Anda di halaman 1dari 31

ULKUS

MOOREN
Ananda Putri Absari, S.Ked
04084821921088

Pembimbing:
Contoso
DR. dr. Anang Tribowo, Sp.M (K)
Pharmaceuticals
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN PUSTAKA
3. KESIMPULAN

OUTLINE

Contoso
Pharmaceuticals

page 2
PENDAHULUAN
Contoso
Pharmaceuticals

page 3
PENDAHULUAN

Ulkus Mooren pertama kali ditemukan oleh


Bowman pada tahun 1849 dan Mc.Kenzie pada
tahun 1854 yang dikenal dengan “chronic serpiginous
ulcer” atau “ulkus roden” pada kornea. Mooren
adalah orang yang pertama sekali mempublikasikan
serta menerangkan secara jelas beberapa kasus
tentang keadaan ulkus tersebut pada tahun 1863

Ulkus Mooren merupakan Peripheral Ulcerative


Keratitis (PUK) yang sangat jarang dan diduga
disebabkan oleh vaskulitis pembuluh darah limbal
yang mengalami nekrosis sistemik.
Contoso
Pharmaceuticals

page 4
PENDAHULUAN

Walaupun etiologinya masih belum diketahui secara


pasti, namun banyak teori yang diajukan dan diduga
penyebabnya hipersensitivitas terhadap protein
tuberkulosis, virus, autoimun, dan alergi terhadap
toksin ankilostoma

Contoso
Pharmaceuticals

page 5
TINJAUAN PUSTAKA
Contoso
Pharmaceuticals

page 6
KORNEA

Contoso
Pharmaceuticals

page 7
KORNEA

Contoso
Pharmaceuticals

page 8
DEFINISI

Ulkus Mooren adalah ulkus menahun superfisial yang dimulai


dari tepi kornea dengan bagian tepinya bergaung dan bejalan
progresif tanpa kecenderungan perforasi ataupun hipopion.
Lambat laun ulkus ini mengenai seluruh kornea.

Contoso
Pharmaceuticals

page 9
ETIOLOGI

• Penyebab Ulkus Mooren sampai saat ini masih belum


diketahui.
• Banyak teori yang diajukan dan diduga penyebabnya
hipersentivitas terhadap protein tuberkulosis, virus,
autoimun, dan alergi terhadap toksin ankilostoma.

Contoso
Pharmaceuticals

page 10
EPIDEMIOLOGI

• Penyakit ini lebih sering pada wanita usia pertengahan


dan pada usia lanjut biasanya unilateral dengan rasa
sakit dan merah.
• Kietzman melaporkan 37 kasus Ulkus Mooren di Nigeria.
Pada penelitiannya, penyakit ini secara primer terjadi pada
laki-laki yang sehat,usia 20-30 tahun, perjalanan penyakit
ini sangat cepat yang dapat melibatkan dan merusak
jaringan kornea secara total dalam waktu 6 minggu.
Perforasi jarang terjadi, hanya 36% dari pasien

Contoso
Pharmaceuticals

page 11
PATOFISIOLOGI

• Mekanisme pasti terjadinya ulkus Mooren masih belum


diketahui secara pasti,tetapi diduga adanya proses
autoimun.

Selain itu, antigen-presenting cell dapat membawa


Antigen-presenting cells pada limbus antigen cacing yang bereaksi silang dengan
dapat menyajikan self-antigen calgranulin C (karena cacing tertentu memiliki
terselubung melalui molekul HLA kelas II reseptor yang mengikat calgranulin C) yang
tertentu ke T-cell, sebagai reaksi primer. menghasilkan reaksi yang serupa.

Kemudian, setelah cedera kornea, respon


humoral dan seluler menghasilkan Ulkus
Mooren. Contoso
Pharmaceuticals

page 12
KLASIFIKASI

Wood dan Kaufman membagi ulkus mooren secara klinis menjadi


dua tipe:
• Type I : Limited type atau benign mooren’s ulcer, biasanya
bersifat unilateral dan gejala klinis yang ringan sampai sedang.
Cenderung terjadi pada usia yang lebih tua dan memiliki respon
yang baik terhadap pengobatan medikamentosa maupun
tindakan operasi.
• Type II : Atypical type atau malignant mooren’s ulcer, biasanya
bersifat progresif. Kasus bilateral biasanya terjadi pada penderita
yang lebih muda. Tipe ini disertai rasa yang sangat sakit dan tidak
respon terhadap segala bentuk terapi.
Contoso
Pharmaceuticals

page 13
KLASIFIKASI
Pembagian menurut Watson berdasarkan gejala klinis dan hasil fluorescein
angiographic pada segmen anterior membagi ulkus mooren :
• Type I : Unilateral Mooren’s ulceration (UM), terjadi pada wanita dan usia
yang lebih tua,bersifat progresif dan disertai rasa sakit. Terjadi obliterasi pada
pembuluh darah superficial di dareah limbus.
• Type II : Bilateral Aggresive Mooren’s ulceration (BAM), pada penderita yang
lebih muda,perjalanan penyakitnya lebih cepat secara sirkumferensial
daripada menuju sentral kornea. Terjadi kebocoran pembuluh darah dan
terbentuknya pembuluh darah baru yang meluas sampai ke daerah dasar
ulkus.
• Type III : Bilateral Indolent Mooren’s ulceration (BIM), biasanya terjadi pada
usia pertengahan. Ditandai dengan adanya ulkus didaerah perifer yeng
bersifat progresif pada kedua mata, dan sedikit respon inflamasi. Terjadi
extensi pembuluh darah baru ke dalam ulkus. Contoso
Pharmaceuticals

page 14
GEJALA KLINIS

• Rasa sakit yang disertai dengan mata merah, berair dan silau.
• Ulserasi biasanya dimulai pada daerah tepi kornea, terjadi di daerah fissura
interpalpebra, yaitu berupa infiltrat tipis keabuabuan di sekitar limbus.
Daerah medial dan lateral kuadran lebih sering jika dibanding daerah superior
dan inferior.
• Perbedaan penting yang diutamakan adalah pada ulkus Mooren melibatkan
kornea sedangkan pada ulkus perifer kornea melibatkan sklera
• Infiltrat tersebut dapat membentuk ulkus marginal dalam beberapa minggu
• Penurunan tajam penglihatan

Contoso
Pharmaceuticals

page 15
GEJALA KLINIS

Ulkus Mooren, ulserasi berbentuk bulan sabit dengan tepi tengah yang menjorok dan dasar
vaskularisasi terlihat di dalam tepi temporal kornea
Contoso
Pharmaceuticals

page 16
GEJALA KLINIS

(A) Ulkus Mooren perifer dengan descemetocele di


dalamnya. Injeksi konjungtiva dan episkleral tampak
dengan dengan pembuluh darah di dasar ulkus.
Sebuah margin ulkus sentral yang khas juga terlihat.
(B) Ulkus Mooren perifer total dengan edema dan
opasifikasi sentral kornea. (C) Ulkus Mooren total di
mana membran fibrovaskular telah menggantikan
stroma kornea

Contoso
Pharmaceuticals

page 17
DIAGNOSIS

• Anamnesis didapatkan keluhan berupa nyeri pada mata, injeksi siliar,


injeksi konjungtiva, dan fotofobia.
• Pemeriksaan fisik ditemukan ulkus pada kornea bagian perifer dan iris
sukar dilihat karena kornea edema dan infiltrat sel radang pada kornea.
• Pemeriksaan slit-lamp menunjukkan ulkus kornea perifer berbentuk
bulan sabit dengan tepi tengah yang rusak.
• Peradangan konjungtival dan episkleral dapat terjadi; Namun, sklera
terhindar.
• Ketajaman visual yang menurun dapat terjadi sekunder akibat iritis,
keterlibatan kornea sentral, atau astigmatisme ireguler

Contoso
Pharmaceuticals

page 18
DIAGNOSIS
• Pemeriksaan laboratorium pada pasien dengan keratitis ulseratif
didaerah perifer yang diduga disebabkan penyakit sistemik dimulai
dengan melakukan pemeriksaan lengkap, seperti diffrensial blood cell
count,erythrocyte sedimentation rate (ESR), rheumatoid factor, fiksasi
komplemen, antinuclear antibody, immune complex, urinalisis, chest x-
ray dan sinus film, pemeriksaan enzim hati, veneral disease research
(VDRL) test, fluorescent treponemal antibody absorption (FTA-ABS),
blood urea nitrogen (BUN) dan jumlah kreatinin.
• Pemeriksaan darah tersebut dilakukan untukmenyingkirkan adanya
penyakit vaskular kolagen, infeksi, malignansi, dan penyakit-penyakit
lain yang disebakan adanya iskemik dan oklusi.

Contoso
Pharmaceuticals

page 19
DIAGNOSIS BANDING

• Terrien’s marginal degeneration


• Pellucid marginal degeneration
• Senile furrow degenaration
• Rheumatoid arthritis (RA)
• Keratolisis
• Penyakit vaskular kolagen lain
• Granulomatosis with Polyangitis (GPA)

Contoso
Pharmaceuticals

page 20
PENATALAKSANAAN

• Tujuan: menghentikan proses ulseratif dan meningkatkan


reepitelialisasi daerah ulserasi. Gejala nyeri dan fotofobia serta tanda-
tanda inflamasi dari hiperemia konjungtiva dan edema konjungtiva
umumnya hilang segera setelah penyembuhan selesai
• Brown dan Mondino menyarankan pendekatan stepladder untuk
Ulkus Mooren :

Contoso
Pharmaceuticals

page 21
PENATALAKSANAAN
1. Steroid topikal
• Prednisolon asetat atau prednisolon fosfat 1%, setiap jam
• Jika penyembuhan epitel tidak terjadi dalam 2-3 hari, frekuensi steroid topikal
bisa meningkat menjadi setiap setengah jam. Setelah penyembuhan terjadi,
steroid topikal dapat diturunkan secara perlahan selama beberapa bulan.
• Oral pulse therapy (Prednison 60 hingga 100 mg setiap hari) dapat
dipertimbangkan ketika terapi topikal tidak efektif setelah 7 sampai 10 hari atau
dalam kasus di mana steroid topikal dapat dikontraindikasikan karena ulkus atau
infiltrat yang dalam berbahaya.
• Tetrasiklin topikal atau medroksiprogesteron bisa digunakan untuk
antikolagenolitik.
• Lensa kontak lunak terapeutik atau eye patching dapat bermanfaat untuk tahap
ini.
Contoso
Pharmaceuticals

page 22
PENATALAKSANAAN
2. Reseksi Konjungtiva
• Apabila tidak mempan dengan steroid, maka reseksi konjungtiva harus
dilakukan dengan menggunakan anestesi topikal dan subkonjungtiva,
konjungtiva dieksisi kearah sklera setidaknya sebanyak 2 mm dari arah
sisi perifer ulkus, dan sekitar 4 mm ke arah posterior dari korneoskleral
limbus dan sejajar dari ulkus.
• Penggunaan soft kontak lens setelah dilakukan reseksi konjungtiva
berguna untuk membantu penyembuhan epitel.
• Penyembuhan konjungtiva dan ulkus tersebut dapat terjadi beberapa
hari sampai beberapa minggu setelah dilakukan prosedur ini.

Contoso
Pharmaceuticals

page 23
PENATALAKSANAAN
3. Kemoterapi Imunosupresif
• Pada kasus – kasus bilateral atau progresif dimana ulkus
Mooren gagal diterapi dengan steroid dan reseksi konjungtiva
• Dapat digunakan immunosuppressive sistemik seperti,
cyclophosphamide (2mg/kgBB/hari), methotrexate (7,5-
15mg/minggu), azathioprin (2mg/kgBB/hari) dan topikal
cyclosporine A (0,05%)

Contoso
Pharmaceuticals

page 24
PENATALAKSANAAN
4. Prosedur Pembedahan Lainnya
• Dilakukan apabila prosedur sebelumnya gagal
• Salah satunya adalah superficial lamellar keratectomy yang
bertujuan mengurangi proses inflamasi dan merangsang proses
penyembuhan kornea. Tindakan ini akan mengurangi
rangsangan antigen yang terdapat di kornea akibat suatu proses
autoimun yang menyebabkan terjadinya perlunakan stroma

Contoso
Pharmaceuticals

page 25
KOMPLIKASI
• Uveitis anterior ringan dan sedang
• Glaukoma sekunder
• Katarak
• Astigmatisma iregular

Contoso
Pharmaceuticals

page 26
PROGNOSIS

• Sebagian besar pasien dengan penyakit unilateral


merespons dengan baik terhadap kortikosteroid topikal dan
reseksi konjungtiva.
• Prognosisnya buruk untuk kasus bilateral yang lebih parah

Contoso
Pharmaceuticals

page 27
KESIMPULAN
Contoso
Pharmaceuticals

page 28
KESIMPULAN

Ulkus Mooren adalah ulkus menahun superfisial yang dimulai dari tepi
kornea dengan bagian tepinya bergaung dan bejalan progresif tanpa
kecenderungan perforasi ataupun hipopion. Penyebab Ulkus Mooren
sampai saat ini masih belum diketahui, namun diduga proses autoimun.

• Pada anamnesis akan didapatkan keluhan berupa nyeri pada mata, injeksi siliar,
injeksi konjungtiva, dan fotofobia.
• Pemeriksaan fisik menunjukkan ulkus kornea perifer berbentuk bulan sabit dengan
tepi tengah yang rusak. Defek epitel linier dapat berkembang pada margin sentral,
diikuti oleh peleburan stroma progresif.
Contoso
Pharmaceuticals

page 29
KESIMPULAN

• Penatalaksanaan dengan menggunakan stepladder yang terdiri dari


kortikosteroid topikal, reseksi konjungtiva, imunosupresif sistemik,
dan prosedur pembedahan lain.
• Sebagian besar pasien dengan penyakit unilateral merespons dengan
baik terhadap kortikosteroid topikal dan reseksi konjungtiva.
• Prognosisnya buruk untuk kasus bilateral yang lebih parah, dan tujuan
utama tatalaksana adalah mengurangi kemungkinan perforasi dan
mempertahankan struktur mata

Contoso
Pharmaceuticals

page 30
Thank You
Contoso
Pharmaceuticals

page 31

Anda mungkin juga menyukai