Anda di halaman 1dari 59

PENGARUH MODEL IKLAN DAN PENAYANGAN IKLAN TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA PRODUK


VASELINE MEN OIL EXPERT FACIAL WASH

Disusun oleh:

Fadilla Widianto
1771600218

PROGRAM MAGISTER ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS BUDI LUHUR
Jakarta
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi dan informasi yang semakin berkembang

menjadikan kebutuhan manusia ikut berkembang dan semakin kompleks.

Perusahaan berlomba-lomba menciptakan produk untuk memenuhi

kebutuhan dan keinginan pasar (konsumen) yang semakin beragam.

Keadaan ini menyebabkan persaingan produk semakin ketat, maka dari itu

untuk bisa bertahan ditengah persaingan usaha yang semakin ketat ini

perusahaan harus mampu menjual produknya sesuai dengan target

penjualan yang ingin dicapai agar laba yang diperoleh dapat mengcover

biaya operasional perusahaan dan bahkan untuk membesarkan perusahaan.

Tingginya keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang

ditawarkan perusahaan merupakan harapan dari setiap perusahaan.

Tingginya keputusan pembelian yang dilakukan konsumen mengakibatkan

meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan semakin besar.

Sedangkan jika tingkat pembelian produk rendah, maka pendapatan yang

diterima perusahaan menjadi tidak lancar sehingga perusahaan kesulitan

untuk memenuhi biaya operasionalnya. Tentunya kondisi seperti ini tidak

diharapkan oleh perusahaan. Keputusan pembelian yang tinggi terjadi jika

seorang konsumen ketika memutuskan akan membeli suatu produk pada

jenis yang paling tinggi dan harga yang paling mahal. Namun harapan
perusahaan tidak sejalan dengan keadaan yang terjadi dilapangan. Sering

kali konsumen terlalu berbelit-belit sebelum memutuskan untuk membeli

dan terlalu banyak pertimbangan karena masih ragu terhadap produk.

Beberapa cara dilakukan perusahaan untuk membuat produknya

semakin laku di pasarkan salah satunya dengan memfasilitasi dan

memperhatikan dalam sisi pemasaran. Dalam hal ini salah satu fungsi

pemasaran yaitu memberitahukan maupun menginformasikan kepada

masyarakat luas tentang produk yang mereka miliki. Salah satu memberikan

informasi dan pengetahuan tersebut adalah melalui media iklan. Menurut

Arens (dalam Lubis, 2007)) iklan dikatakan sebagai komunikasi informasi

yang terstruktur dan disusun bukan oleh perseorangan, biasanya dibayar

untuk dan secara alami umumnya membujuk tentang produk (barang, jasa

dan ide) yang diidentifikasi sponsor lewat berbagai media. Sedangkan

menurut Tom Duncan (dalam Lubis,2007) iklan adalah hal yang tidak

pribadi, pengumuman yang dibayar oleh suatu sponsor yang diketahui.

Menurut (Blech&Blech) periklanan didefinisikan sebagai bentuk

pembayaran dari komunikasi nonpersonal tentang sebuah organisasi,

produk, pelayanan atau ide melalui sponsor yang teridentifikasi.

Secara sederhana, iklan didefinisikan sebagai pesan yang

menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu

media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman

biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang supaya membeli.

Sedangkan secara umum, iklan merupakan suatu bentuk komunikasi non-


personal yang menyampaikan informasi berbayar sesuai keinginan dari

institusi/sponsor tertentu melalui media massa yang bertujuan

mempengaruhi atau mempersuasi khalayak agar membeli suatu barang/jasa

(Rhenald Kasali, 1992, h.21).

Sedangkan menurut Frank Jefkins (seperti dikutip Nugroho, 2009)

iklan merupakan salah satu cara menjual barang/jasa melalui penyebaran

informasi, iklan bersifat membujuk publik agar bersikap dan berperilaku

sesuai dengan tujuan strategi pemasaran suatu perusahaan melalui pembuat

iklan.

Teori advertising media menyebutkan, iklan akan memberikan hasil

efektif apabila disampaikan pada tingkat frekuensi efektif, kemudian

menerpa pemirsa dalam jumlah efektif, serta seharusnya ditampilkan pada

masa pembelian berlangsung (Sihombing, 2010). Dalam penelitiannya Ray

et al (dalam Indiarto, 2006) menemukan bahwa pengulangan meningkatkan

niat beli dalam iklan low-price convenience goods tetapi tidak untuk high-

price shopping goods. Namun studi menggunakan iklan televisi memiliki

efek positif pengulangan. Dimana pengulangan suatu pesan iklan

merupakan suatu strategi untuk mendekati khalayak sasaran. Karena suatu

pesan yang sama yang senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan

berakibat diingatnya pesan tersebut. Indriyanti dan Ilhalauw (2002)

menyatakan pengulangan pesan iklan cukup berpengaruh dalam menarik

perhatian, menimbulkan rasa tertarik, keinginan dan mendorong konsumen

untuk melakukan tindakan pembelian. Karena hakikatnya suatu pesan yang


sama yang senantiasa diulang-ulang pada akhirnya akan berakibat

diingatnya iklan tersebut.

Dari beberapa definisi iklan di atas, secara garis besar iklan

merupakan suatu pesan yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada

komunikan mengenai informasi suatu barang/jasa melalui media massa

dengan tujuan untuk memberikan informasi, membujuk dan mempengaruhi

masyarakat agar bertindak sesuai dengan keinginan pengiklan yakni dengan

tindakan membeli atau menggunakan barang/jasa tersebut.

Berikut disederhanakan melalui tabel mengenai proses komunikasi

periklanan menurut Liliweri (2011, h.551).

Unsur-Unsur Komunikasi

Sumber: Liliweri, Alo (2011, h.551)

Dalam mencapai tindakan pembeli dalam proses komunikasi

periklanan, dibutuhkan tahapan yang akan dilalui konsumen, tahapan ini

biasa dikenal dengan teori AIDA. Menurut Frank Jefkins (1994) dalam

bukunya yang berjudul “Periklanan”, AIDA adalah model yang

dikembangkan untuk menggambarkan tahap yang dilalui dalam mengambil


minat konsumen. Model ini menggambarkan bahwa konsumen melewati

empat tahap sebelum akhirnya mengambil keputusan untuk membeli

produk. Dimulai dengan perhatian (Attention), ketertarikan (Interest),

keinginan (Desire), dan terakhir tindakan (Action) berupa pembelian

(AIDA)

Semakin banyaknya iklan di media tentang penanyangan vaseline

men oil expert yang berhasil menyaingi pond dan biore membuat banyak

pembicaraan dikalangan pria yang menimbulkan rasa ingin tahu sehingga

dapat merangsang minat beli.

Dengan menggunakan media periklanan, Vaseline men oil expert

facial wash mencoba menarik konsumen dengan menginformasikan

keunggulan produknya dan bahwa Vaseline men oil expert facial wash

merupakan Manfaat kelembaban yang memperbaiki 10x lebih banyak,

bekerja seketika pada minyak yang tampak, tidak membuat kulit menjadi

terlalu kering.

Namun keberhasilan Vaseline men oil expert menjadi facial wash

men yang lebih unggul dibandingkan dengan facial wash merek lain tidak

menjadikan vaseline men oil expert menduduki tingkat teratas Top Brand .

Menurut hasil survei yang dilakukan website men.idntimes.com dengan

pembelian tahun 2016. Vaseline men oil expert hanya berhasil menduduki

peringkat 7 dari 10 dalam kategori facial wash


Berdasarkan penelitiab diatas, maka dalam penelitian ini variabel

model iklan dan pengulangan penayangan iklan dipergunakan sebagai

variabel bebas yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian ataupun

variabel terikat. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti

memutuskan untuk melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul

“Pengaruh Model Iklan dan Penayangan Iklan Terhadap Keputusan

Pembelian Produk Vaseline Men Oil Expert Facial Wash”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh antara model iklan terhadap keputusan

pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert ?

2. Apakah terdapat pengaruh antara penayangan iklan terhadap keputusan

pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert?

3. Apakah terdapat pengaruh antara model iklan dan penayangan iklan

terhadap keputusan pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka peneliti mempunyai beberapa

tujuan dari penelitian. Antara lain adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh model iklan terhadap keputusan

pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert.


2. Untuk mengetahui pengaruh penayangan iklan terhadap keputusan

pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert.

3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model iklan dan

penayangan iklan terhadap keputusan pembelian pada produk

vaselin men oil expert.

1.4 Batasan Masalah

Agar penelitian ini mempunyai alur yang jelas dan tidak

menyimpang dar pembahasan dan tujuan – tujuan yang telah ditetapkan

maka dibuatlah beberapa pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini secara khusus pada produk Vaseline Men Oil Expert

Facial Wash

2. Penelitian ini dilakukan berdasarkan data penjualan poduk Vaseline

Men Oil Expert Facial Wash periode 2017.

3. Penelitian ini membatasi hanya untuk mengetahui pengaruh model

iklan dan penayangan iklan terhadap keputusan pembelian yang

diukur dengan analisis regresi linier berganda.

1.5 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian yang dilakukan ini maka ada beberapa

manfaat yang dapat diperoleh antara lain:

1. Bagi penulis untuk dapat memahami bahwa model iklan

pemasaran secara penayangan iklan terhadap keputusan pembelian

produk
2. Bagi perusahaan, melalui penelitian ini dapat mendorong

manajemen Vaseline men untuk terus meningkatkan kualitas dalam

menghasilkan produk yang di minati oleh konsumen

3. Bagi Universitas Budi Luhur, melalui penelitian ini diperoleh

manfaat bahwa komunikasi model iklan Aida dan pengulangan

penayangan iklan berpengaruh terhadap keputusan pembelian

vaselin men oil expert.


BAB 2

Landasan Teori

2.1 Kerangka teori

Vaseline percaya bahwa kulit yang benar-benar sehat dimulai

dengan mengembalikan kelembapan kulit secara mendalam. Kulit

yang benar-benar sehat bukanlah hal yang bisa Anda dapatkan dengan

menutupi masalah atau melalui perbaikan instan. Kami mengerti hal

ini karena kami adalah ahli kulit yang sesungguhnya. Vaseline, yang

ditemukan pada 1870 oleh Robert Chesebrough, telah memperbaiki

kulit dengan aman selama lebih dari 140 tahun. Kami mengundang

Anda untuk menjelajahi waktu lebih dari seabad yang lalu tentang

bagaimana segala upaya perbaikan itu dimulai

Walaupun "Wonder Jelly" memiliki daya tarik, pada 1872,

Chesebrough mendaftarkan jelly tersebut sebagai "Vaseline", yang diambil

dari kombinasi kata dalam Bahasa Jerman yang berarti air, wasser, dan kata

dalam Bahasa Yunani yang berarti minyak, oleon. Ternyata nama baru

tersebut lebih menarik! Pada 1874, hanya dua tahun berselang setelah

penciptaan mereknya, Vaseline Jelly dijual di seluruh AS, di mana satu

kemasan terjual per menitnya. Artinya, dalam sehari lebih dari 1.400

kemasan berhasil terjual

Orang-orang mulai mengetahui beragam manfaat Vaseline® Jelly

yang aman, dan segera setelahnya produk ini sudah ada hampir di setiap
kotak obat di Amerika. Para ibu menggunakannya untuk menyembuhkan

ruam popok pada bayi mereka, sedangkan para pekerja yang bekerja di

cuaca dingin yang ekstrem menggunakannya untuk menyembuhkan

kulitnya yang kering dan pecah-pecah. Namun, saat keberhasilan datang,

pasti ada yang meniru. Petroleum jelly tiruan mulai bermunculan di seluruh

AS. Untuk memastikan agar pelanggan hanya menggunakan jelly terbaik

dan termurni, Chesebrough meluncurkan Segel Biru (Blue Seal) untuk

menandai produk yang autentik dan asli.

Kini, Blue Seal tetap digunakan di semua produk pelembab

Vaseline, seperti lotion kami, karena itulah satu-satunya jenis lotion yang

mengandung Vaseline Jelly yang asli dengan tiga tahap pemurnian.

X1 = Model Iklan

X2 = Pengulangan Penanyangan iklan

Y = Keputusan Pembeli Produk Vaseline Men Oil Expert

Ha 1
Model Iklan (X1)
Ha 2 Keputusan
Pembeli (y)
Penanyangan
Iklan (X2)

Ha 3

Gambar :Kerangka Teori X dan Y


Sumber : di olah oleh pribadi)
2.2 DEFINISI KONSEPTUAL

2.2.1 Iklan (Advertisement)

Iklan merupakan salah satu bentuk dari media promosi dan

komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan barang/jasa kepada publik

melalui biro-biro iklan. Peranan periklanan dalam mempromosikan

barang/jasanya yakni untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap

keberadaan barang/jasa yang ditawarkan, untuk membedakan diri antara

satu perusahaan dengan perusahaan lainnya (differentiate the service) yang

mendukung positioning barang/jasa, serta membujuk calon konsumen untuk

membeli atau menggunakan barang/jasa tersebut (persuasive). Persuasi

adalah kegiatan psikologis dalam usaha mempengaruhi sikap, sifat,

pendapat, dan perilaku seseorang atau banyak orang (Suhandang, 2010,

h.108).

Secara sederhana, iklan didefinisikan sebagai pesan yang

menawarkan suatu produk yang ditujukan kepada masyarakat lewat suatu

media. Namun demikian, untuk membedakannya dengan pengumuman

biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang supaya membeli.

Sedangkan secara umum, iklan merupakan suatu bentuk komunikasi non-

personal yang menyampaikan informasi berbayar sesuai keinginan dari

institusi/sponsor tertentu melalui media massa yang bertujuan

mempengaruhi atau mempersuasi khalayak agar membeli suatu barang/jasa

(Rhenald Kasali, 1992, h.21).


Sedangkan menurut Frank Jefkins (seperti dikutip Nugroho, 2009)

iklan merupakan salah satu cara menjual barang/jasa melalui penyebaran

informasi, iklan bersifat membujuk publik agar bersikap dan berperilaku

sesuai dengan tujuan strategi pemasaran suatu perusahaan melalui pembuat

iklan.

2.1.2 Pengertian Periklanan

Salah satu tahapan dalam pemasaran adalah periklanan.

Tahapan periklanan tersebut bagaikan mata rantai yang saling

berhubungan dan jalinannya akan teputus jika salah satu mata rantai itu

lemah. Dengan demikian, periklanan merupakan tahap yang sangat

penting, sama pentingnya dengan mata rantai yang lain dari proses

pemasaran. Keberhasilan mata rantai yang satu sangat menentukan

keberhasilan yang lain.

Pada dasarnya periklanan adalah bagian dari kehidupan suatu

perusahaan dalam kegiatan pemasaran. Untuk mengetahui lebih lanjut

tentang pengertian periklanan tersebut maka akan dikemukakan beberapa

definisi periklanan menurut para ahli pemasaran.

Dibawah ini definisi periklanan menurut Saladin (2003:129) adalah :

Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi

bukan pribadi mengenai gagasan, barang, atau jasa yang dibayar

oleh sponsor tertentu.

Sedangkan pengertian periklanan menurut MonJe Lee dan Carla

Johnson (2007:03) adalah bahwa: Periklanan adalah komunikasi


komersil dan nonpersonal tentang sebuah organisasi dan produk-

produknya yang ditransmisikan ke suatu

khalayak target melalui media bersifat massal seperti televisi, radio,

koran, majalab, direct mail (pengeposan langsung), reklame luar

ruang, atau kendaraan umum.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa istilah "periklanan" berbeda

dengan "iklan". Iklan adalah beritanya itu sendiri, sedangkan periklanan

adalah prosesnya, yaitu suatu program kegiatan untuk mempersiapkan

berita tersebut dan menyebarluaskan kepada para masyarakat dan

perlu diberitahu tentang siapa (sponsor) yang mensponsori iklan

tersebut. Dalam hal ini pembayaran dilakukan oleh sponsor kepada

media yang membawakan berita tersebut

2.1.3 Tujuan Periklanan

Perusahaan-perusahaan menyisihkan sebagian !aha mereka yang

mengeluarkan biaya yang besar hanya untuk membuat iklan yang

mampu menyedot perhatian kbalayak umum. Perusahaan mengharapkan

hasil akbir yang berupa perubahan perilaku kbalayak yang akbirnya

memutuskan untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa yang

ditawarkan oleh perusahaan.

Terdapat beberapa tujuan iklan (Kotler, 2005:278) adalah sebagai berikut:


1. Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan

pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah

ada.

2. Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan,

preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa.

Sebagian iklan persuasif

menggunakan iklan perbandingan (comparative advertising),

yang melakukan perbandingan eksplisit antara ciri-ciri dua

merek atau lebih. Iklan perbandingan paling berguna apabila iklan

tersebut menghasilkan motivasi kognitif dan afektif serentak.

3. Iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian

produk dan jasa kembali.

4. Iklan penguatan dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang

bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat.

Tujuan iklan seharusnya muncul dari analisis mendalam mengenai situasi

pemasaran sekarang. Jika kelas produk tersebut sudah matang,

perusahaan itu adalah pemimpin pasar, dan jika penggunaan produk

ternyata rendah, tujuan yang tepat seharusnya adalah merangsang

penggunaan yang lebih tinggi. Jika kelas produk tersebut masih baru,

perusahaan itu bukanlah pemimpin pasar, tetapi produk tersebut lebih

unggul dibandingkan dengan pemimpin pasar tadi, lalu tujuan yang

tepat adalah meyakinkan pasar tentang keunggulan produk tersebut.


2.1.4 Klasifikasi Periklanan

Tidak ada istilah tunggal, jelas, dan menyeluruh yang bisa

menggambarkan karakter kompleks periklanan dan fungsi-fungsinya

yang majemuk dan saling terkait. Menurut MonJe Lee dan Carla

Johnson (2007:4-10)

periklanan sering kali diklasifikasikan ke dalam beberapa tipe

besar, diantaranya sebagai berikut :

I.Periklanan Produk

Porsi utama pengeluaran periklanan dibelanjakan untuk produk:

presentasi dan promosi produk-produk baru, produk-produk yang ada, dan

produk- produk hasil revisi.

2. Periklanan Eceran

Berlawanan dengan iklan produk, periklanan eceran bersifat lokal

dan berfokus pada toko, tempat di mana beragam produk dapat dibeli

atau di mana satu jasa ditawarkan. Periklanan eceran memberikan

tekanan pada harga, ketersediaan, lokasi, dan jam-jam operasi.

3. Periklanan Korporasi

Fokus periklanan ini adalah membangun identitas korporasi atau

untuk mendapatkan dukungan publik terhadap sudut pandang orgamsas1.

Kebanyakan periklanan korporasi diancang untuk menciptakan citra

menguntungkan bagi sebuah perusahaan dan produk-produknya; meski

demikian, periklanan citra secara khusus mengindikasikan kampanye


korporasi yang menyoroti keunggulan atau karakteristik

menguntungkan dari perusahaan sponsor.

4. Periklanan Bisnis-ke-Bisnis

Istilah ini berkaitan dengan periklanan yang ditujukan kepada

para pelaku industri (ban yang diiklankan kepada manufaktur mobil),

para pedagan

5. Periklanan Politik

Periklanan politik senng kali digunakan para politisi untuk membujuk

orang untuk memilih mereka; dan karenanya, iklan jenis ini merupakan

sebuah bagian penting dari proses politik di Amerika Serikat dan negara-

negara demokrasi lain yang memperbolehkan iklan para kandidat.

6. Periklanan Direktori

Orang membujuk periklanan direktori untuk menemukan cara

membeli sebuah produk atau jasa. Bentuk terbaik direktori yang

dikenal adalah Yellow Pages, meskipun sekarang terdapat berbagai jenis

direktori yang menjalankan fungsi serupa.

7. Periklanan Respon Langsung

Periklanan respon langsung melibatkan komunikasi dua-arah di antara

pengiklan dan konsumen. Periklanan tersebut dapat menggunakan

sembarang media periklanan (pos, televisi, koran, atau majalah), dan

konsumen dapat menanggapinya, sering kali lewat pos, telepon, atu

faks. Banyak perusahaan sekarang memperbolehkan konsumen


menanggapi secara online. Produk biasanya dikirimkan ke konsumen

lewat pos.

8. Periklanan Pelayanan Masyarakat

Periklanan pelayanan masyarakat dirancang untuk beroperasi untuk

kepentingan masyarakat dan mempromosikan kesejahteraan masyaraka

Iklan-iklan ini diciptakan bebas biaya oleh para profesional

periklanan, dengan ruang dan waktu iklan merupakan hibah oleh media.

9. Periklanan Advokasi

Periklanan advokasi berkaitan dengan penyebaran gagasan-gagasan dan

klarifikasi isu sosial yang kontroversial dan menjadi kepentingan

masyarakat. Perusahaan yang menerapkan strategi periklanan

pada masalah sosial seperti konversasi alam semakin bertambah banyak.

Setiap produk yang akan dipromosikan terlebih dahulu diklasifikasikan

ke dalam kategorinya masing-masing. Dari hasil klasifikasi tersebut, dapat

kita lihat bahwa tidak semua iklan memiliki tujuan untuk mencari !aha.

Iklan pun ada yang memiliki pesan sosial dimana tidak ada unsur

mencari keuntungan di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa iklan

mempunyai banyak manfaat, selain untuk mencari caJon pelanggan

juga untuk menyampaikan pesan-pesan sosial kepada masyarakat luas.

2.1.5 Sifat-Sifat Periklanan

Setiap promosi memiliki karakteristik dan biaya sendiri,

demikian juga dengan advertising. Berikut ini sifat-sifat dasar periklanan

(advertising) menurut Fandy Tjiptono (2002:225) :


1. Menjangkau Masyarakat (Public Presentation)

Dengan iklan yang baik dan tepat akan mampu menjangkau masyarakat

dengan cepat dan luas, serta memungkinkan setiap orang menerima

pesan yang sama tentang produk yang diiklankan

2. Pengulangan (Pervasiveness)

Pesan iklan yang sama dapat diulang-ulang untukmemantapkan

penerimaan informasi.

3. Mendramatisir (Amplified Expresiveness)

Iklan mempunyai kemampuan untuk mendramatisir pesan dan perusahaan

melalui gamhar dan suara untuk menggugah dan mempengaruhi

perasaan khalayak.

4. Keprihadian (Impersonality)

Iklan merupakan komunikasi yang menolong (satu arah)

sehingga tidak hersifat memaksa masyarakat untuk memperhatikan dan

menanggapinya. Biaya yang dikeluarkan iklan merupakan hiaya yang

dikeluarkan untuk

herinvestasi agar perusahaan menghasilkan !aha melalui produk

atau jasa yang ditawarkan. Untuk mencapai !aha yang ditargetkan

dihutuhkan sasaran antara lain yakni target penjualan atau pangsa pasar

(tergantung pada tujuan yang ditentukan perusahaan pada saat itu).


2.1.6 Jenis-Jenis Iklan Iklan

Beragam iklan yang sering dilihat di berbagai media setiap harinya, mulai

dari media cetak maupun media elektronik, namun Alo Liliweri (1992) mempunyai

pendapat sendiri tentang pembagian jenis-jenis iklan, yakni iklan terbagi ke dalam

pembagian dua kelompok besar (pembagian secara umum dan pembagian secara

khusus), berikut pembagiannya:

1. Pembagian Iklan Secara Umum

● Iklan Tanggung Jawab Sosial

Adalah iklan yang bertujuan untuk menyebarkan pesan yang bersifat informatif,

penerangan, pendidikan agar membentuk sikap masyarakat sehingga dapat

bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan kemasyarakatan tertentu. Misalnya

iklan anjuran dan iklan penggambaran sosial.

● Iklan Bantahan

Adalah iklan yang digunakan untuk membantah atau melawan atas suatu isu yang

merugikan dan memperbaiki citra seseorang, perusahaan atau merek yang tercemar

akibat informasi yang tidak benar. Ciri khas iklan ini yakni menempatkan

komunikator baik perorangan atau lembaga sebagai pihak yang dirugikan oleh pihak

lain.

● Iklan Pembelaan

Iklan ini merupakan kebalikannya dari iklan bantahan. Bila iklan bantahan,

pengiklan berada pada posisi membantah, maka dalam iklan pembelaan,

komunikator justru berada dalam posisi membela. Tujuan dari iklan ini adalah

memperoleh simpati dari masyarakat bahwa perusahaan berada dalam posisi yang

benar. Contoh yang biasa ditemukan pada jenis iklan ini yakni iklan terkait dengan

hak paten.
● Iklan Perbaikan

Adalah iklan untuk memperbaiki pesan-pesan tentang suatu hal yang terlanjur salah

dan telah disebarluaskan melalui media. Istilah lain iklan ini adalah iklan ralat,

dimana iklan tersebut bertujuan untuk meralat informasi yang salah, sehingga publik

tetap mendapatkan informasi yang benar. Sisi negatif dari iklan ini yakni dengan

menyampaikan iklan perbaikan maka akan terkesan bahwa pengiklan tidak cermat

dalam perencanaan tentang sesuatu sehingga kredibilitas pengiklan akan turun.

● Iklan Keluarga

Adalah iklan yang isi pesan-pesannya merupakan sebuah pemberitahuan dari

pengiklan tentang terjadinya suatu peristiwa kekeluargaan kepada keluarga/khalayak

lainnya. Iklan keluarga biasanya lebih banyak berbentuk iklan kolom dan display,

tidak banyak berisi ilustrasi gambar, dan lebih mengandalkan pesan tertulis. Contoh

iklan ini adalah iklan tentang kematian, pernikahan, wisuda, dll.

2. Pembagian Iklan Secara Khusus

● Berdasarkan Tujuannya

Berdasarkan tujuannya, iklan dibagi menjadi tiga jenis, yakni iklan komersial

(comercial advertising), iklan layanan masyarakat (public service advertising), dan

iklan korporat (corporate advertising).

1. Iklan Komersial (comercial advertising) adalah iklan yang dibuat secara khusus

untuk keperluan memperkenalkan atau mempromosikan barang,

jasa, dan pelayanan untuk konsumen yang sifatnya komersil melalui media

periklanan.

2. Iklan Layanan Masyarakat, yaitu iklan yang bersifat non-profit. Iklan layanan

masyarakat (public service advertising) bertujuan untuk menjual gagasan atau ide

untuk kepentingan/pelayanan masyarakat. Pesan dalam iklan layanan masyarakat

biasanya berupa ajakan, pernyataan, atau himbauan kepada masyarakat untuk

melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingan umum.


3. Iklan Korporat (corporate advertising) adalah iklan yang bertujuan membangun

citra suatu perusahaan yang pada akhirnya diharapkan juga membangun citra positif

produk-produk atau jasa yang diproduksi oleh perusahaan tersebut. Iklan korporat

sering kali berbicara tentang nilai-nilai perusahaan, komitmen perusahaan kepada

pengawasan mutu, peluncuran merek dagang atau logo perusahaan yang baru serta

mengkomunikasikan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

● Berdasarkan Media Yang Digunakan

Media iklan merupakan salah satu media yang menggunakan bahasa sebagai alat

komunikasinya, baik disampaikan secara verbal maupun non-verbal. Sebagai bahasa

komunikasi, iklan mempunyai struktur bahasa tersendiri. Secara struktural, iklan

terdiri atas tanda-tanda (signs), yaitu unsur terkecil bahasa. Tanda terdiri atas

penanda (signifier), yaitu sesuatu yang bersifat materi berupa gambar atau ilustrasi.

Adapun secara umum pembagian iklan berdasarkan media yang digunakan terbagi

menjadi dua, yakni iklan Above The Line (ATL) dan iklan Below The Line (BTL).

1. Iklan media Above The Line (ATL) adalah media yang bersifat massa. Contohnya

surat kabar, majalah, tabloid, televisi, radio, dan internet.

2. Iklan media Below The Line (BTL) adalah iklan yang menggunakan media khusus

berupa literatur penjualan dan benda pajangan ditempat penjualan. Contohnya

leaflet, poster, brosur, katalog, dll

2.1.7 Televisi Sebagai Media Iklan

Televisi berasal dari dua kata yang berbeda, yaitu “tele” (Bahasa Yunani)

yang berarti jauh, dan “visi” (Videra Bahasa Latin) yang berarti perhatian. Dengan

demikian televisi dalam bahasa Inggris adalah “television” diartikan dengan melihat

jauh. Melihat jauh disini memiliki arti dengan melihat gambar atau suara yang

diproduksi suatu tempat (studio televisi) dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah

perangkat penerima (Rumanti, 2002, h.80).


Iklan televisi menjadikan jangkauan penyiaran lebih luas dan membuat

karakter lebih hidup. Salah satu keuntungan utama periklanan lewat televisi adalah

kemampuannya dalam membangun citra. Iklan televisi mempunyai cakupan,

jangkauan, dan repetisi yang tinggi serta dapat menampilkan pesan multimedia

(suara, gambar, dan animasi) yang dapat mempertajam ingatan (Suyanto, 2005, h.5).

George E. Belch dan Michael E. Belch (1999) menjelaskan “...perhaps the greatest

advantage of TV is the opportunity it provides for presenting the advertising

message. The interaction of sight and sound offers tremendous creative flexibility

and makes possible dramatic, life like representation product and service. TV

commercials can be used to convery a moodor image for a brand as well as to

develop emotional or entertaining appeals that help make a full product appear

interesting ... TV is also an excellent medium for demonstrating a product or service”

(h.123). Dikatakan bahwa keuntungan dari televisi adalah kesempatan menyajikan

pesan iklan. Pengaruh dari gambar dan suara memberikan daya cipta (kreatif) yang

fleksibel dan mungkin membuat dramatis, seakan-akan produk itu hidup. Iklan-iklan

di televisi dapat berguna untuk menyampaikan suasana atau gambar yang

membangun emosional atau daya tarik yang memikat agar membantu produk

menjadi terlihat menarik. Televisi juga merupakan media yang sangat baik untuk

mempertunjukkan suatu produk atau jasa, serta membentuk imej yang baik pula bagi

iklan maupun produk yang diiklankan. Oleh karenanya, televisi merupakan media

iklan yang efektif dan memiliki banyak keunggulan karena dapat menggabungkan

penglihatan, bunyi, dan gerak serta yang luas. Melalui media televisi, penyampaian

pesan lebih leluasa dengan berbagai kreativitas, sehingga mendapat perhatian khusus

dari masyarakat.

Menurut Terrance A. Shimp (2000, h.388-392) televisi memiliki kelebihan-

kelebihan dibandingkan dengan media lainnya, diantaranya yakni:


1. Iklan televisi memiliki kemampuan yang unik dalam mendemonstrasikan

pemakaian produk tertentu. Tidak ada media lainnya yang dapat mencapai konsumen

terus menerus secara audio visual.

2. Iklan televisi mempunyai ketahanan atas gagasan yang tidak didapatkan pada

media-media lainnya. Iklan televisi mampu menarik perhatian seseorang meskipun

mereka tidak berniat menyaksikan. Berbeda dengan iklan di surat kabar yang bisa

saja tidak dibaca jika tidak suka.

3. Iklan televisi memiliki kemampuan sekaligus menjadi media hiburan dalam

menciptakan kepuasan.

4. Iklan televisi memiliki kemampuan untuk mencapai konsumen satu persatu.

5. Dibandingkan media lainnya, iklan televisi memiliki kemampuan lebih

memanfaatkan humor dalam strategi periklanan yang efektif.

6. Iklan televisi mampu menghasilkan efek tertentu untuk mengaktifkan kondisi

kesadaran khusus dalam diri konsumen untuk menerima pesan-pesan iklan.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa iklan televisi terdiri atas komponen

audio dan video (visual). Kedua komponen ini harus bekerja sama untuk

menciptakan efek, sekaligus mampu menyampaikan pesan iklan kepada khalayak.

2.1.8 Pendekatan Melalui Daya Tarik Pesan Dalam Iklan

Pada dasarnya konsumen pasti ingin membeli produk yang berkualitas, akan

tetapi jika kualitas antara beberapa produk sangat seimbang, mungkin akhirnya iklan

suatu produklah yang dijadikan dasar oleh konsumen untuk membeli produk yang

diminati (Situmorang, 2008). Maka dalam hal ini daya tarik iklanlah yang akan

mempengaruhi persepsi konsumen sehingga iklan tersebut dapat efektif. Hal ini

berarti dengan menariknya sebuah iklan, maka konsumen akan semakin tertarik

untuk melihat dan memperhatikan iklan sehingga iklan tersebut dapat dikatakan

efektif (Nurrohman, 2009). Di dalam dunia periklanan, iklan harus dibuat secara
kreatif, inovatif, dan memiliki nilai estetika, agar iklannya lebih diingat daripada

aktivitas promosi lainnya. Pada hal ini, pembuat iklan harus dapat menstimulasi

imajinasi masyarakat ketika menonton iklan tersebut untuk mendapatkan respon.

Oleh karena itu, dibutuhkan daya tarik agar pesan yang disampaikan mempunyai

dampak bagi masyarakat.

George E. Belch dan Michael E. Belch (1999) mengemukakan “...appeals

can be used as the basic for advertising messages. At the broadest level, these

approaches are generally broken into two categories informal/rational appeals and

emotional appeals” (h.266). Dijelaskan bahwa daya tarik dapat dikatakan sebagai

dasar untuk pesan periklanan pada tingkat yang lebih luas, bentuk pendekatan ini

berasal dari dua kategori, yakni daya tarik rasional dan daya tarik emosional.

Sementara itu Liliweri (1992) mengemukakan “daya tarik merupakan

appeals pesan yang mengacu pada motif psikologis yang mengandung seperti pesan

rasional, emosional, dan daya tarik akan ganjaran tertentu” (h.76).

2.1.9 Keputusan Pembeli

Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai

dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan

khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang

terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive (tahap kesadaran), affective

(tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap tindakan pembelian).

Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model

hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik

perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan

menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek

terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya


dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan

pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen

tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38).

Teori keputusan pembelian dalm model AIDA dijelaskan dalam empat tahap sebagai

berikut :

• Tahap Menaruh Perhatian (Attention)

• Tahap Ketertarikan (Interest)

• Tahap Berhasrat/Berniat (Desire )

• Tahap Memutuskan untuk aksi beli (Action)

Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007) yang mendalilkan bahwa pengambilan

keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh Konsumen

atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention)

terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap

ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk

atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap

berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan

kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena

dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau

pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau

jasa yang di tawarkan.

Proses pengambilan keputusan (perilaku konsumen)

Didalam dunia yang modern ini, kehidupan menuntut banyak sekali

keputusan yang harus dibuat, misalnya keputusan untuk menunda perkawinan (KB),

keputusan untuk membeli TV atau DVD oleh kepala rumah tangga, keputusan untuk

memberikan pinjaman dengan bunga rendah oleh pimpinan Bank Dunia, keputusan
untuk mengalokasikan investasi dan keputusan-keputusan lainnya yang mempunyai

ruang lingkup lokal atau daerah, sektoral, nasional, dan internasional.

Mengambil atau membuat keputusan, pada dasarnya berarti memilih satu

diantara sekian banyak alternative. Misalnya ingin membeli produk atau tidak,

tamatan SMA ingin melanjutkan kuliah di universitas negri atau swasta, dan lain-

lain. Minimal ada dua alternatif dan dalam prakteknya lebih dari dua alternatif

dimana pengambil atau pembuat keputusan (decision maker) harus memilih salah

satu berdasarkan pertimbangan atau kriteria tertentu.

Proses pengambilan keputusan terdiri dari lima tahap yaitu ;

pengenalan masalah -> pencarian informasi -> evaluasi alternatif -> pilihan ->

evaluasi pascaakuisisi

Pada tahap pengenalan masaslah, konsumen itu membutuhkan sesuatu. Dan

bila kebutuhan cukup kuat, maka hal itu dapat memotivasi calon pembeli untuk

memasuki tahap kedua dari proses pengambilan keputusan konsumen yaitu

pencarian informasi. Pada tahap ketiga, konsumen mengevaluasi alternatif yang

mereka identifikasi untuk memecahkan masalah mereka. Pada tahap keempat pilihan

merupakan proses dimana konsumen memutuskan tindakan alternatif apa yang akan

dipilih apakah mereka akan membelanjakan uangnya atau menabung, atau dari toko

mana mereka membeli produk. Yang akhirnya pada tahap pascaakuisisi konsumen

mengkonsumsi dan menggunakan produk atau jasa yang mereka peroleh.

1. PENGENALAN MASALAH

Pengenalan masalah terjadi bila suatu kebutuhan dirasakan oleh keadaan

konsumen. Keadaan konsumen dipengaruhi oleh stimulasi. persepsi, aspirasi dan

lingkungan (seperti kebudayaan, kelompok acuan, dan gaya hidup).Yang

mempersulit usaha pengambilan keputusan ialah bahwa kondisi dan sifat lingkungan
itu tidak selalu dapat diketahui dengan pasti misalnya ketika konsumen menerima

stimuli, seperti harga produk yang sangat mahal, penilaian orang lain terhadap

pilihan konsumen sangat berpengaruh, ancaman fisik, psikologi maupun sosial yang

besar akibat pemakaian produk, konsekuensi untuk menghentikan pemakaian produk

lain yang disukai, dan hasil pemakaian masih belum dapat terbukti maka konsumen

akan memiliki persepsi bahwa produk tersebut berisiko. Persepsi konsumen adalah

menentukan hasil evaluasi pasca pembeliannya.

2. PENCARIAN INFORMASI

Setelah mengindentifikasi masalah, konsumen memulai proses pencarian

untuk memperoleh informasi mengenai produk-produk yang mungkin

mengeliminasi masalah tersebut. Para peneliti mendapatkan bahwa ada dua jenis

proses pencarian konsumen yaitu pencarian internal dan eksternal.

Pencarian internal (internal search) adalah usaha konsumen untuk memanggil

kembali memori informasi jangka panjang mengenai merk-merk produk atau jasa

yang dapat memecahkan masalah mereka. Yang kemudian nantinya mereka atau

konsumen akan memisahkan produk dan merk-merk tersebut kedalam tiga kategori

a. Perangkat pertimbangan atau perangkat yang dibangkitkan (consideration set),

yaitu merk-merk atau produk-produk yang dapat diterima konsumen

b. Perangkat lamban (inert set), yaitu merk-merk atau produk-produk diacuhkan oleh

konsumen.

c. Perangkat tak layak (inept set), yaitu merk-merk atau produk-produk dianggap

tidak layak.

Pencarian eksternal adalah (external search) adalah meliputi akuisisi informasi dari

sumber-sumber luar, seperti teman, periklanan, pengepakan, laporan konsumen dan

personil penjualan. Para konsumen terlibat dalam suatu pencarian eksternal dengan
tujuan memperoleh informasi yang cukup untuk mengindentifikasikan dan

membandingkan alternatif.

Identifikasi jenis-jenis informasi yang dicari konsumen dalam pencarian eksternal,

meliputi ;

a. Merek-merek yang alternatif yang tersedia

b. Kriteria evaluatif yang membandingkan merek

c. Pentingnya berbagai kriteria evaluatif

d. Informasi yang membentuk keyakinan ; atribut yang dimiliki merk dan manfaat

yang diberikan berbagai atribut.

3. EVALUASI ALTERNATIF

Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam perumusan berbagai

alternative. Pada tahap evaluasi alternatif dari proses pemilihan atau akuisisi,

konsumen membandingkan pilihan yang di indentifikasikan sebagai cara yang

potensial mampu memecahkan masalah yang mengawali proses keputusan. Ketika

membandingkan pilihan ini, konsumen membentuk keyakinan, sikap, dan tujuan

mengenai alternatif yang dipertimbangkan serta memperhitungkan situasi, kondisi,

waktu dan ruang.

Memori, Arti, dan Menilai Kebaikan/Keburukan. dalam mempertimbangkan hasil

yang mungkin didapat dari suatu keputusan, para konsumen juga mengingat kembali

memori semantic dari peristiwa-peristiwa serupa di masa lalu (Nostalgia). Memori

semantic ini memberi arti yang sangat mempengaruhi cara mereka

menginterpretasikan dan menilai kebaikan atau keburukan berbagai alternatif yang

dihadapi mereka. Nostalgia mengacu pada “keinginan masa lalu, rindu akan hari

kemarin, atau kebanggaan atas milik dan kegiata yang berhubungan dengan masa

lalu”.
Bagaimana nostalgia mempengaruhi penentuan seseorang tentang kebaikan atau

keburukan suatu pilihan? Karena nostalgia mengingat pada pengalaman masa lalu

yang lebih menyenangkan daripada sesungguhnya, bila suatu merk dapat

berhubungan dengan jenis memori positif ini, maka pengaruh positif dari memori

akan diaihkan ke merk.

KATEGORI KEPUTUSAN

a. Keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty)

Apabila semua informasi yang diperlukan untuk mengambil keputusan

lengkap, maka keputusan dikatakan dalam situasi ada kepastian. Dalam

keadaan pasti kita dapat meramalkan secara tepat hasil dari setiap tindakan.

Misalnya, di dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali keputusan yang kita

ambil dalam situasi ada kepastian. Kita tahu persis arah kemana kita harus

pergi untuk menemui dokter pribadi, tempat biasa nongkrong, restoran

favorit dan sudah terbayang hasil keputusan yang akan kita peroleh sesuai

dengan apa yang kita putuskan seperti obat yang mujarab, hal yang

menyenangkan, serrta makanan yang lezat.

b. Keputusan dalam keadaan ada risiko (risk)

Risiko terjadi jika hasil pengambilan keputusan walaupun tidak

diketahui kepastiaanya akan tetapi diketahui nilai kemungkinan (probability).

Misalnya anda ingin memutuskan membeli barang , setiap barang dibungkus

rapi sehingga anda tidak tahu mana yang bagus, mana yang

cacat/rusak.Tetapi seandainya penjual barang tersebut jujur dan anda

diberitahu barangnya ada 10 buah dan yang rusak 9 buah. Kemudian anda

harus memutuskan jadi membeli atau tidak.

c. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)


Ketidakpastian akan kita hadapi sebagai pengambilan keputusan kalau hasil

keputusan sama sekali tidak tahu karena hal yang akan diputuskan belum

pernah terjadi sebelumnya. Misalnya anda baru mengenal seseorang, dia

meminjam uang anda sebesar 500.000 untuk modal usaha. Anda sama sekali

tidak mengenal orang itu, maka seandainya anda berikan uang sebanyak yang

ia inginkan, anda tidak tahu sama sekali berapa probabilitasnya bahwa orang

tersebut akan mengembalikan uang yang dipinjamnya tepat pada waktunya.

d. Keputusan dalam keadaan ada konflik (conflict)

Situasi konflik terjadi kalau kepentingan dua pengambil keputusan atau lebih

saling bertentangan (ada konflik) dalam situasi kompetitif. Contohnya kalau

pengambil keputusan A memperoleh keuntungan dari suatu tindakan yang

dia lakukan, hal itu hanya mungkin terjadi oleh karena pengambil keputusan

lainnya, yaitu B, juga mengambil tidakan tertentu. Keputusan dan tindakan

yang dilakukan oleh masing-masing akan saling mempengaruhi baik secara

positif maupun negative.

Walaupun kelihatannya sederhana, keputusan dalam situasi dalam konflik

seringkali dalam prakteknya menjadi sangat ruwet (kompleks). Misalnya kita

dapat dihadapkan pada keadaan yang tak pasti ditambah lagi adanya tindakan

pihak lawan yang bisa mempengaruhi hasil keputusan. Faktor-faktor yang

harus dipertimbangkan menjadi lebih banyak.


BEBERAPA KENDALA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Kendala yang paling kuat dampaknya sesungguhnya bersumber pada diri

pengambilan keputusan yang bersangkutan sendiri. Kendala yang paling sering

menampakkan diri adalah ketidakmampuan seseorang bertindak tegas. Contohnya:

a. Kegagalan di masa lalu

Dalam karier seseorang sebagai contohnya, tidak seorangpun yang mencapai

nilai keberhasilan seratus persen. Ada saja tindakan dan keputusan yang

diambil yang tidak mendatangkan hasil yang diharapkan. Pengalaman pahit

demikian tidak jarang menjadi kendala dalam pengambilan keputusan, dan

bahkan begitu menghantui seseorang sehingga ia menjadi takut atau ragu-

ragu dalam mengambil keputusan.

b. Konsultasi yang berlebihan

Proses pengambilan keputusan dapat menjadi sangat lamban apabila seorang

pengambil keputusan melakukan banyak konsultasi dengan berbagai pihak.

Proses konsultasi bukan saja perlu tetapi harus dilakukan, alasan nya ialah

bahwa dalam menghadapi situasi problematik , kemampuan seseorang yang

terbatas tidak memungkinkan memecahkan masalah tersebut secara tuntas

betapa tinggi kemampuannya.

c. Faktor ketidakpastian

Tidak dapat disangkal bahwa ketidakpastian merupakan salah satu kendala

yang dihadapi dalam pengambilan keputusan. Karena itu kemampuan

memperhitungkan dan mengatasi kendala tersebut. Ketidakpastian itu

menjadi kendala karena :

1) Kurangnya keyakinan dalam diri pengambil keputusan tentang hasil yang

akan diperoleh dari keputusannya.


2) Preferensi pribadi yang bersangkutan atas alternatif yang mungkin

ditempuh, yang bisa saja berbeda dari alternatif yang ditemukan melalui

pendekatan ilmiah.

3) Si pengambil keputusan ragu apakah keputusan baru diperlukan.

d. Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi

Pemahaman yang tidak tepat tentang peranan informasi dalam proses

pengambilan keputusan dapat menjadi kendala yang harus disingkirkan.

Tidak jarang terdengar keluhan para pengambil keputusan mengatakan ,

bahwa mereka tidak mengambil keputusan karena mereka tidak memiliki

informasi yang cukup. Bukan merupakan peritiwa yang ganjil jika seorang

pengambil keputusan menggunakan dalih terlalu banyak informasi sebagai

alasan untuk tidak cepat mengambil keputusan.

4. PILIHAN

Setelah mengevaluasi semua alternatif, langkah konsumen berikutnya dalam

proses pengambilan keputusan adalah membuat pilihan. Para konsumen

memilih merk atau jasa alternatif, dan mereka juga menentukan pilihan

diantara toko-toko. Dalam proses pilihan konsumen, konsumen juga dapat

memilih alternatif yang tidak dapat dibandingkan (noncomperable

alternatives). Misalnya, orang dapat memilih antara menjalani liburan yang

mahal dengan membeli mobil, atau membeli perhiasan dan sebagainya.

Bagaimana orang menentukan pilihannya sangat dipengaruhi oleh jenis proses

keputusan dimana mereka terlibat. Proses pilihan akan berbeda bila konsumen

menggunakan pendekatan keterlibatan tinggi dibandingkan dengan keterlibatan

rendah. Demikan pula bila para konsumen menggunakan orientasi pengalaman,

maka proses pilhan akan berubah.


a. Pilihan dengan keterlibatan tinggi.

Menurut kondisi keterlibatan tinggi, konsumen bertindak seolah-olah mereka

menggunakan model kompensatori (compensatory models of choice). Menurut

model kompensatori pilihan yaitu orang menganalisa setiap alternatif dengan cara

evaluatif yang luas sehingga penilaian yang tinggi atas salah satu atribut dapat

mengkompensasi penilaian rendah atas atribut lainnya. Dalam jenis proses evaluatif

ini, semua informasi mengenai atribut suatu merk digabung ke dalam penilaian merk

secara keseluruhan. Prosesnya akan diulang untuk setiap alternatif merk, dan merk

yang mempunyai preferensi keseluruhan tertinggi dipilih.

b. Pilihan dengan keterlibatan rendah.

Keterlibatan rendah konsumen umumnya bertindak seolah-olah mereka

menggunakan model pilihan nonkompensatori (noncompensatory model of choice).

Menurut penilaian ini, penilaian yang tinggi atas beberapa atribut tidak perlu

mengkompensasi penilaian yang rendah atas atribut lainnya. Model

nonkompensatori juga disebut model pilihan hirarkis (hierarchical models of choice)

karena konsumen dianggap membandingkan alternatif atas atribut-atribut pada suatu

waktu. Satu atribut dipilih dan semua alternatif dibandingkan dengannya. Apabila

konsumen berada dalam situasi keterlibatan rendah, mereka tidak mau terlibat

dengan sejumlah besar pemrosesan informasi yang dibutuhkan oleh model

kompensatori.

Model nonkompensatori digunakan sebagai jalan pintas untuk mencapai keputusan

yang memuaskan, bukan optimal. Para konsumen seringkali terpaksa untu

memutuskan diantara sejumlah besar alternatif merk. Disini jelas bahwa tidaklah

mungkin untuk meneliti setiap merk secara rinci, sehingga masyarakat

membutuhkan suatu jalan pintas untuk menyederhanakan proses. Dalam kasus


seperti itu konsumen tidak berkepentingan dengan pencapaian keputusan yang

optimal; mereka hanya ingin membuat keputusan yang “cukup baik”.

c. Proses Pilihan Pengalaman

Dari perspektif pengalaman, konsumen menentukan pilihan setelah

mempertimbangkan perasaan mereka mengenai alternatif, perspektif ini memberi

sedikit tekanan pada pengembangan kepercayaan mengenai atribut. Beberapa jenis

pilihan konsumen dapat dikatagorikan sebagai proses pengalaman ;

1) Heuristis afeksi referal

2) Pengaruh kesadaran merk

3) Pembelian impulsif

4) Pengaruh berdasarkan suasana hati.

1). Heuristis Afeksi-Referal (affect-referral heuristic),

Mereka berdasarkan pilihannya pada tanggapan emosi keseluruhan terhadap

alternatif. Jadi dari pada mereka meneliti atribut atau keyakinan mereka mengenai

atribut, lebih memilih alternatif dimana mereka mempunyai perasaan yang paling

positif.

Heuristis afeksi-referal menjelaskan mengapa para konsumen melakukan

pembelian berdasarkan kesetiaan merk. Pembelian yang dilakukan karena kesetiaan

merk mempunyai komponen yang kuat, konsumen yang mengungkapkan kesetiaan

merk yang kuat hampir pasti menunjukkan sikap yang sangat positif terhadap merk.

Ketika melakukan pembelian, mereka tidak melalui proses keputusan yang luas atau

bahkan terbatas. Disini, mereka hanya mengacu pada perasaan


Contoh ; andaikan setelah bertahun-tahun TV Toshiba akhirnya rusak. Ia

akan mengungkapkan kesetiaan merk bila ia hanya menghubungi agen Toshiba dan

memintanya untuk menyampaikan model terbaru yang ada.

2). Pengaruh Kesadaran merk (The Effect of Brand Awarness)

Kesadaran merk juga mempengaruhi pilihan konsumen melalui proses afeksi

referral. Merk-merk baru sering kali mengalami masa sulit untuk meraih pangsa

pasar karena konsumen memiliki pengaruh positif yang demikian banyak terhadap

merk. kosumen cenderung untuk memilih merk yang dikenal daripada merk-merk

yang memasuki pasar.

Contoh : minuman aqua. Apabila isi air yang terdapat didalam aqua dipindahkan ke

dalam botol yang menggunakan brand berbeda dan belum dikenal, maka

kemungkinan yang sangat besar konsumen tidak akan jadi memilih minuman

tersebut selain aqua walaupun air dari botol tersebut telah di isi dengan air dari aqua.

Itu sebabnya suatu merk sangat mempengaruhi konsumen dalam memilih untuk

membeli.

3). Pembelian impulsif

Pembelian impulsif didefinisikan sebagai tindakan membeli yang dilakukan

tanpa memiliki masalah sebelumnya atau maksud atau niat membeli yang terbentuk

sebelum memasuki toko. Pembelian impulsif dapat dijelaskan sebagai pilihan yang

dibuat pada saat itu juga karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda.

Contoh : saya berada di Beverly Hills hanya untuk berjalan-jalan tanpa niat

untuk membeli, tetapi ketika saya melihat beberapa sepatu yang dijual, saya masuk

ke toko dan mencobanya dan ternyata ukurannya pas sekali. Waktu itu saya berfikir

untuk membeli sepasang, kemudian saya mendapatkan bahwa perasaan saya harus

mencoba segalanya. Perasaan tersebut memanggil-manggil saya, lalu kita tiba-tiba


merasa dipaksa untuk membeli sesuatu. Rasanya seperti memproleh suatu ide. Ini

merupakan keinginan yang tiba-tiba, dan bila kita tidak dapat melakukannya dengan

segera, kita harus memikirkan alasan mengapa kita tidak membutuhkannya.

4). Pengaruh keadaan suasana hati terhadap pilihan

Keadaan suasan hati mempengaruhi apakah konsumen akan menggunakan

pendekatan pengambilan keputusan atau pengalaman untuk melakukan pilihan.

Sebuat tim riset menemukan bahwa masyarakat dalam suasana hati positif memberi

respon yang lebih menguntungkan pada daya tarik emosional dari pada daya tarik

informasi. Sebaliknya, masyarakat yang berbeda dalam keadaan suasana hati negatif

memberi respon lebih menguntungkan pada daya tarik informasi. Hasil temuan ini

diperluas oleh para peneliti ke proses pilihan. Mereka menemukan bahwa bila orang

berada dalam keadaan suasana hati negatif, mereka cenderung berpegang pada

pendekatan informasi dalam pemilihan produk. Bila mereka dalam keadaan suasana

hati positif, mereka lebih cenderung untuk berfokus pada perasaan dan khayalan

mengenai penggunaan merk tertentu.

5. EVALUASI PASCA AKUISISI

Model proses pascaakuisisi konsumen, meliputi 5 tahap utama :

a. pemakaian atau konsumsi produk

b. kepuasan atau ketidakpuasan konsumen

c. perilaku keluhan konsumen

d. disposisi barang

e. pembentukan kesetiaan merk


Selama tahap konsumsi, konsumen menggunakan dan mempelajari produk,

pemakaian produk meliputi tindakan dan pengalaman yang terjadi pada periode

waktu dimana seorang konsumen secara langsung menggunakan barang atau jasa.

Tahap ini kemudian diikuti oleh pengembangan kepuasan atau ketidakpuasan

akan produk. Tingkat kepuasaan/ ketidakpuasan dipengaruhi oleh evaluasi

konsumen. Bila konsumen merasa tidak puas dengan kinerja produk, mereka dapat

mengeluhkannya kepada pengecer atau pabrik atau layanan konsumen.

Dua tahap akhir dari tahap pascaakuisisi meliputi disiposisi barang/produk

yang pada dasarnya seorang konsumen mempunyai strategi disposisi untuk memilih

setelah menggunakan produk selama beberapa periode waktu, apakah produk atau

barang tersebut akan disimpan, dibuang, dijual atau diberikan. dan yang terakhir dari

proses pascaakuisisi yaitu mereka membentuk kesetiaan merk serta niat untuk

membeli di masa depan atau mendatang.

PSIKOLOGI KONSUMEN

A. Pengertian Psikologi Konsumen

Psikologi Konsumen adalah suatu cabang ilmu psikologi yang mempelajari tentang

perilaku konsumen dalam membuat suatu keputusan untuk membeli suatu barang

atau jasa.

B. Perilaku Konsumen dari Sudut Pandang Psikologi

Perilaku Konsumen adalah perilaku yang konsumen tunjukkan dalam mencari,

menukar, menggunakan, menilai, mengatur barang atau jasa yang mereka anggap

akan memuaskan kebutuhan mereka.Definisi lainnya adalah bagaimana konsumen

mau mengeluarkan sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk

mendapatkan barang atau jasa yang diinginkan.


Sementara itu, Blackwell, Miniard, & Engel (2001) menjelaskan bahwa perilaku

konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan

membuang barang atau jasa . Sedangkan The American Marketing Association

mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan

kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek

hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan

yang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson,

2005). Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan

konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan

yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang

dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna

& Wozniak, 2001).


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Pengertian metode penelitian menurut Sugiyono (2003:2) adalah “Cara

ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dibuktikan, dikembangkan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya

dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Dalam melakukan penelitian diperlukan langkah-langkah yang tersusun secara

sistematis untuk mendapatkan data sehinggga tujuan penelitian dapat tercapai.

Dalam penelitian ini akan menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif berwujud

data yang berupa data kuesioner dari responden Umur 17-25 tahun untuk laki-laki

3.2 OBYEK PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di daerah Jakarta timur. Daerah Ibu kota Jakarta

dengan kode pos 13520. Penelitian ini di lakukan pada tanggal 4 Desember 2017 di

Gor Ciracas jakarta timur.

3.3 JENIS PENELITIAN

Untuk penelitian ini, tipe penelitian yang digunakan adalah survei sedangkan

metode penelitiannya adalah deskriptif analisis. Metode survei deskriptif adalah

metode penelitian yang menggunakan sampel dari populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Data dan informasi penelitian ini diperoleh

dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh maka

langkah selanjutnya adalah memaparkan 45 hasilnya secara deskriptif dan pada akhir

penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal

penelitian (Effendi, 2003).

Metode penelitian survei analisis adalah usaha pengamatan untuk

mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu


dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan secara meluas dan berusaha untuk

mencari hasil yang langsung dapat digunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya

deskriptif, yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung fakta yang fungsinya untuk

merumuskan dan melukiskan hal-hal yang terjadi.

Berdasarkan pengertian di atas maka penulis menarik simpulan bahwa

metode survei desktiptif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini karena sesuai

dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui adanya pengaruh Komunikasi

Pemasaran terhadap keputusan pembelian pada produk vaseline men oil expert

facial wash

3.4 OPERASIONALISASI VARIABEL

Berdasarkan pokok permasalahan yang diteliti bersumber pada dua hal,

yaitu penayangan model iklan sebagai variabel independen (x1) ,tanyangan televisi

sebagai variabel dependen (x2) terhadap keputusan pembelian pada produk vaseline

men oil expert facial wash (y)


Variabel Sub Variabel Indikator Ukuran Skala
Model iklan • Waktu • Frekuensi iklan • Tingkat • Ordinal

(variabel x) yang ditayang-

Penayangan kan Keseringan

• Kesesuaian jam

(Pesan yang penayangan

disampaikan iklan

pada • Kemudahan • Tingkat • Ordinal

konsumen mengingat

lewat audio pesan Kesesuaian

visual) yang disampai-

kan

• Kemudahan

• Pesan memahami alur • Tingkat • Ordinal

cerita iklan

• Kesetujuan Kemudahan

akan pesan

yang ada

• Daya tarik

pesan iklan

yang di-

sampaikan

• Tingkat • Ordinal

Pemahaman
• Gerakan • Kemudahan • Tingkat • Ordinal

memahami

gaya Pemahaman

penyampman

informasi

• Kemudahan

melihat peng-

gambaran

produk

• Kecocokan

• Visual model yang • Tingkat • Ordinal

memerankan
Keputusan • Attention • Perhatian • Tingkat • Ordinal
iklan tersebut Kemudahan
pembeli pem1rsa
• Kemudahan
(variabel y) (Perhatian) terhadap iklan Perhatian
mengenal jingle
yang ditayang-
iklan yang
kan
ditampilkan
(Perilak:u • Ketertarikan

konsumen pem1rsa
• Tingkat • Ordinal
dalam terhadap iklan

menyikapi iklan yang


Kecocokan
di ditayangkan

televisi) • Interest • Keinginan dan • Tingkat • Ordinal

minat pemirsa

(Ketertarikan) untuk mencoba Ketertarikan

• Suara • Tingkat • Ordinal


dan membeli Mencoba

produk yang dan

diiklankan Membeli

3.5 JENIS DAN SUMBER DATA

Untuk kepentingan penelitian ini, jenis dan sumber data yang diperlukan

dikelompokkan ke dalam dua goIongan (Supangat,2007:2) yaitu sebagai berikut

I. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek

yang diteliti, baik dari objek individual maupun dari suatu instansi

yang mengolah data untuk keperluan dirinya sendiri.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk

mendapatkan informasi atau keterangan dari objek yang diteliti,

biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek

secara individual maupun dari suatu instansi yang dengan sengaja

melakukan pengumpulan data dari instansi atau badan lainnya untuk

keperluan penelitian dari para pengguna.

3.6 POPULASI DAN SAMPEL

Menurut Andi Supangat dalam bukunya "Statistika (Untuk Ekonomi

dan Bisnis)" (2006:4-5), definisi sampel dan populasi adalah sebagai berikut :

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh), untuk dijadikan sebagai

bahan penelaahan dengan harapan contoh yang diambil dari


populasi tersebut dapat mewakili (representatif) terhadap populasinya.

Sedangkan yang dimaksud dengan populasi yaitu sekumpulan objek yang

akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri

mempunyai karakteristik yang sama.Dalam penelitian ini penulis menetapkan

sampel sebanyak 50 orang yang berada di wilayah kota Jakarta timur , karena

dengan sampel 50 orang dapat mewakili populasi yang ada. Hal ini didasarkan

pada pendapat keputusan pembeli facial wash yang dikutip oleh Husein

(2000:97), adalah : Metode deskriptif-korelasi, minimal 30 subyek.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan sampling aksidential, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat

digunakan sebagai sampel hila dipandang orang yang kebetulan yang

ditemui itu cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2004:77).

3. 7 SKALA PENGUKURAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data ordinal untuk

mengukur indikator variabel, karena data memungkinkan peneliti

untuk mengurutkan responden atas dasar pendapatnya terhadap suatu

objek tertentu, dari tingkat yang paling rendah sampai yang paling

tinggi. Jawaban responden diberi skor berjenjang dengan Skala

Likert, dimana skor terendah diberi nilai I (satu) untuk jawaban negatif

dan skor tertinggi diberi nilai 5 (lima) untuk jawaban positif, adapun

urutanjawaban yang akan dicantumkan dalam penelitian ini adalah:


Bobot Kriteria Jawaban

Keterangan Skor Nilai


Sangat Setuju 5
Setuju Cukup 4
Setuju Tidak 3
Setuju 2
Sangat Tidak Setuju I

Keterangan :

Xi nilai pengukuran ke-i

fi frekuensi kelas i

n banyaknya pengamatan

Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang

skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian

responden terhadap setiap unsur dan sejauh mana variasinya.

Rentang skala tersebut adalah :

1,00- 1,79 = San gat tidak setuju/tidak baik

1,80- 2,59 = Tidak setuju/tidak baik

2,60 - 3,39 = Kurang setuju/kurang baik

3,40- 4,19 = Setuju/baik

4,20- 5,00 = Sangat setuju/sangat baik

3.8 TEKNIS ANALISIS DAN UJI HIPOTESIS

Penelitian ini menguji hipotesis dengan menggunakan metode

analisis jalur (path analysis) dengan dukungan perangkat lunak (software)

Statistical Package for the Social Scene (SPSS) versi 17.0. Mengingat skala
yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert maka data harus

terlebih dahulu diuji.

3.8.1 UJI KUALITAS DATA

Penelitian yang mengukur variabel dengan menggunakan instrumen

kuesioner harus dilakukan pengujian kualitas terhadap data yang diperoleh.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang

digunakan valid dan reliable sebab kebenaran data yang diolah sangat

menentukan kualitas hasil penelitian.

3.8.2 UJI VALIDITAS

Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya

suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh

kuesioner tersebut. Pengujian validitas ini menggunakan Pearson

Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara skor masing-

masing butir pertanyaan dengan total skor. Jika korelasi antara skor masing-

masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi

di bawah 0,05 maka butir tersebut dinyatakan valid dan sebaliknya

(Sugiyono, 2003:218).

3.8.3 UJI RELIABILITAS

Uji Reliabilitas data adalah suatu uji yang dilakukan untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel

atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban

seseorang dalam kuesioner konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika memberikan nilai Cronbach

Alpha di atas 0,6 (Sugiyono, 2006:282).

3.8.4 UJI NORMALITAS DATA

Uji Normalitas data bertujuan untuk mendeteksi apakah nilai dari

setiap model regresi yang berdistribusi normal dengan menggunakan uji

Kolmogrow-Smirnov yang dapat ditunjukkan oleh Swekness (z) yang tidak

signifikan. Swekness adalah nilai kecondongan (kemiringan) suatu kurva.

Data yang terdistribusi mendekati norma akan memiliki nilai swekness yang

mendekati angka 0 sehingga memiliki kemiringan yang cenderung

seimbang.

3.8.5 UJI ASUMSI KLASIK STATISTIK

Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil

estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bebas dari adanya gejala

heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas, dan gejala autokorelasi. Model

regresi akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah

memenuhi persyaratan BLUE (best linear unbiased estimator) yakni tidak

terdapat heteroskedastistas, tidak terdapat multikolinearitas dan tidak

terdapat autokorelasi. Jika terdapat heteroskedastisitas, maka varian tidak

konstan sehingga dapat menyebabkan biasnya standar error. Jika terdapat

multikolinearitas, maka akan sulit untuk mengisolasi pengaruh-pengaruh

individual dari variabel, sehingga tingkat signifikansi koefisien regresi

menjadi rendah. Dengan adanya autokorelasi mengakibatkan penaksir


masih tetap bias dan masih tetap konsisten hanya saja menjadi tidak efisien.

Oleh karena itu, uji asumsi klasik perlu dilakukan.

3.8.6 UJI MULTIKOLINEARITAS

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas sedangkan model regresi

yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Jika

antara variabel bebas terjadi atau saling berkorelasi maka variabel-variabel

ini dapat dikatakan tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel

bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol.

Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya variance

inflation factor (VIF). Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan

nilai VIF > 10 (Ghozali, 2009:91).

3.8.7 UJI HETEROSKEDASTISITAS

Menurut Ghozali (2009:105), “Uji Heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Sedangkan uji

yang digunakan adalah uji Glejser dimana uji ini dilakukan dengan cara

meregresikan nilai mutlak residual terhadap seluruh variabel bebas. Apabila

variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat

maka terdapat indikasi terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan apabila nilai

p-value pada hasil uji-t terdapat koefisien regresi lebih besar dari nilai α =
0,05 maka dapat dikatakan bahwa pada nilai residual tidak terjadi gejala

heteroskedastisitas.

3.8.8 UJI NORMALITAS REGRESI

Menurut Ghozali (2009:110), “Uji Normalitas bertujuan untuk

menguji apakah di dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual

memiliki distribusi normal”. Metode yang digunakan dalam pengujian ini

adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan

distribusi kumulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan

membentuk satu garis lurus diagonal dan kemudian ploting data residual

akan dibandingkan dengan garis diagonal. Apabila distribusi data residual

normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan

mengikuti garis diagonalnya. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi

dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas dan

sebaliknya apabila data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3.9 UJI HIPOTESIS

Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji Regresi

dan uji Hipotesis yang diuraikan di bawah ini.

3.9.1 UJI KOEFISIEN KORELASI (UJI T)

Uji Koefisien Korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antara

dua variabel yang tidak menunjukkan hubungan fungsional (hubungan


bukan berarti disebabkan). Uji Koefisien Korelasi ini tidak membedakan

jenis variabel (tidak ada variabel terikat maupun variabel bebas). Keeratan

hubungan dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi.

3.9.2 UJI KOEFISIEN REGRESI

Uji Koefisien Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh

antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi

disebut variabel terikat atau variabel terikat sedangkan variabel yang

mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel bebas. Regresi yang

memiliki satu variable terikat dan lebih dari satu variable bebas disebut

Regresi Berganda.

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat keterkaitan antara

variabel dependent dan independent. Suatu model Regresi Berganda

dikatakan linear jika memenuhi syarat-syarat linieritas seperti normalitas

data (baik secara individu maupun secara model), bebas dari asumsi klasik

statistik heteroskedastistas, multikolinearitas dan autokorelasi.

Model Regresi Berganda yang digunakan ini dapat dijabarkan sebagai

berikut:

Persamaan Regresi Berganda

Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e


Keterangan:

Y= Variabel tidak bebas (dependent variable)

a= Konstanta (constant intercept)

b1 = Koefiesien regresi X1

b2 = Koefiesien regresi X2

b3 = Koefiesien regresi X3

b4 = Koefiesien regresi X4

b5 = Koefiesien regresi X5

e= Tingkat kesalahan

X1, X2, = Variabel bebas (independent variable)


Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala

sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap

setiap unsur dan sejauh mana variasinya.

Rentang skala tersebut adalah :

1,00- 1,79 = Sangat tidak setuju/tidak baik

1,80- 2,59 = Tidak setuju/tidak baik

2,60 - 3,39 = Kurang setuju/kurang baik

3,40- 4,19 = Setuju/baik

4,20- 5,00 = Sangat setuju/sangat baik

53
DAFTAR PUSTAKA

Cooper. R. Donald dan C William Emory. 1996. Metode Penelitian Bisnis. Edisi

Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Mulitivariate dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handoko, T.H. 1995. Manajemen. Yogyakarta : BPFE UGM.

Jefkins, Frank. 1997. Periklanan. Jakarta : Erlangga

Kasali, Rhenald. 1995. Manajemen Periklanan. Jakarta : PAU – Ekonomi UI

Kotler, P. 2001. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. PT. Prenhallindo. Jakarta

Rhenald, K. 2002. Manajemen Periklanan. Cetakan Pertama. Grafiti. Jakarta.

Rossiter, J.R and L. Percy. 2000. Advertising and Promotion Management. Third Edition.

Graw Hill Inc.New York.

Ruri, I dan M.F Junaedi. 2006. Manajemen Pemasaran. Jurnal Studi Bisnis, halaman 16, Vol

4, No.1. Ghozali, I. 2006. Analisis Multvariat Dan Percobaan Dengan SPSS. Edisi Pertama.

Penerbit PT Elek Media Komputindo. Jakarta.

Alma, B. 2004. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta. Bandung.

Shimp, T. A. 2003. Periklanan Promosi. Edisi Kelima. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Simamora, H. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Ketiga. STIE YKPN.

Yogyakarta.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempat. Penerbit Alfabeta. Bandung.

`Sunarto. 2003. Perilaku Konsumen. Cetakan Pertama. Penerbit Bina Rupa Aksara. Jakarta.

54
Swastha, B dan Irawan. 2004. Manajemen Pemasaran Modern. Edisi Kedua. Liberty.

Yogyakarta.

55
LAMPIRAN

56
KUESIONER
IDENTITAS RESPONDEN

Berilah tanda centang (√) pada kotak kosong □ atau mengisi pada garis kosong untuk jawaban yang paling
sesuai dengan Anda
1. Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita

2. Usia : □ 21-30 tahun □ 31-40 tahun

□ 41-50 tahun □ > 50 tahun


3. Status : □ Belum Menikah □ Menikah

4. Tinggal di : □ Jakarta Timur


□ Jakarta Selatan
□ Jakarta Barat
□ Jakarta utara
□ Jakarta Pusat
5. Pendidikan : □ SMA/sederajat □ D1-D3 □ S1 □ S2
□ lainnya ______
6. Produk yang paling di sukai : □ Biore
□ Gatsby
□ Nivea
□ Vaseline Men Oil Expert
□ LT men
□ Garnier

57
Komunikasi Pemasaran mengenai Model iklan dan Penanyangan iklan

Berdasarkan penilaian Anda, apakah pendapat Anda mengenai Komunikasi Pemasaran mengenai
produk atau layanan yang dilakukan oleh Keputusan pembeli Produk vaseline wash oil expert (Pilihlah
jawaban yang paling tepat menurut pendapat Anda untuk setiap pertanyaan di bawah ini dengan cara
melingkari salah satu jawaban yang tersedia).

No. Komunikasi Pemasaran – Produk atau Layanan Jawaban *)


1. Apakah pengaruh model iklan terhadap keputusan STS TS N S SS
pembelian pada produk Vaselin Men Oil Expert.
2. Apakah pengaruh penayangan iklan terhadap STS TS N S SS
keputusan pembelian pada produk Vaselin Men Oil
Expert.
3. Apakah ada atau tidaknya pengaruh model iklan dan STS TS N S SS
penayangan iklan terhadap keputusan pembelian pada
produk vaselin men oil expert.
4. Komunikasi Pemasaran mengenai Produk Vaseline STS TS N S SS
wash Oil expert memberikan gambaran yang detil
mengenai bentuk (kemasan) produk atau layanan
disediakan.
5. Komunikasi Pemasaran mengenai Produk Vaseline STS TS N S SS
wash Oil expert memberikan pemahaman yang
lengkap mengenai bentuk (kemasan) produk atau
layanan yang disediakan bagi para pelanggan.
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju ; TS = Tidak Setuju ; N = Netral ; S = Setuju ; SS = Sangat Setuju

58
59

Anda mungkin juga menyukai