 2015/2016”, dapat disimpulkan
teaching. bahwa penerapan model pembe-
lajaran Problem Based Learning
718 Penerapan Model Problem Based Learning

dengan langkah yang tepat, dapat FKIP Univarsitas Sebelas


meningkatkan pembelajaran tentang Maret.
soal cerita pecahan pada siswa kelas Permendiknas. (2003). Standar
V SD N 1 Kedungwinangun tahun Kompetensi Lulusan. Jakarta:
ajaran 2015/2016. Terbukti BNSP
pelaksanaan guru siklus I = 74,52%,
siklus II = 81,37%, siklus III = Shoimin, A. (2014). 68 Model
86,55%, dan memperoleh hasil belajar Pembelajaran Inovatif dalam
siklus I = 87,94%, siklus II = 91,38%, Kurikulum 2013. Yogyakarta:
dan siklus III = 94,83%. Ar-Ruzz Media.
Berdasarkan penelitian di atas, Susanto, Ahmad. (2015). Teori
peneliti memberikan saran yaitu : Belajar dan Pembelajaran di
pihak sekolah hendaknya mendorong Sekolah Dasar. Jakarta:
guru untuk mempelajari model Prenadamedia Group.
pembelajaran Problem Based
Learning seabagai salah satu Trianto. (2012). Mendesain Model
alternatif upaya peningkatan Pembelajaran Inovatif-
pembelajaran matematika tentang soal Progresif. Jakarta: Kencana.
cerita pecahan.

DAFTAR PUSTAKA
Amir, T. (2015). Inovasi Pendidikan
melalui priblem based learning
bagaimana pendidik
memberdayakan pemelajar di
era Pengetahuan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pem-
belajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Arikunto (2010). Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka
Cipta.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar
Mengajar. Bandung: Pustaka
Setia.
Liyandari. (2012). Jurnal Skripsi
Penggunaan Model
Pembelajaran Berbasis
Masalah dalam Peningkatan
Pembelajaran Matematika
Tentang Pecahan Siswa Kelas
IV SD. Vol 4.No 1. Surakarta:

Anda mungkin juga menyukai