Anda di halaman 1dari 15

memanfaatkan orang lain.

Topik
Menjelaskan pengertian PLC standar. Serta diberikan contoh kasus sebuah fungsi logika
direalisasikan menggunakan rangkaian digital, logika kontak dan PLC

Apa yang dimaksud dengan PLC ?


PLC merupakan singkatan dari Programmable Logic Controller. PLC merupakan
aplikasi sebuah sistem mikroprosesor (mikrokomputer) digunakan sebagai kontroler
standar dalam industri yang bersifat dapat diprogram berdasarkan fungsi-fungsi logika.
PLC secara standar, memproses program berdasarkan fungsi-fungsi logika yang
ditanamkan (diprogram) dalam PLC. Fungsi-fungsi logika didasarkan pada logika-
logika yang ada pada saluran masukan dan saluran keluaran PLC. Jadi PLC memiliki
sejumlah saluran masukan dan saluran keluaran. Secara standar PLC memiliki saluran
masukan dan keluaran berupa logika 0 atau logika 1.

Pada prinsipnya pengertian PLC adalah:

1. Perangkat kontroler merupakan aplikasi sebuah sistem mikroprosesor dirancang


khusus untuk keperluan kontroler di Industri.
2. Dapat diprogram berdasarkan fungsi-fungsi logika didasarkan pada intruksi-intruksi
yang dimengerti PLC.
3. Memiliki sejumlah saluran masukan dan keluaran.
4. Agar lebih mudah dimengerti berikut ini diberikan contoh kasus sebuah fungsi
logika yang akan direalisasikan menggunakan gerbang logika, logika kontak dan
PLC.
Sebuah fungsi logika: F = (A’. B) + C

Pernyataan fungsi logika di atas dapat diimplementasikan dengan menggunakan


beberapa cara yaitu:

Gerbang Logika
Jika diimplementasikan dengan gerbang-gerbang logika dapat digambarkan dalam
Gambar 1 berikut:
Gambar 1
Fungsi F = (A’.B)+C diwujudkan dengan gerbang logika
Keluaran F akan berlogika 0 atau 1 sesuai dengan kombinasi logika pada saluran
masukan A, B dan C berdasarkan fungsi logika (A’ . B) + C. Terdapat 8 kombinasi logika
masukan pada rangkaian ini, karena terdapat 3bit masukan. Secara tabel kebenaran
keluaran F diperlihatkan dalam tabel berikut ini:</p

No. Masukan Keluaran


A B C F
1. 0 0 0 0
2. 0 0 1 1
3. 0 1 0 1
4. 0 1 1 1
5. 1 0 0 0
6. 1 0 1 1
7. 1 1 0 0
8. 1 1 1 1

Bila diamati dari tabelkebenaran di atas keluaran F akan berlogika 1 hanya jika C = 1
atau A = 0 dan B = 1. Dengan menggunakan komponen gerbang-gerbang logika, jika
dibutuhkan perubahan-perubahan fungsi logikanya maka diperlukan perubahan-
perubahan pada rangkaian logikanya. Gerbang NOT menggunakan komponen IC jenis
7406, AND IC jenis 7408 dan OR IC jenis 7432. Rangkaian di atas merupakan
rangkaian kombinasi, karena keluaran hanya tergantung pada kombinasi logika saluran
masukannya.
Logika Kontak
Sebuah kontak dapat digunakan untuk mengimplementasikan sebuah rangkaian logika.
Jika menggunakan gerbang logika, idealnya logika 0 berupa tegangan 0 Volt dan logika
1 berupa tegangan 5 Volt pada saluran masukan dan keluarannya.

Jika menggunakan sebuah kontaktor (tombol tekan), penekanan tombol berupa


masukan dan kontaktornya berupa keluaran. Sebuah tombol jika ditekan memiliki arti
masukan sebagai logika 1 dan sebaliknya jika tidak ditekan memiliki arti masukan
sebagai logika 0. Kondisi kontaktor sebuah tombol dalam keadaan terhubung memiliki
arti keluaran sebagai logika 1 dan jika kontaktornya terbuka memiliki arti keluaran
berlogika 0.

Berikut ini diperlihatkan hubungan kontaktor untuk mewujudkan gerbang-gerbang

logika AND, OR, NOR, NAND, dan NOT.


Dengan logika kontak dapat direalisasikan sebuah gerbang-gerbang logika seperti
halnya gerbang-gerbang logika AND, OR, NOR, NAND dan NOT, dengan cara
menghubungkan secara seri atau paralel.

Sebuah gerbang AND dapat diwujudkan dengan dua buah kontak masing-masing jenis
NO (Normally Open) yang dihubungkan secara seri. Dengan demikian keluaran
merupakan kondisi antara kedua ujung kontak, jika terhubung menunjukkan keluaran
berlogika 1, jika terbuka keluaran berlogika 0. Pada gerbang AND ini keluaran akan
berlogika 1 (terhubung) jika kedua kontak A dan B masing-masing ditekan atau
berlogika 1.
Sebuah gerbang OR diwujudkan dengan dua buah kontak masing-masing jenis NO yang
dihubungkan secara paralel. Dengan demikian keluaran akan berlogika 0 jika kedua
kontaknya berlogika 0.

Sebuah gerbang NOR (NOT OR), dapat diwujudkan dengan mengubah menjadi AND
dengan menggunakan kontak jenis NC (Normally Closed) pada masing-masing
masukannya. Sehingga keluarannya akan berlogika 1 jika kedua kontaknya berlogika 0.
Karena masing-masing kontak A dan B menggunakan jenis NC, jika kedua kontak
berlogika 0 membuat keluarannya berlogika 1.

Sebuah gerbang NAND (NOT AND), dapat diwujudkan dengan mengubah menjadi OR
dengan menggunakan kontak jenis NC pada masing-masing masukannya. Sehingga
keluarannya akan berlogika 0, jika kedua masukannya berlogika 1. Karena kedua kontak
menggunakan jenis NC, jika kedua kontak tersebut berlogika 1 akan menyebabkan
keluaran tidak terhubung atau berlogika 0.

Sebuah gerbang NOT dapat diwujudkan denan sebuah kontak jenis NC, sehingga logika
keluarannya akan selalu kebalikan dari logika masukannya.

Rangkaian gerbang logika seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 di atas dari sebuah
fungsi F=(A’.B)+C, dapat diwujudkan dengan menggunakan rangkaian logika kontak
dengan menggunakan gerbang logika AND, OR dan NOT, seperti yang diperlihatkan
dalam Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2
Fungsi F = (A’ . B) + C dengan menggunakan rangkaian logika kontak
Jika digambarkan dalam bentuk diagram relay diperlihatkan dalam Gambar 3 berikut
ini.
Gambar 3
Diagram relay

PLC (Programmable Logic Controller)


Sebelum dijelaskan bagaimana contoh di atas jika direalisasikan dengan menggunakan
PLC, perlu dijelaskan terlebih dahulu tentang saluran masukan dan keluaran secara
standar yang dimiliki oleh sebuah PLC. PLC secara standar (dasar) memiliki sejumlah
saluran masukan dan keluaran dalam bentuk logika 0 atau 1.

Saluran masukannya berupa tegangan sebesar 24VDC, jika diberi tegangan 24VDC
berarti saluran masukan tersebut berlogika 1, jika tidak diberi tegangan (terbuka) atau 0
VDC saluran masukan tersebut berlogika 0. Sedangkan saluran keluarannya secara
standar berupa kontaktor rele yang ada didalam PLC (IR- Internal Relay), jika
kontaknya tertutup berarti logika saluran keluarannya adalah logika 1, jika terbuka
logika saluran keluarannya adalah 0. Setiap PLC memiliki sejumlah saluran masukan
dan keluaran tertentu tergantung tipe dari PLC yang digunakan. Setiap kelompok
saluran masukan dan keluaran dibagi menjadi kelompok alamat yang terdiri dari 8 bit,
16 bit atau 32 bit tergantung jenis PLC yang digunakan. Setiap kelompok memiliki
alamat-alamat tertentu pada PLC agar dapat diakses melalui instruksi PLC.
Berikut ini contoh pengawatan PLC untuk mewujudkan sebuah fungsi F = (A’.B) + C,
diperlihatkan dalam Gambar 4.

Gambar 4
Contoh Aplikasi PLC
Dari Gambar 4 di atas, variabel masukan A, B dan C dimasukkan melalui saluran
masukan PLC masing-masing pada bit 0, 1 dan 2. Untuk memberikan logika 0 atau 1
masing-masing dihubungkan seri dengan sebuah saklar (kontak) dan sumber tegangan
24VDC. COM merupakan saluran bersama, sehingga masing-masing saluran diberi
logika 1 berupa tegangan 24VDC terhadap COM (COMmon). Jika saluran ini dibiarkan
terbuka berarti saluran masukan diberi logika 0.

Demikian pula dengan saluran keluarannya, dalam contoh ini digunakan bit 0, jika
berlogika 1 maka antara keluaran bit 0 dan COM akan terhubung singkat melalui
kontaktor Internal Relay. Seperti halnya saluran masukan, saluran keluaran
menggunakan saluran bersama (COMmon). Untuk mengetahui keluaran bit 0 berlogika
1 atau 0, dihubungkan dengan sebuah beban lampu pijar dan di seri dengan sumber
tegangan AC 220V.

Selanjutnya PLC diprogram berupa fungsi (A’.B)+C dengan menggunakan diagram


ladder. Program dalam bentuk diagram ladder diperlihatkan dalam Gambar 5 berikut
ini.
Gambar 5
Program ladder contoh aplikasi
Dalam program ladder Gambar 5 di atas, digunakan PLC OMRON jenis CQM1 CPU41-
V1. Saluran masukan memiliki alamat 000, saluran keluaran memiliki alamat 100.
Variabel masukan A, B dan C masing-masing menggunakan bit 0, 1 dan 2, sehingga
alamatnya dapat dituliskan masing-masing dengan 000.00 (A), 000.01 (B) dan 000.02
(C). Sedangkan keluarannya menggunakan bit 0 dan ditulis dengan alamat 100.00.
Penulisan program secara ladder mudah dipahami karena secara langsung dapat
menunjukkan fungsi logika-logikanya. Selanjutnya ladder tersebut harus diubah
menjadi instruksi-instruksi PLC OMRON CQM1, dengan menggunakan program
SYSWIN secara otomatis akan diubah menjadi instruksi PLC. Instruksi tersebut adalah:

LD NOT 000.01
AND 000.01
OR 000.02
OUT 100.00
END

Instruksi PLC OMRON CQM1 dari contoh aplikasi

Mengenai pemrogram dengan menggunakan ladder akan dijelaskan dalam topik yang
terpisah.
Posted in PLC | Tagged indonesian, tutorial, tutorial plc | 2 Comments

Tutorial PLC: pengantar (1)


Posted on June 30, 2012 by Bambang Siswoyo

Isi materi ini ditujukan untuk berbagi ilmu pengetahuan kepada semua
pengunjung blog ini.
Silakan digunakan untuk kepentingan proses pembelajaran untuk mencerdaskan bangsa ini
dengan tidak lupa menyebutkan sumbernya.
Namun yang harus dihindari adalah: mengambil isi dengan mengakui sebagai haknya, mengambil
isi untuk tujuan komersialisasi.
Semua tergantung kepada hati-nurani, jika terjadi saya berkewajiban mengingatkan para
plagiator. Biasakan sesuatunya terlahir dari tangan anda, itu menunjukkan bahwa anda ada dan
anda diberi hidayah sebagai ciptaanNya yang paling mulia untuk memberikan manfaat di dunia
ini. Biasakanlah memberikan manfaat kepada orang lain, dan jangan membiasakan
memanfaatkan orang lain.

Topik
Menjelaskan tentang dasar-dasar PLC, Elemen dasar PLC

Pendahuluan
Industri dibangun karena adanya kebutuhan pengembangan kualitas dan menaikkan
produktifitas. Fleksibilitas juga merupakan kebutuhan utama dan perlu dipikirkan,
sehingga perubahan sistem proses produksi dalam industri menjadi sangat penting,
agar dapat menyesuiakan dengan kebutuhan konsumen yang semakin bervariasi dari
waktu ke waktu.

Bayangkan, untuk merealisasikan itu semua sebuah otomatisasi produksi dalam


industri semakin diperlukan. Biasanya berupa panel-panel yang dipenuhi dengan
rangkaian-rangkaian elektrik untuk keperluan sistem kontrol. Dalam panel-panel
tersebut terdapat sejumlah interkoneksi antara elektrik dan mekanik
(electromechanical) berupa relay untuk membuat sebuah sistem kontrol proses yang
dapat dapat bekerja secara otomatis. Interkoneksi berupa hubungan pengawatan antara
beberapa relay dengan menggunakan kawat penghantar. Seorang engineer medisain
rangkaian logika untuk keperluan sistem, dan bagian elektrik akan menerima outline
rangkaian logika yang akan diimplementasikan dengan menggunakan relay. Untuk
membangun sebuah rangkaian logika bisa dalam jumlah ratusan relay. Rancangan akan
berupa sebuah rangkaian ladder (ladder schematic). Ladder akan dapat
menggambarkan seluruh saklar, sensor, motor, klep, relay dan lain sebagainya, yang
nantinya akan ditemukan dalam sistem sebenarnya. Pekerjaan elektrik adalah
menghubungkan seluruh sistem dengan menggunakan kawat penghantar.

Salah satu masalah yang timbul dengan menggunakan cara ini yaitu penggunaan sistem
kontrol yang didasarkan pada relay mekanik. Instrumen mekanik biasanya akan
menjadi aus sehingga hubungan kontak-kontaknya tidak akan tersambung secara
sempurna, karena adanya gerakan-gerakan mekanis. Jika salah satu relay berhenti
bekerja, bagian teknisi elektrik akan sulit mencari satu persatu relay yang mengalami
gangguan agar sistem secara keseluruhan bekerja normal kembali.
Masalah lainnya adalah cara ini akan menyebabkan sistem akan dihentikan dalam
periode waktu tertentu selama perbaikan, sehingga industri berhenti melakukan proses
produksi, karena adanya perbaikan pada panel-panel elektrik. Jika ada sebuah
keputusan untuk mengadakan perubahan-perubahan kecil dalam sistem kontrolnya,
diperlukan biaya yang cukup besar dan proses produksi akan berhenti pada periode
waktu tertentu sampai sistem bekerja normal kembali.

Kontroler pertama yang dapat diprogram


”General Motors” adalah perusahaan pertama kali yang mengetahui adanya kebutuhan
untuk menggantikan panel kontrol yang menggunakan sistem pengawatan. Fleksibilitas
dan kecepatan serta kemudahan untuk mengadakan perubahan otomasi sistem
produksi menjadi krusial. Ide General Motors adalah menggunakan sistem logika
berbasis mikrokomputer (mikrokomputer saat itu kira-kira sebanding dengan
mikrokontroler 8bit saat ini) untuk menggatikan sejumlah pengawatan menggunakan
relay.Jika diperlukan perubahan dalam sistem logikanya atau dalam hal operasi,
program dalam mikrokomputer dapat diubah.

Cara ini akan lebih baik dibanding menggunakan relay, tetapi terdapat masalah baru
yaitu bagaimana teknisi dapat menerima sebuah perangkat yang baru. Sistem yang
komplek akan diperlukan pemrograman yang komplek pula. Belum lagi teknisi harus
belajar dan memahami bahasa pemrograman komputer sebagai tambahan
pekerjaannya. Divisi Generl Motors Hidromatic dari sebuah perusahaan besar
menjawab kebutuhan ini dan menentukan kriteria dari sebuah programmable logic
controler pertama. Saat itu terdapat beberapa perusahaan yang akan menjual
instrument yang digunakan dalam kontrol industri sebagai kontroler sekuensial
sederhana, tidak seperti PLC yang kita kenal sekarang.
Kebutuhan spesifikasi peralatan baru saat itu adalah didasarkan pada komponen
elektronik menggantikan komponen mekanik, komputer yang memiliki fleksibilitas,
kondisi yang dibutuhkan dalam industri seperti getaran, panas, debu dll dan mmiliki
kapabilitas dapat diprogram ulang dan digunakan untuk pekerjaan lainnya. Kriteria
terakhir sangat penting, yaitu perangkat baru dapat diprogram dan dipelihara dengan
mudah.

“Gould Modicon” mengembangkan sebuah perangkat pertama yang dapat memenuhi


kriteria ini. Kunci kesuksesannya adalah perangkat baru ini dapat diprogram tanpa
harus belajar bahasa pemrograman. Yaitu dapat diprogram sama seperti bahasa
pemrograman yaitu diagram ladder (ladder diagram), mudah dipelajari
penggunaannya. Teknisi dapat memahami dengan mudah sebab akan terlihat seperti
logika. Selanjutnya, tidak memerlukan kemampuan pemrograman bahasa komputer.
PLC awalnya disebut sebagai PC Controller (Programmable Controller). Hal ini akan
menyebabkan sedikit menjemukan ketika terlihat sebuah Personal Komputer. Untuk
menghindari itu semua, didisain sebuah komputer khusus, dan programmable
controller menjadi Programmable Logic Controller. PLC pertama merupakan perangkat
yang sederhana. Dihubungkan dengan beberapamasukan seperti saklar, sensor digital,
dll, dan didasarkan pada logika internal berupa keluaran on atau off. Seiring dengan
adanya kebutuhan kontrol yang semakin komplek seperti kontrol temperatur, posisi,
tekanan dll. Selanjutnya dari tahun ke tahun, pembuat PLC menambahkan sejumlah
kemampuan dan improvisasi. Sekarang PLC dapan melakukan pekerjaan yang sangat
komplek seperti kontrol posisi, variasi regulasi, dan sejumlah aplikasi komplek.
Kecepatan melaksanakan pekerjaan dan kemudahan program juga dikembangkan. Selai
itu modul-modul untuk keperluan khusus juga dikembangkan, seperti modul
komunikasi untk hubungan dengan beberapa PLN melalui jaringan komunikasi. Sampai
saat ini sulit dibayangkan pekerjaan apa yang tidak dapat dikerjakan oleh PLC.

Bagian-bagian PLC
PLC pada kenyatannya adalah sistem mikrokontroler untuk industri (pada akhir-akhir
ini kita menyebutnya mikroprosesor daripada mikrokontroler) dimana merupakan
perangkat keras dan lunak yang khusus diadaptasikan untuk kebutuhan industri. Skema
secara blok secara dengan komponen yang tipikal membentuk PLC diperlihatkan dalam
Gambar 1.

Kebutuhan khusus adalah adanya saluran masukan dan keluaran, sebab dalam blok ini
akan ditemukan kebutuhan proteksi untuk mengisolasi blok CPU dari kondisi yang
tidak menentu di lingkungan industri yang dapat membahayakan CPU melalui saluran
masukan. Unit pemrogram biasanya sebuah komputerdiperlukan untuk menulis
program pada umumnya berupa diagram ladder (ladder diagram).
Gambar
1
Elemen Dasar dari PLC

Central Processing Unit (CPU, Unit


Pengolah Utama)
Central Processing Unit (CPU) merupakan komponen utama atau otak dari sebuah PLC.
CPU itu sendiri biasanya menggunakan salah satu dari mikrokontroler. Seperti halnya
mikrokontroler 8bit, sebagai contoh mikrokontroler 8051, dan sekarang mikrokontroler
16 bahkan 32 bit. Tanpa disebutkan kebanyakan ditemukan mikrokontroler Hitachi dan
Fujitsu dalam PLC buatan Jepang, Mikrokontroler Siemens di Eropa, dan
Mikrokontroler Motorola di Amerika. CPU juga dapat berkomunikasi, saling
berinterkoneksi dengan perangkat PLC lainnya, mengeksekusi program, operasi
memori, dapat mengecek saluran masukan dan men-set saluran keluaran. PLC memiliki
rutin yang komplek untuk mengecek memori dalam hal memastikan bahwa tidak ada
kesalahan-kesalahan dalam operasinya. Secara sederhana akan terlihat sebuah PLC
memiliki beberapa indikator berupa LED untuk menunjukkan adanya kesalahan-
kesalahan saat beroperasi.

Memori
Memori sistem (saat ini kebanyakan diimplementasikan menggunakan teknologi
FLASH) digunakan PLC untuk sistem kontrol proses. Selain itu sistem operasi itu
sendiri berisi sebuah user program untuk menterjemahkan dari bentuk diagram ladder
menjadi bentuk biner. Isi memori FLASH dapat diubah hanya dalam kondisi dimana
user program berubah. PLC yang digunakan saat ini selain memori FLASH daripada
menggunakan EEPROM, karena memori FLASH dapat diubah dan dihapus secara
elektrik. Dengan menggunakan memori FLASH proses penulisan akan menjadi sangat
singkat. Untuk memprogram ulang memori biasanya dilakukan melalui kabel serial
yang dihubungkan dengan PC melalui perangkat lunak pengembangan.status dari
saluran masukan dan keluaran

Memori user dibagi kedalam beberapa blok yang memiliki fungsi khusus. Beberapa
bagian memori digunakan untuk menyimpan status saluran masukan dan keluaran.
Pada kenyataannya disimpan sebagai “1″dan “0″ dalam memori bit yang spesifik. Setiap
masukan dan keluaran berhubungan dengan bit dalam memori. Bagian lain memori
digunakan untuk menyimpan isi dari variabel yang digunakan dalam userprogram.
Sebagai contoh, nilai timer, nilai counter yang akan disimpan dalam memori ini.

Pemrograman PLC
PLC dapat diprogram melalui sebuah komputer, tetapi dapat juga melalui konsole
secara manual. Secara praktek mengartikan bahwa setiap PLC dapat diprogram melalui
sebuah komputer dan diperlukan perangkat lunak untuk pemrogramannya. Sekarang
sangat idel melalui saluran serial komputer yang dapat berkomunikasi dengan PLC
untuk melalukan pemrograman. Jika program akan dikoreksi untuk pengembangan,
program di PLC dapat di ambil kembali kemudian diprogram kembali jika ada
perubahan-perubahan dalam programnya.

Pada umumnya program PLC digunakan untuk melakukan switching menjadi on atau of
dari sistem masukan dan keluarannya, program dieksekusi secara realtime dan
dilengkapi dengan dokumentasi. Dokumentasi ini diperlukan agar program mudah
dimengerti untuk melacak gangguan-gangguan atau kesalahan-kesalahan yang terjadi
pada saat beroperasi dan pemeliharaan. Komentar tambahan dapat membantu teknisi
mengerti diagram ladder dengan benar.

Catu daya
Catu daya listrik digunakan sebagai energi untuk menghidupkan unit CPU dan
komponen-komponen lainnya. Kebanyakan PLC bekerja pada tegangan 24VDC atau
220VAC. Kebanyakan PLC menggunakan modul catu daya secara terpisah pada PLC
yang besar, PLC kecil dan menengah biasanya sudah dilengkapi catu daya. Pengguna
PLC biasanya harus mengetahui berapa kebutuhan arus yang diperlukan, agar catu daya
mampu menyediakan arus sesuai dengan kebutuhan. Setiap jenis PLC akan
membutuhkan arus yang berbeda.
Catu daya ini biasanya tidak digunakan untuk masukan dan keluaran ekternal.
Pengguna harus menyediakan catu daya secara terpisah untuk masukan dan
keluarannya, sebab tidak dapat dipastikan kebutuhan catu daya. Beberapa PLC kecil
menyediakan tegangan untuk saluran masukan dan keluaran yang telah diintegrasikan
kedalam PLC.

Saluran Masukan PLC


Kemampuan dari sebuah sistem otomasi sangat tergantung kemampuan PLC untuk
membaca sinyal dari berbagai jenis sensor dan perangkat masukan. Tombol, keyboard
dan manusia mengoperasikannya untuk melakukan hubungan pengoperasian mesin. Di
lain pihak, dalam hal untuk mendeteksi bekerjanya perangkat, melihat mekanisme
gerakan, sensor level dlsb. Sinyal masukan dapat berupa logika (on/off) atau analog.
PLC kecil biasanya memiliki saluran masukan digital, pada PLC besar juga dapat
menerima masukan analog melalui unit khusus yang disisipkan pada PLC. Sinyal analog
yang sering digunakan adalah sinyal arus antara 4 sampai 20 mA dan sinyal orde
tegangan milivolt yang dibangkitkan oleh sensor-sensor yang bervariasi. Sensor
biasanya digunakan sebagai masukan bagi PLC. Sensor digunakan untuk keperluan
mengukur temperatur, tekanan, atau dimensi fisik (sensor induksi yang dapat
mendeteksi benda metal).

Antarmuka penyesuai masukan


Antarmuka penyesuai masukan juga disebut sebagai antarmuka yang diletakkan antara
saluran masukan dan unit CPU. Fungsinya adalah antarmuka penyesuai untuk
memproteksi CPU dari sinyal yang tidak menentu di lingkungan luarnya. Modul
penyesuai masukan mengubah logika nyata menjadi level tegangan yang dapat diterima
PLC,sebagai contoh masukan dari sensor yang bekerja 24VDC harus diubah menjadi
tegangan 5VDC agar dapat diproses oleh CPU. Biasanya melalui isolasi secara optik,
fungsi ini akan diperlihatkan dalam Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2
Antarmuka penyesuai masukan
Isolasi secara optik artinya tidak ada hubungan elektri antara dunia luar dan unit CPU.
Secara optik (Optically) sinya dari dunia luar dikirim secara optik (sinar LED). Cara ini
merupakan cara yang sederhana. Perangkat luar memberikan sinya agar LED on,
selanjutnya akan menyebabkan photo transistor bekerja (konduksi), dan CPU akan
memandangnya sebagai logika 0 (tegangan kolektor jatuh dibawah 1V). Ketika sinyal
masukan menyebabkan LED menjadi off, transistor berhenti berkonduksi, tegangan
kolektor akan naik, dan CPU menerima informasi logika 1.

Saluran keluaran PLC


Antarmuka penyesuai keluaran sama halnya dengan antarmuka penyesuai masukan.
CPU memberikan sinyal ke LED dan menyebabkan hidup. Sinar akan mengeksitasi
phototransistor menjadi konduksi, dan selanjutnya tegangan kolektor akan turn
dibawah 0,7V, dan perangkat luar akan menerima logika 0. Kebalikannya sinyal akan
diiterprestasikan sebagai logika 1. Phototransistor tidak dihubungkan secara langsung
ke keluaran PLC. Antara phototransistor dam keluaran biasanya berupa relay atau
transistor yang memiliki kemampuan untuk melayani arus yang besar.

Antarmuka penyesuai keluaran diperlihatkan dalam Gambar 3 berikut ini.

Gambar 3
Antarmuka penyesuai keluaran

Saluran ektensi
Setiap PLC memiliki batasan dalam hal jumlah saluran masukan dan keluaran yang
disediakan. Jika diperlukan penambahan jumlah saluran masukan dan keluaran,
biasanya disediakan saluran ektensi tambahan yang dapat disisipkanmodul-modul
tambahan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya penambahan modul
keluaran relay, transistor, atau modul tegangan analog dan lain sebagainya. Biasanya
fasilitas ini dimiliki oleh PLC skala menengah atau besar dan tidak dimiliki oleh LC
skala kecil atau Compact PLC.

Posted in PLC | Tagged indonesian, tutorial, tutorial plc | Leave a comment

Anda mungkin juga menyukai