Materi Ke 6
Materi Ke 6
KELOMPOK 2 :
HAERUDDIN
SANTIKA
NURAFNI
REKA
AHMAD ARDAN
PROGRAM LINIER
Contoh :
1.Tentukan himpunan penyelesaian dari
a. x < 3 d. y > 2
b.x ¿ 2 e. y ¿ -1
c. y > - 3
Jawab :
1.a. x < 3 x=3
y
HP
0 x
Contoh 1 :
Tunjukan himpunan penyelesaian yang memenuhi system pertidaksamaan
2x + y ≤ 6 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0, untuk x,y ¿ R
Jawab :
Langkah – langkah :
Lukislah grafik 2x + y ≤ 6 dengan cara :
i. Tentukan titik potong sumbu x dan sumbu y dengan table
Jika x = 0 maka y = 6
Jika y = 0 maka x = 3
Tabel
x 0 3
y 6 0
ii. Buatlah garis x = 0 , yang merupakan sumbu y , derah yang memenuhi adalah
daerah di sebelah kanan sumbu y.
iii.Buatlah garis y = 0 , yang merupakan sumbu x , derah yang memenuhi adalah
daerah di atas sumbu x.
iv.Ganbar grafik dalam koordinatkartesius sehingga terlihat himpunan
penylesaiannya :
v. Daerah grafik yang diarsir. Uji titik ( 0,0 ) maka 2.0 + 0 ≤ 6 maka titik ( 0,0 )
memenuhi.
- - - + + +
(6,0)
0 (3,0)
Contoh 2 :
A. Menetukan Model Matematika Dari Soal Cerita ( Kalimat Verbal )
Model matematika adalah suatu cara penyelesaian masalah dengan cara mengubah
bentuk kalimat verbal menjadi suatu model yang selanjutnya diselesaikan dengan
pendekatan matematika.
Contoh :
Seorang pembuat paku membuat jenis paku dari bahan yang tersedia yaitu 5,5 kg A
dan 2 kg bahan B. Paku jenis I tiap buah memerlukan 200 gram bahan A dan 75 gram
bahan B sedangkan paku jenis II tiap buah memerlukan 150 gram bahan jenis A dan 50
gram bahan jenis B.
Jika pengusaha menjual paku I dengan harga Rp 500,00 dan paku II dengan harga Rp
350,00 maka hitunglah berapa buah paku I dan paku II yang harus dibuat agar
penghasilan pengusaha maksimum?
Jawab :
Mengubah bentuk verbal menjadi model matematika dari soal diatas
Misalkan : Paku jenis I = x dan
Paku jenis II = y
Tabel
Barang Bahan A Bahan B
Paku 200 gram 75 gram
jenis I
Paku 150 gram 50 gram
jenis II
Jumlah 5.500 gram 2.000 gram
Berdasarkan table sebelumnya didapat persamaan sebagai berikut :
4x + 3y ≤ 110
x 0 55
2
y 110 0
3
3x + 2y ≤ 80
x 0 80
3
y 4 0
0
4x + 3y = 110 x2 8x + 6y = 220
3x + 2y = 80 x3 9x + 6y = 240
-x = -20
x = 20
untuk x = 20
3x + 2y = 80 ⇔ 3.20 + 2y = 80
2y = 80 – 60
20
y= 2 = 10 maka titik potong (20,10)
⇔ Gambar grafik fungsi penyelesaiannya
y
C(0,110/3)
B(20,10)
4x + 3y = 110
A(80/3,0)
x
0 3x + 2y = 80
Untuk menentukan nilai optimum,selain dengan mencari titik – titik yang koordinat –
koordinatnya memenuhi syarat yang diberikan, dapat juga dilakukan dengan
menggunakan garis – garis sejajar itu mempunyai persamaan ax + by = k ,dengan k
¿ R dan ax + by merupakan bentuk obyektif. Kerena garis – garis yang sejajar itu di
gunakan untuk menyelidiki nilai optimum,maka garis – garis itu disebut garis
selidik.Agar himpunan garis – garis sejajar ax + by = k mudah dilukis, maka mulailah
dengan melukis garis yang melalui tttik pangkal , yaitu jika k = 0. Kemudian, garis –
garis ax + by = k untuk k = 1,2,3,4, ……dilukis dengan penggaris.
Contoh :
Tentukan nilai maksimum dari 3x + 2y yang memenuhi :
x + y ≤ 5 ; x ≥ 0 ;y ≥ 0
Jawab ;
3x +2y = k2 maka 3.0 + 2.5 = 10
3x +2y = k2 maka 3.5 + 2.0 = 15
Jadi nilai maksimum adalah 15
y
x + y =5
3x + 2y = k3
x
3x + 2y = k1 3x + 2y = k2
MATRIKS
Kompetensi Dasar
Menjelaskan matriks dan kesamaan matriks dengan menggunakan masalah kontekstual
dan melakukan operasi pada matriks yang meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian skalar, dan perkalian, serta transpose
Indikator
Menjelaskan konsep dan bentuk umum matriks
Menjelaskan operasi aljabar matriks
Menjelaskan jenis-jenis matriks
Menjelaskan sifat-sifat matriks
Menjelaskan tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 2x2
Menjelaskan tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 3x3
Menghitung determinan matriks persegi ordo 2x2 3.3.8
Menhitung determinan matriks persegi ordo 3x3
Menghitung Minor, Kofaktor dan Adjoin matriks persegi ordo 3 x 3
Menghitung invers suatu matriks ordo 2 x 2 dan ordo 3 x 3
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat mengetahui konsep dan bentuk umum matriks
Siswa dapat mengetahui operasi aljabar matriks
Siswa dapat mengetahui jenis-jenis matriks
Siswa dapat mengetahui sifat-sifat matriks
Siswa dapat mengetahui tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 2x2
Siswa dapat mengetahui tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 3x3
Siswa dapat mengetahui cara mencari determinan matriks persegi ordo 2x2 3.3.8
Siswa dapat mengetahui cara mencari determinan matriks persegi ordo 3x3
Siswa dapat mengetahui cara mencari Minor, Kofaktor dan Adjoin matriks persegi
ordo 3 x 3
Siswa dapat mengetahui menyelesaikan invers suatu matriks ordo 2 x 2 dan ordo 3 x 3
1. PENGERTIAN
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan
kolom yang berbentuk persegi panjang. Baris sebuah matriks adalah
susunan bilangan-bilangan yang mendatar dalam matriks. Kolom sebuah
matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang tegak dalam matriks.
Susunan bilangan – bilangan tersebut terletak dalam alokade atau kurung
besar.Bilangan – bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri atau
elemen.Matriks dengan ukuran matriks yang disebut ordo.Sebuah matriks
divariabelkan dengan huruf kapital tebal yang disebut penamaan matriks.
[ ]
a11 a 12 . .. a1 n baris
a21 a 22 . .. a 2n 1baris
. 2
am 1 am 2 . .. amn
baris
m
Kolom
Kolom
Kolom
1
mn
a ¿ ¿¿ ¿ adalah elemen atau unsur matriks yang terletak pada baris ke-m dankolom ke-
n
Nama matriks ditulis dengan menggunakan huruf besar A,B, P, Q, dsb . Sedangkan
Unsur/elemen-elemen suatu matriks dengan huruf kecil sesuai nama matriks dengan
indeks sesuai letak elemennya, seperti a11, a12, ...
[ ]
1 4 6 −3 8
2 −5 9 12 −4
Contoh 1: Diketahui matriks A = 3 0 7 5 10
Tentukan :
a. banyak baris d. elemen-elemen kolom ke-3
b. banyak kolom e.
a3 .4
c. elemen-elemen baris ke-1 f.
a1 .3
[ ]
1 7
A= −2 5
Contoh 2: Diketahui 3 8
Tentukan letak elemen -2 dan 8 !
2. ORDO MATRIKS
[ ]
1 0
Q= 5 4
Contoh : Diketahui
P= [ −1 3 −6 4
5 0 2 8 ] 9 −3
Tentukan ordo matriks P dan Q
3. JENIS-JENIS MATRIKS
1. Matriks Nol
Yaitu matriks yang setiap elemennya nol.
[ ]
0 0 0
C= 0 0 0
Contoh :
A= 0 0
0 0 [ ] ,
[
B= 0 0 0
0 0 0 ] 0 0 0
2. Matriks Baris
Yaitu matriks yang hanya mempunyai satu baris
Contoh : A= [ 3 −2 4 ] , B=[ −1 0 2 3 ]
3. Matriks Kolom
Yaitu matriks yang hanya mempunyai satu kolom.
[]
−1
[]
4 0
Q=
P= −5 6
Contoh : 8 3
4. Matriks Bujur sangkar/Matriks Persegi
Yaitu suatu matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama.
Ordo matriks n x n sering disingkat dengan n saja.
[ ]
1 2 4 6
[ ]
1 2 3 5 7 −3 2
M=
L= 0 2 1
Contoh :
K= 2 −3
5 4 [ ,
] −2 3 0 ,
0
−6
9 4 9
2 5 6
5. Matriks Diagonal
Yaitu matriks persegi yang semua elemennya nol, kecuali elemen-elemen diagonal
utamanya.
[ ]
−2 0 0 0
[ ]
−1 0 0 0 1 0 0
F=
E= 0 2 0 0 0 5 0
Contoh : 0 0 5 0 0 0 4
6. Matriks Satuan /MatriksIdentitas (I)
Yaitu matriks persegi yang semua elemen diagonal utamanya satu, dan elemen lainnya
nol.
[ ]
1 0 0 0
[ ]
1 0 0 0 1 0 0
I 4=
I3= 0 1 0
Contoh :
I2= [ ] 1 0
0 1 0 0 1
0
0
0
0
1
0
0
1
7. Matriks Skalar
Yaitu matriks persegi yang semua elemen pada diagonal utamanya sama, tetapi bukan
nol dan semua elemen lainnya nol.
[ ] [ ] [ ]
3 0 0 −2 0 0 5 0 0
A= 0 3 0 B= 0 −2 0 C= 0 5 0
Contoh : 0 0 3 0 0 −2 0 0 5
[ ]
5 7 9 4
[ ]
2 1 −3 0 −1 1 6
B=
A= 0 1 4 0 0 4 8
Contoh : 0 0 5 0 0 0 3
9. Matriks Segitiga Bawah
Yaitu matriks yang semua elemen di atas diagonal utamanya nol.
[ ]
5 0 0 0
[ ]
3 0 0 0 −1 0 0
B=
K= 4 4 0 9 3 4 0
Contoh : 1 −3 2 8 2 6 7
[ ]
2 3
adalah : −4 5
[ ]
3 2 −1
4 0 2
1 −5 4
Dua matriks dikatakan sama jika ordo dan elemen-elemen yang seletak sama.
Contoh 1:
A= [ ]
a b
c d
B= [ ]
p q
r s
Jika A= B maka: a=p, b=q, c=r dan d=s
Transpose (putaran) matriks A yaitu matriks yang diperoleh dari matriks A dengan
menukarkan elemen-elemen pada baris menjadi kolom dan sebaliknya elemen-elemen
pada kolom menjadi baris.
T
Transpose matriks A dinyatakan dengan A atau A’.
Contoh 3: Jika
P= 1 2 4
7 3 9 [ ] maka tentukan P
T
[ ]
1 7
2 3
Jawab : P
T
= 4 9
OPERASI MATRIKS
1. PENJUMLAHAN MATRIKS
Dua matriks dapat dijumlahkan jika ordonya sama. Yang dijumlahkan yaitu elemen-
elemen yang seletak.
[ ][ ] [
a b
c d
+
p q
r s
a+ p b+q
= c +r d+s
]
Contoh 1:
A=
[ ] 1 2
3 4 ,B =
[ ] 2 1
−2 −1
Maka A + B =
[ ] [ ] [
1 2
3 4 +
2 1
−2 −1 =
1+2 2+1
3+(−2) 4+(−1 ) ] [ ]
=
3 3
1 3
Contoh 2: Jika
A= [ ]2 0
1 3 ,
B= [ ]
3 1
2 4 dan
C= [ 5 −2
4 0 ], tentukan :
a). A + B b). B + A c). B + C d). A + (B + C) e) A+B f). (A + B) + C
Jawab : a. A + B =
[ ] [ ] [ ]
2 0
1 3
+
3 1
2 4 =
5 1
3 7
b. B + A =
[ ] [ ]
3 1
2 4
+2 0
1 3 =
[
5 1
3 7 ]
c. B + C =
[ ] [ ]
3 1
2 4
+
5 −2
4 0 [
8 −1
= 6 4
]
d. A + (B + C) =
[ ] [
2 0
1 3 +
8 −1
6 4 ] =
= [ 10 −1
7 7 ]
e. (A + B) =
[ ] [ ]
2 0
1 3
+
3 1
2 4
5 1
= 3 7
[ ]
f. (A + B)+C =
[ ] [
5 1
3 7
+
5 −2
4 0 = 7 7 ] [ ]
10 −1
Contoh 3: Diketahui
A= 1 2
3 4 [ ] [ −1 −2
+ −3 −4
] [ ]
dan
O= 0 0
0 0 .
Tunjukkan : a. A + (-A) = (-A) + A = O
b. A + O = O + A = A
Jawab : a. A + (-A) =
[ ]
1 2
3 4 +
[ ] [ ]
−1 −2
−3 −4
0 0
= 0 0
(-A) + A =
[ ]
−1 −2
−3 −4 [ ] [ ]
1 2
+ 3 4
0 0
= 0 0
b. A + O =
[ ] [
1 2
3 4
+
0 0
0 0 ] [ ]
1 2
= 3 4
O+A=
[ ] [
0 0
0 0
+
1 2
3 4 ] [ ]
1 2
= 3 4
Dua matriks dapat dikurangkan jika ordonya sama. Yang dikurangkan elemen-elemen
yang seletak.
[ ][ ] [
a b
c d
−
p q
r s
a− p b−q
= c−r d−s
]
Contoh : Jika
A= [ 2 −3
−1 4 ] dan
B= [ 4 −1
3 −5 ] , maka tentukan :
a. A – B b. B – A c. (A-B)-C d. A-(B-C)
Jawab :
a. A – B =
[ ] [ ] [ ]
2 −3
−1 4
− 4 −1
3 −5
= −2 −2
−4 9 …
b. B – A =
[ ] [ ] [ ]
4 −1
3 −5
−
2 −3
−1 4 =
2 2
4 −9
1. A – B ¿ B – A (tidak komutatif)
2. A – (B – C) = (A – B) – C (asosiatif)
3. PERKALIAN MATRIKS
Hasil perkalian skalar k dengan sebuah matriks A yang berordo m x n adalah sebuah
matriks yang berordo m x n dengan elemen-elemennya adalah hasil kali skalar k dengan
setiap elemen matriks A.
Contoh 1: Jika
A= [ ]
2 −1
3 −5 maka tentukan :
1
− A
a. 2A b. 2
Jawab : a. 2A =
[ ] [ ]
2 2 −1
3 −5
= 4 −2
6 −10
b.
1
− A
2 = 2
. [ ] [
−1 2 −1
3 −5 ] =
1 1 /2
−3 /2 5 /2 …
Contoh 2: Jika
A= [ ]4 −2
1 3 [ ] dan
B=
6 4
3 −1 maka tentukan :
a. 2(A + B) b. 2A + 2B c. 2(3A) d. 6A
Jawab : a. 2(A + B) = 2 ((
1 3 ) ( ))
4 −2 + 6 4
3 −1
¿ 2 (10 2)=(20 4 )
4 2 8 4
b. 2A + 2B = 2
1 3 (
4 −2 +2 6 4
3 −1 ) ( )
(
¿ 8 −4 + 12 8
2 6 6 −2 )( )
¿ 20 4
8 4 ( )
c. 2(3A) = 2 3 ((
4 −2
1 3 ))
(
¿ 2 12 −6 = 24 −12
3 9 6 18 )( )
d. 6A = 6 (
4 −2 = 24 −12
1 3 6 18 )( )
Sifat-sifat perkalian skalar k dengan suatu matriks :
1. Ka = Ak
2. k(A + B) = kA + kA Sifat distributif
3. (k + l )A = kA + lA
4. (kl)A = k (lA)
Cara mengalikan matriks A dan B yaitu dengan menjumlahkan setiap perkalian elemen
pada baris matriks A dengan elemen kolom matriks B dan hasilnya diletakkan sesuai
dengan baris dan kolom pada matriks C (matriks hasil perkalian).
Misal :
[ ]
A= a b [ ]
c d dan
B= p r t
q s u maka :
[ ][ ] [
a b p r t
AB = c d q s u
ap+bq ar+bs at+ bu
= cp+dq cr+ ds ct +du
]
[ ] []
Contoh 1: Diketahui
A= 3 2 , B= 5 ,C= [ 7 9 ]
1 4 6 dan
D= 5 6
7 8 [ ] .
Terntukan :
a. AB b. AC c. AD
Jawab : a. AB =
[ ][ ] [ ] [ ]
3 2 5 15+12
1 4 6
=
5+24
=
27
29
b. AC tidak dapat dikalikan, karena banyaknya kolom matriks A ≠ banyaknya
baris matriks
[ ][ ] [
3 2 5 6 15+14 18+16 29 34
c. AD = 1 4 7 8
=
5+28 6 +32
=
33 38 ][ ] …
Contoh 2: Diketahui
[ ] [
A=
1 2
0 3
, B=
4 0
−2 5 ] dan
C= [ 3 −2
1 4 ] .
Tentukan :
a. AB b. BA c. BC d. AC e. (AB)C f. A(BC)
g. B + C h. A(B + C) i. AB + AC j. AI k. IA
Jawab : a. AB =
[ ][ ] [
1 2 4 0 4−4 0+10
= =
0 10
0 3 −2 5 0−6 0+15 −6 15 ][ ]
b. BA =
[ ][ ] [
4 0 1 2
=
4+0 8+0
=
4 8
−2 5 0 3 −2+0 −4+15 −2 11 ][ ]
c. BC =
[ ][ ] [
−2 5 1 4 ][ ]
4 0 3 −2 = 12+0 −8+0 = 12 −8
−6 +5 4+20 −1 24
d. AC =
[ ][ ] [
1 2 3 −2 3+2 −2+8 5 6
0 3 1 4
=
0+3 0+12
= ][ ]
3 12
e. (AB)C =
[ ][ ] [
0 10 3 −2
−6 15 1 4
=
0+10 0+40
][ ]
=
10 40
−18+15 12+60 −3 72
f. A(BC) =
[ ][ ] [
0 3 −1 24 0−3 0+72 ][ ]
1 2 12 −8 = 12−2 −8+48 = 10 40
−3 72
g. B + C =
[ ][ ][ −2+1 5+4 ][ ]
4 0 + 3 −2 = 4+3 0+(−2 ) = 7 −2
−2 5 1 4 −1 9
h. A(B + C) =
[ ][ ] [
0 3 −1 9
= ][
1 2 7 −2 7−4 −2+18
0−3 0+27
=
3 16
−3 27 ]
i. AB + AC =
[ ][ ] [
−6 15 3 12 ][
0 10 5 6 = 15+14 18+16 = 29 34
5+28 6+32 33 38 ]
[ ][ ] [
j. AI = 0 3 0 1
][ ]
1 2 1 0 1+0 0+2 1 2
= =
0+0 0+3 0 3 …
k. IA =
[ ][ ] [ ][ ]
1 0 1 2 1+0 2+0 1 2
= =
0 1 0 3 0+0 0+3 0 3 …
INVERS MATRIKS
Misal
A= [ ]
a b
c d [ ]dan
B=
p q
r s maka :
AB = I ⇒
[ ][ ] [ ]
a b p q =1 0
c d r s 0 1 ⇒ [ ap+br
cp+ dr ][ ]
aq+bs = 1 0
cq+ ds 0 1
ap + br = 1
d −c
p= r=
⇒ ad−bc dan ad −bc
cp + dr = 0
aq + bs = 0
−b a
q= s=
⇒ ad−bc dan ad−bc
cq + ds = 1
Karena B= A
−1
=
[ ] p q
r s maka
−1
A =
1
[
d −b
ad −bc −c a ]
ad – bc disebut Determinan (D) atau |A| atau det(A).
Jadi D=|A|=det( A )=ad−bc .
Jika D = 0, maka matriks A tidak mempunyai invers dan matriks A disebut matriks
Singular. Jika ad – bc ¿ 0 maka matriks A disebut matriks Non Singular.
X = BA
−1
[
¿ 13 −3
1 2 1
−3 −2 7 −3 2 ][ ]
[ ]
2 1
[
¿ 13 −3 7
−3 −2 −3 ] 7
2
7 7
[ ][
26 9 13 −6
+ +
¿
7 7
−6 6
+
7
−3 −4
+
7
=
5 1
0 −1 ]
7 7 7 7
[ ]
a11 a12 a 13
A= a21 a 22 a 23 a11 a12 a13 a11 a12
a31 a32 a 33 |A|=|a 21 a22 a23|a21 a22 |
⇒ det (A) = a 31 a32 a33 a31 a32
[ ]
1 2 3
P= 1 3 4
Contoh 1: Jika 1 4 3 maka tentukan |P|
| | |
1 2 3 1 2
Jawab : |P|= 1 3 4 1 3
1 4 3 1 4
¿ 9+8+12−(9+16+6)
¿ 29−( 31 ) =−2
Minor yaitu sebuah determinan yang diperoleh dengan cara menghilangkan baris ke-i dan
kolom ke-j, dan ditulis dengan
M ij . Sedangkan koofaktor diperoleh dari perkalian
M ij dengan (−1 )i+ j dan ditulis dengan
A ij . Sedangkan adjoint yaitu koofaktor
yang ditransposekan dan ditulis dengan Adj(A).
[ ]
5 4 8
Contoh 2: Diketahui M = −3 3 5 . Tentukan :
2 2 4
a. M 12 b. M 22 c. C11 d. C12 e. C(M)
f. Adj(M)
Jawab : a. M 12 = |2 4 |
−3 5 =−12−10=−22
b. M 22 = | |
5 8 =20−16=4
2 4
c. C11 =
2 4 | |
(−1)2 3 5 =(−1)4 .2=2
d. C12 =
|
2 4
3
|
(−1)3 −3 5 =(−1 ) .(−2 2)=22
[ ]
2 22 −12
e. C(M) = 0 4 −2
−4 −49 27
f. Adj = Ct ( A)
[ ]
2 0 −4
Adj(A) = 22 4 −49
−12 −2 27
1
A−1 = Adj( A )
|A|
[ ]
5 4 8
Contoh 3: Tentukan invers dari M = −3 3 5
2 2 4
1
Jawab : A−1= .( Adj A)
det A
|M |=a11 .C 11 + a12 . C12 +a13 .C 13
¿ 5.2+ 4.22+8.(−12)
¿ 10+88−96
¿2
[
1 2
]
0 −4
A−1= 22 4 −49
2
−12 −2 27
[ ]
1 0 −2
1
−1 11 2 −24
A = 2
1
−6 −1 13
2
VEKTOR
Suatu vektor digambarkan dengan suatu anak panah di mana panjangnya anak panah
menyatakan besarnya vektor dan arah anak panahmenunjukkan arah dari vektor.
B Gambar ini menunjukkan gambar vektor, A disebut titik
tangkap vektor / titik pangkal vektor dan B disebut titik
ujung
a vektor (terminal).
A Vektor tersebut dinyatakan :
⃗
AB atau a .
B (x2, y2)
A (x1, y1)
x
2. Vektor Negatif
Vektor negatif dari a adalah vektor yang besarnya sama
dengan
a b vektor a tetapi arahnya berlawanan dan ditulis a .
Diperoleh: a = b .
3. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol dan arahnya tak tentu. Pada sistem
koordinat kartesius vektor nol digambarkan berupa titik. Di ruang dimensi dua vektor nol
dilambangkan dengan O =
(00 ) .
4. Vektor Posisi
Vektor posisi adalah vektor yang titik pangkalnya terletak pada pusat koordinat O(0,0) dan
titik ujungnya berada pada koordinat lain. Vektor posisi pada R 2 dari titik A(x,y) dinyatakan
sebagai kombinasi linear vektor satuan sebagai berikut :
()
⃗a = x =x i⃗ + y ⃗j
y
Penulisan vektor
⃗i dan
⃗j menyatakan vektor satuan pada sistem koordinat. Vektor satuan
⃗i adalah vektor yang searah dengan sumbu X positif dan besarnya 1 satuan. Vektor satuan
⃗j adalah vektor yang searah dengan sumbu Y positif dan besarnya 1 satuan.
⃗
AB = √( x 2−x 1 ) +( y 2− y1 )2
2
.
Contoh:
Diketahui titik A(3, -5) dan B(-2, 7), tentukan hasil operasi vektor tersebut !
a. Komponen vektor
⃗
AB
b. Modulus/besar vektor
⃗
AB
Jawab:
a. Komponen vektor
⃗
AB =
(7−(−5
−2−3
)) =(−512 )
b. Modulus/besar vektor
⃗
AB =
⃗
AB = √(−5)2+122= √25+144=√ 169=13
6. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang (besar) 1 satuan. Vektor satuan dapat
ditentukan dengan cara membagi vektor tersebut dengan besar (panjang) vektr semula.
a
e=
Vektor satuan dari vektor a dirumuskan: |a| .
b a + b
b
a a
Cara: pangkal vektor b digeser ke ujung vektor a maka vektor hasil a + b adalah
vektor yang menghubungkan pangkal vektor a dengan ujung vektor b .
b
b a + b
a a
Cara: pangkal vektor b digeser ke pangkal vektor a , dilukis jajar genjang, maka
diagonal dari ujung persekutuan adalah a + b .
Untuk melakukan penjumlahan lebih dari dua vektor digunakan aturan segi banyak
(potongan).
b c a + b + c c
a b
a
b. Cara Analitis
1) Apabila kedua vektor diketahui mengapit sudut tertentu , maka dapat digunakan
perhitungan dengan memakai rumus aturan cosinus seperti pada trigonometri.
( a + b ) = √ a +b +2abCos θ
2 2
a
2) Jika vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka penjumlahan
dapat dilakukan dengan menjumlahkan komponennya.
xA xB xA+xB
Misalnya: a =
yA
dan b =
yB ( )maka a + b =
y A+ yB () ( )
Contoh:
a) Apabila
( ) a= 2
−3 dan
b= −4
3( ) maka a + b =
( −3+3 )=( 0 )
2+(−4 ) −2
= √ 28=2 √ 7
2. Pengurangan Vektor
a a
b
a b
- b
Apabila vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka
pengurangan dapat dilakukan dengan mengurangkan komponen-komponennya.
Jika a suatu vektor dan m adalah skalar (bilangan nyata), maka m a atau a m adalah
suatu vektor dengan kemungkinan :
a. Jika m > 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan searah dengan
a .
b. Jika m < 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan arahnya
berlawanan dengan a .
c. Jika m = 0 maka m a adalah nektor nol.
1
a 2 a 2 a -3 a
Jika a =
(32) maka 2 a =2
(32) (64 )=
Jika b =
()
4
2 maka
1
2 b =
() () 1
2
4
2 =
2
1
Jika
c= 2
5 () maka
−2 c=−2 (2 )=( −4 )
5 −10
Apabila titik-titik dalam vektor dapat dinyatakan sebagai perkalian vektor yang lain, titik-titik
itu disebut kolinier (segaris).
Diberikan vektor a =(a1, a2), b =(b1, b2) dan sudut yang dibentuk oleh vektor a dan
b adalah . Perkalian antara vektor a dan b dirumuskan sebagai berikut :
a . b = a . b .
Cos
Contoh:
Jawab:
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut :
a =
(61 ) a1 = 6 dan a2 = 1
a . b = a1b1 + a2b2
Contoh:
Diberikan vektor a =
()
5
7 dan b =
( )
3
−2 . Tentukan hasil kali vektor a dan b
!
Jawab:
Diketahui a =
(57) a1 = 5 dan a2 = 7 , serta
b =
(−23 ) b1 = 3 dan b2 = -2
a . b = a1b1 + a2b2
= 5.3 + 7(-2)
= 15 + (-14)
=1
Jadi, hasil kali vektor a dan b adalah 1.
Sementara itu, dari dua buah vektor pada sistem koordinat kartesius dapat kita cari
besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor yang dirumuskan sebagai berikut :
a1 b1 + a 2 b 2
Cos = |a||b|
P2 P
O Yp Y
Xp P3
X
a. OP = Xp
⃗i + Yp
⃗j + Zp
⃗k merupakan bentuk kombinasi linear dari
⃗i ,
⃗j ,
⃗k .
Dengan
⃗i ,
⃗j ,
⃗k merupakan vektor satuan dalam koordinat ruang (
⃗i = vektor satuan
pada sumbu X,
⃗j = vektor satuan pada sumbu Y dan
⃗k = vektor satuan pada sumbu Z).
Xp
b. OP =
()
Yp
Zp
merupakan bentuk kmponen vektor.
Vektor posisi titik P adalah vektor OP yaitu vektor yang berpangkal di O(0,0,0) dan
berujung di titik P(x,y,z). Secara aljabar vektor OP dapat ditulis sebagai berikut :
()
x
y
OP = z atau OP = (x,y,z)
Vektor OP = (x,y,z) pada dimensi tiga dapat dinyatakan sebagaikombinasi linear dari
vektor satuan
⃗i ,
⃗j ,
⃗k sebagai berikut :
()
x
y
OP = z = x ⃗i + y ⃗j + z ⃗k
Sebuah vektor AB dengan koordinat titik pangkal A (x1, y1, z1) dan koordinat titik ujung
B (x2, y2, z2) memiliki vektor posisi sebagai berikut :
x2 x1 x 2−x 1
AB =
OB−OA= y 2 − y 1 = y 2− y 1
z2 z1 ( )( )( )
z 2−z 1
2. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang 1 satuan. Vektor satuan dari vektor a
didefinisikan vektor a dibagi dengan besar vektor a sendiri, yang dirumuskan dengan :
a
e=
|a|
3. Modulus Vektor
a1
Misalnya a =
() a2
a3
= a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , panjang vektor a dinotasikan a
( )()
3−1 2
7−4 = 3
9−6 3
AB = √(3−1 )2+(7−4 )2+(9−6 )2=√ 22+32+32=√22
Jadi, modulus vektor AB adalah √ 22 .
b. a = √ 22+12+3 2= √14 .
Jadi, modulus vektor a adalah √ 14 .
4. Kesamaan Vektor
Misal :
a1 b1
a =
() a2
a3
atau a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , dan b =
()
b2
b3
atau b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k
a = b jika dan hanya jika a1 = b1, a2 = b2, a3 = b3 .
5. Vektor Negatif
Misal :
a1 b1
a =
()
a2
a3
atau a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , dan b =
()
b2
b3
atau b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k
a = b jika dan hanya jika a1 = b1, a2 = b2, a3 = b3 .
6. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol satuan dan arahnya tak tentu (berupa
titi).
()
0
0
Vektor nol pada dimensi 3 dilambangkan dengan O = (0,0,0) atau O = 0 .
Contoh:
Hitunglah jumlah dari dua buah vektor berikut !
() ()
2 −1
−3 4
a. a = 5 dan b = −2
b. a =2
⃗i +
⃗j -4
⃗k dan b =3
⃗i +5
⃗j +
⃗k
Jawab:
( ) ( ) ( )()
2 −1 2+(−1 ) 1
−3 4 −3+ 4 = 1
a. a + b = 5 + −2 =
5+(−2) 3
b. a + b = (2 + 3)
⃗i + (1 + 5)
⃗j + (-4 + 1)
⃗k =5
⃗i +6
⃗j -3
⃗k
Contoh:
Hitunglah a b jika :
() ()
8 3
6 1
a. a = 7 dan b = 4
b. a =8
⃗i +6
⃗j +9
⃗k dan b =3
⃗i +5
⃗j +2
⃗k
Jawab:
() () ( )()
8 3 8−3) 5
6 1 6−1 = 5
a. a b = 7 - 4 =
7−4 ) 3
b. a b = (8 - 3)
⃗i + (6 - 5)
⃗j + (9 - 2)
⃗k =5
⃗i +
⃗j +7
⃗k
c. a =
( ) c . a2
c . a3
Contoh:
() ( )( )
5 3 .5 15
2 3.2 = 6
1. Diberikan vektor a = 4 , maka 3. a = 3 . 4 12
2. Diberikan vektor b =2
⃗i +
⃗j -3
⃗k , maka 4. b = 4.2
⃗i + 4.
⃗j - 4.3
⃗k =8
⃗i +4
⃗j - 12
⃗k
a =
()
a2
a3
dan b =
()
b2
b3
Diperoleh :
Contoh:
1. Hitunglah perkalian skalar antara a =2
⃗i +3
⃗j +5
⃗k dan b =2
⃗i +
⃗j +3
⃗k
Jawab:
a . b = a1b1 + a2b2 + a3b3
= 2.2 + 3.1 + 5.3 = 4 + 3 + 15 = 22
() ()
1 2
3 1
2. Jika a = 5 dan b = 6 , hitunglah a . b !
Jawab:
a . b =1.2+3.1+5.6
= 2 + 3 + 30 = 35
a .b a1 b1 + a2 b 2 +a 3 b3
=
Cos =
|a||b|
√
( a 2 +a 2 2 +a 2 )( b1 2 +b 2 + b 2 )
1 3 2 3
Contoh:
Hitunglah besar sudut di antara a =
⃗i +2
⃗j +2
⃗k dan b =2
⃗i +3
⃗j -6
⃗k !
Jawab:
a .b a1 b1 + a2 b 2 +a 3 b3
=
Cos =
|a||b|
√
( a 2 +a 2 2 +a 2 )( b1 2 +b 2 + b 2 )
1 3 2 3
Contoh:
Diketahui vektor a =2
⃗i +3
⃗j +2
⃗k dan vektor b =3
⃗i +2
⃗j -3
⃗k .
Tentukan a x b !
Jawab:
i j k
|2 3 2|
a x b = 3 2 −3
3 2 2 2 2 3
| | | | | |
=i 2 −3 - j 3 −3 +k 3 2
= (-9 – 4)i – (-6 – 6)j + (4 – 9)k
= -13i + 12j – 5k
TRANSFORMASI GEOMETRI
A. TRANLASI
Minggu lalu, Candra duduk di pojok kanan baris pertama di kelasnya. Minggu ini, ia
berpindah ke baris ketiga lajur keempat yang minggu lalu ditempati Dimas. Dimas
sendiri berpindah ke baris kedua lajur kedua yang minggu lalu ditempati Sari.
Perhatikan perpindahan tempat duduk Candra dan Dimas ini.
Candra berpindah 2 lajur ke kiri dan 2 baris ke belakang. Saat berpindah ini, Candra
telah melakukan translasi 2 satuan ke kiri dan 2 satuan ke atas yang ditulis sebagai
(−22 )
Kemudian, Dimas berpindah 2 lajur ke kiri dan 1 baris ke depan. Saat berpindah ini,
Dimas telah melakukan translasi 2 satuan ke kiri dan 1 satuan ke bawah yang ditulis
sebagai
( )
−2
1
Misalkan, tempat duduk Candra minggu lalu di titik N(a, b) pada koordinat
dengan
T = a+c
b+ d ( ) Translasi T ini merupakan translasi T1 dilanjutkan dengan T2,
Oleh karena
T 1= a
b () dan
T 2= c
d () maka
( )
T 1 ∘T 2 = a+c
b+d
Contoh:
1. Translasi
T 1= p
q () memetakan titik A(1,2) ke titik A'(4,6)
a. Tentukan translasi tersebut !
b. Tentukanlah bayangan segitiga ABC dengan titik sudut A(1, 2), B(3, 4), dan
C(5, 6) oleh translasi tersebut.
c. Jika segitiga yang kalian peroleh pada jawaban b ditranslasikan lagi dengan
( )
T 2= −1
−1 Tentukan bayangannya!
d. Translasikan segitiga ABC dengan translasi T2 ◦T1. Samakah jawabannya
dengan jawaban c?
Jawaban
⃗
A ( 1,2 ) T 1 ( pq ) A ' ( 1+ p, 2+q ) = A 1 ( 4,6 )
a.
Diperoleh 1+p = 4 sehingga p = 3
2+q = 6 sehingga q = 4
d. translasi titik
T 1 ∘T 2 =
( 3+ (−1 )
)()
4 + (−1 )
=
2
3
⃗
A ( 1,2 ) (23 ) A ' ( 1+2,2+3 )= A ' (3,5 )
⃗
B ( 3,4 ) (23 ) B ' ( 3+2,4+3 )=B ' ( 5,7 )
⃗
C (−5,6 ) ( 23 ) C ' (−5+2,6+3 )=C ' (−3,9 )
Jadi bayangan segitiga ABC adalah segitiga A'B'C' dengan titik A'(3,5), B'(5,7) dan
C'(-3,9) Perhatikan bahwa segitiga yang kalian peroleh pada jawaban c sama
dengan segitiga yang kalian peroleh pada jawaban d.
⃗
P ( a , b ) (−52 ) P '' ( a−5, b+2 )
Jadi titik P'(a-5, b+2)
Perhatikan bahwa: a'= a - 5. Dari persamaan (*), didapat a = a'+ 5.
b'= b + 2. Dari persamaan (*), didapat b = b' - 2.
Dengan mensubstitusi nilai a dan b ini ke persamaan (*), akan
Diperoleh (a'+ 5-3)2 + (b' - 2+1)2 = 4
(a'+ 2)2 + (b' - 1)2 = 4
Jadi bayangan dari (a'+ 5-3)2 + (b' - 2+1)2 = 4 jika ditranslasikan dengan
( )
T = −5
2 adalah (a'+ 2)2 + (b' - 1)2 = 4
B. REFLEKSI
Kalian pasti sering bercermin. Ketika bercermin, amatilah diri dan bayangan kalian.
Apakah memiliki bentuk dan ukuran yang sama? Amati pula jarak diri kalian ke
cermin. Samakah dengan jarak bayangan kalian ke cermin? Dengan bercermin dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kalian akan menemukan beberapa sifat
pencerminan.
Dari gambar tersebut, kalian dapat mengatakan bahwa:
• Lingkaran Q kongruen dengan bayangannya, yaitu lingkaran Q’
• Jarak setiap titik pada lingkaran Q ke cermin sama dengan jarak setiap titik
bayangannya ke cermin, yaitu QA = Q’A dan PB = P’ B.
• Sudut yang dibentuk oleh cermin dengan garis yang menghubungkan setiap titik ke
bayangannya adalah sudut siku-siku.
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat refleksi.
Matriks yang bersesuaian dengan tranformasi geometri
Refleksi Rumus Matriks
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . x A ' ( x ,− y )
terhadap ( )(
x' = 1 0 x
y ' 0 −1 y )( )
sumbu-x
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . y A ' ( −x , y )
terhadap ( xy'' )=(−10 01 )( xy )
sumbu-y
Refleksi A ( x , y )⃗
y= x A ' ( y , x )
terhadap ( xy'' )=(01 10 )( xy)
garis y=x
Refleksi A ( x , y )⃗
y=−x A ' ( y ,−x )
terhadap ( xy'' )=(−10 −10 )( xy )
garis y=-x
Refleksi A ( x , y )⃗
x =k A ' ( 2k −x , y )
terhadap
garis x=k
Refleksi A ( x , y )⃗
y=k A ' ( x , 2 k− y )
terhadap
garis y=k
Refleksi A ( x , y )⃗
( p , q ) A ' ( x ', y ' )
terhadap titik Sama dengan rotasi pusat (p,q) ( )(
x '− p = cos180 ° −sin 180 ° x −p
y '−q sin180 ° cos180° y−q )( )
(p,q) sejauh 180˚
Refleksi A ( x , y )⃗
(0,0 ) A ' (−x ,− y )
terhadap titik ( )(
x ' = −1 0 x
y' 0 −1 y )( )
pusat (0,0)
Refleksi A ( x, y )⃗
y=mx A ' ( x', y' )
terhadap dengan x'=x cos2α+ y sin 2α ( )(
x ' = cos2 α sin 2 α
y ' sin 2 α −cos2 α y
x
)( )
garis y'=xsin 2α− y cos2α
y=mx,m=tan
α
Refleksi A ( x , y )⃗
y= x +k A ' ( x', y ' )
terhadap dengan x '= y −k ( xy'' )=(01 10 )( y −kx )+( 0k )
garis y=x+k y '=x+k
Refleksi A ( x, y )⃗y=−x+k A ' ( x ', y ' )
terhadap dengan x'=− y+k ( xy'' )=(−10 −10 )( y−kx )+(0k )
garis y=-x+k y'=−x+k
SIFAT-SIFAT
o Dua refleksi berturut-turut terhadap sebuah garis merupakan suatu identitas,
artinya yang direfleksikan tidak berpindah.
o Pengerjaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar, menghasilkan
translasi (pergeseran) dengan sifat:
Jarak bangun asli dengan bangun hasil sama dengan dua kali jarak kedua
sumbu pencerminan.
Arah translasi tegak lurus pada kedua sumbu sejajar, dari sumbu pertama ke
sumbu kedua. Refleksi terhadap dua sumbu sejajar bersifat tidak komutatip.
o Pengerjaaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus,
menghasilkaan rotasi (pemutaran) setengah lingkaran terhadap titik potong dari
kedua sumbu pencerminan. Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lures
bersifat komutatif.
o Pengerjaan dua refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang berpotongan akan
menghasilkan rotasi (perputaran) yang bersifat:
Titik potong kedua sumbu pencerminan merupakan pusat perputaran.
Besar sudut perputaran sama dengan dua kali sudut antara kedua sumbu
pencerminan.
Arah perputaran sama dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu kedua.
C. ROTASI
Rotasi Rumus Matriks
Rotasi A ( x, y )⃗
R ( 0,α ) A ' ( x', y' )
dengan pusat dengan x'=x cosα− y sin α ( xy'' )=(cos α
sin α cos α)( )
−sin α x
y
(0,0) dan y'=xsin α+ y cosα
sudut putar α
Rotasi A ( x, y )⃗
R ( P , α ) A ' ( x ', y' )
dengan pusat dengan x'−a=( x−a ) cosα−( y−b ) sin α ( xy'' )=(cossin αα )( ) ( )
−sin α x−a + a
cos α y−b b
P(a,b) dan y '−b=( x−a ) sin α + ( y−b ) cosα
sudut putar α
Keterangan
α + : arah putaran berlawanan putaran jarum jam
α - : arah putaran searah putaran jarum jam
SIFAT-SIFAT
Dua rotasi bertumt-turut mempakan rotasi lagi dengan sudut putar dsama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah
bentuknya.
Catatan:
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran
(rotasi), tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan
bentuk aslinya. Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.
D. DILATASI
Aini dan teman-temannya berkunjung ke IPTN. Di sana, mereka mengamati miniatur
sebuah pesawat terbang. Miniatur pesawat terbang ini mempunyai bentuk yang sama
dengan pesawat terbang sesungguhnya, tetapi ukurannya lebih kecil. Bentuk seperti
miniatur pesawat terbang ini telah mengalami dilatasi diperkecil dari pesawat terbang
sesungguhnya. Selain dilatasi diperkecil, terdapat pula dilatasi diperbesar, misalnya
pencetakan foto yang diperbesar dari klisenya. Faktor yang menyebabkan diperbesar
atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut faktor dilatasi. Faktor dilatasi ini
dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya k.
• Jika k > 1 atau k < -1, maka hasil dilatasinya diperbesar
• Jika -1 < k < 1, maka hasil dilatasinya diperkecil
• Jika k = 1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan
Dilatasi Rumus Matriks
Dilatasi dengan pusat (0,0) A ( x , y )⃗
[ 0,k ] A ' ( kx , ky )
dan faktor dilatasi k ( xy'' )=(k0 0k )( xy)
Dilatasi dengan pusat A ( x, y ) ⃗
[ P , k ] A ' ( x ', y ' )
P(a,b) dan faktor dilatasi k dengan x '−a=k ( x−a ) ( xy'' )=(k0 0k )( xy−b ) (b )
−a + a
y '−b=k ( y−b )
Komposisi transformasi
1. komposisi dua translasi berurutan
(dua sumbu yang saling tegak lurus) maka bayangan akhir A adalah A ' ( x', y' )
sama dengan rotasi titik A(x,y) dengan pusat titik potong dua sumbu (garis) dan
sudut putar 180˚
c. refleksi terhadap dua sumbu yang saling berpotongan
Jika titik A(x,y) direleksikan terhadap garis g dilanjutkan terhadap garis h, maka
bayangan akhirnya adalah A ' ( x', y' ) dengan pusat perpotongan garis g dan h
dan sudut putar 2α(α sudut antara garis g dan h) serta arah putaran dari garis g ke
h.
mk −ml
tan α=
1+mk⋅ml
ml=gradien garis l
Catatan mk =gradien garis k
d. sifat komposisi refleksi
Komposisi refleksi (refleksi berurutan) pada umumnya tidak komutatif kecuali
komposisi refleksi terhadap sumbu x dilanjutkan terhadap sumbu y (dua sumbu
yang saling tegak lurus).
3. rotasi berurutan yang sepusat
a. Diketahui rotasi R1(P(a,b),α) dan R2(P(a,b),β), maka transformasi tunggal dari
komposisi transformasi rotasi R1 dilanjutkan R2 adalah rotasi R(P(a,b),α+β)
b. Rotasi R1 dilanjutkan R2 sama dengan rotasi R2 dilanjutkan R1
4. komposisi transformasi
Diketahui transformasi
( )
T 1 = a b dan T 2 = p q
c d r s ( ) maka transformasi tunggal
dari transformasi:
a. T1 dilanjutkan T2 (T2 ◦ T1) adalah T=T2 . T1
b. T2 dilanjutkan T1 (T1 ◦ T2) adalah T=T1 . T2
Catatan T1 . T2 = T2 . T1
5. bayangan suatu kurva/bangun oleh dua transformasi atau lebih
Contoh: Tentukan bayangan garis -4x+y=5 oleh pencerminan terhadap garis y=x
dilanjutkan translasi
() 3
2 !
Jawab: misal titik P(x,y) pada garis -4x+y=5
P(x,y) dicerminkan terhadap garis y=x, bayangannya P'(y,x)
P'(y,x) ditranslasi
()
3
2 . Bayangannya P''(y+3, x+2)=P''(x'',y'')
Jadi x'' = y +3 → y = x''-3
y'' = x +2 → x = y'' -2
persamaan -4x+y=5 → -4(y'' -2) + (x'' - 3) = 5
-4y'' + 8 + x'' – 3 = 5
x'' - 4y''= 0
jadi bayangan akhirnya adalah x - 4y= 0
Contoh soal :
1. Ada 10 orang tamu + 1 tuan rumah berapa banyak jabat tangan yang mungkin
terjadi ?
Banyak jabat tangan = 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 55 kali jabat
tangan.
Barisan Bilangan
Barisan bilangan adalah susunan bilangan – bilangan yang memiliki aturan tertentu
dan di pisahkan dengan koma.
Contoh soal :
3, 5, 7, 9, 11,.... → Barisan bilangan loncat 2
11, 8, 5, 2, -1,... → Barisan bilangan loncat -3
Tentukan tiga suku pertama pada barisan yang suku umumnya di rumuskan
dengan U n=2 n+ 9 !
Jawab :
U n=2 n+ 9
U 1=2.1+9=11
U 2=2.2+9=13
U 3=2.3+ 9=15
Deret Bilangan
Jumlah suku-suku dari suatu barisan di sebut deret. Bentuk umumnya adalah sebagai
berikut.
n
U 1 +U 2 +U 3 +…+U n=∑ U i
i=1
Contoh :
Deret bilangan genap : 2 + 4 + 6 + 8 + ....
Deret bilangan persegi panjang : 2 + 6 + 12 + 20 +....
Deret bilangan kubik : 13+ 23+ 33+ 4 3+ ¿ ....
Contoh :
Tentukan beda dari suku-suku di bawah ini :
a. 4, 7, 10, 13, ...
b. -10, -6, -2, 2, ....
Jawab :
a. Beda = 7 – 4 = 3
b. Beda = -6 – (-10) = 4
U n=a+ ( n−1 ) b
Keterangan :
U n = Suku ke – n
a = Suku pertama
b = Beda
n = Banyaknya suku
Contoh :
Tentukan suku pertama, beda, dan suku ke-10 dari barisan 4, 7, 10, 13, ... ?
Jawab :
a=4
b=7–4=3
U n=a+ ( n−1 ) b
U 10=4+ ( 10−1 ) 3
U 10=31
K bilangan
Maka setelah di sisipi k bilangan, banyaknya suku pada barisan ada ( k + 2 ) = n
U n=a+ ( n−1 ) b
Pada barisan baru berlaku :
Un = a + ( k + 2 – 1 )b
Un = a + ( k + 1 )b
Contoh :
Di antara bilangan 6 dan 24 di sisipkan 8 bilangan sehingga membentuk barisan
aritmatika. Tentukan bedanya ?
Jawab :
a=6
Un = 24
k=8
U n−a 24−6 18
b= = = =2
k+ 1 8+1 9
Deret Aritmatika
Deret Aritmatika adalah bentuk penjumlahaan barisan aritmatika. Jika U1, U2, U3,
…,Un adalah barisan aitmatika, maka U1 + U2 + U3 + …,Un merupaka deret aritmatika.
Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan Sn.
Sn = U1 + U2 + U3 + …,Un
Rumus jumlah n suku pertama adalah :
1 ¿
Sn = n(a+ U n) S = 1
2 n n¿
2
Contoh :
Di ketahui deret aritmatika 4 + 8 + 12 + 16 + ...
Hitung jumlah 25 suku pertama ?
Jawab :
¿
Sn = 1 n ¿
2
¿
S25 = 1
25 ¿
2
S25 = 1300
Barisan Geometri
Misalkan suatu barisan bilangan adalah U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un
Barisan bilangan tersebut dikatakan barisan geometri, jika nilai perbandingan untuk
setiap suku ke – n ( Un ) dengan suku sebelumnya ( Un-1) adalah tetap. Nilai
perbandingan itu disebut rasio ( r ), ditulis :
Un
r=
U n−1
Dimana r ≠ 0 atau r ≠ 1
Misalkan suku pertama sama dengan a, rasio sama dengan r, maka :
U1, U2, U3, ..., Un
Un = arn-1
Uk = √ U 1 × U n
Contoh :
Di ketahui Barisan Geometri 2, 8, 32, ..., 8192. Tentukan suku tengahnya?
Jawab :
a=2
Un = 8192
Uk = √ U 1 × U n
Uk = √ 2× 8192=128
Sisipan pada Barisan Geometri
Pada barisan geometri a, ..., ..., ..., Un, disisipkan k suku.
K suku
Pada barisan geometri baru banyaknya suku adalah ( k + 2 )
Jadi, Un = arn-1 → Un = ar(k+2-1)
→ Un = ark+1
→ r = x+ 1 n
1
U
a √
Di antara bilangan dan 64 disisipkan 7 bilangan, sehingga menjadi barisan
4
geometri. Tentukan rasio?
Jawab :
√ U
r = x+ 1 n
a
√
64
r = 7+1 1
4
r = √8 64 × 4
r = √8 256 = 2
Deret Geometri
Deret geometri adalah bentuk penjumlahan suku – suku barisan geometri.
Jika U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un adalah barisan geometri, maka U1 + U2 + U3 + …,Un
merupaka deret geometri. Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan (Sn)
Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un
Rumus jumlah n suku pertama adalah :
a ( r n−1 )
S n= ; jika , r >1 dan
r−1
a ( 1−r n )
S n= ; jika , r <1.
1−r
Contoh :
Tentukan jumlah deret geometri berikut : 2 + (-10) + 50 + ... + (-6250)?
Jawab :
a ( r n −1 )
Sn=
r−1
2 ( (−5)6 −1 )
S n=
−5−1
2 ( 15624 )
Sn=
−6
S n =−5208
Deret Geometri Tak Hingga
Jika suatu deret geometri, Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un dengan n mendekati takhingga,
maka deret geometri tersebut dikatakan sebagai deret geometri tak hingga dan di tulis
dengan
S∞ = U1 + U2 + …, Un-1 + …
a ( r n −1 )
|r|≥1, maka, S ∞=lim it =∞ , karena .r ∞
Jika n→∞ r−1
a ( 1−r n ) a
|r|<1, maka S∞ =lim it = , karena r ∞ mendekati 0 .
Jika n→∞ 1−r 1−r
Sehingga, rumus jumlah deret geometri takhingga untuk |r|<1,r≠0adalah:
a
S ∞=
1−r
∑ ∑
4. k =m ak = k=m+ p ak – p
n
∑
5. k =m c = (n – m + 1)c
p−1 n n
∑ ∑ ∑
6. k =m ak + k=p ak = k =m ak
m−1
∑
7. k =m ak = 0
n n n n
∑ ∑ ∑ ∑
8. k =m (ak + bk)2 = k =m ak2 + 2 k =m ak bk + k =m bk2