Anda di halaman 1dari 5

Makna dari sila-sila dalam pancasila:

1. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Dalam sila pertama terdapat kata Ketuhanan yang berasal dari kata Tuhan yang artinya
Sang Pencipta segala sesuatu yang ada. Kata “Yang Maha Esa” memiliki arti yang Maha
Tunggal, tiada sekutu Esa dalam Zat-Nya, Esa dalam sifat dan perbuatan-Nya.
Makna sila pertama:
 Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
 Saling menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.

2. Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”


Dalam sila kedua terdapat kata Kemanusiaan yang berasal dari kata manusia yaitu
makhluk yang memiliki akal dan budi pekerti. Kata “Adil dan Beradab” memiliki arti bahwa
manusia berhak mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan norma-norma yang obyektif
atau tidak sewenang-wenang dan berbudaya.
Makna sila kedua:
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tenggang rasa dan tepo seliro.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena
itu dikembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Sila ketiga “Persatuan Indonesia”


Dalam sila ketiga terdapat kata “Persatuan” yang berasal dari kata satu yang berarti utuh
tidak terpecah belah. Jadi “Persatuan Indonesia” adalah persatuan manusia yang mendiami
wilayah Indonesia yang memiliki beragam agama dan budaya namun menjadi satu kebulatan.
Makna sila ketiga:
 Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
 Cinta tanah air dan bangsa.
 Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
 Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka
Tunggal Ika.

4. Sila keempat “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan Perwakilan”
Dalam sila keempat terdapat kata “Kerakyatan” yang berasal dari kata rakyat yang berarti
sekelompok manusia yang berdiam dalam suatu wilayah tertentu. “Hikmat kebijaksanaan”
berarti penggunaan rasio atau akal yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan
dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab. “Permusyawaratan” adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia
untuk merumuskan atau memutuskan sesuatu hal yang berdasarkan kehendak rakyat sehingga
tercapai kata mufakat. “Perwakilan” adalah suatu system dalam arti tata cara mengusahakan
ikut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara lain dilaukan
dengan melalui badan-badan perwakilan.
Jadi sila keempat memiliki arti bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui
sistem perwakilan dari keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang
dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh tanggungjawab baik kepada Tuhan Yang Maha
Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya.
Makna sila keempat:
 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
 Tidak memaksakan kehendak orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil musyawarah dalam mengambil
keputusan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat.
 Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
 Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
kebenaran dan keadilan.

5. Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”


Dalam sila kelima terdapat kata “Keadilan” yang berasal dari kata adil, yang berarti
keadilan yang berlaku dalam masyarakat disegala bidang kehidupan, baik secara material
maupun spiritual. Kalimat “Seluruh rakyat Indonesia” berarti setiap orang yang menjadi
rakyat Indonesia, baik yang berdiam diri di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun
warga negara Indonesia yang berdiam diluar negeri. Jadi keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia berarti bahwa setiap orang Indonesia berhak mendapat perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, ekonomi dan kebudayaan.
Makna sila kelima:
 Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan
suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.
 Bersikap adil.
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
 Menjauhinsikap pemerasan terhadap orang lain.
 Tidak bersifat boros dan bergaya hidup yang mewah.
 Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
 Suka bekerja keras.
 Menghargai hasil karya orang lain.
 Bersama-sama mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Daftar Pustaka

http://lab.pancasila.um.ac.id/wp-content/uploads/2016/08/Buku-Modul-Kuliah-Pancasila.pdf
Keterkaitan kasus dengan nilai Pancasila sila pertama:

Kasus yang terjadi pada STDI (Sekolah Tinggi Dirasat Islamiyah) merupakan kasus
yang diakibatkan oleh oknum yang menyebarkan tuduhan bahwa STDI akan membawa
dampak buruk bagi kelangsungan hidup umat beragama islam pada daerah sekitar STDI
karena STDI dirasa mempunyai keyakinan berbeda yang akan merusak tatanan dalam agama
islam yaitu tidak melaksanakan atau merayakan Maulid Nabi. Namun tuduhan tersebut tidak
berlandaskan bukti yang kongkrit dan bisa kita anggap sebagai sebuah fitnah. Keterkaitan
kasus ini dengan nilai pancasila sila pertama adalah dalam makna pancasila sila pertama
sudah dijelaskan bahwa kita harus saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Kita dilarang menebar kebencian terhadap
umat beragama atau majelis agama lain dengan tindakan yang buruk seperti menyebarkan
berita yang tidak sesuai dengan prinsip “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan dalam agama
islam diajarkan bahwa kita tidak boleh main hakim sendiri tanpa mengerti seluk beluk akar
permasalahan dalam sebuah kasus. Kita juga tidak boleh mengganggap suatu organisasi atau
majelis itu sebagai organisasi yang buruk hanya karena cara yang mereka lakukan tidak sama
dengan cara yang kita lakukan. Setelah kasus ini ditangani oleh pihak berwajib, STDI yang
dianggap membawa dampak buruk bagi masyarakat sekitar ternyata malah membawa
dampak yang positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.

Anda mungkin juga menyukai