Anda di halaman 1dari 59

MATEMATIKA SEKOLAH II DAN PEMBELAJARANNYA

KELOMPOK 2 :
HAERUDDIN
SANTIKA
NURAFNI
REKA
AHMAD ARDAN

Program Studi Pendidikan Matematika


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sulawesi Barat
Tahun Akademik 2018/2019

PROGRAM LINIER

1. Pengertian Program Linier


Program linier adalah suatu cara penyelesaian masalah dengan menggunakan
konsep pertidaksamaan linier.

a. Pertidaksamaan linier dengan ditentukan daerah penyelesaian nya.


Sebelum kita membahas lebih lanjut kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
perstidaksamaan linier dan juga cara menentukan daerah penyelsaian ( himpunan
penylesaian).
Petidasamaan linier adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda <, >, ¿ ,
dan ¿

Contoh :
1.Tentukan himpunan penyelesaian dari
a. x < 3 d. y > 2
b.x ¿ 2 e. y ¿ -1
c. y > - 3
Jawab :
1.a. x < 3 x=3
y

HP

0 x

. Sistem pertidaksamaan linier dengan dua variable ditentukan daerah


penyelesaian

Contoh 1 :
Tunjukan himpunan penyelesaian yang memenuhi system pertidaksamaan
2x + y ≤ 6 ; x ≥ 0 ; y ≥ 0, untuk x,y ¿ R

Jawab :
Langkah – langkah :
Lukislah grafik 2x + y ≤ 6 dengan cara :
i. Tentukan titik potong sumbu x dan sumbu y dengan table
Jika x = 0 maka y = 6
Jika y = 0 maka x = 3
Tabel
x 0 3
y 6 0
ii. Buatlah garis x = 0 , yang merupakan sumbu y , derah yang memenuhi adalah
daerah di sebelah kanan sumbu y.
iii.Buatlah garis y = 0 , yang merupakan sumbu x , derah yang memenuhi adalah
daerah di atas sumbu x.
iv.Ganbar grafik dalam koordinatkartesius sehingga terlihat himpunan
penylesaiannya :
v. Daerah grafik yang diarsir. Uji titik ( 0,0 ) maka 2.0 + 0 ≤ 6 maka titik ( 0,0 )
memenuhi.
- - - + + +

(6,0)

0 (3,0)

Contoh 2 :
A. Menetukan Model Matematika Dari Soal Cerita ( Kalimat Verbal )

Model matematika adalah suatu cara penyelesaian masalah dengan cara mengubah
bentuk kalimat verbal menjadi suatu model yang selanjutnya diselesaikan dengan
pendekatan matematika.

Contoh :

Seorang pembuat paku membuat jenis paku dari bahan yang tersedia yaitu 5,5 kg A
dan 2 kg bahan B. Paku jenis I tiap buah memerlukan 200 gram bahan A dan 75 gram
bahan B sedangkan paku jenis II tiap buah memerlukan 150 gram bahan jenis A dan 50
gram bahan jenis B.
Jika pengusaha menjual paku I dengan harga Rp 500,00 dan paku II dengan harga Rp
350,00 maka hitunglah berapa buah paku I dan paku II yang harus dibuat agar
penghasilan pengusaha maksimum?

Jawab :
Mengubah bentuk verbal menjadi model matematika dari soal diatas
Misalkan : Paku jenis I = x dan
Paku jenis II = y
Tabel
Barang Bahan A Bahan B
Paku 200 gram 75 gram
jenis I
Paku 150 gram 50 gram
jenis II
Jumlah 5.500 gram 2.000 gram
Berdasarkan table sebelumnya didapat persamaan sebagai berikut :

200x + 150y ≤ 5.500


75x + 50y ≤ 2.000
x≥0
y≥0
Sedangkan fungsi objektifnya adalah z = 500x + 350y
Kita sederhanakan dulu persamaan diatas
200x + 150y ≤ 5.500 ⇔ 4x + 3y ≤ 110
75x + 50y ≤ 2.000 ⇔ 3x + 2y ≤ 80
x≥0
y≥0
⇔ Mencari dearah penyelesaian untuk system pertidaksamaan di atas

4x + 3y ≤ 110
x 0 55
2
y 110 0
3

3x + 2y ≤ 80
x 0 80
3
y 4 0
0

⇔ Titik potong garis 4x + 3y = 110 dan 3x + 2y = 80 adalah

4x + 3y = 110 x2 8x + 6y = 220
3x + 2y = 80 x3 9x + 6y = 240
-x = -20
x = 20
untuk x = 20
3x + 2y = 80 ⇔ 3.20 + 2y = 80
2y = 80 – 60
20
y= 2 = 10 maka titik potong (20,10)
⇔ Gambar grafik fungsi penyelesaiannya
y

C(0,110/3)

B(20,10)
4x + 3y = 110
A(80/3,0)
x
0 3x + 2y = 80

⇔ Daerah himpunan penyelesaian adalah OABC, sedangkan titik –titik


optimumnya adalah O(0,0), A(80/3,0), B(20,10), dan C(0,110/3)
⇔ Nilai fungsi obyeknya adalah :
Untuk O(0,0) ⇔ z = 500.0 + 350.0 = 0
UntukA(80/3,0) ⇔ z = 500.80/3 + 350.0 = 13.000
UntukB(20,10) ⇔ z = 500.20 + 350.10 = 13.500
UntukC(0,110/30 ⇔ z = 500.0 + 350.110/3 = 12.000
⇔ Jadi agar mendapat penghasilan maksimum yaitu Rp 13.500,00 maka
pengusaha harus membuat 20 buah paku I dan 10 buah paku II.

C. Menentukan Nilai Optimum dari Sistem Pertidaksamaan Linier.

D. Garis Selidik dengan Prsamaan ax + by = k

Untuk menentukan nilai optimum,selain dengan mencari titik – titik yang koordinat –
koordinatnya memenuhi syarat yang diberikan, dapat juga dilakukan dengan
menggunakan garis – garis sejajar itu mempunyai persamaan ax + by = k ,dengan k
¿ R dan ax + by merupakan bentuk obyektif. Kerena garis – garis yang sejajar itu di
gunakan untuk menyelidiki nilai optimum,maka garis – garis itu disebut garis
selidik.Agar himpunan garis – garis sejajar ax + by = k mudah dilukis, maka mulailah
dengan melukis garis yang melalui tttik pangkal , yaitu jika k = 0. Kemudian, garis –
garis ax + by = k untuk k = 1,2,3,4, ……dilukis dengan penggaris.

Contoh :
Tentukan nilai maksimum dari 3x + 2y yang memenuhi :

x + y ≤ 5 ; x ≥ 0 ;y ≥ 0

Jawab ;
3x +2y = k2 maka 3.0 + 2.5 = 10
3x +2y = k2 maka 3.5 + 2.0 = 15
Jadi nilai maksimum adalah 15
y

x + y =5

3x + 2y = k3

x
3x + 2y = k1 3x + 2y = k2

MATRIKS
Kompetensi Dasar
 Menjelaskan matriks dan kesamaan matriks dengan menggunakan masalah kontekstual
dan melakukan operasi pada matriks yang meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian skalar, dan perkalian, serta transpose

Indikator
 Menjelaskan konsep dan bentuk umum matriks
 Menjelaskan operasi aljabar matriks
 Menjelaskan jenis-jenis matriks
 Menjelaskan sifat-sifat matriks
 Menjelaskan tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 2x2
 Menjelaskan tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 3x3
 Menghitung determinan matriks persegi ordo 2x2 3.3.8
 Menhitung determinan matriks persegi ordo 3x3
 Menghitung Minor, Kofaktor dan Adjoin matriks persegi ordo 3 x 3
 Menghitung invers suatu matriks ordo 2 x 2 dan ordo 3 x 3

Tujuan Pembelajaran
 Siswa dapat mengetahui konsep dan bentuk umum matriks
 Siswa dapat mengetahui operasi aljabar matriks
 Siswa dapat mengetahui jenis-jenis matriks
 Siswa dapat mengetahui sifat-sifat matriks
 Siswa dapat mengetahui tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 2x2
 Siswa dapat mengetahui tahapan menyelesaikan matriks persegi ordo 3x3
 Siswa dapat mengetahui cara mencari determinan matriks persegi ordo 2x2 3.3.8
 Siswa dapat mengetahui cara mencari determinan matriks persegi ordo 3x3
 Siswa dapat mengetahui cara mencari Minor, Kofaktor dan Adjoin matriks persegi
ordo 3 x 3
 Siswa dapat mengetahui menyelesaikan invers suatu matriks ordo 2 x 2 dan ordo 3 x 3

1. PENGERTIAN
Matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang diatur dalam baris dan
kolom yang berbentuk persegi panjang. Baris sebuah matriks adalah
susunan bilangan-bilangan yang mendatar dalam matriks. Kolom sebuah
matriks adalah susunan bilangan-bilangan yang tegak dalam matriks.
Susunan bilangan – bilangan tersebut terletak dalam alokade atau kurung
besar.Bilangan – bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri atau
elemen.Matriks dengan ukuran matriks yang disebut ordo.Sebuah matriks
divariabelkan dengan huruf kapital tebal yang disebut penamaan matriks.

Bentuk Umum Matriks :

[ ]
a11 a 12 . .. a1 n baris
a21 a 22 . .. a 2n 1baris
. 2
am 1 am 2 . .. amn
baris
m
Kolom

Kolom

Kolom
1

mn

a ¿ ¿¿ ¿ adalah elemen atau unsur matriks yang terletak pada baris ke-m dankolom ke-
n
Nama matriks ditulis dengan menggunakan huruf besar A,B, P, Q, dsb . Sedangkan
Unsur/elemen-elemen suatu matriks dengan huruf kecil sesuai nama matriks dengan
indeks sesuai letak elemennya, seperti a11, a12, ...

[ ]
1 4 6 −3 8
2 −5 9 12 −4
Contoh 1: Diketahui matriks A = 3 0 7 5 10
Tentukan :
a. banyak baris d. elemen-elemen kolom ke-3
b. banyak kolom e.
a3 .4
c. elemen-elemen baris ke-1 f.
a1 .3

Jawab : a. banyak baris : 3 buah


b. banyak kolom :5 buah
c. elemen-elemen baris ke-1 : 1, 4, 6, -3, 8
d. elemen-elemen kolom ke-3 : 6, 9, 7
e.
a3 .4 = elemen baris ke-3 kolom ke-4 = 5
f.
a1 .3 = elemen baris ke-1 kolom ke-3 = 6

[ ]
1 7
A= −2 5
Contoh 2: Diketahui 3 8
Tentukan letak elemen -2 dan 8 !

Jawab : elemen -2 = a21


elemen 8 = a32

2. ORDO MATRIKS

Yaitu banyaknya baris dan kolom yang menyatakan suatu matriks.


A mxn artinya matriks A berordo m x n yaitu banyaknya baris m buah dan banyaknya
kolom n buah.

[ ]
1 0
Q= 5 4
Contoh : Diketahui
P= [ −1 3 −6 4
5 0 2 8 ] 9 −3
Tentukan ordo matriks P dan Q

Jawab : Ordo matriks P = 2 x 4 atau P 2 x 4 ; Ordo matriks Q = 3 x 2 atau Q3x2

3. JENIS-JENIS MATRIKS

1. Matriks Nol
Yaitu matriks yang setiap elemennya nol.

[ ]
0 0 0
C= 0 0 0
Contoh :
A= 0 0
0 0 [ ] ,
[
B= 0 0 0
0 0 0 ] 0 0 0

2. Matriks Baris
Yaitu matriks yang hanya mempunyai satu baris
Contoh : A= [ 3 −2 4 ] , B=[ −1 0 2 3 ]

3. Matriks Kolom
Yaitu matriks yang hanya mempunyai satu kolom.
[]
−1

[]
4 0
Q=
P= −5 6
Contoh : 8 3
4. Matriks Bujur sangkar/Matriks Persegi
Yaitu suatu matriks yang jumlah baris dan kolomnya sama.
Ordo matriks n x n sering disingkat dengan n saja.

[ ]
1 2 4 6

[ ]
1 2 3 5 7 −3 2
M=
L= 0 2 1
Contoh :
K= 2 −3
5 4 [ ,
] −2 3 0 ,
0
−6
9 4 9
2 5 6
5. Matriks Diagonal
Yaitu matriks persegi yang semua elemennya nol, kecuali elemen-elemen diagonal
utamanya.

[ ]
−2 0 0 0

[ ]
−1 0 0 0 1 0 0
F=
E= 0 2 0 0 0 5 0
Contoh : 0 0 5 0 0 0 4
6. Matriks Satuan /MatriksIdentitas (I)
Yaitu matriks persegi yang semua elemen diagonal utamanya satu, dan elemen lainnya
nol.

[ ]
1 0 0 0

[ ]
1 0 0 0 1 0 0
I 4=
I3= 0 1 0
Contoh :
I2= [ ] 1 0
0 1 0 0 1
0
0
0
0
1
0
0
1
7. Matriks Skalar
Yaitu matriks persegi yang semua elemen pada diagonal utamanya sama, tetapi bukan
nol dan semua elemen lainnya nol.

[ ] [ ] [ ]
3 0 0 −2 0 0 5 0 0
A= 0 3 0 B= 0 −2 0 C= 0 5 0
Contoh : 0 0 3 0 0 −2 0 0 5

8. Matriks Segitiga Atas


Yaitu matriks yang semua elemen di bawah diagonal utamanya nol.

[ ]
5 7 9 4

[ ]
2 1 −3 0 −1 1 6
B=
A= 0 1 4 0 0 4 8
Contoh : 0 0 5 0 0 0 3
9. Matriks Segitiga Bawah
Yaitu matriks yang semua elemen di atas diagonal utamanya nol.

[ ]
5 0 0 0

[ ]
3 0 0 0 −1 0 0
B=
K= 4 4 0 9 3 4 0
Contoh : 1 −3 2 8 2 6 7

10. Matriks Koefisien


Yaitu matriks yang semua elemennya merupakan koefisien-keofisien dari suatu sistem
persamaan linear.
Contoh1: Matriks koefisien dari sistem persamaan liniear
2x + 3y =7
-4x + 5y =-3

[ ]
2 3
adalah : −4 5

Contoh 2: Matriks koefisien dari sistem persamaan liniear


3x +2y-z = 7
4x +2z = 8
x -5y+4z =-6
adalah

[ ]
3 2 −1
4 0 2
1 −5 4

4. KESAMAAN DUA MATRIKS

Dua matriks dikatakan sama jika ordo dan elemen-elemen yang seletak sama.

Contoh 1:
A= [ ]
a b
c d
B= [ ]
p q
r s
Jika A= B maka: a=p, b=q, c=r dan d=s

Contoh 2: Tentukan x dan y dari


[ ][
3 1
=
3 x
8 −5 2 y −5 ]
Jawab : x =1
2y = 8 ⇒ y =4
5. TRANSPOSE MATRIKS

Transpose (putaran) matriks A yaitu matriks yang diperoleh dari matriks A dengan
menukarkan elemen-elemen pada baris menjadi kolom dan sebaliknya elemen-elemen
pada kolom menjadi baris.
T
Transpose matriks A dinyatakan dengan A atau A’.

Contoh 3: Jika
P= 1 2 4
7 3 9 [ ] maka tentukan P
T

[ ]
1 7
2 3
Jawab : P
T
= 4 9

OPERASI MATRIKS

1. PENJUMLAHAN MATRIKS

Dua matriks dapat dijumlahkan jika ordonya sama. Yang dijumlahkan yaitu elemen-
elemen yang seletak.

[ ][ ] [
a b
c d
+
p q
r s
a+ p b+q
= c +r d+s
]
Contoh 1:

A=
[ ] 1 2
3 4 ,B =
[ ] 2 1
−2 −1

Maka A + B =
[ ] [ ] [
1 2
3 4 +
2 1
−2 −1 =
1+2 2+1
3+(−2) 4+(−1 ) ] [ ]
=
3 3
1 3

Contoh 2: Jika
A= [ ]2 0
1 3 ,
B= [ ]
3 1
2 4 dan
C= [ 5 −2
4 0 ], tentukan :
a). A + B b). B + A c). B + C d). A + (B + C) e) A+B f). (A + B) + C

Jawab : a. A + B =
[ ] [ ] [ ]
2 0
1 3
+
3 1
2 4 =
5 1
3 7
b. B + A =
[ ] [ ]
3 1
2 4
+2 0
1 3 =
[
5 1
3 7 ]
c. B + C =
[ ] [ ]
3 1
2 4
+
5 −2
4 0 [
8 −1
= 6 4
]
d. A + (B + C) =
[ ] [
2 0
1 3 +
8 −1
6 4 ] =
= [ 10 −1
7 7 ]
e. (A + B) =
[ ] [ ]
2 0
1 3
+
3 1
2 4
5 1
= 3 7
[ ]
f. (A + B)+C =
[ ] [
5 1
3 7
+
5 −2
4 0 = 7 7 ] [ ]
10 −1

Contoh 3: Diketahui
A= 1 2
3 4 [ ] [ −1 −2
+ −3 −4
] [ ]
dan
O= 0 0
0 0 .
Tunjukkan : a. A + (-A) = (-A) + A = O
b. A + O = O + A = A

Jawab : a. A + (-A) =
[ ]
1 2
3 4 +
[ ] [ ]
−1 −2
−3 −4
0 0
= 0 0

(-A) + A =
[ ]
−1 −2
−3 −4 [ ] [ ]
1 2
+ 3 4
0 0
= 0 0

b. A + O =
[ ] [
1 2
3 4
+
0 0
0 0 ] [ ]
1 2
= 3 4

O+A=
[ ] [
0 0
0 0
+
1 2
3 4 ] [ ]
1 2
= 3 4

Sifat-sifat penjumlahan matriks :


1. A + B = B + A (bersifat komutatif)
2. A + (B + C) = (A + B) + C (bersifat asosiatif)
3. A + O = O + A = A (O matriks identitas dari penjumlahan)
4. A + (-A) = (-A) + A = O (-A matriks invers penjumlahan)
2. PENGURANGAN MATRIKS

Dua matriks dapat dikurangkan jika ordonya sama. Yang dikurangkan elemen-elemen
yang seletak.

[ ][ ] [
a b
c d

p q
r s
a− p b−q
= c−r d−s
]
Contoh : Jika
A= [ 2 −3
−1 4 ] dan
B= [ 4 −1
3 −5 ] , maka tentukan :
a. A – B b. B – A c. (A-B)-C d. A-(B-C)

Jawab :

a. A – B =
[ ] [ ] [ ]
2 −3
−1 4
− 4 −1
3 −5
= −2 −2
−4 9 …

b. B – A =
[ ] [ ] [ ]
4 −1
3 −5

2 −3
−1 4 =
2 2
4 −9

Sifat-sifat Pengurangan matriks :

1. A – B ¿ B – A (tidak komutatif)
2. A – (B – C) = (A – B) – C (asosiatif)

3. PERKALIAN MATRIKS

3.1 PERKALIAN MATRIKS DENGAN BILANGAN REAL (SKALAR)

Hasil perkalian skalar k dengan sebuah matriks A yang berordo m x n adalah sebuah
matriks yang berordo m x n dengan elemen-elemennya adalah hasil kali skalar k dengan
setiap elemen matriks A.

Contoh 1: Jika
A= [ ]
2 −1
3 −5 maka tentukan :
1
− A
a. 2A b. 2
Jawab : a. 2A =
[ ] [ ]
2 2 −1
3 −5
= 4 −2
6 −10

b.
1
− A
2 = 2
. [ ] [
−1 2 −1
3 −5 ] =
1 1 /2
−3 /2 5 /2 …

Contoh 2: Jika
A= [ ]4 −2
1 3 [ ] dan
B=
6 4
3 −1 maka tentukan :
a. 2(A + B) b. 2A + 2B c. 2(3A) d. 6A

Jawab : a. 2(A + B) = 2 ((
1 3 ) ( ))
4 −2 + 6 4
3 −1

¿ 2 (10 2)=(20 4 )
4 2 8 4

b. 2A + 2B = 2
1 3 (
4 −2 +2 6 4
3 −1 ) ( )
(
¿ 8 −4 + 12 8
2 6 6 −2 )( )
¿ 20 4
8 4 ( )
c. 2(3A) = 2 3 ((
4 −2
1 3 ))
(
¿ 2 12 −6 = 24 −12
3 9 6 18 )( )
d. 6A = 6 (
4 −2 = 24 −12
1 3 6 18 )( )
Sifat-sifat perkalian skalar k dengan suatu matriks :
1. Ka = Ak
2. k(A + B) = kA + kA Sifat distributif
3. (k + l )A = kA + lA
4. (kl)A = k (lA)

3.2 PERKALIAN MATRIKS DENGAN MATRIKS


Dua matriks A dan B dapat dikalikan jika jumlah kolom matriks A (matriks kiri) sama
dengan jumlah baris matriks B (matriks kanan).
Ordo hasil perkalian matriks
Amxn dengan
B nxp , misalnya matriks C yang akan
berordo mxp (seperti permainan domino).
Am x n . B nxp =C mxp

Cara mengalikan matriks A dan B yaitu dengan menjumlahkan setiap perkalian elemen
pada baris matriks A dengan elemen kolom matriks B dan hasilnya diletakkan sesuai
dengan baris dan kolom pada matriks C (matriks hasil perkalian).

Misal :
[ ]
A= a b [ ]
c d dan
B= p r t
q s u maka :

[ ][ ] [
a b p r t
AB = c d q s u
ap+bq ar+bs at+ bu
= cp+dq cr+ ds ct +du
]
[ ] []
Contoh 1: Diketahui
A= 3 2 , B= 5 ,C= [ 7 9 ]
1 4 6 dan
D= 5 6
7 8 [ ] .
Terntukan :
a. AB b. AC c. AD

Jawab : a. AB =
[ ][ ] [ ] [ ]
3 2 5 15+12
1 4 6
=
5+24
=
27
29
b. AC tidak dapat dikalikan, karena banyaknya kolom matriks A ≠ banyaknya
baris matriks

[ ][ ] [
3 2 5 6 15+14 18+16 29 34
c. AD = 1 4 7 8
=
5+28 6 +32
=
33 38 ][ ] …

Contoh 2: Diketahui
[ ] [
A=
1 2
0 3
, B=
4 0
−2 5 ] dan
C= [ 3 −2
1 4 ] .
Tentukan :
a. AB b. BA c. BC d. AC e. (AB)C f. A(BC)
g. B + C h. A(B + C) i. AB + AC j. AI k. IA

Jawab : a. AB =
[ ][ ] [
1 2 4 0 4−4 0+10
= =
0 10
0 3 −2 5 0−6 0+15 −6 15 ][ ]
b. BA =
[ ][ ] [
4 0 1 2
=
4+0 8+0
=
4 8
−2 5 0 3 −2+0 −4+15 −2 11 ][ ]
c. BC =
[ ][ ] [
−2 5 1 4 ][ ]
4 0 3 −2 = 12+0 −8+0 = 12 −8
−6 +5 4+20 −1 24

d. AC =
[ ][ ] [
1 2 3 −2 3+2 −2+8 5 6
0 3 1 4
=
0+3 0+12
= ][ ]
3 12

e. (AB)C =
[ ][ ] [
0 10 3 −2
−6 15 1 4
=
0+10 0+40
][ ]
=
10 40
−18+15 12+60 −3 72

f. A(BC) =
[ ][ ] [
0 3 −1 24 0−3 0+72 ][ ]
1 2 12 −8 = 12−2 −8+48 = 10 40
−3 72

g. B + C =
[ ][ ][ −2+1 5+4 ][ ]
4 0 + 3 −2 = 4+3 0+(−2 ) = 7 −2
−2 5 1 4 −1 9

h. A(B + C) =
[ ][ ] [
0 3 −1 9
= ][
1 2 7 −2 7−4 −2+18
0−3 0+27
=
3 16
−3 27 ]
i. AB + AC =
[ ][ ] [
−6 15 3 12 ][
0 10 5 6 = 15+14 18+16 = 29 34
5+28 6+32 33 38 ]
[ ][ ] [
j. AI = 0 3 0 1
][ ]
1 2 1 0 1+0 0+2 1 2
= =
0+0 0+3 0 3 …

k. IA =
[ ][ ] [ ][ ]
1 0 1 2 1+0 2+0 1 2
= =
0 1 0 3 0+0 0+3 0 3 …

Sifat-sifat perkalian matriks :


1. Umumnya tidak komutatif (AB ¿ BA)
2. Asosiatif : (AB)C = A(BC)
3. Distributif kiri : A(B + C) = AB + AC
Distributif kanan : (B + C)A = BA + CA
4. Identitas : IA = AI = A
5. k(AB) = (kA)B

INVERS MATRIKS

1. INVERS MATRIKS ORDO 2 x 2


Jika AB = BA = I , dimana I matriks satuan yaitu
I= 1 0
0 1
−1
[ ] maka A dan B dikatakan
saling invers. Invers matriks A dinotasikan A .

Misal
A= [ ]
a b
c d [ ]dan
B=
p q
r s maka :

AB = I ⇒
[ ][ ] [ ]
a b p q =1 0
c d r s 0 1 ⇒ [ ap+br
cp+ dr ][ ]
aq+bs = 1 0
cq+ ds 0 1
ap + br = 1
d −c
p= r=
⇒ ad−bc dan ad −bc
cp + dr = 0

aq + bs = 0
−b a
q= s=
⇒ ad−bc dan ad−bc
cq + ds = 1

Karena B= A
−1
=
[ ] p q
r s maka
−1
A =
1
[
d −b
ad −bc −c a ]
ad – bc disebut Determinan (D) atau |A| atau det(A).
Jadi D=|A|=det( A )=ad−bc .
Jika D = 0, maka matriks A tidak mempunyai invers dan matriks A disebut matriks
Singular. Jika ad – bc ¿ 0 maka matriks A disebut matriks Non Singular.

Contoh 1: Tentukan determinan


A= [ ]
2 −3
5 −1

Jawab : | A|=−2−(−15 )=−2+15=13

Contoh 2: Tentukan invers dari


P= [ 5 2
−3 −1 ]
Jawab : P−1=
1 −1 −2
−5−(−6) 3 5 [ ]
¿ [
1 −1 −2 −1 −2
1 3 5
=
3 5 ][ ]
Contoh 3: Tentukan x jika
A= [ 5 6
−2 x ] merupakan matriks singular !
Jawab : ad – bc = 0 ⇒ 5x – 6(-2) = 0
5x + 12 = 0
5x = - 12
2
x = −2 =−2,4
5

Contoh 4: Tentukan matriks X jika


−1
X [ 2 −1 13 −3
3 2
=
−3 −2 ][ ]
Jawab : XA = B ⇒ X = BA

X = BA
−1
[
¿ 13 −3
1 2 1
−3 −2 7 −3 2 ][ ]

[ ]
2 1

[
¿ 13 −3 7
−3 −2 −3 ] 7
2
7 7

[ ][
26 9 13 −6
+ +
¿
7 7
−6 6
+
7
−3 −4
+
7
=
5 1
0 −1 ]
7 7 7 7

Jika ada persamaan matriks berbentuk :


−1
AX = B maka X = A B
−1
XA = B maka X = BA

2. INVERS MATRIKS ORDO 3 x 3

2.1 DETERMINAN MATRIKS ORDO 3 X 3

Cara menentukan determinan matriks ordo 3 x 3 dengan menggunakan diagram SARRUS,


yaitu :
1. Salin kolom ke-1 dan ke-2 pada kolom ke-4 dan ke-5
2. Kurangkan jumlah perkalian elemen-elemen pada diagonal ke bawah dengan jumlah
perkalian elemen-elemen pada diagonal ke atas.

[ ]
a11 a12 a 13
A= a21 a 22 a 23 a11 a12 a13 a11 a12
a31 a32 a 33 |A|=|a 21 a22 a23|a21 a22 |
⇒ det (A) = a 31 a32 a33 a31 a32

¿ ( a11 a22 a 33) + ( a12 a23 a 31) + ( a13 a21 a 32 ) −¿

( ( a 31 a22 a13 ) + ( a 32 a23 a11 ) + ( a33 a21 a 12) )

[ ]
1 2 3
P= 1 3 4
Contoh 1: Jika 1 4 3 maka tentukan |P|

| | |
1 2 3 1 2
Jawab : |P|= 1 3 4 1 3
1 4 3 1 4

¿ 9+8+12−(9+16+6)
¿ 29−( 31 ) =−2

MINOR, KOOFAKTOR DAN ADJOINT

Minor yaitu sebuah determinan yang diperoleh dengan cara menghilangkan baris ke-i dan
kolom ke-j, dan ditulis dengan
M ij . Sedangkan koofaktor diperoleh dari perkalian
M ij dengan (−1 )i+ j dan ditulis dengan
A ij . Sedangkan adjoint yaitu koofaktor
yang ditransposekan dan ditulis dengan Adj(A).

[ ]
5 4 8
Contoh 2: Diketahui M = −3 3 5 . Tentukan :
2 2 4
a. M 12 b. M 22 c. C11 d. C12 e. C(M)
f. Adj(M)
Jawab : a. M 12 = |2 4 |
−3 5 =−12−10=−22

b. M 22 = | |
5 8 =20−16=4
2 4

c. C11 =
2 4 | |
(−1)2 3 5 =(−1)4 .2=2

d. C12 =
|
2 4
3
|
(−1)3 −3 5 =(−1 ) .(−2 2)=22

[ ]
2 22 −12
e. C(M) = 0 4 −2
−4 −49 27

f. Adj = Ct ( A)

[ ]
2 0 −4
Adj(A) = 22 4 −49
−12 −2 27

2.3 INVERS MATRIKS ORDO 3 X 3

Untuk menentukan invers matriks A ordo 3 x 3 dengan menggunakan rumus :

1
A−1 = Adj( A )
|A|

[ ]
5 4 8
Contoh 3: Tentukan invers dari M = −3 3 5
2 2 4

1
Jawab : A−1= .( Adj A)
det A
|M |=a11 .C 11 + a12 . C12 +a13 .C 13
¿ 5.2+ 4.22+8.(−12)
¿ 10+88−96
¿2

[
1 2
]
0 −4
A−1= 22 4 −49
2
−12 −2 27

[ ]
1 0 −2
1
−1 11 2 −24
A = 2
1
−6 −1 13
2

VEKTOR

1 VEKTOR PADA BIDANG DATAR


A Vektor dan Notasinya
Suatu vektor ialah suatu besaran yang mempunyai besar dan arah. Dengan demikian
maka dua vektor yang mempunyai besar dan arah yang sama, maka dua vektor tersebut adalah
sama, tanpa memandang di mana vektor tersebut berada.

Suatu vektor digambarkan dengan suatu anak panah di mana panjangnya anak panah
menyatakan besarnya vektor dan arah anak panahmenunjukkan arah dari vektor.
B Gambar ini menunjukkan gambar vektor, A disebut titik
tangkap vektor / titik pangkal vektor dan B disebut titik
ujung
a vektor (terminal).
A Vektor tersebut dinyatakan :

AB atau a .

B Vektor pada Bidang Datar R2 (Dimensi Dua)


Di dalam bidang datar (R2) suatu vektor yang titik pangkalnya di A (x 1, y1) dan titik
ujungnya di B (x2, y2) dapat dituliskan dalam bentuk komponen :
x −x

AB
= 2 1
(
y2− y1 )
Dilukiskan sebagai :
y

B (x2, y2)

A (x1, y1)
x

Vektor dalam bidang datar juga dapat dinyatakan dalam bentuk :


- Kombinasi linear vektor satuan i, j , misalnya vektor a = xi + yj.
- Koordinat kartesius, yaitu : a = (a1, a2).

- Koordinat kutub, yaitu : a = r   dengan r = √( x 2−x 1 )2+( y 2− y1 )2 dan tg 


y2− y1
= x2 −x 1 .

C Ruang Lingkup Vektor


1. Kesamaan Dua Vektor

Dua buah vektor a dan b dikatakan sama apabila keduanya


a b mempunyai besar (panjang) dan arah yang sama.
Diperoleh: a = b

2. Vektor Negatif
Vektor negatif dari a adalah vektor yang besarnya sama
dengan
a b vektor a tetapi arahnya berlawanan dan ditulis  a .
Diperoleh: a = b .

3. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol dan arahnya tak tentu. Pada sistem
koordinat kartesius vektor nol digambarkan berupa titik. Di ruang dimensi dua vektor nol

dilambangkan dengan O =
(00 ) .

4. Vektor Posisi
Vektor posisi adalah vektor yang titik pangkalnya terletak pada pusat koordinat O(0,0) dan
titik ujungnya berada pada koordinat lain. Vektor posisi pada R 2 dari titik A(x,y) dinyatakan
sebagai kombinasi linear vektor satuan sebagai berikut :

()
⃗a = x =x i⃗ + y ⃗j
y
Penulisan vektor
⃗i dan
⃗j menyatakan vektor satuan pada sistem koordinat. Vektor satuan
⃗i adalah vektor yang searah dengan sumbu X positif dan besarnya 1 satuan. Vektor satuan
⃗j adalah vektor yang searah dengan sumbu Y positif dan besarnya 1 satuan.

5. Modulus atau Besar Vektor atau Panjang vektor


a1
Misalnya a =
a 2
=a1 i⃗ +a2 ⃗j
()
, panjang vektor a dinotasikan  a  dengan  a =
√ a 2 +a
1 22 .
Jika diketahui titik A (x1, y1) dan B (x2, y2). Secara analitis, diperoleh komponen vektor

AB
x −x
= 2 1
(
y2− y1
.
)
Panjang vektor

AB dapat dirumuskan :



AB = √( x 2−x 1 ) +( y 2− y1 )2
2
.

Contoh:
Diketahui titik A(3, -5) dan B(-2, 7), tentukan hasil operasi vektor tersebut !
a. Komponen vektor

AB
b. Modulus/besar vektor

AB

Jawab:

a. Komponen vektor

AB =
(7−(−5
−2−3
)) =(−512 )
b. Modulus/besar vektor

AB =

AB = √(−5)2+122= √25+144=√ 169=13
6. Vektor Satuan
Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang (besar) 1 satuan. Vektor satuan dapat
ditentukan dengan cara membagi vektor tersebut dengan besar (panjang) vektr semula.
a
e=
Vektor satuan dari vektor a dirumuskan: |a| .

D Operasi Hitung Vektor di R2

1. Operasi Penjumlahan Vektor


Penjumlahan dua vektor dapat dikerjakan dalam dua cara yaitu cara grafis dan analitis.
a. Cara Grafis
1) Dengan cara penjumlahan segitiga atau segitiga vektor

b a + b
 b
a a

Cara: pangkal vektor b digeser ke ujung vektor a maka vektor hasil a + b adalah
vektor yang menghubungkan pangkal vektor a dengan ujung vektor b .

2) Dengan cara penjumlahan jajar genjang atau jajar genjang vektor

b
 b a + b
a a

Cara: pangkal vektor b digeser ke pangkal vektor a , dilukis jajar genjang, maka
diagonal dari ujung persekutuan adalah a + b .
Untuk melakukan penjumlahan lebih dari dua vektor digunakan aturan segi banyak
(potongan).

b c a + b + c c

a b
a
b. Cara Analitis
1) Apabila kedua vektor diketahui mengapit sudut tertentu , maka dapat digunakan
perhitungan dengan memakai rumus aturan cosinus seperti pada trigonometri.

Apabila sudut antara a dan b adalah  ,


maka :
b a + b ( a + b )2 = a 2
+ b 2
+2 a b Cos 

 ( a + b ) = √ a +b +2abCos θ
2 2

a
2) Jika vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka penjumlahan
dapat dilakukan dengan menjumlahkan komponennya.
xA xB xA+xB
Misalnya: a =
yA
dan b =
yB ( )maka a + b =
y A+ yB () ( )
Contoh:

a) Apabila
( ) a= 2
−3 dan
b= −4
3( ) maka a + b =

( −3+3 )=( 0 )
2+(−4 ) −2

b) Diketahui panjang vektor  a  = 2 dan panjang vektor  b  = 4, sudut


antara vektor a dan b adalah 60, maka :
a + b = √ a +b +2abCos θ
2 2

= √ 22+4 2+2. 2. 4. Cos 60 °


= √ 4+ 16+16 . 1
2

= √ 28=2 √ 7
2. Pengurangan Vektor

Memperkurangkan vektor b dari vektor a didefinisikan sebagai menjumlahkan vektor


negatif b pada vektor a dan ditulis : a  b = a + (- b ).

a  a
b
a  b
- b

Apabila vektor disajikan dalam bentuk komponen (dalam bidang kartesius) maka
pengurangan dapat dilakukan dengan mengurangkan komponen-komponennya.

3. Perkalian Vektor dengan Skalar

Jika a suatu vektor dan m adalah skalar (bilangan nyata), maka m a atau a m adalah
suatu vektor dengan kemungkinan :
a. Jika m > 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan searah dengan
a .
b. Jika m < 0 maka m a adalah vektor yang besarnya m kali a dan arahnya
berlawanan dengan a .
c. Jika m = 0 maka m a adalah nektor nol.

Contoh perkalian vektor dan scalar

a. Vektor diberikan dalam bentuk gambar

1
a 2 a 2 a -3 a

b. Vektor diberikan dalm bentuk kmponen

Jika a =
(32) maka 2 a =2
(32) (64 )=
Jika b =
()
4
2 maka
1
2 b =
() () 1
2
4
2 =
2
1

Jika
c= 2
5 () maka
−2 c=−2 (2 )=( −4 )
5 −10

Apabila titik-titik dalam vektor dapat dinyatakan sebagai perkalian vektor yang lain, titik-titik
itu disebut kolinier (segaris).

4. Perkalian Dua vektor


Operasi perkalian pada vektor dapat dikerjakan melalui dua cara sebagai berikut :

a. Sudut antara kedua vektor diketahui

Diberikan vektor a =(a1, a2), b =(b1, b2) dan sudut yang dibentuk oleh vektor a dan
b adalah . Perkalian antara vektor a dan b dirumuskan sebagai berikut :
a . b =  a . b .
Cos 
Contoh:

Tentukan hasil kali kedua vektor a =


(61 ) dan b =
(36) serta sudut antara kedua
vektor adalah 60!

Jawab:
Diketahui dua buah vektor sebagai berikut :

a =
(61 )  a1 = 6 dan a2 = 1

 a = √ a12 +a22 = √ 62+12=√ 36+1= √37


b =
(36)  b1 = 3 dan b2 = 6

 b = √ b12 +b22 = √ 32+6 2= √9+36=√ 45


a . b =  a . b . Cos 
= √ 37. √ 45 .Cos 60
1
= √ 37. √ 45 . 2
3
= 2
√ 185
3
Jadi, hasil kali kedua vektor adalah 2
√ 185 .
b. Sudut antara kedua vektor tidak diketahui
Diberikan vektor a =(a1, a2) dan b =(b1, b2). Hasil kali kedua vektor dirumuskan sebagai
berikut :

a . b = a1b1 + a2b2

Contoh:

Diberikan vektor a =
()
5
7 dan b =
( )
3
−2 . Tentukan hasil kali vektor a dan b
!
Jawab:

Diketahui a =
(57)  a1 = 5 dan a2 = 7 , serta

b =
(−23 )  b1 = 3 dan b2 = -2
a . b = a1b1 + a2b2
= 5.3 + 7(-2)
= 15 + (-14)
=1
Jadi, hasil kali vektor a dan b adalah 1.
Sementara itu, dari dua buah vektor pada sistem koordinat kartesius dapat kita cari
besar sudut yang dibentuk oleh kedua vektor yang dirumuskan sebagai berikut :

a1 b1 + a 2 b 2
Cos  = |a||b|

2 VEKTOR PADA BANGUN RUANG

A Vektor pada Ruang (Dimensi 3)


Untuk menentukan kedudukan atau letak titik di dalam ruang (R 3) dapat digunakan sistem
sumbu koordinat siku-siku X, Y dan Z dengan masing-masing sumbu saling tegak lurus dan
berpotongan di sebuah titik O yang disebut pusat sumbu koordinat.

Z Jarak P sampai bidang YOZ adalah X, atau PP 1 =


Xp.
Jarak P sampai bidang XOZ adalah Y, atau PP2 =
Yp.
Jarak P sampai bidang XOY adalah Z, atau PP 3 =
Zp.
Zp P1 Dinyatakan bahwa koordinat ruang dari P ditulis
P (Xp, Yp, Zp).
Vektor OP dinyatakan dengan bentuk sebagai
berikut:

P2 P

O Yp Y

Xp P3

X
a. OP = Xp
⃗i + Yp
⃗j + Zp
⃗k merupakan bentuk kombinasi linear dari
⃗i ,
⃗j ,
⃗k .
Dengan
⃗i ,
⃗j ,
⃗k merupakan vektor satuan dalam koordinat ruang (
⃗i = vektor satuan
pada sumbu X,
⃗j = vektor satuan pada sumbu Y dan
⃗k = vektor satuan pada sumbu Z).

Xp

b. OP =
()
Yp
Zp
merupakan bentuk kmponen vektor.

B Ruang Lingkup Vektor


1. Vektor Posisi

Vektor posisi titik P adalah vektor OP yaitu vektor yang berpangkal di O(0,0,0) dan
berujung di titik P(x,y,z). Secara aljabar vektor OP dapat ditulis sebagai berikut :

()
x
y
OP = z atau OP = (x,y,z)
Vektor OP = (x,y,z) pada dimensi tiga dapat dinyatakan sebagaikombinasi linear dari
vektor satuan
⃗i ,
⃗j ,
⃗k sebagai berikut :
()
x
y
OP = z = x ⃗i + y ⃗j + z ⃗k
Sebuah vektor AB dengan koordinat titik pangkal A (x1, y1, z1) dan koordinat titik ujung
B (x2, y2, z2) memiliki vektor posisi sebagai berikut :
x2 x1 x 2−x 1

AB =
OB−OA= y 2 − y 1 = y 2− y 1
z2 z1 ( )( )( )
z 2−z 1

2. Vektor Satuan

Vektor satuan adalah vektor yang mempunyai panjang 1 satuan. Vektor satuan dari vektor a
didefinisikan vektor a dibagi dengan besar vektor a sendiri, yang dirumuskan dengan :
a
e=
|a|

3. Modulus Vektor
a1

Misalnya a =
() a2
a3
= a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , panjang vektor a dinotasikan  a 

dengan  a = √ a12 +a2 2+a 32 .


Jika diketahui vektor AB dengan koordinat titik A (x1, y1, z1) dan B (x2, y2, z2) maka
modulus/besar/panjang vektor AB dapat dinyatakan sebagai jarak antara titik A dan B yaitu
:

 AB  = √( x 2−x 1 )2+( y 2− y1 )2+( z2−z1 )2


Contoh:
Tentukan modulus/besar vektor berikut :
a. AB dengan titik A (1,4,6) dan B (3,7,9)
b. a = 2
⃗i +
⃗j +3
⃗k
Jawab:
() () () ()
1 3 3 1
4 7 7 4
a. Diketahui A = 6 dan B = 9 , maka AB = 9 - 6 =

( )()
3−1 2
7−4 = 3
9−6 3
 AB  = √(3−1 )2+(7−4 )2+(9−6 )2=√ 22+32+32=√22
Jadi, modulus vektor AB adalah √ 22 .

b.  a = √ 22+12+3 2= √14 .
Jadi, modulus vektor a adalah √ 14 .

4. Kesamaan Vektor

Dua buah vektor a dan b dikatakan sama apabila keduanya


a b mempunyai besar (panjang) dan arah yang sama.
Diperoleh: a = b

Misal :
a1 b1

a =
() a2
a3
atau a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , dan b =
()
b2
b3
atau b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k
a = b jika dan hanya jika a1 = b1, a2 = b2, a3 = b3 .

5. Vektor Negatif

Vektor negatif dari a adalah vektor yang besarnya sama


dengan
a b vektor a tetapi arahnya berlawanan dan ditulis  a .
Diperoleh: a = b .

Misal :
a1 b1

a =
()
a2
a3
atau a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k , dan b =
()
b2
b3
atau b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k
a = b jika dan hanya jika a1 = b1, a2 = b2, a3 = b3 .

6. Vektor Nol
Vektor nol adalah vektor yang besar / panjangnya nol satuan dan arahnya tak tentu (berupa
titi).

()
0
0
Vektor nol pada dimensi 3 dilambangkan dengan O = (0,0,0) atau O = 0 .

C Operasi Hitung Vektor di R3


1. Penjumlahan Vektor dalam Ruang
a1 b1

a. Jika dua vektor a =


3
()
dan vektor b =
()
a2
a3
b2
b3
adalah vektor-vektor tidak nol di
R maka operasi penjumlahannya didefinisikan sebagai berikut :
a1 b1 a 1 +b1
a2 b2
a + b = a3 + b3 = a3 +b3
() () ( )
a 2 +b 2

b. Jika vektor a = a1 i + a2 j + a3 k dan vektor


⃗ ⃗ ⃗ b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k maka
operasi penjumlahannya didefinisikan sebagai berikut :
a + b = (a1 + b1)
⃗i + (a2 + b2)
⃗j + (a3 + b3)
⃗k

Contoh:
Hitunglah jumlah dari dua buah vektor berikut !
() ()
2 −1
−3 4
a. a = 5 dan b = −2
b. a =2
⃗i +
⃗j -4
⃗k dan b =3
⃗i +5
⃗j +
⃗k

Jawab:

( ) ( ) ( )()
2 −1 2+(−1 ) 1
−3 4 −3+ 4 = 1
a. a + b = 5 + −2 =
5+(−2) 3

b. a + b = (2 + 3)
⃗i + (1 + 5)
⃗j + (-4 + 1)
⃗k =5
⃗i +6
⃗j -3
⃗k

2. Selisih Dua Vektor pada R3


a1 b1

a. Jika dua vektor a =


()
dan vektor b =
() a2
a3
b2
b3
maka operasi pengurangan kedua
vektor didefinisikan sebagai berikut :
a1 b1 a 1−b1
a2
a  b = a3  b3 = a3 −b 3
b2
() () ( )
a 2−b2

b. Jika vektor a = a1 i + a2 j + a3 k dan vektor b = b1


⃗ ⃗ ⃗ ⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k maka
operasi pengurangan kedua vektor didefinisikan sebagai berikut :
a  b = (a1  b1)
⃗i + (a2  b2)
⃗j + (a3  b3)
⃗k

Contoh:
Hitunglah a  b jika :

() ()
8 3
6 1
a. a = 7 dan b = 4
b. a =8
⃗i +6
⃗j +9
⃗k dan b =3
⃗i +5
⃗j +2
⃗k

Jawab:
() () ( )()
8 3 8−3) 5
6 1 6−1 = 5
a. a  b = 7 - 4 =
7−4 ) 3

b. a  b = (8 - 3)
⃗i + (6 - 5)
⃗j + (9 - 2)
⃗k =5
⃗i +
⃗j +7
⃗k

3. Perkalian Skalar dengan Vektor


a1

a. Hasil kali vektor a =


() a2
a3
dengan suatu skalar c didefinisikan sebagai berikut :
c . a1

c. a =
( ) c . a2
c . a3

b. Hasil kali vektor a = a1


⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k dengan skalar c didefinisikan sebagai
berikut :
c. a = c.a1
⃗i + c.a2
⃗j + c.a3
⃗k

Contoh:

() ( )( )
5 3 .5 15
2 3.2 = 6
1. Diberikan vektor a = 4 , maka 3. a = 3 . 4 12
2. Diberikan vektor b =2
⃗i +
⃗j -3
⃗k , maka 4. b = 4.2
⃗i + 4.
⃗j - 4.3
⃗k =8
⃗i +4
⃗j - 12
⃗k

4. Perkalian Skalar Dari Dua Vektor / Perkalian Titik (Dot Product)

Perkalian skalar dari dua vektor a dan b didefinisikan dengan rumus :


a . b =  a . b .
Cos 
Apabila  = 0 maka a . b = a . b 
Apabila  = 90 maka a . b =0
Apabila  = 180 maka a . b =  a . b 

Apabila vektor dinyatakan dalam bentuk komponen :


a1 b1

a =
()
a2
a3
dan b =
()
b2
b3
Diperoleh :

a . b = a1b1 + a2b2 + a3b3

Contoh:
1. Hitunglah perkalian skalar antara a =2
⃗i +3
⃗j +5
⃗k dan b =2
⃗i +
⃗j +3
⃗k
Jawab:
a . b = a1b1 + a2b2 + a3b3
= 2.2 + 3.1 + 5.3 = 4 + 3 + 15 = 22

() ()
1 2
3 1
2. Jika a = 5 dan b = 6 , hitunglah a . b !
Jawab:
a . b =1.2+3.1+5.6
= 2 + 3 + 30 = 35

3. Hitunglah a . b jika diketahui  a  = 3,  b  = 4 dan sudut antara a dan b


adalah 60 !
Jawab:
a . b = a . b . Cos 60
1
=3.4. 2 =6

5. Sudut Antara Dua Vektor

Dari definisi : a . b = a . b . Cos 


a . b = a1b1 + a2b2 + a3b3
Diperoleh :

a .b a1 b1 + a2 b 2 +a 3 b3
=
Cos  =
|a||b|

( a 2 +a 2 2 +a 2 )( b1 2 +b 2 + b 2 )
1 3 2 3

Contoh:
Hitunglah besar sudut di antara a =
⃗i +2
⃗j +2
⃗k dan b =2
⃗i +3
⃗j -6
⃗k !

Jawab:
a .b a1 b1 + a2 b 2 +a 3 b3
=
Cos  =
|a||b|

( a 2 +a 2 2 +a 2 )( b1 2 +b 2 + b 2 )
1 3 2 3

1. 2+2 .3+ 2(−6 )


= √(1 2+22+22 )(22+3 2+(−6 )2 )
−4 −4
= =−0, 190
= √ 9 . 49 21
Dari daftar diperoleh  = 180 - 79 = 101

6. Perkalian Vektor Dari Dua Vektor / Perkalian Silang ( Cross Product)


Apabila vektor disajikan dalam bentuk a = a1
⃗i + a2
⃗j + a3
⃗k dan b = b1
⃗i + b2
⃗j + b3
⃗k maka:
a x b =
i j k
|a 1 a2 a3|
b1 b2 b3
Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan aturan Sarrus atau Cramer

Contoh:
Diketahui vektor a =2
⃗i +3
⃗j +2
⃗k dan vektor b =3
⃗i +2
⃗j -3
⃗k .

Tentukan a x b !

Jawab:
i j k
|2 3 2|
a x b = 3 2 −3
3 2 2 2 2 3
| | | | | |
=i 2 −3 - j 3 −3 +k 3 2
= (-9 – 4)i – (-6 – 6)j + (4 – 9)k
= -13i + 12j – 5k
TRANSFORMASI GEOMETRI

A. TRANLASI
Minggu lalu, Candra duduk di pojok kanan baris pertama di kelasnya. Minggu ini, ia
berpindah ke baris ketiga lajur keempat yang minggu lalu ditempati Dimas. Dimas
sendiri berpindah ke baris kedua lajur kedua yang minggu lalu ditempati Sari.
Perhatikan perpindahan tempat duduk Candra dan Dimas ini.

 Candra berpindah 2 lajur ke kiri dan 2 baris ke belakang. Saat berpindah ini, Candra
telah melakukan translasi 2 satuan ke kiri dan 2 satuan ke atas yang ditulis sebagai

(−22 )
 Kemudian, Dimas berpindah 2 lajur ke kiri dan 1 baris ke depan. Saat berpindah ini,
Dimas telah melakukan translasi 2 satuan ke kiri dan 1 satuan ke bawah yang ditulis

sebagai
( )
−2
1
 Misalkan, tempat duduk Candra minggu lalu di titik N(a, b) pada koordinat

Cartesius. Dengan translasi


(−22 ) , diketahui tempat duduknya inggu ini pada titik
N ’(a-2,b+2).Kalian dapat menuliskan translasi ini sebagai berikut

N ( a , b ) (−22 ) N ' ( a−2, b+2 )

Dengan prinsip yang sama, jika titik P(x, y) ditranslasikan dengan


T 1= a
b () maka

diperoleh bayangannya P' ( x +a , y +b ) . Secara matematis, ditulis sebagai berikut.



P ( x , y ) T 1 ( ab ) P ' ( x+a , y+b )

Sekarang, translasikan lagi bayangan yang telah kalian peroleh dengan


T 2= c
d ()
⃗ ''
P' ( x +a , y +b ) T 2( cd ) P ( x+a+c , y+b+d )
Didapat, Perhatikan bahwa
'' ''
P ( x + a+c , y + b+d )=P ( x + ( a+ c ) , y + ( b+ d ) )

Ini berarti P'' ( x + a+c , y + b+d ) diperoleh dengan mentranslasikan P (x , y )

dengan
T = a+c
b+ d ( ) Translasi T ini merupakan translasi T1 dilanjutkan dengan T2,

yang ditulis sebagai T 1 ∘T 2

Oleh karena
T 1= a
b () dan
T 2= c
d () maka
( )
T 1 ∘T 2 = a+c
b+d

Akibatnya, titik P ( x , y ) ditranslasikan dengan T1 dilanjutkan dengan translasi T2


''
menghasilkan bayangan P sebagai berikut
⃗ ''
P ( x , y ) T 1 ∘ T 2( a+c
b+d )
P ( x+a+c , y+b+d )
Sifat:
 Dua buah translasi berturut-turut
()
a
b ()
c
diteruskan dengan d dapat digantikan

dengan translasi tunggal


(a+b +dc )
 Pada suatu translasi setiap bangunnya tidak berubah.

Contoh:

1. Translasi
T 1= p
q () memetakan titik A(1,2) ke titik A'(4,6)
a. Tentukan translasi tersebut !
b. Tentukanlah bayangan segitiga ABC dengan titik sudut A(1, 2), B(3, 4), dan
C(5, 6) oleh translasi tersebut.
c. Jika segitiga yang kalian peroleh pada jawaban b ditranslasikan lagi dengan

( )
T 2= −1
−1 Tentukan bayangannya!
d. Translasikan segitiga ABC dengan translasi T2 ◦T1. Samakah jawabannya
dengan jawaban c?
Jawaban

A ( 1,2 ) T 1 ( pq ) A ' ( 1+ p, 2+q ) = A 1 ( 4,6 )
a.
Diperoleh 1+p = 4 sehingga p = 3
2+q = 6 sehingga q = 4

Jadi translasi tersebut adalah


T 1= 3
4 ()
b. translasi
T 1= ()
3
4 artinya artinya memindahkan suatu titik 3 satuan ke kanan
dan 4 satuan ke atas. Dengan mentranslasikan titiktitik A', B', dan C'dari segitiga
ABC dengan translasi T1, kalian memperoleh segitiga A'B'C' sebagai berikut

A ( 1,2 ) T 1 ( 34 ) A ' ( 1+3,2+4 )= A' ( 4,6 )

B ( 3,4 ) T 1( 34 ) B ' ( 3+3,4+4 )=B ' ( 6,8 )

C (−5,6 ) T 1( 34 ) C ' (−5+3,6+4 )=C ' (−2,10 )
Jadi bayangan segitiga ABC adalah segitiga A'B'C' dengan titik A'(4,6), B'(6,8), dan
C'(-2,10)

A ' ( 4,6 ) T 2 (−1
−1 )
A '' ( 4+ (−1 ) ,6+ (−1 ) )= A '' ( 3,5 )
c.

A ' ( 6,8 ) T 2(−1
−1 )
A '' ( 6+ (−1 ) ,8+ (−1 ) )=B '' ( 5,7 )

A ' ( 4,6 ) T 2 (−1
−1 )
A '' ( (−2 ) + (−1 ) ,10+ (−1 ) ) =A '' (−3,9 )
Jadi bayangan segitiga A'B'C' adalah segitiga A''B''C'' dengan titik A''(3,5), B''(5,7)
dan C''(-3,9)

d. translasi titik
T 1 ∘T 2 =
( 3+ (−1 )
)()
4 + (−1 )
=
2
3

A ( 1,2 ) (23 ) A ' ( 1+2,2+3 )= A ' (3,5 )

B ( 3,4 ) (23 ) B ' ( 3+2,4+3 )=B ' ( 5,7 )

C (−5,6 ) ( 23 ) C ' (−5+2,6+3 )=C ' (−3,9 )
Jadi bayangan segitiga ABC adalah segitiga A'B'C' dengan titik A'(3,5), B'(5,7) dan
C'(-3,9) Perhatikan bahwa segitiga yang kalian peroleh pada jawaban c sama
dengan segitiga yang kalian peroleh pada jawaban d.

2. Tentukan bayangan lingkaran (x-3)2 + (y+1)2 = 4 jika ditranslasikan


T = −5
2 ( ) !
Jawab
Ambil sembarang titik P(a,b) pada lingkaran (x-3)2 + (y+1)2 = 4 sehingga
diperoleh (a-3)2 + (b+1)2 = 4

Translasikan titik P dengan


( )
T = −5
2 sehingga diperoleh


P ( a , b ) (−52 ) P '' ( a−5, b+2 )
Jadi titik P'(a-5, b+2)
Perhatikan bahwa: a'= a - 5. Dari persamaan (*), didapat a = a'+ 5.
b'= b + 2. Dari persamaan (*), didapat b = b' - 2.
Dengan mensubstitusi nilai a dan b ini ke persamaan (*), akan
Diperoleh (a'+ 5-3)2 + (b' - 2+1)2 = 4
(a'+ 2)2 + (b' - 1)2 = 4
Jadi bayangan dari (a'+ 5-3)2 + (b' - 2+1)2 = 4 jika ditranslasikan dengan

( )
T = −5
2 adalah (a'+ 2)2 + (b' - 1)2 = 4
B. REFLEKSI
Kalian pasti sering bercermin. Ketika bercermin, amatilah diri dan bayangan kalian.
Apakah memiliki bentuk dan ukuran yang sama? Amati pula jarak diri kalian ke
cermin. Samakah dengan jarak bayangan kalian ke cermin? Dengan bercermin dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kalian akan menemukan beberapa sifat
pencerminan.
Dari gambar tersebut, kalian dapat mengatakan bahwa:
• Lingkaran Q kongruen dengan bayangannya, yaitu lingkaran Q’
• Jarak setiap titik pada lingkaran Q ke cermin sama dengan jarak setiap titik
bayangannya ke cermin, yaitu QA = Q’A dan PB = P’ B.
• Sudut yang dibentuk oleh cermin dengan garis yang menghubungkan setiap titik ke
bayangannya adalah sudut siku-siku.
Sifat-sifat tersebut merupakan sifat-sifat refleksi.
Matriks yang bersesuaian dengan tranformasi geometri
Refleksi Rumus Matriks
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . x A ' ( x ,− y )
terhadap ( )(
x' = 1 0 x
y ' 0 −1 y )( )
sumbu-x
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . y A ' ( −x , y )
terhadap ( xy'' )=(−10 01 )( xy )
sumbu-y
Refleksi A ( x , y )⃗
y= x A ' ( y , x )
terhadap ( xy'' )=(01 10 )( xy)
garis y=x
Refleksi A ( x , y )⃗
y=−x A ' ( y ,−x )
terhadap ( xy'' )=(−10 −10 )( xy )
garis y=-x
Refleksi A ( x , y )⃗
x =k A ' ( 2k −x , y )
terhadap
garis x=k
Refleksi A ( x , y )⃗
y=k A ' ( x , 2 k− y )
terhadap
garis y=k
Refleksi A ( x , y )⃗
( p , q ) A ' ( x ', y ' )
terhadap titik Sama dengan rotasi pusat (p,q) ( )(
x '− p = cos180 ° −sin 180 ° x −p
y '−q sin180 ° cos180° y−q )( )
(p,q) sejauh 180˚
Refleksi A ( x , y )⃗
(0,0 ) A ' (−x ,− y )
terhadap titik ( )(
x ' = −1 0 x
y' 0 −1 y )( )
pusat (0,0)
Refleksi A ( x, y )⃗
y=mx A ' ( x', y' )
terhadap dengan x'=x cos2α+ y sin 2α ( )(
x ' = cos2 α sin 2 α
y ' sin 2 α −cos2 α y
x
)( )
garis y'=xsin 2α− y cos2α
y=mx,m=tan
α
Refleksi A ( x , y )⃗
y= x +k A ' ( x', y ' )
terhadap dengan x '= y −k ( xy'' )=(01 10 )( y −kx )+( 0k )
garis y=x+k y '=x+k
Refleksi A ( x, y )⃗y=−x+k A ' ( x ', y ' )
terhadap dengan x'=− y+k ( xy'' )=(−10 −10 )( y−kx )+(0k )
garis y=-x+k y'=−x+k

SIFAT-SIFAT
o Dua refleksi berturut-turut terhadap sebuah garis merupakan suatu identitas,
artinya yang direfleksikan tidak berpindah.
o Pengerjaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang sejajar, menghasilkan
translasi (pergeseran) dengan sifat:
 Jarak bangun asli dengan bangun hasil sama dengan dua kali jarak kedua
sumbu pencerminan.
 Arah translasi tegak lurus pada kedua sumbu sejajar, dari sumbu pertama ke
sumbu kedua. Refleksi terhadap dua sumbu sejajar bersifat tidak komutatip.
o Pengerjaaan dua refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lurus,
menghasilkaan rotasi (pemutaran) setengah lingkaran terhadap titik potong dari
kedua sumbu pencerminan. Refleksi terhadap dua sumbu yang saling tegak lures
bersifat komutatif.
o Pengerjaan dua refleksi berurutan terhadap dua sumbu yang berpotongan akan
menghasilkan rotasi (perputaran) yang bersifat:
 Titik potong kedua sumbu pencerminan merupakan pusat perputaran.
 Besar sudut perputaran sama dengan dua kali sudut antara kedua sumbu
pencerminan.
 Arah perputaran sama dengan arah dari sumbu pertama ke sumbu kedua.
C. ROTASI
Rotasi Rumus Matriks
Rotasi A ( x, y )⃗
R ( 0,α ) A ' ( x', y' )
dengan pusat dengan x'=x cosα− y sin α ( xy'' )=(cos α
sin α cos α)( )
−sin α x
y
(0,0) dan y'=xsin α+ y cosα
sudut putar α
Rotasi A ( x, y )⃗
R ( P , α ) A ' ( x ', y' )
dengan pusat dengan x'−a=( x−a ) cosα−( y−b ) sin α ( xy'' )=(cossin αα )( ) ( )
−sin α x−a + a
cos α y−b b
P(a,b) dan y '−b=( x−a ) sin α + ( y−b ) cosα
sudut putar α
Keterangan
α + : arah putaran berlawanan putaran jarum jam
α - : arah putaran searah putaran jarum jam
SIFAT-SIFAT
Dua rotasi bertumt-turut mempakan rotasi lagi dengan sudut putar dsama dengan
jumlah kedua sudut putar semula.Pada suatu rotasi, setiap bangun tidak berubah
bentuknya.
Catatan:
Pada transformasi pergeseran (translasi), pencerminan (refleksi) dan perputaran
(rotasi), tampak bahwa bentuk bayangan sama dan sebangun (kongruen) dengan
bentuk aslinya. Transformasi jenis ini disebut transformasi isometri.
D. DILATASI
Aini dan teman-temannya berkunjung ke IPTN. Di sana, mereka mengamati miniatur
sebuah pesawat terbang. Miniatur pesawat terbang ini mempunyai bentuk yang sama
dengan pesawat terbang sesungguhnya, tetapi ukurannya lebih kecil. Bentuk seperti
miniatur pesawat terbang ini telah mengalami dilatasi diperkecil dari pesawat terbang
sesungguhnya. Selain dilatasi diperkecil, terdapat pula dilatasi diperbesar, misalnya
pencetakan foto yang diperbesar dari klisenya. Faktor yang menyebabkan diperbesar
atau diperkecilnya suatu bangun ini disebut faktor dilatasi. Faktor dilatasi ini
dinotasikan dengan huruf kecil, misalnya k.
• Jika k > 1 atau k < -1, maka hasil dilatasinya diperbesar
• Jika -1 < k < 1, maka hasil dilatasinya diperkecil
• Jika k =  1, maka hasil dilatasinya tidak mengalami perubahan
Dilatasi Rumus Matriks
Dilatasi dengan pusat (0,0) A ( x , y )⃗
[ 0,k ] A ' ( kx , ky )
dan faktor dilatasi k ( xy'' )=(k0 0k )( xy)
Dilatasi dengan pusat A ( x, y ) ⃗
[ P , k ] A ' ( x ', y ' )
P(a,b) dan faktor dilatasi k dengan x '−a=k ( x−a ) ( xy'' )=(k0 0k )( xy−b ) (b )
−a + a

y '−b=k ( y−b )

E. KOMPOSISI TRANSFORMASI DENGAN MARIKS


Matriks yang bersesuaian dengan transformasi geometri
Transformasi Rumus Matriks
Identitas A ( x , y ) ⃗1 A ' ( x , y )
( xy'' )=(10 01 )( xy)
Translasi ⃗
A ( x, y ) ( pq ) A ' ( x+ p , y +q ) ( xy'' )=( xy )+( pq )
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . x A ' ( x ,− y )
terhadap ( xy'' )=(10 −10 )( xy )
sumbu-x
Refleksi A ( x , y )⃗
sb . y A ' ( −x , y )
terhadap ( xy'' )=(−10 01 )( xy )
sumbu-y
Refleksi A ( x , y )⃗
y= x A ' ( y , x )
terhadap garis ( xy'' )=(01 10 )( xy)
y=x
Refleksi A ( x , y )⃗
y=−x A ' ( y ,−x )
terhadap garis ( xy'' )=(−10 −10 )( xy )
y=-x
Refleksi A ( x , y )⃗
x =k A ' ( 2k −x , y )
terhadap garis
x=k
Refleksi A ( x , y )⃗
y=k A ' ( x , 2 k− y )
terhadap garis
y=k
Refleksi A ( x , y )⃗
( p , q ) A ' ( x ', y ' )
terhadap titik Sama dengan rotasi pusat (p,q) ( xy'−q ) ( sin180 °
'− p = cos180 °
)( )
−sin 180 ° x −p
cos180° y−q
(p,q) sejauh 180˚
Refleksi A ( x , y )⃗
(0,0 ) A ' (−x ,− y )
terhadap titik ( xy'' )=(−10 −10 )( xy )
pusat (0,0)
Refleksi A ( x, y )⃗y=mx A ' ( x', y' )
terhadap garis dengan x'=x cos2α+ y sin 2α ( xy'' )=(cos2 α
sin 2 α
sin 2 α
)( )
x
−cos2 α y
y=mx,m=tan α y'=xsin 2α− y cos2α
Refleksi A ( x , y )⃗y= x +k A ' ( x', y ' )
terhadap garis dengan x '= y −k ( xy'' )=(01 10 )( y −kx )+( 0k )
y=x+k y '=x+k
Refleksi A ( x, y )⃗ y=−x+k A ' ( x ', y ' )
terhadap garis dengan x'=− y+k ( xy'' )=(−10 −10 )( y−kx )+(0k )
y=-x+k y'=−x+k
Rotasi dengan A ( x, y )⃗R ( 0,α ) A ' ( x', y' )
pusat (0,0) dan dengan x'=x cosα− y sin α ( xy'' )=(cos α
sin α cos α )( )
−sin α x
y
sudut putar α y'=xsin α+ y cosα
Rotasi dengan A ( x , y )⃗
R ( P , α ) A ' ( x ', y ' )
pusat P(a,b) x '−a=( x−a ) cos α−( y−b ) sin α ( xy'' )=(cossin αα )( ) ( )
−sin α x−a + a
cos α y−b b
dan sudut putar y '−b=( x−a ) sin α+ ( y −b ) cosα
α
Dilatasi dengan A ( x , y )⃗
[ 0,k ] A ' ( kx , ky )
pusat (0,0) dan ( xy'' )=(k0 0k )( xy)
factor dilatasi k
Dilatasi dengan A ( x, y ) ⃗
[ P , k ] A ' ( x ', y ' )
pusat P(a,b) dengan x'−a=k ( x−a ) ( ) ( )( ) ( )
x'
=
k 0 x −a a
y ' 0 k y−b b
+

dan faktor y '−b=k ( y−b )


dilatasi k

Komposisi transformasi
1. komposisi dua translasi berurutan

Diketahui dua translasi


T 1= ()a
b dan
T 2= ()
c
d . Jika translasi T1 dilanjutkan

translasi T2 maka dinotasikan ” T 1 ∘T 2 ” dan translasi tunggalnya adalah


T=T1+T2=T2+T1(sifat komutatif).
2. komposisi dua refleksi berurutan
a. refleksi berurutan terhadap dua sumbu sejajar
Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap garis x=a dilanjutkan terhadap garis x=b.

Maka bayangan akhir A adalah A ' ( x', y' ) yaitu:


x'=2(b-a)+x
y'=y
Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap garis y=a dilanjutkan terhadap garis y=b.

Maka bayangan akhir A adalah A ' ( x', y' ) yaitu:


x'=x
y'=2(b-a)+y
b. refleksi terhadap dua sumbu saling tegak lurus
Jika titik A(x,y) direfleksikan terhadap garis x=a dilanjutkan terhadap garis y=b

(dua sumbu yang saling tegak lurus) maka bayangan akhir A adalah A ' ( x', y' )
sama dengan rotasi titik A(x,y) dengan pusat titik potong dua sumbu (garis) dan
sudut putar 180˚
c. refleksi terhadap dua sumbu yang saling berpotongan
Jika titik A(x,y) direleksikan terhadap garis g dilanjutkan terhadap garis h, maka

bayangan akhirnya adalah A ' ( x', y' ) dengan pusat perpotongan garis g dan h
dan sudut putar 2α(α sudut antara garis g dan h) serta arah putaran dari garis g ke
h.
mk −ml
tan α=
1+mk⋅ml
ml=gradien garis l
Catatan mk =gradien garis k
d. sifat komposisi refleksi
Komposisi refleksi (refleksi berurutan) pada umumnya tidak komutatif kecuali
komposisi refleksi terhadap sumbu x dilanjutkan terhadap sumbu y (dua sumbu
yang saling tegak lurus).
3. rotasi berurutan yang sepusat
a. Diketahui rotasi R1(P(a,b),α) dan R2(P(a,b),β), maka transformasi tunggal dari
komposisi transformasi rotasi R1 dilanjutkan R2 adalah rotasi R(P(a,b),α+β)
b. Rotasi R1 dilanjutkan R2 sama dengan rotasi R2 dilanjutkan R1
4. komposisi transformasi

Diketahui transformasi
( )
T 1 = a b dan T 2 = p q
c d r s ( ) maka transformasi tunggal
dari transformasi:
a. T1 dilanjutkan T2 (T2 ◦ T1) adalah T=T2 . T1
b. T2 dilanjutkan T1 (T1 ◦ T2) adalah T=T1 . T2
Catatan T1 . T2 = T2 . T1
5. bayangan suatu kurva/bangun oleh dua transformasi atau lebih
Contoh: Tentukan bayangan garis -4x+y=5 oleh pencerminan terhadap garis y=x

dilanjutkan translasi
() 3
2 !
Jawab: misal titik P(x,y) pada garis -4x+y=5
P(x,y) dicerminkan terhadap garis y=x, bayangannya P'(y,x)
P'(y,x) ditranslasi
()
3
2 . Bayangannya P''(y+3, x+2)=P''(x'',y'')
Jadi x'' = y +3 → y = x''-3
y'' = x +2 → x = y'' -2
persamaan -4x+y=5 → -4(y'' -2) + (x'' - 3) = 5
-4y'' + 8 + x'' – 3 = 5
x'' - 4y''= 0
jadi bayangan akhirnya adalah x - 4y= 0

6. luas bangun hasil tranformasi


Jika suatu bangun (segitiga, lingkaran, dan lain-lain) ditransformasikan maka:
a. Luas bangun bayangan tetap untuk transformasi : translasi, refleksi, dan rotasi.
b. Luas bangun bayangan berubah untuk transformasi dilatasi, yaitu jika luas
bangun mula-mula L setelah didilatasi oleh [P(a,b),k], maka luas bangun
bayangannya adalah L'=k2 +L
BARISAN DAN DERET

A. Pengertian Barisan dan Deret


 Pola Bilangan dan Barisan
Pola bilangan sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada suatu
perjamuan ketika belum ada tamu yang datang maka tuan rumah tidak berjabat tangan.
Jika satu tamu datang, maka terjadi 1 kali jabat tangan, jika kemudian ada 1 tamu lagi
yang datang maka terjadi 3 kali jabat tangan. Berikut adalah pola bilangan yang dapat
terbentuk.
Banyak orang Banyak Jabat Tangan
1 0=0
2 0+1=1
3 0+1+2=3
.... .....
n 0 + 1 + 2 + ... + ( n – 1 )

Contoh soal :
1. Ada 10 orang tamu + 1 tuan rumah berapa banyak jabat tangan yang mungkin
terjadi ?
Banyak jabat tangan = 0 + 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 = 55 kali jabat
tangan.

 Barisan Bilangan
Barisan bilangan adalah susunan bilangan – bilangan yang memiliki aturan tertentu
dan di pisahkan dengan koma.
Contoh soal :
 3, 5, 7, 9, 11,.... → Barisan bilangan loncat 2
 11, 8, 5, 2, -1,... → Barisan bilangan loncat -3
 Tentukan tiga suku pertama pada barisan yang suku umumnya di rumuskan
dengan U n=2 n+ 9 !
Jawab :
 U n=2 n+ 9
 U 1=2.1+9=11
 U 2=2.2+9=13
 U 3=2.3+ 9=15

Bentuk umum U n=U 1 , U 2 ,U 3 , …

 Deret Bilangan
Jumlah suku-suku dari suatu barisan di sebut deret. Bentuk umumnya adalah sebagai
berikut.
n
U 1 +U 2 +U 3 +…+U n=∑ U i
i=1
Contoh :
 Deret bilangan genap : 2 + 4 + 6 + 8 + ....
 Deret bilangan persegi panjang : 2 + 6 + 12 + 20 +....
 Deret bilangan kubik : 13+ 23+ 33+ 4 3+ ¿ ....

B. Barisan Aritmatika dan Deret Aritmatika


 Barisan Aritmatika
Perhatikan penggaris ukuran 30 cm. Pada penggaris tersebut terdapat bilangan
berurutan 0, 1, 2, 3, 4, ..., 30. Setiap bilangan berurutan pada penggaris ini mempunyai
jarak yang sama yaitu 1 cm. Jarak antar bilangan berurutan menunjukan selisih antar
bilangan. Bilangan – bilangan berurutan seperti padda penggaris memiliki selisih yang
sama untuk setiap dua suku berurutannya sehingga membentuk suatu barisan bilangan.
Barisan bilangan seperti ini di sebut barisan aritmatika dengan selisih setiap dua suku
berurutannya yang disebut beda.
Bentuk umum :
U 1 ,U 2 , U 3 , … ,U n atau a , ( a+b ) , ( a+ 2b ) ,… ,(a+ ( n−1 ) b)
Pada barisan aritmatika berlaku :
U n−U n−1=b Sehingga U n=U n−1+ b

Contoh :
Tentukan beda dari suku-suku di bawah ini :
a. 4, 7, 10, 13, ...
b. -10, -6, -2, 2, ....
Jawab :
a. Beda = 7 – 4 = 3
b. Beda = -6 – (-10) = 4

 Rumus Suku ke-n Barisan Aritmatika


Suku ke-n Barisan Aritmatika adalah :

U n=a+ ( n−1 ) b
Keterangan :
 U n = Suku ke – n
 a = Suku pertama
 b = Beda
 n = Banyaknya suku

Contoh :
Tentukan suku pertama, beda, dan suku ke-10 dari barisan 4, 7, 10, 13, ... ?
Jawab :
 a=4
 b=7–4=3
 U n=a+ ( n−1 ) b
 U 10=4+ ( 10−1 ) 3
 U 10=31

 Suku Tengah Barisan Aritmatika ( Uk )


Barisan U 1 ,U 2 , U 3 , … ,U n untuk n ganjil
Maka dapat di rumuskan sebagai berikut :
U +a
U k= n
2
Contoh :
Di ketahui barisan aritmatika 3, 9, 15, 21, ...., 117. Tentukan suku tengahnya ?
Jawab :
U +a
. U k= n
2
117 +3
. U k= = 60
2

 Sisipan pada Barisan Aritmatika


Jika di antara 2 bilangan a dan Un di sisipkan bilangan a, ..., ..., ..., Un

K bilangan
Maka setelah di sisipi k bilangan, banyaknya suku pada barisan ada ( k + 2 ) = n
U n=a+ ( n−1 ) b
Pada barisan baru berlaku :
Un = a + ( k + 2 – 1 )b
Un = a + ( k + 1 )b
Contoh :
Di antara bilangan 6 dan 24 di sisipkan 8 bilangan sehingga membentuk barisan
aritmatika. Tentukan bedanya ?
Jawab :
a=6
Un = 24
k=8
U n−a 24−6 18
b= = = =2
k+ 1 8+1 9
 Deret Aritmatika
Deret Aritmatika adalah bentuk penjumlahaan barisan aritmatika. Jika U1, U2, U3,
…,Un adalah barisan aitmatika, maka U1 + U2 + U3 + …,Un merupaka deret aritmatika.
Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan Sn.
Sn = U1 + U2 + U3 + …,Un
Rumus jumlah n suku pertama adalah :
1 ¿
Sn = n(a+ U n) S = 1
2 n n¿
2
Contoh :
Di ketahui deret aritmatika 4 + 8 + 12 + 16 + ...
Hitung jumlah 25 suku pertama ?
Jawab :
¿
Sn = 1 n ¿
2
¿
S25 = 1
25 ¿
2
S25 = 1300

 Barisan Geometri
Misalkan suatu barisan bilangan adalah U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un
Barisan bilangan tersebut dikatakan barisan geometri, jika nilai perbandingan untuk
setiap suku ke – n ( Un ) dengan suku sebelumnya ( Un-1) adalah tetap. Nilai
perbandingan itu disebut rasio ( r ), ditulis :
Un
r=
U n−1
Dimana r ≠ 0 atau r ≠ 1
Misalkan suku pertama sama dengan a, rasio sama dengan r, maka :
U1, U2, U3, ..., Un

a, ar, ar2 , … ,arn – 1


Dengan demikian, rumus suku ke – n barisan geometri adalah :

Un = arn-1

 Rumus Suku Tengah Barisan Geometri


Suatu barisan geometri dengan n suku, n bilangan ganjil, maka suku tengah ( U k )
dinyatakan sebagai berikut :

Uk = √ U 1 × U n
Contoh :
Di ketahui Barisan Geometri 2, 8, 32, ..., 8192. Tentukan suku tengahnya?
Jawab :
a=2
Un = 8192
Uk = √ U 1 × U n
Uk = √ 2× 8192=128
 Sisipan pada Barisan Geometri
Pada barisan geometri a, ..., ..., ..., Un, disisipkan k suku.
K suku
Pada barisan geometri baru banyaknya suku adalah ( k + 2 )
Jadi, Un = arn-1 → Un = ar(k+2-1)
→ Un = ark+1
→ r = x+ 1 n
1
U
a √
Di antara bilangan dan 64 disisipkan 7 bilangan, sehingga menjadi barisan
4
geometri. Tentukan rasio?
Jawab :

√ U
r = x+ 1 n
a


64
r = 7+1 1
4
r = √8 64 × 4
r = √8 256 = 2

 Deret Geometri
Deret geometri adalah bentuk penjumlahan suku – suku barisan geometri.
Jika U1, U2, U3, U4, …, Un-1, Un adalah barisan geometri, maka U1 + U2 + U3 + …,Un
merupaka deret geometri. Jumlah n suku pertama disimbolkan dengan (Sn)
Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un
Rumus jumlah n suku pertama adalah :

a ( r n−1 )
S n= ; jika , r >1 dan
r−1
a ( 1−r n )
S n= ; jika , r <1.
1−r

Contoh :
Tentukan jumlah deret geometri berikut : 2 + (-10) + 50 + ... + (-6250)?
Jawab :
a ( r n −1 )
Sn=
r−1
2 ( (−5)6 −1 )
S n=
−5−1
2 ( 15624 )
Sn=
−6
S n =−5208
 Deret Geometri Tak Hingga
Jika suatu deret geometri, Sn = U1 + U2 + …, Un-1 + Un dengan n mendekati takhingga,
maka deret geometri tersebut dikatakan sebagai deret geometri tak hingga dan di tulis
dengan
S∞ = U1 + U2 + …, Un-1 + …
a ( r n −1 )
|r|≥1, maka, S ∞=lim it =∞ , karena .r ∞
Jika n→∞ r−1
a ( 1−r n ) a
|r|<1, maka S∞ =lim it = , karena r ∞ mendekati 0 .
Jika n→∞ 1−r 1−r
Sehingga, rumus jumlah deret geometri takhingga untuk |r|<1,r≠0adalah:
a
S ∞=
1−r

 Suku ke-n dan Jumlah n Suku Pertama Beberapa Deret Khusus

 Deret Bilangan Asli


Deret Bilangan Asli 1 + 2 + 3 + ... + ( n – 1 ) + n
Suku ke – n → Un = n
1
Jumlah n suku pertama Sn = n(n+1)
2
Contoh :
Diketahui deret bilangan asli 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + ...
Tentukan suku ke – 1000 dan jumlah 50 suku pertama ?
Jawab :
Un = n
U1000 = 1000
1
Sn = n(n+1)
2
1
S50 = 50 ( 50 + 1 )
2
Sn = 1275
 Deret Kuadrat n Bilangan Asli
Deret kuadrat bilangan asli 12 +22 + 32 + ... + ( n – 1 )2 + n2
Suku ke – n → Un = n2
1
Jumlah n suku pertama Sn = n ( n + 1 )( 2n + 1 )
6
Contoh :
Diketahui deret kuadrat bilangan asli 12 +22 + 32 + ... + n2
Tentukan suku ke – 27 dan jumlah 10 suku pertama ?
Jawab :
Un = n2
U27 = 272
U27 = 729
1
Sn = n ( n + 1 )( 2n + 1 )
6
1
S10 = 10 ( 10 + 1 )( 2.10 + 1 )
6
S10 = 385
 Deret Kubik n Bilangan Asli
Deret kubik bilangan asli 13 +23 + 33 + ... + ( n – 1 )3 + n3
Suku ke – n → Un = n3
2
Jumlah n suku pertama Sn = [ 1
2
n (n+1)]
Contoh :
Diketahui deret kuadrat bilangan asli 13 +23 + 33 + ... + n3
Tentukan suku ke – 15 dan jumlah 5 suku pertama ?
Jawab :
Un = n3
U15 = 153
U15 = 3375
2
S5 = [ 1
2
5( 5+1)]
S5 = 225
 Deret n Bilangan Persegi Panjang
Deret bilangan persegi panjang 1 . 2 + 2 . 3 + 3 . 4 + ... + n ( n + 1 )
Suku ke – n → Un = n ( n + 1 )
1
Jumlah n suku pertama Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )
3
Contoh :
Deret bilangan persegi panjang 1 . 2 + 2 . 3 + 3 . 4 + ...
Tentukan suku ke – 6 dan jumlah 6 suku pertama ?
Jawab :
Un = n ( n + 1 )
U6 = 6 ( 6 + 1 )
U6 = 42
1
Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )
3
1
S6 = 6 ( 6 + 1 )( 6 + 2 )
3
S6 = 112
 Deret Bilangan Balok
Deret bilangan balok 1 . 2 . 3 + 2 . 3 . 4 + 3 . 4 . 5 + ... + n ( n + 1 )( n + 2 )
Suku ke – n → Un = n ( n + 1 ) ( n + 2 )
1
Jumlah n suku pertama Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )( n + 3 )
4
Contoh :
Deret bilangan balok 1 . 2 . 3 + 2 . 3 . 4 + 3 . 4 . 5 + ...
Tentukan suku ke – 10 dan jumlah 15 suku pertama ?
Jawab :
Un = n ( n + 1 ) ( n + 2 )
U10 = 10 ( 10 + 1 ) ( 10 + 2 )
U10 = 1320
1
Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )( n + 3 )
4
1
S15 = 15 ( 15 + 1 )( 15 + 2 )( 15 + 3 )
4
S15 = 18360
 Deret Bilangan Segitiga
1
Deret bilangan segitiga 1 + 3 + 6 + ... + n( n + 1 )
2
1
Suku ke – n → Un = n( n + 1 )
2
1
Jumlah n suku pertama Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )
6
Contoh :
Deret bilangan balok 1 + 3 + 6 + 10 + 15 + ...
Tentukan suku ke – 10 dan jumlah 6 suku pertama ?
Jawab :
1
Un = n( n + 1 )
2
1
U10 = 10( 10 + 1 )
2
U10 = 55
1
Sn = n ( n + 1 )( n + 2 )
6
1
S6 = 6 ( 6 + 1 )( 6 + 2 )
6
S6 = 56
 Menuliskan Deret Bilangan dengan Notasi Sigma
 Notasi Sigma ∑
Notasi sigma yang di lambangkan dengan “ ∑ ” adalah sebuah huruf Yunani yang
artinya penjumlahan. Notasi ini di gunakan untuk meringkas penulisan penjumlahan
bentuk panjang dari jumlah suku-suku yang merupakan variabel berindeks atau suku-
suku suatu deret. Jika diketahui suatu barisan tak berhingga a1 , a2 , a3 , … , an , maka
n
jumlah dari n suku pertama barisan tersebut dinyatakan dengan ∑ ak
k=1
n
. ∑ ak = a1 +a 2+ a3 +… ,+a n
k=1
Jumlah suatu deret aritmatika dan geometri dapat di tulis dalam notasi sigma, yaitu :
n
Sn = ∑Uk = U1 + U2 + U3 + ... + Un
k=1
Untuk Deret Aritmatika
n
Sn = ∑ ( a+( k −1 ) b )=a+( a+b ) +…+( a+( n−1 ) b )
k=1
Untuk Deret Geometri
k−1
ar =¿
n
Sn = a + ar + ar2 + … + arn – 1
∑ ¿
k=1
 Sifat-sifat Notasi Sigma
n

1. k =1 ak = a1 + a2 + a3 + … + an
n n n
∑ ∑ ∑
2. k =m (ak + bk) = k =m ak + k =m bk
n n
∑ ∑
3. k =m cak = c k =m ak
n n+ p

∑ ∑
4. k =m ak = k=m+ p ak – p
n

5. k =m c = (n – m + 1)c
p−1 n n
∑ ∑ ∑
6. k =m ak + k=p ak = k =m ak
m−1

7. k =m ak = 0
n n n n
∑ ∑ ∑ ∑
8. k =m (ak + bk)2 = k =m ak2 + 2 k =m ak bk + k =m bk2

Anda mungkin juga menyukai