1. PENGERTIAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak,
merah, melunak dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya.
Pembengkakan ini disebabkan oleh infeksi baik virus atau bakteri.
Klasifikasi Tonsilitis
1. Tonsillitis akut
Tonsilitis akut dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis
permukaan nya yang diliputi eksudat (nanah) berwarna putih kekuning- kuningan.
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit,
bakteri yang mulai mati.
Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan
gejala perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :
Tonsilitis folikularis dengan gejala tonsil membengkak dan hiperemis dengan
permukaannya berbentuk bercak putih yang mengisi kripti tonsil yang disebut
detritus. Detritus ini terdiri dari leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan,
dan sisa-sisa makanan yang tersangkut.
Infiltrat peritonsiler dengan gejala perkembangan lanjut dari tonsiitis akut.
Perkembangan ini sampai ke palatum mole (langit-langit), tonsil menjadi
terdorong ke tengah, rasa nyeri yang sangat hebat , air liur pun tidak bisa di telan.
Apabila dilakukan aspirasi (penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat
pembengkakan di dekat palatum mole (langit- langit) akan keluar darah.
Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan
gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi
(penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum
mole (langit- langit) akan keluar NANAH.
2. Tonsilitis membranosa
Tonsilitis membranosa dengan gejala eksudat yang menutupi permukaan
tonsil yang membengkak tersebut meluas menyerupai membran. Membran ini
biasanya mudah diangkat atau di buang dan berwarna putih kekuning- kuningan.
Tonsilitis lakunaris dengan gejala bercak yang berdekatan, bersatu dan
mengisis lakuna (lekuk-lekuk) permukaan tonsil.
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu hidung,
faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu
dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil
mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan tonsil.
Tonsil tidak mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus
konstriktor faring superior, sehingga tertekan setiap
kali makan.
Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih
tonsil dapat meluas ke arah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi
velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan
tonsil tersering adalah ke arah hipofaring, sehingga sering menyebabkan
terjaganya anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas.
Secara mikroskopik mengandung 3 unsur utama:
1. Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah saraf.
2. Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda.
3. Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai
Stadium.
Tonsil (amandel) dan adenoid merupakan jaringan limfoid yang terdapat
pada daerah faring atau tenggorokan. Keduanya sudah ada sejak anak dilahirkan
dan mulai berfungsi sebagai bagian dari sistem imunitas tubuh setelah imunitas
“warisan” dari ibu mulai menghilang dari tubuh anak. Pada saat itu (usia lebih
kurang 1 tahun) tonsil dan adenoid merupakan organ imunitas utama pada anak,
karena jaringan limfoid lain yang ada di seluruh
tubuh belum bekerja secara optimal.
Sistem imunitas ada 2 macam yaitu imunitas seluler dan humoral.
Imunitas seluler bekerja dengan membuat sel (limfoid T) yang dapat “memakan“
kuman dan virus serta membunuhnya. Sedangakan imunitas humoral bekerja
karena adanya sel (limfoid B) yang dapat menghasilkan zat immunoglobulin yang
dapat membunuh kuman dan virus. Kuman yang “dimakan” oleh imunitas seluler
tonsil dan adenoid terkadang tidak mati dan tetap bersarang disana serta
menyebabklan infeksi amandel yang kronis dan berulang (Tonsilitis kronis).
Infeksi yang berulang ini akan menyebabkan tonsil dan adenoid “bekerja terus “
dengan memproduksi sel-sel imun yang banyak sehingga ukuran tonsil dan
adenoid
akan membesar dengan cepat melebihi ukuran yang normal. Tonsil dan adenoid
yang demikian sering dikenal sebagai amandel yang dapat menjadi sumber infeksi
(fokal infeksi) sehingga anak menjadi sering sakit demam dan batuk pilek.Selain
itu folikel infeksi pada amandel dapat menyebabkan penyakit pada ginjal
(Glomerulonefritis), katup jantung (Endokarditis), sendi (Rhematoid Artritis) dan
kulit. (Dermatitis). Penyakit sinusitis dan otitis
media pada anak seringkali juga disebabkan adanya infeksi kronis pada amandel
dan adenoid.
3. ETIOLOGI TONSILITIS
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections).
Menurut Adams George (1999), tonsilitis bakterialis supuralis akut paling
sering disebabkan oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
Pneumococcus
Staphilococcus
Haemalphilus influenza
Kadang streptococcus non hemoliticus atau streptococcus viridens.
Menurut Iskandar N (1993). Bakteri merupakan penyebab pada 50 % kasus.
Streptococcus B hemoliticus grup A
Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphilococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
Virus influenza serta herpes
Menurut Firman S (2006), penyebabnya adalah infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi membantu menyerang bakteri
dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsil
bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus, sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis.
4. PATOFISIOLOGI
Membran Limfogen
Proses
Inflamasi
5. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise
6. TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan
Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
Terapi
Tes Schick atau tes kerentanan di ptori
Audiometri : adenoid terinfeksi
7. KOMPLIKASI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
o Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses
ini terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
8. PENCEGAHAN
Tidak boleh makan sembarangan
Kebersihan gigi dan mulut
Imunisasi DPT
Kumur air hangat 3 X sehari
Terapi antibiotik
Kompres hangat di leher
Operasi tonsil
Menghindari kontak langsung penderita tonsillitis
9. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
a) Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b) Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Hemoragi
Merupakan komplikasi potensial setelah tonsilektomi. Jika pasien
memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau dengan warna
merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan pernapasan
meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Siapkan alat yang
digunakan untuk memeriksa tempat operasi terhadap pendarahan : sumber cahaya,
cermin, kasa, hemostat lengkung, dan basin pembuang. Kadang, akan berguna jika
dilakukan menjahit atau meligasi pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi
pendarahan lebih lanjut , beri pasien es dan sesapan es. Pasien diinstruksikan
untuk tidak banyak bicara dan batuk karena dapat menyebabkan nyeri tenggorok.
Bilas mulut alkalin dan larutan normal salinhangat mengatasi lendir
kental yang mungkin ada setelah operasi tonsilektomi ( masih dipertanyakan
keefektivitasannya).
Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalh
makanan yang dapat diberikan . Makanan yang harus dihindari adalah makanan
pedas, dingin, panas, asam, atau mentah. Makanan yang dibatasi adalah makanan
yang cenderung meningkatkan mukus yang terbentuk misanya susu dan produk
lunak (es krim).
Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah
tentang tanda dan gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam
pertama. Paien diinstruksikan untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi.
c) Pasca operasi
Pemantauan keperawatan kontinu diperlukan pada pasca operasi segera
Periode pemulihan karena risiko signifikan hemoragi
Kepala dimiringkan kesamping memungkinkan drainase dari mulut dan
faring memberi kenyamanan posisi
Napas oral dilepaskan jika menunjukkan reflek menelan
Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkanekspectorasi darah
dan lendir
d) Analgetik
e) Antipiretik
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Kompres air hangat
b) Istirahat yang cukup
c) Cairan diberikan adekuat
d) Banyak minum air hangat
e) Diit cairan atau lunak sesuai kondisi pasien
INDIKASI RELATIF:
1. Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan
tidak menunjukkan respon sesuai harapan dengan pengobatan
medikamentosa yang memadai.
2. Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis
kronis yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan.
3. Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai
carrier kuman Streptokokus yang tidak menunjukkan repon positif
terhadap pengobatan dengan antibiotika.
4. Pembesaran tonsil di salah satu sisi (unilateral) yang dicurigai
berhubungan dengan keganasan (neoplastik)
KONTRAINDIKASI
Ada beberapa keadaan yang merupakan kontraindikasi melakukan
pembedahan tonsil karena bila dikerjakan dapat terjadi komplikasi pada penderita,
bahkan mengancam kematian. Keadaan tersebut adalah kelainan hematologik,
kelainan alergi-imunologik dan infeksi akut. Kontraindikasi pada kelainan
hematologik adalah anemi, gangguan’ pada sistem hemostasis dan lekemi. Pada
kelainan alergi-imunologik seperti penyakit alergi pada saluran pernapasan,
sebaiknya tidak dilakukan tonsilektomi bila pengobatan kurang dari 6 bulan
kecuali bila terdapat gejala sumbatan karena pembesaran tonsil. Pembedahan
tonsil sebagai pencetus serangan asthma pernah dilaporkan. Tonsilektomi juga
tidak dikerjakan apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali bila disertai sumbatan
jalan napas atas. Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah minimal 23
minggu bebas dari infeksi akut. Di samping itu tonsilektomi juga tidak dilakukan
pada penyakit-penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes atau
penyakit jantung pulmonal
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Hari/tanggal : Rabu, 28 Oktober 2010-10-28
Waktu : 08.30 WIB
Tempat : Ruang Delima
Oleh : Perawat Lina
A. Identitas Klien
Nama : Nn.T
Umur : 19 th
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sleman,Jogjakarta
Status Pernikahan : Belum menikah
Suku : Jawa, Indonesia
Diagnosa Medis : Tonsilitis Akut
Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2010
No.RM : 430055
B. Penanggung Jawab
Nama : Ny.S
Umur : 42 th
Alamat : Sleman,Jogjakarta
Hubungan : Ibu
II. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan Utama :
Klien mengatakan nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan.
B. Keluhan Tambahan :
- Suara serak
- Merasa lesu
- Tidak nafsu makan
- Nafas berbau
C. Alasan masuk rumah sakit :
Nyeri yang tidak tertahankan
D. Riwayat penyakit lalu :
Belum pernah mengalami penyakit pernapasan
E. Riwayat penyakit sekarang :
Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan
diperoleh suhu 38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah
sakit X, karena ia mengalami nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat
dilakukan pemeriksaan bagian mulut terjadi pembesaran pada jaringan limfatik
kedua sisi orofaring. Klien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan
kultur : usap tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus group A.
Tim medis menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil, ditandai
oleh :
DS :
- Pasien mengatakan demam
DO :
- Suhu : 38,20C
- RR : 22 x/menit
- Nadi : 84 x/menit
- TD : 100/60 mmHg
- Tonsil : T3
5. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
adanya anoreksia ditandai oleh :
DS :
- Pasien mengatakan tidak nafsu makan
- Pasien mengatakan sakit saat menelan
DO :
- Pasien lemas
- Kulit kering
1 komentar:
1.
http://www.tokoobatku.com/obat-herbal-penyakit-sinusitis/