BRONKIOLITIS AKUT
Oleh:
Zabila Adwie Prilishia, S. Ked 04084821921098
Pembimbing:
dr. Sudarto, Sp.PD, K-P, FINASIM
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat
BRONKIOLITIS AKUT
Oleh:
Zabila Adwie Prilishia, S. Ked 04084821921098
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Bronkiolitis Akut”. Laporan ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik
Senior (KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSMH Palembang. Penulis
mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada dr. Sudarto, Sp.PD, K-P,
FINASIM selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama
penulisan dan penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu
hingga selesainya referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa
yang akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi yang
membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II BRONKIOLITIS AKUT .......................................................................... 3
2.1 Etiologi. .......................................................................................... 3
2.2 Faktor Risiko ................................................................................... 3
2.3 Patogenesis ...................................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 5
2.5 Diagnodis Banding .......................................................................... 6
2.6 Penegakkan Diagnosis ..................................................................... 7
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 7
2.8 Prognosis ......................................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Temuan klinis dan patofisiologi bronkiolitis viral ............................... 5
Gambar 2 Algoritma pendekatan penyakit bronkiolar .......................................... 6
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
infeksi akut dapat membuat orang dewasa kehilangan gejala-gejala parah yang
merupakan karakteristik bronkiolitis pada bayi. Bronkiolitis akut pada orang
dewasa juga dapat terlihat pada kondisi aspirasi, inhalasi toksik, penyakit jaringan
ikat, transplantasi paru-paru dan sumsum tulang, dan sindrom Stevens-Johnson.1
Mempertimbangkan hal-hal seperti rentannya bronkiolus terhadap infeksi
serta gejala-gejala yang tidak cukup spesifik pada dewasa, maka penting
khususnya bagi dokter umum untuk mengenal lebih jauh mengenai bronkiolitis
akut.
2
BAB II
BRONKIOLITIS AKUT
2.1 Etiologi
Bronkiolitis bisa disebabkan oleh RSV. Secara global, pada 2005,
RSV (respiratory syncytial virus) saja diperkirakan menyebabkan 66.000
hingga 199.000 kematian pada anak-anak di bawah 5 tahun. Selain pada
kasus anak, RSV sekarang diakui sebagai masalah yang signifikan pada
populasi orang dewasa tertentu, termasuk pasien usia lanjut, orang dengan
penyakit kardiopulmoner, dan immunocompromised.2
Selain RSV, virus lain (adenovirus, influenza, parainfluenza) dan
patogen nonviral (mikoplasma, klamidia) dapat menyebabkan sindrom
serupa.1 Pada orang dewasa dengan bronkiolitis akut gambarannya tidak
begitu jelas, namun telah dilaporkan kejadiannya pada pasien dengan
Mycoplasma pneumoniae, RSV, campak, influenza, pertusis, parainfluenza,
dan adenovirus.2
Penyebab lain bronkiolitis bisa dari cidera inhalasi, infeksi, proses
yang diinduksi obat atau paparan terhadap faktor predisposisi sebelum
timbulnya penyakit berhubungan dengan bronkiolitis akut. Penyebab
potensial lainnya dapat berupa aspirasi, transplantasi paru-paru dan sumsum
tulang, penyakit jaringan ikat dan sindrom Stevens-Johnson.3
3
2.3 Patogenesis
Patogenesis bronkiolitis dimulai dari inokulasi virus langsung pada
epitel pernapasan yang menyebabkan radang saluran pernafasan kecil.
Mekanisme penyebaran RSV di sepanjang saluran pernapasan masih belum
sepenuhnya diketahui, tetapi kemungkinan disebabkan oleh transfer sel ke
sel di sepanjang jembatan intracytoplasmic atau aspirasi sekresi nasofaring.
RSV juga dapat merusak sel-sel jalan napas struktural dan merusak sel-sel
kekebalan yang berada di paru-paru.4
Respon inflamasi inang berkontribusi terhadap patofisiologi dan
simptomatologi: Sel inang mengenali RSV melalui reseptor, dan
mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IFN-γ, IL-1β, IL-4, IL-8. Efektor ini
memengaruhi lingkungan jaringan lokal secara langsung, dan juga
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dengan menarik sel-sel imun dari
perifer. Banyak sitokin diketahui berperan dalam patogenesis bronkiolitis
RSV, dan beberapa bahkan terlibat dalam mempertahankan infeksi. Sebagai
contoh, sitokin utama sel T helper, IL-17, meningkatkan infeksi RSV
dengan meningkatkan produksi lendir, menghambat aktivasi sel T CD8, dan
mengurangi pembersihan virus.4 Secara sederhana, patofisiologi bronkiolitis
dijelaskan pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Temuan klinis dan patofisiologi bronkiolitis viral5
5
Gambar 2. Algoritma pendekatan penyakit bronkiolar6
6
dibanding asma, dan biopsi paru menunjukkan prominent infiltration dari
dinding bronkiolar dengan eosinofil.2
Sarkoidosis mungkin memiliki gejala yang sama dalam hal batuk dan
dispnea, dan kadang-kadang sarkoid saluran napas berhubungan dengan
keterbatasan aliran udara. Umumnya, sarkoidosis dikaitkan dengan pola
restriktif dan penurunan DLCO dan fungsi paru yang abnormal mungkin
normal. Namun pada biopsi paru akan menunjukkan granuloma non kaseosa
yang terbentuk dengan baik yang membuat diagnosis sarkoidosis lebih
mungkin ditegakkan.2
2.7 Tatalaksana
Perawatan yang paling umum untuk bronkiolitis biasanya adalah obat
untuk membantu mengendalikan gejala tertentu. Misalnya, obat batuk
digunakan untuk menekan batuk, dan inhaler digunakan untuk membantu
sesak napas.7
7
Perawatan lain untuk bronkiolitis biasanya tergantung pada apa yang
menyebabkan cedera pada saluran udara. Jika bronkiolitis disebabkan oleh
obat atau inhalasi zat beracun, maka membatasi paparan terkadang sudah
cukup. Jika bronkiolitis adalah akibat penyakit tertentu, maka pengobatan
mungkin termasuk obat-obatan untuk melawan penyakit-penyakit tersebut.7
Ketika gejalanya parah, mungkin diperlukan juga steroid. Steroid
digunakan untuk melawan peradangan. Steroid bekerja dengan menekan
sistem kekebalan tubuh. Meskipun sering efektif, steroid juga memiliki efek
samping, termasuk peningkatan nafsu makan, peningkatan kadar gula darah,
dan kenaikan berat badan.7
Inovasi yang paling penting dalam pengobatan bronkiolitis adalah
dukungan oksigen non-invasif dengan kanula nasal aliran tinggi/noninvasive
oxygen support with a high-flow nasal cannula (HFNC), yang sejauh ini
telah terbukti aman, layak dan hemat biaya. HFNC dapat mengurangi
resistansi jalan nafas dengan memberikan oksigen yang dilembabkan dan
dipanaskan pada inspired gas flow yang lebih tinggi sembari memberikan
contiunuous positive airway pressure (CPAP) terus menerus untuk
meningkatkan ventilasi. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan akan
dukungan pernapasan invasif/invasive respiratory support, sehingga
berpotensi menurunkan biaya serta memiliki keunggulan klinis dan efek
samping yang lebih sedikit. Namun, untuk membuktikan efektivitas HFNC,
dibutuhkan observasi lebih lanjut.8
2.8 Prognosis
Prognosis bronkiolitis dilihat dari faktor risiko dan klinis yang muncul
pada pasien. Namun penderita bronkiolitis biasanya memiliki prognosis
yang baik dan rata-rata akan mengalami perbaikan dengan pengobatan.
8
BAB III
KESIMPULAN
1. Bronkiolitis adalah kondisi gangguan saluran pernapasan bawah yang
umum terjadi pada populasi anak dibanding dewasa.
2. Pada populasi dewasa, bronkiolitis tidak hanya disebabkan oleh infeksi
RSV namun juga bisa disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, campak,
influenza, pertusis, parainfluenza, adenovirus, atau karena pajanan
terhadap faktor predisposisi seperti inhalasi.
3. Patofisiologi bronkiolitis bermula dari inokulasi patogen pada epitel
pernapasan yang menyebabkan radang saluran pernafasan kecil dan timbul
respon inflamasi inang yang juga berkontribusi pada simptomatologi.
4. Penatalaksanaan bronkiolitis tergantung dari penyebab yang mendasarinya
9
DAFTAR PUSTAKA
10