Anda di halaman 1dari 10

Heasy Pratiwi

Alpha 2015/04011181520038
Skenario A blok 29

Sistem konsultasi dan rujukan


Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional terkait penangan suatu kasus
penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang lebih ahli di
bidangnya. Namun kewenangan penanganan masih berada pada dokter keluarga yang
bersangkutan.
Rujukan adalah upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lain yang sesuai.
Konsultasi dapat dilakukan mendahului rujukan, namun tidak jarang langsung
melakukan rujukan. Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.
Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang lebih tinggi
ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam rangka mengatasi kasus atau problem
tersebut.
Tantangan yang harus dihadapi pada sistem rujukan dokter keluarga di indonesia
adalah terkait UU No.29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran. Kewajiban Dokter ialah
merujuk ke dokter atau dokter gigi lain yang lebih baik, apabila tidak mampu
melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan (Pasal 51)
Ketentuan pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak
50.000.000,- setiap dokter atau dokter gigi yang sengaja tidak memenuhi kewajiban
tersebut.

Di Indonesia dikenal beberapa macam rujukan, antara lain adalah:

1. Rujukan Medis
Merupakan bentuk pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk masalah
kedokteran. Tujuannya adalah untuk mengatasi problem kesehatan, khususnya
kedokteran serta memulihkan status kesehatan pasien.

Jenis-jenis rujukan medis :


a. Rujukan Pasien
Merupakan penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang
mampu ke strata yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut.
b. Rujukan Ilmu Pengetahuan
Merupakan pengiriman dokter atau tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu untuk bimbingan dan diskusi atau
sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.
c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
Merupakan bahan pengiriman bahan-bahan laboratorium dari strata pelayan
kesehatan yang kurang mampu ke strata yang lebih mampu, atau sebaliknya
untuk tindak lanjut.
2. Rujukan Kesehatan.
Merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab untuk kesehatan
masyarakat. Dengan tujuan meningkatkan derajat kesehatan dan ataupun mencegah
penyakit yang ada di masyarakat.

Jenis-jenis rujukan kesehatan adalah :


a. Rujukan Tenaga
Merupakan pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan
yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya,
untuk pendidikan dan latihan.
b. Rujukan Sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan kesehatan
yg lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau sebaliknya untuk tindak
lanjut.
c. Rujukan Operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke strata
pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk pelayanan tindak
lanjut.
Karakteristik konsultasi dan rujukan :
1. Ruang lingkup kegiatan. Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak
ketiga. Rujukan, melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus
penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga.
2. Kemampuan dokter. Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang
lebih pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
3. Wewenang dan tanggung jawab. Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap
pada dokter yang meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

Manfaat konsultasi dan rujukan :


1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (bila sistemnya berjalan sesuai dengan
yang seharusnya).
2. Kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien akan terpenuhi (terbentuk team work)

Masalah konsultasi dan rujukan


1. Rasa kurang percaya pasien terhadap dokter (bila rujukan/konsultasi inisiatif dokter)
2. Rasa kurang senang pada diri dokter (bila rujukan/ konsultasi atas permintaan pasien)
3. Bila tidak ada jawaban dari konsultasi
4. Bila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter konsultan
5. Bila ada pembatas (sikap/ perilaku,biaya, transportasi)
6. Apabila pasien tidak bersedia untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk.
Tata Laksana Konsultasi dan Rujukan
Dasarnya adalah kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,
dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku.
Konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, formulir khusus,
catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telefon)
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata cara rujukan dan konsultasi


1. Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan konsultasi dan
rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika menyangkut hal-hal yang peka,
seperti dokter ahli tertentu.
2. Dokter yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung dengan
dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau bentuk tertulis yang
memuat informasi secara lengkap tentang identitas, riwayat penyakit dan penanganan
yang dilakukan oleh dokter keluarga.
3. Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang dikonsultasikan harus selengkap
mungkin. Tujuan konsultasi pun harus jelas, apakah hanya untuk memastikan
diagnosis, menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya
4. Sesuai dengan kode etik profesi, seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib
memberikan bantuan profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang lebih seuai.
5. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
6. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
7. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab


1. Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderitasepenuhnya
kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama jangka waktu
tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya.
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja.
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya.
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan penderita
sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan
wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
Analisis Masalah
Bagaimana manajemen klinik dokter keluarga?

Pengelolaan unit jasa pelayanan kesehatan yang melakukan pendekatan ilmu


kedokteran keluarga yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengendalian dan evaluasi yang dilakukan secara terintegrasi dan berkesinambungan.

Manajemen di Klinik

a. Pelayanan medis/fungsional, Bagian yang bertanggung jawab terhadap pelayanan


yang bersifat medis (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif). Merupakan core/main
product dari klinik dokter keluarga.
b. Manajemen/structural, Bagian yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan klinik
(fungsi manajemen) mulai dari perencanaan sampai evaluasi termasuk penjaminan
dan peningkatan mutu secara terus-menerus.

Unit Fungsional

Medis

a. Rawat Jalan
Unit fungsional yang bersifat kuratif.

 Poli Umum.
 Poli Gigi.
 Poli Spesialis: Penyakit Dalam, Mata, Bedah, Obsgyn.
Pembinaan pasien dengan menggunakan pendekatan dokter keluarga termasuk melakukan
kunjungan ke rumah juga termasuk dalam tanggung jawab unit ini.

b. Medical Check Up
Unit fungsional yang bersifat preventif.

Bisa berdiri sendiri atau terintegrasi dengan layanan yang lain, misalnya Poli Umum.

Jenisnya: MCU untuk karyawan perusahaan atau untuk pribadi.

Penunjang Medis

a. Laboratorium, Unit penunjang medis dalam hal penegakkan diagnostik. Biasanya


pemeriksaan lab sederhana seperti DPL (darah), UL (urin), analisis feses.
b. Radiologi, Unit penunjang medis dalam hal penegakkan diagnostik. Biasanya
pemeriksaan foto rontgen toraks, abdomen, dan ekstremitas.
c. Apotek, Unit penunjang medis yang bertanggung jawab terhadap penyediaan obat yang
dibutuhkan pasien/klien setelah diagnostik.
Bagian Umum

Merupakan unit non medis yang bersifat administratif terdiri dari:


a. Pendaftaran, Pendaftaran pasien baru atau lama di poli umum, gigi atau spesialis.
b. Rekam Medik, Menggunakan sistem pengkodean khusus (sesuai dengan ICD X) dan
data rekam medik tidak per pasien melainkan dalam bentuk family folder.
c. Kasir, Bagian yang bertanggung jawab terhadap sistem pembayaran pasien, baik
secara langsung (fee for service) maupun pihak ketiga (asuransi). Dilakukan setelah
pasien/klien selesai mendapatkan pelayanan.
Unit Struktural

a. Keuangan, Manajemen keuangan yang meliputi pencatatan pemasukan dan


pengeluaran termasuk nilai aset di klinik. Harus dapat dipertanggungjawabkan dan
diaudit secara berkala.
b. SDM, Manajemen seluruh SDM di klinik termasuk pimpinan dan jajarannya. Meliputi
rekrutmen, staffing, sistem remunerasi, dan payroll.
c. Sarana dan prasarana, Manajemen sarana dan prasarana yang meliputi alat medis,
bahan habis pakai, obat-obatan, gedung dan alat-alat besar seperti mesin lab dan
radiologi. Mulai dari pengadaan, pembelian, dan maintenance, dan penghapusan.
d. Mutu (quality), Manajemen mutu untuk penjaminan dan peningkatan kualitas (quality
assurance and quality improvement). Termasuk di dalamnya manajemen risiko.
Bagaimana sistem rujukan dari dokter keluarga ke dokter spesialis obgyn?

Sistem rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelengaraan pelayanan kesehatan yang


mengatur perlimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik
baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.

Skema 1. Alur pelayanan kesehatan


Ketentuan umum:
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub spesialistik
yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis yang
menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan mengacu pada peraturan
perundangundangan yang berlaku
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan sistem rujukan
dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur
sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS Kesehatan
akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.

Tata cara rujukan


1. Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
2. Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
3. Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Apa tujuan dan manfaat dari pembiayaan kesehatan?

Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan dengan


jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tiga fungsi pembiayaan kesehatan utama yaitu revenue collection, pooling risk, dan
purchasing. Semua fungsi pembiayaan kesehatan berperan penting dalam memastikan
perlindungan keuangan dan mengurangi kesenjangan
Revenue Collection dan Pembiayaan Pemerintah untuk Layanan Kesehatan
Revenue collection adalah cara sistem kesehatan mengumpulkan uang dari rumah
tangga, bisnis, dan sumber-sumber eksternal ( World Bank, 2005). Pengumpulan ini
berkaitan dengan akumulasi pendapatan dan manajemen sehingga peserta berbagi risiko
kesehatan secara kolektif, melindungi individu dalam besarnya kepesertaan, dan pengeluaran
kesehatan yang tidak terduga. Sistem prabayar memungkinkan peserta untuk membayar biaya
rata-rata yang diharapkan, membebaskan peserta dari ketidakpastian dan memastikan
kompensasi kerugian apabila terjadi. Revenue Collection juga didefinisikan sebagai
kontribusi keuangan kepada sistem kesehatan yang pengumpulannya dilakukan secara adil
dan efisien (WHO, 2005).Revenue collection merupakan prinsip yang universal dimana
penekanannya pada kemudahan pengumpulan iuran yang dilakukan oleh pemerintah maupun
pemberi kerja (Peta JKN, 2012).

Revenue dari pemerintah


Pemerintah menggunakan berbagai mekanisme finansial dan nonfinansial untuk
melaksanakan fungsi mereka. Fungsi sektor kesehatan mengharuskan pemerintah secara
langsung memberikan layanan, pembiayaan, mengatur, dan mewajibkan penyediaan layanan,
serta memberikan informasi (Musgrove 1996 cit.)
Dalam hal revenue kesehatan dari pemerintah maka isu fiskal bagi negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah perlu dipikirkan. Pemerintah di negara sedang
berkembang perlu untuk memobilisasi sumber daya yang cukup agar mampu membiayai
pelayanan kesehatan individu dan masyarakat tanpa menggunakan pinjaman sektor publik
yang berlebihan (termasuk penciptaan utang luar negeri yang berlebihan ). (Tanzi dan Zee
2000 cit)
Hampir semua negara di dunia menyebutkan bahwa Revenue Collection untuk
kesehatan tergantung dari keuangan negara. Dari perspektif keuangan publik, semua pajak
(pendapatan dan sumber pendapatan lain) merupakan komponent penting Revenue Collection
yang mempunyai ciri sebagai berikur: (kriteria IMF dan Word Bank 2005 cit.):

a. Kecukupan dan stabilitas pendapatan: pajak harus meningkatkan pendapatan, relatif


stabil, dan kemungkinan besar akan meningkat dari waktu ke waktu.
b. Efisiensi: pajak harus meminimalkan distorsi ekonomi.
c. Ekuitas: pajak harus memperlakukan kelompok pendapatan yang berbeda secara
adil.
d. Kemudahan mengumpulkan: administrasi pajak harus sederhana
e. Akseptabilitas politik: harus ada transparansi, penyebaran yang luas, dan kejelasan
tentang penggunaan pajak untuk mempromosikan akseptabilitas.

Negara dengan berpenghasilan rendah dihadapkan pada permasalahan seperti


penerimaan yang kecil, keterbatasan sumberdaya, jumlah sektor informal lebih banyak, dan
keterbatasan pengembangan pada struktur administrasi. Beberapa negara menunjukkan
skema asuransi sosial bahwa kontribusi peserta atau premi relatif kecil, sehingga hal ini
menjawa mengapa skema asuransi sosial tersebut disubsidi dari pendapatan umum.
Pengembangan asuransi sosial melibatkan banyak faktor, termasuk kontribusi peserta untuk
menjamin keuangan jangka panjang dan keberlanjutannya.
Perbedaan penting lainnya antara negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah
dan negara-negara berpenghasilan tinggi adalah ketergantungan yang relatif lebih besar relatif
pada pajak langsung (pajak atas penghasilan dan harta, seperti pajak penghasilan pribadi dan
perusahaan, capital gain, warisan, kematian, kekayaan).
Revenue Collection dari Premi Asuransi Kesehatan
Premi yang dikumpulkan merupakan dana masuk untuk sektor kesehatan. Premi ini
dapat berasal dari asuransi kesehatan swasta dan pemerintah. Dalam konteks Indonesia saat
ini ada premi yang berasal dari peserta Non-PBI dan masyarakat yang membeli asuransi
kesehatan swasta. Premi asuransi kesehatan ini dapat berasal dari perusahaan yang
membelikan.
Revenue Collection dari Jaminan perusahaan
Berbagai perusahaan mempunyai sistem jaminan sendiri sehingga ada dana masuk ke
sektor kesehatan. Sebagai gambaran PT Pertamina mempunyai sistem jaminan kesehatan
sendiri.
Revenue Collection dari Out-of Pocket
Merupakan dana langsung dari masyarakat.
Dalam konteks sistem pembiayaan di Indonesia, Revenue Collection merupakan
pengumpulan dana untuk sektor kesehatan yang berasal dari APBN dan APBD dimana pajak
dan berbagai pendapatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
dianggarkan untuk sektor kesehatan. Di luar dana dari pemerintah, ada berbagai sumber dana
dari masyarakat. Pertama adalah premi yang dibayarkan oleh masyarakat dengan atau tidak
dihubungkan dengan risiko. Premi yang dihubungkan dengan risiko adalah berbagai asuransi
kesehatan swasta yang membutuhkan underwriting/pemeriksaan jasmani sebelum masuk ke
sistem asuransi. Sementara itu premi yang tidak membutuhkan pemeriksaan adalah premi
BPJS non-PBI dengan tiga pilihan. Disamping asuransi, masyarakat melalui perusahaan
memberikan dana masuk ke sector kesehatan melalui program jaminan perusahaan. Beberapa
perusahaan besar mempunyaoi sistem yang baik. Dana lain yang masuk ke sector kesehatan
dengan jumlah yang besar adalah pembayaran langsung untuk pelayanan kesehatan dari
masyarakat (out of pocket).
Pooling Risk, Perlindungan Keuangan, dan Kesetaraan
Poolingrisk merupakan kontribusi yang dikumpulkan agar biaya perawatan kesehatan
dimiliki oleh semua (ditanggung bersama) dan tidak ditanggung oleh individu pada
saat mereka jatuh sakit. Hal ini memerlukan solidaritas di dalam masyarakat (World Bank,
2006). Definisi lain bahwa pooling merupakan kontribusi yang digunakan untuk
membeli atau menyediakanintervensi kesehatan yang tepat dan efektif (WHO, 2005). Dalam
Peta Jalan Menuju JKN (2012), risk pooling (kegotong-royongan ) adalah upaya bersama
agar semua penduduk berkontribusi (membayar iuran/ pajak) agar terkumpul (pool ) dana
untuk membiayai pengobatan siapa saja yang sakit.
Definisi pooling Risk memang sering tidak jelas. Memastikan perlindungan finansial
berarti bahwa tidak ada rumah tangga yang harus memberikan kontribusi pada program
kesehatan sehingga yang bersangkutan akan jatuh ke dalam dan tidak bisa mengatasi
kemiskinan ( ILO / STEP 2002). Mencapai tingkat perlindungan yang memadai
membutuhkan pooling yang:

mampu melakukan penyatuan terbesar dari risiko kesehatan dalam suatu populasi ,
sehingga memfasilitasi redistribusi antara individu yang beresiko tinggi dan individu yang
berisiko rendah.

Prinsip equity juga mensyarakatkan agar dalam proses pooling tersebut ada
masyarakat yang berpenghasilan tinggiyang masuk namun mempunyai status kesehatan yang
cukup.

Dalam sistem pembiayaan kesehatan di Indonesia fungsi pooling risk dapat


melibatkan kementerian kesehatan atau pelayanan kesehatan nasional, organisasi jaminan
sosial, asuransi kesehatan swasta sukarela, dan asuransi kesehatan berbasis masyarakat
(seperti Jamkesda atau yang lainnya). Pooling risk dilakukan oleh Pemerintah pada APBD
Daerah dan APBN Pusat untuk pelayanan kesehatan. DI dalam proses penyusunan APBN
dan APBD pooling risk dapat ditetapkan untuk membantu masyarakat yang mempunyai
risiko tinggi dan mempunyai kemampuan membayar rendah melalui perencanaan yang
rasional.

Sementara itu pooling di BPJS Kesehatan ada kemungkinan tidak memberikan


komposisi yang baik. Peserta non-PBI yang mandiri ada kemungkinan berasal dari kelompok
masyarakat yangsudah sakit atau cenderung sakit. Sementara yang sehat cenderung tidak
masuk atau mempunyai asuransi kesehatan sendiri di luar BPJS. Hal ini dapat disebut sebagai
contoh dari proses adverse selection. Sementara itu pooling the risk untuk pelayanan kesehan
di badan asuransi swasta cenderung hanya untuk mereka yang mampu dan sehat. Keadaan ini
yang perlu diperhatikan.

Purchasing
Purchasing didefinisikan sebagai kontribusi yang digunakan untuk membeli atau
menyediakan intervensi kesehatan yang tepat dan efektif (WHO, 2005). Pembelian di sini
terkadang disebut sisi suply pada pendanaan meliputi beberapa perjanjian yang digunakan
oleh pembeli layanan kesehatan untuk membayar kepada penyedia pelayanan kesehatan
(World Bank, 2006). Perjanjian ini bisa terdiri dari berbagai macam jenisnya.

Beberapa penyedia layanan kesehatan milik pemerintah dan organisasi sosial


memberikan pelayanan kesehatan kepada pegawai publik dengan model pembayarannya bisa
dilakukan secara langsung maupun kontrak perjanjian dari penyedia swasta ataupun milik
pemerintah.

Belanja layanan kesehatan (purchasing of services) harus dilakukan secermat dan


sehemat mungkin agar Dana Amanat mencukupi dan tidak terjadi pemborosan (optimal
resources) . Semakin luas (komprehensif ) manfaat jaminan kesehatan semakin banyak dana
yang dibutuhkan. Untuk efisiensi belanja layanan kesehatan, cara-cara
pembayaran/pembelian layanan kesehatan dari fasilitas kesehatan publik maupun swasta
harus diatur agar tidak terjadi pemborosan atau belanja layanan yang tidak perlu (moral
hazard atau fraud ).

Dalam konteks ini, UU SJSN telah merumuskan cara-cara pembayaran yang efisien
(prospektif seperti kapitasi, budget dan berbasis diagnosis) yang bervariasi di berbagai
wilayah untuk menggambarkan perbedaan biaya hidup atau harga barang-barang dan tenaga
kesehatan (Peta JKN, 2012). Peningkatan efisiensi (baik secara teknis dan alokatif) dari
pengaturan pembelian memberikan nilai yang lebih baik. Oleh karena itu penting
menyediakan cara untuk memperoleh tambahan "pembiayaan" dalam sistem kesehatan
(Hensher 2001).

Dalam konteks pembelian ini yang meliputi paket manfaat, daftar tarif, kontrak
provider, akreditasi, mekanisme pembayaran ke pengguna, mekanisme klaim, sistem
pencegahan fraud, dan lain sebagainya, terlihat ada potensi masalah. Ketidak merataan
pelayanan kesehatan dan adanya pembagian Regional 1 sampai Regional V dalam
pelaksanaan INA-CBG sudah menunjukkan bahwa walaupun ada dana dari pemerintah,
terdapat keterbatasan manfaat. Hal ini dapat mengancam tercapainya universal coverage.

Daftar Pustaka

Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang Bermutu.Semarang

Sugma. 2011. Managemen Klinik dokter keluarga. Jakarta

Suparyanto. 2014. Pembiayaan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai