Pneumonia
Oleh:
Muhammad Fawwazi Multazam, S. Ked 04084821921100
Pembimbing:
dr. Sudarto, Sp.PD, K-P, FINASIM
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Referat
Bronkopneumonia
Oleh:
Muhammad Fawwazi Multazam, S. Ked 04084821921100
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
kepaniteraan klinik senior di Bagian/Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Pneumonia”. Laporan ini merupakan salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Senior
(KKS) di Bagian Ilmu Penyakit Dalam RSMH Palembang. Penulis mengucapkan
terima kasih yang setulus-tulusnya kepada dr. Sudarto, Sp.PD, K-P, FINASIM
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan selama penulisan dan
penyusunan referat ini, serta semua pihak yang telah membantu hingga selesainya
referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan referat ini
disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga referat ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
BAB II BRONKIOLITIS AKUT .......................................................................... 3
2.1 Etiologi. ........................................................................................... 3
2.2 Faktor Risiko ................................................................................... 3
2.3 Patogenesis ...................................................................................... 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................... 5
2.5 Diagnodis Banding .......................................................................... 6
2.6 Penegakkan Diagnosis ..................................................................... 7
2.7 Tatalaksana ...................................................................................... 7
2.8 Prognosis ......................................................................................... 8
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Temuan klinis dan patofisiologi bronkiolitis viral ............................... 5
Gambar 2 Algoritma pendekatan penyakit bronkiolar .......................................... 6
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Etiologi pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan
hal ini berdampak kepada obat yang akan diberikan. Mikroorganisme penyebab
yang tersering adalah bakteri, yang jenisnya berbeda antar negara, antara satu
daerah dengan daerah lain pada satu negara, di luar RS dan di dalam RS, antara RS
besar/ tersier dengan RS yang lebih kecil. Karena itu perlu diketahui dengan baik
pola kuman di suatu tempat. lndonesia belum mempunyai data mengenai pola
kuman penyebab secara umum, karena itu meskipun pola kuman di luar negeri tidak
sepenuhnya cocok dengan pola kuman di lndonesia, maka pedoman yang
berdasarkan pola kuman diluar negeri dapat dipakai sebagai acuan secara umum.
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Etiologi
Bronkiolitis bisa disebabkan oleh RSV. Secara global, pada 2005, RSV
(respiratory syncytial virus) saja diperkirakan menyebabkan 66.000 hingga
199.000 kematian pada anak-anak di bawah 5 tahun. Selain pada kasus anak,
RSV sekarang diakui sebagai masalah yang signifikan pada populasi orang
dewasa tertentu, termasuk pasien usia lanjut, orang dengan penyakit
kardiopulmoner, dan immunocompromised.2
Selain RSV, virus lain (adenovirus, influenza, parainfluenza) dan
patogen nonviral (mikoplasma, klamidia) dapat menyebabkan sindrom
serupa.1 Pada orang dewasa dengan bronkiolitis akut gambarannya tidak
begitu jelas, namun telah dilaporkan kejadiannya pada pasien dengan
Mycoplasma pneumoniae, RSV, campak, influenza, pertusis, parainfluenza,
dan adenovirus.2
Penyebab lain bronkiolitis bisa dari cidera inhalasi, infeksi, proses yang
diinduksi obat atau paparan terhadap faktor predisposisi sebelum timbulnya
penyakit berhubungan dengan bronkiolitis akut. Penyebab potensial lainnya
dapat berupa aspirasi, transplantasi paru-paru dan sumsum tulang, penyakit
jaringan ikat dan sindrom Stevens-Johnson.3
3
2.3 Patogenesis
Patogenesis bronkiolitis dimulai dari inokulasi virus langsung pada
epitel pernapasan yang menyebabkan radang saluran pernafasan kecil.
Mekanisme penyebaran RSV di sepanjang saluran pernapasan masih belum
sepenuhnya diketahui, tetapi kemungkinan disebabkan oleh transfer sel ke sel
di sepanjang jembatan intracytoplasmic atau aspirasi sekresi nasofaring. RSV
juga dapat merusak sel-sel jalan napas struktural dan merusak sel-sel
kekebalan yang berada di paru-paru.4
Respon inflamasi inang berkontribusi terhadap patofisiologi dan
simptomatologi: Sel inang mengenali RSV melalui reseptor, dan
mengeluarkan sitokin inflamasi seperti IFN-γ, IL-1β, IL-4, IL-8. Efektor ini
memengaruhi lingkungan jaringan lokal secara langsung, dan juga
menyebabkan terjadinya proses inflamasi dengan menarik sel-sel imun dari
perifer. Banyak sitokin diketahui berperan dalam patogenesis bronkiolitis
RSV, dan beberapa bahkan terlibat dalam mempertahankan infeksi. Sebagai
contoh, sitokin utama sel T helper, IL-17, meningkatkan infeksi RSV dengan
meningkatkan produksi lendir, menghambat aktivasi sel T CD8, dan
mengurangi pembersihan virus.4 Secara sederhana, patofisiologi bronkiolitis
dijelaskan pada Gambar 1.
4
Gambar 1. Temuan klinis dan patofisiologi bronkiolitis viral5
5
Gambar 2. Algoritma pendekatan penyakit bronkiolar6
6
asma, dan biopsi paru menunjukkan prominent infiltration dari dinding
bronkiolar dengan eosinofil.2
Sarkoidosis mungkin memiliki gejala yang sama dalam hal batuk dan
dispnea, dan kadang-kadang sarkoid saluran napas berhubungan dengan
keterbatasan aliran udara. Umumnya, sarkoidosis dikaitkan dengan pola
restriktif dan penurunan DLCO dan fungsi paru yang abnormal mungkin
normal. Namun pada biopsi paru akan menunjukkan granuloma non kaseosa
yang terbentuk dengan baik yang membuat diagnosis sarkoidosis lebih
mungkin ditegakkan.2
2.7 Tatalaksana
Perawatan yang paling umum untuk bronkiolitis biasanya adalah obat
untuk membantu mengendalikan gejala tertentu. Misalnya, obat batuk
digunakan untuk menekan batuk, dan inhaler digunakan untuk membantu
sesak napas.7
7
Perawatan lain untuk bronkiolitis biasanya tergantung pada apa yang
menyebabkan cedera pada saluran udara. Jika bronkiolitis disebabkan oleh
obat atau inhalasi zat beracun, maka membatasi paparan terkadang sudah
cukup. Jika bronkiolitis adalah akibat penyakit tertentu, maka pengobatan
mungkin termasuk obat-obatan untuk melawan penyakit-penyakit tersebut.7
Ketika gejalanya parah, mungkin diperlukan juga steroid. Steroid
digunakan untuk melawan peradangan. Steroid bekerja dengan menekan
sistem kekebalan tubuh. Meskipun sering efektif, steroid juga memiliki efek
samping, termasuk peningkatan nafsu makan, peningkatan kadar gula darah,
dan kenaikan berat badan.7
Inovasi yang paling penting dalam pengobatan bronkiolitis adalah
dukungan oksigen non-invasif dengan kanula nasal aliran tinggi/noninvasive
oxygen support with a high-flow nasal cannula (HFNC), yang sejauh ini telah
terbukti aman, layak dan hemat biaya. HFNC dapat mengurangi resistansi
jalan nafas dengan memberikan oksigen yang dilembabkan dan dipanaskan
pada inspired gas flow yang lebih tinggi sembari memberikan contiunuous
positive airway pressure (CPAP) terus menerus untuk meningkatkan
ventilasi. Hal ini dapat mengurangi kebutuhan akan dukungan pernapasan
invasif/invasive respiratory support, sehingga berpotensi menurunkan biaya
serta memiliki keunggulan klinis dan efek samping yang lebih sedikit.
Namun, untuk membuktikan efektivitas HFNC, dibutuhkan observasi lebih
lanjut.8
2.8 Prognosis
Prognosis bronkiolitis dilihat dari faktor risiko dan klinis yang muncul
pada pasien. Namun penderita bronkiolitis biasanya memiliki prognosis yang
baik dan rata-rata akan mengalami perbaikan dengan pengobatan.
8
BAB III
KESIMPULAN
1. Bronkiolitis adalah kondisi gangguan saluran pernapasan bawah yang
umum terjadi pada populasi anak dibanding dewasa.
2. Pada populasi dewasa, bronkiolitis tidak hanya disebabkan oleh infeksi
RSV namun juga bisa disebabkan oleh Mycoplasma pneumoniae, campak,
influenza, pertusis, parainfluenza, adenovirus, atau karena pajanan terhadap
faktor predisposisi seperti inhalasi.
3. Patofisiologi bronkiolitis bermula dari inokulasi patogen pada epitel
pernapasan yang menyebabkan radang saluran pernafasan kecil dan timbul
respon inflamasi inang yang juga berkontribusi pada simptomatologi.
4. Penatalaksanaan bronkiolitis tergantung dari penyebab yang mendasarinya
9
DAFTAR PUSTAKA
10