SKRIPSI
OLEH:
SKRIPSI
OLEH:
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
berkat, rahmat dan karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian
dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini di susun untuk melengkapi salah satu syarat
Utara, yang berjudul “Analisis Escherichia coli Sebelum dan Sesudah Penambahan
Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera Lam) Pada Air Sumur Gali”.
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,
selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan. Ibu Dra.
Sudarmi, M.Si., Apt., dan Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc., Apt., selaku
selama penelitian hingga selesai nya skripsi ini. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt.,
selaku dosen penguji dan Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M.Si., Apt., selaku dosen
penguji yang telah memberikan kritik, saran dan arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dan telah memberikan izin dan fasilitas untuk penulis
sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan penelitian. Bapak dan Ibu Staf
Pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik selama perkuliahan.
Ayahanda Agus Sanip Rangkuti dan Ibunda Masrifa Tanjung, atas segala doa dan
iv
Universitas Sumatera Utara
pendidikan, juga untuk adik-adikku Ismail Afif Rangkuti dan Pikri Halim Rangkuti
serta sahabat bidsyur atas doa, nasehat serta pengorbanan baik moril maupun
materil dalam penyelesaian penelitian dan bahan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Farmasi Ekstensi 2015, atas doa
dan dukungannya.
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
ANALISIS Escherichia coli SEBELUM DAN SESUDAH PENAMBAHAN
SERBUK BIJI KELOR (Moringa oleifera Lam) PADA
AIR SUMUR GALI
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Air yang digunakan sebagai kebutuhan
sehari-hari, sebaiknya tidak bewarna, tidak berasa, tidak berbau, dan jernih.
Penentuan kualitas air secara mikrobiologis menurut APHA (American Public
Health Association) dan WHO (World Health Organization) dilakukan berdasarkan
analisis adanya indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal. Oleh karena itu
PDAM menggunakan kaporit untuk membunuh bakteri patogen dalam air. Salah
satu bahan untuk penjernihan air yang dapat digunakan adalah serbuk biji kelor
(Moringa oleifera Lam). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik
simplisia biji kelor, menganalisis jumlah koloni E. coli sebelum dan sesudah
penambahan serbuk biji kelor.
Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang eksperimental
yaitu meliputi pengambilan sampel dengan konsentrasi 0; 0,00125; 0,0025; 0,005;
0,01%, identifikasi sampel, karakterisasi simplisia, pengolahan sampel, uji
mikrobiologi dilakukan dengan Angka Lempeng Total dan identifikasi
Escherichia coli untuk memastikan koloni bakteri yang ada dalam air sumur gali di
jalan Bunga Teratai X Pasar 2 Padang Bulan Medan.
Hasil penelitian menunjukkan jumlah koloni sebelum penambahan biji
kelor 2,1 x 102 kol/g sedangkan setelah penambahan 0,00125% biji kelor yaitu 4,7
x 102 kol/g; 0,0025% yaitu 2,0 x 102 kol/g; 0,005% yaitu 3,5 x 101 kol/g; 0,01%
yaitu 0 kol/g. Hasil identifikasi menunjukkan positif bakteri Escherichia coli
ditandai dengan koloni berwarna hijau metalik dan pengecatan gram didapat gram
negatif berbentuk batang berwarna merah muda. Karakteristik simplisia biji kelor
meliputi pemeriksaan mikroskopik parenkim dengan minyak atsiri, sklerenkim,
berkas pembuluh dan serat sklerenkim. kadar air 2,46%; kadar sari larut air
21,77%; kadar sari larut etanol 13,07%; kadar abu total 2,05% dan kadar abu tidak
larut dalam asam 0,79%. Serbuk biji kelor dengan konsentrasi 0,01% efektif dalam
membunuh koloni Koloni Escherichia coli pada air sumur gali.
Kata kunci: air sumur gali, angka lempeng total, Escherichia coli, serbuk biji
kelor
vii
Universitas Sumatera Utara
ANALYSIS OF Escherichia coli BEFORE AND AFTER ADDITION
MORINGA SEED POWDER (Moringa oleifera Lam) IN
DUG WELL WATER
ABSTRACT
Water is a natural resource that is necessary for the living of many people,
even by all living creatures. Water for daily activity must be colorless, tasteless,
odorless, clear. Water quality determination of microbiological according to APHA
(American Public Health Association) and WHO (World Health Organization) is
based on presence analysis of indicator, PDAM use chlorine to kill pathogens in
water. One of natural source for water purification that can be used is moringa seed
powder (Moringa oleifera Lam). The purpose of this study is to determine the
characteristics of moringa seed powder, analysis of Escherichia coli before and
after addition moringa seed powder.
The method used is an experimental study that includes sampling at a
concentration of 0; 0.00125; 0.0025; 0.005; 0.01%, sample identification, simplicia
characterization, sample processing, microbiological testing conducted by Total
Plate Count and identification of Escherichia coli to ensure colonies of bacteria in
the dug well water in Jl. Bunga Teratai X Pasar 2 Padang Bulan Medan.
The results showed the number of colonies before the addition of moringa
seed powder 2.1 x 102 col/g, while after the addition of 0.00125% of moringa seed
powder at 4.7 x 102 col/g; 0.0025% is 2.0 x 102 col/g; 0.005% is 3.5 x 101 col/g;
0.01% is 0 col/g. Identification result positive bacteria Escherichia coli colonies are
marked with a green metallic and Gram coloring showed gram-negative, shaped
basil pink. Characteristics of moringa seed powder include microscopic
examination of the parenchyma with essential oils, sklerenkim, file vessels, and
sklerenkim fibers. Water content 2.45%; water soluble extract content 21.77%;
ethanol soluble extract content 13.07%; total ash content 2.05% and ash content
acid insoluble 0.79%. Moringa seed powder at a concentration 0.01% kill colonies
Escherichia coli in dug well water effectively.
Keywords: dug well water, total plate count, Escherichia coli, moringa seed
powder
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
ix
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kandungan Kimia ........................................................... 6
x
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pembuatan Media ....................................................................... 23
xi
Universitas Sumatera Utara
5.1 Kesimpulan .............................................................................. 35
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.3 Tabel nilai ALT sebelum (0%) dan sesudah (0,00125; 0,0025;
0,005; 0,01%) penambahan serbuk biji kelor .............................. 31
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai
Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah tangga,
Standar air minum meliputi standar fisik dari suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan
air. Standar biologi meliputi kuman patogen, dan bakteri golongan Coli. Standar
kimia meliputi derajat keasaman dan bahan kimia (Widyati dan Yuliarsih, 2002).
berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal
yang selalu ditemukan didalam tinja atau hewan berdarah panas, baik yang sehat
maupun yang sakit. Pencemaran materi fekal sangat tidak diharapkan. Pada suatu
kadar tertentu, bakteri E. coli terbukti dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara
lain diare, infeksi pada saluran kencing dan meningitis. E. coli tidak menimbulkan
penyakit kecuali apabila bakteri ini hidup dan berkembang dalam jumlah yang
1
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) menggunakan
kaporit untuk membunuh bakteri patogen dalam air. Kandungan klorin yang
terdapat pada kaporit juga diatur dalam PP No. 22 Tahun 2001 yaitu sebesar 0,03
ppm (mg/L). Akan tetapi, penggunaan bahan kimia kaporit (Ca(ClO) 2) oleh PDAM
secara terus menerus akan menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan merusak
adalah serbuk biji kelor (Moringa oleifera Lam). Dari beberapa hasil penelitian
simplisia yang digunakan untuk obat sebagai bahan baku harus memenuhi
air, kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar sari larut air dan kadar
sari larut etanol. Untuk uji kebenaran bahwa dilakukan uji makroskopik (Ditjen
POM, 2000).
Peneliti dari Universitas Gadjah Mada melaporkan bahwa serbuk biji kelor
mampu mengisolasi bakteri secara luar biasa, yaitu 90% dari total bakteri E. coli
dalam 1 liter air selama 2 menit. Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa
serbuk biji ini mampu menjernihkan air, sehingga relatif aman untuk diminum. Biji
kelor (Moringa oleifera Lam) dipilih sebagai bahan percobaan, karena cara
2
Universitas Sumatera Utara
penjernihan ini sangat mudah dan dapat digunakan di daerah pedesaan yang banyak
Berdasarkan uraian diatas, agar serbuk biji kelor dapat dimanfaatkan secara
efektif maka konsentrasi dalam penggunaan serbuk biji kelor harus diketahui. Oleh
karena itu, dilakukan penelitian analisis Escherichia coli sebelum dan sesudah
penambahan serbuk biji kelor (Moringa oleifera Lam) pada air sumur gali untuk
mengetahui potensi biji kelor dalam menurunkan jumlah koloni Escherichia coli
sehingga dapat digunakan dalam pengolahan air sumur gali, serta dilakukan
b. Apakah serbuk biji kelor efektif membunuh koloni Escherichia coli pada air
sumur gali?
1.3 Hipotesis
adalah:
a. Simplisia biji kelor memiliki karakteristik tertentu dan dapat diperoleh dengan
b. Serbuk biji kelor efektif membunuh koloni Escherichia coli pada air sumur
gali.
3
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
simplisia dan efektifitas serbuk biji kelor (Moringa oleifera Lam) dalam
membunuh koloni Escherichia coli pada air sumur gali sehingga meningkatkan
BAB II
4
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Brassicales
Famili : Moringaceae
Genus : Moringa
Kelor (Sunda, Jawa, Bali, Sumatera Utara, dan Lampung), kerol (Buru),
Tanaman kelor jenis perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11 m
(sumber lain menyatakan 7-12 m). Tanaman ini berupa semak atau pohon dan
berwarna putih kotor, berkulit tipis, permukaan kasar dan batang kayunya getas
(mudah patah). Daun tanaman kelor memiliki karakteristik bersirip tidak sempurna,
berbentuk kecil dan menyerupai telur, serta hanya sebesar ujung jari. Bunga
5
Universitas Sumatera Utara
tanaman kelor berwarna putih kekuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna
Sementara itu, buah kelor (Jawa: klentang) berbentuk panjang dan segitiga,
dengan panjang sekitar 20-60 cm. Ketika masih muda, buah tanaman kelor ini
berwarna hijau, namun setelah tua warnanya berubah menjadi cokelat. Bentuk
bijinya bulat, berwarna cokelat kehitaman, sayap bijinya ringan, kulit bijinya
mudah dilepas sehingga meninggalkan biji yang berwarna putih. Bila terlalu kering
di pohon, polong biji akan pecah dan “terbang” kemana-mana (Tilong, 2012).
Biji kelor merupakan bagian dari tanaman kelor yang memiliki protein
dengan konsentrasi tinggi. Protein biji kelor penting untuk diketahui dalam proses
penyebab kekeruhan. Biji kelor juga berperan sebagai koagulan yang efektif karena
Biji kelor berkhasiat mengatasi mual/muntah. Biji kelor yang masak dan
itu, biji tua kelor yang dicampur dengan kulit jeruk dan buah pala dapat menjadi
Biji kelor tua bisa digunakan untuk penjernihan air permukaan, sebagai
pengendap dengan hasil yang memuaskan. Kelor bermanfaat karena memiliki sifat
6
Universitas Sumatera Utara
menghancurkan bakteri, sehingga meskipun di dalam air terdapat bakteri
Escherichia coli (salah satu bakteri yang terdapat di dalam air minum), itu bisa
air keruh. Bahkan, serbuk biji kelor ini dapat digunakan sebagai metode yang
paling cepat dan sederhana untuk membersihkan air kotor. Serbuk mengikat
2.2 Air
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam
penularan, terutama penyakit perut. Melalui penyedian air bersih baik dari segi
dalam hal ini adalah penyakit perut diharapkan bisa ditekan seminimal mungkin
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus
dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makluk
hidup lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilaksanakan secara
7
Universitas Sumatera Utara
tidak sesuai dengan peruntukannya. Komponen-komponen tersebut dapat berupa
dapat berupa mikroba, khususnya mikroba yang bersifat merugikan manusia dan
a. Golongan A yaitu air yang digunakan sebagai air minum langsung tanpa
b. Golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah
c. Golongan C yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
pertanian.
d. Golongan D yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan
dapat digunakan untuk usaha perkotaaan, industri dan listrik tenaga air.
a. Air yang langsung dapat diminum, misalnya air tanah yang tidak
terkontaminasi.
b. Air yang perlu pembunuhan desinfektan, misalnya air dalam tanah yang tidak
terkontaminasi.
8
Universitas Sumatera Utara
Menurut Widyati dan Yuliarsih, (2002), untuk mengelola ketiga jenis air
yang cukup tinggi asal dijaga agar tempat penampungan terhindar dari
Saringan pasir lambat (slow sand filter) dimana aliran air hanya
Saringan pasir cepat (rapid sand filter) dalam hal ini aliran berdasarkan
penjernihan).
Adapun zat kimia yang digunakan dalam proses ini, sebagai berikut:
Zat koagulan yaitu zat kimia yang berguna untuk mempercepat proses
penjernihan.
Zat klor yaitu proses yang dinamakan dengan klorinasi, yaitu bertujuan
9
Universitas Sumatera Utara
CO2, metan, H2S, dan lain-lain
Menaikkan pH air
Pada waktu klorinasi, kadar klor sisa dalam air untuk air minum adalah 0,1
f. Sistem koagulasi
Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan sebagai air rumah tangga,
air sumur harus dilindungi terhadap bahaya pengotoran dan pencemaran (Widyati
Menurut Widyati dan Yuliarsih, (2002), sumur yang baik harus memenuhi
b. Konstruksi yaitu dinding sumur satu meter diatas tanah dan tiga meter dalam
tanah harus dibuat dari tembok (disemen) yang tidak tembus air agar
Menurut Chandra, (2007), secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis:
10
Universitas Sumatera Utara
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di
atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini
banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak
2.4 Simplisia
Simplisia atau herbal adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
dinyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak lebih dari 60 derajat (BPOM R.
I., 2012).
Serbuk simplisia dibuat dari simplisia utuh atau potongan-potongan halus simplisia
yang sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan alat tanpa
kehalusan serbuk simplisia terdiri dari serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar,
Penyiapan simplisia kering dapat dilakukan dari bahan segar yang telah
melalui proses tersebut di atas atau dari bahan kering yang diperoleh dari pemasok.
11
Universitas Sumatera Utara
Sortasi kering dilakukan untuk memisahkan kotoran, bahan organik asing, dan
simplisia yang rusak akibat proses sebelumnya. Sortasi kering ini juga dilakukan
untuk memilih simplisia kering yang bermutu baik (BPOM R. I., 2012).
kehalusan tertentu. Proses ini mempengaruhi mutu ekstrak, makin halus serbuk
simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan efisien. Namun makin halus serbuk
maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi (BPOM R. I.,
2012).
2.5 Sterilisasi
dan dalam keadaan steril. Steril artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak
proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuk hidup
Metode sterilisasi dibagi menjadi dua, yaitu metode fisik dan metode
kimia, sedangkan metode sterilisasi fisik dapat dilakukan dengan cara panas baik
panas kering maupun panas basah, radiasi dan filtrasi (Pratiwi, 2008).
dan banyak digunakan. Metode sterilisasi ini digunakan untuk bahan yang tahan
panas. Metode sterilisasi panas dengan penggunaan uap air disebut metode
sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah. Metode sterilisasi panas tanpa
12
Universitas Sumatera Utara
kelembapan (tanpa penggunaan uap air) disebut metode sterilisasi panas kering
sterilisasi panas kering pada temperatur 160-180 0C. Metode ini tidak dapat
digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet atau plastik, waktu sterilisasinya
lama dan berdaya penetrasi rendah. Metode sterilisasi kering ini tidak memerlukan
air sehingga tidak ada uap air yang membasahi alat atau bahan yang disterilkan.
b. Udara panas oven yang lebih sederhana dan murah dengan temperatur sekitar
160-170 0C
Metode ini biasanya digunakan untuk bahan yang sensitif panas, dengan
pemanasan pada temperatur 100 0C selama 5-10 menit. Tingkat sterilisasi panas
basah pada temperatur kurang dari 100 0C tergantung pada temperatur dan/ atau
100 0C
13
Universitas Sumatera Utara
b. Menggunakan autoklaf, alat serupa pressure cooker dengan pengatur
2.6 Bakteri
Sumber zat makanan bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen,
sulfur, fosfor, unsur logam, vitamin dan air untuk fungsi metabolik dan
b. Temperatur
pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur.
Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30 0C,
14
Universitas Sumatera Utara
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60 0C,
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimum yaitu
55-65 0C.
7,2-7,6.
d. Oksigen
Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya
oksigen.
Mikroaerofilik yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit
oksigen.
e. Tekanan osmosa
f. Kelembapan
Secara umum bakteri tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada
lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis bakterinya
15
Universitas Sumatera Utara
2.6.2. Escherichia coli
berdasarkan analisis kehadiran jasad indikator, yaitu bakteri golongan Coli Fecal
yang selalu ditemukan didalam tinja atau hewan berdarah panas, baik yang sehat
maupun yang sakit. Selain itu, prosedur pengujian kualitas air menggunakan Coli
Fecal bersifat spesifik, artinya pengujian tidak memberikan hasil positif yang salah
dan bersifat sangat sensitif, yang artinya kualitas air dapat ditentukan meskipun
Coli Fecal tersebut terdapat dalam jumlah yang sangat kecil, misalnya hanya
Golongan bakteri Coli merupakan indikator alami baik di dalam air yang
tampak jernih maupun air kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam dapat
16
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok Escherichia, misalnya Escherichia coli, Escherichia freundii dan
Escherichia intermedia
disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli Fecal, tetapi tidak
dapat hidup pada suhu di atas 37 0C dan lebih sering dijumpai di dalam
hewan-hewan berdarah panas. Bakteri ini dapat hidup pada suhu 42 0C. Dari
sekitar 100-150 gram feses yang setiap hari dikeluarkan oleh seorang
Coli. Oleh karena itu, kelompok Escherichia lebih dikenal dengan sebutan
kelompok bakteri Coli Fecal (Fecal Coliform Bacterial/ FCB). Sejak saat itu,
bila dalam sumber air ditemukan bakteri Coli Fecal maka hal ini dapat
menjadi indikasi bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran oleh feses
17
Universitas Sumatera Utara
Pencemaran materi fekal sangat tidak diharapkan, bakteri E. coli terbukti
dapat menyebabkan berbagai infeksi, antara lain diare, infeksi pada saluran kencing
cepat, terhadap indikasi pencemaran persediaan air minum. Tidak seperti analisis
kimia atau fisik, namun ini adalah mencari jumlah yang sangat kecil dari ogamisme
layak dan tidak. Karena media pertumbuhan dan kondisi inkubasi, serta sifat dan
usia sampel air, dapat mempengaruhi spesies terisolasi dan jumlah dalam
mikroba dengan penentuan jumlah sel dan penentuan massa sel. Pengukuran
jumlah sel biasanya dilakukan untuk mikroba bersel tunggal; sedangkan penentuan
massa sel dapat dilakukan tidak hanya pada mikroba bersel satu tetapi juga untuk
juga sebagai standard plate count didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel
mikroorganisme hidup dalam suspense akan tumbuh menjadi satu koloni setelah
diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa
inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau
18
Universitas Sumatera Utara
dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut (Lay dan Hastowo,
1994).
Metode hitungan cawan didasarkan pada pada anggapan bahwa setiap sel
yang dapat hidup akan berkembang menjadi suatu koloni. Jumlah koloni yang
muncul pada cawan merupakan suatu indeks jumlah mikroba yang hidup
terkandung dalam sampel. Hal yang perlu dikuasai dalam hal ini adalah teknik
dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih
hidup ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak
dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung, dan kemudian dihitung tanpa
Menurut Waluyo, (2004), metode ini merupakan cara paling sensitif untuk
Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba, karena koloni yang
spesifik.
19
Universitas Sumatera Utara
Selain keuntungan-keuntungan tersebut di atas, mikroba hitungan cawan
Mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
20
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi atau pengambilan sampel
3.3.1 Alat
aluminium foil, alat tanur, seperangkat alat destilasi penetapan kadar air, autoklaf
(Fisons), blender (Philips), benang wol, blender (Philips), botol kaca, inkubator
(Fiber Scientific), cawan petri, jarum ose, kasa, kamera digital (Samsung), kaca
21
Universitas Sumatera Utara
objek, kapas, kertas perkamen, kompor gas (Rinnai), laminar air flow cabinet
(Olympus), oven (Memmert), penangas air, pinset, pipet mikro (Eppendorf), pipet
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk biji kelor,
air sumur, air suling, alkohol 70%, eosin methylene blue agar (Oxoid), kloralhidrat,
lactosa broth (Merck), plate count agar (Merck), triphenyltetrazolium chloride 1%.
membandingkan tumbuhan yang sama pada daerah lain. Bahan yang digunakan
adalah biji kelor tua yang berasal dari Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara.
Prosedur kerja dari pembuatan serbuk biji kelor menurut Khasanah (2008)
adalah sebagai berikut: diambil buah kelor yang sudah tua dan kering, dikupas kulit
luarnya, sehingga diperoleh biji kelor yang masih terbungkus kulit luar yang
bewarna cokelat. Biji kelor yang terbungkus kulit tersebut dikupas lagi, sehingga
diperoleh biji kelor yang bewarna putih, biji kelor dikeringkan pada lemari
pengering selama 8 hari (biji menjadi keras), kemudian biji kelor dibungkus
22
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan alumanium foil, lalu dikeringkan dengan menggunakan oven
selama ± 48 jam pada suhu 50 0C. Setelah biji kelor kering, dihaluskan dengan
diperoleh serbuk yang bewarna putih, serbuk biji kelor dikeringkan dalam oven
Pengambilan air sumur gali di Jl. Bunga Teratai Pasar 2 Padang Bulan,
a. Letak sumur dekat dengan sumber pengotoran (MCK kurang dari 10 m).
kotor).
(Latif, 2014).
kain kasa. Setelah itu filtratnya dicukupkan kedalam 1 liter air, diaduk selama 15
menit, lalu didiamkan selama 2 jam. Air bersih yang diperoleh kemudian
23
Universitas Sumatera Utara
3.5 Pembuatan Media
- lactose monohidrat 5g
- beef extract 3g
- akuades add 1L
hingga larut. Disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit
(Anonim, 2009).
umum digunakan untuk menghitung jumlah bakteri total pada sampel dengan
- desxtrose 1,0 g
- agar 15 g
- akuades add 1L
cara pembuatan: 23,5 g serbuk plate count agar disuspensikan dalam 1 L akuades
24
Universitas Sumatera Utara
3.5.3 Media eosin methylene blue agar
Media eosin methylene blue agar adalah media selektif untuk bakteri
- peptone 10 g
- lactose 10 g
- eosin 0.4 g
- agar 15 g
- akuades add 1L
sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada suhu 170 0C selama
1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit. Jarum ose
dan pinset dipijar dengan lampu Bunsen (Lay dan Hastowo, 1994).
dengan mengamati bentuk, bau, rasa dan warna (Depkes R. I., 1989).
25
Universitas Sumatera Utara
3.7.2 Pemeriksaan mikroskopik
Serbuk simplisia ditaburkan di atas kaca objek yang telah ditetesi larutan
kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, lalu diamati di bawah mikroskop
Cara penetapan : ke dalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml
akuades, didestilasi selama 2 jam. Toluena didinginkan dan volume air pada tabung
mendidih, kecepatan tetesan diatur kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga sebagian
air tersuling, kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik
lalu bagian dalam pendingin dibilas dengan toluena yang telah jenuh. Penyulingan
sampai suhu kamar, setelah air dan toluena memisah sempurna, volume dibaca.
Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam
kloroform (2,5 ml kloroform dalam aquadest sampai 100 ml) dengan menggunakan
26
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan 18 jam dan disaring. Sebanyak 20 ml filtrat diuapkan hingga kering
dalam cawan berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan
dalam oven pada suhu 105 oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut
dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes R. I., 1989).
berat sari g)
adar sari larut dalam air
berat sampel g)
berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam
oven pada suhu 105oC sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam
air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes R. I., 1989).
berat sari g)
adar sari larut dalam etanol
berat sampel g)
Sebanyak 2,5 g serbuk simplisia yang telah digerus dan ditimbang seksama,
hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap.
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes R. I.,
1989).
berat abu g)
adar abu total
berat sampel g)
27
Universitas Sumatera Utara
3.7.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25
ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,
disaring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Residu dan kertas saring
dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, dinginkan, dan ditimbang beratnya.
Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di
berat abu g)
adar abu tidak larut dalam asam
berat sampel g)
2015).
28
Universitas Sumatera Utara
aseptis, kemudian dihomogenkan (pengenceran 10 -1). Larutan pengencer
2015).
aseptis kedalam cawan petri dan dibuat duplo. Media plate count agar (PCA) yang
setiap cawan petri. Dihomogenkan hingga tersebar merata dan dibiarkan hingga
dari pengencer dan media dengan cara menuang pengencer lactose broth (LB)
(Purlianto, 2015).
29
Universitas Sumatera Utara
3.8.2 Identifikasi Escherichia coli
sengkelit biakan menggunakan jarum ose. Digoreskan kedalam media EMBA dan
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 0C. Amati hasil koloni warna hijau logam
Objek glas dicuci dengan alkohol 70% lalu difiksasi. Satu tetes akuades
steril diteteskan pada objek glas lalu kedalamnya dimasukkan satu ose biakan dari
media EMBA kemudian dihomogenkan. Ditambahkan satu tetes gentian violet lalu
ditambahkan satu tetes larutan lugol didiamkan 1 menit, diratakan dan difiksasi.
Dicuci objek glas dengan alkohol 70% sampai tetesan terakhir tidak berwarna,
kemudian difiksasi. Diteteskan satu tetes safranin, dibiarkan 1 menit lalu dicuci
dengan akuades steril, kemudian difiksasi. Diteteskan 1-2 tetes minyak imersi.
30
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Universitas Sumatera Utara. Tumbuhan yang digunakan adalah biji kelor (Moringa
oleifera Lam), suku Moringaceae. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada
menciut, berwarna putih kecoklatan, tidak berbau dan berasa kelat. Simplisia biji
spiral, amilum dan serabut sklerenkim dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 43.
Hasil penetapan kadar air, kadar sari yang larut dalam air, kadar sari yang
larut dalam etanol, kadar abu total dan kadar abu yang tidak larut dalam asam dari
Tabel 4.1 Karakterisasi serbuk simplisia serbuk biji kelor (Moringa oleifera
Lam)
31
Universitas Sumatera Utara
Monografi simplisia biji kelor tidak terdaftar di buku Farmakope Herbal
Indonesia (FHI) dan (MMI). Syarat kadar air untuk simplisia pada umumnya
<10%, pada pemeriksaan ini kadar air simplisia biji kelor adalah 2,45%. Apabila
kadar air simplisia lebih besar 10% maka simplisia tersebut akan mudah ditumbuhi
air oleh bahan buangan yang berasal dari manusia, hewan, maupun buangan rumah
bagi kualitas air bersih. Keberadaan bakteri ini menunjukkan tingkat hygiene yang
sebelum dan sesudah ditambahkan serbuk biji kelor dapat dilihat pada Tabel 4.2
Hasil yang didapat bahwa sebelum penambahan serbuk biji kelor, nilai
angka lempeng total yang diperoleh yaitu lebih tinggi dari angka lempeng total
didapat pada air sumur gali sebelum penambahan dan setelah penambahan serbuk
Tabel 4.3 Nilai ALT sebelum (0%) dan sesudah (0,00125; 0,0025; 0,005;
0,01%) penambahan serbuk biji kelor
32
Universitas Sumatera Utara
Pada blanko tidak ditumbuhi koloni bakteri hal ini menandakan bahwa
media dan pereaksi yang digunakan dalam penelitian sudah steril. Pada tabel diatas
dapat dilihat bahwa konsentrasi 0.01% yaitu 0 koloni/g maka efektif menurunkan
menurunkan jumlah bakteri yaitu 3,5 x 10 1 koloni/g tapi tidak efektif. Dapat dilihat
600
500
Nilai ALT (koloni/g)
400
300
200
100
0
0 0.00125 0.0025 0.005 0.01
Konsentrasi (%) serbuk biji kelor
Gambar 4.1 Nilai ALT koloni Escherichia coli sebelum (0%) dan sesudah
(0,00125; 0,0025; 0,005; 0,01%) penambahan serbuk biji kelor
Biji kelor mengandung protein dengan konsentrasi yang tinggi. Protein biji
kelor penting untuk diketahui dalam proses penjernihan air (Khasanah, 2008).
33
Universitas Sumatera Utara
dalam membunuh bakteri adalah penumbukan biji kelor yang dilakukan
pengolahan khusus untuk biji kelor agar hasilnya lebih halus. Apabila
serbuk kelor lebih halus, maka akan mudah larut dalam air (Latif,
2014).
Pengolahan air dengan biji kelor sangat efektif karena air tidak berwarna,
busuk.
(salah satu bakteri yang terdapat di dalam air minum), itu bisa tereduksi atau mati
(Tilong, 2012).
(Khasanah, 2008).
34
Universitas Sumatera Utara
4.4 Identifikasi Escherichia coli
coli pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMBA). Setelah 24 jam ditemukan
adanya koloni E.coli, yang ditandai dengan warna hijau metalik. Selanjutnya
EMB (Eosin Methylene Blue) Agar adalah medium selektif untuk isolasi
dan pertumbuhan dari bakteri enteric mikroorganisme coliform, selain itu juga
digunakan untuk identifikasi Candida albicans. Formula ini telah umum digunakan
Amerika serikat. Escherichia coli dengan morfologi koloni biru kehitaman dengan
diameter 2-3 mm, tepian jelas, berkilau hijau metalik (Safitri dan Novel, 2010).
Kompleks crystal violet-iodin yang masuk ke dalam sel bakteri gram positif
tidak dapat larut oleh alkohol karena adanya lapisan peptidoglikan yang kokoh
pada dinding sel; sedangkan pada bakteri gram negatif, alkohol akan merusak
dapat terlarut dan menyebabkan sel bakteri tampak transparan, yang akan berwarna
35
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
parenkim dengan minyak atsiri, sklerenkim, sel parenkim dengan minyak atsiri,
kadar air 2,46%; kadar sari larut air 21,77%; kadar sari larut etanol 13,07%;
kadar abu total 2,05% dan kadar abu tidak larut dalam asam 0,80%.
b. Serbuk biji kelor efektif dalam membunuh koloni Escherichia coli yaitu pada
konsentrasi 0,01%.
5.2 Saran
dalam bentuk nano partikel sehingga hasil yang di dapat lebih optimum.
36
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 4-5.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 11, 14.
37
Universitas Sumatera Utara
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Penerbit Universitas
Trisakti. Halaman 9-14, 19-21.
Pelczar, M. J. Dan Chan, E.C.S. (1986). Elements of Microbiology. Penerjemah:
Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo , S. S., dan Angka, S. L. (1988).
Dasar - Dasar mikrobiologi. Jilid 2. Jakarta: UI-Press. Halaman 461-471.
Sutrisno, C. T., dan Eni, S. (1996). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta. Halaman 1-4, 30.
Widyati, R., dan Yuliarsih. (2002). Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Halaman 4-5.
38
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan
39
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Sampel yang digunakan
A B C D E
Air sumur gali sebelum dan sesudah penambahan serbuk biji kelor
Keterangan:
A = 0,01%;
B = 0,005%;
C = 0,0025%;
D = 0,00125%;
E=0
40
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. (Lanjutan)
Tumbuhan kelor
Buah kelor
Lampiran 2. (Lanjutan)
41
Universitas Sumatera Utara
3 cm
1 cm
Lampiran 2. (Lanjutan)
42
Universitas Sumatera Utara
1 cm
43
Universitas Sumatera Utara
1.
2.
5.
6.
3.
4.
Keterangan :
1. Sel-sel Parenkim
2. Sklerenkim
3. Sel parenkim dengan minyak atsiri
4. Serabut sklerenkim
5. Berkas pembuluh dengan penebalan spiral
6. Amilum
44
Universitas Sumatera Utara
Blanko (1 mL lactose broth + 15 mL plate count agar)
45
Universitas Sumatera Utara
Koloni Escherichia coli sesudah penambahan 0,00125% serbuk biji kelor
46
Universitas Sumatera Utara
Koloni Escherichia coli setelah penambahan 0,005% serbuk biji kelor
47
Universitas Sumatera Utara
Koloni E. coli berwarna hijau metalik dalam media eosin methylen blue agar
Pengecatan Gram
48
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan alir penelitian
keras)
blender
Karakterisasi Analisis
simplisia mikrobiologi
49
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Pengolahan sampel untuk uji ALT
didiamkan ± 2 jam
50
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Pengenceran sampel untuk uji ALT
90 mL LB
Dimasukkan kedalam tabung reaksi dan
(pengenceran 10-2).
hingga 10-6
Pengenceran
51
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Uji ALT sebelum dan sesudah penambahan serbuk biji kelor
Pengenceran
dihitung
dihitung
Koloni bakteri
52
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Identifikasi Escherichia coli
1 ml air sumur + 9 ml LB
Koloni berwarna
hijau metalik
53
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. (Lanjutan)
b. Pengecatan Gram
Objek glas
menit
54
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Perhitungan karakterisasi simplisia
,
Kadar air sampel I = × 100 % = 3,00 %
,
,
Kadar air sampel II = × 100 % = 1,99 %
,
,
Kadar air sampel III = × 100 % = 2,99 %
,
, , ,
% Rata-rata kadar air serbuk biji kelor = = 2,66 %
berat sari g)
adar sari larut dalam air
berat sampel g)
Berat sampel
No. Berat sari (g)
(g)
1. 5,006 0,223
2. 5,008 0,220
3. 5,006 0,212
,
Kadar sari larut dalam air sampel I = × × 100 % = 22,33 %
,
,
Kadar sari larut dalam air sampel II = × 100 % = 21,99 %
,
,
Kadar sari larut dalam air sampel III = × × 100 % = 21,17 %
,
55
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
,
% Rata-rata kadar sari larut dalam air = = 21,83%
berat sari g)
adar sari larut dalam etanol
berat sampel g)
Berat sampel
No. Berat sari (g)
(g)
1. 5,005 0,132
2. 5,005 0,129
3. 5,006 0,131
,
Kadar sari larut etanol sampel I = × × 100 % = 13,19 %
berat abu g)
adar abu total
berat sampel g)
Berat sampel
No. Berat abu (g)
(g)
1. 2,005 0,040
2. 2,005 0,060
3. 2,003 0,024
56
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. (Lanjutan)
,
Kadar abu total sampel III = × 100 % = 1,19 %
,
,
%Rata-rata kadar abu total serbuk biji kelor = = 2,05%
berat abu g)
adar abu tidak larut dalam asam
berat sampel g)
Berat sampel
No. Berat abu tidak larut asam (g)
(g)
1. 2,005 0,013
2. 2,005 0,020
3. 2,003 0,015
Kadar abu total tidak larut asam sampel III = × 100 % = 0,748 %
, , ,
% Rata-rata kadar abu total tidak larut asam =
= 0,797%
57
Universitas Sumatera Utara
58
Universitas Sumatera Utara