Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nurul Hidayati

NIM : 131611133022

Kelas : A1 2016

Tugas Resume E-Learning Keperawatan Komunitas 2

A. DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF


a. Konsep Dasar Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga
yang telah dimulai sejak tahun 2006.Tiga aspek/komponen desa dan kelurahan siaga aktif:

1. Pelayanan kesehatan dasar.


Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga
Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat.
Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti
Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit.

2. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya


survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana,
serta penyehatan lingkungan.
Kegiatan UKBM difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat,
kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan.
Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang
diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan
berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kedaruratan
kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh
masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan,
dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Sedangkan
Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman agar
terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan.

3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di
tatanan rumah tangga. PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan
kelurahan Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut:
1. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya,
keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular.
2. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/Pustu/Puskesmas bila
terserang penyakit.
3. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan.
4. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu).

b. Kriteria
Untuk menjamin kemantapan dan kelestarian, pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif dilaksanakan secara bertahap, dengan memperhatikan kriteria atau unsur-unsur yang
harus dipenuhi, yaitu:
1. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan
Kelurahan.
2. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
3. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau
memberikan pelayanan setiap hari .
4. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan (a) survailans berbasis masyarakat, (b)
penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan, (c) penyehatan lingkungan.
5. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta dari masyarakat dan
dunia usaha
6. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan kesehatan di
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

B. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)


a. Pengertian PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang
dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan
dan berperan aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007).

b. Dasar Hukum
Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat tertuang dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011

c. Tujuan PHBS
Adapun tujuan adanya PHBS adalah :
1) Untuk memberdayakan masyarakat dalam memelihara, meningkatkan dan
melindungi kesehatannya sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu secara
mandiri ikut aktif dalam meningkatkan status kesehatannya.
2) Upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan
melakukan edukasi, guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui
pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social Support) dan Gerakan Masyarakat
(Empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat, dalam rangka
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat (Depkes RI 2011).

d. Angka Keberhasilan PHBS


1) PHBS merupakan salah satu indikator untuk menilai kinerja pemerintah daerah
kabupaten/kota di bidang kesehatan
2) Pencapaian 70% rumah tangga sehat
3) Jawa Timur 48,3%

e. 5 Program Prioritas PHBS


1) KIA/KB
2) Gizi
3) Kesling
4) Gaya Hidup Sehat
5) Dana Sehat

f. Pola manajemen PHBS


1) Pengkajian
2) Perencanaan
3) Pelaksanaan serta pemantauan
4) Penilaian.

g. Langkah Merubah Perilaku Tidak Sehat


1. Melakukan Pengkajian Melalui Survey
2. Tentukan Urutan Masalah
3. Tentukan Prioritas Masalah
4. Dicari Penyebab Masalah
5. Perilaku Yang Akan Diubah
6. Lingkungan Yg Hrs Diperbaiki
7. Rencanakan Intervensinya
8. Cari Dukungan Berbagai Pihak
9. Terkait ( Ls,Lsm,Swasta )

h. Indikator PHBS
1) Indikator Nasional
a. Penduduk tidak merokok
b. Penduduk makan sayur2an dan buah2an
c. Penduduk berolahraga

2) Indikator PHBS Rumah Tangga


a. Pertolongan persalinan oleh Nakes
b. ASI eksklusif
c. Menimbang bayi dan balita
d. Ketersediaan air bersih
e. Cuci tangan pakai sabun
f. Penggunaan jamban sehat
g. Pemberantasan jentik
h. Makan buah dan sayur setiap hari
i. Aktivitas fisik setiap hari
j. Tidak merokok di dalam rumah
i. Manfaat PHBS Rumah Tangga
Bagi Rumah Tangga :
1) Anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas.
3) Anggota keluarga giat bekerja.
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi masyarakat:
1) Mampu mengupayakan lingkungan sehat.
2) mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan
3) Memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4) Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM)

j. Sasaran PHBS di rumah tangga


1) Pasangan usia subur
2) Ibu hamil dan menyusui
3) Anak dan remaja
4) Usia lanjut
5) Pengasuh anak

C. POS KESEHATAN PESANTREN


a. Pengertian
1) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan Islam yang berbasis
masyarakat baik sebagai satuan pendidikan dan/atau sebagai wadah penyelenggara
pendidikan.
2) Pos Kesehatan Pesantren, yang selanjutnya disebut Poskestren merupakan salah satu
wujud UKBM di lingkungan pondok pesantren, dengan prinsip dari, oleh dan warga
pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotif (peningkatan) dan preventif
(pencegahan) tanpa mengabaikan aspek kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif
(pemulihan kesehatan), dengan binaan Puskesmas setempat.

b. Tujuan
1) Tujuan Umum:
Mewujudkan kemandirian warga pondok pesantren dan masyarakat sekitar dalam
berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
2) Tujuan Khusus:
 meningkatkan pengetahuan warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya
tentang kesehatan;
 meningkatkan sikap dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat bagi warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya;
 meningkatkan peran serta aktif warga pondok pesantren dan warga masyarakat
sekitarnya dalam penyelenggaraan upaya kesehatan; dan
 memenuhi layanan kesehatan dasar bagi warga pondok pesantren dan masyarakat
sekitarnya.

c. Sasaran
Sasaran Poskestren terdiri atas:
1) Pondok pesantren
2) Masyarakat pondok pesantren, yang terdiri atas:
a. warga pondok pesantren
b. masyarakat di lingkungan pondok pesantren;
c. tokoh masyarakat
d. petugas kesehatan dan stakeholders terkait lainnya.

d. Fungsi Poskestren
1) Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dalam alih informasi,
pengetahuan dan keterampilan, dari petugas kepada warga pondok pesantren dan
masyarakat sekitarnya, dan antar sesama pondok pesantren dalam rangka
meningkatkan perilaku hidup sehat.
2) Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya.
3) Sebagai wadah pembelajaran tentang nilai dan ajaran agama Islam dalam menghadapi
permasalahan kesehatan.

e. Manfaat
1) Bagi pondok pesantren
a. Tersedianya layanan dan akses kesehatan dasar.
b. Penyebaran informasi kesehatan.
c. Pengembangan dan perluasan kerja sama pondok pesantren dengan instansi terkait.
d. Terpeliharanya sarana sanitasi lingkungan.
2) Bagi Warga Pondok Pesantren dan Masyarakat Sekitarnya
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi, pengetahuan dan
pelayanan kesehatan dasar.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan.
c. Mendapat infomasi awal tentang kesehatan.
d. Dapat mewujudkan kondisi kesehatan yang lebih baik bagi warga pondok
pesantren dan masyarakat sekitarnya.
3) Bagi Kader Poskestren
a. Mendapatkan informasi lebih awal tentang kesehatan.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya untuk membantu warga pondok pesantren
dan masyarakat sekitarnya dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di
lingkungannya.
4) Bagi Puskesmas
a. Dapat mengoptimalkan fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan
kesehatan strata pertama.
b. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam
pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan
kesehatan secara terpadu.
5) Bagi Sektor Lain
a. Dapat memfasilitasi warga pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya dalam
pemecahan masalah sektor terkait.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi masingmasing sektor.

j. Pengelola Poskestren
Struktur organisasi minimal terdiri dari:
a. ketua;
b. sekretaris;
c. bendahara; dan
d. kader Poskestren yang merangkap sebagai anggota.

k. Penyelenggaraan Kegiatan
Pelayananan yang disediakan oleh Poskestren adalah pelayanan kesehatan dasar,
yang meliputi promotif, preventif, rehabilitatif (memelihara kesehatan, mencegah,
pemulihan kesehatan) dan kuratif (pengobatan). Khusus untuk pelayanan kuratif dan
beberapa pelayanan preventif tertentu, seperti imunisasi dan pemeriksaan kesehatan
berkala dilaksanakan oleh petugas kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut di atas, secara
rinci sebagai berikut:
1. Upaya Promotif, antara lain:
a. konseling kesehatan;
b. penyuluhan kesehatan, antara lain: PHBS, penyehatan lingkungan, gizi, kesehatan
reproduksi, kesehatan jiwa dan NAPZA, penyakit menular dan tidak menular, serta
TOGA;
c. olahraga teratur; dan
d. lomba lingkungan bersih dan sehat, mading, poster.
2. Upaya Preventif, antara lain:
a. pemeriksaan kesehatan berkala;
b. penjaringan kesehatan santri;
c. imunisasi;
d. kesehatan lingkungan dan kebersihan diri;
e. pemberantasan nyamuk dan sarangnya;
f. penyediaan dan pemanfaatan air bersih; dan
g. deteksi dini gangguan jiwa dan NAPZA.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif dapat dilakukan dalam bentuk merujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat atau kunjungan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dari
puskesmas. Selain itu upaya kuratif yang dapat dilakukan oleh Poskestren antara lain
melakukan pertolongan pertama pada penyakit ringan dan menyediakan kotak P3K
(Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan).
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif dilakukan oleh Poskestren untuk menindaklanjuti penanganan
pasien pasca perawatan di puskesmas/rumah sakit.

l. Indikator Keberhasilan
Pada prinsipnya keberhasilan Poskestren dapat diukur melalui indikator masukan,
proses dan luaran, sebagai berikut:
A. Indikator Masukan
1. Adanya kader
2. Adanya sarana Poskestren
3. Adanya dukungan pendanaan
4. Adanya data dasar personal hygiene
5. Adanya media informasi kesehatan
6. Adanya kebijakan yang mendukung kegiatan Poskestren
B. Indikator Proses
1. Terlaksananya SMD
2. Terlaksanannya musyawarah masyarakat pondok pesantren
3. Terlaksananya pelayanan kesehatan dasar
4. Terlaksananya peningkatan kapasitas kader dan pengelola
5. Terlaksananya penyuluhan yang dilaksanakan
6. Terlaksananya pembinaan dari petugas
C. Indikator Luaran
1. Jumlah kader yang terlatih
2. Adanya dana sehat
3. Adanya peningkatan personal hygiene
4. Adanya peningkatan kesehatan lingkungan
5. Adanya peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
6. Adanya peningkatan gerakan hidup bersih dan sehat warga
pondok pesantren
D. Indikator Dampak
1. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Angka kesakitan santri menurun

Anda mungkin juga menyukai