Oleh
Izzy Vikrat, S.Ked. 04054821820057
Husnul Khotimah, S.Ked. 04054821820057
Anugrah Qalbi, S.Ked. 04084821921051
Safira Azzahra, S.Ked. 04084821921094
Fitria Febriana, S.Ked. 04084821921111
Muhammad Fawwazi Multazam, S.Ked. 04084821921100
Pembimbing:
dr. Linda Trisna, Sp.M (K)
i
HALAMAN PENGESAHAN
Long Case
Topik
Katarak Senilis Immatur Okuli Desktra et Sinistra
Disusun oleh
Izzy Vikrat, S.Ked. 04054821820057
Husnul Khotimah, S.Ked. 04054821820057
Anugrah Qalbi, S.Ked. 04084821921051
Safira Azzahra, S.Ked. 04084821921094
Fitria Febriana, S.Ked. 04084821921111
Muhammad Fawwazi Multazam, S.Ked. 04084821921100
Pembimbing
dr. Linda Trisna, Sp.M (K)
Laporan long case ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya periode 7 Oktober
– 11 November 2019.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan usia penderitanya, katarak dapat diklasifikasikan menjadi
katarak kongenital yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun, katarak juvenile
yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan katarak senilis yang mengenai orang-orang
berusia diatas 50 tahun. Diantara ketiganya, katarak senilis merupakan jenis
katarak yang paling sering terjadi.1
2
BAB II
STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : Indralaya, Ogan Ilir
Pekerjaan : wiraswasta
Agama : Islam
Status : menikah
Tanggal Pemeriksaan : 16 Oktober 2019
3
d. Riwayat Penyakit Dahulu
● Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+) 1 tahun yang lalu
● Riwayat trauma pada mata disangkal
● Riwayat operasi pada mata disangkal
● Riwayat memakai kacamata (+) sejak 5 tahun yang lalu
● Riwayat kencing manis (-)
● Riwayat darah tinggi disangkal
e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
● Riwayat sakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 88x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20x/menit
Suhu : 36,8 oC
BB : 58 kg
TB : 168 cm
IMT : 20,55
Status Gizi : normoweight
b. Status Oftalmologikus
Okuli Dekstra Okuli Sinistra
Visus 2/60 ph (-) 2/60 ph (-)
Tekanan 18,6 mmHg 18,6 mmHg
intraocular
4
Hirschberg's Ortoforia
Test
Duksi dan
Versi
Papil Bulat, batas tegas, warna merah Bulat, batas tegas, warna merah
normal, c/d ratio 0.3, a/v 2:3 normal, c/d ratio 0.3, a/v 2:3
Makula Refleks fovea (+) Refleks fovea (+)
Retina Kontur pembuluh darah baik Kontur pembuluh darah baik
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan slit lamp
5
5. Diagnosis Banding
a. Katarak Senilis Imatur Okuli Dekstra et Sinistra
b. Katarak Senilis Matur Okuli Dekstra et Sinistra
6. Diagnosis Kerja
Katarak Senilis Imatur Okuli Dekstra et Sinistra
7. Tatalaksana
a. Informed Consent
b. KIE
● Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhan mata kabur pada pasien
disebabkan oleh katarak atau pengeruhan lensa mata yang timbul
dipengaruhi oleh faktor usia dan riwayat penyakit pasien.
● Menjelaskan rencana terapi yang akan dilakukan yaitu terapi
pembedahan berupa ekstraksi lensa dan akan dipasang lensa baru.
● Merujuk pasien ke dokter spesialis mata (sebagai dokter umum).
● Pro ekstraksi lensa (ECCE) OD + IOL (sebagai dokter spesialis mata).
8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
6
Gambar 1. Okuli Dekstra et Sinistra Kondisi Terbuka.
7
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
8
yang disebut axis, sedangkan equator merupakan garis khayal yang mengelilingi
lensa. Di dalam mata, lensa trfiksir pada serat zonula yang berasal dari badan
silier. Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada bagian
anterior dan posterior dari kapsul lensa. Kapsul ini merupakan membran dasar
yang melindungi nukleus, korteks dan epitel lensa.5
1. Kapsul
Kapsul lensa merupakan membran dasar yang elastis dan transparan
tersusun dari kolagen tipe IV yang berasal dari sel-sel epitel lensa. Kapsul ini
mengandung isi lensa serta mempertahankan bentuk lensa pada saat
akomodasi. Bagian paling tebal kapsul berada di bagian anterior dan posterior
zona pre-equator dan bagian paling tipis berada di bagian tengah kutub
posterior.5
2. Serat Zonula
Lensa terfiksir oleh serat zonula yang berasal dari lamina basal pars plana
dan pars plikata badan silier. Serat-serat zonula ini menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan psterior kapsul lensa.5
3. Epitel Lensa
Tepat di belakang kapsul anterior lensa terdapat satu lapis sel-sel epitel.
Sel-sel epitel ini dapat melakukan aktivitas seperti yang dilakukan sel-sel
lainnya, seperti sintesis DNA, RNA, protein dan lipid. Sel-sel tersebut juga
dapat membentuk ATP untuk memenuhi kebutuhan energi lensa. Sel-sel epitel
yang baru terbentuk akan menuju equator lalu berdiferensiasi menjadi serat
lensa.5
4. Nukleus dan Korteks
Sel-sel berubah menjadi serat, lalu serat baru akan terbentuk dan akan
menekan serat-serat lama untuk berkumpul di bagian tengah lensa. Serat-serat
paling tua yang terbentuk merupakan lensa fetus yang diproduksi pada fase
embrionik dan masih menetap hingga sekarang. Serat-serat yang baru akan
membentuk korteks dari lensa.5
9
Fisiologi Lensa
Lensa tidak memiliki pembuluh darah maupun sistem saraf. Untuk
mempertahankan kejernihannya, lensa harus menggunakan aqueous humor
sebagai penyedia nutrisi dan sebagai tempat pembuangan produknya. Namun
hanya sisi anterior lensa saja yang terkena aqueous humor. Oleh karena itu, sel-sel
yang berada di tengah lensa membangun jalur komunikasi terhadap lingkungan
luar lensa dengan membangun low-resistance gap junction antar sel.5
10
2. Akomodasi Lensa
Mekanisme yang dilakukan mata untuk merubah fokus dari benda jauh ke
benda dekat disebut akomodasi. Akomodasi terjadi akibat perubahan lensa oleh
aksi badan silier terhadap serat-serat zonula. Setelah umur 30 tahun, kekakuan
yang terjadi di nukleus lensa secara klinis mengurangi daya akomodasi.5
Saat otot silier berkontraksi, serat zonular relaksasi mengakibatkan lensa
menjadi lebih cembung. Ketika otot silier berkontraksi, ketebalan axial lensa
meningkat, kekuatan dioptri meningkat, dan terjadi akomodasi. Saat otot silier
relaksasi, serat zonular menegang, lensa lebih pipih dan kekuatan dioptri
menurun.5
3.2. Katarak
3.2.1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa ataupun akibat
keduanya.1
3.2.2. Epidemiologi
Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah 17,1%.
Katarak paling banyak mengenai ras putih (80%) dan perempuan (61%).Menurut
11
hasil survei Riskesdas 2013, prevalensi katarak di Indonesia adalah 1,4%, dengan
responden tanpa batasan umur.8
Menurut WHO, kebutaan yaitu visus < 3/60 pada mata terbaik dengan
koreksi terbaik.8WHO memperkirakan sekitar 18 juta orang mengalami kebutaan
kedua mata akibat katarak.8 Jumlah ini hampir setengah (47,8%) dari semua
penyebab kebutaan karena penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan lainnya
adalah kelainan refraksi tidak terkoreksi, glaukoma, Age-Related Macular
Degeneration, retinopati DM, kebutaan pada anak, trakoma, onchocerciasis, dan
lain-lain.9 Indonesia menduduki peringkat tertinggi prevalensi kebutaan di Asia
Tenggara sebesar 1,5% dan 50% di antaranya disebabkan katarak.10Jumlah ini
diperkirakan akan meningkat karena pertambahan penduduk yang pesat dan
meningkatnya usia harapan hidup di Indonesia.10
3.2.3.Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi faktor individu,
lingkungan, dan faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin,
ras, serta faktor genetik. Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan
sinar ultraviolet, status sosioekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus,
hipertensi, penggunaan steroid, dan obat-obat penyakit gout.12,13Faktor protektif
meliputi penggunaan aspirin dan terapi pengganti hormon pada wanita.14
12
Katarak senilis merupakan 90% dari semua jenis katarak. Terdapat tiga
jenis katarak senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya10,12, yaitu :
1. Katarak Nuklearis
Katarak nuklearis ditandai dengan kekeruhan sentral dan perubahan
warna lensa menjadi kuning atau cokelat secara progresif perlahan-
lahan yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Derajat
kekeruhan lensa dapat dinilai menggunakan slitlamp. Katarak jenis ini
biasanya terjadi bilateral, namun dapat juga asimetris. Perubahan warna
mengakibatkan penderita sulit untuk membedakan corak warna. Katarak
nuklearis secara khas lebih mengganggu gangguan penglihatan jauh
daripada penglihatan dekat. Nukleus lensa mengalami pengerasan
progresif yang menyebabkan naiknya indeks refraksi, dinamai
miopisasi. Miopisasi menyebabkan penderita presbiopia dapat membaca
dekat tanpa harus mengenakan kacamata, kondisi ini disebut sebagai
second sight.12
2. Katarak Kortikal
Katarak kortikal berhubungan dengan proses oksidasi dan
presipitasi protein pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis ini biasanya
bilateral, asimetris, dan menimbulkan gejala silau jika melihat ke arah
sumber cahaya. Tahap penurunan penglihatan bervariasi dari lambat
hingga cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi untuk melihat ada
tidaknya vakuola degenerasi hidropik yang merupakan degenerasi epitel
posterior, dan menyebabkan lensa mengalami elongasi ke anterior
dengan gambaran seperti embun.10
3. Katarak Subkapsuler
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler anterior dan posterior.
Pemeriksaannya menggunakan slitlamp dan dapat ditemukan kekeruhan
seperti plak di korteks subkapsuler posterior. Gejalanya adalah silau,
penglihatan buruk pada tempat terang, dan penglihatan dekat lebih
terganggu daripada penglihatan jauh.11,19
13
3.2.5.Maturitas Katarak
Berdasarkan maturitasnya, katarak dibagi menjadi: 6,10
A. Iminens/Insipiens
Merupakan stadium paling dini yang belum mengganggu visus.
Pada stadium ini, lensa bengkak karena termasuki air, kekeruhan lensa
masih ringan, visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan dapat ditemukan
iris normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata normal, serta
shadow test negatif.
B. Imatur
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa bertambah dan visus mulai
menurun menjadi 5/60 sampai 1/60. Lensa berwarna putih keabuan tetapi
masih ada korteks yang jernih sehingga didapatkan Pada pemeriksaan
shadow test positif.Cairan lensa bertambah akibatnya iris terdorong dan
bilik mata depan menjadi dangkal, sudut bilik mata sempit, dan sering
terjadi glaukoma.
C. Matur
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi keruh yang komplit dan
visus menurun drastis menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat lambaian
tangan dalam jarak 1 meter. Oleh karena semua sinar yang melalui pupil
dipantulkan kembali kepermukaan anterior lensa sehingga tidak tampak
bayangan iris ada pemeriksaan didapatkan shadow test negatif. Warna
lensa seperti mutiara.
D. Hipermatur
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga nukleus jatuh dan lensa
jadi turun dari kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh seluruhnya,
visus sudah sangat menurun hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi
komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan iris
tremulans, bilik mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka, serta shadow
test positif palsu.
14
3.2.6.Tatalaksana
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah.
Beberapa penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat
memperlambat pertumbuhan katarak, namun belum efektif untuk
menghilangkan katarak.10
Tujuan tindakan bedah katarak adalah untuk mengoptimalkan
fungsi penglihatan. Keputusan melakukan tindakan bedah tidak spesifik
tergantung dari derajat tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar
penurunan tersebut mengganggu aktivitas pasien.6 Indikasi lainnya adalah
bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau
yang sangat mengganggu, dan simtomatik anisometrop.10
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara
lain: glaukoma fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik,
dislokasi lensa ke bilik depan, dan katarak sangat padat sehingga
menghalangi pandangan gambaran fundus karena dapat menghambat
diagnosis retinopati diabetika ataupun glaukoma.10
Beberapa jenis tindakan bedah katarak :
15
B. Extracapsular Cataract Extraction (ECCE)
ECCE adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus dan
korteks lensa melalui lubang di kapsul anterior. ECCE meninggalkan
kantong kapsul (capsular bag) sebagai tempat untuk menanamkan lensa
intraokuler (IOL). Teknik ini mempunyai banyak kelebihan seperti trauma
irisan yang lebih kecil sehingga luka lebih stabil dan aman, menimbulkan
astigmatisma lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih cepat.10 Pada ECCE,
kapsul posterior yang intak mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema
kornea, serta mencegah penempelan vitreus ke iris, IOL, atau kornea.13
D. Fakoemulsifikasi
Teknik operasi fakoemulsifikasi menggunakan alat tip ultrasonik
untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks
lensa diaspirasi melalui insisi yang sangat kecil. Dengan demikian,
fakoemulsifikasi mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang
cepat, perbaikan penglihatan lebih baik, dan tidak menimbulkan
astigmatisma pasca bedah. Teknik fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol
16
kedalaman kamera okuli anterior serta mempunyai efek pelindung terhadap
tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak jenis
ini menjadi pilihan utama di negara-negara maju.6
3.2.7.Komplikasi
Komplikasi operasi katarak dapat terjadi selama operasi maupun setelah
operasi. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting untuk
mendeteksi komplikasi operasi.
17
Apabila terjadi PCR, sebaiknya lakukan vitrektomi anterior untuk
mencegah komplikasi yang lebih berat.PCR berhubungan dengan
meningkatnya risiko cystoid macular edema, ablasio retina, uveitis,
glaukoma, dislokasi IOL, dan endoftalmitis postoperatif katarak.5
3. Nucleus Drop
Salah satu komplikasi teknik fakoemulsifikasi yang paling
ditakutkan adalah nucleus drop, yaitu jatuhnya seluruh atau bagian
nukleus lensa ke dalam rongga vitreus. Jika hal ini tidak ditangani
dengan baik, lensa yang tertinggal dapat menyebabkan peradangan
intraocular berat, dekompensasi endotel, glaukoma sekunder, ablasio
retina, nyeri, bahkan kebutaan. Sebuah studi di Malaysia
melaporkan insidensi nucleus drop pasca fakoemulsifikasi sebesar
1,84%. Faktor risiko nucleus drop meliputi katarak yang keras,
katarak polar posterior, miopia tinggi, dan mata dengan riwayat
vitrektomi.
2. Perdarahan
Komplikasi perdarahan pasca operasi katarak antara lain
perdarahan retrobulbar, perdarahan atau efusi suprakoroid, dan
18
hifema.6 Pada pasien-pasien dengan terapi antikoagulan atau
antiplatelet, risiko perdarahan suprakoroid dan efusi suprakoroid
tidak meningkat.6 Sebagai tambahan, penelitian lain membuktikan
bahwa tidak terdapat perbedaan risiko perdarahan antara kelompok
yang menghentikan dan yang melanjutkan terapi antikoagulan
sebelum operasi katarak.
3. Glaukoma sekunder
Bahan viskoelastik hialuronat yang tertinggal di dalam KOA
pasca operasi katarak dapat meningkatkan tekanan intraokular
(TIO), peningkatan TIO ringan bisa terjadi 4 sampai 6 jam setelah
operasi, umumnya dapat hilang sendiri dan tidak memerlukan terapi
anti glaukoma, sebaliknya jika peningkatan TIO menetap,
diperlukan terapi antiglaukoma.6 Glaukoma sekunder dapat berupa
glaukoma sudut terbuka dan tertutup. Beberapa penyebab glaukoma
sekunder sudut terbuka adalah hifema, TASS, endoftalmitis, serta
sisa masa lensa. Penyebab glaukoma sekunder sudut tertutup adalah
blok pupil, blok siliar, glaukoma neovaskuler, dan sinekia anterior
perifer.13
4. Uveitis kronik
Inflamasi normal akan menghilang setelah 3 sampai 4 minggu
operasi katarak dengan pemakaian steroid topikal.6 Inflamasi yang
menetap lebih dari 4 minggu, didukung dengan penemuan keratik
presipitat granulomatosa yang terkadang disertai hipopion, dinamai
uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi IOL, vitreus inkarserata,
dan fragmen lensa yang tertinggal, menjadi penyebab uveitis
kronik.6 Tatalaksana meliputi injeksi antibiotik intravitreal dan
operasi perbaikan posisi IOL, vitreus inkarserata, serta pengambilan
fragmen lensa yang tertinggal dan IOL.13
19
5. Edema Makula Kistoid (EMK)
EMK ditandai dengan penurunan visus setelah operasi katarak,
gambaran karakteristik makula pada pemeriksaan oftalmoskopi atau
FFA, atau gambaran penebalan retina pada pemeriksaan
OCT.Patogenesis EMK adalah peningkatan permeabilitas kapiler
perifovea dengan akumulasi cairan di lapisan inti dalam dan
pleksiformis luar.Penurunan tajam penglihatan terjadi pada 2 sampai
6 bulan pasca bedah.EMK terjadi pada 2-10% pasca ICCE, 1-2%
pasca ECCE, dan < 1% pasca fakoemulsifikasi.Angka ini meningkat
pada penderita diabetes mellitus dan uveitis. Sebagian besar EMK
akan mengalami resolusi spontan, walaupun 5% diantaranya
mengalami penurunan tajam penglihatan yang permanen.14
6. Ablasio Retina
Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca ICCE, 0,5-2% pasca
ECCE, dan <1% pasca fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi dalam 6
bulan sampai 1 tahun pasca bedah katarak.13 Adanya kapsul
posterior yang utuh menurunkan insidens ablasio retina pasca bedah,
sedangkan usia muda, miopia tinggi, jenis kelamin laki-laki, riwayat
keluarga dengan ablasio retina, dan pembedahan katarak yang sulit
dengan rupturnya kapsul posterior dan hilangnya vitreus
meningkatkan kemungkinan terjadinya ablasio retinapasca bedah.
7. Endoftalmitis
Endoftalmitis termasuk komplikasi pasca operasi katarak yang
jarang, namun sangat berat. Gejala endoftalmitis terdiri atas nyeri
ringan hingga berat, hilangnya penglihatan, floaters, fotofobia,
inflamasi vitreus, edem palpebra atau periorbita, injeksi siliar,
kemosis, reaksi bilik mata depan, hipopion, penurunan tajam
penglihatan, edema kornea, serta perdarahan retina. Gejala muncul
setelah 3 sampai 10 hari operasi katarak. Penyebab terbanyak adalah
20
Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus aureus, dan
Streptococcus.Penanganan endoftalmitis yang cepat dan tepat
mampu mencegah infeksi yang lebih berat. Tatalaksana pengobatan
meliputi kultur bakteri, antibiotik intravitreal spektrum luas, topikal
sikloplegik, dan topikal steroid.5
21
Berdasarkan morfologi, terdapat 2 jenis PCO, jenis fibrosis
(fibrosis type) dan jenis mutiara (pearl type). Jenis kedua lebih
sering menyebabkan kebutaan. PCO dapat efektif diterapi dengan
kapsulotomi Nd:YAG laser; beberapa komplikasi prosedur laser ini
seperti ablasio retina, merusak IOL, cystoid macular edema,
peningkatan tekanan intraokular, perdarahan iris, edema kornea,
subluksasi IOL, dan endoftalmitis.40 Pencegahan PCO lebih
ditekankan. Teknik operasi pada anak-anak menggunakan
kapsuloreksis posterior (posterior continuous curvilinear
capsulorrhexis) dan vitrektomi anterior telah terbukti menurunkan
kejadian PCO. Pemakaian IOL dengan sisi tajam (sharp-edge optic)
yang terbuat dari akrilik dan silikon, serta penggunaan agen
terapeutik seperti penghambat proteasome, juga menurunkan
kejadian PCO.
22
gangguan jaringan ikat, uveitis, retinitis pigmentosa, myopia tinggi,
dan pasien dengan riwayat operasi vitreoretina. Tatalaksana kasus
ini adalah dengan reposisi atau eksplantasi IOL.
23
BAB IV
ANALISIS KASUS
Dari pemeriksaan fisik didapatkan visus 2/60 ph (-) okuli dekstra sinistra,
yang menjelaskan terdapatnya penurunan penglihatan akibat lensa keruh pada
kedua mata. Dengan visus 2/60, pasien hanya dapat melihat hitungan jari dari
jarak 2 meter, sedangkan orang lain dapat melihat hitungan jari dalam jarak 60
meter. Pada pemeriksaan segmen anterior, didapatkan lensa yang keruh. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa pemeriksaan pada pasien
katarak ditemukan adanya kekeruhan lensa. Pada pemeriksaan lensa, didapatkan
shadow test positif yang artinya pada saat mata disinari dengan senter pada sudut
45◦ dari samping, akan terlihat bayangan iris pada lensa karena masih terdapat
jarak antara iris dan lensa. Hal ini menunjukkan bahwa pasien mengalami katarak
senilis immatur.
Pada pemeriksaan dengan slit lamp tampak bilik mata depan ke dua mata
dalam batas normal. Lensa mata pada okulus dekstra dan sinistra tampak keruh
24
dan shadow test positif. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyetakan
bahwa stadium katarak terbagi atas :
25
atau Extra Capsuler Cataract Ekstraksi, yaitu jenis operasi katarak dengan
membuang nukleus dan korteks melalui lubang di kapsula anterior. ECCE
meninggalkan kantong kapsul sebagai tempat untuk menanamkan lensa
intraokuler (IOL). Teknik bedah pada katarak yang banyak digunakan di daerah
maju adalah fakoemulsifikasi, yaitu teknik operasi menggunakan alat tip
ultrasonik untuk memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan
korteks lensa diaspirasi melalui lensa kecil. Teknik bedah fakoemulsifikasi
mempunyai kelebihan seperti penyembuhan luka yang cepat, perbaikan lebih baik,
dan tidak menimbulkan astigmatisma pasca bedah, atau dapat dikatakan bahwa
teknik pembedahan ini minimal komplikasi.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. 3rd ed. Jakarta: Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Khalilullah, Said Alvin. 2010. Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak
Senilis.
3. Vaughan, Daniel G; Asbury, Taylor and Eva, Paul Riordan. 2000.
Oftalmologi Umum. 14 th ed. Jakarta : Widya Medika.
4. Rotsos TG, Moschos MM. Cystoid macular edema. Clin Ophthalmol.
2008;2(4):919-30.
5. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and
clinical Science course. San Francisco, CA: American Academy of
Ophthalmology; 2015.
6. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada; 2012.
7. Cataracts statistics and data [Internet]. National Eye Institute; 2010
[22October 2019]; Available from: https://nei.nih.gov/eyedata/cataract.
8. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al. Vision
2020 global initiative for the elimination of avoidable blindness: Action plan
2006-2011. Geneva: World Health Organization, 2007.
9. Awasthi N, Guo S, Wagner BJ. Posterior capsular opacification: A Problem
reduced but not yet eradicated. Arch Ophthalmol. 2009;127(4):555-62.
10. Tajunisah I, Reddy SC. Dropped Nucleus Following Phacoemulsification
Cataract Surgery. Med J Malaysia. 2007;62(5):364-7.
11. Hamer CA, Buckhurst PJ, Buckhurst H. Surgically Induced Astigmatism.
2017.
12. Gimbel HV, Condon GP, Kohnen T, Olson RJ, Halkiadakis I. Late in-the-bag
intraocular lens dislocation: incidence, prevention, and management. J
Cataract Refract Surg. 2005;31(11):2193-2204.
27
13. Chen M, LaMattina KC, Patrianakos T, Dwarakanathan S. Complication rate
of posterior capsule rupture with vitreous loss during phacoemulsification at a
Hawaiian cataract surgical center: a clinical audit. Clin Ophthalmol.
2014;8:375-8.
14. Rotsos TG, Moschos MM. Cystoid macular edema. Clin Ophthalmol.
2008;2(4):919-30.
15. Hamer CA, Buckhurst PJ, Buckhurst H. Surgically Induced Astigmatism.
2017.
28