Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DALAM HUBUNGANNYA

ssDENGAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA


Sejarah perjuangan bangsa indonesia dalam mencapai cita-citanya berjalan berabad-
abad dengan cara bermacam-macam dan bertahap.sejarah perumusan pancasilaerat
hubungannya dengan sejarah perjuangan bangsa indonesia itu.
Karena sejarah perjuangan bangsa indonesia sejak berabad-abad yang lain itu panjang
sekali, maka perlulah ditetapkan tonggak-tonggak sejarah itu,yakni peristiwa-peristiwa yang
menonjol, terutama dalam hubungannya dalam pancasila. Tonggak-tonggak sejarah itu dapat
kita iktisarkan sebagai berikut.

Bangsa indonesia (Abad VII – XVI)


Menurut sejarah, pada kira-kira sekitar abad VII- XVI, bangsa indonesia telah
mendirikan kerjaan sriwijaya di sumatera selatan, dan kemudian pada sekitar abad XII – XVI
didirikan pula kerajaan majapahit di jawa timur.
Kedua zaman itu kita jadikan tonggak sejarah karena pada waktu itu bangsa indonesia
telah memnuhi syarat-syarat sebagai bangsa yang mempunyai negara. Baik sriwijaya maupun
majapahit pada zamanya itu telah merupakan negara-negara yang berdaulat,bersatu serta
mempunyai wilayah yang meliputi seluruh Nusantara itu. Pada zaman itu bangsa indonesia
telahmengalami kehidupan yang gemah ripah loh-jinawi,tata-tentram, kerta-raharja.
Unsur-unsur yang terdapat di dalam pancasila,yakni
ketuhanan,kemanusiaan,persatuan,tata pemerintahan atas dasar musyawarah, dan keadilan
sosial telah terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa indonesia yang dihayati serta
dilaksanakan pada waktu itu hanya saja belum merumuskan secara konkre. Dokumen tertulis
yang membuktikan terdapat unsur-unsur itu ialah prasati-prasasti telaga batu. Kedudukan
bukit, karang brahi,talang tuo, dan kota kapur. Juga didalam nagarakartagama karangan mpu
prapanca di uraikan susunan pemerintah majapahit yang mencerminkan unsur musyawarah,
di samping hal-hal lain misalnya tentang hubungan antara majapahit dan negara-negara
tetangga, wilayah kekuasaan majapahit dan sebagainya.
Kehidupan dua agama, yakni Hindu dan Budha secara berdampingan yang
membuktikan sifat toleransi bangsa indonesia, pada zaman itu dilukiskan oleh Mpu Tantular
dalam kitabnya Sutosomo.
Itulah sebabnya maka kedua zaman kerajaan itu kita jadikan pula sebagai tonggak
sejarah perjuangan bangsa kita dalam mencapai cita-citanya.

- Setelah sebelumnya saya menceritakan Sejarah Penjajahan Belanda di Indonesia, maka


pada kesempatan kali ini saya akan membahas Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia.
Walaupun hanya 3,5 tahun menjajah Indonesia, namun Jepang lebih sangat kejam dan keji
daripada Belanda. Baiklah untuk selanjutnya mari kita simak ulasan mengenai Sejarah
Penjajahan Jepang di Indonesia berikut ini :
1. Masuknya Jepang ke Wilayah Indonesia
Sebagai negara fasis-militerisme di Asia, Jepang sangat kuat, sehingga meresahkan kaum
pergerakan nasional di Indonesia. Dengan pecahnya Perang Dunia II, Jepang terjun dalam
kancah peperangan itu. Di samping itu, terdapat dugaan bahwa suatu saat akan terjadi
peperangan di Lautan Pasifik. Hal ini didasarkan pada suatu analisis politik. Adapun sikap
pergerakan politik bangsa Indonesia dengan tegas menentang dan menolak bahwa fasisme
sedang mengancam dari arah utara. Sikap ini dinyatakan dengan jelas oleh Gabungan Politik
Indonesia (GAPI).

Sementara itu di Jawa muncul Ramalan Joyoboyo yang mengatakan bahwa pada suatu saat
pulau Jawa akan dijajah oleh bangsa kulit kuning, tetapi umur penjajahannya hanya "seumur
jagung". Setelah penjajahan bangsa kulit kuning itu lenyap akhirnya Indonesia merdeka.
Ramalan yang sudah dipcrcaya oleh rakyat ini tidak disia-siakan oleh Jepang, bahkan
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga kedatangan Jepang ke Indonesia dianggap
sebagai sesuatu hal yang wajar saja.
Pada tanggal 8 Desember 1941 pecah perang di Lautan Pasifik yang melibatkan Jepang.
Melihat keadaan yang semakin gawat di Asia, maka penjajah Belanda harus dapat menentukan
sikap dalam menghadapi bahaya kuning dari Jepang.
Sikap tersebut dipertegas oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jhr. Mr. A.W.L. Tjarda Van
Starkenborgh Stachouwer dengan mengumumkan perang melawan Jepang. Hindia Belanda
termasuk ke dalam Front ABCD (Amerika Serikat, Brittania/Inggris, Cina, Dutch/Belanda)
dengan Jenderal Wavel (dari Inggris) sebagai Panglima Tertinggi yang berkedudukan di
Bandung.

Angkatan perang Jepang begitu kuat, sehingga Hindia Belanda yang merupakan benteng
kebanggaan Inggris di daerah Asia Tenggara akhirnya jatuh ke tangan pasukan Jepang.
Peperangan yang dilakukan oleh Jepang di Asia Tenggara dan di Lautan Fasifik ini diberi nama
Perang Asia Timur Raya atau Perang Pasifik. Dalam waktu yang sangat singkat, Jepang telah
dapat menguasai daerah Asia Tenggara seperti Indochina, Muangthai, Birma (Myanmar),
Malaysia, Filipina, dan In¬donesia. Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tanggal 15
Pebruari 1941, yaitu dengan ditenggelamkannya kapal induk Inggris yang bernama Prince of
Wales dan HMS Repulse, sangat mengguncangkan pertahanan Sekutu di Asia. Begitu pula satu
persatu komandan Sekutu meninggalkan Indone¬sia, sampai terdesaknya Belanda dan
jatuhnya Indonesia ke tangan pasukan Jepang. Namun sisa-sisa pasukan sekutu di bawah
pimpinan Karel Door¬man (Belanda) dapat mengadakan perlawanan dengan pertempuran di
Laut Jawa, walaupun pada akhirnya dapat ditundukkan oleh Jepang.

Secara kronologis serangan-serangan pasukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut:


diawali dengan menduduki Tarakan (10 Januari 1942), kemu-dian.Minahasa, Sulawesi,
Balikpapan, dan Arnbon. Kemudian pada bulan Pebruari 1942 pasukan Jepang menduduki
Pontianak, Makasar, Banjarmasin, Palembang, dan Bali.

Pendudukan terhadap Palembang lebih dulu oleh Jepang mempunyai arti yang sangat penting
dan strategis, yaitu untuk memisahkan antara Batavia yang menjadi pusat kedudukan Belanda
di Indonesia dengan Singapura sebagai pusat kedudukan Inggris. Kemudian pasukan Jepang
melakukan serangan ke Jawa dengan mendarat di daerah Banten, Indramayu, Kragan (antara
Rembang dan Tuban). Selanjutnya menyerang pusat kekuasaan Belan¬da di Batavia (5 Maret
1942), Bandung (8 Maret 1942) dan akhirnya pasukan Belanda di Jawa menyerah kepada
Panglima Bala Tentara Jepang Imamura di Kalijati (Subang, 8 Maret 1942). Dengan demikian,
seluruh wilayah Indo¬nesia telah menjadi bagian dari kekuasaan penjajahan Jepang

2. Penjajah Jepang di Indonesia


Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintahan militer pada masa pemerintahan
Jepang. Menurut UUD No. 1 (7 Maret 1942), Pembesar Bala Tentara Nippon memegang
kekuasaan militer dan segala 'kekuasaan yang dulu dipegang oleh Gubernur Jenderal (pada
masa kekuasaan Belanda).

Dalam pelaksanaan sistem pemerintahan ini, kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh
dua angkatan perang yaitu angkatan darat (Rikugun) dan angkatan laut (Kaigun). Masing-
masing angkatan mempunyai wilayah kekuasaan. Dalam hal ini Indonesia dibagi menjadi tiga
wilayah kekuasaan yaitu:

a. Daerah Jawa dan Madura dengan pusatnya Batavia berada di bawah kekuasaan Rikugun.
b. Daerah Sumatera dan Semenanjung Tanah Melayu dengan pusatnya Singapura berada di
bawah kekuasaan Rikugun. Daera Sumatera dipisahkan pada tahun 1943, tapi masih berada di
bawah kekuasaan Rikugun.
c. Daerah Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan
Kaigun.

3. Organisasi Bentukan Jepang


Pasukan Jepang selalu berusaha untuk dapat memikat hati rakyat Indonesia. Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar bangsa Indonesia memberi bantuan kepada pasukan Jepang. Untuk menarik
simpati bangsa Indonesia maka dibentuklah orgunisasi resmi seperti Gerakan Tiga A, Putera,
dan PETA.
Gerakan Tiga A, yaitu Nippon Pelindung Asia, Nippon Cahaya Asia, Nippon Pemimpin Asia.
Gerakan ini dipimpin oleh Syamsuddin SH. Namun dalam perkembangan selanjutnya gerakan
ini tidak dapat menarik simpati rakyat, sehingga pada tahun 1943 Gerakan Tiga A dibubarkan
dan diganti dengan Putera.

Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Organisasi ini dibentuk pada tahun 1943 di bawah pimpinan
"Empat Serangkai", yaitu Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kiyai Haji Mas
Mansyur. Gerakan Putera ini pun diharapkan dapat menarik perhatian bangsa Indonesia agar
membantu pasukan Jepang dalam setiap peperangan yang dilakukannya. Akan tetapi gerakan
Putera yang merupakan bentukan Jepang ini ternyata menjadi bume-rang bagi Jepang. Hal ini
disebabkan oleh anggota-anggota dari Putera yang memiliki sifat nasionalisme yang tinggi.

Propaganda anti-Sekutu yang selalu didengung-dengungkan oleh pasukan Jepang kepada


bangsa Indonesia ternyata tidak membawa hasil seperti yang diinginkan. Propaganda anti
Sekutu itu sama halnya dengan anti imperialisme. Padahal Jepang termasuk negara
imperialisme, maka secara tidak langsung juga anti terhadap kehadiran Jepang di bumi
Indonesia. Di pihak lain, ada segi positif selama masa pendudukan Jepang di Indonesia, seperti
berlangsungnya proses Indonesianisasi dalam banyak hal, di antaranya bahasa Indonesia
dijadikan bahasa resmi, nama-nama di- indonesiakan, kedudukan seperti pegawai tinggi sudah
dapat dijabat oleh orang-orang Indonesia dan sebagainya.
Pembela Tanah Air (PETA) PETA merupakan organisasi bentukan Jepang dengan
keanggotaannya terdiri atas pemuda-pemuda Indonesia. Dalam organisasi PETA ini para
pemuda bangsa Indonesia dididik atau dilatih kemiliteran oleh pasukan Jepang. Pemuda-
pemuda inilah yang menjadi tiang utama perjuangan kemerdekaan bangsa dan negara
Indonesia.

Tujuan awalnya pembentukan organisasi PETA ini adalah untuk memenuhi kepentingan
peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Dalam perkembangan berikutnya, ternyata PETA justru
sangat besar manfaatnya bagi bangsa Indone¬sia untuk meraih kemerdekaan melalui
perjuangan fisik. Misalnya, Jenderal Sudirman dan Jenderal A.H. Nasution adalah dua orang
tokoh militer Indonesia yang pernah menjadi pemimpin pasukan PETA pada zaman Jepang.
Namun karena PETA terlalu bersifat nasional dan dianggap sangat membahayakan kedudukan
Jepang atas wilayah In¬donesia, maka pada tahun 1944 PETA dibubarkan. Berikut-nya Jepang
mendirikan organisasi lainnya yang bernama Perhimpunan Kebaktian Rakyat yang lebih
terkenal dengan nama Jawa Hokokai (1944). Kepemimpinan organisasi ini berada di bawah
Komando Militer Jepang.

Golongan-golongan
Beberapa golongan yang terorganisir rapi dan menjalin hubungan rahasia dengan Bung Karno
dan Bung Hatta. Golongan-golongan itu di antaranya:

a. Golongan Amir Syarifuddin


Amir Syarifuddin adalah seorang tokoh yang sangat anti fasisme. Hal ini sudah diketahui oleh
Jepang, sehingga pada tahun 1943 ia ditangkap dan diputuskan untuk menjatuhkan hukuman
mati kepadanya. Namun, atas perjuangan diplomasi Bung Karno terhadap para pemimpin
Jepang, Amir Syari¬fuddin tidak jadi dijatuhi hukuman mati, melainkan hukuman seumur
hidup.

b. Golongan Sutan Syahrir


Golongan ini mendapatkan dukungan dari kaum terpelajar dari berbagai kota yang ada di
Indonesia. Cabang-cabang yang telah dimiliki oleh golongan Sutan Syahrir ini seperti di
Jakarta, Garut, Cirebon, Surabaya dan lain sebagainya.

c. Golongan Sukarni
Golongan ini mempunyai peranan yang sangat besar menjelang proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Pengikut golongan ini seperti Adam Malik, Pandu Kerta Wiguna, Khairul Saleh,
Maruto Nitimiharjo.

d. Golongan Kaigun
Golongan ini dipimpin oleh Ahmad Subardjo dengan anggota-anggotanya terdiri atas A.A.
Maramis, SH., Dr. Samsi, Dr. Buntaran Gatot, SH., dan lain-lain. Golongan ini juga mendirikan
asrama yang bernama Asrama Indonesia Merdeka dengan ketuanya Wikana. Para pengajarnya
antara lain Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Syahrir dan lain-lain.

4. Perlawanan Rakyat Terhadap Jepang


Buruknya kehidupan rakyat mendorong timbulnya perlawanan-perlawanan rakyat di beberapa
tempat seperti:

1. Pada awal pendudukan Jepang di Aceh tahun 1942 terjadi pemberontakan di Cot Plieng,
Lhok Seumawe di bawah pimpinan Tengku Abdul Jalil. Pemberontakan ini dapat dipadamkan,
dan dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 1944 muncul lagi pemberontakan di Meureu di
bawah pim¬pinan Teuku Hamid yang juga dapat dipadamkan oleh pasukan Jepang.
2. Karang Ampel, Sindang (Kabupaten Indramayu) tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di
daerah itu kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Madriyan dan kawan-kawannya,
namun perlawanan ini berhasil ditindas oleh Jepang dengan sangat kejamnya.

3. Sukamanah (Kabupaten Tasikmalaya), tahun 1943 terjadi perlawanan rakyat di daerah itu
kepada Jepang. Perlawanan ini dipimpin oleh Haji Zaenal Mustafa. Dalam perlawanan ini
Zaenal Mustafa berhasil mem-bunuh kaki-tangan Jepang. Dengan kenyataan seperti ini, Jepang
melaku-kan pembalasan yang luar biasa dan melakukan pembunuhan massal terhadap rakyat.

4. Blitar, pada tanggal 14 Pebruari 1945 terjadi pemberontakan PETA di bawah pimpinan
Supriyadi (putra Bupati Blitar). Dalam memimpin pemberontakan ini Supriyadi tidak sendirian
dan dibantu oleh teman-temannya seperti dr. Ismail, Mudari, dan Suwondo. Pada
pemberontakan itu, orang-orang Jepang yang ada di Blitar dibinasakan. Pemberontakan heroik
ini benar-benar mengejutkan Jepang, terlebih lagi pada saat itu Jepang terus menerus
mengalami kekalahan di dalam Perang Asia Timur Raya dan Perang Pasifik. Kemudian Jepang
mengepung kedudukan Supri¬yadi, namun pasukan Supriyadi tetap mengadakan aksinya.
Jepang tidak kehilangan akal, ia melakukan suatu tipu muslihat dengan menyerukan agar para
pemberontak menyerah saja dan akan dijamin keselamatannya serta akan dipenuhi segala
tuntutannya. Tipuan Jepang tersebut temyata berhasil dan akibatnya banyak anggota PETA
yang menyerah. Pasukan PETA yang menyerah tidak luput dari hukuman Jepang dan beberapa
orang dijatuhi hukuman mati seperti Ismail dan kawan-kawannya. Di samping, itu ada pula
yang meninggal karena siksaan Jepang.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendudukan Jepang di bumi Indo¬nesia tidak dapat
diterima. Jepang juga sempat mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap
masyarakat dari lapisan terpelajar di daerah Kalimantan Barat. Pada daerah ini tidak kurang
dari 20.000 orang yang menjadi korban keganasan pasukan Jepang. Hanya sebagian kecil saja
yang dapat menyelamatkan diri dan lari ke Pulau Jawa. Setelah kekalahan-kekalahan yang
dialami oleh Jepang pada setiap peperangannya dalam Perang Pasifik, akhirnya pada tanggal
14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada pasukan Sekutu.

5. Dampak Pendudukan Jepang bagi Bangsa Indonesia


Bidang Politik. Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Indonesia, organisasi-organisasi politik
tidak dapat berkembang lagi. Bahkan pemerintah pen¬dudukan Jepang menghapuskan segala
bentuk kegiatan organisasi-organisasi, baik yang bersifat politik maupun yang bersifat sosial,
ekonomi, dan agama. Organisasi-organisasi itu dihapuskan dan diganti dengan organisasi
buatan )epang, sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur oleh pemerintah Jepang,
walaupun masih terdapat beberapa organisasi politik yang terus berjuang menentang
pendudukan Jepang di Indonesia.

Bidang ekonomi. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis,
tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke
Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari daerah-daerah sebagai penghasil
bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari tempat
pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia
pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.

Bidang pendidikan Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, kehidupan pendidikan


berkembang pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah pendudukan
Jepang memberikan kesempatan kepada bangsa Indonesia untuk mengikuti pendidikan pada
sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Di samping itu, bahasa Indonesia digunakan
sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan nama-nama yang
diindonesiakan. Padahal tujuan Jepang mengembangkan pendidikan yang luas pada bangsa
Indonesia adalah untuk menarik simpati dan mendapatkan bantuan dari rakyat Indonesia dalam
menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik.

Bidang kebudayaan Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha untuk menanamkan
kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat ke arah matahari terbit.
Cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya
yang dianggap keturunan Dewa Matahari. Pengaruh Jepang di bidang kebudayaan lebih banyak
dalam lagu-lagu, film, drama yang seringkali dipakai untuk propa¬ganda. Banyak lagu
Indonesia diangkat dari lagu Jepang yang populer pada jaman Jepang. Iwa Kusuma Sumantri
dari buku "Sang Pejuang dalam Gejolak Sejarah" menulis "kebiasaan-kebiasaan dan
kepercayaan-kepercayaan yang sangat merintangi kemajuan kita, mulai berkurang. Bangsa kita
yang telah bertahun-tahun digembleng oleh penjajah Belanda untuk selalu 'nun inggih' kini
telah berbalik menjadi pribadi yang berkeyakinan tinggi, sadar akan harga diri dan
kekuatannya. Juga cara-cara menangkap ikan, bertani, dan lain-lain telah mengalami
pembaharuan-pembaharuan berkat didikan yang diberikan Jepang kepada bangsa Indonesia,
walaupun bangsa Indonesia pada waktu itu tidak secara sadar menginsafinya. Untuk anak-anak
sekolah diberikan latihan-latihan olahraga yang dinamai Taiso, sangat baik untuk kesehatan
mereka itu. Saya kira untuk kebiasaan sehari-hari yang tertentu (misalnya senin) bagi anak-
anak sekolah maupun untuk para pegawai atau buruh untuk menghormati bendera kita (merah
putih) serta pula menyanyi-kan lagu kebangsaan atau lagu-lagu nasional merupakan kebiasaaan
yang diwariskan Jepang kepada bangsa Indonesia.

Bidang sosial Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat
memprihatinkan. Penderitaan rakyat semakin bertambah, karena sega-la kegiatan rakyat
dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya.
Terlebih lagi rakyat dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh korban akibat
kelaparan dan penyakit.

Bidang birokrasi. Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia dipegang oleh kalangan militer,
yaitu dari angkatan darat (rikugun) dan angkatan laut (kaigun). Sistem pemerintahan atas
wilayah diatur berdasarkan aturan militer. Dengan hilangnya orang Belanda di pemerintahan,
maka orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting yang
sebelumnya hanya bisa dipegang oleh orang Belanda. Termasuk jabatan gubernur dan walikota
di beberapa tempat, tapi pelaksanaannya masih di bawah pengawasan Militer Jepang.
Pengalaman penerapan birokrasi di Jawa dan Sumatera lebih banyak daripada di tempat-tempat
lain. Namun, penerapan birokrasi di daerah penguasaan Angkatan Laut Jepang agak buruk.

Bidang militer Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia memiliki arti penting, khususnya
dalam bidang militer. Para pemuda bangsa Indonesia diberikan pendidi-kan militer melalui
organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya menjadi
inti kekuatan dan penggerak perjuangan rakyat Indonesia mencapai kemerdekaannya.

Penggunaan Bahasa Indonesia. Berdasarkan pendapat Prof. Dr. A. Teeuw (ahli bahasa
Indonesia berkebangsaan Belanda) menya-takan bahwa tahun 1942 merupakan tahun
bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada waktu itu, bahasa Belanda dilarang penggunaannya dan
digantikan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Bahkan sejak awal tahun 1943 seluruh
tulisan yang berbahasa Belanda dihapuskan dan harus diganti dengan tulisan berbahasa
Indonesia.

Bahasa Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pergaulan sehari-hari, tetapi telah diangkat
menjadi bahasa resmi pada instansi-instansi pemerintah-an atau pada lembaga-lembaga
pendidikan dari tingkat sekolah dasar hingga sekolah tinggi. Bahasa Indonesia juga dijadikan
sebagai bahasa penulisan yang tertuang pada hasil-hasil karya sastra bangsa Indonesia.
Sastrawan-sastrawan terkenal pada masa itu seperti Armijn Pane dengan karyanya yang
terkenal berjudul Kami Perempuan (1943), Djiiiak-djinak Merpati, Hantu Perempuan (1944),
Saran^ Tidak Berharga (1945) dan sebagainya. pengarang-pengarang lainnya seperti Abu
llanifah yang memakai nama samaran El Hakim dengan karya dramanya berjudul Taufan di
atas Asia, Dewi Reni, dan Insan Kamil. Pada masa pendudukan Jepang, banyak karya seniman
Indonesia yang hanya diterbitkan melalui surat kabar atau majalah dan setelah perang selesai
baru diterbitkan sebagai buku.

Sementara itu juga terdapat penyair terkenal pada zaman pendudukan Jepang seperti Chairil
Anwar yang kemudian mendapat gelar tokoh Angkatan 45. Karya-karya Chairil Anwar
menjadi lebih terkenal karena karyanya itu muncul pada awal revolusi Indonesia, di antaranya
yang ber¬judul Aku, Karawang-Bekasi dan sebagainya.

Dengan demikian, pemerintah pen¬dudukan Jepang telah memberikan kebebasan kepada


bangsa Indonesia untuk meng-gunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, bahasa
komunikasi, bahasa penulisan dan sebagainya.

SEJARAH PEMBENTUKAN BPUPKI


Aria Kurnain about a year ago 2 No comments

PEMBENTUKAN BPUPKI

A.Latar Belakang Berdirinya.

Pada tanggal 29 april 1945 bersamaan dengan hari ulang tahun Kaisar Jepang beliau memberikan
hadiah “ulang tahun” kepada bangsa Indonesia, yaitu janji pemerintah Jepang berupa “kemerdekaan
tanpa syarat”.Janji itu disampaikan kepada bangsa Indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang
menyerah, dengan maklumat Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di
seluruh Jawa dan Madura),No. 23 dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia
diperkenankan untuk memperjuangkan kemerdekaannya.Bahkan dianjurkan kepada bangsa
Indonesia untuk berani mendirikan Negara Indonesia merdeka dihadapan musuh-musuh Jepang, yaitu
sekutu termasuk kaki tangannya Nica (Natherland Indie Civil Administration) yang ingin
mengembalikan kekuasaan koloninya di Indonesia.Bahkan Nica telah melancarkan serangannya di
pulau Tarakan dan Morotai.

Namun, Para pengamat politik dan pakar sejarah politik Jepang pada umumnya berpendapat bahwa
janji itu diberikan oleh pemerintah jepang setelah mereka menyadari bahwa pasukannya mulai
terdesak oleh pasukan sekutu diberbagai wilayah pertempuran di Pasifik. Jadi, janji pemerintah Jepang
memberikan kemerdekaan kepada Negara Indonesia dalam usaha mencari dukungan yang lebih besar
di daerah pendudukan untuk membantu mereka dalam peperangan melawan sekutu.Untuk itu
pemeritah Jepang membentuk sebuah badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha kemerdekaan
Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Pada hari itu juga diumumkan nama-nama ketua, wakil ketua, serta para anggotanya, sebagai berikut
:

-Ketua : Dr.K. R. T.Rajdiman Wediodininingrat.

-Wakil ketua : Itibangase Yosio.

R. P. Soeroso.

-Anggota :Sejumlah 60 orang tidak termasuk ketua dan wakil ketua.

Dari 60 orang anggota, tidak termasuk ketua dan wakil ketua, bangsa Indonesia kebanyakannya
berasal dari pulau Jawa, tetapi terdapat beberapa dari Sumatra, Maluku, Sulawesi, dan
beberapa orang peranakan Eropa, China, Arab.Semuanya itu bertempat tinggal di Jawa, karena Badan
Penyelidik Itu diadakan oleh Sikikan di Jawa.

Jadi, BPUPKI bukanlah badan yang dibentuk atas dasar pemilihan yang demokratis, meskipun
Soekarno dan Muhammad Hatta berusaha agar anggota dalam badan ini cukup representative
mewakili berbagai golongan dalam masyarakat Indonesia.

B. Tujuan Berdirinya.

Badan ini berdiri untuk merumuskan UUD, merumuskan falsafah Negara (Pancasila), yang
dipersiapkan untuk digunakan dalam Negara Indonesia yang akan merdeka.Dengan mengadakan
beberapa kali rapat.

C.Rapar-rapat yang diadakan BPUPKI.

BPUPKI dalam melaksanakan tugasnya beberapa kali mengadakan rapat, baik yang resmi atau tidak
resmi.Rapat resmi dilaksanakan 2 kali dan tidak resmi dilaksanakan 1 kali, yang seluruhnya
berlangsung di Jakarta sebelum kekalahan kekaisaran Jepang terhadap sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945.

Sidang resmi diadakan untuk membahas masalah dasar Negara, wilayah negara, kewarganegaraan,
serta rancangan UUD, dipimpin oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat,sidang pertama pada tanggal 28
Mei-1 Juni 1945 membahas dasar negara.Sidang ke dua berlangsung antara tanggal 10-17 Juli 1945
membahas bentuk negara negara, wilayah negara, kewarganegaraan, rancangan UUD, ekonomi dan
keuangan, pembelaan pendidikan, dan pengajaran.

Sedangkan sidang tidak resmi hanya dihadiri oleh 38 orang anggota BPUPKI, berlangsung dalam masa
reses antara sidang pertama dan ke dua, untuk membahas rancangannya, pembukaan UUD 1945,
dipimpin oleh Ir. Soekarno.

D. Hasil kerja.

Ditetapkannya 5 Landasan Falsafah Negara yang dinamakan” Pancasila” .Disahkannya UUD dan
pembukaannya. Disahkannya Rancangan pembukaan UUD 1945 dan rancangan batang tubuh UUD
1945.

Dengan Selesainya rapat BPUPKI, maka materi yang disiapkan untuk dipergunakan dalam Negara
Indonesia yang mereka telah ada, dan hanya menunggu waktu kemerdekaan Indonesia saja.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 BPUPKI di bubarkan oleh Jepang dan kemudian dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (独立準備委員会 Dokuritsu Junbi Iinkai?)


atau PPKI adalah panitia yang bertugas untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Sebelumnya sudah dibentuk BPUPKI, kemudian dibubarkan oleh Jepang dan dibentuk PPKI
pada tanggal 7 Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Badan ini dibentuk sebelum
MPR ada.[1]

Pada awalnya PPKI beranggotakan 21 orang (12 orang dari Jawa, 3 orang dari Sumatra, 2
orang dari Sulawesi, 1 orang dari Kalimantan, 1 orang dari Nusa Tenggara, 1 orang dari
Maluku, 1 orang dari golongan Tionghoa). Susunan awal anggota PPKI adalah sebagai
berikut[2]:

1. Ir. Soekarno (Ketua)


2. Drs. Moh. Hatta (Wakil Ketua)
3. Prof. Mr. Dr. Soepomo (Anggota)
4. KRT Radjiman Wedyodiningrat (Anggota)
5. R. P. Soeroso (Anggota)
6. Soetardjo Kartohadikoesoemo (Anggota)
7. Kiai Abdoel Wachid Hasjim (Anggota)
8. Ki Bagus Hadikusumo (Anggota)
9. Otto Iskandardinata (Anggota)
10. Abdoel Kadir (Anggota)
11. Pangeran Soerjohamidjojo (Anggota)
12. Pangeran Poerbojo (Anggota)
13. Dr. Mohammad Amir (Anggota)
14. Mr. Abdul Maghfar (Anggota)
15. Mr. Teuku Mohammad Hasan (Anggota)
16. Dr. GSSJ Ratulangi (Anggota)[3]
17. Andi Pangerang (Anggota)
18. A.H. Hamidan (Anggota)
19. I Goesti Ketoet Poedja (Anggota)
20. Mr. Johannes Latuharhary (Anggota)
21. Drs. Yap Tjwan Bing (Anggota)

Selanjutnya tanpa sepengetahuan Jepang, keanggotaan bertambah 6 yaitu:

1. Achmad Soebardjo (Penasehat)


2. Sajoeti Melik (Anggota)
3. Ki Hadjar Dewantara (Anggota)
4. R.A.A. Wiranatakoesoema (Anggota)
5. Kasman Singodimedjo (Anggota)
6. Iwa Koesoemasoemantri (Anggota)

Persidangan
Tanggal 8 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman
Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan
tersebut, PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi
kemerdekaan tidak dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang.
Bahkan rencana rapat 16 Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa
Rengasdengklok[4].

Sidang 18 Agustus 1945

Persidangan resmi PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945

Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengadakan sidang di bekas
Gedung Road van Indie di Jalan Pejambon – Jakarta.[5]

Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945

Sebelum disahkan, terdapat perubahan dalam UUD 1945, yaitu:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.


2. Pada pembukaan alinea keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.
3. Terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29 ayat 1 dari yang semula berbunyi: “Negara
berdasarkan atas Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”.
4. Pada Pasal 6 Ayat (1) yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia asli dan
beragama Islam diganti menjadi Presiden ialah orang Indonesia asli.

Memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden

Pemilihan Presiden dan Wakil Presidan dilakukan dengan aklamasi atas usul dari Otto
Iskandardinata dan mengusulkan agar Ir. Soekarno menjadi presiden dan Moh. Hatta sebagai
wakil presiden. Usul ini diterima oleh seluruh anggota PPKI.

Tugas Presiden sementara dibantu oleh Komite Nasional sebelum dibentuknya MPR
dan DPR

Sidang 19 Agustus 1945

PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945.

Membentuk 12 Kementerian dan 4 Menteri Negara

Membentuk Pemerintahan Daerah

Indonesia dibagi menjadi 8 provinsi yang dipimpin oleh seorang gubernur.

No. Provinsi Nama Gubernur

1 Sumatera

Mr. Teuku Muhammad Hasan

2 Jawa Barat

Mas Sutardjo Kertohadikusumo


3 Jawa Tengah

Raden Pandji Soeroso

4 Jawa Timur

R. M. T. Ario Soerjo

5 Sunda Kecil

I Gusti Ketut Pudja

6 Maluku

Mr. Johannes Latuharhary

7 Sulawesi

Dr. G. S. S. Jacob Ratulangi


8 Borneo

Ir. H. Pangeran Muhammad Noor

Sidang 22 Agustus 1945

Membentuk Komite Nasional Indonesia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Komite Nasional Indonesia Pusat

Membentuk Partai Nasional Indonesia

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Partai Nasional Indonesia

Membentuk Badan Keamanan Rakyat

Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) bertujuan agar tidak memancing permusuhan
dengan tentara asing di Indonesia. Anggota BKR adalah himpunan bekas anggota PETA,
Heiho, Seinendan, Keibodan, dan semacamnya.

Referensi
1. ^ http://www.jakarta.go.id/jakv1/encyclopedia/detail/2145}
2. ^ http://ngada.org/ppki1-1945.htm
3. ^ https://laniratulangi.wordpress.com/2011/08/16/sam-ratulangie-di-panitia-persiapan-
kemerdekaan-indonesia/
4. ^ http://www.eocommunity.com/showthread.php?tid=21624
5. ^ http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=33

Anda mungkin juga menyukai