TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Dalam konstruksi baja dewasa ini, ada dua kelompok utama yang menjadi
pembagian dalam struktural. Yang pertama adalah baja konvensional, dan yang
kedua adalah baja ringan. Penggunaan baja ringan sedang berkembang pada
Struktur bangunan terdiri dari struktur bawah dan struktur atas. Struktur
bawah yaitu pondasi dan struktur atas yaitu dari sloof sampai atap. Konstruksi
atap adalah bagian paling atas dari suatu bangunan, permasalahan konstruksi atap
tergantung pada luasnya ruang yang harus dilindungi, bentuk dan konstruksi yang
Struktur rangka atap adalah salah satu bagian penting dalam konstruksi
bangunan yang menahan atau mengalirkan beban-beban dari atap. Struktur atap
terbagi menjadi rangka atap dan penopang rangka atap. Rangka atap berfungsi
menahan beban dari bahan penutup atap sehingga umumnya berupa susunan
balok-balok (dari kayu/bambu/ baja) secara vertikal dan horizontal kecuali pada
struktur atap dan beton. Berdasarkan posisi inilah maka muncul istilah gording,
kesatuan bentuk yang kokoh yang nantinya mampu memikul beban yang bekerja
Bahan material yang akan digunakan untuk struktur atap yang kuat harus
memiliki sifat awet, ringan dan presisi. Atapn dikatakan kuat bila mampu
b. Bentuk atap
Bentuk atap harus mampu menahan derasnya air hujan, sengatan matahari dan
kuatnya dorongan angin. Bentuk atap harus disesuaikan pula dengan ketinggian
bangunan. Semakin tinggi sebuah bangunan maka akan semakin kuat tekanan
angin pada atap sehingga haus disesuaikan dengan kemiringan atapnya pula.
c. Proses pengerjaan
mengenai hal – hal tersebut.Selain itu menurut poin ke dua dari faktor – faktor
yang disebutkan di atas , bentuk atap turut mempengaruhi struktur atap . Oleh
karena itu disini juga akan di bahas mengenai ketiga struktur atap yang menjadi
bahan fokus perbandingan penelitian ini . . Untuk keperluan Tugas Akhir ini,
lembaran baja yang dibentuk model tertentu dengan proses press-braking atau
roll forming (Gambar 2.1). Suhu tidak diperlukan dalam proses pembentukan
(tidak seperti baja hot-rolled), oleh sebab itu disebut cold-formed. Biasanya
Riset tentang baja cold-formed untuk bangunan dimulai oleh Prof. George
Winter dari Universitas Cornell mulai tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau
maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang “Light Gauge Steel Design Manual”
tahun 1949 atas dukungan AISI (American Iron and Steel Institute) (Wei-Wen
Yu, 2000). Sejak dikeluarkan peraturan tersebut atau lebih dari lima dekade ini,
untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan industri, komersial
semacam ini dikebal sebagai Cold Work (Oentoeng, 2000). Baja ringan atau light
weight steel adalah komponen struktur baja dari lembaran atau pelat baja dengan
Pada produksi cold-formed steel, baja dibentuk sedemikian rupa dalam suhu
bentuk yang sedikit saja dari penampangnya maka kekuatan elemen struktur
tersebut akan berbeda sama sekali termasuk juga perilaku tekuknya. Pemberian
dari logam campuran yang terbuat dari logam campuran yang terdiri atas beberapa
unsur metal, dibentuk setelah dingin dengan memproses kembali komposisi atom
dan molekulnya, sehingga menjadi baja yang lebih ringan dan fleksibel. Produk
baja ringan di pasaran Indonesia dilapisi oleh dua komposisi bahan, yaitu
masing.
1. Karena bobotnya yang ringan maka beban yang harus ditanggung oleh
1. Rangka atap baja rigan kurang menarik apabila tidak diberi plafon.
2. Apabila ada salah satu bagian struktur yang salah hitung, maka akan
3. Rangka atap baja ringan tidak sefleksibel kayu yang dapat dibentuk.
Rangka atap baja ringan merupakan sistem struktur yang berfungsi untuk
dari: kuda-kuda (truss), dan reng (roof batten). Truss merupakan struktur rangka
batang (kuda-kuda) sebagai penyangga utama rangka atap, yang terdiri dan batang
utama luar (chords) dan batang dalam (webs), dan yang berfungsi untuk menahan
gaya aksial (tarik dan tekan), maupun momen lentur. Berikut gambar salah satu
ketentuan pemilihan dan pemasangan alat sambung agar diperoleh sistem struktur
10
Tegangan tekan tersebut dapat timbul akibat gaya tekan, momen, gaya geser
atau tumpu. Jadi tekuk lokal menjadi kriteria penting dalam perencanaan.
Meskipun demikian, hal yang menaril bahwa elemenbaja ringan pada kondisi
tegangan tekuk teoritis belum tentu runtuh, dari hasil penelitian diketahui
bahwa elemen baja canai dingin tetap dapat memikul beban setelah pasca
tekuk.
11
Kecuali itu bentuk profil C banyak dipakai pada baja canai dingin yang
Kondisi tersebut menyebabkan tekuk lentur torsi menjadi faktor kritis dalam
perecanaan kolom.
dapat digunakan adalah pengaku tepi (edge stiffner) dan pengaku di tengah
(intermediate stiffner).
lebar atau jika gaya tekan bekerja kecil. Tetapi karena rasio lebar yang besar
maka bagian penampang berpengaku akan bekerja yang lebih efektif pada
saat tekuk lokal telah terjadi. Sebagai hasilnya, distribusi gaya tekan tidak
12
5. Sistem Sambungan
berbentuk lembaran sheet atau strip sebaran yang sempit antara tegangan
leleh (fy) dan kuat tariknya (fu), sehingga perilaku sambungan baut berbeda
antara baja cold-formed dan hot-rolled, khususnya pada kekuatan tumpu dan
tegangan tarik.
7. Batasan Ketebalan
13
8. Perencanaan Plastis
memenuhi persyaratan.
menjadi dua yaitu : profil C, ketebalan 0,75 mm dan 1 mm, digunakan pada
sampai 0,7 mm (idealnya 0,55 mm) yang biasa digunakan sebagai reng
Baja yang digunakan adalah baja ringan tipe Zincalume G550 dengan
14
Baja tersusun dari besi (Fe) dan karbon (C) yang akan bereaksi jika bertemu
dengan air dan udara menghasilkan karat. Baja ringan mengalami hal yang sama
dengan baja pada umumnya. Karena itu, agar material ini awet atau tahan lama,
Lapisan ini kerap disebut galvanis dengan bahan seng. Jumlah massa
pelapis untuk lapisan coating ini bervariasi seperti Z125, Z175, Z225.
gr/m2.
Sesuai namanya, lapisan ini tersusun atas aluminium dan seng. Sama
laboratorium sebelumnya.
15
Indonesia.
Struktur rangka atap baja ringan dianalisa berdasarkan SNI 7971 : 2013.
2.8.1 Pembebanan
strukturnya harus disesain terhadap aksi dan kombinasi aksi sesuai dengan
SNI 1727 (butir 1.6). Beban gempa diabaikan dalam perencanaan rangka atap
ini.
1. 1,4D
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
S = beban salju
R = beban hujan
16
E = beban gempa
Pengecualian:
untuk semua tingkat hunian bila Lo kurang dari atau sama dengan 100
psf (4,79 KN/m2), dengan pengecualian daerah garasi atau luasan yang
salah satu beban atap rata bersalju atau beban atap miring bersalju.
Bila ada beban fluida F, kombinasi harus menyertakan faktor beban yang
informasi yang jelas, nilai yang harus digunakan adalah nilai yang
17
Terdapat dalam SNI 7971 : 2013 butir 2.2. Penggunaan rumus lebar
bentuk dari setiap bagian pada profil, dihitunglah lebar efektif masing-masing
merata
ini:
Keterangan :
18
0,22
1−
= ≤ 1,0 (2.3)
= (2.4)
= (2.5)
12(1 − )
ν = angka Poisson
tekan merata
19
lubang lingkaran
lubang >0,5b dan >3dh, lebar efektif (be) elemen dengan pengaku
, ,
gradient)
20
berikut:
= (2.8)
3−ψ
Lebar efektif (be2) (lihat gambar 2.7) dimana (be1 + be2) tidak boleh
sesuai :
Keterangan:
berikut:
k = 4 + 2(1-ψ)3 + 2(1-ψ)
∗
= ∗ (2.11)
∗ ∗
/ adalah tegangan pelat badan yang dihitung berdasarkan
penampang efektif.
∗ ∗
adalah tekan (+) dan dapat berupa tarik (-) atau tekan (+).
∗ ∗ ∗
Dalam kasus dimana dan keduanya dalam tekan, harus
∗
diambil lebih besar dari atau sama dengan .
21
tegangan bergradien
bergradien
batasan berikut:
dwh/d1< 0,7
Keterangan :
pelat badan
22
Jarak bersih antar lubang, lebih besar atau sama dengan 450 mm
sama dengan 2t
dwh> 15 mm
i. Perhitungan kapasitas
Bila dwh/d1< 0,38, lebar efektif (b1) dan (b2) harus ditentukan
sesuai bagian c dengan asumsi tidak ada lubang pada pelat badan.
Bila dwh/d1 ≥ 0,38, lebar efektif harus ditentukan sesuai pasal 2.8.2.2
dengan asumsi bagian tekan pelat badan terdiri dari elemen tanpa
gambar 2.8.
23
= 0,43.
tegangan bergradien
struktur, lebar efektif (be) diukur dari tepi terkekang dari elemen
Faktor lebar efektif (ρ) dan koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan
sebagai berikut:
24
sebagai berikut:
0,578
= (2.12)
+ 0,34
yang menyebabkan tekan pada satu tepi dan tarik pada tepi
0,22(1 − ψ)
1− λ
ρ = (1 − ψ)
λ
25
untuk ψ ≤ -1 ; ρ =1
pada bidang simetri dengan tepi tidak dikekang dari elemen tanpa
Keterangan:
26
pengaku tepi
struktur, lebar efektif (be) dari elemen yang mengalami tekan merata
27
be = b (2.21)
b1 = b2 = b/2 (2.22)
ds = dse (2.23)
As = Ase (2.24)
b I
b = (2.26)
2 I
b =b −b (2.27)
I
d =d (2.28)
I
I
A =A (2.29)
I
d tsin θ
I = (2.30)
12
b
(b/t)
I = 399t − 0,328 ≤t 115 t + 5 (2.31)
S S
(b/t) 1
n = 0,582 − ≥ (2.32)
4S 3
28
menggantikan f*.
29
struktur, lebar efektif (be) dari elemen yang mengalami tekan merata
≤ (2.34)
be = b (2.36)
= Ase
> (2.37)
= (2.38)
n adalah eksponen
( ⁄ )
= 0,583 − ≥ (2.39)
=3 +1 (2.40)
30
( ⁄ )
= 128 − 285 ≥3 (2.42)
Keterangan:
diperkaku.
= 1,28 ∗ (2.43)
Bila Is lebih besar atau sama dengan Ia, maka Is=Ia. Lebar efektif
31
= (2.44)
Keterangan:
= 1 jka λ ≤ 0,673
0,22
1−
= > 0,673 (2.45)
1,052 ∗
= (2.46)
√
bo adalah lebar rata total dari elemen dengan pengaku (lihat Gambar
2.12(B))
Koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan dari yang terkecil antara
Rkd dan k10c, yang ditentukan sesuai dengan pasal berikut ini
Keterangan:
= 2 jika bo/d1< 1
11 − ( ⁄ ) 1
= ≥ (2.47)
5 2
32
ii. Kasus khusus: ‘n’ pengaku identik, dengan jarak yang sama
Perhitungan kapasitas
(1 + ) + (1 + )
= (2.49)
(1 + ( + 1)
33
10,92
= (2.51)
= (2.52)
Keterangan:
β adalah koefisien
δ adalah koefisien
Gambar 2.12(B)
dari elemen.
Perhitungan defleksi
34
sembarang
Perhitungan kapasitas
=4 (2.53)
(1 + ) + 2 ∑
= (2.54)
(1 + 2 ∑ )
/
= (2 + 1) (2.55)
10,92
= (2.56)
= (2.57)
( )
= (2.58)
Keterangan:
Gambar 2.12(B))
adalah koefisien
35
breising.
Perhitungan defleksi
2.8.2.6. Lebar efektif elemen dengan pengaku tepi yang mengalami tekan
sebagai berikut:
(a) Bila b2/t < S/3, elemen efektif seluruhnya dan tidak ada reduksi
tekuk lokal
(b) Bila b2/t > S/3, koefisien tekuk pelat (k) harus ditentukan sesuai
Keterangan:
b2 adalah lebar rata total dari elemen dengan pengaku tepi (lihat
Gambar 2.11 )
36
penuh bila momen inersia busur terhadap sumbu yang melalui titik
berat yang sejajar bidang dasarnya, tidak kurang dari momen inersia
selanjutnya.
memenuhi:
∗
≤∅ (2.59)
Keterangan:
= . (2.60)
= 0,85. . . (2.61)
Keterangan:
37
Gaya aksial tekan desain (N*) harus memenuhi persamaan berikut ini:
N∗ ≤ ∅ N (2.62)
N∗ ≤ ∅ N (2.63)
N = A .f (2.64)
38
tekan
N = A .f (2.65)
Keterangan :
f
λ = (2.68)
f
foc =nilai terkecil dari tegangan tekuk lentur, torsi, dan lentur-torsi elastis
= A0 + R (A - A0)
tekan tidak boleh melampaui 200, kecuali selama pelaksanaan lc/r boleh
torsi
39
= (2.69)
( / )
Keterangan:
Untuk baja G550 dengan ketebalan kurang dari 0,9 mm, harus
= (2.70)
Keterangan:
0,35
= 0,65 + (2.71)
1,1
sekrup, paku keling, clinching, paku lem struktural atau alat mekanis
diaplikasikan ke lapangan.
40
Keterangan:
untuk sekrup tunggal, atau satu baris sekrup tegak lurus gaya
2,5
= ≤ (2.72)
= (2.73)
Keterangan:
Sf adalah jarak sekrup tegak lurus garis gaya atau lebar lembaran pada
41
∗
=∅ (2.74)
Keterangan:
= 0,5
(ii) = (2.76)
(iii) = (2.77)
Keterangan:
sekrup
42
df/t
df / t < 6 2,7
df / t >13 2,0
Gaya geser desain (V*fv) yang dibatasi jarak ujung harus memenuhi:
∗
≤∅ (2.80)
Jika jarak ke suatu tepi bagian tersambung sejajar dengan garis gaya
≤ (2.81)
Keterangan:
43
Keterangan:
∅ = 0,5
Dimana dw adalah diameter kepala baut dan diameter ring yang lebih
besar, tetapi tidak lebih besar dari 12,5 mm. Untuk sekrup yang
menerima gaya tarik, kepala sekrup atau ring harus memiliki dw tidak
kurang dari 8 mm. Ring harus memiliki ketebalan minimum 1,27 mm.
Kapasitas tarik nominal sekrup tidak boleh kurang dari 1,25 Nt.
cukup untuk ring sekrup tetapi tidak boleh kurang dari tiga kali
44
45
46
47