Anda di halaman 1dari 11

Sumber-Sumber Dana Bank Syariah

Sebagai lembaga keuangan, dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang
cukup, bank tidak dapat berbuat apa-apa (tidak dapat berfungsi sama sekali). Dana adalah uang
tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera
diubah menjadi uang tunai. Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank tidak hanya berasal
dari para pemilik bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain
atau pihak lain yang sewaktu-waktu akan ditarik kembali, baik sekaligus atau berangsur-angsur.
Berdasarkan data empiris selama ini, dana yang berasal dari para pemilik bank itu sendiri,
ditambah cadangan modal yang berasal dari akumulasi keuntungan yang ditanam kembali pada
bank, hanya sebesar 7-8% dari total aktiva bank. Bahkan di Indonesia rata-rata jumlah modal dan
cadangan yang dimiliki oleh bank-bank belum pernah melebihi 4% dari total aktiva. Ini berarti
bahwa sebagaian besar modal kerja bank berasal dari masyarakat, lembaga keuangan lain dan
pinjaman likuiditas dari bank Sentral.
Dengan demikian, sumber dana bank Syariah terdiri dari :
a. Modal inti (core capital)
Modal ini merupakan dana modal sendiri yaitu dana yang berasal dari para pemegang
saham bank, yakni pemilik bank. Pada umumnya dana modal inti terdiri dari :
 Modal yang disetor oleh pemegang saham
 Cadangan-cadangan
 Laba ditahan
b. Kuasi Ekuitas (Mudharabah Account)
Bank menghimpun dana berbagi hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja
sama antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan
suatu usaha bersama dan pemilik dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-
hari. Berdasarkan prinsip ini dalam kedudukannya sebagai mudharib, bank menyediakan
jasa bagi para investor berupa :
a. Rekening investasi umum
b. Rekening investasi khusus
c. Rekening tabungan Mudharabah
c. Dana Titipan (wadiah/non remunerated deposit)
Dana titipan adalah dana pihak ketiga yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa
giro atau tabungan. Menurut Zainul Arifin, dana titipan wadiah ini dikembangkan dalam
bentuk rekening giro wadiah dan rekening tabungan wadiah.
A. Penggunaan Dana Bank
Setelah dana pihak (DPK) telah dikumpulkan oleh bank, maka sesuai dengan fungsi
intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Dalam
hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai
dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Alokasi dana ini mempunyai
beberapa tujuan yaitu :
1. Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan tingkar risiko yang rendah.
2. Mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi likuiditas tetap
aman.
Alokasi penggunaan dana bank Syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bagian
penting dari aktiva bank, yaitu :

1. Earning Assests (aktiva yang menghasilkan)


Asset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Asset ini disalurkan dalam
bentuk investasi yang terdiri dari :
 Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah)
 Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah)
 Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’i)
 Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Iqtina, & IMBT)
 Surat-surat berharga Syariah dan investasi lainnya
2. Non Earning Assets (aktiva yang tidak menghasilkan)1
Seperti aktiva dalam bentuk tunai, pinjaman (Qard), penanaman dana dalam aktiva tetap
dan inventaris .

1
Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabeta bekerja sama dengan Tazkia Institut,
2002), hlm. 53-59
B. Pendekatan Alokasi Dana Bank
Cara penempatan alokasi dana oleh suatu bank dengan mempertimbangkan sumber dana yang
diperolehnya terdiri atas dua pendekatan yang masih banyak dipergunakan atau dipilih oleh
eksekutif bank, yaitu :
a. Pool of fund approach ialah penempatan dana bank dengan tidak memperhatikan hal-hal
yang berkaitan dengan sumber dana, seperti sifat, jangka waktu dan tingkat harga
perolehannya.
b. Asset allocation approach ialah penempatan dana ke berbagai aktiva dengan mencocokkan
masing-masing sumber dana terhadap jenis alokasi dana yang sesuai dengan sifat, jangka
waktu dan tingkat harga perolehan sumber dana tersebut.2
Secara skematis sumber dan penggunaan dana berdasarkan pusat pengumpulan dana (pool of
fund approach digambarkan pada skema berikut :

Sumber Dana Penggunaan Dana


PRIMARY
WADIAH RESERVE

SECONDARY
RESERVE

QARD

MUSYARAKAH
MUDHARABAH
MUTLAQAH DANA POOL MUDHARABAH
MURABAHAH

SALAM
ISTISHNA
IJARAH
MUSYARAKAH
AKTIVA

MUDHARABAH SPECIAL
MUQAYYADAH INVESTMENT

2
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 54.
Secara khusus, sumber-sumber penerimaan dana dapat dialokasikan pada sisi-sisi
pembiayaan. Secara skematis diagram sumber dan penggunaan dana berdasarkan
pendekatan Alokasi aktiva (Asset Allocation Approach) dapat digambarkan sebagai berikut
:
Sumber Dana Penggunaan Dana
PRIMARY RESERVE
WADIAH
SECONDARY RESERVE

QARD
MUDHARABAH MURABAHAH
MUTLAQAH
ISTISHNA
IJARAH
MUDHARABAH IMBT
MUQAYYADAH
SALAM

MUDHARABAH
MUSYARAKAH
MUSYARAKAH
3
AKTIVA TETAP
Dari bagan diatas dapat diterangkan bahwa:
a) Wadiah adalah titipan dari nasabah kepada pihak bank dimana pihak bank bertanggung
jawab untuk menjaga dan mengembalikan kapan saja penyimpan menghendakinya.
b) MudharabahMutlaqoh adalah sistem mudharabah dimana pemilik modal memberikan penuh
kepada pengelola untuk menggunakan modal tersebut dalam usaha yang dianggapnya baik dan
menguntungkan.
c) MudharabahMuqayadah adalah pemilik modal menyerahkan modal kepada nasabah dan
menentukan syarat serta pembatasan kepada pengelola dalam menggunakan modal tersebut.

3
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 127-128.
d) Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama.4
e) Primary Reserve adalah sumber utama bagi likuiditas bank terutama untuk menghadapi
kemungkinan terjadinya penarikan nasabah bank, baik berupa penarikan dan masyarakat yang
disimpan pada bank tersebut maupun kredit.
f) Secondary Reserve adalah cadangan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
yang bersifat jangka pendek seperti penarikan simpanan oleh nasabah deposan dan pencairan
kredit dalam jumlah besar yang telah diperkirakan.
g) Qard adalah pinjaman kebajikan tanpa imbalan biasanya untuk pembelian barang-barang
fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan
jumlahnya).
h) Murabahah adalah akad penyediaan barang berdasarkan system jual beli, dimana bank
memberikan kebutuhan nasabah (barang) dan menjual kembali kepada nasabah ditambah
dengan keuntungan yang disepakati bersama.
i) Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera (pada saat
akad disepakati) sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang
disepakati.
j) Ijarah adalah pembiayaan bank untuk pengadaan barang ditambah keuntungan yang disepakati
dengan sistem pembayaran sewa tanpa diakhiri dengan kepemilikan.5
k) Aktiva Tetap adalah pembiayaan untuk debitur serta penempatan dana dibank atau investasi
lain yang menghasilkan pendapatan.

Tabel Perbandingan Antara Manajemen Dana dengan Metode Fool of Fund Approach dan Asset
Allocation Approach

Fool of Fund Approach Asset Allocation Approach


Kelebihan Kelebihan
o Perhitungan biaya relative sederhana. o Mengalihkan penekanan likuiditas kepada
o Pengelolaannya todak kompleks. profitabilitas.

4
Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari'ah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 49.
5
Adiwarman A Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2008), hlm. 102.
o Jumlah rata-rata cadangan likuiditas
mengalami penurunan sehingga alokasi
dana dapat dialihkan lebih banyak pada
penyaluran pembiayaan dan penanaman
modal pada surat-surat berharga yang
memiliki keuntungan lebih tinggi.
Kelemahan Kelemahan
o Tidak diberikan dasar untuk memperkirakan o Keputusan mengenai jumlah likuiditas
standar likuiditas. dilakukan berdasarkan perkiraan atau
o Tidak terdapat pertimbangan terhadap perputaran simpanan.
perubahan giro, tabungan, deposito, dan o Bisa terjadi kelebihan likuiditas yang
sumber lainnya. menyebabkan keuntungan berkurang.
o Mengabaikan likuiditas yang berasal dari o Portofolio kredit dianggap sama sekali tidak
portofolio kredit/pembiayaan melalui likuid sehingga kredit tidak dianggap
pembayaran cicilan terus menerus. sebagai sumber likuiditas yang potensial.
o Memperkecil peranan cadangan sekunder o Keputusan mengenai manajemen aktiva
sebagai sumber likuiditas. pasiva dibuat secara independen.
o Mengabaikan kenyataan mengenai
kemampuan bank untuk memperoleh laba
dari operasinya.
o Mengabaikan peran interaksi aktiva dan
pasiva dalam penyediaan likuiditas secara
musiman.

C. Sumber dan Alokasi Pendapatan


Dan yang telah diperoleh bank akan dialokasikan untuk menghasilkan pendapatan. Dari
pendapatan tersebut didistribusikan kepada para nasabah penyimpan. Dalam hal ini perlu
dipertimbangkan sumber-sumber pendapatan yang diperoleh bank Syariah.
1. Sumber Pendapatan Bank Syariah
Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank Syariah, maka hasil penyaluran
dana tersebut dapat memberikan pendapatan bank. Sumber pendapatan bank Syariah dapat
diperoleh dari :
a. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.
b. Keuntungan atas kontrak jual-beli (al Ba’i).
c. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa iqtina.
d. Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.
2. Pembagian Keuntungan (Profit Distribution)
Pendapatan-pendapatan yang dihasilkan dari kontrak pembiayaan, setelah dikurangi
dengan biaya-biaya operasional, harus dibagi atau didistribusikan antara pihak bank
dengan penyandang dana, yaitu nasabah investasi, para penabung, dan para pemegang
saham sesuai dengan nisbah bagi-hasil yang diperjanjikan.
Berdasarkan kesepakatan mengenai nisbah bagi-hasil antara bank dengan para nasabah
tersebut, bank akan mengalokasikan penghasilannya dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Tahap pertama : bank menetapkan jumlah relative masing-masing dana simpanan yang
berhak atas bagi-hasil usaha bank menurut tipenya, dengan cara membagi setiap tipe
dana-dana dengan seluruh jumlah dana-dana yang ada pada bank dikalikan 100%.
b. Tahap kedua : bank menetapkan jumlah pendapatan bagi-hasil bagi masing-masing tipe
dengan cara mengkalikan persentasi (jumlah relative) dari masing-masing dana
simpanan pada huruf a dengan jumlah pendapatan bank.
c. Tahap ketiga : bank menetapkan porsi bagi-hasil untuk masing-masing tipe dana
simpanan sesuai dengan nisbah yang diperjanjikan.
d. Tahap keempat : bank harus menghitung jumlah relative biaya operasional terhadap
volume dana, kemudian mendistribusikan beban tersebut sesuai dengan porsi dana dari
masing-masing tipe simpanan.
e. Tahap kelima : bank mendistribusikan bagi-hasil untuk setiap pemegang rekening
menurut tipe simpanannya sebanding dengan jumlah simpanannya.6

6
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), hlm. 129.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muhamad. 2014. Manajemen Dana Bank Syariah. Jakarta : Rajawali Pers. Cet. 1.
2. Arifin, Zainul. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Alvabeta bekerja
sama dengan Tazkia Institut.
3. Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
4. Ascarya. 2008. Akad Dan Produk Bank Syariah. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
5. Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.
6. Adiwarman A Karim. 2008. Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta: PT Grafindo
Persada.
BASEL
Menjamin “stabilitas sistem”. Hal ini ter- lihat dari diadopsi-nya 25 Basel Core Principles for
Effective Banking Supervision seperti ketentuan tentang pendirian dan kepemilikan, pemegang
saham pengendali, tata kelola, prinsip kehati-hatian, kewajiban pengelolaan risiko serta
pembinaan dan pengawasan. Semangat “stabilitas sistem” ini semakin terlihat jelas dengan
adanya ketentuan tentang sanksi administratif dan ketentuan pidana.

BCBS pada 2004 mengeluarkan dokumen berjudul International Convergence of Capital


Measurement and Capital Standards: A Revised Framework, dokumen yang dikenal sebagai
Basel II, menggantikan Basel I yang dikeluarkan pada 1988. Struktur Basel II terdiri dari tiga
”pilar”, yaitu: (i) ketentuan modal minimum, dengan pendekatan baru terhadap resiko kredit dan
resiko operasional; (ii) proses tinjauan pengawasan, dari sudut pandang regulator untuk
mempromosikan stabilitas sistem perbankan secara keseluruhan; dan (iii) disiplin pasar;
menguraikan ketentuan pengungkapan publik (disclosure) minimum terkait resiko dan
manajemen resiko.

PBI

Peraturan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/26/PBI/2012 tanggal 27 Desember 2012


: tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank
Berlaku : Tanggal 2 Januari 2013

1. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal
Inti Bank mengatur mengenai cakupan kegiatan usaha dan pembukaan jaringan kantor
sesuai dengan modal inti Bank yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan dan daya
saing perbankan nasional.
2. Pokok-pokok pengaturan PBI ini meliputi antara lain:
a. Umum
1. Bank hanya dapat melakukan kegiatan usaha dan memiliki jaringan kantor
sesuai dengan modal inti yang dimiliki.
2. Ketentuan ini berlaku untuk Bank Umum Konvensional (BUK), Bank
Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Umum
Konvensional dan kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar
negeri (Kantor Cabang Bank Asing – KCBA)
b. Pengaturan Kegiatan Usaha Bank
1. Berdasarkan modal inti yang dimiliki Bank dikelompokkan dalam 4
kelompok usaha (Bank Umum Kelompok Usaha – BUKU) sebagai
berikut:
a. BUKU 1, Bank dengan modal inti kurang dari Rp1 Triliun;
b. BUKU 2, Bank dengan modal inti Rp1 Triliun sampai dengan
kurang dari Rp5 Triliun;
c. BUKU 3, Bank dengan modal inti Rp5 Triliun sampai dengan
kurang dari Rp30 Triliun; dan
d. BUKU 4, Bank dengan modal inti di atas Rp30 Triliun.
2. Cakupan produk dan aktivitas yang dapat dilakukan BUKU sebagai
berikut:
i. Bank Umum Konvensional
a. BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas
dasar dalam Rupiah, kegiatan pembiayaan perdagangan,
kegiatan dengan cakupan terbatas untuk keagenan dan
kerjasama, kegiatan sistem pembayaran dan electronic
banking dengan cakupan terbatas, kegiatan penyertaan
modal sementara dalam rangka penyelamatan kredit, dan
jasa lainnya, dalam Rupiah. BUKU 1 hanya dapat
melakukan kegiatan valuta asing terbatas sebagai pedagang
valuta asing
b. BUKU 2 dapat melakukan kegiatan produk atau aktivitas
dalam rupiah dan valuta asing dengan cakupan yang lebih
luas dari BUKU 1. BUKU 2 dapat melakukan kegiatan
treasury terbatas mencakup spot dan derivatif plain vanilla
serta melakukan penyertaan sebesar 15% pada lembaga
keuangan didalam negeri;
c. BUKU 3 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam
Rupiah dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar
25% pada lembaga keuangan di dalam dan di luar negeri
terbatas di kawasan Asia.
d. BUKU 4 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam
rupiah dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar
35% pada lembaga keuangan di dalam dan di luar negeri
dengan cakupan wilayah yang lebih luas dari BUKU 3
(international world wide).
ii. Bank Umum Syariah
a. BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan penghimpunan
dan penyaluran dana yang merupakan produk atau aktivitas
dasar dalam Rupiah, serta kegiatan pembiayaan
perdagangan, kegiatan dengan cakupan terbatas untuk
keagenan dan kerjasama, kegiatan sistem pembayaran dan
electronic banking dengan cakupan terbatas, kegiatan
penyertaan modal sementara dalam rangka penyelamatan
pembiayaan, dan jasa lainnya, dalam Rupiah berdasarkan
akad yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
BUKU 1 hanya dapat melakukan kegiatan dalam valuta
asing terbatas sebagai pedagang valuta asing.
b. BUKU 2 hanya dapat melakukan kegiatan produk atau
aktivitas dalam Rupiah dan valuta asing dengan cakupan
yang lebih luas dan berdasarkan akad yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah. BUKU 2 dapat
melakukan kegiatan treasury terbatas mencakup transaksi
spot dan kegiatan treasury dasar lainnya berdasarkan akad
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah, serta
melakukan penyertaan sebesar 15% pada lembaga
keuangan syariah di dalam negeri;
c. BUKU 3 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam
Rupiah dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar
25% pada lembaga keuangan syariah di dalam dan di luar
negeri terbatas di kawasan Asia;
d. BUKU 4 dapat melakukan seluruh kegiatan usaha dalam
Rupiah dan valuta asing dan melakukan penyertaan sebesar
35% pada lembaga keuangan dalam dan luar negeri dengan
cakupan wilayah yang lebih luas dari BUKU 3
(international world wide).
3. Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Unit Usaha Syariah mengacu
pada kegiatan usaha Bank Umum Syariah sesuai dengan kelompok BUKU
dari Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya; dan untuk
kegiatan-kegiatan usaha tertentu yang tidak termasuk produk atau aktivitas
dasar bank syariah (kegiatan usaha Bank Umum Syariah BUKU 1) hanya
dapat dilakukan oleh Unit Usaha Syariah setelah memperoleh persetujuan
dari Bank Indonesia.
4. Bagi Bank Umum Konvensional yang melakukan penyertaan kepada Bank
Umum Syariah sebesar 5% dari modal Bank atau lebih, diberikan
tambahan batasan penyertaan sebesar 5% dari modal Bank sehingga
batasan penyertaan modal pada BUKU 2 paling tinggi sebesar 20% dan
BUKU 3 sebesar 30% dari modal Bank.
5. Bank dalam semua BUKU wajib menyalurkan kredit atau pembiayaan
produktif termasuk kredit atau pembiayaan kepada UMKM dengan target
tertentu, yaitu:
. BUKU 1 paling rendah 55% dari total kredit atau pembiayaan;
a. BUKU 2 paling rendah 60% dari total kredit atau pembiayaan;
b. BUKU 3 paling rendah 65% dari total kredit atau pembiayaan;
c. BUKU 4 paling rendah 70% dari total kredit atau pembiayaan
6. Pengecualian kewajiban menyalurkan kredit atau pembiayaan produktif
diberikan kepada Bank yang memfokuskan diri untuk membiayai
kepemilikan rumah untuk kepentingan rakyat paling kurang 75% dari total
kredit atau pembiayaan.
7. Bank wajib memperoleh persetujuan Bank Indonesia untuk melakukan
produk/aktivitas tertentu yang bukan merupakan cakupan produk atau
aktivitas dasar dan/atau memiliki risiko serta kompleksitas yang tinggi,
antara lain penerbitan structure product, penerbitan surat utang ekuitas dan
kegiatan jasa sistem pembayaran.

Anda mungkin juga menyukai